Professional Documents
Culture Documents
dari segalanya, dan serba bisa. Guru yang baik adalah guru yang rendah hati dan cakap, tetapi
sebagai pelayannya kita belum sempurna masih banyak kekurangan yang kita miliki, tetapi Allah
mau memakai kita untuk pekerjaanNya. Adapun syarat menjadi seorang guru agama kristen
sekedar menyampaikan materi pelajaran saja, namun juga mementingkan pembinaan hidup,
apalagi mempengarui hidup orang lain, sebab itu pengalaman lahir baru/di selamatkan
adalah syarat utama bagi seorang guru pendidikan agama kristen.(1Tim 3-1-7).2
2. Seorang kristen yang bertumbuh. seorang kristen yang suam-suam kuku dan tidak
mempunyai kerinduaan untuk maju dalam hidup rohaninya, tak mungkin memiliki gairah
untuk memperhatikan kehidupan rohani orang lain. Bila guru sendiri tak mempunyai
kerinduan dan kurang terlatih dalam hal-hal rohani, ia tentu dapat melatih dan membina
muridnya, sebab itu hanyalah orang Kristen yang memiliki kerinduan untuk bertumbuh
Tugas seorang guru agama kristen bukan hanya sekedar membawa orang datang kekelas
untuk mengikuti pelajaran atau sekedar datang kegereja, tetapi lebih dari itu, ia harus dapat
membawa orang datang kepada Allah, menjadi salah satu anggota keluarga Allah. Ia harus
1
. Dr. Go Mary Setiawani. Pembaharuan Mengajar. Yayasan Kalam Hidup.Bandung,2000.p.7-9.
2
. LAI. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta. 2001.
juga seorang aggota gereja yang setia, yang sanggup memimpin murid untuk menjadi satu
4. Seseorang yang memahami bahasa pelayanan pendidikan adalah pangilan Allah bila guru
memahami bahwa pelayanan pendidikan di sekolah adalah panggilan yang khusus dari Allah,
dan yakin bahwa dirinya sedang melayani Allah, maka seharusnya ia dapat setia dan
bertaggung jawab kepada Allah, sehigga dalam kesulitan apapun, ia dapat tetap tegas
dalam Iman. Sabar dan setia sampai pada ahirnya, jika menjadi guru pendidikan bukan dari
panggilan Allah maka seorang guru tidak akan bertahan lama ia akan pindah profesi lain dan
meniggalkan tugas dan taggung jawabnya sebagai guru pendidikan agama kristen.
Tidak semua orang suka mendekati anak-anak atau remaja, dan tidak semua orang mendekati
pemuda. Seorang guru pendidikan agama kristen harus lebih dahulu menemukan tingkatan
usia mana yang di sukai dan menarik untuk diajar. Dengan demikian barulah ia dapat
menerjunkan diri dengan sepenuh hati untuk mendidik. Misalnya, seorang yang dapat sabar
mendengar suara tangisan dan jeritan anak-anak, barulah sanggup mengajar di kelas indria;
seorang yang dapat bergaul dengan gembira bersama anak - anak yang lincah, barulah cakap
mengajar kelas pratama/madya; seorang yang dapat menyatu dengan remaja, barulah
mampu mengajar di kelas remaja; seorang yang dapat mengadakan aktivitas diskusi dengan
pemuda, barulah cocok mengajar di kelas pemuda; demikian juga seorang yang dapat
membagi beban dan kerisauan bersama orang dewasa, barulah sanggup mengajar di kelas
dewasa. Seorang guru yang mengetahui obyek yang tepat dengan dirinya, barulah dapat
6. Seorang yang baik dalam kesaksian hidupnya seorang guru dituntut untuk menjadi teladan
bagi muridnya, baik dalam tutur kata, perbuatan, iman, maupun kasih, bila guru sendiri
tidak suka beribadah, tidak merasa tertarik untuk membaca Alkitab, juga tidak memiliki
3
. s.d.a.hal 12.(1).
kesaksian hidup yang baik, maka bagaimana mugkin dapat memberi pengaruh yang baik
kepada muridnya, tetapi ada juga seorang guru hanya mamiliki kesaksian hidup/latar
belakang yang tidak baik tetapi setelah diubahkan olen Roh Kudus kehidupannya menjadi
berkat bagi semua orang, misalnya Rasul Paulus sebelum bertobat dimana ia suka
menganiaya pengikut Kristus tetapi setelah ia bertobat banyak sekali perubahan yang dia
lakukan, ia dengan berani memberitakan Injil dan banyak orang yang percaya kepada Tuhan.
