You are on page 1of 14

c   


    
             

 
  
      !  

!"Y    
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine
adalah ÷ 
  ÷ , dan 
Proses ini terjadi dari dua langkah
utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu
timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks
autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat
korteks serebri atau batang otak.
Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3).Saraf sensori dari
kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke
pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung
kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi
dan spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau
ditahan. Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot
kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang
diusebut urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu,
biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur., Normal miksi sehari 5 kali.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon
sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh
yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang
berbeda.Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan
eliminasi yang normal.Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan
program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk
menggunakan fasilitas toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa menghadirkan
hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan
kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus mengerti
proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
Œ"Y D


Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara terus
menerus terhadap masalah yang sedang dihadapi. Sumber informasi dari tahapan pengkajian
daoat menggunakan metode :
1.Y rawancara
2.Y Observasi
3.Y Pemeriksaan fisik terhadap eliminasi urin dan eliminasi fekal
4.Y Data sekunder, misalnya hasil laboratorium.
£"Y #       $   
   

  
     
%&#'%'%

Pengkajian urine dilakukan dengan mengukur asupan cairan dan haluaran urine serta
mengobservasi karakteristik urine klien.

      

Organ yang ditinjau meliputi kulit, ginjal, kandung kemih, dan uretra.

#
 : Masalah eliminasi urin berkaitan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Perawat mengkaji status hidrasi klien dengan mengkaji status hidrasi klien dengan mengkaji
turgor kulit dan mukosa mulut.

&  : Apabila ginjal terinfeksi atau mengalami peradangan, biasanya akan timbul nyeri di
daerah pinggul. Adanya nyeri tekan di daerah pinggul saat dilakukan perkusi sudut
kostovertebra (sudut yang dibentuk oleh tulang belakang dan tulang rusuk 12). Pemeriksaan
secara auskultasi juga dilakukan untuk mendeteksi adanya bunyi a
 di arteri ginjal (bunyi
yang duhasilkan dari perputaran aliran darah yang melalui arteri yang sempit). Pemeriksaan
palpasi dilakukan saar pemeriksaan abdomen untuk mengetahui posisi, bentuk, dan ukuran
ginjal.
# 
 # : Pada inspeksi, dapat terlihat adanya pemebngkakan atau lekukan konveks
pada abdomen bagian bawah. Pada palpasi, kandung kemih dalam keadaan normal teraba
lunak dan bundar. Pada perkusi, kandung kemih yang penuh dapat menimbulkan bunyi
perkusi tumpul.

  : Untuk memeriksa genitalia wanita, posisi dorsal rekumben memungkinkan genitalia


terlihat secara menyeluruh. Dalam keadaan normal, meatus berwarna merah muda dan
tampak sebagai lubang kecil di bawah klitoris dan diatas orifisium vagina, serta tidak ada
rabas yang keluar dari meatus. Sedangkan pada meatus pria normal merupakan suatu lubang
kecil di ujung penis.

    #       

Inspeksi warna, kejernihan, dan bau urine.

(  "rarna urin normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan sampai kuning-
cokelat (seperti warna madu), tergantung pada kepekatan urin. Perdarahan dari ginjal atau
ureter menyebabkan warna urin menjadi gelap; perdarahan dari kandung kemih atau uretra
menyebabkan warna urin menjadi merah terang.

#    " Urin yang normal tampak transparan saat dikeluarkan. Urin yang baru
dikeluarkan oleh klien yang menderita penyakit ginjal dapat tampak keruh atau berbusa
akibat tingginya konsentrasi protein. Urin juga akan tampak pekat dan keruh akibat adanya
bakteri.


" Urin memiliki bau yang khusus. Semakinpekat warna urin, semakin kuat baunya.
%&#'%#c

Perawat perlu melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang kemungkinan
dipengaruhi oleh adanya masalah eliminasi.

