You are on page 1of 130

bab i

kedudukan dan fungsi bahasa indonesia

standar kompetensi: memahami kedudukan dan fungsi bahasa indonesian


kompetensi dasar : a. memahami hakikat kedudukan bahasa indonesia b.
memahami fungsi bahasa indonesia

indikator:
1, memahami bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
2. memahami bahasa indonesia sebagai bahasa negara
3. menjelaskan bahasa indonesia sebagai lambang kebanggan ansional
4. memahami bahasa indonesia sebagai lambang identitas nasional
5. menjelaskan bahwa bahasa indonesia sebagai pemersatu berbagai suku bangsa di
indonesia
6.memahami bahasa indonesia sebagai alat penghubung antar daerah dan budaya

tujuan
1. melalui membaca intensif, mahasiswa dapat memahami bahasa indonesia sebagai
bahasa nasional dengan benar
2. melalui diskusi, mahasiswa dapat memahami fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa
negara dengan tepat
3. setelah mendengarkanpenjelasan pengajar, mahasiswa dapat bahwa bahasa indonesia
sebagai lambang kebanggaan nasional
4. melalui diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan bahwa bahasa indonesia sebagai
lambang identitas nasional dengan tepat
5. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan bahasa indonesia sebagai
pemersatu berbagai suku bangsa di indonesia.
6. setelah diskusi dan tanya jawab, mahasiswa dapat memahami bahasa indonesia sebagai
alat penghubung antar daerah dan budaya dengan benar.,

1
1.1 kedudukan bahasa indonesia
bahasa adalah alat komuniksi yang memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah.
di indonesia banyak bahasa, yang kemudian dikenal sebagai bahasa daerah seperti bahasa
jawa, bahasa madura, bahasa bali, bahasa sunda, bahasa bugis dan sebagainya. bahasa-bahasa
itu merupakan alat komunikasi etnis. bahasa jawa merupakan alat komunikasi etnis jawa,
bahasa madura merupakan alat komunikasi etnis madura, bahasa sunda merupakan alat
komunikasi etnis sunda, demikian juga bahasa-bahasa daerah yang lain. nama bahasa itu
diambil dari nama etnis pemakainya. namun dekian sampai pertengahan tahun 1928 tidak
pernah dikenal dan muncul istilah “bahasa indonesia”.
istilah bahasa indonesia itu sendiri baru muncul menjelang lahirnya sumpah pemuda
28 oktober 1928. pada tanggal 28 oktober 1928 berbagai organisasi pemuda berikrar bahwa
“kami poetera dan poeteri indonesia menjoenjoeng bahasa persatoean bahasa indonesia” .
sejak itu bahasa indonesia yang berasal dari bahasa melayu mulai dikenal dan berkembang
dengan pesta. hal itu dapat ditandai dengan perkembangan sastra indonesia. sebelum tahun
1928 pengarang sastra indonesia terbatas orang-orang yang berasal dari sumatra, seperti
marah rusli, abdulmuis, muhammad yamin, rostam effendi, merari siregar dan lain-lain. bagi
pengarang-pengarang itu bahasa melayu adalah bahasa ibu. sedang bagi orang di luar sumatra
(melayu), bahasa melayu mrupakan bahasa asing. pengaruh sumpah pemuda terhadap
perkembangan bahasa indonesia dapat ditandai dengan munculnya pengarang-pengarang dari
luar sumatra pasca sumpah pemuda, seperti kehadiran i gusti nyoman panji tisna, y.e.
tatengkeng dan pengarang lainnya.
kedudukan bahasa indonesia dengan jelas dinyatakan dalam uud ’45 bab xv pasal 36
yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa indonesia”. dalam kondisi masyarakat
yang multi etnis, dan multi bahasa etnis, memang diperlukan bahasa yang dapat menjadi alat
komunikasi dan mempersatukan multi etnis itu. dalam hal ini sesuai dengan bab xv pasal 36
bahasa indonesia media komunikasi dan pemersatu antar etnis tersebut. ketiadaan bahasa yang
dapat menjadi media komunikasi antar etnis di suau negara dapat menimbulkan kestabilan
negara itu sendiri. menurut samsuri (1985:27-28) banyak negara yang telah merdeka secara