Seorang guru yang berhasil haruslah mengisi diri dengan pengetahuan Alakitab. Memahami
ciri-ciri khas dari tingkah laku maupun perkembambangan jiwa muridnya, menguasai teori
mengajar yang dasar, juga memahami administrasi sekolah. Sebab itu perlu mengikuti
Pendidikan agama berbeda dengan pendidikan umum, karena pendidikan agama bukan
penentuan pola hidup. Adapun perubahan dan pertumbuhan hidup tidak dicapai dengan
kemampuan dan kecakapan manusia, bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan
kekuatan melainkan dengan kuasa Roh Tuhan barulah hal itu terjadi, itulah sebabnya
seorang guru perlu mengetahui, bahwa dengan bersandar pada Roh Kudus kita dapat
Menjadi guru agama kristen dalam lembaga pendidikan adalah suatu tantangan. Karena
guru agama kristen akan menjadi sorotan bagi teman – teman rekan sekerja/bapak ibu guru yang
lainnya bahkan juga bagi peserta didik itu sendiri. Jadi seorang guru agama kristen setidaknya
memiliki syarat – syarat yang telah disebutkan diatas. Tidak hanya guru agama kristen saja,
4
. s.d.a. hal.13.(1)
guru sekolah minggu, dosen maupun pendeta, atau pelayan – pelayan gereja seharusnya
memiliki syarat tersebut, Mengingat pendidikan agama itu adalah tugas gereja juga.
Seorang guru harus mempunyai hati yang lemah lembut. Perlu sekali ia mengenal Tuhan Yesus,
batinnya harus di jamah dan di terangi oleh Roh Kudus. Seorang guru harus mempunyai kasih
kepada sesamanya manusia, harus ada seorang yang kuat untuk mengantar orang lain kepada
Yesus Kristus.
Seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang isi iman kristen, ia
harus mengenal Alkitab dengan baik untuk dididik dan dilatih sebelum ia mengajar orang lain,
seorang guru harus mengetahui bagaimana iman bertumbuh dalam batin manusia dan bagaimana
iman itu berkembang dalam seluruh hidup orang percaya itu. Maksudnya guru banyak sedikit
harus mempunyai ilmu jiwa yang berhubungan dengan soal-soal agama, Seorang guru harus
bagian dalam kebaktian dan pekerjaan gereja umumnya, dan jangan hanya menaruh minat pada
tujuan sendiri. Seorang guru harus mempunyai pribadi yang jujur dan tinggi mutunya dari
syarat-syarat di atas dapat disimpulkan sebagai berikut; “pengetahuan yang hidup mengenai
pokok yang di ajarkannya, kecakapan untuk menimbulkan minat, bahkan mengembirakan hati
orang lain, kerelaan untuk di lupakan sendiri, asal hasil pelajarannya tetap tertanam dalam
hidup anak didiknya dan semangat dalam pengorbanan diri, sebagai sebutir benih yang rela mati
penting dimiliki seorang guru.6 Sifat perangai dan watak seorang guru berikut ini telah dikenal
oleh para penulis, enam unsur pertama merupakan hasil penelitian sedangkan unsur watak
5
. Dr. E.G. Homrighausen; Dr. I.H. Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. BPK Gunung Mulia. Jakarta. 1987.p.181-
182.
