You are on page 1of 7

PROBLEM LINGKUNGAN

A. Ekologi, Sebuah Pengantar


Berbicara tentang lingkungan berarti membicarakan ruang lingkup yang amat luas
karena ilmu lingkungan mencakup dan mengintegrasikan pelbagai ilmu yang
mempelajari hubungan jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungan sekitar.
Termasuk hal ini diantarannya adalah ilmu ekologi, Epidemiologi, sosiologi, antropologi,
geografi, ekonomi, hidrologi, planologi, ilmu kesehatan masyarakat yang mempunyai
keterkaitan erat antara satu sama lain. Secara definitif Lingkungan merupakan gabungan
dari berbagai komponen fisik maupun hayati yang berpengaruh terhadap kehidupan
organisme yang ada didalamnya. Jadi, lingkungan disini mempunyai arti luas mencakup
semua hal yang ada di luar organisme yang bersangkutan, misalnya radiasi matahari,
suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, parasit, predator, dan kompetitor (Kendeigh,
1980; Heddy, Soemitro, dan Soekartomo, 1986)
Diantara berbagai disiplin ilmu yang disebut diatas, ekologi merupakan salah satu
ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Bahkan disebutkan bahwa ilmu lingkungan sendiri
sebenarnya adalah ekologi yang yang menerangkan perlbagai asas dan konsepnya kepada
masalah yang lebih luas yang menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya.
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, seorang ahli biologi
Jerman pada tahun 1869. secara etimologis ekologi berasal dari bahasa yunani, yaitu
oikos yang berarti rumah, tempat tinggal atau habitat dan logos yang berarti ilmu, telaah,
studi atau kajian. Secara harfiah berarti ilmu tentang tempat tinggal makhluk hidup.1
Atau dalam kata lain, ekologi adalah yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya (Soerianegara dan Indrawan, 1982; Resosoedarmo
dkk, 1986)
Dalam ilmu lingkungan seperti halnya ilmu ekologi, makhluk hidup (organisme)
dipelajari dalam bagian-bagian atau tingkatan tertentu yaitu:
1. Individu
2. Populasi
3. Komunitas
4. Ekosistem

B. Pengaruh Manusia Dalam Lingkungan


1 Ir. Indriyanto. Ekologi hutan. (Jakarta. 2006. Bumi Aksara. Hal. 2)

1
Berbagai faktor lingkungan, yang ada dalam wilayah biosfer baik yang biotik
maupun abiotik, Selalu mengalami perubahan, dan perubahan itu bisa terjadi secara tiba-
tiba ataupun secara perlahan. Menusia dengan pengetahuannya mampu mengubah
keadaan lingkungan, bahkan yang paling ekstrim sekalipun sehingga menguntungkan
dirinya. Perubahan itu awalnya terbatas. Pada periode Neolitikum (sekitar 12000 tahun
lalu), manusia mulanya hidup nomaden (food gathering) dan kemudian perlahan
memulai masa bercocok tanam (food producting)2. Saat itu ekosistem alam yang ada
disekitar manusia merupakan ekosistem murni yang belum terjamah. Mula-mula,
lahirnya ekkosistem manusia dalam lingkungan yang penuh dengan kekayaan hewani
dan nabati tidak terlalu berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan. Namun
perkembangan selanjutnya yang berawal dari evolusi kebudayaan melahirkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat, dan terkadang digunakan
secara luas meski belum sepenuhnya dikuasasi. Hal ini membawa perubahan besar bagi
keseimbangan lingkungan dan pada suatu titik akan menghambat kemampuan alam
untuk menyembuhkan diri. masalah ini harus mendapat perhatian serius karena
menyangkut kehidupan manusia di masa depan.

