You are on page 1of 19

BAB II

KEWAJIBAN SEORANG GURU

A. SYARAT MENJADI GURU


Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah karena seorang guru dianggap lebih tahu

dari segalanya, dan serba bisa. Guru yang baik adalah guru yang rendah hati dan cakap, tetapi

sebagai pelayannya kita belum sempurna masih banyak kekurangan yang kita miliki, tetapi Allah

mau memakai kita untuk pekerjaanNya. Adapun syarat menjadi seorang guru agama kristen

menurut Dr. Mary Go Setiawani antara lain.1

1. Seorang yang lahir baru/diselamatkan. Pendidikan Agama Kristen bukan hanya

sekedar menyampaikan materi pelajaran saja, namun juga mementingkan pembinaan hidup,

apalagi mempengarui hidup orang lain, sebab itu pengalaman lahir baru/di selamatkan

adalah syarat utama bagi seorang guru pendidikan agama kristen.(1Tim 3-1-7).2

2. Seorang kristen yang bertumbuh. seorang kristen yang suam-suam kuku dan tidak

mempunyai kerinduaan untuk maju dalam hidup rohaninya, tak mungkin memiliki gairah

untuk memperhatikan kehidupan rohani orang lain. Bila guru sendiri tak mempunyai

kerinduan dan kurang terlatih dalam hal-hal rohani, ia tentu dapat melatih dan membina

muridnya, sebab itu hanyalah orang Kristen yang memiliki kerinduan untuk bertumbuh

dalam Kristus layak menjadi guru agama kristen (Efesus 4:13-15).

3. Seorang kristen yang setia pada Gereja.

Tugas seorang guru agama kristen bukan hanya sekedar membawa orang datang kekelas

untuk mengikuti pelajaran atau sekedar datang kegereja, tetapi lebih dari itu, ia harus dapat

membawa orang datang kepada Allah, menjadi salah satu anggota keluarga Allah. Ia harus

1
. Dr. Go Mary Setiawani. Pembaharuan Mengajar. Yayasan Kalam Hidup.Bandung,2000.p.7-9.
2
. LAI. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta. 2001.
juga seorang aggota gereja yang setia, yang sanggup memimpin murid untuk menjadi satu

bagian dalam gereja, mengikuti ibadah di gereja dan kebaktian-kebaktiaan lain.

4. Seseorang yang memahami bahasa pelayanan pendidikan adalah pangilan Allah bila guru

memahami bahwa pelayanan pendidikan di sekolah adalah panggilan yang khusus dari Allah,

dan yakin bahwa dirinya sedang melayani Allah, maka seharusnya ia dapat setia dan

bertaggung jawab kepada Allah, sehigga dalam kesulitan apapun, ia dapat tetap tegas

dalam Iman. Sabar dan setia sampai pada ahirnya, jika menjadi guru pendidikan bukan dari

panggilan Allah maka seorang guru tidak akan bertahan lama ia akan pindah profesi lain dan

meniggalkan tugas dan taggung jawabnya sebagai guru pendidikan agama kristen.

5. Seorang guru yang suka pada obyek yang dididiknya

Tidak semua orang suka mendekati anak-anak atau remaja, dan tidak semua orang mendekati

pemuda. Seorang guru pendidikan agama kristen harus lebih dahulu menemukan tingkatan

usia mana yang di sukai dan menarik untuk diajar. Dengan demikian barulah ia dapat

menerjunkan diri dengan sepenuh hati untuk mendidik. Misalnya, seorang yang dapat sabar

mendengar suara tangisan dan jeritan anak-anak, barulah sanggup mengajar di kelas indria;

seorang yang dapat bergaul dengan gembira bersama anak - anak yang lincah, barulah cakap

mengajar kelas pratama/madya; seorang yang dapat menyatu dengan remaja, barulah

mampu mengajar di kelas remaja; seorang yang dapat mengadakan aktivitas diskusi dengan

pemuda, barulah cocok mengajar di kelas pemuda; demikian juga seorang yang dapat

membagi beban dan kerisauan bersama orang dewasa, barulah sanggup mengajar di kelas

dewasa. Seorang guru yang mengetahui obyek yang tepat dengan dirinya, barulah dapat

mengajar dengan efektif.3

6. Seorang yang baik dalam kesaksian hidupnya seorang guru dituntut untuk menjadi teladan

bagi muridnya, baik dalam tutur kata, perbuatan, iman, maupun kasih, bila guru sendiri

tidak suka beribadah, tidak merasa tertarik untuk membaca Alkitab, juga tidak memiliki
3
. s.d.a.hal 12.(1).
kesaksian hidup yang baik, maka bagaimana mugkin dapat memberi pengaruh yang baik

kepada muridnya, tetapi ada juga seorang guru hanya mamiliki kesaksian hidup/latar

belakang yang tidak baik tetapi setelah diubahkan olen Roh Kudus kehidupannya menjadi

berkat bagi semua orang, misalnya Rasul Paulus sebelum bertobat dimana ia suka

menganiaya pengikut Kristus tetapi setelah ia bertobat banyak sekali perubahan yang dia

lakukan, ia dengan berani memberitakan Injil dan banyak orang yang percaya kepada Tuhan.