6
. H. Moeftie Wiriadirhardja, S.H. Dimensi Kepemimpinan Dalam Manajemen. Balai Pustaka. Jakarta.1987.p.93-
97.
lainnya dikutip dari berbagai kepustakaan manajemen, adapun seorang guru di maksud,
1. Toleransi (Tolerance) seorang guru yang berhasil, tidak menutup diri dalam berbagai idea
terbuka bagi semua pandangan atau gagasan dengan asumsi bahwa setiap usulan atau
gagasan bertanggung jawab dan dapat menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan
2. Keuletan (Stability) seorang guru yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan
kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dan menguasai terhadap
2.1. Keterbukaan (Frankness) bersifat terus terang, jujur dan adil dalam segala urusan dia
2.2. Teguh pendirian (Firmness) makin dalam menilai situasi dan kondisi keseluruhan,
tajam dalam memiliki dan membedakan fakta - fakta sebagai landasan penarikan
kesimpulan secara realitis mengenai sesuatu permasalahan, dan tidak mudah berbelok
dan mengingkari kesimpulan yang dianggapnya layak dan rasional, serta tidak bersifat
“plinplan”.
tanda kepribadian yang memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya organisasi dan
masa depannya.
4. Tenang (Tranguility) menunjukkan adanya sifat yang tidak menonjolkan keangkuhan; tidak
lain, baik dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun dari masyarakat luas.7
menyelesaikan sesuatu, waspada dan siap siaga menghadapi hal - hal yang harus
9. Tanggap dan terampil (Accuteness) cepat mengerti dan cepat menangkap intruksi dan
penjelasan .
komando.
11. Pengapdian terhadap masyarakat (Public service mindedness) tidak melupakan tujuan
secara baik.
12. Cakap dan luwes (capacity and flexibility) memiliki daya kemampuan dan berkembang.8
Pdt. Chr. Napitulu MRE dan kawan-kawan juga menjelaskan syarat menjadi guru yang
hampir sama dengan apa yang di jelaskan oleh Dr. Homrighausen. Adapun pendapatnya adalah
sebagai berikut ; “Seorang guru harus mempunyai pengalaman rohani di dalam Tuhan,
mempunyai hasrat sejati untuk menyampaikan Injil kepada sesamanya manusia, mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang isi iman kristen, serta perlu mengetahui bagaimana iman
bertumbuh dalam hati manusia karena itu guru sedikit banyak harus mempelajari ilmu jiwa yang
Drs. Slameto juga menyebutkan beberapa syarat untuk menjadi guru diantaranya adalah
sebagai berikut :10 “Guru harus mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu
maupun kelompok. Memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang diperlukan
dalam proses belajar. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar
8
. s.d.a. hal.15.(7)
9
. Pdt. Chr. Napitupulu MRE; Pdt. Drs. M. Marpaung MS. Pendidikan Agama Kristen Anak-anak Modul 1-9.
Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan masyarakat (kristen) Protestan.Jakarta.1996.p.137-138.
10
. Dr. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT Asli Mahasatya. Jakarta.2003.p.100.
sesuai dengan kemampuan pribadinya. Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-
masalah pribadi yang dihadapinya dan menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah
dilakukan”.11
Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah semudah orang membayangkan. Tetapi
menjadi guru harus melalui proses baik, studinya mapun pengalamannya. Dari syarat - syarat
untuk menjadi guru yang telah dijabarkan Dra.Ny. Tri Astuti E. Relmasira sedikit menambah
syarat menjadi guru yaitu : “Seorang guru harus belajar untuk mengerti dan menyukai remaja,
kesanggupan untuk mengenal atau mengidentifikasi remaja dengan berbagai perkembangan dan
perubahan – perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja awal adalah langkah awal untuk bisa
Ratna Megawati juga menambahkan beberapa syarat untuk menjadi guru yang berhasil
dalam mengajar diantaranya; guru sebagai pembangun citra diri positif anak, sebagai model atu
tokoh idola, mendidik dengan mencelupkan diri, memiliki inspirasi dalam mengajar, menebar
Dari apa yang telah dijelaskan diatas mengenai syarat – syarat seorang sangat membantu
bagi para guru untuk menemukan jati diri mereka dalam profesinya seorang guru. Karena
seorang guru sekarang ini dituntut untuk menjadi guru yang profesianal baik dalam
kepribadiannya maupun cakap dalam mengajar. Jadi dari syarat – syarat tersebut tidak hanya
untuk guru pendidikan agama kristen saja, melainkan guru sekolah minggu, pendeta, atau dosen
juga masuk didalamnya. Karena banyak juga pendeta atau guru sekolah minggu yang juga
Pendidikan Agama Kristen tidak hanya bisa disampaikan di sekolah saja pada waktu ada
jam agama saja, tetapi juga bisa diperoleh di gereja. Karena pada dasarnya pendidikan agama di
11
. S.d.a.hal.17.(10)
12
. Dra.Ny. Tri Astuti E. Relmasira; Luis Ubra, S.PAK. Pendidikan Agama Kristen Remaja. BPK Gunung Mulia.
