Professional Documents
Culture Documents
Nurul Pujiastuti
Abstract: This study aims to analyze the relationship between the status of breastfeeding mothers with
the adequacy of breastfeeding in the village Karangkedawang Kec. Sooko Kab. Mojokerto. Free variables that
are examined nutrition status of mothers breastfeeding measure Body Mass Index, arm circumference above and
Hb level. While the dependent variable examined is the adequacy of breastfeeding. The adequacy of
breastfeeding seen through the 3 indicators, namely the adequacy of sign breastfeeding, body weight baby
suckle before and after the increase in and 1 month after the baby. This research is analytical research with
longitudinal design up (Cohort). Population of this research is that breastfeeding mothers have a baby aged 1-6
months and come in Posyandu Karangkedawang Village Kec. Sooko Kab. Mojokerto amounted to 73 people.
Research sample is breastfeeding mothers who meet the criteria inklusi. Large sample is calculated using the
formula and then be random. Large sample of 54 respondents. Data analysis techniques used to test the
relationship between free variables and dependent variable is the Mann Whitney test. Based on the results of test
statistics with the Mann Whitney test on the 95% level of confidence between the nutritional status of
breastfeeding mothers with the adequacy of breastfeeding showed a significant relationship (p = 0.009). This
explains that breastfeeding mothers who have poor nutrition affects the adequacy milk product. With the results
of the research above, it is expected that the health through the Village Midwifes for more attention on the status
of maternal nutrition on the nutritional needs of breastfeeding so that breastfeeding mothers can be improved by
providing more counseling related to maternal nutrition and breastfeeding, such as the provision of vitamin
tablets to the blood.
2
asupan makanan yang perlu dihindari / dapat
menghambat penyerapan zat besi serta
pentingnya memberikan ASI eksklusif pada
bayinya agar tidak menderita gizi buruk.
METODE PENELITIAN Tehnik Analisa Data
3
SD/MI 5 9,3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
SMP/MTs 20 37 responden paling banyak mempunyai bayi
SMA/MA 29 53,7 dengan berat badan lahir 2500-2999 yaitu
Total 54 100 62,9% (34 orang) dan paling sedikit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempunyai berat badan lahir 3500-4000 gram
responden paling banyak berpendidikan SMA yaitu 5,6% (3 orang).
yaitu 53,7% (29 orang) dan paling sedikit
berpendidikan SD/MI yaitu 9,3% (5 orang). Tabel 7 Karakteristik Responden
Berdasarkan Keikutsertaan KB
Tabel 3 Karakteristik Responden KB n %
Berdasarkan Pekerjaan Suntik 3 bulan 6 11,1
Pekerjaan n % Belum KB 48 88,9
Tidak bekerja 48 88,9 Total 54 100
Swasta 4 7,4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PNS 2 3,7 responden paling banyak belum mengikuti KB
Total 54 100 setelah melahirkan yaitu 88,9% (48 orang) dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang sudah mengikuti KB suntik ada 11,1%
responden paling banyak tidak bekerja yaitu (6 orang).
88,9% (48 orang) dan paling sedikit bekerja
sebagai PNS yaitu 3,7% (2 orang). Status Gizi Ibu Menyusui
Gambaran status gizi ibu menyusui dan
Tabel 4 Karakteristik Responden kecukupan ASI dapat dilihat pada tabel 8- 13
Berdasarkan Usia Bayi di bawah ini.
Usia bayi n %
Tabel 8 Body Mass Index Responden
2-<3 bulan 14 25,9
3-<4 bulan 23 42,6 BMI n %
4-<5 bulan 17 31,5 Kurus tk berat 2 3,7
Kurus tk ringan 22 40,7
Total 54 100
Normal 21 38,9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia Gemuk tk ringan 5 9,3
bayi dari responden paling banyak berusia 3- Gemuk tk berat 4 7,4
<4 bulan yaitu 42,6% (23 orang) dan paling
Total 54 100
sedikit berusia 2-<3 bulan yaitu 25,9% (14
orang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden paling banyak mempunyai Body
Tabel 5 Karakteristik Responden Mass index adalah kurus tingkat ringan yaitu
Berdasarkan Jumlah Anak Hidup 40,7% (22 orang) dan paling sedikit kurus
tingkat berat yaitu 3,7% (2 orang).
