You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Tembakau dan industri hasil ikutannya (rokok) selama ini telah memberikan
kontribusi cukup besar terhadap ekonomi nasional. Industri tembakau dari hulu (usaha
tani) sampai hilirnya (Industri Hasil Tembakau/Rokok), menyerap Tenaga Terlibat
Langsung (TTL) sebesar 6.100.000 orang (pertanaman tembakau dan pemeliharannya,
cengkeh, IHT, Industri terkait lainnya sampai distribusi/retail). Masing-masing TTL
diasumsikan menghidupi 4 orang, berarti terdapat sekitar 24.400.000 orang yang dihidupi.
Jika dijumlahkan dengan penyerapan Tenaga Tidak Terlibat Langsung (TTTL) terdapat
sekitar 30,5 juta orang yang  hidup dan  bergantung pada industri tembakau. Semantara
itu,  Industri Hasil Tembakau (IHT) juga memberikan kontribusi terhadap nilai ekonomi
akhir (Ultimate Economi Value) dan  Gross Domestic Product (GDP). Tahun 2008, GDP
IHT adalah sebesar Rp 5.000 triliyun atau 2,4% dari GDP Nasional.  Sedangkan cukai
dan pajak lainnya adalah sebesar Rp 57 triliyun, dan akan terus meningkat

Permasalahan umum yang dihadapi komoditas tembakau terutama tembakau lokal


dan industri rokok kretek adalah kampanye anti rokok yang dipelopori WHO (World
Health Organization) sejak tahun 1974.  Pemerintah telah menerbitkan PP 38/2000,
antara lain menetapkan pembatasan kadar nikotin dan tar (dalam asap) maksimum 1,5 dan
20 mg per batang rokok.

PP tersebut berdampak cukup besar, antara lain penurunan produksi rokok kretek dan
harga tembakau lokal, sehingga akhirnya diperbarui dengan PP 19/2003 yang mencabut
ketetapan kadar nikotin dan tar tersebut, tetapi setiap bungkus rokok tetap wajib
mencantumkan kadar tar dan nikotin yang terkandung serta peringatan bahaya merokok
bagi kesehatan.  Selain itu Departemen Pertanian wajib mencari tembakau dengan resiko
kesehatan seminimal mungkin, di antaranya kadar nikotin dari tembakau cukup rendah.

Upaya Balittas untuk menurunkan kadar nikotin tembakau lokal dimulai tahun 1993. 
Tembakau Madura Prancak-95 disilangkan dengan beberapa varietas tembakau Oriental
(Turki) yang berkadar nikotin < 1 %.  Hasil persilangan diseleksi untuk mendapatkan
galur yang berkadar nikotin lebih rendah dari Prancak-95 dengan bentuk morfologi mirip
1|PTP Bahan Penyegar
Prancak-95 dan mewarisi sifat ketahanan terhadap penyakit lanas (Phytophthora
nicotianae) dari Prancak-95.  Dari 10 galur yang diuji multilokasi terpilih galur 93/2 dan
90/1 yang kemudian dilepas pada bulan Mei 2004 sebagai Prancak N-1 dan Prancak N-2.

2|PTP Bahan Penyegar


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari


genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam
bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat. Jika dikonsumsi, pada umumnya
tembakau dibuat menjadi rokok,tembakau kunyah, dan sebagainya. Tembakau telah lama
digunakan sebagai entheogen di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara
memopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang. Kepopuleran ini
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan. Setelah Perang
Saudara Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan tenaga kerja menyebabkan
perkembangan industri rokok.

Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok
antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air,
memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian
antara 200-3.000 m dpl.

3|PTP Bahan Penyegar


BAB III

PEMBAHASAN

Nikotin (β-pyridil-α-N-methyl pyrrolidine) merupakan senyawa organik spesifik yang