7. Seorang yang telah menerima latihan dasar sebagai guru

Seorang guru yang berhasil haruslah mengisi diri dengan pengetahuan Alakitab. Memahami

ciri-ciri khas dari tingkah laku maupun perkembambangan jiwa muridnya, menguasai teori

mengajar yang dasar, juga memahami administrasi sekolah. Sebab itu perlu mengikuti

latihan-latihan tertentu, atau mengikuti seminar-seminar dan sosialisasi pendidikan barulah

dapat mengajar dengan efektif.

8. Seorang yang melayani dengan bersandar pada kuasa Roh Kudus

Pendidikan agama berbeda dengan pendidikan umum, karena pendidikan agama bukan

hanya merupakan penyampaian pengetahuan, namun juga merupakan pembinaan dan

penentuan pola hidup. Adapun perubahan dan pertumbuhan hidup tidak dicapai dengan

kemampuan dan kecakapan manusia, bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan

kekuatan melainkan dengan kuasa Roh Tuhan barulah hal itu terjadi, itulah sebabnya

seorang guru perlu mengetahui, bahwa dengan bersandar pada Roh Kudus kita dapat

melayani Allah dan menjadi seorang guru yang berhasil.4

Menjadi guru agama kristen dalam lembaga pendidikan adalah suatu tantangan. Karena

guru agama kristen akan menjadi sorotan bagi teman – teman rekan sekerja/bapak ibu guru yang

lainnya bahkan juga bagi peserta didik itu sendiri. Jadi seorang guru agama kristen setidaknya

memiliki syarat – syarat yang telah disebutkan diatas. Tidak hanya guru agama kristen saja,

4
. s.d.a. hal.13.(1)
guru sekolah minggu, dosen maupun pendeta, atau pelayan – pelayan gereja seharusnya

memiliki syarat tersebut, Mengingat pendidikan agama itu adalah tugas gereja juga.

Sedangkan Dr E.G. Homrighausen dan Dr I.H. Enklaar dijelaskan sebagai berikut;

Seorang guru harus mempunyai hati yang lemah lembut. Perlu sekali ia mengenal Tuhan Yesus,

batinnya harus di jamah dan di terangi oleh Roh Kudus. Seorang guru harus mempunyai kasih

kepada sesamanya manusia, harus ada seorang yang kuat untuk mengantar orang lain kepada

Yesus Kristus.

Seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang isi iman kristen, ia

harus mengenal Alkitab dengan baik untuk dididik dan dilatih sebelum ia mengajar orang lain,

seorang guru harus mengetahui bagaimana iman bertumbuh dalam batin manusia dan bagaimana

iman itu berkembang dalam seluruh hidup orang percaya itu. Maksudnya guru banyak sedikit

harus mempunyai ilmu jiwa yang berhubungan dengan soal-soal agama, Seorang guru harus

menunjukkan sungguh-sungguh kepada gerejanya. Ia sendiri harus rajin dalam mengambil

bagian dalam kebaktian dan pekerjaan gereja umumnya, dan jangan hanya menaruh minat pada

tujuan sendiri. Seorang guru harus mempunyai pribadi yang jujur dan tinggi mutunya dari

syarat-syarat di atas dapat disimpulkan sebagai berikut; “pengetahuan yang hidup mengenai

pokok yang di ajarkannya, kecakapan untuk menimbulkan minat, bahkan mengembirakan hati

orang lain, kerelaan untuk di lupakan sendiri, asal hasil pelajarannya tetap tertanam dalam

hidup anak didiknya dan semangat dalam pengorbanan diri, sebagai sebutir benih yang rela mati

supaya dapat melahirkan hidup baru berlipat-lipat ganda “.5

H. Moeftie Wiriadihardja, S.H. mencantumkan unsur karakteristik, yang diaggap

penting dimiliki seorang guru.6 Sifat perangai dan watak seorang guru berikut ini telah dikenal

oleh para penulis, enam unsur pertama merupakan hasil penelitian sedangkan unsur watak

5
. Dr. E.G. Homrighausen; Dr. I.H. Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. BPK Gunung Mulia. Jakarta. 1987.p.181-
182.
6
. H. Moeftie Wiriadirhardja, S.H. Dimensi Kepemimpinan Dalam Manajemen. Balai Pustaka. Jakarta.1987.p.93-
97.
lainnya dikutip dari berbagai kepustakaan manajemen, adapun seorang guru di maksud,

mencakup unsur sebagai berikut;

1. Toleransi (Tolerance) seorang guru yang berhasil, tidak menutup diri dalam berbagai idea

terbuka bagi semua pandangan atau gagasan dengan asumsi bahwa setiap usulan atau

gagasan bertanggung jawab dan dapat menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan

dari gagasan yang dimajukan.

