Professional Documents
Culture Documents
Revolusi Genetika
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ilmu dan moral, tanggung jawab sosial, serta revolusi genetika adalah hal yang
makin cerdas, maka makin pandai kita menemukan kebenaran, makin benar maka makin
baik pula perbuatan kita? Apakah manusia dengan penalaran tinggi lalu makin berbudi
atau sebaliknya makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta? Melalui makalah ini
akan diuraikan mengenai ilmu dan moral, netralitas seorang ilmuwan terhadap hasil
penemuannya, khususnya dalam kasus atom (nuklir) dan uraian tentang revolusi genetika.
2. Rumusan Masalah
4. Bagaimana pengaruh revolusi genetika terhadap tanggung jawab moral dan sosial
ilmuwan.
1. Aksiologi Ilmu
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Dan
merupakan kenyataan yang tak dapat dimungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas
penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya.
Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti
penyelamat manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang
pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk
hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi umat manusia itu
sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan proporsional dan memihak pada nilai- nilai
kebaikan dan kemanusian. Sebab, jika ilmu tidak berpihak pada nilai-nilai, maka yang
diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang
benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si ilmuwannya.
kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah
berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis, dan tanggung jawab moral.
Pernyataan di sekitar batas wewenang penjelajahan sains, kaitan ilmu dengan moral, nilai
yang menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab sosial ilmuan telah
menempatkan aksiologi ilmu pada posisi yang sangat penting. Karena itu, salah satu
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos
artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini dijelaskan
beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang
Menurut Wibisono, dalam Surajiyo, 3 aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur
kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta
penerapan ilmu.
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
3. Socio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat social
politik.
1
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakata 1996,
hlm. 234
2
Wihadi Admojo, et.al. Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1990 hlm. 19
3
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta 2007 hlm. 152
4
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu. Rajawali Pers, Jakarta 2009 hlm. 163
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit
seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-
nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau
nilai dia.
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau
dinilai.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Teori tentang nilai yang
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika
dimana makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk
sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi, sain dan teknologi dikembangkan untuk
memudahkan hidup manusia agar lebih mudah dan nyaman. Peradaban manusia
1
Op.cit, hlm. 164
dipungkiri peradaban manusia berhutang budi pada sains dan teknologi. Berkat sains dan
teknologi pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan dengan lebih cepat dan mudah.
Sejak dalam tahap- tahap pertama ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang, di
samping lain ilmu sering dikaitkan dengan faktor kemanusiaan, dimana bukan lagi
namun sebaliknya manusialah yang akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan
teknologi. Menghadapi kenyataan ini ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam
sebagai mana adanya mulai mempertanyakan hal yang bersifat seharusnya, untuk apa
sebenarnya ilmu itu harus digunakan? Dimana batasnya? Kearah mana ilmu akan
berkembang?
Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan tekhnologi
yang bersifat merusak ini para ilmuan terbagi ke dalam golongan pendapat yaitu
golongan pertama yang menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-
nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Sebaliknya golongan kedua bahwa
netralisasi terhadap nilai- nilai hanyalah terbatas pada metavisis keilmuan sedangkan
Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang telah
keilmuan.
Ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada
memenuhi syarat-syarat keilmuan maka ia akan diterima sebagai bagian dari kumpulan
diperlukan keberanian moral. Moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka masalah
moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. 2 Pada kenyataan sekarang
tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat tergantung kepada ilmu dan
manusia dapat dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan diciptakannya
hidupnya. Namun dalam kenyataan apakah ilmu selalu merupakan berkah, terbebas dari
1
Jujun, op.cit, hal. 237.
2
Ibid, hlm. 234-235
Ilmu bukan saja digunakan untuk mengusai alam melainkan juga untuk memerangi
sesama manusia dan mengusai mereka. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana
yang memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi
reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi bukan saja menimbulkan gejala
atau dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia
itu sendiri, atau dengan perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu
manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri.
kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang mengelilingi matahari” dan bukan
sebaliknya seperti yang dinyatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara
ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama). Dari hal tersebut timbullah konflik
yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang berkulminasi pada pengadilan
inkuisisi Galileo pada tahun 1633. Pengadilan inkuisisi Galileo ini selama kurang lebih
dua setengah abad mempengaruhi proses perkembangan berfikir di Eropa, pada dasarnya
mencerminkan pertarungan antara ilmu yang terbebas dari nilai-nilai diluar bidang
keilmuan dan ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan yang ingin menjadikan nilai-nilainya
berdasarkan penafsiran alam sebagaimana adanya dengan semboyan: Ilmu yang Bebas
Nilai! Setelah pertarungan kurang lebih dua ratus lima puluh tahun maka para ilmuwan
mendapatkan kemenangan. Setelah saat itu ilmu memperoleh otonomi dalam melakukan
sesuai dengan yang diharapkan yaitu dalam rangka mensejahterakan kehidupan manusia.
dan teknologi dihadapkan dengan moral, para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan
pendapat. Golongan pertama ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total seperti
pada era Galileo sedangkan golongan kedua mencoba menyesuaikan kenetralan ilmu
mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal yakni: (1) Ilmu secara faktual telah
dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua perang
dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum ilmuwan lebih mengatahui tentang
ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalagunaan; dan (3) Ilmu telah
mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi
genetika dan teknik perubahan sosial (social engineering). Berdasarkan ketiga hal ini
maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk
Ilmu atau yang dikenal pula dengan pengetahuan bersumber dari otak. Ilmu
memberi keterangan bagaimana kedudukan suatu masalah dalam hubungan sebab akibat.
Ilmu mempelajari hubungan kausal di antara sejenis masalah. Kebenaran yang didapat
dengan keterangan ilmu hanya benar atas syarat yang diumpamakan dalam suatu
keterangan. Oleh karena itu, keterangan ilmu bersifat relatif. Orang yang berilmu akan
menerima setiap kebenaran yang didapat dalam penyelidikan ilmu dengan kritis. Tiap-
tiap pendapat yang dikemukakan diuji kebenarannya, itulah yang membawa kemajuan
ilmu. Kelanggengannya dapat diganti dengan penemuan yang baru. 1 Kemudian di mana
Untuk melacak kenetralan ilmu, maka apllied-science atau ilmu terapan atau
teknologi di dunia modern tidak dapat dijadikan sebagai indikator ilmu dalam kategori
netral atau tidak netral. Kenetralan ilmu terletak pada pengetahuan yang carteis, asli,
murni, tanpa pamrih, tanpa motif atau guna. Artinya, ilmu akan netral bila bebas nilai
Namun demikian, dalam perkembangan ilmu tidak sedikit yang semestinya netral
dan bertujuan baik karena dipraktikkan oleh ilrnuwan yang disebabkan banyak faktor
ilmu berkembang sebagai sesuatu yang tidak netral, bahkan seringkali menciptakan
1
A. Mukti Ali, Iman dan Ilmu Pengetahuan, Yayasan Nida, Yogyakarta 1972, hal. 14-15.
2
Pranjoto Suijoatmodjo, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Depdikbud, Jakarta, 1988 hal. 146-148
menjadi sesuatu yang traumatik, siapa yang mesti bertanggung jawab? Ilmu atau
ilmuwan? Misalnya dalam kasus nuklir sebagai pengembangan atom, apakah Albert
Pada tanggal 02 Agustus 1939, Albert Einstein menulis surat kepada presiden
serangkaian kegiatan yang mengarah pada pembuatan bom atom. Apakah yang
membuat bom atom? Apakah karena alasan dia anti Hitler? Enstein adalah penemu rumus
E = MC2 yang menjadi dasar bagi pembuatan bom atom. Einstein dalam suratnya yang
kekhawatiran mengenai kemungkinan pembuatan bom atom oleh Nazi. Dan apabila
sekiranya waktu itu Jerman tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk membuat bom atom,
Secara faktual ilmu digunakan secara destruktif oleh manusia, yang dibuktikan
dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi- teknologi keilmuan,
ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi
sesama manusia dan menguasai mereka. Disamping berbagai senjata modern juga
konsep- konsep sains untuk membantu memecahkan masalah manusia baik perangkat
10 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
(dehumanisme), bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri,
terutama akibat perkembangan sain dan teknologi. Sains bukan lagi sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan melainkan menciptakan tujuan hidup itu sendiri.
dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah
bangsanya sendiri. Sejarah telah mencatat bahwa para ilmuwan bangkit dan bersikap
ilmuwan tidak pernah bersifat netral. Mereka tegak dan bersuara sekiranya kemanusiaan
memerlukan mereka. Suara mereka bersifat universal mengatasi golongan, ras, sistem
hubungan antara etika atau moral dengan ilmu itu sendiri. Etika sebagai kelompok filsafat
moral. Etika sangat berkaitan dengan pelbagai masalah-masalah nilai (values) karena
pokok kajian etika terletak pada ragam masalah nilai “susila” dan “tidak susila”, baik”
dan “buruk”.