Bandung. 1990.p.60.
13
.Ratna Megawati. Pendidikan Karakter Solusi yang teapat untuk membangun bangsa. Star energy,
Jakarta,2004.p.152-170.
sekolah dan di gereja saling berhubungan dan berkaitan satu dengan yang lain dengan tujuan
untuk membawa anak/siswa kepada Kristus. Maka dari itulah hal yang terpenting untukmenjadi
guru pendidikan agama kristen dari beberapa pendapat dapat di simpulkan sebagai berikut ;
Jadi melihat syarat – syarat tersebut peranan seorang guru dalam pendidikan dan tidaklah
mudah untuk menjadi seorang guru apalagi, seorang guru agama kristen. Dengan
memperhatikan syarat – syarat tersebut maka akan menunjang keberhasilan program –program
pendidikan di usia remaja , sehingga dalam pelaksanaanya, guru akan melakukan tugasnya
Guru Pendidikan Agama adalah suatu jabatan rohani yang kudus, karena suatu panggilan
dari Allah. Sebab itu ia harus menyelesaikan tugas yang di percayakan Allah dengan setia.
Adapun tujuh tugas/kewajiban yang di tuntut dari seorang guru menurut Dr. Mary Go
1. Mengajar (Teaching).
Yang disebut “mengajar” adalah suatu proses belajar mengajar (Teaching Learning
Process). Di dalam proses belajar dan mengajar, guru harus dapat mewujudkan suatu
perubahan dalam diri murid, misalnya perubahan dalam pengetahuan, sikap maupun
tingkah laku. 14 Bila tidak terjadi proses perubahan, berarti telah terjadi ketidak
beresan/kesalahan dalam proses mengajar. Karena itu di perjelas dalam Alkitab yang
berbunyi “untuk kesaksian itulah aku telah di tetapkan sebagai pemberita dan rasul yang ku
14
. s.d.a.hal.18.(1).
katakan ini benar, aku tidak berdusta dan sebagai pengajar orang – orang bukan Yahudi,
Nabi Yehezkiel menegur gembala – gembala pada zaman itu yang tidak menunaikan
kewajiban mereka. Hal itu merupakan suatu perbedaan yang nyata, bila di banding dengan
Tuhan Yesus, gembala yang baik itu. Guru agama harus meneladani Yesus dalam
Seorang gembala yang baik harus mempunyai hati yang rela berkorban, meskipun
menghadapi kesulitan juga tidak akan meninggalkan dan membiarkan domba – dombanya; ia
harus mengenal setiap dombanya, juga bersedia membawa domba yang berada di luar untuk
masuk ke kandangnya; ia pun wajib untuk menyediakan dan mencukupi segala kebutuhan
Paulus berkata “Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu – ribu pendidik dalam Kristus,
kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah
menjadi bapamu oleh Injil yang ku beritakan kepadamu”. Banyak kali seorang guru dapat
mendidik dan menegur orang, namun sedikit di antara mereka yang dapat memeluk,
membesarkan, dan memperhatikan murid didiknya dalam Injil, seperti yang layaknya
Seoang guru bukan hanya dapat menggurui, tapi juga harus memiliki hati seorang bapa.15
15
. s.d.a.hal.18.(14)
Paulus selaku guru, sering kali dengan berani menuntut orang kristen untuk meneladaninya
sebagaimana ia telah meneladani Kristus. Paulus menasehati Timotius, “Jangan seorang pun
menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang – orang
percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu
Seorang guru akan mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap muridnya karena murid
mudah sekali meniru tutur kata dan tingkah laku gurunya. Oleh karena itu, seorang guru
perlu selalu memperhatikan diri sendiri apakah ia sudah menjadi teladan yang baik bagi
muridnya.