terkandung dalam daun tembakau. Apabila dihisap senyawa ini akan menimbulkan
rangsangan psikologis bagi perokok dan membuatnya menjadi ketagihan. Selama ini yang
terjadi adalah tembakau mutu tinggi pada umumnya mengandung nikotin dan senyawa
aromatisnya tinggi, terutama tembakau lokal. Sebagai contoh pada tembakau
temanggung, semakin ke atas posisi daun pada batang maka kadar nikotin dan senyawa
aromatisnya semakin tinggi, demikian pula mutu dan harganya juga semakin tinggi.
Kadar nikotin, mutu dan harga tembakau temanggung dan madura yang ditanam di lahan
tegal lebih tinggi dari pada yang dfitanam di lahan sawah. Pada tembakau virginia, krosok
bermutu tinggi yang berperan sebagai pemberi rasa ternyata juga berkadar nikotin tinggi.
Oleh karena itu budidaya dan penelitian pada masa lalu selalu ditujukan untuk
memproduksi tembakau dengan kadar nikotin dan senyawa aromatis yang tinggi.
Konsentrasi Nikotin biasanya sekitar 5% dari per 100 gram berat tembakau. Sebatang
rokok biasanya mengandung 8-20 mg nikotin, walaupun tentu saja, sangat bergantung
pada merk rokok tersebut

Menurut Legg dan Collins (1971) dan Schumacher (1989), kadar nikotin dikendalikan
oleh dua gen utama dan sejumlah gen minor. Tanaman tembakau dengan gen AABB
berkadar nikotin tinggi dan tanaman tembakau dengan gen aabb berkadar nikotin rendah.
Dengan demikian persilangan antara varietas berkadar nikotin tinggi dengan varietas
berkadar nikotin rendah akan menghasilkan individu-individu beragam yang berkadar
nikotin rendah sampai tinggi. Menurut Leffingwell (1999), kadar nikotin tembakau dapat
berkisar antara 0,5 sampai 8%. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kadar
nikotin antara lain tipe tanah, ketinggian tempat, kerapatan populasi tanaman, dosis pupuk
dan jenis lahan. Tembakau yang ditanam pada tanah berat berkadar nikotin lebih rendah
dibanding yang ditanam di tanah lempung. Kadar nikotin tembakau cenderung meningkat
bila ditanam di daerah yang lebih tinggi. Semakin banyak populasi tanaman per hektar
kadar nikotin semakin rendah, dan semakin tinggi dosis pemupukan nitrogen kadar

4|PTP Bahan Penyegar


nikotin semakin tinggi. Kadar nikotin tembakau yang ditanam di lahan sawah lebih
rendah dibanding di lahan tegal (Suwarso et.al., 1992; Murdiyati et.al., 1999; Rachman,
2003).

Dari keterangan di atas, maka dimungkinkan untuk menurunkan kadar nikotin


tembakau dengan merubah genetik maupun lingkungan tumbuh. Menurut Abdallah
(1970), penurunan kadar nikotin dapat dilakukan sampai batas yang sesuai dengan
kebutuhan industri rokok. Hal ini disebabkan kadar nikotin berkorelasi positif dengan
senyawa-senyawa lain yang berpengaruh terhadap mutu baik maupun dengan mutu
organoleptik seperti rasa dan aroma.

Oleh karena itu bagi pabrik rokok, upaya untuk menurunkan kadar nikotin lebih
mudah dilakukan secara pabrikasi dibandingkan dengan mengganti jenis tembakau dalam
racikan rokok. Salah satu contoh adalah tembakau Lumajang VO yang berkadar nikotin
rendah (0,3 – 1,2 %). Tembakau yang di produksi di Lumajang (Jawa Timur) ini hanya
sesuai untuk keperluan tembakau pipa dan tidak sesuai untuk rokok kretek. Cara pabrikasi
untuk menurunkan kadar nikotin rokok (cigarrete design) antara lain dengan
menggunakan filter untuk mengurangi kadar tar dan nikotin dalam asap yang dihisap
perokok; atau menggunakan kertas sigaret yang pori-porinya lebih banyak, sehingga ada
pengenceran kadar nikotin dan tar dalam asap karena udara yang terhisap lebih banyak.

5|PTP Bahan Penyegar


DAFTAR PUSTAKA

 Respon Pasar Tembakau Rendah Nikotin ( Studi Kasus Tembakau Madura ) :

http://rokokdantembakau.blogspot.com/2008/04/respon-pasar-tembakau-rendah-
nikotin.html

diakses tanggal 21 – 02 – 2011 pukul 22.00

 Wikipedia – Tembakau

http://id.wikipedia.org/wiki/Tembakau

diakses tanggal 22 – 02 – 2011 pukul 17.40

6|PTP Bahan Penyegar

You might also like