Etika dalam konteks ilmu adalah nilai (value). Dalam perkembangan ilmu sering
digunakan metode trial and error, dan dari sinilah kemudian sering menimbulkan
fatal error sehingga tuntutan etika sangat dibutuhkan sebagai acuan moral bagi
11 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
pengembangan ilmu.1 Dalam konteks ini, eksistensi etika dapat diwjudkan dalam visi,
Ada empat klaster domain etika yang sangat dibutuhkan dalam eksperimen dan
pengembangan ilmu, yaitu berupa (1) temuan basic research, (2) rekayasa teknologi, (3)
dampak sosial pengembangan teknologi, serta (4) rekayasa sosial. 2 Dari empat klaster
tanggungjawab terhadap kebenaran, hak azasi manusia, hak masyarakat, dan sebagainya.
Temuan basic research; beberapa contoh yang berkaitan dengan basic research
adalah penemuan DNA sebagai konstitusi genetik makhluk hidup. Ketika ditemukan
tentang DNA unggul dan DNA cacat, dan pada saat dikembangkan pada wilayah
kehidupan alam seperti DNA pohon jati unggul dipergunakan untuk memperluas dan
meningkatkan reboisasi, maka hal ini tidak menemukan masalah. Demikian juga
penemuan ilmu tentang kloning, ilmu tidak mengalami kendali etika ketika hanya
merambah eksperimen pada hewan, semisal rekayasa domba masa depan agar dapat
memberi protein hewani pada manusia yang semakin bertambah dengan cepat juga belum
bermasalah. Namun demikian, ilmu tentang pengembangan DNA dan kloning kelas akan
Temuan Rekayasa Teknologik; thalidomide, suatu temuan obat tidur yang telah
diadakan uji klinis pada binatang, tetapi tidak untuk manusia. Posisi ilmu tidak
digunakan oleh ibu mengandung memasuki bulan kedua dan terbukti dapat
1
Noeng Muhadjir, Filsafal llmu, Rake Sarasin, Yogyakarta 1998, hal. 148-150
2
Ibid, hal. 148
12 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
mengakibatkan bentuk janin bayi menjadi tidak normal, maka uji klinis pun mesti
diperketat.
keseluruhan. Misalnya DNA sebagai konstitusi genetik makhluk hidup maka dapat
memberi dampak pada martabat manusia, khususnya nilai-nilai perkawinan yang dapat
melahirkan keturunan yang diakui oleh agama. Demikian juga dengan ilmu kloning, jika
hanya dengan maksud untuk meningkatkan kualitas manusia, justru akan menghancurkan
martabat manusia.
Bom atom nuklir yang menjadi ancaman seluruh manusia merupakan akibat
penemuan energi partikel alpha radioaktif yang dipergunakan secara destruktif yang
semestinya untuk keperluan medis dan alternatif energi listrik. Sebagai contoh ketika
terjadi di Nagasaki dan Hirosima Jepang yang luluh lantak akibat dibom atom oleh
Rekayasa Sosial; salah satu dari rekayasa sosial adalah pemupukan kepercayaan
kekuasaan, sistem kapitalisme dan sosialisme, sistem kasta yang mentabukan perkawinan
etika dalam pendekatan filsafat ilmu belum muncul kalau hanya pada wilayah
epistemologik, namun mem-bicarakan aksiologik keilmuan, mau tidak mau etika harus
terlibat.
13 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
Etika akan membawa pada perkembangan ilmu untuk menciptakan suatu
peradaban yang baik, bukan menciptakan malapetaka dan kehancuran. Misi ilmu tidak
sebagai kekuatan. Siapa yang ingin menguasai alam semesta maka harus menguasai ilmu.