Jumlah anak n %
1 14 25,9
Tabel 9 Lingkar Lengan Atas Responden
2 31 57,4
3 9 16,7 LILA n %
Tidak beresiko KEK 30 55,6
Total 54 100
Beresiko KEK 24 44,4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Total 54 100
responden paling banyak mempunyai anak 2
orang yaitu 57,4% (31 orang) dan paling Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sedikit mempunyai anak 3 orang yaitu 16,7% responden paling banyak tidak beresiko KEK
(9 orang). yaitu 55,6% (30 orang) dan yang beresiko
KEK ada 44,4% (24 orang).
Tabel 6 Karakteristik Responden
Berdasarkan Berat Badan Lahir Bayi Tabel 10 Kadar Hb Responden
Berat Badan Lahir n % Hb n %
2500-2999 gram 34 62,9 Normal 23 42,6
3000-3499 gram 17 31,5 Anemia ringan 29 53,7
3500-4000 gram 3 5,6 Anemia berat 2 3,7
Total 54 100 Total 54 100
4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan makanan tersebut terutama vitamin dan
responden paling banyak menderita anemia mineral (Supariasa, 2002).
ringan yaitu 53,7% (29 orang) dan paling Untuk proses pembentukan ASI maka
sedikit menderita anemia berat yaitu 3,7% cadangan zat gizi pada tubuh dipergunakan
(2 orang). sehingga semakin lama ibu menjadi kurus dan
dalam keadaan tertentu ibu dapat menderita
Tabel 11 Status Gizi Responden kurang gizi (Paath, 2005). Keteraturan
Status Gizi n % memberikan ASI akan membantu penurunan
Baik 52 96,3 berat badan. Berat badan ibu menyusui akan
Buruk 2 3,7 berkurang sekitar 0,5-1,0 kg tiap bulan.
Total 54 100 Penurunan berat badan ini tidak boleh melebihi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 kg/bulan (Arisman, 2007).
status gizi ibu menyusui paling banyak adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
baik yaitu 96,3% (52 orang) dan yang sebagian besar responden mempunyai BMI
mempunyai status gizi buruk yaitu 3,7% kurus tingkat ringan yaitu 40,7%. Hal ini
(2 orang). menjelaskan bahwa berat badan bersifat labil
artinya dapat berubah dengan segera bila
Tabel 12 Kecukupan ASI terjadi kondisi yang memburuk seperti asupan
makanan yang kurang. Sedangkan tinggi badan
Kecukupan ASI n %
tidak banyak terpengaruh.
Berlebih 2 3,7
Dewasa ini di Indonesia terjadi dua
Cukup 50 92,6
masalah gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih.
Kurang 2 3,7
Gizi kurang disebabkan oleh kurangnya asupan
Total 54 100 makanan dan penyakit infeksi. Dengan pokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah adalah kemiskinan, kurang pendidikan
kecukupan ASI paling banyak adalah cukup serta kurang ketrampilan. Akar masalahnya
yaitu 92,6% (50 orang), berlebih dan kurang adalah akibat krisis ekonomi. Sedangkan gizi
masing-masing 3,7% (2 orang). lebih disebabkan asupan kalori yang tinggi
tetapi pemakaian energi rendah sehingga
Tabel 13 Hubungan antara Status Gizi penyimpanan lemak meningkat (Supariasa,
dengan Kecukupan ASI 2002).
Status Kecukupan ASI Menurut (Mackey et al, 1998) menyatakan
gizi Berlebih Cukup Kurang Total bahwa asupan kalori yang kurang dari 1500-
n % n % n % n % 1700 kcal per hari dapat mengurangi 15%
Baik 2 3,8 49 94,3 1 1,9 52 100 volume ASI yang diproduksi sehingga
Buruk 0 0 1 50 1 50 2 100 merekomendasikan bahwa ibu menyusui tidak
boleh melakukan diet untuk menurunkan berat
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa badan.
responden paling banyak mengalami status gizi Menurut peneliti, keadaan responden yang
baik dengan kecukupan ASI cukup yaitu sebagian besar kurus tingkat ringan disebabkan
94,3% (49 orang). Hasil analisa statistik kebiasaan ibu-ibu di desa karangkedawang
dengan uji Mann Whitney pada tingkat yang lebih memberikan perhatian khusus pada
kepercayaan 95% antara status gizi dengan kepala keluarga dan anak-anak yang lebih
kecukupan ASI menunjukkan hubungan yang kecil dalam menyusun dan menghidangkan
bermakna (p=0,009). makanan. Ibu biasanya cenderung memilih
konsumsi makanan yang tidak dihabiskan
PEMBAHASAN keluarga karena dibuang sayang sehingga lebih
memilih untuk menghabiskannya tanpa
Body Mass Index (BMI) menghiraukan keseimbangan gizinya.
