You are on page 1of 9

Bahasa Iklan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia

Oleh :

Kelompok 5

1. Handri Pratama ( 01101003072)


2. Dian Ratnasari (01101003105)
3. Novi Simarmata (01101003071)
4. Masayu Silvia (01101003056)
5. Tri Apri Yanti (01101003059)
6. Heri Septian (01101003122)

UPT – MPK

Universitas Sriwijaya

Indralaya

2010
Bahasa Iklan

Oleh Handri dkk.

1. Pendahuluan

Manusia dan bahasa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain. Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa
ada nya manusia lain. Dalam perjalanan hidupnya, manusia selalu membutuhkan
manusia lain. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan bahasa untuk menjalin
komunikasi dengan manusia lain sehingga terpenuhilah kewajiban moral manusia
sebagai mahkluk sosial. Dalam hal ini, bahasa memainkan fungsinya sebagai alat
komunikasi.

Saat ini, berbagai media komusikasi berkembang begitu pesat. Tentu saja
semua itu sejalan dengan memberi kemudahan bagi manusia untuk
mengembangkan interaksi kepada sesama. Salah satu medianya adalah melalui
iklan di berbagai media. Meski dengan wujud yang berbeda, tetapi tetapi tetap
saja bahasa menjadi hal utama dalam penyampaiannya.

Iklan sendiri dapat dijumpai setiap saat dan di manapun manusia berada.
Perkembangan media informatika semakin membuat itu menjadi lebih bervariasi.
Hampir setiap hari manusia disajikan berbagai iklan baik itu di majalah, koran,
televisi, radio, internet, bahkan di sepanjang jalan iklan dapat dijumpai. Iklan
sendiri dianggap sebagai media yang cukup efektif dalam menyampaikan
informasi kepada khalayak ramai. Monle Lee dan Carla Johnson mendefinisikan
iklan sebagai sebuah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah
organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target
melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail
(pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum (2004:3). dari
sini jelas bahwa iklan merupakan media massa.
Media massa merupakan salah satu alat promosi yang efektif. Hal ini
dimungkinkan karena media masa menyetuh seluruh sendi kehidupan manusia.
Mulai perkotaan sampai pedesaan. Laki-lai maupun perempuan, tua maupun
muda. Bahkan lintas bangsa dan negara. Karena itu media massa, baik yang cetak
maupun elektronik berlomba-lomba menawarkan ruang medianya kepada semua
pihak. Karena luasnya jangkauan tersebut, media merupakan alat promosi yang
handal.

Sebagai alat, media harus mampu menembus sekat-sekat disetiap relung


kehidupan manusia. setiap sisi kehidupan manusia menjadi arah dan tujuan yang
harus dimanfaatkan oleh media. Tak sebatas memasarkan produk rumah tangga,
mobil, motor, layanan perbankan, pegadaian, sabun, minuman, makanan, produk
kesehatan, sampai kepada iklan lapangan kerja pun ada. Media berusaha
menjadikan dirinya sebagai satu-satunya tempat promosi yang efektif dan massal.

Berbagai iklan yang ditayangkan di televisi memiliki keragaman demi


menjaring konsumennya dengan pengemasan bahasa yang semenarik mungkin.
Bahkan demi menjaring konsumen, setiap iklan menunjukkan keunggulan barang
yang diiklankan. Selain itu, iklan kerap kali ditayangkan berulang kali sehingga
akan semakin memberikan kesan yang dalam kepada konsumen terhadap produk
yang ditawarkan. Hal ini mempunyai maksud konsumen akan selalu ingat dengan
tidak mempedulikan produk sejenis.

Pemanfaatan bahasa dalam iklan tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan


dan demi tercapainya maksud iklan itu sendiri. Secara khusus iklan di televisi
lebih menekankan bahasa tutur dalam menyampaikan maksudnya kepada orang
lain. Hal itu dapat diungkapkan oleh penutur dengan menggunakan kalimat
imperatif, deklaratif, maupun introgatif. Semua tentu dengan satu tujuan yaitu
tercapainya pesan.

