Professional Documents
Culture Documents
Keperawatan Maternitas
INTENATAL
KONSEP DASAR
Pengertian
Antenatal adalah perawatan fisik dan mental sebelum persalinan yaitu sejak masa
kehamilan. Antenatal ini bersifat preventife care dan tujuan secara umumnya
adalah mencegah hal-hal yang kurang baik bagi bayi maupun ibu.
(Prof Sulaiman Sastra Winata)
Inti sel terdapat pada kepala sedangkan ekor berguna untuk bergerak maju,
karena pergerakan ini maka dalam satu jam saja spermatozoa melalui canalis
cervicalis dan cavum uteri kemudian berada dalam tuba.Disini sel mani menunggu
kedatangan sel telur.
Jika kebetulan pada saat ini terjadi ovulasi, maka mungkin fertilisasi
berlangsung.Jika tidak terjadi ovulasi maka penghamilan tidak mungkin. Maka
jelaslah bahwa hanya coitus sekilas saat ovulasi yang dapat menghasilkan
kehamilan.
Sel telur hanya dapat dibuahi beberapa jam setelah ovulasi.Sedangkan sel mani
dalam badan wanita masih kuat membuahi selama satu sampai tiga hari.
Lingkup Antenatal
a. Diet dalam kehamilan
Makanan wanita hamil harus lebih diperhatikan daripada diluar kehamilan
karena dipergunakan untuk:
1) Mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan
2) Pertumbuhan janin
3) Untuk cadangan masa laktasi
Adapun zat-zat yang diperlukan oleh tubuh adalah: Zat putih telur, zat tepung,
zat lemak, garam,terutama garam dapur, phosfor, besi, vitamin dan air.
Keperawatan Maternitas
Kebutuhan beberapa zat yang penting pada wanita yang belum hamil, yang
hamil dan yang menyusui anaknya adalah sebagai berikut:
b. Protein
Protein dibutuhkan karena metabolisme bertambah untuk pertumbuhan janin,
pertumbuhan rahim, pertumbuhan kelenjar buah dada dan untuk penambahan
volume darah. Kekurangan dari protein mungkin menimbulkan anemia,
toksemia gravidarum, edema dan premature.
c. Garam
Dalam kehamilan diberikan tambahan Fe misalnya dengan SF 3x200mg Ca
dan Phosfor dipergunakan untuk pembuatan tulang-tulang janin serta Fe untuk
pembuatan Hb janin.
d. Vitamin
1) Vitamin A untuk menambah daya tahan tubuh terhadap infeksi
2) Vit Bcompleks bersifat antipelagra.Dan apabila kekurangan akan
menyebabkan perdarahan pada bayi, menambah kemungkinan perdarahan
post partum dan atropi dari ovarium.
3) Vit C selain mencegah skorbut penting sekali untuk kebutuhan janin.
4) Vit D bersifat anti rachitis. Vit ini sangat penting sekali terutama
pada daerah yang kurang sinar matahari
5) Vit E penting untuk reproduksi dan pertumbuhan embrio
e. Air
Wanita hamil harus minum cukup banyak kira-kira 6-8 gelas sehari.Air
berfungsi untuk mengganti cairan yang keluar melalui keringat dan juga
membantu pengeluaran racun melalui anus dan ginjal.
g. Pakaian
Pakaian yang baik untuk wanita hamil adalah yang enak dipakai tidak boleh
menekan badan karena akan menyebabkan bendungan vena dan
mempercepat terjadinya varices.
h. Bab
Pada wanita hamil mungkin terjadi konstipasi karena:
1) Kurang gerak badan
2) Peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon
3) Tekanan pada rectum
i. Coitus
Pada wanita yang hamil mudah keguguran sebaiknya dinasehati supaya
jangan melakukan coitus pada hamil muda.
Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
b. Adakah anemia, sianosis, ikterus dan dipsnea.
c. Keadaan jantung dan paru-paru
d. Keadaan edema
e. Repleks patella
f. Tekanan darah: pada orang hamil tidak boleh lebih dari 140/90 mmHg .
g. Berat badan pada trisemester ketiga tidak boleh bertambah lebih dari
1kg/mg atau 3kg sebulan
h. Pemeriksaan laboratorium
1) air kencing terutama glukosa, zat putih telur dan sedimen
Keperawatan Maternitas
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan kehamilan
1) Anamnase
Nama, umur, pekerjaan, nama suami agama, alamat, keluhan utama.
2) Riwayat menstruasi
a) Menarse
Keperawatan Maternitas
3) Tentang perkawinan
a) Kawin atau tidak
b) Berapa kali kawin
4) Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
a) Kehamilan: ada gangguan seperti perdarahan, muntah yang
berlebihan, toxoemia gravidarum.
b) Persalinan: spontan, buatan aterm, post partum, dan perdarahan
ditolong oleh siapa.
c) Anak: jenis kehamilan, hidup/mati, jika mati umur berapa? BB lahir
dan kenapa sebabnya ?
5) Kehamilan sekarang
6) Anamnesa keluarga
Pemeriksaan fisik
1) Integumen
Adanya hiperpigmentasi pada area mamae dan areola hipertropi tuber
kelenjar mengomeri, striae gravidarum cloasma gravidarum, linia nigra,
dan adanmya pigmentasi pada daerah leher.
a) Cardiovaskuler
TD biasanya menurun 8-12 mmhg, nadi meningkat 8-10 kali/menit.
b) Pernafasan
Volume tidal meningkat, frekuensi 6-12 kali/menit dan bernafas lebih
dalam.
c) Gastrointestinal
Adanya nause dan vomiting karena dipengaruhi oleh peningkatan
hormon estrogen dan tonus traktus-traktus digestinus menurun
sehingga mortilitas menurun konstipasi dan hipersalivasi.
d) Traktus urinarius
Vesika urinaria tertekan sehingga menyebabkan frekuensi BAK
meningkat, poliuria karena peningkatan sirkulasi.