C. Pertumbuhan Penduduk dan Eksplorasi Sumber Daya Alam


Penduduk bumi pada tahun 1975 diperkirakan berjumlah 3967 juta, tahun 1991
berjumlah 5 milyar, dan pada tahun 2000 mencapai 6253 juta jiwa. Jumlah yang pasti
akan terus bertambah hingga saat ini, tahun 2009. Citra satelit melalui Google Earth
menunjukan peta pertumbuhan pemukiman penduduk yang semakin padat, ditandai
dengan semakin sedikitnya area kawasan hijau. Hal ini menjadi masalah tersendiri
mengingat mayoritas tingginya pertumbuhan pendsuduk di berbagai belahan dunia tidak
diimbangi dengan menajemen pengelolaan sumber daya alam yang baik dan efisien.
Pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut sudah pasti meningkatkan keperluan sumber
daya alam.
Sampai sejauh ini alam masih menunjukan kemampuannya dalam menopang
kehidupan penghuninya. Ratusan jenis mineral dalam perut bumi digali setiap hari demi
memenuhi kebutuhan manusia, begitu juga dengan sumber daya hayati yang ada di
daratan dan perairan. Sumber daya alam secara umum terbagi kepada dua golongan,
sumber daya alam biotik, yakni sumber berupa makhluk hidup yang dapat
memperbaharui diri atau disebut juga renewable resources, serta sumber daya alam
abiotik, yaitu sumber daya yang berupa benda tidak hidup dan tidak mampu

2 Drs. Maskoeri Jasin. Imu Alamiah Dasar (Jakarta. Ed. Revisi. 2006. Raja Grafindo Persada. Hal. 184).

2
memperbaharui diri atau istilah lainnya non-renewable resources. Dengan melihat sifat
sumber daya alam tersebut, seharusnya manusia bertindak bijaksana dalam
mengeksplorasi potensi-potensi bumi. telah diketahui bahwa sumber daya alam abiotik
kita sangat terbatas. Ramalan memperkirakan bahwa jumlah cadangan minyak diseluruh
bumi hanya tersisa paling lama untuk 100 tahun kedepan. Dengan kata lain, kita harus
menggunakan sumber daya alam abiotik dengan efisien.
Meski sumber daya alam biotik dapat memperbaharui diri, tidak berarti manusia
boleh memanfaatkannya dengan sembarangan. Hewan dan tumbuhan yang menjadi
sumber makanan harus diberi kesempatan untuk memperbaharui diri untuk mencegah
spesiesnya punah dari permukaan bumi

D. Mengenal Polusi dan Bahayanya


Manusia modern sekarang dihadapkan pada dua hal yang berlawanan. Di satu sisi
manusia telah menikmati hasil kemajuan teknologi yang membantu kehidupan, di sisi
lain manusia mengalami efek sampingnya. Efek samping tersebut, bersama dengan
ledakan jumlah penduduk telah menyeret manusia kepada krisis lingkungan. Polusi atau
pencemaran lingkungan adalah salah satunya. Dampak yang paling jelas adalah
gangguan kesehatan serta turunnya daya tahan manusia. Penyebab polusi (pollutant)
secara umum terbagi dua, pollutant kualitatif (qualitative pollutant) dan pollutant
kuantitatif (quantitative pollutant).
a.Polusi Udara
Polusi udara saat ini telah menimbulkan kekhawatiran yang nyata, bahkan para
meteorolog mengatakan bahwa polusi udara tidak hanya meliputi kota besar tapi. telah
meliputi seluruh atmosfer dan merusak lapisan oksigen tipis yang menyelimuti bumi3.
Penyumbang Polusi udara terbesar adalah kendaraan bermotor. Hasil pembakaran
bahan bakar dilepaskan ke udara dalam bentuk gas karbon dioksida, nitrogen dioksida,
belerang dioksida, hidrokarbon dan partikel padat. Data yang diperoleh menunjukan
bahwa polusi udara banyak menimbulkan masalah kesehatan dan menyebabkan
banyak kematian. Karbon Monoksida dapat menyebabkan hemoglobin atau butir
darah merah terganggu dan fungsi pengikatan oksigen menjadi berkurang. Sedangkan
belerang dioksida banyak menimbulkan penyakit pada saluran pernafasan seperti asma
dan bronchitis. Polusi udara menjadi penyebab logam cepat berkarat serta pemicu
terjadinya hujan asam.
b. Polusi Air dan Tanah