Ditambah keadaan ekonomi keluarga yang
Pada ibu menyusui dapat terjadi gizi tidak memungkinkan untuk ibu menyusui
kurang ataupun gizi lebih. Umumnya memenuhi kebutuhan gizinya.
penyebab langsung gizi kurang adalah asupan
makanan yang kurang termasuk proses Lingkar Lengan Atas (LILA)
pengolahan dan pemasakan makanan karena
berpengaruh terhadap kandungan zat gizi
5
Pengukuran LILA pada kelompok wanita
usia subur (WUS) adalah salah satu cara
deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan oleh masyarakat umum untuk Kadar Hb
mengetahui kelompok beresiko kekurangan
energi kronis (KEK). Pengukuran LILA Pemeriksaan biokimia dalam penilaian
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi memberikan hasil yang lebih tepat
status gizi karena mudah dilakukan dan tidak dan obyektif daripada hanya menilai konsumsi
memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh serta pangan atau pemeriksaan antropometri saja.
harganya murah (Supariasa, 2002). Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah tehnik pengukuran kandungan berbagai
sebagian besar responden mempunyai lingkar zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah
lengan atas ≥23,5cm (tidak beresiko KEK) (misal pemeriksaan Hb). Hb adalah parameter
yaitu 55,6%. Hal ini menjelaskan bahwa yang digunakan secara luas untuk menetapkan
lingkar lengan atas kurang sensitif untuk orang prevalensi anemia. Dalam penelitian ini adalah
dewasa tetapi sensitif untuk golongan anemia besi.
prasekolah (Supariasa, 2002). Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk
Ditemukan ada perbedaan angka pembentukan sel darah merah yang lazim
prevalensi KEP yang cukup berarti antara berlangsung pada masa pertumbuhan bayi,
penggunaan LILA dengan BB menurut umur pubertas, masa kehamilan dan menyusui.
atau BB menurut TB meskipun terdapat Selama menyusui, zat besi yang seharusnya
korelasi statistik yang berarti antara indeks- hilang bersama darah haid dialihkan sebagian
indeks tersebut dengan LILA (Supariasa, (±0,3mg) kedalam ASI sebagai tambahan
2002). kehilangan basal. Peningkatan kebutuhan akan
Menurut (Johannes, 2005) menemukan zat besi untuk pembentukan sel darah merah
bahwa tidak ada pengaruh antara status gizi ibu yang lazim berlangsung pada masa
menyusui (LILA) terhadap eksklusifitas pertumbuhan bayi, pubertas, masa kehamilan
menyusui. Responden penelitian ada 80 orang, dan menyusui (Arisman, 2007).
dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok Hasil penelitian menunjukkan bahwa
beresiko KEK ada 34 orang dan kelompok sebagian besar responden mengalami anemia
tidak beresiko KEK yang ditandai ukuran ringan yaitu 53,7%. Hal ini menjelaskan
LILA ≥23,5 cm ada 46 orang. Didapatkan bahwa ibu yang menyusui membutuhkan zat
p=0,53 yang berarti tidak ada pengaruh antara besi yang lebih besar untuk proses
ibu yang KEK maupun non KEK terhadap memproduksi ASI.
eksklusifitas menyusui. Menurut (Wahyuni, 2004) menemukan
Menurut peneliti, responden sebagian bahwa prevalensi anemia besi yang terbesar
besar tidak beresiko KEK karena pengukuran adalah pada wanita hamil dan menyusui yaitu
LILA hanya ada 2 kategori sehingga 50-70% dibanding dengan wanita yang tidak
responden yang mengalami kegemukan dan hamil/menyusui. Dari SKRT (1995) dikatakan
BB normal masuk dalam kategori tidak bahwa prevalensi anemia besi rata-rata
beresiko KEK. nasional ibu hamil adalah 63,5% yang terus
Ibu-ibu desa karangkedawang terbiasa bila berlanjut sampai proses menyusui.