Pengkajian psikososial
1) Reaksi terhadap kehamolaian/kehamilan
2) Pengetahuan tentang respon sex
3) Mekanisme koping
4) Konsep diri
5) Behavior
Intevensi:
a) Anjurkan untuk melaporkan adanya perdarahan pervagina
b) Anjurkan segera melapor jika nyeri akut
c) Kolaborasi
4) Resiko tinggi infeksi pada traktus urinaria berhubungan dengan efek
tekanan uterus pada vesika urinaria.
Intervensi:
a) Berikan informasi tanda dan gejala adanya infeksi
b) Jaga personal higiene
c) Anjurkan untuk minum minimal 6-8 gelas/hari.
c. Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan klien
2) Kaji kondisi psikososial
4) Sistem Urinaria
Frekuensi miksi meningkat, filtrasi glomerolus meningkat dan
konsentrasi albumin meningkat.
5) Sistem Muskulus kletal: lordosis
6) Sistem integumen
Pigmentasi meningkat, aktifitas kelenjar keringat meningkat, rambut
menipis dan kuku cepat patah dan mudah tumbuh.
7) Sistem Gastro intestinal
Mulut dan gusi hiperemi, gusi sensitif, esopagus dan gaster refluk
kapasitas gaster menurun, intestinal, mortilitas menurun, absorpsi
nutrisi dan air meningkat.
8) Sistem Endokrin
Kelenjar pituitari, prolaktin, dan oksitosin meningkat, kelenjar thiroid
meningkat. BMR meningkat dan plasenta fungsi maksimal.
9) Pengkajian Janin
a) Pembukaan leopod
b) Pergerakan janin
c) Elektronik fetal mariltoni contoh USG
d) Non stress test (NST)
b. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyman
2) Resiko tinggi terjadinya perdarahan
3) kurangnya pengetahuan tentang persiapan persalinan berhubungan
dengan kurangnya informasi
4) Resti terjadinya cidera berhubungan dengan adanya hipertensi
5) perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan pembesaran
uterus
6) perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketidaknyamanan
(pembesaran abdomen)
c. Intervensi
1) anjurkan klien memakai sepatu tumit pendek
2) kurangi minum susu imblance Ca
3) rubah/ganti posisi
4) hindari duduk terlalu lama sering mandi
5) gunakan baju yang longgar dan menyerap keringat.
Keperawatan Maternitas
INTRA NATAL
1. Pengertian
Intranatal adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan/hamprir cukup buluan, disertai dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata).
Tanda-tanda Inpartu
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak robekan-
robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka perineum
merenggang, dengan his mengedan terpimpin akan lahirkan kepala, diikuti
oleh seluruh badan janin, kala II pada primi 1 ½-2 jam, pada multi ½-1 jam.
Keperawatan Maternitas
d. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
8. Mekanisme Persalinan
a. Turunnya kepala
Bila his cukup kuat kepala akan turun, dan mulai masuk kedalam rongga
panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat terbagi atas dua
keadaan
1) Sinklitismus, yaitu bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan
bidang pintu atas panggul.
2) Asinklitismus ialah, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang
pintu atas panggul.
Asinklitismus terbagi atas dua bagian :
a) Asinklitismus anterior: menurut Naegele ialah apabila arah sumbu
kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul.
b) Asinklitismus posterior: menurut Litzman; yaitu keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada
mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena
ruangan pelvis di daerah posterior adalah lebih luas dibandingkan
ruangan pelvis di daerah anterior. Hal asinklitismus lebih penting,
apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.
b. Fleksi
Kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil, yakni
dengan dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan
sirkumsirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar
panggul kepala janin berada didalam keadaan fleksi maksimal.
d. Defleksi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil dibawah
simfisis, maka dengan suboksipot sebagai hipomoklion, kepala akan
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his, vulva lebih
membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan
tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan
kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya
dagu.
1. Kala I
a. Fase laten
1) Pengkajian
a) Riwayat sekarang, catat tanda persalinan seperti his yang teratur,
frekuensi, interval, adanya ruptur, selaput ketuban dan status
emosional.
b) Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0-3 cm posisi fetus, his anatara 5-
30 menit dan berlangsung selama 10-30 menit vagina mengeluarkan
cairan pink, coklat, ruptur, keluhan, djj terdengar lebih jelas di umbilikus.
2) Diagnosa keperawatan
a) Cemas
b) Kurangnya pengalihan aktivitas
c) Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan
d) Resiko tinggi kekurangan volume cairan
e) Koping individu tidak efektif
f) Resiko tinggi cidera atau trauma pada fetus
b. Fase aktif
1) Pengkajian
a) Riwayat keadaan sekarang, klien lebih serius terhadap persalinan,
tampak kelelahan dan bisa melakukan tehnik relaksasi.
b) Pemeriksaan fisik, kontraksi uterus 2,5-5 menit berlangsung selama 30-
45 menit, dilatasi servik 4-7 cm, perdarahan pervagina, fetus turun 1-3
cm, djj terdengar jelas.
1) Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut
b) Resiko gangguan pola eliminase urine
c) Koping klien tidak efektif
d) Gangguan konsep diri
e) Resiko injuri pada ibu
2. Kala II
a. Pengkajian
1) Tanda dan gejala persalinan kala II
Perineum menonjol, vulva dan anus membuka, meningkatnya pengeluaran
darah dan lendir, kepala turun di dasar panggul, keinginan BAB, meneran,
amnesia, perasaan panas dan tegang pada perineum, tremor, kelelahan,
emosi labil, takut, gelisah, ketidak percaya dan merintih-rintih.
2) Data umum
Peningkatan tekanan darah 5-10 mmhg, peningkatan RR, nadi kurang
dari100, suhu tubuh dan diaporesis.
3) Data obstetri
Kontraksi 2-3 menit, intensitas kuat, lamanya 50-70 detik pembukaan servik
10 cm, pendataran 100%, peningkatan pengeluaran darah dan lendir,
cairan amnion, perineum menonjol, keluar feses pada saat melahirkan dan
distensi kandung kemih.