1.Y Pengkajian mulut meliputi inspeksi gigi, lidah dan gusi klien.
2.Y Pengkajian abdomen meliputi inspeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat
warna, bentuk, kesimetrisan dan warna kulit. inspeksi juga mencakup memeriksa
adanya adanya masa, gelombang peristaltik, jaringan parut, pola pembuluh darah
vena, stoma, dan lesi.
3.Y Pengkajian rektum meliputi inspeksi daerah disekitar anus untuk melihat adanya lesi,
perubahan warna, inflamasi, dan hemoroid. Inspeksi karakteristik feses akan
memberikan informasi tentang sifat perubahan eliminasi.
Pemeriksaan fisik yang Terfokus pada Evaluasi Fungsi Usus
Parameter Strategi pengkajian

Mobilitas Pada klien yang dapat berjalan (observasi cara klien berjalan,
tetapkan adanya kebutuhan penggunaan peralatan bantuan atau
seseorang untuk membantu klien. Pada klien yang menggunakan
kursi roda, catat tingkat kebutuhan klien akan bantuan untuk
berpindah dari kursi ke commode atau ke kamar mandi.

Ketangkasan Melakukan stimulasi secara manual (misalnya memegang sebuah


pensil, memutarkan jari telunjuk)

Sensasi anorektal Pada klien yang mengalami rembesan feses tanpa merasa ingin
defekasi, masukkan keteter urin dengan balon berukuran 30 cc ke
dalam rektum; gembungkan balon dengan perlahan dan
instruksikan klien untuk memberitahukan jika ia merasakan
distensi rektum.

Fungsi sfingter anus Inspeksi anus saat beristirahat. Kemudian lakukan pemeriksaan
secara manual sambil meminta klien mengkontraksi dan
merelaksasikan sfingternya yang diikuti dengan valsalva manuver.
Ketidakmampuan untuk merasakan distensi rektum,
mengontraksikan anus secara sadar, atau mengeedan merupakan
indikasi terjadinya kerusakan fungsi.

Kontraktilitas otot Instruksikan klien untuk mengedan. Perikas keberadaan volume


abdomen dan konsistensi feses di dalam rektum. Keberadaan feses dalam
jumlah besar merupakan indikasi penurunan sensasi dan/atau
gangguan pada proses pengosongan usus.

      : visualisasi struktur GI dapat dilakukan melalui pendekatan


langsung maupun tidak langsung.
· 
      
 : instrumen yang dimaksudkan ke dalam mulut (memperlihatkan
saluran GI bagian atas atau rektum/ saluran GI bagian bawah). Memungkinkan untuk
inspeksi daerah lendir, prmbuluh darah, dan bagian organ tubuh.
 )  *merupakan instrumen optik yang dilengkapi dengan lensa pengamat,
selang fleksibel yang panjang, dan sebuah sumber cahaya pada bagian ujungnya. Alat ini
memungkinkan penampakan struktur pada ujung selang dan pemasukkan instrumen khusus
untuk biopsi.
Endoskopi atau gastroskopi UGI memungkinkan visualisasi esofagus, lambung, dan
duodenum. Melalui sebuah gastroskop kita dapat mengambil spesimen jaringan (biopsi),
mengangkat pertumbuhan jaringan yang abnormal (polip), atau sumber-sumber darah samar
dari perdarahan. Implikasi keperawatan sebelum tes meliputi hal-hal berikut:
1.Y Klien menandatangani surat persetujuan tindakan
2.Y Klien melakukan puasa setelah tengah malam.

D 
 +           ,  -* tes laboratorium umum yang dapat
dilakukan di rumah atau di samping tempat tidur klien. Tes ini menghitung jumlah darah
mikroskopik di dalam feses. Jumlah kehilangan darah lebih dari 50 ml yang berasal dari
saluran GI bagian atas dapat disebut melena (darah di dalam feses). Tes guaiak membantu
memperlihatkan darah yang tidak terdeteksi secara visual dan juga gangguan perdarahan atau
gangguan pada saluran GI yang diketahui menyebabkan perdarahan (mis. Tumor usus,
inflamasi usus, atau ulserasi).


