You are on page 1of 20

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN

DISTOSIA BAHU TERHADAP Ny. T

Diposkan oleh MaPhia BlacK di 07.23 A. Pengertian

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu
tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sakrum.
B. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan
berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu
meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu
gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap
berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu
depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
C. Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu
untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase
aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala
yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau
kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II
sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
D. Penilaian Klinik
1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum
sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.
5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
symphisis.
E. Faktor Risiko
1. Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes
gestasional (Keller, dkk)
2. Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat
lahir yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dari kelahiran doistosia
bahu memiliki berat kurang dari 4000 g.
3. Riwayat obstetri/persalinan dengan bayi besar
4. Ibu dengan obesitas
5. Multiparitas
6. Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus tumbuh
setelah usia 42 mingu.
7. Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu,
terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5 (12%) di antara 42 wanita (Smith
dkk., 1994)
8. Cephalopelvic disproportion
The American College of Obstetrician and Gynecologist (1997,2000) meninjau
penelitian-penelitian yang diklasifikasikan menurut metode evidence-based yang
dikeluarkan oleh the United States Preventive Sevice Task Force, menyimpulkan
bahwa :

1. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah karena tidak ada
metode yang akurat untuk mengidentifikasi janin mana yang akan mengalami komplikasi
ini.

2. Pengukuran ultrasonic untuk memperkirakan makrosomia memiliki akurasi yang terbatas.

3. Seksio sesarea elektif yang didasarkan atas kecurigaan makrosomia bukan merupakan
strategi yang beralasan.

4. Seksio sesarea elektif dapat dibenarkan pada wanita non-diabetik dengan perkiraan berat
janin lebih dari 5000 g atau wanita diabetik yang berat lahirnya diperkirakan melebihi
4500 g.
F. Komplikasi pada Ibu
Distosia bahu dapat menyebabkan perdarahan postpartum karena atonia uteri,
rupture uteri, atau karena laserasi vagina dan servik yang merupakan risiko utama
kematian ibu (Benedetti dan Gabbe, 1978; Parks dan Ziel, 1978)
G. Komplikasi pada Bayi
Distosia bahu dapat disertai morbiditas dan mortalitas janin yang signifikan.
Kecacatan pleksus brachialis transien adalah cedera yang paling sering, selain itu
dapat juga terjadi fraktur klavikula, fraktur humerus, dan kematian neonatal.
H. Penatalaksanaan Distosia Bahu
Penatalaksanaan ditosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan janin.
Syarat-syarat agar dapat dilakukan tindakan untuk menangani distosia bahu adalah :

1. Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat bekerjasama untuk menyelesaikan
persalinan

2. Masih mampu untuk mengejan

3. Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi

4. Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup

5. Bukan monstrum atau kelainan congenital yang menghalangi keluarnya bayi


Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan, pelaku praktik obstetric harus
mengetahui betul prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang terkadang sangat
melumpuhkan ini.
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN
DISTOSIA BAHU TERHADAP Ny. T
Diposkan oleh MaPhia BlacK di 07.23

DISTOSIA BAHU

Pengertian

Menurut buku acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, 2005, setelah
kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada
sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu
miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu mengedan akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis.
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory walaupun jarang terjadi dan karena itu tidak bisa lewat masuk ke
dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan
dari tulang sakrum.
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitos panggul, kegagalan bahu
untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif
dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang
terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala
telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Penilaian Klinik (Menurut sinopsis Obstetri Jilid I, 1998) :
1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
2. Dagu tertarik dan menekan perineum
3. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga
tampak masuk kembali ke dalam vagina.
4. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
symphisis.
Faktor-faktor yang harus diantisipasi dengan kemungkinan distosia bahu :
a. Ibu dengan diabetes
b. Riwayat obstetri/persalinan dengan bayi besar
c. Ibu dengan obesitas
d. Postdates
e. Janin besar karena macrossomia
f. Riwayat obstetri dengan persalinan lama / persalinan sulit
g. Cephalopelvic disproportion

Penatalaksanaan Distosia Bahu (Menurut buku asuhan persalinan normal, 2004) :