2. Keuletan (Stability) seorang guru yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan

kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dan menguasai terhadap

dirinya sendiri sekalipun tidak dalam segala hal.

2.1. Keterbukaan (Frankness) bersifat terus terang, jujur dan adil dalam segala urusan dia

sangat bijaksana dan diplomatis dalam segala tindakan.

2.2. Teguh pendirian (Firmness) makin dalam menilai situasi dan kondisi keseluruhan,

tajam dalam memiliki dan membedakan fakta - fakta sebagai landasan penarikan

kesimpulan secara realitis mengenai sesuatu permasalahan, dan tidak mudah berbelok

dan mengingkari kesimpulan yang dianggapnya layak dan rasional, serta tidak bersifat

“plinplan”.

3. Rasa kesungguhan (Serious-mindedhess) seorang guru yang berhasil mencerminkan tanda

tanda kepribadian yang memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya organisasi dan

masa depannya.

4. Tenang (Tranguility) menunjukkan adanya sifat yang tidak menonjolkan keangkuhan; tidak

pasif dan selalu tanggap kepada ketidak tertiban.

5. Kesepakatan (Acceptance) memperoleh kesempatan (diterima) dan kepercayaan dari orang

lain, baik dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun dari masyarakat luas.7

6. Kecakapan menganalisa (Analitical ability) mampu menganalisa permasalahan yang

komplek serta mampu menarik kesimpulan yang sehat dari padanya.


7
. s.d.a.hal.15.(6)
7. Dorongan dan inisiatif (Drive andinitiatife) memiliki daya memulai serta dorongan untuk

menyelesaikan sesuatu, waspada dan siap siaga menghadapi hal - hal yang harus

diselesaikan , aktif dan enerjik.

8. Terarah (Direktion) cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya.

9. Tanggap dan terampil (Accuteness) cepat mengerti dan cepat menangkap intruksi dan

penjelasan .

10.Organisasi yang efektif (Organization effectiveness) selalu bertindak menurut jalur

komando.

11. Pengapdian terhadap masyarakat (Public service mindedness) tidak melupakan tujuan

berpemerintahan atau tujuan pokok berorganisasi , memberi pelayanan kepada masyarakat

secara baik.

12. Cakap dan luwes (capacity and flexibility) memiliki daya kemampuan dan berkembang.8

Pdt. Chr. Napitulu MRE dan kawan-kawan juga menjelaskan syarat menjadi guru yang

hampir sama dengan apa yang di jelaskan oleh Dr. Homrighausen. Adapun pendapatnya adalah

sebagai berikut ; “Seorang guru harus mempunyai pengalaman rohani di dalam Tuhan,

mempunyai hasrat sejati untuk menyampaikan Injil kepada sesamanya manusia, mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang isi iman kristen, serta perlu mengetahui bagaimana iman

bertumbuh dalam hati manusia karena itu guru sedikit banyak harus mempelajari ilmu jiwa yang

berhubungan dengan soal-soal agama, jujur dan setia pada gereja”.9

Drs. Slameto juga menyebutkan beberapa syarat untuk menjadi guru diantaranya adalah

sebagai berikut :10 “Guru harus mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu

maupun kelompok. Memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang diperlukan

dalam proses belajar. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar

8
. s.d.a. hal.15.(7)
9
. Pdt. Chr. Napitupulu MRE; Pdt. Drs. M. Marpaung MS. Pendidikan Agama Kristen Anak-anak Modul 1-9.
Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan masyarakat (kristen) Protestan.Jakarta.1996.p.137-138.
10
. Dr. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT Asli Mahasatya. Jakarta.2003.p.100.
sesuai dengan kemampuan pribadinya. Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-

masalah pribadi yang dihadapinya dan menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah

dilakukan”.11

Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah semudah orang membayangkan. Tetapi

menjadi guru harus melalui proses baik, studinya mapun pengalamannya. Dari syarat - syarat

untuk menjadi guru yang telah dijabarkan Dra.Ny. Tri Astuti E. Relmasira sedikit menambah

syarat menjadi guru yaitu : “Seorang guru harus belajar untuk mengerti dan menyukai remaja,

kesanggupan untuk mengenal atau mengidentifikasi remaja dengan berbagai perkembangan dan

perubahan – perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja awal adalah langkah awal untuk bisa

memahami atau mengerti jiwa remaja”.12

Ratna Megawati juga menambahkan beberapa syarat untuk menjadi guru yang berhasil

dalam mengajar diantaranya; guru sebagai pembangun citra diri positif anak, sebagai model atu