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut
2) Resiko tinggi gangguan pertukaran O2 pada janin
3) Kurangnya pengetahuan tentang persalinan kala II
4) Resti infeksi maternal
5) Resiko luka pada fetus
Keperawatan Maternitas
3. Kala III
a. Pengkajian
Setelah janin lahir, tinggi fundus uteri, setinggi pusat, pelepasan plasenta ada
dua macam, yaitu:
1) Schulze
Pelepasan plasenta dimulai dari bagian bawah plasenta tidak ada
perdarahan sebelum plasenta lahir, ada perdarahan setelah plasenta lahir.
2) Duncan
Pelepasan plasenta dari pinggir plasenta bagian lateral ada perdarahan
sedikit-sedikit.
b. Data umum
Ibu kelelahan, pucat, sianosis, tekanan darah lebih dari 100/10 mmhg,
kemungkinan sock, nyeri abdomen, mules, pusing, tremor dan kedinginan.
c. Data obstetri
Perubahan uterus (discoid-globular), ueterus bundar dan keras, keadaan
kandung kemih penuh atau kosong, perdarahan pervagina, normalnya 250-300
ml, janin lahir efisiotomi.
4. Kala IV
a. Pengkajian
Data umum
Keadaan umum kelelahan, pucat, sianosis, TD, RR, S dan keadaan
psikologis ibu gembira, sedih, kecewa, kesiapan ibu dan suami
b. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan peran dan keluarga
2) Resti kekurangan cairan dan elektrolit
3) Nyeri akut
4) Resiko tinggi terjadinya infeksi
5. Intervensi
a. Intervensi kala I
1) perkenalan klien pada lingkungan puskesmas/ ruang
bersalin
2) monitor TTV
3) awasi intake cairan klien
4) berikan support mental
5) hadirkan suami atau orang terdekat untuk mengurangi
cemas
6) bantu klien untuk beraktifitas semaksimal mungkin
b. Intervensi kala II
1) ajarkan klien cara meneran yang baik dan benar
2) anjurkan klien meneran bila his kuat
3) berikan kesepatan pada klien untuk memilih posisi yang
tepat
4) anjurkan posisi miring kiri, semi fowler dan lhitotomi
c. Intervensi kala III
1) tampung perdarahan
2) kolaborasi pemberian obat matergin dan oxitosin
3) anjurkan klien nafas dalam bila terasa nyeri
4) kosongkan ketika urinaria dengan penggunaan katteri
d. Intervensi kala IV
Keperawatan Maternitas
1. Pengertian
Bayi baru lahir merupakan hasil konsepsi secara sempurna yang dikeluarkan oleh
ibu tanpa memandang lamanya kehamilan dan ketika berpisah dengan ibunya,
bayi bernafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan. (Sulaiman Sastrawinata).
Bayi baru lahir adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling tinggi sebagai hasil
konsepsi ovum dan spermatozoaoon dengan massa gestasi memungkinkan bayi
dapat hidup di luar kandungan (Depkes 1996)
Klasifikasi klinik :
- Nilai 7-10 : bayi normal
- Nilai 4-6 : bayi asfiksia ringan-sedang
- Nilai 0-3 : bayi asfiksia berat
b. Sistem Endokrin
Adapun penyesuaian pada sistem endokrin adalah:
1) Kelenjar thiroid berkembang selama minggu ke-3 dan 4
2) Sekresi-sekresi thyroxin dimulai pada minggu ke-8 thiroxin maternal
adalah bisa memintasi plasenta sehingga fetus yang tidak memproduksi
hormon thiroid akan lahir dengan hypothiroidism konginital jika tidak
ditangani akan menyebabkan reterdasi mental berat.
3) Kortek adrenal dibentuk pada minggu ke-6 dan menghasilkan
hormon pada minggu ke-8 atau minggu ke-9
4) Pankreas dibentuk dari foregut pada minggu ke-5 sampai minggu
ke-8 dan pulau langerhans berkembang selama minggu ke-12 serta insulin
diproduksi pada minggu ke-20 pada infant dengan ibu DM dapat
menghasilkan fetal hyperglikemi yang dapat merangsang hyperinsulinemia
dan sel-sel pulau hyperplasia hal ini menyebabkan ukuran fetus yang
berlebih.
5) Hyperinsulinemia dapat memblok maturasi paru sehingga dapat
menyebabkan janin dengan resiko tinggi distress pernafasan.
c. Sistem cardiovaskuler
1) Penutupan obliterasi sel pirau, voramen oral, duktus venosus,
duktus arteriosus
2) Duktus venosus berfungsi dalam pengendalian tahanan vaskuler
plasenta terutama pada saat janin mengalami hypoxia
3) Duktus venosus menutup beberapa menit pertama setelah lahir
dan
penutupan anatomis yang lengkap terjadi pada hari ke-20 setelah lahir.
4) Pada neonatus darah tidak bersikulasi dengan mudah, pada kaki
dan tangan sering berwarna kebiru-biruan dan terasa dingin dan biasanya
TD: 80/46 mmhg.
5) Duktus anteriosus merupakan peran vaskuler yang penting sirkulasi
fetus dan melakukan peran darah dari erteri pulmonalis ke aorta desenden
(melalui paru), selama kehidupan fetal tekanan arteri pulmonalis sangat
tinggi dan lebih dari tekanan aorta dan penutupan duktus arteriosus
disebabkan oleh peningkatan tegangan oksigen dalam tubuh.
Keperawatan Maternitas
d. Sistem pernafasan
1) Perubahan fisiologis yang segera dilakukan atau tugas
pertama yaitu bernafas untuk kebutuhan oksigenasi.