1. Pakai sarung tangan DTT atau steril
2. Lakukan episiotomi secukupnya
3. Lakukan manuver Mc Robert
a. Dengan posisi ibu berbaring pada punggunnya, minta ibu untuk menarik kedua lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota
keluarganya) untuk membantu ibu.
b. Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu)
untuk menggerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis.
Catatan : Hindari tekanan yang berlebihan pada bagian kepala bayi karena mungkin akan
melukainya.
c. Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra pubis
ke arah bawah dengan lembut.
Catatan : Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa
menyebabkan ruptur uteri
4. Jika bahu tetaap tidak lahir :
a. Masukkan satu tangan ke dalam vaginaa dan lakkan penekanan pada bahu anterior, ke
arah sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu.
b. Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum.
5. Jika bahu masih tetap tidak lahir :
a. Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan pegang tulang lengah atas yang berada pada
posisi posterior
b. Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada
bayi.
Jika bahu masih tetap tidak lahir setelah melakukan manuver-manuver di atas, minta ibu
untuk berganti posisi merangka. Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini
dengan cara melakukan tarikan perlaharan pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-
hati. Segera setelah lahir bahu anterior, lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan
ke arah bagian bawah dengan hati-hati.
Catatan : Mematahkan tulang selangka bayi hanya dilakukan bila semua cara lainnya
mengalami kegagalan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN

DENGAN KASUS DISTOSIA BAHU TERHADAP Ny. T

DI RB RS YUKUM MEDICAL TAHUN 2007

I. Data Subjektif

Pada tanggal 02 November 2007 Pukul 13.00 WIB

1. Identitas

Nama Istri : Ny. Tia Nama Suami : Tn. Kurniawan


Umur : 28 th Umur : 31 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Perumahan Wayhalim Alamat :

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan hamil anak kedua usia kehamilan 38 minggu, mengeluh mulas dan nyeri
dipinggang dan ibu mengatakan sudah mengeluarkan air-air sejak tanggal 02 November
2007 pukul 05.00 WIB.
3. Pergerakan Janin dalam 24 jam terakhir

Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin, gerakan aktif sebanyak 20 kali dalam 24
jam.

4. Makan dan minum terakhir

Ibu makan terakhir tanggal 01 November 2007 pukul 20.00 WIB


Ibu sering minum dan minum terakhir 1 gelas air putih

5. Eliminasi

BAB terakhir 1 x pada 02 November 2007 pukul 06.00 WIB


BAK terakhir 1 x pada 02 November 2007 pukul 12.00 WIB

6. Istirahat

Ibu mengatakan tidur malam selama 8 jam, tidur siang 1-2 jam sehari

7. Psikologi

Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya

II. Data Objektif


1. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg Temp : 370 C
RR : 21 x/menit Nadi : 81 x/menit
3. Inspeksi
a. Rambut : Bersih, tidak mudah dicabut, warna hitam dan tidak ada ketombe
b. Muka : Bersih, tidak ada odema dan tidak ada cloasma gravidarum
c. Mata : Kanan dan kiri simetris, conjungtiva merah muda dan sklera tidak
ikterik
d. Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret dan fungsi penciumaan
baik.
e. Mulut : Bersih, tidak ada caries dan tidak ada stomatitis.
f. Telinga : Bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik
g. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
h. Mamae : Simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, terdapat
hyperpigmentasi pada aerola mamae dan kolostrum sudah keluar
i. Perut : Pembesaran perut sesuai kehamilan, terdapat linca nigra dan striae
gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi
a. Punggung dan pinggang : Terdapat tanda michalaes yang simetris
j. Genetalia :
k. Inspeksi : Pada vulva dan vagina tidak ada varises maupun oedema, tidak ada
luka dan cedera juga peradangan pada perineum tidak ada bekas luka.
l. Ekstremitas atas dan bawah :

Atas : Simetris, keadaannya bersih, tidak ada cacat dan berfungsi


dengan baik
Bawah : Simetris, keadaannya besih, terdapat oedema dan
berfungsi dengan baik.
4. Palpasi
1. Leopold 1 : TFU pertengahan pusat dan px, pada fundus teraba 1 bagian yang lunak,
tidak melenting dan kurang bundar yang berarti bokong
2. Leopold 2 : Pada perut bagian sebelah kiri teraba ada tahanan yang lebar yang berarti
bokong dan sebelah kanan teraba bagian-bagian yang kecil-kecil yang berarti ekstremitas
3. Leopold 3 : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras, dan melenting yang berarti
kepala
4. Leopold 4 : Bagian yang terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)
Mc. Donald : 38 cm (pada pemeriksaan Leopold 1)
TJB : (TFU – 11) x 155
: (38 – 11) x 155
: 4.185 gram
5. Auskultasi
DJJ terdengar 143 x/menit, puctum maximum dibawah pusat sebelah kiri
6. Perkusi
Reflek patela ada (+)
7. Pemeriksaan pada pukul 13.00 WIB
a. Vulva : Tidak ada oedemaa, tidak ada varises
b. Introitus vagina : Teraba rugei, tidak terdapat benjolan
c. Portio : Lunak
d. Serviks : Tebal, pembukaan 2 cm
e. Ketuban : Utuh
f. Presentasi : Kepala, UUK kiri depan
g. Penurunan : Hodge I (+), 4/5
h. Perineum : Elastis/tidak kaku
i. His : Ada
j. Frekuensi : 3 x 10 menit
k. Lamanya : < 20 detik
8. Pengawasan Kala I
Pemeriksaan Dalam Kondisi Ibu
Tanggal Waktu DJJ Obat/
Pemb. Penurunan Ketuban/
Kontraksi TD Pols RR Temp cairan
Serviks Kepala Penyusupan
yang diberikan