."Y '   /    /         
Indikasi pemeriksaan urine:
Acute Urinary Incontinence
Chronic Urinary Incontinence
Urinary Retention
Indikasi pemeriksaan fekal:
Constipation
Diarrhea
Fecal Incontinence

"Y   )  $  
   
Pengambilan specimen urin:
‘ Y ‘l‘‘‘ 
‘ ‘
 
 Y ‘l‘t‘  i‘lt  ‘ili 
‘‘‘ i l‘
‘‘t il‘t‘‘t‘l‘ ‘‘  ‘
 Y ‘t‘‘ti tii‘l
ii
  i ‘‘
‘‘‘l i 

Y it il
Y ‘
‘  i t il
 Y ‘t‘‘t il
‘t il
 Y itt  li ‘ti
‘ 
‘‘t j‘l‘ti i i‘l‘t‘ i
t 

½  
   



l‘t‘
it ‘:

‘ Y ‘ti
 Y l‘it 
‘‘ ‘‘
uY  ‘‘t
‘‘ ‘‘
‘i‘ ‘ ‘t
uY li ‘tt ‘t
‘i ‘
uY ‘t‘
 l 
‘‘ ‘‘
‘t‘‘ ‘li‘ ‘i
 Y ‰       

?  ? 

 
 




  @  


 
 

@  

  
 
@     

 Y 2lii‘i ‘l
 ‘‘ ‘l ‘ ‘‘  ‘i‘ ‘ 
‘l‘ lt
i ‘  ji ‘ ‘
‘t

i
 ‘il li
‘ 
‘
it l‘
‘‘
‘‘ l t‘ti
‘i ‘

‘l‘ l‘   ‘‘  ‘!‘l
ilt
‘  ‘ i
i il !‘l‘
cairan akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon. Anatomi fisiologi saluran
pencernaan terdiri dari :
‘ Y Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.
Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan
saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke
dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian
kebawah ke dalam lambung.
a Y Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari
otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi
selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk
perlindungan.
^ Y cambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran
pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan
adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot
yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada
saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distla lambung,
gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi
substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam
duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung
setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.
O Y Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
1. Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
2. Jejenum atau bagian tengah dan
3. Ileum
 Y Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 ± 150 cm atau 50 ±60 inch, terdir dari :
1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.
3. Rektum, 10 ± 15 cm / 4 ± 6 inch.
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan.Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat
makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme).Selama perjalanan
didalam kolon (16 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan
sampai di rektum feses bersifat padat lunak.

2.Y     

a.Y Ginjal
Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi
dan volume cairan dalam tubuh.
b.Y Kandung kemih (bladder)
Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai
penampung air seni (urine).
c.Y Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.

§"Y         $   


      
Pengambilan specimen urine:
i.Y Berikan sabun, lap basah, dan handuk untuk membersihkan area perineum untuk
klien.
ii.Y Kenakan sarung tangan nonsteril.
iii.Y Ganti sarung tangan kalau diperlukan.
iv.Y Tutup wadah specimen dengan kuat dan aman (hanya menyentuh bagian luar).
v.Y Bersihkan urine yang mengenai bagian luar wadah, dan letakkan di kantung plastic
specimen.
vi.Y cepaskan sarung tangan, buang di wadah yang tepat, dan cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan.
8.Y 0 
 
     
I.Y Pengumpulan Spesimen Urine

Perawat biasanya mengumpulkan spesimen urin untuk pemeriksaan di laboratorium.


Spesimen tersebut diberi label yang diberi nama klien, tanggal, dan waktu pengumpulan
urine. Setelah urine terkumpul, spesimen tersebut harus segera dikirim ke laboratorium
dengan tepat waktu untuk memastikan keakuratan hasil pemeriksaan. Adapun cara
pengumpulan spesimen urine tersebut ada empat macam, yaitu :

a.Y Spesimen acak

Spesimen yang diambil secara acak ini digunakan untuk pemeriksaan urinalisis atau
mengukur berat jenis, pH, atau kadar glukosa dalam urine secara spesifik. Teknik yang
digunakan adalah dengan teknik steril.Cara pengambilan spesimen ini dapat dikumpulkan
dari urine klien saat berkemih secara alami.Kemudian klien berkemih pada wadah yang
bersih, urinal, atau pispot.Urine yang dikumpulkan hanya 120 ml untuk pemeriksaan yang
akurat.Setelah spesimen dikumpulkan, perawat menutup spesimen sampai rapat,
membersihkan urine yang masih ada di bagian luar wadah, meletakkan wadah tersebut dalam
kantung plastic, kemudian di bawa ke laboratorium.