Selaku seorang guru, Paulus mengajar orang untuk percaya Kristus; demikian juga sasaran
yang terutama dari seorang guru agama adalah mengajar muridnya untuk menerima Injil.
Mengajar bukan hanya mengisi murid dengan kebenaran, tetapi yang lebih penting adalah
Kejiwaan lain dari seorang guru adalah mendoakan muridnya, mendoakan mereka satu
bersatu dengan menyebut nama dan sesuai kebutuhan mereka masing – masing. Karena
setiap murid mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda, demikian juga sekolah dan
masyarakat yang menjadi tempat pergaulan mereka mempunyai segi –segi keruwetan yang
berlainan, sebab itu mereka membutuhkan pertolongan Allah; apalagi soal pembinan hidup
bukanlah yang dapat dicapai hanya oleh kemampuan dan hikmat manusia saja,16 itulah
sebabnya guru harus mengajar melalui kuasa doa, agar Roh Kudus dapat bekerja dalam hati
16
. s.d.a.hal.20.(15)
Satu kejiwaan lagi yang harus di penuhi oleh guru adalah meraih kesempatan. Setiap
manusia hidup dalam kekekalan, dan kesempatan yang hanya sekejap dalam kekekalan itu
telah di paparkan Allah di hadapan guru. Bila guru agama sanggup memanfaatkannya,
mungkin hanya sepatah kata atau satu sikap, mungkin juga melalui doa syafaat, akan
memberikan pengaruh yang berharga bagi muridnya. Oleh sebab itu, guru agama harus
dapat meraih setiap kesempatan yang ada, sebagaimana perkataan Paulus yang berbunyi
“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang
Tidak hanya itu saja, masih banyak lagi tugas dan tanggung jawab seorang guru
diantaranya seperti yang di kemukakan oleh Dr. Basuki, BS, MM, M, Pd. Dan kawan –kawan
a) Mengarahkan kegiatan yang bersifat pembiasaan terhadap peserta didik untuk siswa
menerapkan nilai, norma – norma yang ada seperti saling bertegur sapa, mengucapkan
b) Membimbing sikap disiplin dalam berbagai kegiatan sekolah yang mengandung nilai budi
pekerti seperti ibadah agama, mengimpun bantuan untuk menolong orang lain yang sangat
c) Mengadakan lomba kesenian seperti sandiwara, lomba menulis, melukis, deklamasi dan
lain – lain.
d) Memantau dan mengawasi sikap dan perilaku siswa dalam kegiatan pergaulan sehari – hari
di sekolah.
e) Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan siswa yang dapat menciptakan rasa aman,
17
. s.d.a.hal.21.(16)
18
. Dr. Basuki BS,MM,M.Pd; Dr. Ismael Arianto,M.Pd. Pedoman Penciptaan Suasa Sekolah yang Konduksif Dalam
Rangka Pembudidayaan Budi Pekerti Luhur Bagi Warga Sekolah buku ii. Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.2002.p.25-26.
19
. s.d.a.hal.22.(18).
Dengan mengingat keterangan – keterangan tadi, mengingatkan kepada para guru
betapa berat tugas dan tanggung jawab sebagai guru, karena dialah salah seorang pemimpin
yang sangat penting dalam hubungan Pendidikan Agama Kristen. Dialah yang bekerjasama
dengan pendeta dalam tugas pengajaran agama sebagai pekerja yang dipilih dan dilatih untuk
tugas yang indah itu. Seperti yang di kemukakan oleh Dr. E. G. Homrighausen dan kawan –
1. Guru Menjadi Penafsir Iman Kristen. Dialah yang menguraikan dan menerangan
kepercayaan kristen, karena ia harus menyampaikan harta – harta dari masa lampau kepada
para pemuda yang akan menempuh masa depan.
2. Guru harus menjadi seorang gembala bagi murid – muridnya. Ia bertanggung jawab atas
hidup rohani mereka; ia wajib membina dan memajukan hidup rohani anak didiknya dan
mengenal setiap anak baik nama, maupun latar belakang hidupnya.
3. Guru harus menjadi seorang pedoman dan pemimpin. Ia tidak boleh menuntun muridnya
mereka dengan halus dan lemah lembut kepada juru selamat dunia. Sebab itu hendaknya ia
menjadi teladan yang menarik orang kepada Kristus; hendaknya ia mencerminkan roh
4. Guru seorang penginjil, yang bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap muridnya
kepada Yesus Kristus. Supaya pengajaran itu mereka sungguh – sungguh menjadi murid –
Seorang guru tidak boleh merasa puas sebelum anak didiknya menjadi orang kristen yang
sejati. Tugas seorang guru dalam pendidikan agama sangat penting, dan tanggung jawabnya
berat. Tidak hanya sekedar mengajar dengan menyampaikan materi yang ada saja, tetapi lebih
dari itu harus bisa membawa siswa kepada pertobatan yang sejati atau perubahan hidup yang
lebih baik. Mengajar bukanlah hal yang mudah dalam dunia pendidikan diperlukan ketekunan
dan kesabaran. Selain itu guru juga dituntut untuk bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya
20
.s.d.a.hal.15.(5).
sehingga apa yang diajarkannya bukan menjadi batu sandungan melainkan menjadi berkat bagi
guru itu sendiri maupun bagi siswa yang dididiknya. Karena itu ada pepatah yang menyatakan “
ubahlah dulu diri kamu sebelum engkau mengubah orang lain “. Jika semboyan ini diterapkan
bagi para guru agama kristen mapun pendeta/guru injil atau guru sekolah minggu, maka tidak
menutup kemungkinan keberhasilan dalam dunia pendidikan atau pelayanan akan terwujud.
Guru itu di panggil untuk membagikan harta abadi. Dalam tanganya ia memegang
kebenaran Illahi. Dan dalam pekerjaanya ia menghadapi jiwa manusia yang besar nilainya di
hadapan Allah. Oleh karena itu jangan sekali – kali kita menganggap pekerjaan guru agama itu
rendah atau gampang, pada hakekatnya pekerjaan itu tak kurang pentingnya dari pada tugas
pendeta. Guru itu juga menjadi seorang pelayan dalam gereja Kristus yang harus di junjung
tinggi.
Seorang guru agama yang ideal dituntut untuk terus memupuk diri dengan berbagai
pengalaman dalam kaitannya dengan pendidikan dengan tujuan untuk menambah wawasan
dalam dunia pendidikan. Tidak hanya mata pelajarannya saja yang harus di kuasai tetapi juga
Sebagai seorang guru yang di anggap lebih pintar atau lebih pandai dari muridnya, bukan
berarti ia sebelum mengajar tidak harus terlebih dahulu belajar, melainkan persiapan itu
penting. Karena itu di wajibkan bagi para pendidik mengajar dengan tujuan materi yang akan di
Adapun persiapan yang harus di miliki seorang guru agama kristen menurut Dr.Mary Go
a) Berdoa.
21
. s.d.a.hal. 22.
Sebelum mempersiapkan bahan pelajaran, seorang guru harus terlebih dahulu memohan Roh
Kudus untuk membuka dan menyucikan hatinya, agar ia dapat membuka hatinya dengan
b) Menetapkan materi apa yang akan disampaikan sesuai dengan kelas yang di hadapi.
Pada dasarnya setiap buku materi pembelajaran sudah ada indikatornya, tetapi tujuan
tersebut belum tentu sesuai dengan kebutuhan murid. Sebab itu, guru harus belajar untuk
dipelajari/disampaiakan.
c) Harus mencakup hasil belajar yang dasar; belajar untuk memperoleh pengetahuan,
belajar memperdalam pengertian, belajar dalam sikap dan tingkah laku atau belajar
keterampilan. Maksudnya belajar adalah untuk mempelajari dari yang tidak tahu menjadi
tahu dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan juga mengubah sikap hidup peserta
Dengan tema yang jelas peserta didik akan lebih mudah mengingat apa yang dipelajari.
Ketika mempersiapkan pelajaran, bahan – bahan yang telah di kumpulkan harus di susun
secara sistematis. Ketika menetapkan kembali tujuan belajar yang sesuai dengan murid, guru
harus menyusun isi pelajaran yang telah di pelajari secara sistematis berdasarkan tujuan yang
g) Menetapkan metode mengajar yang sesuai. Setelah ada pembagian yang jelas, perlu juga
dipikirkan tentang metode mengajar yang akan dipakai dalam setiap pembagian.
Usahakanlah memakai metode mengajar yang bervariasi, supaya suasana segar selalu
bereaksi terhadap kebenaran. Sebab itu aktivitas belajar haruslah sesuai dengan tema, agar
Bila guru membiasakan diri untuk membuat rancangan rencana pangajaran, maka proses
belajar mengajarpun akan lebih mudah dan tersusun rapi. Selain itu setiap materi yang di
rencanakan akan tersampaikan dalam pengajaran. Sesuai dengan dengan waktu yang yang
agama kristen tugas guru adalah sebagai pelaku atau pelaksana kurikulu, karena kurikulum
ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan undang – undang yang berlaku suatu contoh
Pendidikan ) yang dibuat oleh BNSP ( Badan Standar Nasional Pendidikan ) undang –undang
no 24 tahun 2006.
Selain itu dijelaskan pula dalam modul KTSP mengenai persiapan seorang guru sebelum
mengajar sebagai berikut: Seorang guru harus menyusun silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan tujuan materi yang akan disampaikan sudah tersistematis sehingga
memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran dan juga peserta didik mudah untuk
menerimanya.23
Apabila setiap guru memperhatikan hal tersebut diatas maka, tidak ada materi pelajaran
yang tidak di sampaikan dalam mengajar. Dengan melakukan hal – hal diatas, maka
seorang guru dalam mengajar tidak akan mengalami kesulitan atau kebinggungan mengenai
materi apa yang akan di sampaikan hari itu, karena itu seyogyanya seorang guru, berdoa
mohon pimpinan kepada Tuhan, belajar dulu sebelum mengajar karena itu akan lebih baik dan
22
. s.d.a. hal.24
23
. Modul KUrikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Departemen pendidikan Nasional, Jakarta,2006.p.4.
perasaan tenang menghadapi peserta didik, rasa puaspun akan kita rasakan apabila kita
Tetapi adakalanya seorang guru tidak mengadakan persiapan terlebih dahulu, karena
mereka beranggapan mereka sudah mengajar mata pelajaran itu sudah lama, bahkan sampai
bertahun – tahun sehingga mereka sudah mengusai pelajaran itu dan tidak perlu belajar lagi.
Sebagai guru pendidikan agama kristen baik yang sudah lama, maupun yang baru, persiapan
sebelum mengajar merupakan hal yang sangat penting. Justru dengan persiapan terlebih dahulu
sangat besar manfaatnya baik bagi guru sendiri maupun bagi murid.
Bagi seorang guru yang terpenting sebelum mengajar harus mempunyai tujuan mau di
jadikan seperti apakah peserta didik mereka?. Dan materi apakah yang akan disampaikan
kepada mereka?. Mengingat mereka adalah generasi penerus bagi bangsa dan negara dan juga
gereja. Hal seperti harus menjadi pertimbangan dasar bagi seorang guru karena mendidik
bukanlah hal yang mudah. Dibawah ini akan kita pelajari mengenai nilai pendidikan bagi
generasi penerus.