mengambil air di sumur dengan menggunakan Menurut (Soemantri, 1983) menyatakan
peralatan tradisional (kerekan / timba) untuk bahwa anemia dipengaruhi oleh faktor
kegiatan sehari-hari seperti cuci, mandi, ekonomi, pendidikan, status gizi, pola makan,
masak, dll. Bila musim panen padi maupun fasilitas kesehatan serta daya tahan tubuh.
hasil pertanian lainnya (kacang panjang, Menurut peneliti, responden sebagian
jagung, ketela pohon) ikut mengangkat hasil besar mengalami anemia ringan karena
pertanian ke rumahnya atau membantu umumnya ibu-ibu mempunyai kebiasaan
menumbuk padi. Pada musim kemarau, mengonsumsi makanan yang dapat
mengambil air dari sumur kemudian dibawa ke mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi,
kebunnya untuk menyiram agar hasil panennya teh) secara bersamaan pada waktu/setelah
bagus. Sehingga umumnya ibu-ibu mempunyai makan sehingga menyebabkan serapan zat besi
ukuran lingkar lengan atas yang besar semakin rendah. Komposisi makanan yang
(≥23,5cm). sebagian besar terdiri dari nasi dengan menu
yang kurang beragam sehingga asupan zat besi
6
rendah. Responden dalam proses menyusui anak menyebabkan perubahan terhadap
bayinya yang menyebabkan kebutuhan zat besi volume ASI yang dihasilkan. Pada anak
meningkat. pertama sampai keempat volume ASI akan
Kecukupan ASI meningkat, sedangkan pada anak kelima dan
seterusnya mengalami penurunan volume ASI
Kecukupan ASI dapat dilihat dari tanda (Supariasa, 2002).
yang terlihat pada bayi seperti pengeluaran Menurut peneliti, responden sudah
ASI, frekuensi menyusu, kenaikan berat badan berpengalaman dalam menyusui bayinya
bayi, keadaan buah dada serta frekuensi bayi karena sebagian besar responden sudah
mengompol (Purwanti, 2004). Berat badan mempunyai anak >1 yaitu 57,4%. Ditunjang
lahir juga mempengaruhi kecukupan ASI kebiasaan mengonsumsi sayuran yang dapat
karena berkaitan dengan kekuatan mengisap, meningkatkan produksi ASI seperti daun
frekuensi dan lama penyusuan (Arisman, katuk, dan kacang-kacangan. Selain itu, cara
2007). menyusui yang benar yang telah diajarkan oleh
Ada beberapa sayuran yang dapat bidan saat persalinan, dilaksanakan oleh
memperbanyak pengeluaran ASI yaitu daun responden sehingga produksi ASI terus
katuk, sawi dan kacang-kacangan (Paath, meningkat. Dan pendidikan responden yang
2005). Cara pengolahan dan pemasakan sebagian besar SMA/MA sehingga mudah
sayuran juga mempengaruhi kandungan zat menerima dan memahami penjelasan yang
gizi terkandung. diberikan oleh bidan.
Kecukupan ASI juga dipengaruhi oleh
refleks yang berperan dalam pembentukan dan Hubungan status gizi ibu menyusui dengan
pengeluaran ASI, yaitu refleks prolaktin dan kecukupan ASI
oksitosin. Faktor yang dapat meningkatkan
refleks oksitosin antara lain: melihat bayi, Status gizi merupakan keadaan tubuh
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, sebagai akibat konsumsi makanan dan
memikirkan untuk menyusu bayi serta isapan penggunaan zat gizi (Almatsier, 2002). Gizi
bayi. Sedangkan faktor yang dapat berfungsi sebagai sumber utama energi atau
meningkatkan refleks prolaktin antara lain: kalori yang berguna untuk metabolisme tubuh,
rangsangan/isapan bayi. Bila kedua refleks kerja organ tubuh (seperti aktivitas fisik),
tersebut berjalan dengan baik maka produksi melancarkan metabolisme tubuh, memberikan
ASI akan tetap berlangsung. Disamping itu, kekebalan tubuh untuk melawan penyakit atau
jumlah paritas juga mempengaruhi produksi resiko terkena penyakit serta untuk mengganti
ASI yang dihasilkan (Soetjiningsih, 1997). sel-sel yang baru (Eisenberg, 1999).