2. Hakikat Bahasa Iklan


Bahasa, adalah sesuatu yang tak pernah lepas dalam kehidupan kita sehari-
hari. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga
membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki
arti.
Adapun iklan, atau pariwara, adalah promosi barang, jasa, perusahaan dan
ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Iklan merupakan salah satu hal yang
sangat esensial dalam promosi secara keseluruhan.
Iklan menggunakan bahasa, entah itu bahasa lisan, tulisan, ataukah hanya
sekedar perlambangan semata. Iklan tulis mulai dikenal semenjak zaman Yunani
Kuno. Ketika itu, iklan umumnya berisi tentang pengumuman budak-budak yang
melarikan diri, pertandingan Gladiator, yang pada masa itu iklan hanyalah berupa
surat edaran semata. Iklan barulah ditulis dengan kertas yang lebih besar beberapa
waktu kemudian, tepatnya di Inggris, pada Imperial Intelligencer, Maret 1648.
Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di suratkabar.
Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur. Iklan majalah pertama
muncul dalam majalah Harper tahun 1864.
Adapun iklan TV pertama kali diperkenalkan oleh Bayclin Versi Diulang
tahun 1967 di Argentina. Informasi dalam Iklan Ada empat unsur yang menjadi
pembangun wacana iklan, yaitu pengiklan, barang atau jasa yang diiklankan,
iklan, dan sasaran iklan. Termasuk di dalam unsur pengiklan adalah pihak yang
punya produk barang jasa yang diiklankan dan biro jasa periklanan atau pembuat
iklan. Masing-masing subunsur itu biasanya hadir dengan keperluannya masing-
masing. Pemasang iklan hadir dengan keperluan agar produk, jasa, atau imbauan-
imbauannya dapat sampai ke sasaran iklan secara efektif, yaitu tidak saja agar
mereka membaca, mendengar, memahami, tetapi juga agar mereka mengkonsumsi
atau melakukan aksi tertentu yang dikehendaki. Dari kacamata pemasang iklan
ini, efektivitas iklan dilihat seberapa kuat reaksi positif terhadap iklannya.

Pedoman kebahasaan yang digunakan untuk bahasa iklan, seperti:

1. gampang dipahami konsumen;


2. sederhana bahasanya dan jernih pengutaraannya;
3. tanpa kalimat majemuk;
4. kalimatnya aktif, bukan kalimat pasif;
5. padat dan kuat bahasanya;
6. positif bahasanya, bukan bahasa negative;

Pada umumnya bahasa iklan memiliki prinsip seperti berikut ini.

1. Iklan  isi pernyataannya jujur, bertanggung jawab dan tidak


bertentangan dengan hukum yang berlaku.
2. Iklan isi pernyataannya jauh dari unsure menyinggung perasaan dan
merendahkan martabat negara,agama, susila, adat, budaya, suku dan
golongan.
3. Iklan isi pernyataannya menjiwai asas persaingan yang sehat.

Iklan di televisi memiliki kecendrungan menggunakan tindak tutur lisan


yang berbeda antara iklan satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain, iklan di
televisi cenderung menggunakan bahasa percakapan. Percakapan itu sangat
membantu menjelaskan maksud percakapan sehingga kalimat yang digunakan pun
diusahakan kalimat yang efektif. Bahkan jenis iklan yang sama pun memiliki
tindak tutur yang berbeda pula.

3. Fungsi Bahasa Iklan

Menurut Rot Zoill melalui Rendra Widyatama (2005:147) menjabarkan


fungsi iklan dalam empat fungsi. Keempat fungsi tersebut akan dijabarkan sebagai
berikut.
a. Fungsi Precipitation
Iklan berfungsi untuk mempercepat berubahnya suatu kondisi dari keadaan
yang semula tidak dapat mengambil keputusan menjadi dapat mengambil
keputusan. Sebagai contoh adalah meningkatkan permintaan, menciptakan
kesadaran dan pengetahuan tentang sebuah produk.
b. Fungsi Persuasion
Iklan berfungsi untuk membangkitkan khalayak sesuai pesan yang
diiklankan. Hal ini meliputi daya tarik emosi, menyampaikan informasi tentang
ciri suatu produk, dan membujuk konsumen untuk membeli.

c. Fungsi Reinforcement (meneguhkan sikap)

Iklan mampu meneguhkan keputusan yang telah diambil oleh khalayak.