3 Drs. Maskoeri Jasin. Imu Alamiah Dasar (Jakarta. Ed. Revisi. 2006. Raja Grafindo Persada. Hal. 187).

3
Pembahasan polusi air tidak terpisah dengan polusi tanah karena keduanya
memiliki kaitan erat. Jika jumlah penduduk sebuah negara atau wilayah berkembang
maka perindustrian pun ikut berkembang. Hal ini menyebabkan banyak polutan yang
masuk ke sistem perairan seperti sisa detergen, limbah sabun dan substansi kimia lain.
Dan seiring tumbuhnya bidang pertanian dan perkebunan demi memnuhi kebutuhan
manusia, polutan pun semakin banyak seperti perstisida, herbisida dan nitrat. Pestisida
diantaranya meliputi fungisida, insektisida dan rodentisida. Sisa pestisida dalam tanah
dapat menimbulkan masalah pertanian. Karena zat kimia itu tidak akan langsung
terurai dalam tanah. Aldrin masih dapat dijumpai dalam tanah setelah 4 tahun.
Beberapa zat kimia masih ditemukan dalam tanah setelah 11 tahun penggunaan.
Hal yang lebih memprihatinkan adalah polusi tidak hanya terjadi di sungai, danau
laut, air tanah serta tanah itu sendiri, tapi juga ada pada hasil kebun dan pertanian yang
kita nikmati. Pestisida yang digunakan untuk membasmi hama ikut meresap kedalam
hasil bumi yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Polutan lain yang tak kalah
bermasalah adalah sampah plastik, botol dan kaleng bekas. Semua polutan itu sangat
sulit terurai oleh alam kecuali ditangani dengan metode daur ulang
c. Polusi Suara
Tingkat kebisingan sehari-dari yang terutama berlangsung di kota-kota besar,
dengan perkembangan teknologi dan pertumuhan penduduk yang pesat diperkitrakan
terus meningkat. Kuat lemahnya suara diukur dengan satuan decibel (db). Suara
perckapan biasa berkekuatan 60 db, bila terjadi keributan akan meningkat menjadi 80
db, kereta api sebesar 95 db, dan pesawat jet yang sedang take-off sebesar 150 db.
Studi yang dilakukan menunjukan bahwa tingkat suara antara 50-55 db menunda
seseorang tidur dan merasa lelah saat bangun. Suara dengan kekuatan 90 db
berpengaruh terhadap syaraf otonom (syaraf tidak sadar) dengan gejala perubahan
tekanan darah, denyut nadi, kontraksi perut dan usus dan lain-lain.

E. Problem Global dan Masa Depan Manusia


Kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi membawa efek ganda bagi
kelangsungan hidup manusia. Berbagai kemajuan itu telah hampir secara total mengubah
kehidupan. Industri yang mewabah, komunikasi canggih, gedung-gedung pencakar langit
dan sarana trasnportasi, perjalan antariksa adalah hal yang patut dibangggakan. Namun
disisi lain, kita telah membawa alam dan lingkungan sekitar menuju kepada kehancuran.
Kemampuan manusia untuk merubah lingkungan dan lepas dari ketergantungan alam
tidak diimbangi dengan kematangan spiritual dan emosional.