Produksi ASI dirangsang oleh Faktor yang mempengaruhi status gizi
pengosongan payudara, berlaku prinsip yaitu konsumsi makanan dan tingkat
“supply and demand”, sehingga makin banyak kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi
ASI dikeluarkan, maka makin banyak pula ASI oleh pendapatan dan tersedianya bahan
diproduksi. ASI diproduksi sesuai dengan makanan. Selain itu dipengaruhi oleh internal
jumlah permintaan dan kebutuhan bayi. (genetik, riwayat obstetrik) dan eksternal
Selama bayi masih melanjutkan permintaannya (asupan makanan, obat-obatan, lingkungan)
akan ASI (dengan masih mengisap ASI), (Supariasa, 2002).
selama itu payudara ibu akan tetap Penilaian status gizi secara langsung salah
melanjutkan produksinya. Apabila bayi satunya dengan mengukur antropometri.
berhenti mengisap, maka payudara ibu pun Antropometri secara umum digunakan untuk
akan berhenti memproduksi ASI (Erlina, melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
2008). energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fisik (BB, TB) dan proporsi jaringan tubuh
sebagian besar responden cukup untuk (LILA). Untuk menunjang antropometri
kecukupan ASI yaitu 92,6%. Hal ini dilakukan pemeriksaan biokimia agar
menjelaskan bahwa kecukupan ASI memberikan hasil yang lebih tepat dan
dipengaruhi oleh kekuatan, frekuensi, dan lama obyektif daripada hanya menilai antropometri
penyusuan sehingga produksi ASI terus saja.
berjalan. Menurut (Yayak Dyah, 2006) menemukan
Penelitian dari Bailey K.V di New Guinea adanya hubungan antara gizi ibu menyusui
(1995) ditemukan bahwa kenaikan jumlah dengan berat badan bayi usia 1-4 bulan. Status
7
gizi ibu dilihat dengan mengukur BB ibu Ada hubungan antara status gizi ibu
menyusui. Responden penelitian sebanyak 15 menyusui dengan kecukupan ASI (p=0,009).
orang. Ibu dengan status gizi tidak baik ada 6
orang (40%), semuanya mempunyai bayi
dengan BB kurang. Ibu dengan gizi baik ada 9 Saran
orang (60%), hanya 1 orang mempunyai bayi
dengan BB kurang dan 8 ibu mempunyai bayi Hendaknya petugas kesehatan memberikan
dengan BB sesuai usia. penyuluhan tentang pentingnya asupan
Menurut (Admin, 2007) menyatakan makanan yang mengandung zat besi untuk
bahwa tidak ada pengaruh antara status gizi ibu meningkatkan status gizi ibu menyusui,
menyusui dengan volume ASI. Status gizi ibu penyuluhan tentang faktor yang dapat
menyusui diukur dengan mengukur indeks menghambat atau meningkatkan penyerapan
massa tubuh. Ibu menyusui yang kurus, normal zat besi dalam tubuh, menghilangkan
maupun gemuk tetap dapat menghasilkan kebiasaan minum the/kopi setelah makan
volume ASI yang cukup untuk bayinya untuk penyerapan zat besi dalam tubuh serta
(Litbang, 2000). pemberian vitamin yang mengandung zat besi
Hasil uji statistik dengan uji Mann (Tablet Tambah Darah) untuk ibu menyusui
Whitney pada tingkat kepercayaan 95% antara karena kebutuhan zat besi yang meningkat
status gizi ibu menyusui dengan kecukupan selama menyusui bayinya.
ASI menunjukkan hubungan yang bermakna
(p=0,009). Hal ini menjelaskan bahwa ibu DAFTAR PUSTAKA
menyusui dengan gizi buruk akan
mempengaruhi kecukupan ASInya karena Akre, James. 1994, Pemberian Makanan
tubuh membutuhkan zat gizi yang cukup untuk Untuk Bayi, Jakarta: Perinasia
memproduksi ASI tetapi tubuh tidak dapat Almatsier, Sunita. 2002, Prinsip Dasar Ilmu
memenuhi sehingga zat gizi tersebut diambil Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
dari tubuh ibu sehingga makin lama ibu akan Utama
mengalami gizi yang bertambah buruk. Arisman. 2007, Gizi Dalam Daur Kehidupan,
Saat dilakukan uji statistik antara BMI Jakarta: EGC
dengan kecukupan ASI maupun LILA dengan BKKBN Propinsi Jawa Timur. 2006, Panduan
kecukupan ASI didapatkan hasil yang tidak Materi dan KIE Menuju Kehamilan yang
bermakna (p=0,129 dan p=0,319). Sedangkan Aman dan Sehat, Surabaya: BKKBN.
pada uji statistik antara Hb dengan kecukupan Cameron. 1983, Manual on feeding infants
ASI didapatkan hasil yang bermakna and young children. Nairobi: Oxford
(p=0,005). Jadi, bila dicari yang paling University Press
berpengaruh terhadap kecukupan ASI adalah Djaeni, Achmad. 2000, Ilmu Gizi, Jakarta:
kadar Hb ibu menyusui. Hal ini disebabkan Dian Rakyat
saat menyusui kebutuhan akan zat besi Erlina. 2008. Produksi ASI dan faktor yang
meningkat sehingga bila kadar zat besi dalam mempengaruhinya [internet] 12 Oktober,
darah kurang akan mempengaruhi kecukupan Available from:
ASI. Ibu menyusui yang mengalami anemia http://kuliah_bidan.wordpress.com
akan terganggu dalam penyerapan nutrisi dan [diakses tanggal 20 Desember 2008]
akhirnya dapat mempengaruhi produksi ASI. Erlina. 2008. Prolaktin (hormon yang
menghasilkan ASI) [internet] 19
PENUTUP September, Available from:
http://kuliah_bidan.wordpress.com
Kesimpulan [diakses tanggal 20 Desember 2008]
Erlina. 2008. Apakah bayiku sudah cukup
Ibu menyusui dengan gizi buruk akan mendapatkan ASI? [internet] 19 Juli,
mempengaruhi kecukupan ASInya karena Available from:
tubuh membutuhkan zat gizi yang cukup untuk http://kuliah_bidan.wordpress.com
memproduksi ASI tetapi tubuh tidak dapat [diakses tanggal 10 Januari 2009]
memenuhi sehingga zat gizi tersebut diambil Falkner. 1991. Infant and child nutrition
dari tubuh ibu sehingga makin lama ibu akan worldwide issues and perspectives. Boca
mengalami gizi yang bertambah buruk. Raton, Florida: CRC press
8
Irawan, Roedi. 2003, Pola Dasar Makanan
Bayi dan Anak. RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya
Irwan. 2008. Praktek Menyusui yang
Benar[internet] 6 Pebruari, Available
from: http://dokteranakku.com [diakses
tanggal 24 Desember 2008]
Lubis. 2008, Cegah anemi pada ibu dan anak
di pulau seribu [internet] 3 Juli, Available
From: http://ipmg online.com [diakses
tanggal 20 Januari 2009]
Mutalazimah. 2005, Hubungan Lingkar
Lengan Atas dan Kadar Hb dengan BBLR
di RSUD DR. Moewardi, Surakarta, Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi Vol 6 No.2:
114-126
Paath. 2005, Gizi Dalam Kesehatan
Reproduksi, Jakarta: EGC.
Pudjiati, Solihin. 2001, Ilmu Gizi Klinis Pada
Anak, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Satyanegara. 2005, Panduan lengkap
perawatan untuk bayi dan balita, Jakarta:
Arcan.
Soeharyo. 1999, Masalah Kurang Gizi Pada
Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Anak Balita
serta akibatnya, Seminar: Peningkatan
Pengetahuan dan Ketrampilan Gizi
Keluarga di masa krisis, Semarang, 27
Oktober 1999
Sugiono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Bandung: CV.
Alfabeta.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002, Penilaian
Status Gizi, Jakarta: EGC
Wahyuni. 2004, Masalah kurang gizi di
Indonesia [internet] 3 April, Available
From: http://gizi-net.com [diakses tanggal
20 Januari 2009
Windhu. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif,
Surabaya: Universitas Airlangga
Yayak. 2006, Hubungan antara gizi ibu
menyusui dengan berat badan bayi usia 1-
4 bulan di Malang. Karya Tulis Ilmiah
Poltekkes Malang.
Alamat Penulis:
Nurul Pujiastuti
Prodi Keperawatan Lawang Poltekkes Malang
Jl. A Yani Lawang 65218
Alamat koresponden:
Griya Surya Asri A4-20 Candi Sidoarjo 61271