Kekuatan sedang
3x dalam 10
02-11-07 13.00 2 cm 4/5 (+)/ 0 143 x/mnt menit 120/70 80 21 370 C -
lamanya < 20
detik

Kekuatan sedang
3x dalam 10
02-11-07 17.00 4 cm 4/5 (+)/ 0 140 x menit 120/70 82 20 370 C -
lamanya 20-
40 detik

III. Analisa
1. Diagnosa
Ibu G2P1A0 hamil 38 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterine, memanjang, presentasi
kepala, inpartu kala I fase laten
Dasar : 1. Ibu mengatakan hamil anak kedua
2. Leopold 1 : TFU pertengahan pusat dan px, pada fundus teraba bokong
3. Leopold 2 : Punggun kiri
4. Leopold 3 : Bagian bawah teraba kepala
5. Leopold 4 : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP
6. DJJ ada, frekuensi 143 x/menit
7. Pemeriksaan dalam : Pembukaan 2 cm, ketuban : utuh, penurunan kepala :
hodge I
2. Masalah
Nyeri adanya his
Dasar : Ibu mengatakan merasa mules dan nyeri pada pinggang semakin sering
3. Kebutuhan
1. Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan
2. Pengawasan kala I dengan partograf

IV. Perencanaan kala I


1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
a. Beritahukan keadaan umum ibu : TD : 120/70 mmHg, Pols : 80 x/menit, RR : 20
x/menit, Temp : 370 C, keadaan umum ibu baik
b. Beritahukan hasil PD : Pembukaan serviks : 4 cm, penurunan kepala : 4/5, Ketubahan :
utuh (+), molase : tidak ada
2. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis pada ibu
a. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan semangat dan dukungan pada ibu
3. Lakukan pengawasan kala I dengan partograf
a. Catat setiap hasil temuaan dan asuhan pada partograf
4. Siapkan ruang bersalin dan alat pertolongan persalinan
a. Siapkan ruang bersalin yang sejuk, bersih dan nyaman
b. Siapkan alat pertolongan persalinan : partus set, heating, dll dalam kondisi steril
5. Siapkan alat pertolongan pada bayi baru lahir
a. Siapkan alat resusitasi dalam kondisi steril
b. Siapkan peralatan bayi : pakaian bayi. Bedong, kaos kaki, dan sarung tangan bayi.
6. Penuhi kebutuhan fisik ibu
a. Berikan makan dan minum bila ibu merasa haus dan lapar
b. Berikan ibu minuman manis untuk penambah tenaga
7. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan cara mengedan yang efektif
a. Ajarkan ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam melalui hidung keluarkan dari
mulut
b. Ajarkan ibu cara mengedan yang efektif yaitu seperti orang BAB keras

Kala II, pukul 20.00 WIB


S : 1. Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengedan
2. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari pinggang
ke perut bagian bawah
3. Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya

O : 1. His 4 x dalam 10, teratur lamanya > 40 detik


2. DJJ 145 x/menit, teratur
3. Pengeluaran dari vagina berupa blood slym yang makin banyak
4. Keadaan kandung kemih kosong
5. Pada inspeksi terlihat vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
6. PD, pukul 16.00 WIB dengan hasil :
a. Dinding vagina tidak ada kelainan
b. Portio tidak teraba
c. Pembukaan serviks 10 cm (lengkap)
d. Ketuban (-)
e. Presentasi kepala UUK kiri depan
f. Penurunan bagian terendah di Hodge IV
7. Tanda vital
TD : 120/80 mmHg Pols : 82 x/menit
RR : 22 x/menit Temp : 370 C

A : Diagnosa :
Ibu G2P1A0 hamil 38 minggu, janin hidup tunggal, intrauterine, memanjang,
presentasi kepala, inpartu kala II fase aktif

