Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Obat merupakan sebuah substansi yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun
zat kimia tertentu yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau
pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh.
B. REAKSI OBAT
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan bekerja sesuai
proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh
yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi
pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh. Adapun faktor yang
mempengaruhi reaksi obat yaitu :
1. Absorbsi obat
2. Distribusi obat
3. Metabolisme obat
4. Eksresi sisa
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik adalah obat
memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif
( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain.
Sedangkan efek samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan
kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit
iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
1
3. Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
4. Tepat cara pemberian obat
Pastikan cara pemberian obat yang telah diprogramkan, apakah diberikan peroral,
sublingual, parenteral/injeksi, topikal, rektal, inhalasi.
5. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, apakah pagi,
siang, malam, sesudah makan, sebelum makan, saat makan, sebelum tidur, dll. Karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
6. Tepat pendokumentasian
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
4
3. Identifikasi klien secara tepat
4. Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
5. Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan hiperektensi leher
6. Pakai sarung tangan
7. Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari dalam keluar
8. Minta klien untuk melihat ke langit-langit
9. Teteskan obat tetes mata :
- Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegang penetes mata yang terisi obat
kurang lebih 1-2 cm (0,5-0,75 inci) diatas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan
non dominan menarik kelopak mata kebawah.
- Teteskan sejumlah obat yang diresepkan kedalam sacus konjungtiva. Sacus
konjungtiva normal menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat tetes ke dalam sacus
memberikan penyebaran obat yang merata di seluruh mata.
- Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggir luar
kelopak mata, ulangi prosedur
- Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan perlahan
- Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60 detik
10. Memasukkan salep mata :
- Pegang aplikator salep di atas tepi kelopak mata, pencet tube sehingga memberikan
aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
- Minta klien untuk melihat kebawah
- Membuka kelopak mata atas
- Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian dalam
- Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara perlahan
dengan gerakan sirkuler menggunakan bola kapas.
11. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian
dalam ke luar kantus (kantung mata)
12. Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih diatas pada
mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa
memberikan penekanan pada mata.
13. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai
14. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata (kiri, kanan atau
kedua-duanya) yang menerima obat.
5
3. Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
Contoh obat topikal telinga :
1. Antibiotik : kloramfenicol
2. Pelunak serumen : karbogliserin 10%
Persiapan alat :
1. Botol obat dengan penetes steril
2. Buku obat
3. Cotton bud
4. Normal salin
5. Sarung tangan
Prosedur kerja
1. Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat
harus diberikan.
2. Siapkan klien :
- Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
- Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
- Atur posisi klien miring kesamping (side lying) dengan telinga yang akan diobati
pada bagian atas.
3. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga :
- Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
- Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan, bersihkan daun telinga dan
meatus auditory
4. Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu
yang singkat
5. Tarik daun telinga keatas dan kebelakang (untuk dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun),
tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (bayi)
6. Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
7. Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
8. Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
9. Kaji respon klien : kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya
ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan
ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
10. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
11. Dokumentasikan semua tindakan
6
1. Antikongesti : Oksimetazolin HCl
Persiapan alat :
1. Botol obat dengan penetes steril
2. Buku obat
3. Sarung tangan
Prosedur kerja:
1. Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat
harus diberikan.
2. Siapkan klien :
- Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
- Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
- Atur posisi klien berbaring supinasi dengankepala hiperekstensi diatas bantal (untuk
pengobatan sinus ethmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala
hiperektensi dan miring kesamping (untuk pengobatan sinus maksilaris dan frontal)
3. Bersihkan lubang telinga
4. Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
5. Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior tulang
etmoidalis
6. Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit
7. Kaji respon klien : kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan
dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek
obat telah bekerja.
8. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
9. Dokumentasikan semua tindakan
8
- Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
- Cuci tangan
- Kaji respon klien
- Dokumentasikan semua tindakan
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC
2. Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.
3. Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.
4. Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.
5. JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru
Lahir Jakarta. Pusdiknakes.
6. JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
7. Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.
8. Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth
edition, Menlo Park, Calofornia.
9. Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester
Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.
10. Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC