You are on page 1of 9

KORELASI ANTARA STATUS GIZI IBU MENYUSUI

DENGAN KECUKUPAN ASI DI POSYANDU


DESA KARANG KEDAWANG
KEC. SOOKO KAB. MOJOKERTO

Nurul Pujiastuti

Abstract: This study aims to analyze the relationship between the status of breastfeeding mothers with
the adequacy of breastfeeding in the village Karangkedawang Kec. Sooko Kab. Mojokerto. Free variables that
are examined nutrition status of mothers breastfeeding measure Body Mass Index, arm circumference above and
Hb level. While the dependent variable examined is the adequacy of breastfeeding. The adequacy of
breastfeeding seen through the 3 indicators, namely the adequacy of sign breastfeeding, body weight baby
suckle before and after the increase in and 1 month after the baby. This research is analytical research with
longitudinal design up (Cohort). Population of this research is that breastfeeding mothers have a baby aged 1-6
months and come in Posyandu Karangkedawang Village Kec. Sooko Kab. Mojokerto amounted to 73 people.
Research sample is breastfeeding mothers who meet the criteria inklusi. Large sample is calculated using the
formula and then be random. Large sample of 54 respondents. Data analysis techniques used to test the
relationship between free variables and dependent variable is the Mann Whitney test. Based on the results of test
statistics with the Mann Whitney test on the 95% level of confidence between the nutritional status of
breastfeeding mothers with the adequacy of breastfeeding showed a significant relationship (p = 0.009). This
explains that breastfeeding mothers who have poor nutrition affects the adequacy milk product. With the results
of the research above, it is expected that the health through the Village Midwifes for more attention on the status
of maternal nutrition on the nutritional needs of breastfeeding so that breastfeeding mothers can be improved by
providing more counseling related to maternal nutrition and breastfeeding, such as the provision of vitamin
tablets to the blood.

Keywords: nutritional status, mother suckle, breastfeeding

PENDAHULUAN Studi pendahuluan yang dilakukan


di Posyandu Desa Karangkedawang tanggal
Latar Belakang 13 Pebruari 2009 pada 12 ibu menyusui.
Ditemukan 9 orang dengan status gizi kurang
Masalah gizi di Indonesia dan negara (75%) dan 3 orang dengan status gizi baik
berkembang pada umumnya masih didominasi (25%). Ibu dengan gizi kurang tersebut
oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), (9 orang) didapatkan 4 (44,5%) bayi berat
anemia besi, Gangguan Akibat Kekurangan badannya tetap, 2 (22,2%) bayi berat badannya
Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A turun dan 3 (33,3%) bayi berat badannya naik.
(KVA) dan masalah obesitas terutama di kota Ibu yang mempunyai status gizi baik (3 orang),
besar. Anemi gizi merupakan masalah semua bayinya (100%) mempunyai berat
kesehatan masyarakat yang paling umum badan meningkat dibanding dengan berat
dijumpai terutama di negara berkembang. badan bulan Januari 2009.
Anemi gizi umumnya dijumpai pada golongan Ibu dengan status gizi cukup akan
rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak menimbun cadangan makanan nutrien dalam
balita serta anak sekolah (Supariasa, 2002). tubuh yang digunakan untuk mengimbangi
Prevalensi anemia yang tertinggi tidak kebutuhan selama laktasi. Hal ini sangat
hanya pada anak balita tetapi juga ibu hamil, penting untuk proses adaptasi terhadap
ibu menyusui dan ibu balita.  Penelitian yang perubahan anatomi dan fisiologi bayi yang
dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana pada berlangsung selama bulan pertama. Pada
tahun 2006-2007 menemukan 57% anak balita periode ini bayi juga berkembang dengan
di 21 posyandu Jakarta, Bekasi dan Sumedang sangat cepat, oleh karena itu dibutuhkan gizi
menderita kekurangan zat besi dengan yang tinggi. Bila kebutuhan gizi bayi tidak
konsentrasi hemoglobin <12 g/dl, sedangkan terpenuhi maka akan memberikan kondisi
ibu hamil 61,5%, ibu menyusui  80%, dan ibu kesehatan kurang atau kondisi defisiensi yang
balita 76,2% (Lubis, 2008). menyebabkan pertumbuhannya tidak optimum.

Nurul Pujiastuti adalah dosen Prodi Keperawatan Lawang Poltekkes Malang 1


1
Kondisi defisiensi ini merupakan awal dari ASI menjadi kurang. Hal ini jelas
keadaan gizi bayi yang buruk. Gizi buruk menimbulkan gangguan pertumbuhan bagi
adalah kondisi tubuh yang tampak sangat bayi yang disusuinya (Soeharyo, 1999). Pada
kurus karena makanan yang dimakan setiap ibu dengan gizi buruk umumnya memproduksi
hari tidak dapat memenuhi zat gizi yang ASI dalam jumlah yang lebih sedikit,
dibutuhkan, terutama kalori dan protein. Tanda sedangkan kualitasnya tergantung pada
awal gizi buruk: berat badan anak letak makanan yang sedang dimakan. Umumnya
titiknya dalam kartu menuju sehat (KMS), jauh terdapat penurunan kadar lemak, karbohidrat
berada di bawah garis merah (BGM) dan bila dan vitamin (Irawan, 2003).
hal ini tidak segera ditangani maka akan terjadi Status gizi tidak mempengaruhi
kurang energi protein (KEP) (Arisman, 2007). kualitas dari ASI sehingga ibu dengan status
Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih gizi kurang tetap dapat memberikan ASI
besar dibanding saat hamil. Saat menyusui kepada anaknya agar pertumbuhan dan
diperlukan energi ekstra untuk memulihkan perkembangan anaknya menjadi optimal
kondisi kesehatan setelah melahirkan, untuk (Arisman, 2007).
aktivitas sehari-hari serta pembentukan ASI. Upaya penanggulangan masalah gizi
Pada bulan pertama sesudah persalinan, kurang yang dilakukan secara terpadu antara
produksi ASI umumnya sangat banyak lain: upaya pemenuhan persediaan pangan
sehingga akan banyak keluar diisap oleh bayi nasional, upaya perbaikan gizi keluarga
dan ibu akan lebih cepat haus serta lapar. Agar (UPGK), peningkatan upaya pelayanan gizi
jumlah kalori yang keluar tersebut seimbang terpadu dalam Posyandu hingga Puskesmas
maka diperlukan masukan nutrisi yang dan Rumah Sakit, pemberian makanan
seimbang karena energi ini akan diproses lagi tambahan (PMT), pemberian kapsul vitamin A
untuk pembentukan ASI. Selama menyusui ibu dosis tinggi, pemberian tablet besi, serta upaya
memproduksi sekitar 800-1000cc ASI (Paath, fortifikasi bahan makanan dengan vitamin A,
2005). iodium, dan zat besi (Almatsier, 2002).
Jumlah produksi ASI bergantung pada Kenyataannya, meskipun pemerintah
besarnya cadangan lemak yang tertimbun telah melaksanakan upaya penanggulangan
selama hamil dan dalam batas tertentu. Rata- masalah gizi kurang seperti pemberian
rata volume ASI wanita berstatus gizi baik makanan tambahan melalui posyandu tetapi
sekitar 700-800ml. Sementara yang berstatus masih saja ditemukan ibu menyusui atau anak
gizi kurang hanya berkisar 500-600 ml. Jumlah balita yang mengalami kekurangan gizi.
ASI yang disekresikan pada 6 bulan pertama Ditambah lagi, saat ini Indonesia mengalami
sebesar 750 ml sehari. Sekresi pada hari krisis global sehingga keadaan ekonomi
pertama hanya terkumpul sebanyak 50 ml masyarakat semakin menurun yang
yang kemudian meningkat menjadi 500, 650, menyebabkan daya beli masyarakat juga
dan 750 ml masing-masing pada hari kelima semakin rendah.
bulan pertama dan ketiga. Volume ASI pada Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
bulan berikutnya menyusut menjadi 600 ml. peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
Status gizi tidak berpengaruh terhadap mutu tentang hubungan antara status gizi ibu
(kecuali volume) ASI, meskipun kadar vitamin menyusui dengan kecukupan ASI.
dan mineralnya sedikit lebih rendah (Arisman,
2007). Tujuan Penelitian
Penilaian status gizi ibu hamil dan ibu
menyusui meliputi pengukuran Antropometri Mengukur status gizi secara
serta biokimiawi (Arisman, 2007). Status gizi antropometri (BMI dan LILA/lingkar lengan
ibu menyusui dapat diukur secara indeks atas).
antropometri yaitu kombinasi antara beberapa Mengukur status gizi secara biokimia
parameter seperti mengukur berat badan, tinggi (Hb/Hemoglobin).
badan, lingkar lengan atas serta indeks massa Mengukur kecukupan ASI.
tubuh yaitu berat badan dibagi tinggi badan Menganalisis hubungan antara status gizi
dikuadratkan. Untuk mengukur status gizi bisa ibu menyusui dengan kecukupan ASI.
dilakukan secara biokimiawi dengan Penelitian ini bermanfaat untuk
pemeriksaan Hb (Soeharyo, 1999). meningkatkan pemahaman ibu menyusui
Anemi pada ibu menyusui akan tentang pentingnya mengenali kondisi gizi ibu
menyebabkan gangguan nutrisi dan produksi sendiri karena berkaitan dengan produksi ASI,

2
asupan makanan yang perlu dihindari / dapat
menghambat penyerapan zat besi serta
pentingnya memberikan ASI eksklusif pada
bayinya agar tidak menderita gizi buruk.
METODE PENELITIAN Tehnik Analisa Data

Desain Penelitian Semua data yang telah terkumpul


dilakukan proses editing kemudian data
Penelitian analitik dengan rancang bangun tersebut diolah baik secara manual maupun
longitudinal (Cohort). melalui komputer dengan menggunakan
program statistik. Dilakukan analisis data
Populasi dan Sampel secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan
masing-masing variabel dalam bentuk
Populasi penelitian ini adalah ibu distribusi frekuensi dan persentase. Untuk
menyusui yang mempunyai bayi berusia 1-6 mengetahui tingkat signifikansi adanya
bulan dan berkunjung di Posyandu Desa hubungan status gizi ibu menyusui dengan
Karangkedawang Kec. Sooko Kab. Mojokerto kecukupan ASI dilakukan uji Mann Whitney
berjumlah 73 orang. karena variabel bebas berskala data nominal
Sampel penelitian adalah ibu menyusui sedangkan variabel tergantung berskala data
yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria ordinal.
inklusi: (1) Ibu yang memberikan ASI
eksklusif; (2) Ibu yang memiliki anak ≤ 3 Tempat dan Waktu Penelitian
orang; (3) Ibu dapat menyusui bayinya dengan
benar (areola mammae masuk semua dalam Penelitian dilaksanakan di posyandu desa
mulut bayi, keadaan puting susu menonjol, Karangkedawang Kecamatan Sooko
bayi menyusu pada kedua payudara secara Kabupaten Mojokerto pada bulan Mei – Juni
bergantian); (4) Ibu segera menyusui bayinya 2009.
setelah lahir; (5) Berat badan lahir ≥2500
gram; (6) Bayi lahir cukup bulan (aterm). HASIL PENELITIAN
Menentukan besar sampel dengan
menggunakan rumus dan didapatkan besar Karakteristik Responden
sampel sebanyak 54 responden.
Tehnik pengambilan sampel yang Karakteristik responden berdasarkan usia,
digunakan dalam penelitian ini adalah Simple pendidikan, pekerjaan, usia bayi, jumlah anak
Random Sampling. hidup (paritas), berat badan lahir bayi, dan
keikutsertaan KB dapat dilihat pada tabel 1- 7.
Tehnik Pengumpulan Data
Tabel 1 Karakteristik Responden
Data diperoleh dari data primer dan data Berdasarkan usia
sekunder. Data sekunder didapat dari Polindes, Usia n %
Puskesmas Sooko, dan Dinas Kesehatan Kab. 15-20 th 4 7,4
Mojokerto. Data primer dilakukan dengan 21-25 th 14 25,9
wawancara dan pengukuran BMI, LILA, kadar 26-30 th 19 35,2
Hb, mengobservasi kecukupan ASI serta 31-35 th 13 24,1
menimbang berat badan bayi sebelum dan 36-40 th 4 7,4
sesudah menyusu serta menimbang kenaikan Total 54 100
berat badan setelah 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pengambilan dan pengumpulan data responden paling banyak pada kelompok usia
dilakukan sebagai berikut: (1) Pada awal 26-30 tahun yaitu 35,2% (19 orang) dan paling
penelitian responden diberikan pertanyaan sedikit pada kelompok usia 15-20 tahun serta
untuk mengetahui identitas dan karakteristik 36-40 tahun. Masing-masing 7,4% (4 orang).
responden; (2) Melakukan pengukuran dan
dicatat pada lembar yang telah disediakan; (3) Tabel 2 Karakteristik Responden
Setelah melakukan pengukuran, responden Berdasarkan Pendidikan
diberi pertanyaan mengenai keluhan yang
Pendidikan n %
dirasakan (bila ada).

3
SD/MI 5 9,3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
SMP/MTs 20 37 responden paling banyak mempunyai bayi
SMA/MA 29 53,7 dengan berat badan lahir 2500-2999 yaitu
Total 54 100 62,9% (34 orang) dan paling sedikit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempunyai berat badan lahir 3500-4000 gram
responden paling banyak berpendidikan SMA yaitu 5,6% (3 orang).
yaitu 53,7% (29 orang) dan paling sedikit
berpendidikan SD/MI yaitu 9,3% (5 orang). Tabel 7 Karakteristik Responden
Berdasarkan Keikutsertaan KB
Tabel 3 Karakteristik Responden KB n %
Berdasarkan Pekerjaan Suntik 3 bulan 6 11,1
Pekerjaan n % Belum KB 48 88,9
Tidak bekerja 48 88,9 Total 54 100
Swasta 4 7,4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PNS 2 3,7 responden paling banyak belum mengikuti KB
Total 54 100 setelah melahirkan yaitu 88,9% (48 orang) dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang sudah mengikuti KB suntik ada 11,1%
responden paling banyak tidak bekerja yaitu (6 orang).
88,9% (48 orang) dan paling sedikit bekerja
sebagai PNS yaitu 3,7% (2 orang). Status Gizi Ibu Menyusui
Gambaran status gizi ibu menyusui dan
Tabel 4 Karakteristik Responden kecukupan ASI dapat dilihat pada tabel 8- 13
Berdasarkan Usia Bayi di bawah ini.
Usia bayi n %
Tabel 8 Body Mass Index Responden
2-<3 bulan 14 25,9
3-<4 bulan 23 42,6 BMI n %
4-<5 bulan 17 31,5 Kurus tk berat 2 3,7
Kurus tk ringan 22 40,7
Total 54 100
Normal 21 38,9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia Gemuk tk ringan 5 9,3
bayi dari responden paling banyak berusia 3- Gemuk tk berat 4 7,4
<4 bulan yaitu 42,6% (23 orang) dan paling
Total 54 100
sedikit berusia 2-<3 bulan yaitu 25,9% (14
orang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden paling banyak mempunyai Body
Tabel 5 Karakteristik Responden Mass index adalah kurus tingkat ringan yaitu
Berdasarkan Jumlah Anak Hidup 40,7% (22 orang) dan paling sedikit kurus
tingkat berat yaitu 3,7% (2 orang).
Jumlah anak n %
1 14 25,9
Tabel 9 Lingkar Lengan Atas Responden
2 31 57,4
3 9 16,7 LILA n %
Tidak beresiko KEK 30 55,6
Total 54 100
Beresiko KEK 24 44,4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Total 54 100
responden paling banyak mempunyai anak 2
orang yaitu 57,4% (31 orang) dan paling Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sedikit mempunyai anak 3 orang yaitu 16,7% responden paling banyak tidak beresiko KEK
(9 orang). yaitu 55,6% (30 orang) dan yang beresiko
KEK ada 44,4% (24 orang).
Tabel 6 Karakteristik Responden
Berdasarkan Berat Badan Lahir Bayi Tabel 10 Kadar Hb Responden
Berat Badan Lahir n % Hb n %
2500-2999 gram 34 62,9 Normal 23 42,6
3000-3499 gram 17 31,5 Anemia ringan 29 53,7
3500-4000 gram 3 5,6 Anemia berat 2 3,7
Total 54 100 Total 54 100

4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan makanan tersebut terutama vitamin dan
responden paling banyak menderita anemia mineral (Supariasa, 2002).
ringan yaitu 53,7% (29 orang) dan paling Untuk proses pembentukan ASI maka
sedikit menderita anemia berat yaitu 3,7% cadangan zat gizi pada tubuh dipergunakan
(2 orang). sehingga semakin lama ibu menjadi kurus dan
dalam keadaan tertentu ibu dapat menderita
Tabel 11 Status Gizi Responden kurang gizi (Paath, 2005). Keteraturan
Status Gizi n % memberikan ASI akan membantu penurunan
Baik 52 96,3 berat badan. Berat badan ibu menyusui akan
Buruk 2 3,7 berkurang sekitar 0,5-1,0 kg tiap bulan.
Total 54 100 Penurunan berat badan ini tidak boleh melebihi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 kg/bulan (Arisman, 2007).
status gizi ibu menyusui paling banyak adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
baik yaitu 96,3% (52 orang) dan yang sebagian besar responden mempunyai BMI
mempunyai status gizi buruk yaitu 3,7% kurus tingkat ringan yaitu 40,7%. Hal ini
(2 orang). menjelaskan bahwa berat badan bersifat labil
artinya dapat berubah dengan segera bila
Tabel 12 Kecukupan ASI terjadi kondisi yang memburuk seperti asupan
makanan yang kurang. Sedangkan tinggi badan
Kecukupan ASI n %
tidak banyak terpengaruh.
Berlebih 2 3,7
Dewasa ini di Indonesia terjadi dua
Cukup 50 92,6
masalah gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih.
Kurang 2 3,7
Gizi kurang disebabkan oleh kurangnya asupan
Total 54 100 makanan dan penyakit infeksi. Dengan pokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah adalah kemiskinan, kurang pendidikan
kecukupan ASI paling banyak adalah cukup serta kurang ketrampilan. Akar masalahnya
yaitu 92,6% (50 orang), berlebih dan kurang adalah akibat krisis ekonomi. Sedangkan gizi
masing-masing 3,7% (2 orang). lebih disebabkan asupan kalori yang tinggi
tetapi pemakaian energi rendah sehingga
Tabel 13 Hubungan antara Status Gizi penyimpanan lemak meningkat (Supariasa,
dengan Kecukupan ASI 2002).
Status Kecukupan ASI Menurut (Mackey et al, 1998) menyatakan
gizi Berlebih Cukup Kurang Total bahwa asupan kalori yang kurang dari 1500-
n % n % n % n % 1700 kcal per hari dapat mengurangi 15%
Baik 2 3,8 49 94,3 1 1,9 52 100 volume ASI yang diproduksi sehingga
Buruk 0 0 1 50 1 50 2 100 merekomendasikan bahwa ibu menyusui tidak
boleh melakukan diet untuk menurunkan berat
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa badan.
responden paling banyak mengalami status gizi Menurut peneliti, keadaan responden yang
baik dengan kecukupan ASI cukup yaitu sebagian besar kurus tingkat ringan disebabkan
94,3% (49 orang). Hasil analisa statistik kebiasaan ibu-ibu di desa karangkedawang
dengan uji Mann Whitney pada tingkat yang lebih memberikan perhatian khusus pada
kepercayaan 95% antara status gizi dengan kepala keluarga dan anak-anak yang lebih
kecukupan ASI menunjukkan hubungan yang kecil dalam menyusun dan menghidangkan
bermakna (p=0,009). makanan. Ibu biasanya cenderung memilih
konsumsi makanan yang tidak dihabiskan
PEMBAHASAN keluarga karena dibuang sayang sehingga lebih
memilih untuk menghabiskannya tanpa
Body Mass Index (BMI) menghiraukan keseimbangan gizinya.
Ditambah keadaan ekonomi keluarga yang
Pada ibu menyusui dapat terjadi gizi tidak memungkinkan untuk ibu menyusui
kurang ataupun gizi lebih. Umumnya memenuhi kebutuhan gizinya.
penyebab langsung gizi kurang adalah asupan
makanan yang kurang termasuk proses Lingkar Lengan Atas (LILA)
pengolahan dan pemasakan makanan karena
berpengaruh terhadap kandungan zat gizi
5
Pengukuran LILA pada kelompok wanita
usia subur (WUS) adalah salah satu cara
deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan oleh masyarakat umum untuk Kadar Hb
mengetahui kelompok beresiko kekurangan
energi kronis (KEK). Pengukuran LILA Pemeriksaan biokimia dalam penilaian
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi memberikan hasil yang lebih tepat
status gizi karena mudah dilakukan dan tidak dan obyektif daripada hanya menilai konsumsi
memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh serta pangan atau pemeriksaan antropometri saja.
harganya murah (Supariasa, 2002). Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah tehnik pengukuran kandungan berbagai
sebagian besar responden mempunyai lingkar zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah
lengan atas ≥23,5cm (tidak beresiko KEK) (misal pemeriksaan Hb). Hb adalah parameter
yaitu 55,6%. Hal ini menjelaskan bahwa yang digunakan secara luas untuk menetapkan
lingkar lengan atas kurang sensitif untuk orang prevalensi anemia. Dalam penelitian ini adalah
dewasa tetapi sensitif untuk golongan anemia besi.
prasekolah (Supariasa, 2002). Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk
Ditemukan ada perbedaan angka pembentukan sel darah merah yang lazim
prevalensi KEP yang cukup berarti antara berlangsung pada masa pertumbuhan bayi,
penggunaan LILA dengan BB menurut umur pubertas, masa kehamilan dan menyusui.
atau BB menurut TB meskipun terdapat Selama menyusui, zat besi yang seharusnya
korelasi statistik yang berarti antara indeks- hilang bersama darah haid dialihkan sebagian
indeks tersebut dengan LILA (Supariasa, (±0,3mg) kedalam ASI sebagai tambahan
2002). kehilangan basal. Peningkatan kebutuhan akan
Menurut (Johannes, 2005) menemukan zat besi untuk pembentukan sel darah merah
bahwa tidak ada pengaruh antara status gizi ibu yang lazim berlangsung pada masa
menyusui (LILA) terhadap eksklusifitas pertumbuhan bayi, pubertas, masa kehamilan
menyusui. Responden penelitian ada 80 orang, dan menyusui (Arisman, 2007).
dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok Hasil penelitian menunjukkan bahwa
beresiko KEK ada 34 orang dan kelompok sebagian besar responden mengalami anemia
tidak beresiko KEK yang ditandai ukuran ringan yaitu 53,7%. Hal ini menjelaskan
LILA ≥23,5 cm ada 46 orang. Didapatkan bahwa ibu yang menyusui membutuhkan zat
p=0,53 yang berarti tidak ada pengaruh antara besi yang lebih besar untuk proses
ibu yang KEK maupun non KEK terhadap memproduksi ASI.
eksklusifitas menyusui. Menurut (Wahyuni, 2004) menemukan
Menurut peneliti, responden sebagian bahwa prevalensi anemia besi yang terbesar
besar tidak beresiko KEK karena pengukuran adalah pada wanita hamil dan menyusui yaitu
LILA hanya ada 2 kategori sehingga 50-70% dibanding dengan wanita yang tidak
responden yang mengalami kegemukan dan hamil/menyusui. Dari SKRT (1995) dikatakan
BB normal masuk dalam kategori tidak bahwa prevalensi anemia besi rata-rata
beresiko KEK. nasional ibu hamil adalah 63,5% yang terus
Ibu-ibu desa karangkedawang terbiasa bila berlanjut sampai proses menyusui.
mengambil air di sumur dengan menggunakan Menurut (Soemantri, 1983) menyatakan
peralatan tradisional (kerekan / timba) untuk bahwa anemia dipengaruhi oleh faktor
kegiatan sehari-hari seperti cuci, mandi, ekonomi, pendidikan, status gizi, pola makan,
masak, dll. Bila musim panen padi maupun fasilitas kesehatan serta daya tahan tubuh.
hasil pertanian lainnya (kacang panjang, Menurut peneliti, responden sebagian
jagung, ketela pohon) ikut mengangkat hasil besar mengalami anemia ringan karena
pertanian ke rumahnya atau membantu umumnya ibu-ibu mempunyai kebiasaan
menumbuk padi. Pada musim kemarau, mengonsumsi makanan yang dapat
mengambil air dari sumur kemudian dibawa ke mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi,
kebunnya untuk menyiram agar hasil panennya teh) secara bersamaan pada waktu/setelah
bagus. Sehingga umumnya ibu-ibu mempunyai makan sehingga menyebabkan serapan zat besi
ukuran lingkar lengan atas yang besar semakin rendah. Komposisi makanan yang
(≥23,5cm). sebagian besar terdiri dari nasi dengan menu
yang kurang beragam sehingga asupan zat besi

6
rendah. Responden dalam proses menyusui anak menyebabkan perubahan terhadap
bayinya yang menyebabkan kebutuhan zat besi volume ASI yang dihasilkan. Pada anak
meningkat. pertama sampai keempat volume ASI akan
Kecukupan ASI meningkat, sedangkan pada anak kelima dan
seterusnya mengalami penurunan volume ASI
Kecukupan ASI dapat dilihat dari tanda (Supariasa, 2002).
yang terlihat pada bayi seperti pengeluaran Menurut peneliti, responden sudah
ASI, frekuensi menyusu, kenaikan berat badan berpengalaman dalam menyusui bayinya
bayi, keadaan buah dada serta frekuensi bayi karena sebagian besar responden sudah
mengompol (Purwanti, 2004). Berat badan mempunyai anak >1 yaitu 57,4%. Ditunjang
lahir juga mempengaruhi kecukupan ASI kebiasaan mengonsumsi sayuran yang dapat
karena berkaitan dengan kekuatan mengisap, meningkatkan produksi ASI seperti daun
frekuensi dan lama penyusuan (Arisman, katuk, dan kacang-kacangan. Selain itu, cara
2007). menyusui yang benar yang telah diajarkan oleh
Ada beberapa sayuran yang dapat bidan saat persalinan, dilaksanakan oleh
memperbanyak pengeluaran ASI yaitu daun responden sehingga produksi ASI terus
katuk, sawi dan kacang-kacangan (Paath, meningkat. Dan pendidikan responden yang
2005). Cara pengolahan dan pemasakan sebagian besar SMA/MA sehingga mudah
sayuran juga mempengaruhi kandungan zat menerima dan memahami penjelasan yang
gizi terkandung. diberikan oleh bidan.
Kecukupan ASI juga dipengaruhi oleh
refleks yang berperan dalam pembentukan dan Hubungan status gizi ibu menyusui dengan
pengeluaran ASI, yaitu refleks prolaktin dan kecukupan ASI
oksitosin. Faktor yang dapat meningkatkan
refleks oksitosin antara lain: melihat bayi, Status gizi merupakan keadaan tubuh
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, sebagai akibat konsumsi makanan dan
memikirkan untuk menyusu bayi serta isapan penggunaan zat gizi (Almatsier, 2002). Gizi
bayi. Sedangkan faktor yang dapat berfungsi sebagai sumber utama energi atau
meningkatkan refleks prolaktin antara lain: kalori yang berguna untuk metabolisme tubuh,
rangsangan/isapan bayi. Bila kedua refleks kerja organ tubuh (seperti aktivitas fisik),
tersebut berjalan dengan baik maka produksi melancarkan metabolisme tubuh, memberikan
ASI akan tetap berlangsung. Disamping itu, kekebalan tubuh untuk melawan penyakit atau
jumlah paritas juga mempengaruhi produksi resiko terkena penyakit serta untuk mengganti
ASI yang dihasilkan (Soetjiningsih, 1997). sel-sel yang baru (Eisenberg, 1999).
Produksi ASI dirangsang oleh Faktor yang mempengaruhi status gizi
pengosongan payudara, berlaku prinsip yaitu konsumsi makanan dan tingkat
“supply and demand”, sehingga makin banyak kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi
ASI dikeluarkan, maka makin banyak pula ASI oleh pendapatan dan tersedianya bahan
diproduksi. ASI diproduksi sesuai dengan makanan. Selain itu dipengaruhi oleh internal
jumlah permintaan dan kebutuhan bayi. (genetik, riwayat obstetrik) dan eksternal
Selama bayi masih melanjutkan permintaannya (asupan makanan, obat-obatan, lingkungan)
akan ASI (dengan masih mengisap ASI), (Supariasa, 2002).
selama itu payudara ibu akan tetap Penilaian status gizi secara langsung salah
melanjutkan produksinya. Apabila bayi satunya dengan mengukur antropometri.
berhenti mengisap, maka payudara ibu pun Antropometri secara umum digunakan untuk
akan berhenti memproduksi ASI (Erlina, melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
2008). energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fisik (BB, TB) dan proporsi jaringan tubuh
sebagian besar responden cukup untuk (LILA). Untuk menunjang antropometri
kecukupan ASI yaitu 92,6%. Hal ini dilakukan pemeriksaan biokimia agar
menjelaskan bahwa kecukupan ASI memberikan hasil yang lebih tepat dan
dipengaruhi oleh kekuatan, frekuensi, dan lama obyektif daripada hanya menilai antropometri
penyusuan sehingga produksi ASI terus saja.
berjalan. Menurut (Yayak Dyah, 2006) menemukan
Penelitian dari Bailey K.V di New Guinea adanya hubungan antara gizi ibu menyusui
(1995) ditemukan bahwa kenaikan jumlah dengan berat badan bayi usia 1-4 bulan. Status

7
gizi ibu dilihat dengan mengukur BB ibu Ada hubungan antara status gizi ibu
menyusui. Responden penelitian sebanyak 15 menyusui dengan kecukupan ASI (p=0,009).
orang. Ibu dengan status gizi tidak baik ada 6
orang (40%), semuanya mempunyai bayi
dengan BB kurang. Ibu dengan gizi baik ada 9 Saran
orang (60%), hanya 1 orang mempunyai bayi
dengan BB kurang dan 8 ibu mempunyai bayi Hendaknya petugas kesehatan memberikan
dengan BB sesuai usia. penyuluhan tentang pentingnya asupan
Menurut (Admin, 2007) menyatakan makanan yang mengandung zat besi untuk
bahwa tidak ada pengaruh antara status gizi ibu meningkatkan status gizi ibu menyusui,
menyusui dengan volume ASI. Status gizi ibu penyuluhan tentang faktor yang dapat
menyusui diukur dengan mengukur indeks menghambat atau meningkatkan penyerapan
massa tubuh. Ibu menyusui yang kurus, normal zat besi dalam tubuh, menghilangkan
maupun gemuk tetap dapat menghasilkan kebiasaan minum the/kopi setelah makan
volume ASI yang cukup untuk bayinya untuk penyerapan zat besi dalam tubuh serta
(Litbang, 2000). pemberian vitamin yang mengandung zat besi
Hasil uji statistik dengan uji Mann (Tablet Tambah Darah) untuk ibu menyusui
Whitney pada tingkat kepercayaan 95% antara karena kebutuhan zat besi yang meningkat
status gizi ibu menyusui dengan kecukupan selama menyusui bayinya.
ASI menunjukkan hubungan yang bermakna
(p=0,009). Hal ini menjelaskan bahwa ibu DAFTAR PUSTAKA
menyusui dengan gizi buruk akan
mempengaruhi kecukupan ASInya karena Akre, James. 1994, Pemberian Makanan
tubuh membutuhkan zat gizi yang cukup untuk Untuk Bayi, Jakarta: Perinasia
memproduksi ASI tetapi tubuh tidak dapat Almatsier, Sunita. 2002, Prinsip Dasar Ilmu
memenuhi sehingga zat gizi tersebut diambil Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
dari tubuh ibu sehingga makin lama ibu akan Utama
mengalami gizi yang bertambah buruk. Arisman. 2007, Gizi Dalam Daur Kehidupan,
Saat dilakukan uji statistik antara BMI Jakarta: EGC
dengan kecukupan ASI maupun LILA dengan BKKBN Propinsi Jawa Timur. 2006, Panduan
kecukupan ASI didapatkan hasil yang tidak Materi dan KIE Menuju Kehamilan yang
bermakna (p=0,129 dan p=0,319). Sedangkan Aman dan Sehat, Surabaya: BKKBN.
pada uji statistik antara Hb dengan kecukupan Cameron. 1983, Manual on feeding infants
ASI didapatkan hasil yang bermakna and young children. Nairobi: Oxford
(p=0,005). Jadi, bila dicari yang paling University Press
berpengaruh terhadap kecukupan ASI adalah Djaeni, Achmad. 2000, Ilmu Gizi, Jakarta:
kadar Hb ibu menyusui. Hal ini disebabkan Dian Rakyat
saat menyusui kebutuhan akan zat besi Erlina. 2008. Produksi ASI dan faktor yang
meningkat sehingga bila kadar zat besi dalam mempengaruhinya [internet] 12 Oktober,
darah kurang akan mempengaruhi kecukupan Available from:
ASI. Ibu menyusui yang mengalami anemia http://kuliah_bidan.wordpress.com
akan terganggu dalam penyerapan nutrisi dan [diakses tanggal 20 Desember 2008]
akhirnya dapat mempengaruhi produksi ASI. Erlina. 2008. Prolaktin (hormon yang
menghasilkan ASI) [internet] 19
PENUTUP September, Available from:
http://kuliah_bidan.wordpress.com
Kesimpulan [diakses tanggal 20 Desember 2008]
Erlina. 2008. Apakah bayiku sudah cukup
Ibu menyusui dengan gizi buruk akan mendapatkan ASI? [internet] 19 Juli,
mempengaruhi kecukupan ASInya karena Available from:
tubuh membutuhkan zat gizi yang cukup untuk http://kuliah_bidan.wordpress.com
memproduksi ASI tetapi tubuh tidak dapat [diakses tanggal 10 Januari 2009]
memenuhi sehingga zat gizi tersebut diambil Falkner. 1991. Infant and child nutrition
dari tubuh ibu sehingga makin lama ibu akan worldwide issues and perspectives. Boca
mengalami gizi yang bertambah buruk. Raton, Florida: CRC press

8
Irawan, Roedi. 2003, Pola Dasar Makanan
Bayi dan Anak. RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya
Irwan. 2008. Praktek Menyusui yang
Benar[internet] 6 Pebruari, Available
from: http://dokteranakku.com [diakses
tanggal 24 Desember 2008]
Lubis. 2008, Cegah anemi pada ibu dan anak
di pulau seribu [internet] 3 Juli, Available
From: http://ipmg online.com [diakses
tanggal 20 Januari 2009]
Mutalazimah. 2005, Hubungan Lingkar
Lengan Atas dan Kadar Hb dengan BBLR
di RSUD DR. Moewardi, Surakarta, Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi Vol 6 No.2:
114-126
Paath. 2005, Gizi Dalam Kesehatan
Reproduksi, Jakarta: EGC.
Pudjiati, Solihin. 2001, Ilmu Gizi Klinis Pada
Anak, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Satyanegara. 2005, Panduan lengkap
perawatan untuk bayi dan balita, Jakarta:
Arcan.
Soeharyo. 1999, Masalah Kurang Gizi Pada
Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Anak Balita
serta akibatnya, Seminar: Peningkatan
Pengetahuan dan Ketrampilan Gizi
Keluarga di masa krisis, Semarang, 27
Oktober 1999
Sugiono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Bandung: CV.
Alfabeta.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002, Penilaian
Status Gizi, Jakarta: EGC
Wahyuni. 2004, Masalah kurang gizi di
Indonesia [internet] 3 April, Available
From: http://gizi-net.com [diakses tanggal
20 Januari 2009
Windhu. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif,
Surabaya: Universitas Airlangga
Yayak. 2006, Hubungan antara gizi ibu
menyusui dengan berat badan bayi usia 1-
4 bulan di Malang. Karya Tulis Ilmiah
Poltekkes Malang.

Alamat Penulis:

Nurul Pujiastuti
Prodi Keperawatan Lawang Poltekkes Malang
Jl. A Yani Lawang 65218

Alamat koresponden:
Griya Surya Asri A4-20 Candi Sidoarjo 61271

You might also like