tokoh idola, mendidik dengan mencelupkan diri, memiliki inspirasi dalam mengajar, menebar

benih kebajikan tanpa pamrih.13

Dari apa yang telah dijelaskan diatas mengenai syarat – syarat seorang sangat membantu

bagi para guru untuk menemukan jati diri mereka dalam profesinya seorang guru. Karena

seorang guru sekarang ini dituntut untuk menjadi guru yang profesianal baik dalam

kepribadiannya maupun cakap dalam mengajar. Jadi dari syarat – syarat tersebut tidak hanya

untuk guru pendidikan agama kristen saja, melainkan guru sekolah minggu, pendeta, atau dosen

juga masuk didalamnya. Karena banyak juga pendeta atau guru sekolah minggu yang juga

terlibat dalam dunia pendidikan. Khususnya dalam pendidikan agama kristen.

Pendidikan Agama Kristen tidak hanya bisa disampaikan di sekolah saja pada waktu ada

jam agama saja, tetapi juga bisa diperoleh di gereja. Karena pada dasarnya pendidikan agama di

11
. S.d.a.hal.17.(10)
12
. Dra.Ny. Tri Astuti E. Relmasira; Luis Ubra, S.PAK. Pendidikan Agama Kristen Remaja. BPK Gunung Mulia.
Bandung. 1990.p.60.
13
.Ratna Megawati. Pendidikan Karakter Solusi yang teapat untuk membangun bangsa. Star energy,
Jakarta,2004.p.152-170.
sekolah dan di gereja saling berhubungan dan berkaitan satu dengan yang lain dengan tujuan

untuk membawa anak/siswa kepada Kristus. Maka dari itulah hal yang terpenting untukmenjadi

guru pendidikan agama kristen dari beberapa pendapat dapat di simpulkan sebagai berikut ;

1. Memiliki kepribadian hidup yang baik

2. Memiliki pendidikan agama kristen

3. Memiliki pergaulan yang baik

Jadi melihat syarat – syarat tersebut peranan seorang guru dalam pendidikan dan tidaklah

mudah untuk menjadi seorang guru apalagi, seorang guru agama kristen. Dengan

memperhatikan syarat – syarat tersebut maka akan menunjang keberhasilan program –program

pendidikan di usia remaja , sehingga dalam pelaksanaanya, guru akan melakukan tugasnya

dengan jujur, setia, sabar, tekun, dan bertanggung jawab.

B. TUGAS SEORANG GURU

Guru Pendidikan Agama adalah suatu jabatan rohani yang kudus, karena suatu panggilan

dari Allah. Sebab itu ia harus menyelesaikan tugas yang di percayakan Allah dengan setia.

Adapun tujuh tugas/kewajiban yang di tuntut dari seorang guru menurut Dr. Mary Go

Setiawani adalah sebagai berikut ;

1. Mengajar (Teaching).

Yang disebut “mengajar” adalah suatu proses belajar mengajar (Teaching Learning

Process). Di dalam proses belajar dan mengajar, guru harus dapat mewujudkan suatu

perubahan dalam diri murid, misalnya perubahan dalam pengetahuan, sikap maupun

tingkah laku. 14 Bila tidak terjadi proses perubahan, berarti telah terjadi ketidak

beresan/kesalahan dalam proses mengajar. Karena itu di perjelas dalam Alkitab yang

berbunyi “untuk kesaksian itulah aku telah di tetapkan sebagai pemberita dan rasul yang ku

14
. s.d.a.hal.18.(1).
katakan ini benar, aku tidak berdusta dan sebagai pengajar orang – orang bukan Yahudi,

dalam iman dan kebenaran”, I Timotius 2:7.

2. Menggembalakan (Shepherding) Yehezkiel 34: 2-6; Yohanes 10: 11-18.

Nabi Yehezkiel menegur gembala – gembala pada zaman itu yang tidak menunaikan

kewajiban mereka. Hal itu merupakan suatu perbedaan yang nyata, bila di banding dengan

Tuhan Yesus, gembala yang baik itu. Guru agama harus meneladani Yesus dalam

menggembalakan domba – domba kecil dengan sepenuh hati.

Seorang gembala yang baik harus mempunyai hati yang rela berkorban, meskipun

menghadapi kesulitan juga tidak akan meninggalkan dan membiarkan domba – dombanya; ia

harus mengenal setiap dombanya, juga bersedia membawa domba yang berada di luar untuk

masuk ke kandangnya; ia pun wajib untuk menyediakan dan mencukupi segala kebutuhan

dombanya, termasuk kebutuhan intelektual, emosi, dan rohani.