2) Sel-sel eritrosit yang menstimulasi untuk merangsang
timbulnya nafas pertama yang terjadi perubahan kimia dan perubahan suhu
yang mempenyai fungsi pernafasan.
e. Sistem reproduksi
1) Hingga minggu ke-7 tidak ada perbedaan sex pada janin kemudian terjadi
pembentukan cromosomy pada laki-laki untuk pembentukan testis
2) Pada minggu ke-28 testis mulai turun kearah skrotum dan setelah lahir
terjadi pembentukan testosteron tingkat rendah dan secara kontingen
disekresi sampai massa pubertas
3) Pada janin perempuan, pada saat lahir ovarium sudah berisi ovum dan
disuplai sepanjang hidupnya
4) Pseudomenstrusi atau hormon pengeluaran dari vagina dapat terjadi saat
lahir, saat hormon material hilang dan tingginya tingkat estrogen maternal
juga merangsang “mammary engorgement” dan pengeluaran cairan
b. Tanda Vital
a. Temeperatur Suhu tubuh bayi pada axilla biasanya36,5-37oc dan
suhu tubuh pada daerah oral 35,8-37oc
b. Denyut jantung Pada daerah paru aspek biasanya frekuensi 120-
140 x/menit dan keadaan takikardi yaitu frekuensi jantung pada saat
istirahat dibawah 80-100x/menit dan keadaan takikardi frekuensi jantung
diatas 160-180x/menit.
c. Repsirasi
d. Frekuensi pernafasan biasanya 30-60x/menit, takikardi RR diatas
60x/ menit dan bisa terjadi apneu bila dalam keadaan takikardi yang lebih
dari 15 detik.
e. Tekanan darah
f. Biasanya TD pada lengan dan betis 65/41 Mmhg dan tekanan
sistolik pada betis 6-9 mmhg lebih rendah dibanding pada lengan atas.
1. Pengkajian
Keperawatan Maternitas
a. Keadaan umum
1) Postur tubuh
Adanya fleksi kepala apa tidak dan ekstremitas dan adanya retraksi dada
dan abdoemen.
2) Kulit
Adanya sianonis lanugo edema sekitar mata, wajah, kaki, srotum dan labia
terjadinya sianosis pada tangan dan kaki yang disebut acrosianosis dan
terjadinya keadaan dimana bayi kedingan sementara yang disebut cutis
marmorata.
3) Tulang kranium
Menyatu apa tidak dan terjadi moulding dan tumpang tindih serta adanya
hematoma
4) Mata
Adanya peradangan atau sekresi mukus yang berlebihan refleks terhadap
cahaya positif apa tidak adanya kecacatan dan hyperbilirubin apa tidak
5) Telinga
identifikasi adanya kelainan-kelainan pada strukur tulang pembentuk telinga
dan adanya hypersekresi .
6) Hidung
Identifikasi reflek bayi dalam pengeluaran mukun dan perhatikan apakah
ada kelainan-kelainan pada bayi yang baru lahir
Perhitungan atau identifikasi yang dilakukan segera bayi lahir adalah
dengan menggunakan nilai AFGAR SCORE yang dinilai pada menit
pertama setelah bayi lahir dan menit ke lima segera setelah kelahiran bayi.
7) Mulut dan kerongkongan
- Keutuhan langit atas
- Ovula digaris tengah
- Frenulum lidah
- Sicting reflek, gag reflek, rootaring
reflek
8) Leher
Pendek tebal, biasanya dikelilingi lipatan, reflek tonik ned
9) Dada
- Pembesaran buah dada
- Sedikit retraksi sternal, selama inspirasi
- Prosesus xipod jelas diameter ant, post, lateral sama
10) Paru
- Pernafasan abdominal
- Reflek batuk tidak ada saat lahir timbul 1-2 hari
- Suara nafas kedua sisi sama
11) Jantung
Afek, ruang intercosta 4-5 sisi kiri garis sternum
12) Abdomen
- Berbentuk silindris
- Hati palpasi 2-3 cm dibawah pinggir kanan costal
- Lamfa dapat dipalpasi pada akhir minggu pertama
- Ginjal 1-2 cm diatas umbilikus
- Tali pusat putih kebiruan dua arteri satu vena
13) Genetalia
- Laki-laki :
a) Lubang uretra pada ujung galn gland penis
b) Testis dapat dipalpasi pada masing-masing scrotum
Keperawatan Maternitas
15) Gasteremitas
- Jari tangan/kaki utuh
- Pergerakan room normal
- Ujung kaki pink dengan cepanosis sementara setelah lahir
- Telapak kaki biasa datar
- Simetris
16) Neoromuskular
- Dapat memalingkan kepala dari satu sisi ke sisi lain
- Dapat menahan kepala pada garis horizontal dan punggung saat
dipegang dalam posisi proe prose
- Ekstremitas mempertahankan derajat yang sama saat pleksi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi hipothermi berhubungan denagn adaptasi
yang belum efektif pada bayi antara lingkungan intra uteri dengan akstra uteri
b. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan proses pengeluaran asi yang belum efektif
c. Resiko terjadi infeksi berhubungan denagn permeabel
dan entri portal ekstra tali pusat sirkumsisi
d. Jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan
hypersekresi mukus
e. Resiko tinggi terjadinya distress pernafasan
berhubungan dengan minimnya atau belum efektifnya reflek bersin pada bayi
f. Proses perubahan ikatan keluarga berhubungan dengan
transisi perkembangan dan penambahan anggota keluarga
3. Intervensi
a. DX I
1) Berikan segera ASI dini atau ekslusif segera setelah bayi lahir
2) Berikan atau pertahankan lingkungan dengan menciptakan kehangatan
yaitu selalu memberikan selimut ekstra pada bayi dan lakukan bounding
atac menit
3) Hindari memandikan bayi setelah lahir dan berikan atau lakukan
memandikan bayi dengan menggunakan air hangat
b. DX II
1) Berikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya ASI dini setelah bayi
lahir
2) Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya walaupun pengeluaran ASI
belum lancar
Keperawatan Maternitas
c. DX III
1) Cuci tangan dan instruksikan ibu melakukannya sebelum memegang
bayi
2) Anjurkan bayi mandi dengan spon sampai tali pusat lepas
3) Tinjau ulang perawatan tali pusat yang tepat
4) Observasi terhadap/diskusikan tanda-tanda infeksi, kaji suhu aksila
sesuai indikasi
5) Memandikan bayi setiap hari dan ganti batlutan tali pusat
6) lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan dengan memberikan
betadin pada luka
d. DX IV
1) miringkan bayi bila terjadi aspirasi pada bayi
2) usahakan dan lakukan pemberian ASI dalam keadaan bayi setengah
agak tegak
3) hindari pemberian makanan tambahan apalagi yang meningkatkan
hypersekresi
e. DX VI
1) Informasikan kepada orang tua tentang kebutuhan-kebuthan neonatus
segera dan perawatan yang diberikan
2) Tempatkan bayi dalam lengan ibu/ayah segera setelah kondisi
neonatus memungkinkan
3) Anjurkan orang tua untuk mengulas dan bicara pada bayi baru lahir
4) Anjurkan ibu untuk menyusui bayi bila diinginkan
5) Bagi informasi tambahan dari pengkajian fisik awal bbl
6) Diskusikan kemampuan bayi untuk berinteraksi
Keperawatan Maternitas
POSTNATAL
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adailah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pemulihan kembali alat kandungan selama 6 sampai 8 minggu.