Iklan biasanya sering menampilkan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh
produknya, sehingga seolah-olah produk tersebut adalah produk yang sangat tepat
bagi konsumen yang melihat iklan tersebut.
d.Fungsi Reminder
Iklan mampu mengingatkan dan semakin meneguhkan terhadap produk
yang diiklankan. Dalam setiap iklan, memunculkan unsur pengingat (catcher) baik
yang berupa suara (audio), gambar (visual), maupun bahasa (verbal) menjadi amat
penting sehingga suatu saat, dengan hanya mendengar, melihat, atau membaca
pengingat itu, konsumen langsung terhubung dengan produk yang diiklankan.
Untuk mencapai efek pengingat visual, seringkali tampilan gambar dieksploitasi
dengan mengabaikan relasi dengan aspek-aspek tertentu. Efek pengingat verbal
diciptakan dengan memanfaatkan ungkapan bahasa daerah. (4) ingak-ingak ‘ingat’
(5) enak tenan ‘enak sekali’ (6) bablas angine ‘hilang anginnya’ (7) pancen oye
‘memang oke’ (oke diplesetkan menjadi oye) Dalam situasi yang multikultural,
baik dalam hal penutur bahasa maupun masyarakat yang menjadi konsumen
produk yang ditawarkan, amatlah wajar jika iklan juga memanfaatkan keragaman
bahasa dan budaya itu sebagai daya tarik atas barang yang diiklankan. Seperti
halnya, penggunaan bahasa Jawa untuk berbicara dengan orang Jawa, penggunaan
bahasa Batak untuk berbicara dengan orang Batak, atau penggunaan bahasa
Inggris untuk berbicara dengan orang asing, pemilihan bahasa tertentu dalam iklan
dengan sasaran tertentu merupakan langkah logis dalam mencapai efektifitas iklan
mengingat perubahan persepsi konsumen atas produk yang diiklankan pada
dasarnya menjadi hal yang amat esensial dalam iklan. Pengingat produk ternyata
juga berhasil dibangkitkan dengan anomatope atau ungkapan seperti berikut. (8)
… wus wus wus … (9) … cring cring cring … (10) … wes ewes ewes … (11) …
crot crot crot … (12) … ya ya ya … (13) … tiga kali sehari (14) … saya minum
dua. (15) … tinggal leb … (16) … nyaris tak terdengar (17) … berbukalah dengan
yang manis … (18) … yang lain pasti ketinggalan … (19) … murah tapi bukan
murahan… (20) … sudah lupa tu. (21) Jeruk kok minum jeruk. Ungkapan di
dalam iklan seperti contoh (8)–(21) secara mudah mengingatkan masyarakat akan
produk tertentu. Mungkin pengingat itu memang tidak dibangun sepenuhnya oleh
aspek verbal, tetapi pada akhirnya aspek verbal inilah yang sangat besar
pengaruhnya. Beberapa di antaranya bahkan menjadi metafora atau semacam
pepatah baru dalam bahasa Indonesia. Ungkapan jeruk minum jeruk, misalnya,
kemudian sering digunakan untuk menyebut orang yang bertengkar atau
berbantah dengan teman atau golongannya. Ungkapan nyaris tak terdengar
kemudian digunakan untuk menyindir orang yang di dalam pertemuan tidak
punya inisiatif, usul, atau saran apa-apa.

4. Penggunaan Bahasa Iklan dalam Kegiatan Promosi

Iklan biasanya diartikan sebagai usaha manusia dalam menyampaikan


gagasan, produk atau jasa, yang ditujukan pada sasaran tertentu, melalui media
massa, yang mengharapkan keuntungan tertentu, dan memiliki sponsor yang jelas.
Iklan memakai bahasa visual yang membawa bentuk ikon, simbol, dan
bahasa tubuh (mimik, gerak-gerik, isyarat, suara, pakaian dan sikap). Bahasa
visual kerap menggunakan komunikasi tatap muka (face to face communication).  
Masalah pokoknya, iklan memiliki tujuan komunikasi dan periklanan,
gagasan utama atau inti konsepnya menjual. Selain itu, iklan memiliki sasaran
iklan, informasi penunjang, rumusan strategi (tema, daya tarik, eksekusi), dan
daya tarik periklanan.