3. Kebapaan (Fathering) I Korintus 4:15.

Paulus berkata “Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu – ribu pendidik dalam Kristus,

kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah

menjadi bapamu oleh Injil yang ku beritakan kepadamu”. Banyak kali seorang guru dapat

mendidik dan menegur orang, namun sedikit di antara mereka yang dapat memeluk,

membesarkan, dan memperhatikan murid didiknya dalam Injil, seperti yang layaknya

dilakukan oleh seorang bapa terhadap anak kandungnya.

Seoang guru bukan hanya dapat menggurui, tapi juga harus memiliki hati seorang bapa.15

4. Memberikan Teladan (Modeling) I Korintus 11: 1; Filipi 3:17; I Tesalonika 1:5-6; II

Tesalonika 3:7; I Timotius 4:11-13.

15
. s.d.a.hal.18.(14)
Paulus selaku guru, sering kali dengan berani menuntut orang kristen untuk meneladaninya

sebagaimana ia telah meneladani Kristus. Paulus menasehati Timotius, “Jangan seorang pun

menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang – orang

percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu

dan dalam kesucianmu”.

Seorang guru akan mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap muridnya karena murid

mudah sekali meniru tutur kata dan tingkah laku gurunya. Oleh karena itu, seorang guru

perlu selalu memperhatikan diri sendiri apakah ia sudah menjadi teladan yang baik bagi

muridnya.

5. Menginjili (Evangelizing) I Timotius 2:7.

Selaku seorang guru, Paulus mengajar orang untuk percaya Kristus; demikian juga sasaran

yang terutama dari seorang guru agama adalah mengajar muridnya untuk menerima Injil.

Mengajar bukan hanya mengisi murid dengan kebenaran, tetapi yang lebih penting adalah

memberitakan Injil, supaya jiwa mereka di selamatkan.

6. Mendoakan (Praying) II Tesalonika 1:11-12.

Kejiwaan lain dari seorang guru adalah mendoakan muridnya, mendoakan mereka satu

bersatu dengan menyebut nama dan sesuai kebutuhan mereka masing – masing. Karena

setiap murid mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda, demikian juga sekolah dan

masyarakat yang menjadi tempat pergaulan mereka mempunyai segi –segi keruwetan yang

berlainan, sebab itu mereka membutuhkan pertolongan Allah; apalagi soal pembinan hidup

bukanlah yang dapat dicapai hanya oleh kemampuan dan hikmat manusia saja,16 itulah

sebabnya guru harus mengajar melalui kuasa doa, agar Roh Kudus dapat bekerja dalam hati

murid dengan leluasa.

7. Meraih Kesempatan (Cathing) II Timotius 4:2.

16
. s.d.a.hal.20.(15)
Satu kejiwaan lagi yang harus di penuhi oleh guru adalah meraih kesempatan. Setiap

manusia hidup dalam kekekalan, dan kesempatan yang hanya sekejap dalam kekekalan itu

telah di paparkan Allah di hadapan guru. Bila guru agama sanggup memanfaatkannya,

mungkin hanya sepatah kata atau satu sikap, mungkin juga melalui doa syafaat, akan

memberikan pengaruh yang berharga bagi muridnya. Oleh sebab itu, guru agama harus

dapat meraih setiap kesempatan yang ada, sebagaimana perkataan Paulus yang berbunyi

“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang

salah, tegorlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran”.17

Tidak hanya itu saja, masih banyak lagi tugas dan tanggung jawab seorang guru

diantaranya seperti yang di kemukakan oleh Dr. Basuki, BS, MM, M, Pd. Dan kawan –kawan

yang menjelaskan sebagai berikut ;18

a) Mengarahkan kegiatan yang bersifat pembiasaan terhadap peserta didik untuk siswa

menerapkan nilai, norma – norma yang ada seperti saling bertegur sapa, mengucapkan

salam, berdoa, berpatisipasi dalam berbagai kegiatan dan lain – lain.

b) Membimbing sikap disiplin dalam berbagai kegiatan sekolah yang mengandung nilai budi

pekerti seperti ibadah agama, mengimpun bantuan untuk menolong orang lain yang sangat

memerlukan, mendengarkan ceramah, dan lain- lain.

c) Mengadakan lomba kesenian seperti sandiwara, lomba menulis, melukis, deklamasi dan

lain – lain.

d) Memantau dan mengawasi sikap dan perilaku siswa dalam kegiatan pergaulan sehari – hari

di sekolah.

e) Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan siswa yang dapat menciptakan rasa aman,

tertib dan menyenangkan di lingkungan sekolah.19

17
. s.d.a.hal.21.(16)
18
. Dr. Basuki BS,MM,M.Pd; Dr. Ismael Arianto,M.Pd. Pedoman Penciptaan Suasa Sekolah yang Konduksif Dalam
Rangka Pembudidayaan Budi Pekerti Luhur Bagi Warga Sekolah buku ii. Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.2002.p.25-26.
19
. s.d.a.hal.22.(18).
Dengan mengingat keterangan – keterangan tadi, mengingatkan kepada para guru

betapa berat tugas dan tanggung jawab sebagai guru, karena dialah salah seorang pemimpin

yang sangat penting dalam hubungan Pendidikan Agama Kristen. Dialah yang bekerjasama

dengan pendeta dalam tugas pengajaran agama sebagai pekerja yang dipilih dan dilatih untuk

tugas yang indah itu. Seperti yang di kemukakan oleh Dr. E. G. Homrighausen dan kawan –

kawan sebagai berikut ;