2. Periode Nifas
a. Peurperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamannya 6 sampai 8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
3. Perubahan-Perubahan
a. Involusi rahim
Secara berangsur-angsur menjadi kecil, sehingga akhirnya kembali sebelum
hamil, involusi disebabkan proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim
dipecah, diabsorpsi dan kemudian dibuang dengan air kencing.
Kadang-kadang pada wanita yang asthenis dapat diastasis dari otot-otot rectus
abdominis sehingga sebagian dari dinding perut digaris tengah hanya terdiri
dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.
f. Saluran kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan edema dan hyperaemia. Kadang-
kadang edema dari trigonun, menimbulkan obstruksi dari urethra sehingga
terjadi retentio urin.
g. Laktasi
Masing-masing terdiri dari 15 sampai 24 lobi yang terletak dan terpisah satu
sama lain oleh jaringan lemak.
Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini. Acini ini menghasilkan
air susu.
Tiap lobulus mempunyai saluran halus untuk mengalirkan air susu, saluran ini
disebut Ductus lactiferosus. Pada waktu ini buah dada belum mengandung
susu, melainkan colostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat aerrola
mammae colostrum alkalis, colostrum lebih banyak mengandung protein dan
garam.
4. Klinik Nifas
a. Lochia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
1) Lochia Rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban sel-sel desidua, vernic caseosa, lanugo dan mekonium selama 2
hari pasca persalinan.
Keperawatan Maternitas
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Suhu
Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena
kenaikan suhu adalah tanda pertama infeksi.
d. Miksi
Tiap penderita dianjurkan kencing 6 jam post partum, kalau dalam 8 jam post
partum belum dapat kencing atau sekali kencing belum melebihi 100 cc, maka
dilakukan kateterisasi akan tetapi, bila kandungan kencing penuh, tidak usah
menunggu sampai 8 jam untuk kateterisasi.
e. Defekasi
Jika penderita hari ke 3 belum juga buang air besar, maka diberi clysma air
sabun atau glycerine.
f. Puting susu
Keperawatan Maternitas
Air susu yang kering merupakan kerusakan dan dapat merangsang kulit
sehingga terjadi eczema : maka sebaiknya putting susu dibersihkan dengan air
yang telah dimasak, tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan bayi.
h. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan pada kelenjar mammae yaitu :
- Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan
lemak bertambah.
- Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana
vena-vena berdiri diatas sehingga tampak jelas.
- Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron
hilang maka timbul pengaruh hormon LH dan prolaktin yang akan
merangsang air susu.
i. Follow up
6 minggu setelah persalinan ibu hendaknya memeriksa dirinya kembali.
j. Keluarga berencana
Masa post partum merupakan saat yang paling baik untuk menawarkan
kontrasepsi, oleh karena pada saat ini motivasi paling tinggi, oleh karena pil
dapat mempengaruhi sekresi air susu.
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Tampak berenergi / kelelahan / keletihan, mengantuk.
b. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat (50-70 dpm), karena hipersensitivitas vagal tekanan
darah berfariasi, edema bila ada kehilangan darah selama persalinan.
c. Eliminasi
Hemoroid sering ada dan menonjol, kandung kemih mungkin teraba diatas
symfisis pubis atau kateter urinarius mungkin dipasang diuresis dapat terjadi.
d. Makanan / cairan
Dapat mengeluh haus, lapar atau mual
e. Neuresonsori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun.
f. Nyeri / ketidaknyamanan
Trauma jaringan, kandung kemih penuh, perasaan dingin.
g. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi, lochia jumlahnya sedang, perineum bebas dari
kemerahan, edema echymosis, striae mungkin ada, payudara lunak, putting
tegang.
Keperawatan Maternitas
h. Pemeriksaan diagnostic
Hemoglobin / hematokrit, jumlah darah lengkap, urinalisis.
2. Diangnosa
a. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan peningkatan
perkembangan anggota keluarga.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidak
edekuatan perpindahan cairan.
c. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis.
d. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
3. Intervensi
a. Diagnosa 1:
1) Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh, dan memeriksa
bayi.
2) Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan
membantu dalam perawatan, bayi sesuai kondisi.
3) Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga.
b. Diagnosa 2 :
1) Tempatkan klien pada posisi rekumben.
2) Kaji hal yang memperberat kejadian intrapartum.
3) Catat lokasi dan konsitensi fundus setiap 15 menit.
4) Masase fundus bila lunak.
c. Diagnosa 3 :
1) Kaji sifat dan derajat ketidak nyaman.
2) Beri ucapan selamat kepada pasangan karena bayinya lahir.
3) Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama
periode pasca partum.
d. Diagnosa 4 :
1) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui
sebelumnya.
2) Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien.
3) Berikan informasi mengenai fisiologi, perawatan payudara dan
keuntungan menyusui.
e. Diagnosa 5 :
1) Pantau suhu dan nadi.
2) Kaji tanda – tanda infeksi
3) Inspeksi perbaikan episitiotomi
4. Evaluasi
a. Diagnosa 1:
1) Menggendong bayi, saat kondisi ibu dan neonatus memungkinkan.
2) Mendemonstrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat.
b. Diagnosa 2 :
- Menunjukan TTV dalam batas normal.
c. Diagnosa 3 :
1) Mengungkapkan rreduksi ketidak nyamanan atau nyeri.
2) Postur dan ekspresi wajah rileks.
d. Diagnosa 4 :
1) Mengungkan pemahaman tentang proses menyusui.
2) Mendemonstrasikan tekhnik efektif dari menyusui.
Keperawatan Maternitas
e. Diagnosa 5 :
1) Bebas dari komplikasi
2) Menurunkan faktor resiko
SEKSIO CESAREA
Pengertian
SC adalah tindakan untuk melahirkan bayi perabdominal atau pervaginam dengan
membuka dinding uterus
Klasifikasi SC
a. seksio sesarea transperitoneal
b. seksio sesarea korporal
c. seksio sesarea ektra peritoneal, terbagi atas:
- perabdominal
- pervaginam
8) solusio plasenta
9) infelsi intra partum
b. Bayi:
1) gawat janin
2) prolapsus funikuli
3) primi gravida tua
4) kehamilan dengan DM
5) infeksi intra partum
Penatalaksanaan Medis
a. Operasi
b. Antibiotik seperti amoxsan
c. Transamin
d. Metergin / biosanbe
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d luka post ops SC
b. resiko tinggi infeksi b.d invasi MO kedalam luka insisi pembedahan
c. intoleran aktivitas b.d kelemahan fisik
d. gangguan eliminasi fecal b.d imobilisasi
e. kurang pengetahuan tentang proses penyakit atau tindakan yang di lakukan
b.d kurang informasi
Keperawatan Maternitas
3. Intervensi
a. DX I
1) Kaji lokasi sifat dan durasi nyeri
2) Bantu klien padsa posisi yang nyaman
3) Beri motivasi pada klien untuk tarik nafas dalam jika terasa
sakit
4) Anjurkan klien melakukan tehnik distraksi seperti baca buku
5) Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian analgetik
b. DX 2
1) Obsevasin TTV tiap 4 jam
2) Ganti balutan luka dengan menggunakan bethadine dan
kassa streil
3) Lakukan perawatan luka dengan menggunakan tehnik
aseptik dan anti septik
4) Kaji tanda-tanda infeksi
5) Kolaborasi tentang pemberian obat antibiotic
c. DX 3
1) Observasi TTV
2) Anjurkan klien untuk melakukan miring kiri dan miring kanan
3) Motivasi klien dalam bermobilisasi
4) Kaji aktivitas klien
5) Libatkan klg dalam aktivitas klien
PLASENTA PRAEVIA
A. KONSEP DASAR
Implanntasi plasenta yang normal adalah: pada didinding depan atau dnding belakang
rahim di daerah fundus uteri, dan secara garis besar dan secara garis besar terdiri
atas dua bagian
2. Patofisiologi
Placenta praevia lebih sering terjadi pada multi gravida dan pada umur ibu yang
lanjut, biasanya perdarahan baru timbul setelah bulan ke tujuh yang bersifat
Keperawatan Maternitas
Setelah janin lahir seringkali terjadi perdarahan karena perlekatan placenta pada
dinding uterus dan ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan dari bekas insersio placenta atau karena
pertukataran serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh serta banyak
mengandung pembuluh darah yang besar yang dapat terjadi bila persalinan
barlangsung pervagina.
3. Etiologi
Placenta praevia dapat terjadi pada:
a. Keadaan endometrium yang belum matang dan placenta lebih besar dan
tipis.
b. Diperkirakan terdapat defisiensi endometrium dan desidua pada segmen
atas uterus sehingga placenta akan meluas untuk mendapatkan suplai darah.
Hal ini didapatkan pada multi para dengan jarak kehamilan yang pendek dan
endometrium hipoplastis yaitu kawin dan hamil pada usia muda.
c. Endometrium bercacat karena bekas persalinan yang berulang-ulang
kurattase, manual placenta dan bekas operasi.
d. Pada korpus lateum yang bereaksi lambat disebabkan endometrium belum
siap menerima hasil konsepsi.
e. Adanya tumor seperti myoma uteri dan polip endometrium.
f. Kada-kadang terjadi pada keadaan malnutrisi.
4. Gejala
Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa rasa nyeri. Biasanya timbul pada
bulan ke tujuh dan kepala anak tinggi dimana kepala tidak dapat mendekati pintu
atas panggul. Selanjutnya terjadi kelainan letak, misalnya letak lintang, perdarahan
timbul tanpa sebab apapun dan secara tibab-tiba bersifat berulang-ulang, dan lebih
banyak dari sebelumnya.
5. Penatalaksanaan
Apabila ada penilaian yang baik yaitu perdarahan sedikit belum inpartu kehamilan
belum cukup 37 minggu atau berat janin dibawah 2500 gram. Perdarahan dapat
ditunda dengan istirahat total, memberikan obat spasmolitika progestin atau
progesteron dan observasi secara teliti bila kehamilan tidak dapat dipertahankan,
maka ada dua alternatif yang mungkin dapat dilakuakan pada pasien dengan
placenta praevia, yaitu:
a. Perdarahan pervagina yang bertujuan agar bagian terbawah janin menekan
placenta dan bagian yang berdarah.