b.Y Spesimen midstream atau pengeluaran bersih

Spesimen tipe ini dibutuhkan untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas urine.
Pemeriksaan urin dengan menggunakan teknik ini bertujuan untuk meminimalkan jumlah
bakteri yang ada di dalam urin.Tahap pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan
bagian genetalia eksterna yang benar, kemudian klien mulai mengeluarkan urine dan urine
yang pertama kali keluar dibiarkan terbuang, kemudian urine yang keluar di tengah aliran
berkemih ditampung.Aliran awal urine membersihkan atau membilas bakteri yang berada di
orifisium dan meatus uretra. Dibawah ini ada cara memberikan pendidikan pasien
Pengumpulan Spesimen Î Î
 
  Urin

1.Y Untuk pasien caki-laki

Buka glans penis dan bersihkan daerah di sekitar meatus dengan sabun.Hilangkan
semua bekas sabun dengan kapas yang dibasahi air.Urin yang pertama kali keluar di
buang.Kemudian kumpulkan bagian berikutnya ke dalam botol steril yang bermulut lebar
atau tabung gelas yang berdiameter besar dengan dilindungi oleh tutup yang steril.Urin yang
terakhir keluar jangan dimasukkan karena sekresi prostat dapat masuk ke dalam urin pada
urin yang terakhir.

2. Untuk pasien wanita


Pisahkan kedua labia agar orifisium uretra tidak terhalang.Bersihkan bagian meatus
urinarius dengan menggunakan spons yang dibasahi dengan sabun cair. Usap bagian
perineum dari depan ke belakang. Hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang diberi air
dari depan ke belakang. Pertahankan labia agar tetap terpisah dan lakukan urinasi dengan
kuat, tetapi urin yang pertama kali keluar jangan ditampung. Kumpulkan bagian tengah urin
yang keluar dan pastikan bahwa tempat untuk mengumpulkan spesimen urin tersebut tidak
mengenai alat kelamin

c.Y Spesimen steril


Metode lain untuk memperoleh spesimen urin adalah dengan cara mengambilnya dari
kateter menetap. Tindakan memasang kateter sampai pengambilan spesimen urin dilakukan
dengan teknik steril.Setelah memperoleh spesimen, perawat memindahkan urine ke dalam
sebuah wadah steril dengan teknik aseptik steril.

d.Y Spesimen urin pada waktu tertentu


Ada beberapa pemeriksaan fungsi ginjal dan komposisi urin seperti mengukur kadar
steroid atau hormone adrenokortikoid, atau pemeriksaan jumlah protein, memerlukan
pengumpulan urine dengan interval waktu 2, 12, atau 24 jam. raktu pengumpulan ini
dimulai setelah klien berkemih.Kemudian klien mengumpulkan semua urine yang
dikeluarkan pada waktu yang telah ditentukan.

II.Y Macam Macam Pemeriksaan Urin

Menurut Potter & Perry ( 1998 ) di dalam   


 ÷, macam macam
pemeriksaan urine:

a.Y Urinalisis
Urinalisis merupakan pemeriksaan rutin pada sebagian besar kondisi klinis. Dalam
pemeriksaan urine mencakup : observasi warna dan kejernihan urine, bau, pengukuran
keasaman dan berat jenis urine, tes unuk memeriksa keberadaan protein, glukosa dan badan
keton dalam urine, dan pemeriksaan mikroskopik sedimen urine sesudah melakukan
pemusingan untuk mendeteksi sel darah merah, sel darah putih, silinder, kristal, pus dan
bakteri.
Spesimen urin ini harus diperiksa sesegera mungkin, lebih baik sebelum 2 jam setelah
urin ditampung. Urin yang akan diperiksa ini harus merupakan urin pertama yang
dikeluarkan pada pagi hari. Agar dapat melakukan proses skrining dengan cepat perawat
dapat melaksanakan urinalisis menggunakan strip reagen khusus. Hal ini dilakukan untuk
mengobservasi perubahan warna dalam waktu yang ditetapkan dalam kemasan strip tersebut.
Pemeriksaan urinalisis 
 adalah metode pemeriksaan yang cepat bagi skrining pasien-
pasien simtomatik untuk mendeteksi substansi tertentu yang mencakup hemoglobin, keton,
protein, dan leukosit.