1. Guru Menjadi Penafsir Iman Kristen. Dialah yang menguraikan dan menerangan
kepercayaan kristen, karena ia harus menyampaikan harta – harta dari masa lampau kepada
para pemuda yang akan menempuh masa depan.
2. Guru harus menjadi seorang gembala bagi murid – muridnya. Ia bertanggung jawab atas
hidup rohani mereka; ia wajib membina dan memajukan hidup rohani anak didiknya dan
mengenal setiap anak baik nama, maupun latar belakang hidupnya.
3. Guru harus menjadi seorang pedoman dan pemimpin. Ia tidak boleh menuntun muridnya

masuk kedalam kepercayaan kristen dengan paksaan, melainkan ia harus membimbing

mereka dengan halus dan lemah lembut kepada juru selamat dunia. Sebab itu hendaknya ia

menjadi teladan yang menarik orang kepada Kristus; hendaknya ia mencerminkan roh

Kristus dalam seluruh pribadinya.

4. Guru seorang penginjil, yang bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap muridnya

kepada Yesus Kristus. Supaya pengajaran itu mereka sungguh – sungguh menjadi murid –

murid Yesus, yang rajin dan setia.20

Seorang guru tidak boleh merasa puas sebelum anak didiknya menjadi orang kristen yang

sejati. Tugas seorang guru dalam pendidikan agama sangat penting, dan tanggung jawabnya

berat. Tidak hanya sekedar mengajar dengan menyampaikan materi yang ada saja, tetapi lebih

dari itu harus bisa membawa siswa kepada pertobatan yang sejati atau perubahan hidup yang

lebih baik. Mengajar bukanlah hal yang mudah dalam dunia pendidikan diperlukan ketekunan

dan kesabaran. Selain itu guru juga dituntut untuk bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya

20
.s.d.a.hal.15.(5).
sehingga apa yang diajarkannya bukan menjadi batu sandungan melainkan menjadi berkat bagi

guru itu sendiri maupun bagi siswa yang dididiknya. Karena itu ada pepatah yang menyatakan “

ubahlah dulu diri kamu sebelum engkau mengubah orang lain “. Jika semboyan ini diterapkan

bagi para guru agama kristen mapun pendeta/guru injil atau guru sekolah minggu, maka tidak

menutup kemungkinan keberhasilan dalam dunia pendidikan atau pelayanan akan terwujud.

Guru itu di panggil untuk membagikan harta abadi. Dalam tanganya ia memegang

kebenaran Illahi. Dan dalam pekerjaanya ia menghadapi jiwa manusia yang besar nilainya di

hadapan Allah. Oleh karena itu jangan sekali – kali kita menganggap pekerjaan guru agama itu

rendah atau gampang, pada hakekatnya pekerjaan itu tak kurang pentingnya dari pada tugas

pendeta. Guru itu juga menjadi seorang pelayan dalam gereja Kristus yang harus di junjung

tinggi.

C. LANGKAH DASAR PERSIAPAN GURU

Seorang guru agama yang ideal dituntut untuk terus memupuk diri dengan berbagai

pengalaman dalam kaitannya dengan pendidikan dengan tujuan untuk menambah wawasan

dalam dunia pendidikan. Tidak hanya mata pelajarannya saja yang harus di kuasai tetapi juga

mata pelajaran yang lain.

Sebagai seorang guru yang di anggap lebih pintar atau lebih pandai dari muridnya, bukan

berarti ia sebelum mengajar tidak harus terlebih dahulu belajar, melainkan persiapan itu

penting. Karena itu di wajibkan bagi para pendidik mengajar dengan tujuan materi yang akan di

sampaikan sudah tersusun dan di sampaikan dengan perencanaan.

Adapun persiapan yang harus di miliki seorang guru agama kristen menurut Dr.Mary Go

Setiawati sebagai berikut ;21

a) Berdoa.

21
. s.d.a.hal. 22.
Sebelum mempersiapkan bahan pelajaran, seorang guru harus terlebih dahulu memohan Roh

Kudus untuk membuka dan menyucikan hatinya, agar ia dapat membuka hatinya dengan

rela dan menerima kebenaran Allah tanpa mengalami rintangan.

b) Menetapkan materi apa yang akan disampaikan sesuai dengan kelas yang di hadapi.