Dasar :
1. Ibu mengatakan hamil anak kedua
2. HPHT :
3. Umur kehamilan 38 minggu
4. His 4 x/10 menit, lamanya > 40 detik, teratur
5. Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
6. Pada periksa dalam : Portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, ketuban (-),
presentase kepala, UUK kiri depan, penurunan bagian terendahdi Hodge IV.
7. DJJ : 145 x/menit, teratur, terdapat 1 puctum maximum
8. Leopold 1 : TFU pertengahan pusat dan px, pada fundus teraba bokong
9. Leopold 2 : Punggung kiri
10. Leopold 3 : Bagian bawah teraba kepala
11. Leopold 4 : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)

Masalah :
Distosia Bahu
Dasar : 1. Kepala bayi telah lahir tetepi tetap berada di vagina
2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi dalam
3. Kepala bayi tersangkut di perineum, seperti masuk kembali ke dalam vagina
(kepala kura-kura)
Kebutuhan :
1. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu
2. Menjaga kandung kemih tetap kosong
3. Memimpin meneran dan bernafas yang baik selama persalinan
4. Melakukan pertolongan persalinan

Perencanaan
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini

a. Beritahukan keadaan itu : TD : 120/70 mmHg, Pols : 85 x/menit, RR : 23 x/menit,


Temp : 370 C, keadaan umum ibu baik
b. Beritahukan hasil PD : pembukaan servik : 10 cm, Penurunan kepala : 1/5, molase
: tidak ada
c. Libatkan keluarga dalam memberiklan dukungan psikologis

2. Pimpin ibu untuk meneran

a. Anjurkan ibu untuk mengedan saat his mulai mereda


b. Anjurkan ibu untuk mengedan seperti orang BAB keras dan kepala melihat ke
fundus

3. Beritahu itu untuk bernafas yang baik selama persalinan

a. Anjurkan ibu untuk bernafas dengan teknik dog reathing


b. Saat his hilang, ajurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan
keluargaan melalui mulut
c. Berikan minum diantara his

4. Siapkan pertolongan persalinan dengan teknik aseptik dan antiseptik

a. Gunakan alat-alat yang steril serta menggunakan sarung tangan


b. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

5. Lakukan pertolongan persalinan

a. Tetap pimpin ibu untuk meneran


b. Terdapat distosia bahu yaitu bahu anterior tertahan pada tulang symphisis
c. Lakukan episiotomi dengan memberikan anastesi lokal
d. Lakukan manuver Mc. Robert :

1. Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya, minta ibu untuk menarik kedua lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta suami atau anggota keluarga untuk membantu
ibu.
2. Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (ke arah anus ibu)
untuk menggerakkan bahu anterior dibawah symphisis pubis. Catatan : Jangan lakukan
dorongan dengan fundus, karena bahu akan lebih jauh dari rupture uteri

e. Lahirkan bahu belakang, bahu depan, dan tubuh bayi seluruhnya

6. Bayi lahir spontan pervaginam, tanggal 02-11-07 pukul 20.45 WIB, hidup, jenis kelamin
perempuan, BB : 4100 gram, PB : 50 cm

Kala III, pukul 20.45 WIB


S : 1. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
2. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya

O : 1. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 20.45 WIB


2. Ibu tampak senang dan bahagia
3. Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg Temp : 370 C
RR : 20 x/menit Pols : 84 x/menit
4. Plasenta belum lahir
5. Pada palpasi didapat : uterus teraba bulat dan keras, TFU : sepusat
6. Pada inspeksi terlihat adanya robekan jalan lahir akibat episiotomi

A : Diagnosa :
Ibu P2A0 partus spontan pervaginam, partu kala III
Dasar : 1. Bayi baru lahir spontan pervaginam pukul 20.45 WIB
2. Plasentaa belum lahir
Kebutuhan : melakukan manajemen aktif kala III
P : 1. Periksa fundus dan pastikan tidak ada janin lagi, kandung kemih kosong dan
konstruksi uterus baik
2. Berikan oksitosin 10 U IM di 1/3 paha bagian luar
3. Lakukan peregangan tali pusat terkendali pada saat ada kontraksi
4. Observasi tanda-tanda pelepasan plasenta
5. Melahirkan plasenta : periksa apakah plasenta lengkap dan tangan kiri
melakukan masase dengan 4 jari palmar secara sirkulasi
6. Plasentaa lahir lengkap dan spontan pukul 17.00 WIB
7. Jaga personal hygiene : membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu.