Dra. Ny. Tri Astuti E. Relmasira dan Luis Ubra, S.PAK24 juga memberikan solusi
mengenai pendidikan pada remaja usia 12 – 15 tahun ini yaitu menanamkan pengertian manfaat
disiplin bagi kehidupan remaja, tentang hak dan kewajiban para remaja dalam kehidupan
mereka sehari – hari.25 Pada masa ini, remaja cenderung anti terhadap otoritas sehingga apa
yang mereka mau harus terlaksana. Karena itulah penanaman sikap disiplin baik di rumah
maupun di sekolah harus diterapkan bila perlu mengenakan saknsi kepada mereka yang tidak
24
. Dra. Ny. Tri Astuti E. Relmasira dan Lius Ubra, S.PAK. Pendidikan Agama Kristen.p.251.
25
. s.d.a.hal.33
Ratna Megawati juga berpendapat mengenai pendidikan bagi remaja yaitu adanya
pembentukan karakter sejak dini, karena pada usia 12 – 15 tahun merupakan masa kritis bagi
pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan sejak usia dini, akan membentuk
pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada
generasi muda adalah usaha yang strategis.26 Jika pada masa ini mereka sudah terbiasa bersikap
disiplin maka tidak menutup kemungkinan pembentukan karakter dan moral mereka juga akan
terbentuk pada saat bersamaan. Dengan adanya penanaman sikap – sikap tersebut diharapkan
peserta didik memiliki jiwa yang sehat dan rohani yang kuat, yang bertumbuh didalam Tuhan
Yesus Kristus.
Ada sebuah pepatah yang dikemukakan oleh Thomas Lickano: “Walaupun jumlah anak
– anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan”. Oleh
karena itulah penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak – anak
Di dalam Alkitab juga dijelaskan bahwa dari usia 12 – 15 seharusnya mereka sudah
dibekali dengan kebenaran Firman Tuhan karena itulah dalam Mazmur 119: 9 - 11, Yang
menjaganya sesuai dengan firman Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janjiMu supaya aku
jangan berdosa terhadap Engkau. Dan juga dalam Ulangan 6: 4 – 9. Terutama dalam ayat yang
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu
menjadi lambing didahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan
26
. s.d.a. (18). P.23.
27
. Lickano, T. Raising Good Children: From Birth Through the Teenage Years. New York: Bantam Books.1994.
28
. LAI. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta. 2005.
Bila pendidikan terhadap generasi penerus diutamakan, gereja dapat mendirikan dasar
yang baik bagi hakekat kerohanian jemaat. Mereka tidak mudah terhanyut, selain itu dapat
Dalam Kitab Amsal Salomo berpesan kepada setiap orang tua yang berbunyi “Didiklah
orang – orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan
menyimpang daripada jalan itu”. Amsal 22:6.2. “Anak – anak adalah harapan bagi masa yang
akan datang, dan pemuda adalah secercah sinar bagi hari esok Bila gereja melalaikan pelayanan
pendidikan bagi anak – anak, remaja/pemuda, maka gereja pasti akan kekurangan generasi
Anak adalah titipan dari Allah, setiap keluarga yang memiliki anak berarti diberi
kepercayaan dari Allah untuk mendidik mereka sesuai dengan kehendak Tuhan.
Jika hal itu dilakukan dan disadari setiap orang percaya/keluarga - keluaraga kristen, maka
banyak generasi penerus yang muncul yang memiliki dedikasi dan loyalitas didalam
kehidupanya. Selain itu moralitas harus menjadi sorotan bagi orang tua, gereja, dan guru.
Apabila seorang remaja dari dini mereka dididik sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, secara
otomatis kebenaran Firman Tuhan yang pernah mereka dengarkan akan tertanam dalam
kehidupan mereka. Dan di sekolah guru pendidikan agama kristen, akan menguatkan mereka
dan memperdalam pemahaman mereka dalam mengenal Tuhan sebagai Tuhan dan Juru selamat
secara pribadi.
BAB III
KEJIWAAN MURID