Pada dasarnya setiap buku materi pembelajaran sudah ada indikatornya, tetapi tujuan

tersebut belum tentu sesuai dengan kebutuhan murid. Sebab itu, guru harus belajar untuk

menetapkan tujun belajarnya sendiri, sesuai dengan materi yang akan

dipelajari/disampaiakan.

c) Harus mencakup hasil belajar yang dasar; belajar untuk memperoleh pengetahuan,

belajar memperdalam pengertian, belajar dalam sikap dan tingkah laku atau belajar

keterampilan. Maksudnya belajar adalah untuk mempelajari dari yang tidak tahu menjadi

tahu dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan juga mengubah sikap hidup peserta

didik dalam bertingkah laku dan berbifik mereka.

e) Tema harus jelas dan mudah dicerna.

Dengan tema yang jelas peserta didik akan lebih mudah mengingat apa yang dipelajari.

f) Mensistematiskan bahan pelajaran dengan teratur.

Ketika mempersiapkan pelajaran, bahan – bahan yang telah di kumpulkan harus di susun

secara sistematis. Ketika menetapkan kembali tujuan belajar yang sesuai dengan murid, guru

harus menyusun isi pelajaran yang telah di pelajari secara sistematis berdasarkan tujuan yang

telah ditetapkan. Sehingga memudahkan guru di dalam menyampaikan materi pembelajaran.

g) Menetapkan metode mengajar yang sesuai. Setelah ada pembagian yang jelas, perlu juga

dipikirkan tentang metode mengajar yang akan dipakai dalam setiap pembagian.

Usahakanlah memakai metode mengajar yang bervariasi, supaya suasana segar selalu

dinikmati dalam proses penyampaian pelajaran.

h) Memilih aktivitas belajar yang sesuai dengan murid.


Proses mengajar harus meliputi aktivitas belajar, untuk memberikan kesempatan bagi murid

bereaksi terhadap kebenaran. Sebab itu aktivitas belajar haruslah sesuai dengan tema, agar

dapat mencapai tujuan pelajaran yang telah di tetapkan semula.

i) Membuat rancangan rencana pengajaran.

Bila guru membiasakan diri untuk membuat rancangan rencana pangajaran, maka proses

belajar mengajarpun akan lebih mudah dan tersusun rapi. Selain itu setiap materi yang di

rencanakan akan tersampaikan dalam pengajaran. Sesuai dengan dengan waktu yang yang

ditetapkan dalam pembelajaran.22

Dalam lembaga pendidikan baik mata pelajaran umum maupun pendidikan

agama kristen tugas guru adalah sebagai pelaku atau pelaksana kurikulu, karena kurikulum

ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan undang – undang yang berlaku suatu contoh

kurikulum yang diberlakukan sekarang adalah KTST ( Kurukulum Tingkat Satuan

Pendidikan ) yang dibuat oleh BNSP ( Badan Standar Nasional Pendidikan ) undang –undang

no 24 tahun 2006.

Selain itu dijelaskan pula dalam modul KTSP mengenai persiapan seorang guru sebelum

mengajar sebagai berikut: Seorang guru harus menyusun silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran dengan tujuan materi yang akan disampaikan sudah tersistematis sehingga

memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran dan juga peserta didik mudah untuk

menerimanya.23

Apabila setiap guru memperhatikan hal tersebut diatas maka, tidak ada materi pelajaran

yang tidak di sampaikan dalam mengajar. Dengan melakukan hal – hal diatas, maka

seorang guru dalam mengajar tidak akan mengalami kesulitan atau kebinggungan mengenai

materi apa yang akan di sampaikan hari itu, karena itu seyogyanya seorang guru, berdoa

mohon pimpinan kepada Tuhan, belajar dulu sebelum mengajar karena itu akan lebih baik dan

22
. s.d.a. hal.24
23
. Modul KUrikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Departemen pendidikan Nasional, Jakarta,2006.p.4.
perasaan tenang menghadapi peserta didik, rasa puaspun akan kita rasakan apabila kita

mempersiapkan diri sebelum mengajar.

Tetapi adakalanya seorang guru tidak mengadakan persiapan terlebih dahulu, karena

mereka beranggapan mereka sudah mengajar mata pelajaran itu sudah lama, bahkan sampai

bertahun – tahun sehingga mereka sudah mengusai pelajaran itu dan tidak perlu belajar lagi.

Sebagai guru pendidikan agama kristen baik yang sudah lama, maupun yang baru, persiapan

sebelum mengajar merupakan hal yang sangat penting. Justru dengan persiapan terlebih dahulu

sangat besar manfaatnya baik bagi guru sendiri maupun bagi murid.