b.Y Berat jenis urin


Berat jenis urin adalah berat atau derajat konsentrasi suatu substansi yang
dibandingkan dengan air dalam volume yang sama. Untuk mengukur berat jenis urin ini
menggunakan teknik urinometer dengan cara spesimen urin dituangkan ke dalam sebuah
silinder khusus yang bersih dan kering.urinometer yang berat di celup dan diputarkan secara
perlahan ke dalam silinder yang berisi air. Selain dengan urinometer, ter osmolaritas juga
dapat dilakukan untuk mengukur jumlah total artikel yang ada di dalam larutan secara akurat.
c.Y Kultur urin
Kultur urin membutuhkan sampel urin steril yang diambil dengan cara
pengeluaran bersih. Tes kultur urin ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pertumbuhan
bakteri atau tidak. Hasil kultur urin dapat mengusulkan perubahan pada pilihan obat.

Menurut dr. R. rirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma di dalam buku Cermin
Dunia Kedokteran, pemeriksaan urin di bagi menjadi dua macam, yaitu : pemeriksaan rutin
dan lengkap
a.Y Pemeriksaan rutin
Dalam pemeriksaan urin ini dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.

p     . Pemeriksaan makroskopik ini yang diperiksa adalah


volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.Pengukuran volume urin yang
dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal
ginjal.Pemeriksaan terhadap   
 mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik. rarna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan
sebagainya. #    dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh,
keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Pemeriksaan )  
  urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
dengan memakai  ÷ gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan
reagens pita.

p     Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin


yaitu pemeriksaan sedimen urin.Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal
dan saluran kemi serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang
segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin.

p    Dalam pemeriksaan kimia ini digunakan alat yaitu reagens
pita.Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaanpH, protein, glukosa, keton, bilirubin,
darah, urobilinogen dan nitrit.

b.Y Pemeriksaan lengkap

Pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan
pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

-Y Pemeriksaan )    dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat
lebih dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan
asam beta hidroksi butirat.
-Y Pemeriksaan )  
) dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan
bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua
-Y Pemeriksaan
)   dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal
kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 -- 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
-Y Dalam keadaan normal tidak terdapat   dalam urin, adanya darah dalam urin
mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid
-Y Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya )  
 dapat ditentukan dengan
tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin

Pemeriksaan Urin yang lain :

1.Y Pemeriksaan kanker urothelial(@ ÎÎ )


-Y Sitologi urin (@  
÷-. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengawasan
kandung kemih dari adanya kanker.
-Y Tes TRAK- antigen tumor kandung kemih (B 
 
÷   


-. Untuk mendeteksi adanya tumor pada kandung kemih atau tidak
-Y Matriks protein nuklir 22 (  
 
-
-Y @Î


2.Y Pemeriksaan Hormon
Tes untuk kelainan pada sekresi hormon adrenal penting dalam pemeriksaan pasien
yang diduga tumor adrenal.Pheochromocytoma dan neuroblastoma dapat dideteksi
dengan mengukur ekskresi asam vanillylmandelic.
Pemeriksaan batu konstituen (@ Î@
"Y 1 2    $   
     )        
 
   

Data subjektif Data objektif


1.YKaji batasan karakteristik 1.kaji batasan karakteristik
uY Masalah pengontrolan urin - pancaran urin
uY Riwayat gejala - urin
uY Inkontinensia ( dewasa )
uY Enoresis ( anak )
2.YKaji factor- factor yang berhubungan 2.Kaji factor-faktor yang berhubungan
uY Adanya factor-faktor risiko - cara pengosongan dan pola pemasukan
uY Kemampuan fungsional cairan
uY Hambatan lingkungan - tonus otot
- refleks-refleks
- kandung kemih
- kemampuan fungsional
- kemampuan kognitif

!"Y1 2    $   
 0         
Spesimen tersebut diberi label yang diberi nama klien, tanggal, dan waktu
pengumpulan urine.
Fischbach, Frances. ( 1999 ). a
 ÷
 
. New York :
cippincott

Potter, Patricia A. & Perry, Griffin Anne.( 2005 ).   


  
  
p  p
. Edisi 4.Jakarta : EGC

Potter, Patricia A. & Perry, Griffin Anne.( 1997 ).   


 ÷Î 

p  p
 . Fourth Edition.Missouri : Mosby

Decaune, S. C. & cadner, P. K. (2002).   


 ÷
 
 
   
. cousiana: Delmar/ Thompson cearning.

You might also like