Keperawatan Maternitas
1. Pengkajian
a. Data demografi
b. Riwayat kehamilan masa lalu
c. Frekuensi koitus
d. Keadaan emosi
e. Kebiasaan merokok , peminum alkohol
f. Kaji tingkat kenyamanan
g. Kaji masalah perinatal, peningkatan TD, infeksi saluran kemih
h. Auskultsasi denyut jantung janin
i. Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah perineum
2. Diagnosa Keperawatan
f. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d luka post ops SC
g. Resiko tinggi infeksi b.d invasi MO kedalam luka insisi pembedahan
h. Intoleran aktivitas b.d kelemahan fisik
i. Gangguan eliminasi fecal b.d imobilisasi
j. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit atau tindakan yang di
lakukan b.d kurang informasi
3. Intervensi
a. DX 1
1) Kaji lokasi sifat dan durasi nyeri
2) Bantu klien padsa posisi yang nyaman
3) Beri motivasi pada klien untuk tarik nafas dalam jika terasa
sakit
4) Anjurkan klien melakukan tehnik distraksi seperti baca buku
5) Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian analgetik
b. DX 2
1) Obsevasin TTV tiap 4 jam
2) Ganti balutan luka dengan menggunakan bethadine dan kassa
streil
3) Lakukan perawatan luka dengan menggunakan tehnik aseptik
dan anti septik
4) Kaji tanda-tanda infeksi
5) Kolaborasi tentang pemberian obat antibiotik
c. DX 3
1) Observasi TTV
2) Anjurkan klien untuk melakukan miring kiri dan
miring kanan
3) Motivasi klien dalam bermobilisasi
4) Kaji aktivitas klien
5) Libatkan klg dalam aktivitas klien
Keperawatan Maternitas
CARSINOMA SERVIKS
KONSEP DASAR
Pengertian
Carsinoma serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang bermetastase
secara cepat yang terjadi di daerah serviks atau leher rahim.
Etiologi
Penyebab langsung dari carsinoma reviks belum diketahui, beberapa faktor yang
menunjukkan hubungan kuat dengan carsinoma serviks adalah :
a. Wanita dengan coitus pertama pada usia sangat muda kurang dari 16 tahun.
b. Sering berganti-ganti pasangan seksual.
c. Riwayat terkena infeksi virus yang ditularkan melalui hubungan seksual,
contohnya: herpes simplex (tipe Z/HSV-Z) dan human papilorma virus
(terutama tipe HPV-16 dan HPV-18).
d. Tingginya paritas (multiple pregnancy) jarak persalinan yang pendek.
e. Sosial ekonomi rendah, misalnya : hygiene seksual yang buruk.
Keperawatan Maternitas
Patofisiologi
Carsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ekstoserviks (portio)
dan endoserviks kanalis sreviks yang disebut squama cloumnar junction (SCJ).
Pada wanita mudah squama columnar junction ini berada di luar ostium uteri
eksternum, sedangkan pada wanita berumur lebih dari 35 tahun squama columnar
junction berada di dalam kanalis serviks.
Penyebaran pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening yang
menuju 3 arah :
a. Ke arah forniks dan dinding vagina.
b. Ke arah corpus uteri.
c. Ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum
rektovaginal dan kandung kemih.
Jika sel tumor sudah terdapat lebih dari 1 mm dari membrana basalis atau kurang
dari 1 mm tetapi sudah tampak berada dalam pembuluh limfe atau darah, maka
prosesnya sudah invasif. Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara
limfogen menuju ke limfa regional menuju forniks vagina, korpus uterus, rektum
dan kandung kemih, yang pada tahap akhir menimbulkan fistula rektum dan fistula
kandung kemih.
Manifestasi Klinis
Gejala dari carsinoma serviks, dapat dimanifestasikan sebagai berikut:
a. Keputihan, getah yang keluar dari vagina, makin lama akan berbau busuk
akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
b. Perdarahan kontak, misalnya : setelah senggama.
c. Perdarahan spontan diluar senggama, akibat terbukanya pembuluh darah,
yang lebih sering terjadi pada tingkat klinik lanjut yaitu stadium II atau III
terutama tumor yang bersifat eksofilik.
d. Perdarahan spontan saat defekasi akibat tergesernya tumor eksofilik dari
serviks.
e. Anemia akibat dari perdarahan berulang.
f. Nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
g. Gejala-gejala sehubungan dengan metastasis yang jauh.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Kelemahan atau keletihan yang dapat disebabkan oleh perubahan pada pola
istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari (adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya : nyeri, ansietas, keringat malam).
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada.
Kebiasaan : Perubahan pada tekanan darah.
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor stres (keungan, pekerjaan, perubahan peran), caar
mengatasi stres, masalah perubahan dalam penampilan.
Dapat dilihat dari adanya penyangkalan, perasaan tidak percaya dan putus
asa.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, contoh : darah pada feces,
perubahan pada pola eliminasi urinalius, contoh : nyeri/rasa
terbakar saat berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus.
e. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah, intoleransi makanan, perubahan pada
berat badan, berkurangnya masa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
f. Interaksi Sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, masalah tentang fungsi atau
tanggung jawab peran.
g. Neurosensori
Pusing, sinkope.
h. Seksualitas
Masalah seksual, misalnya : dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan.
Keperawatan Maternitas
Evaluasi
a. Diagnosa 1
Menunjukkan perfusi adekuat, sesuai dengan bukti tanda-tanda vital, pengisian
kapiler baik, keluaran urine adekuat dan bebas edema.
b. Diagnosa 2
Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
c. Diagnosa 3
Memperhatikan pola eliminasi biasanya.
d. Diagnosa 4
Mengekspresikan penurunan nyeri/ketidaknyamanan.
Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Keperawatan Maternitas
e. Diagnosa 5
Adanya peningkatan berat badan, nutrisi terpenu
Keperawatan Maternitas
KISTA OVARIUM
KONSEP DASAR
Pengertian
Kista adalah kantong berisikan cairan semisolid (setengah padat). Kista pada
ovarium menyebabkan terjadinya pembesaran pada ovarium dan dapat
berkembang setiap waktu dan dapat terjadi pada wanita pubertas dan menopouse.