Iklan yang memiliki daya tarik termasuk iklan yang berguna untuk
memancing tanggapan (respons) dari konsumen. Supaya berdaya tarik maka
materi iklan diterjemahkan dalam eksekusi iklan. Dalam hal ini, kategori yang
dipakai rasional dan emosional, atau kombinasi keduanya.
Sebuah produk atau jasa wajib memposisikan diri untuk menempatkan
citra produk atau jasa ke dalam benak konsumen. Untuk itu, hal-hal spesifik yang
perlu mendapatkan perhatian, antara lain, atribut, harga, kualitas, penggunaan,
persepsi pemakai, dan kategori produk. Yang tak kalah pentingnya adalah mencari
dan menempatkan posisi khusus dalam pikiran konsumen. 

Dalam kaitan dengan kebahasaan, ternyata ada dua jenis bahasa yang
harus dibedakan. Kedua jenis bahasa itu berkaitan dengan bahasa normatif dan
bahasa deskriptif. Kedua jenis bahasa ini ternyata juga memiliki serbaneka laras
bahasa komunikasi. Oleh karena itu, serbaneka laras bahasa komunikasi perlu
mendapat perhatian, seperti laras jurnalistik, laras SMS (surat-menyurat singkat,
seperti EGP: emang gue pikirin, KDL: kesian deh lo, BKT: bau ketek, dan laras
iklan (aku dan kau suka dancow), laras prokem dan gaul (nyokap, bokap, dugem).

Keberhasilan sebuah iklan diawali dengan keberhasilan seorang penulis


naskah iklan (copywriter). Seorang penulis naskah iklan dituntut punya kemahiran
berbahasa yang memadai. Dengan modal kemahiran berbahasa yang memadai,
penulis naskah iklan dapat memainkan bahasanya hingga memperoleh efek yang
diinginkan. Dalam iklan Indonesia, kemahiran berbahasa Indonesia saja ternyata
tidak cukup. Pemahaman atau penguasaan ragam bahasa bahkan juga berbagai
bahasa daerah di Indonesia menjadi kemahiran penting juga bagi penulis naskah
iklan Indonesia. Kadang-kadang ambiguitas yang dibangun dari keragaman
bahasa, menjadi pengingat verbal yang baik. Keberhasilan iklan susu bendera,
yang memanfaatkan kata tulang ‘paman’ (Batak), teh (Sunda), dan beli ‘kakak’
(Bali) menjadi bukti bahwa penguasaan bahasa daerah juga menjadi faktor positif
keunggulan iklan Indonesia. Iklan semacam itu, tidak sekadar mengubah persepsi
konsumen, tetapi juga memberi pengetahuan positif kepada konsumen.

4. Penutup
Dari uraian mengenai bahasa iklan diatas dapat kita lihat bahwa ternyata
iklan memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan suatu produk kepada konsumen
agar tertarik untuk membeli produk tersebut, selain itu dalam menulis bahasa
iklan mengenal beberapa prinsip-prinsip seperti jujur dan tidak merendahkan
berbagai pihak.
Penggunaan bahasa iklan terkadang menggunakan bahasa daerah dan
asing untuk menarik minat konsumen. Hal ini dapat diwajarkan karena melalui
penggunaan bahasa asing maupun daerah ini dapat menambah pengetahuan positif
kepada konsumen dan dilain pihak dapat memberi keuntungan kepada perusahan
pembuat iklan.
Demikianlah makalah kelompok kami tentang bahasa iklan, menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan kami memohon kritik dan saran
pembaca agar dapat menyempurnakan isi makalah ini.

5. Daftar Pustaka
Benyamin, Zain. 2010. Bahasa iklan. http://zainosphera.blogspot.com/.
Diakses 25 November 2010.
Bahasa iklan. http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2018848-
bahasa-iklan-dan-fungsinya/. Diakses 25 November 2010.
John. 2010. Bahasa Iklan
Komunikatif.http://johnherf.wordpress.com/2008/04/16/bahasa-iklan-
komunisuasif/. Diakses 25 November 2010.
Sejarah Iklan. 2010. http://wikipedia.com/. Diakses 25 November 2010.

You might also like