4
Meluasnya pemukiman, kawasan hiburan, dan kawasan industri serta praktik illegal
logging membuat volume hutan menurun drastis. Eksplorasi barang tambang yang terus
menerus merusak keseimbangan alam, konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor yang
berlebihan serta limbah hasil kegiatan industri membuat atmosfir bumi serta lapisan ozon
yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet rusak berat, menimbulkan efek
rumah kaca yang terkenal dengan istilah global warming. Global warming telah
menyebabkan salju dipuncak gunung Kilimanjaro di Afrika serta es antartika meleleh
dengan cepat Penangkapan hewan-hewan secara membabi buta di berbagai belahan
dunia telah membuat banyak spesies terancam punah. Penangkapan ikan yang
sembarangan dengan menggunakan bom ikan serta pukat harimau telah menimbulkan
kerusakan pada ekosistem laut khususnya ekosistem terumbu karang yang telah tercipta
secara alami sejak jutaan tahun lalu.
Dengan hal-hal destruktif tersebut, harga yang harus dibayar mahal oleh manusia
adalah rusaknya keseimbangan alam sebagai tempat kehidupan. Dan hilangnya
keseimbangan alam berarti bencana bagi manusia itu sendiri. Hutan yang merupakan
paru-paru bumi telah dibabat sehingga penahan tanah dan dan penetral udara dari
berbagai zat berbahaya yang dihasilkan industri menjadi hilang. Lebih dari itu, karena
hutan yang merupakan rumah bagi keanekaragaman flora dan fauna semakin berkurang,
banyak satwa liar yang kehilangan tempat tinggal dan menjadi objek perburuan liar. Dan
disaat yang bersamaan seiring dengan berkurangnya hutan, pembangunan kawasan
industri dan penggunaan bahan bakar seperti minyak bumi dan batu bara kian meningkat.
Hal ini memicu serangkaian fenomena alam yang kian marak seperti tanah longsor, langit
yang semakin pekat, hujan asam, iklim yang semakin tidak menentu, pemanasan global
dan banjir. Semua itu adalah konsekuensi yang harus diterima.
Selain yang disebutkan diatas, masalah yang tak kalah penting adalah krisis moral
dan keimanan. Kemajuan peradaban, teknologi dan kebudayaan berbanding terbalik
dengan tingkat kesadaran sosial dan spiritual. Ekplorasi kekayaan alam dan lingkungan
yang tidak dibarengi dengan kematangan spiritual dan emosional hanya menimbulkan
kesulitan dikemudian hari. Pengelolaan alam yang tidak bijaksana akan kembali berbalik
kepada kita. Banyak kasus kemanusiaan yang sebenarnya terjadi akibat dari akumulasi
perbuatan manusia itu sendiri. Tahun 1952 di London, asap industri menyebabkan sakit
saluran pernafasan dan kematin bagi 4000 orang. Tanah longsor di daerah penggalian
batu kapur yang menewaskan beberapa penambang di daerah jawa timur. Kasus harimau
masuk yang melukai beberapa warga setempat desa pada awal tahun 2009 lalu adalah
pertanda bahwa hewan itu telah kehilangan habitatnya di alam bebas. Banjir yang

5
melanda daerah Jawa Tengah beberapa waktu lalu, dan banjir tahunan di daerah ibu
kota. Yang paling baru, tragedi Situ Gintung yang menewaskan lebih dari 100 orang dan
menghancurkan pemukiman sekitar. Semua peristiwa ini terjadi semata-mata karena ulah
manusia yang hanya mengedepankan ego tanpa dibarengi kebijaksanaan dan
pertimbangan moral dan spiritual.
Masa depan bumi dan lingkungan yang sedang diambang kehancuran ada di tangan
kita. tinggal bagaimana sikap kita selanjutnya untuk memberikan sumbangsih bagi alam
yang menjadi rumah bagi kita semua.

Daftar Pustaka

1.Dwidjoseputro. D. Ekologi, Manusia Dengan Lingkungan. Penerbit Erlangga.

6
Jakarta. 1990.
2.Indriyanto. Ir. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta. 2006
3.Jasin. Drs. Maskoeri. Ilmu Alamiah Dasar. Raja grafindo persada. Jakarta. Ed.
Revisi. 2006.

You might also like