D. NILAI PENDIDIKAN BAGI GENERASI PENERUS

Bagi seorang guru yang terpenting sebelum mengajar harus mempunyai tujuan mau di

jadikan seperti apakah peserta didik mereka?. Dan materi apakah yang akan disampaikan

kepada mereka?. Mengingat mereka adalah generasi penerus bagi bangsa dan negara dan juga

gereja. Hal seperti harus menjadi pertimbangan dasar bagi seorang guru karena mendidik

bukanlah hal yang mudah. Dibawah ini akan kita pelajari mengenai nilai pendidikan bagi

generasi penerus.

Dra. Ny. Tri Astuti E. Relmasira dan Luis Ubra, S.PAK24 juga memberikan solusi

mengenai pendidikan pada remaja usia 12 – 15 tahun ini yaitu menanamkan pengertian manfaat

disiplin bagi kehidupan remaja, tentang hak dan kewajiban para remaja dalam kehidupan

mereka sehari – hari.25 Pada masa ini, remaja cenderung anti terhadap otoritas sehingga apa

yang mereka mau harus terlaksana. Karena itulah penanaman sikap disiplin baik di rumah

maupun di sekolah harus diterapkan bila perlu mengenakan saknsi kepada mereka yang tidak

mau taat pada peraturan.

24
. Dra. Ny. Tri Astuti E. Relmasira dan Lius Ubra, S.PAK. Pendidikan Agama Kristen.p.251.
25
. s.d.a.hal.33
Ratna Megawati juga berpendapat mengenai pendidikan bagi remaja yaitu adanya

pembentukan karakter sejak dini, karena pada usia 12 – 15 tahun merupakan masa kritis bagi

pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan sejak usia dini, akan membentuk

pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada

generasi muda adalah usaha yang strategis.26 Jika pada masa ini mereka sudah terbiasa bersikap

disiplin maka tidak menutup kemungkinan pembentukan karakter dan moral mereka juga akan

terbentuk pada saat bersamaan. Dengan adanya penanaman sikap – sikap tersebut diharapkan

peserta didik memiliki jiwa yang sehat dan rohani yang kuat, yang bertumbuh didalam Tuhan

Yesus Kristus.

Ada sebuah pepatah yang dikemukakan oleh Thomas Lickano: “Walaupun jumlah anak

– anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan”. Oleh

karena itulah penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak – anak

adalah kunci utama untuk membangun bangsa.27

Di dalam Alkitab juga dijelaskan bahwa dari usia 12 – 15 seharusnya mereka sudah

dibekali dengan kebenaran Firman Tuhan karena itulah dalam Mazmur 119: 9 - 11, Yang

berbunyi “ Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan

menjaganya sesuai dengan firman Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janjiMu supaya aku

jangan berdosa terhadap Engkau. Dan juga dalam Ulangan 6: 4 – 9. Terutama dalam ayat yang

ke 7 “ Haruslah engkau mengajarkannya berulang kepada anak –anakmu dan membicarakannya

apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau

bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu

menjadi lambing didahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan

pada pintu gerbangmu.28

26
. s.d.a. (18). P.23.
27
. Lickano, T. Raising Good Children: From Birth Through the Teenage Years. New York: Bantam Books.1994.
28
. LAI. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta. 2005.
Bila pendidikan terhadap generasi penerus diutamakan, gereja dapat mendirikan dasar

yang baik bagi hakekat kerohanian jemaat. Mereka tidak mudah terhanyut, selain itu dapat

mempengaruhi pertumbuhan baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

Dalam Kitab Amsal Salomo berpesan kepada setiap orang tua yang berbunyi “Didiklah

orang – orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan

menyimpang daripada jalan itu”. Amsal 22:6.2. “Anak – anak adalah harapan bagi masa yang

akan datang, dan pemuda adalah secercah sinar bagi hari esok Bila gereja melalaikan pelayanan

pendidikan bagi anak – anak, remaja/pemuda, maka gereja pasti akan kekurangan generasi

penerus, karena itu didiklah mereka sesuai dengan jalan Tuhan”.

Anak adalah titipan dari Allah, setiap keluarga yang memiliki anak berarti diberi

kepercayaan dari Allah untuk mendidik mereka sesuai dengan kehendak Tuhan.

Jika hal itu dilakukan dan disadari setiap orang percaya/keluarga - keluaraga kristen, maka

banyak generasi penerus yang muncul yang memiliki dedikasi dan loyalitas didalam

kehidupanya. Selain itu moralitas harus menjadi sorotan bagi orang tua, gereja, dan guru.

Apabila seorang remaja dari dini mereka dididik sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, secara

otomatis kebenaran Firman Tuhan yang pernah mereka dengarkan akan tertanam dalam

kehidupan mereka. Dan di sekolah guru pendidikan agama kristen, akan menguatkan mereka

dan memperdalam pemahaman mereka dalam mengenal Tuhan sebagai Tuhan dan Juru selamat

secara pribadi.
BAB III

KEJIWAAN MURID

You might also like