Akan tetapi, yang kurang bijaksana adalah jika manusia menguasai alam dan
dengan alam. Apa yang terjadi? Banyak sekali terjadi kerusakan lingkungan hidup yang
pada gilirannya akan mengancam kelangsungan hidup manusia juga. Oleh karena
hubungan manusia dan alam tidak bersifat instrinsik kosmologis, tetapi juga etis-
epistemologis.1
seorang ilmuwan menemukan sesuatu yang menurut dia berbahaya bagi kemanusiaan
maka apakah yang harus dia lakukan? Apakah dia menyernbunyikan penemuan tersebut
sebab dia merasa bahwa penemuan itu lebih banyak menimbulkan kejahatan
dibandingkan dengan kebaikan? Ataukah dia akan bersifat netral dan menyerahkannya
Kenetralan seorang ilmuwan dalam hal ini disebabkan anggapannya bahwa ilmu
kanker harus didahului dengan penemuan dasar di bidang biologi molekuler. Penemuan
1
Ahmad Dahlan, Ilmu, Etika dan Agama, Jurnal Ibda`, Purwokerto 2008, hlm. 71-90
14 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
laser memungkinkan penggunaannya sebagai terapi medis daiam berbagai penyakit.
Dalam aspek inilah ilmu pengetahuan diyakini terbebas dari nilai-nilai yang
mengikat. Dalam aspek-aspek lainnya seperti apa yang ditelaah oleh ilmu pengetahuan
dan bagaimana pengetahuan itu dipergunakan mau tidak mau seorang ilmuwan terikat
secara moral dalam artian mempunyai preferensi dan memilih pihak. Dalam menentukan
masalah apa yang akan ditelaahnya maka seorang ilmuwan secara sadar atau tidak sudah
5. Revolusi Genetika
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dalam bidang kimi dan fisika membawa
menfaat yang banyak bagi kehidupan manusia. Namun disamping menfaat positif muncul
pula penyalagunaan kemajuan ilmu kimia dan fisika sehingga menimbulkan malapetaka.
Perang Dunia I yang menghadirkan bom biologis dan Perang Dunia II memunculkan bom
masing- masing, namun seperti kotak Pandora yang terbuka kecemerlangan itu membawa
malapetaka. Perang Dunia I menghadiahkan bom kuman yang menjadi kutukan ilmu
kimia dan Perang Dunia II muncul bom atom produk fisika, dan kutukan apa yang akan
1
Jujun, op.cit. hlm.
15 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia
sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaahan itu
sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah
yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu sudah banyak sekali, namun penelaahan-
penelaahan ini dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, dan tidak
membidik secara langsung manusia sebagai obyek penelaahan. 1 Artinya, jika kita
mengadakan penelaahan mengenai jantung manusia, maka hal ini dimaksudkan untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan penyakit jantung. Atau
dengan perkataan lain, upaya kita diarahkan dalam mengembangkan pengetahuan yang
memungkinkan kita dapat mengetahui segenap proses yang berkaitan dengan jantung,
dan di atas pengetahuan itu dikembangkan teknologi yang berupa alat yang memberi
Dengan penelitian genetika ini menjadi sangat lain kita tidak lagi menelaah organ-
organ manusia melainkan manusia itu sendiri yang menjadi objek penelitian yang
yang mengubah manusia itu sendiri, apakah perubahan itu akan dibenarkan dengan
Jawabannya yaitu tinggal dikembalikan lagi kepada hakikat manusia itu sendiri,
karena sudah kita ketahui bahwa ilmu itu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu
dalam mencapai tujuan hidupnya, tujuan hidup ini berkaitan erat dengan hakikat
kemanusiaan itu sendiri, bersifat otonom dan terlepas dari kajian dan pengaruh ilmiah.
Penemuan dan riset genetika akan digunakan dengan itikad yang baik untuk
keluhuran manusia, dan bagaimana sekiranaya riset tersebut jatuh pada tangan yang tidak
1
Ibid, hlm.