Perencanaan
1. Jelaskan keadaan ibu dan prosedur manajemen aktif kala III
a. Beritahu hasil pemeriksaan : TD : 120 mmHg, RR : 20 x/menit, Temp : 370 C, Pols : 84
x/menit, keadaan umum ibu baik
2. Lakukan manajeman aktif kala III
a. Periksa fundus dan pastikan tidak ada janin lagi, kandung kemih kosong, dan kontraksi
uterus baik
b. Beritahu ibu bahwa akan disuntik 10 U IM pada 1/3 paha bagian luar
c. Lakukan penegangan tali pusat terkendali pada saat ada kontraksi
d. Observasi tanda-tanda pelepasan plasenta : semburan darah tiba-tiba, tali pusat
memanjang
e. Lahirkan plasenta
f. Periksa kelengkapan plasenta dan tangan kiri melakukan masase dengan 4 jari palmer
secara sirkuler selama 15 detik
g. Ajarkan ibu untuk membantu melakukan masase dan beritahu ibu uterus yang
berkontraksi baik.
3. Plasenta lahir spontan pukul 21.00 WIB, periksa kelengkapan plasenta
a. Katiledon dan selaput : utuh
b. Panjang tali pusat : 40 cm
c. Diameter plasenta : 10 cm
d. Berat plasenta : 500 gram
e. Tebal plasenta : 3 cm
f. Insersi : marginal
4. Jaga personal hygiene
a. Terdapat robekan yang mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis,
tetapi tidak mengenai otot sfingter ani disebut luka episiotomi tingkat II
b. Berikan anastesi lokal : 10 ml lidokain
c. Lakukan heating jelujur dan jelujur subkutikuler

Kala IV, pukul 21.00 WIB


S : 1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayi perempuannya
2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas-mulas
3. Ibu merasa legaa karena plasenta sudah lahir

O : 1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg Pols : 84 x/menit
RR : 21 x/menit Temp : 370 C
2. TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
3. Jumlah perdadarahan ± 150 cc, konsistensi berupaa darah segar cair
4. Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 17.00 WIB

A : Diagnosaa :
P2A0 partus spontan, partu kala IV
Dasar : 1. Ibu melahirkan anak kedua
2. Ibu partus spontan pervaginam pukul 16.45 WIB
3. Plasentaa lahir lengkap pukul 17.00 WIB
4. TFU 1 jari di bawah pusat

Masalah :
Nyeri luka akibat luka episiotomi
Dasar : 1. Terdapat luka episiotomi derajat 2
2. Jumlah perdarahan 150 cc

Kebutuhan : 1. Observasi keadaan ibu : keadaan umum, perdarahan, involusi


uterus, dan vital sign
2. Heating perineum dengan heating jelujur dan jelujur
subkutikuler
3. Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri

Perencanaan
1. Observasi keadaan ibu
a. Pantau terus keadaan ibu selama 2 jam postpartum
b. Pastikan darah yang keluar berasal hanya dari luka episiotomi
2. Lakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam postpartum dan setiap 30
menit pada jam kedua
a. Periksa tanda vital : TD : 120/80 mmHg, RR : 21 x/menit, Pols : 84 x/menit, Temp : 370
C, keadaan umum ibu baik.
b. Periksa fundus : TFU : 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus : baik
c. Periksa perdarahan, jumlah darah yang keluar : ± 100 cc
d. Periksa kandung kemih, bila penuh, rangsang untuk berkemih.
3. Lakukan perawatan luka episiotomi
a. Bersihkan tubuh ibu dan lakukan vulva hygiene untuk menghindari infeksi pada luka
jahitan.
b. Ajarkan ibu cara menjaga personal hygiene dan cara merawat luka episiotomi
4. Ajarkan ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya post partum, seperti demam,
perdarahan berlebihan, perut tidak mulas dan fundus tidak ada kontraksi.
a. Beritahu keluarga untuk melapor ke bidan jika ada tanda-tanda bahaya.
5. Ajarkan ibu dan keluargaaa cara pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis
a. Anjurkan ibu untuk makan dan minum yang cukup memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
b. Anjurkan ibu untuk istirahat dan merelaksasikan pikiran
c. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan dan semangat pada ibu
6. Berikan konseling pada ibu cara merawat bayi baru lahir
a. Beritahu ibu cara merawat tali pusat
b. Anjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya
c. Beritahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan tubuh bayi
d. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya BBL : panas tinggi, kejang, biru, susah untuk bernafas
e. Beritahu ibu untuk mengimunisasi bayinya ke bidan.
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi : Jakarta

Mochtar R, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2, EGC : Jakarta

Saifuddin Abdul B, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta

, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta

Winkjosastro, H, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :


Jakarta

You might also like