Etiologi
Penyebab dari kista ovarium sampai saat ini belum dapat diketahui.
Patofisiologi
Kanker ovarium dapat bermetastase dengan invasi langsung ke struktur-struktur
yang berdekatan dengan abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih
tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul,
pembesaran ovarium mungkin merupakan indikasi adanya gangguan sirkulasi
darah, pada ovarium yang mempunyai peranan untuk mengembangkan fungsi
ovarium. Beberapa wanita mengeluh adanya perasaan tidak nyaman pada perut,
tidak teraturnya menstruasi, infertility dan adanya gangguan hormonal dan dapat
mempersulit persalinan.
Manifestasi Klinis
a. Gejala-gejala tidak jelas, dapat berupa berat di panggul.
b. Sering berkemih.
c. Perubahan fungsi saluran cerna yang disertai rasa penuh pada abdomen.
d. Beberapa wanita mengalami perdarahan vaginal abnormal, sekunder dari
hiperplasi endometrium, jika tumornya menghasilkan estrogen.
e. Gejala-gejala abdomen akut dapat timbul mendadak, jika terjadi perdarahan
dalam tumor, tumor atau torsi ovarium.
Keperawatan Maternitas
Penalaksanaan
Penanganan tumor ovarium yang penting adalah dalam penentuan diagnosa yang
tepat dengan melakukan pemeriksaan laparascopi, USG, rontgen foto,
parasintesis dan tindakan lanjut operasi yang dapat menentukan ganas atau
tidaknya tumor.
Therapi
a. Semua tipe Ca ovarium ditangani dengan pembedahan → prosedur
standar yaitu: histerektomi abdominalis totalis dan salpingo ooforektomi
bilateral.
b. Kemotherapi susulan, biasanya diberikan pula penyakit telah menyebar
ke bawah ovarium.
Therapi yang paling efektif adalah deksorubisin dan sisplatin yang dikombinasi
dengan siklofos famid dan heksametil melanin.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Ditanyakan siklus haid dan lamanya, volume darah yang keluar, apakah ada
ganjalan perut bagian bawah, apakah benjolan itu sudah lama dirasakan,
apakah bertambah besar, apakah ada rasa tidak enak sepreti begah di perut
bagian bawah.
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi :
a. Cemas berhubungan dengan akan dioperasi dan berada dilingkungan
baru.
b. Resiko tinggi terjadinya infeksi pasca operasi.
c. Resiko tinggi terjadinya hipovolemix berhubungan dengan akan
dilakukan operasi.
Post Operasi :
a. Nyeri berhubungan dengan efek insisi pembedahan.
b. Ketergantungan sepenuhnya dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
berhubungan dengan ketidakmampuan klien menolong dirinya sendiri.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.
d. Resiko tinggi infeksi perkemihan berhubungan dengan efek
pemasangan kateter.
Intervensi
Pre Operasi :
a. Diagnosa 1
1) Orientasikan pasien dan keluarga terhadap rungan perawatan.
2) Jelaskan tentang penyakitnya kenapa perlu operasi.
3) Jelaskan tentang jadwal operasi, prosedur operasi, resiko operasi,
situasi ruangan operasi.
4) Anjurkan dan beri kesempatan kepada keluarga untuk memberi
dukungan kepada pasien.
5) Jelaskan persiapan operasi.
b. Diagnosa 2
1) Anjurkan pasien untuk melakukan extra personal hygiene.
2) Lakukan pencukuran pada daerah luka operasi.
3) Kenakan baju dan yakinkah alat-alah tenun dalam keadaan bersih.
4) Dower kateter dipasang dahulu.
5) Berikan obat profilaksis sesuai program medis.
c. Diagnosa 3
1) Anjurkan klien tidak memakai kosmetik di ruang operasi.
Keperawatan Maternitas
Post Operasi
a. Diagnosa 1
1) Kaji tingkat rasa nyeri klien.
2) Jelaskan penyebab rasa nyeri.
3) Ajarkan teknik relaksasi dengan benar, anjurkan melakukannya.
4) Observasi tanda-tanda vital.
b. Dianogas 2
1) Beri bantuan sesuai dengan ketidakmampuan klien.
2) Ikutsertakan famili untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3) Monitor perkembangan pasien dalam perawatan diri.
c. Diagnosa 3
1) Perhatikan pembesaran dan kebersihan luka.
2) Jaga kebersihan balutan dan daerah luka operasi agar tetap kering.
3) Observasi tanda-tanda infeksi.
d. Diagnosa 4
1) Observasi tanda-tanda infeksi pada saluran perkemihan.
2) Observasi keadaan kandung kemih.
3) Observasi konsistensi urine.
4) Catat intake dan output cairan.
5) Lakukan perawatan perineum dan penggantian urine bag serta jaga
kebersihan.
Evaluasi
Pre Operasi :
a. Diagnosa 1
1) Pasien mau bertanya dan membicarakan masalahnya.
2) Pasien mengatakan rasa cemasnya berkurang.
3) Pasien mau bekerja sama dalam setiap tindakan operasi.
b. Diagnosa 2
1) Daerah operasi bersih dari rambut dan kotoran.
2) Personal hygiene baik.
c. Diagnosa 3
1) Nilai Hb, Ht, trombosit, bleeding time dan clothing time dalam batas
normal.
2) Klien tidak memakai lipstik atau kutek ke ruang operasi.
3) Darah telah disiapkan sesuai program medis.
Post Operasi :
a. Diagnosa 1
1) Dapat therapi analgetik.
2) Dapat beradaptasi dengan teknik relaksasi.
b. Diagnosa 2
1) Kebutuhan dasar terpenuhi.
2) Keluarga memberikan bantuan.
c. Diagnosa 3
- Pasien dapat merawat luka operasi dengan bantuan perawat.
d. Diagnosa 4
1) Ganti kateter setiap 3 hari.
Keperawatan Maternitas