16 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
bertanggung jawab dan mempergunakan penemuan ilmiah ini untuk kepentingannya
sendiriyang bersifat destruktif? Apa yang akan diberikan bahwa pengetahuan ini tidak
akan dipergunakan untuk tujuan- tujuan seperti itu? Dari pertanyaan itu kita melihat dari
sudut ini makin meyakinkan kita bahwa akan lebih banyak keburukannya dibandingkan
Dalam penelitian genetika, kita tidak lagi melaah organ-organ manusia dalam
misalnya untuk memudahkan pengobatan. Dalam rekayasa genetika, yang dilakukan itu
sendiri menjadi objek penelaahan, yang menghasilkan bukan lagi teknologi yang akan
Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan berbagai informasi penting yang didapat dari
ini bahwa manusia akan tergoda untuk memanipulasi gen-gennya sendiri, dan akhirnya
mengaitkannya dengan masalah kebahagiaan dan kedamaian, yang merupakan hal yang
mampu menciptakan manusia yang IQ-nya 160 ke atas. Dengan tingkat IQ setinggi itu
pastilah dia memiliki kecerdasan yang luar biasa sekali, sehingga mampu mengetahui dan
melakukan hal-hal yang selama ini tidak mampu dilakukan oleh manusia lain. Tetapi
pertanyaannya adalah, apakah dengan tingkat IQ setinggi itu, ilmu bisa memberikan
jaminan bahwa dia akan bahagia. Dalam hal ini ilmu tentu tidak bisa memberikan
jawaban sebelum hal itu bisa dibuktikan melalui pengalaman nyata sesudahnya. Itu
1
Antonius Atoshoki, dkk, Relasi dengan Dunia, PT. Gramedia, Jakarta 2005 hlm. 171
17 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
berarti ilmu harus melakukan percobaan dulu, lalu baru kemudian mengamati hasil-
hasilnya. Hal ini tentu sudah memasuki wilayah moral, yakni sejauh mana manusia boleh
diperlakukan sebagai kelinci percobaan? Sampai seberapa banyak dan seberapa jauh
percobaan harus dilakukan untuk memperoleh hasil yang dinginkan, dalam arti ilmu
dapat memberikan pembuktian yang meyakinkan? Ini hanya salah satu hal saja dari
sekian banyak masalah moral yang terkait dengan penggunaan manusia sebagai kelinci
percobaan. Dan kalaupun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian itu dimaksudkan demi
kebaikan bagi manusia, namun bagaimana sekerinya penemuan itu jatuh ke tangan pihak-
wewenag penjelajahan sains, disamping tanggung jawab dan moral ilmuan. Jika sains
melakukan telaahan terhadap organ tubuh manusia, seperti jantung dan ginjal barangkali
hal itu tidak menjadi masalah terutama jika kajian itu bermuara pada penciptaan
teknologi yang dapat merawat atau membantu fungsi- fungsi organ tubuh manusia. Tapi
jika sains mencoba mengkaji hakikat manusia dan cenderung mengubah proses
penciptaan manusia seperti kasus dalam kloning hal inilah yang menimbulkan pertanyaan
disekitar batas dan wewenag penjelajahan sains. yang jadi pertanyaan sekarang sejauh
Berkaitan dengan pertanyaan di atas dimana kaitan ilmu dengan moral, nilai yang
menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab sosial ilmuwan telah menempatkan
aksiologi ilmu pada posisi yang sangat penting karena itu salah satu aspek pembahasan
mendasar dalam integrasi keilmuan adalah aksiologi yang sebelumnya telah dibahas.
18 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas menyatakan sikap
menolak terhadap dijadikannya manusia sebagai obyek penelitian genetika. Secara moral
kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek yang tercakup dalam obyek formal
(ontologis) ilmu. Menghadapi nuklir yang sudah merupakan kenyataan maka moral
hanya mampu memberikan penilaian yang bersifat aksiologis, bagaimana sebaiknya kita
genetika yang baru di ambang pintu, kita belum terlambat menerapkan pilihan ontologis.
C. PENUTUP
Dari penyajian makalah tentang ilmu dan moral, tanggung jawab sosial ilmuwan
dikembangkan sebagai objek yang terikat oleh nilai-nilai moral, sehingga dalam
2. Ilmu pengetahuan diyakini terbebas dari nilai-nilai yang mengikat. Dalam aspek-
aspek lainnya seperti apa yang ditelaah oleh ilmu pengetahuan dan bagaimana
pengetahuan itu dipergunakan mau tidak mau seorang ilmuwan terikat secara
ilmu pengetahuan.
19 | N i l a i K e g u n a a n I l m u
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. Mukti, Iman dan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta : Yayasan Nida, 1972
Atoshoki, Antonius, dkk, Relasi dengan Dunia, Jakarta : PT. Gramedia, 2005
Dahlan, Ahmad, Ilmu, Etika dan Agama, Purwokerto : Jurnal Ibda`, 2008
Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 2007
20 | N i l a i K e g u n a a n I l m u