2
polisitik bertahun-tahun, tetapi masih belum dapat mengatasi ahasa nasionalnya. di philipina,
meskipun secara resmi telah dinyatakan ahwa ahasa tagalog sebagai bahasa nasional,banyak
orang yang memakai bahasa inggrsis sebagai bahasa resmi. di malaysia meskipun sejak tahun
1967 telah dinyatakana bahasa melayu seagai bahasa resmi, justru ahasa inggris yang
mendapat tempat lebih baik. di kenya, masyarakat tidak mau membaca literatur yang ditulis
bukan bahasa dialeknya.
istilah ”bahasa indonesia” itu sendiri sebenarnya belum lama muncul di indonessia,
bahkan di dunia. dibanding dengan bahasa lain seperti bahasa jawa, bahasa inggris, bahasa
sansekerta. keberadaan bahasa indonesia baru muncul sekitartahun 1928, saat
dikumandangkan sumpah pemuda 28 oktober 1928. sumpah pemuda tahun 1928 yang berisi
pengakuan bahwa bahasa indonesia adalah bahasa nasional kita, merupakan langkah pertama
yang menentukan di dalam garis kebijaksanan mengenai bahasa nasional kita. demikian juga
undang-undang dasar1945, bab xv, pasal 36 yang menyatakan bahwa ”bahasa negara adalah
bahasa indonesia”, memberikan dasar yang kuat bagi pemakaian bahasa indonesia sebagai
bahasa penghubung pada tingkat nasional, dan bahasa resmi kenegaraan (halim, 1984:15-16).
bahasa indonesia mempunyai peran yang sangat penting di dalam negara kesatuan republik
indonesia, karena bahasa indonesia telah mempersatukan bangsa di wilayah negara kesatuan
republik indonesia. pada kenyataannya. bahasa indonesia dipakai di seluruh indonesia, di
daerah-yang berbeda-beda latar belakang kebahasaan, keudayaan dan kesukuannya, dan di
dalam lapisan masyarakat yang berbeda-beda pula latar belakang pendidikan serta
kepentingannya (halim, 1979:39). sesuai dengan isi undang-undang dasar 1945, bab xv, pasal
36, dan kenyataan yang ada, bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan
ahasa negara. sesuai dengan bab xv pasal 36 uud ’45 yang menyatakan bahwa “bahasa negara
adalah bahasa indonesia”, dengan sendirinya bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. bangsa indonesia yang terdiri atas berbagai etnis yang tersebar di
seluruh wilayah indonesia memerlukan bahasa nasional sebagai alat komunikasi antar etnis,
dan perlu bahasa untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari.yaitu bahasa negara.

1.2 fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional


sesuai dengan isi sumpah pemuda 28 oktiober 1928 dan uud 1945 bab xv pasal 36,
bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional. di dalam kedudukannya sebagai

3
bahasa nasional, bahasa indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2)
lambang identitas nasional, (3) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku
bangsa dengan latar belakang social budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan
kebangsan indonesia, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
bahasa indonesia sebagai lambang kebanggaan kebangsaan hendaknya disadari oleh
setiap bangsa indonesia. tidak setiap bangsa mempunyai bahasa yang dapat mempersatukan
penduduknya. philipina misalnya, meskipun secara resmi bahasa tagalog dinyatakan sebagai
bahasa nasional, dalam praktiknya masyarakatnya justru memakai bahasa asing, bahasa
inggris untuk berkomunikasi dalam tingkat nasional. bahasa indonesia menjadi kebanggaan
bangsa karena bahasa indonesia merupakan produk budaya bangsa.
bahasa indonesia sabagai lambang identitas nasional hendaknya disadari oleh
bangsa indonesia. setiap bangsa memerlukan identitas diri yang bernilai positif. identitas yang
positif akan menimbulkan citra positif pula di mata dunia. sebaliknya, identitas negatif
meinmbulkan citra yang negatif pula. identitas negara penjajah bagi beberapa negara barat
menimbulkan kesan yang negatif. bahasa indonesia sebagai identitas nasional bagi bangsa
indonesia menimbulkan citra positif bagi bangsa indonesia. dengan fungsi bahasa indonesia
sebagai lambang identitas nasional, bangsa indonesia dapat dikenal oleh bangsa asing salah
satunya dari identitas bahasa yang dipakai.
bahasa indonesia sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku
bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam
kesatuan kebangsaan indonesia. indonesia adalah negara yang luas dengan penduduknya yang
multi suku bangsa. setiap suku bangsa mempunyai bahasa dan budaya yang berbeda dengan
suku bangsa yang lain. dari segi ragam budaya, hal itu merupakan suatu keunggulan
tersendiri. tetapi dengan bahasa yang berbeda-beda dapat menimbulkan masalah dalam
berkomunikasi, karena antar suku bangsa tidak saling memahami bahasa suku bangsa yang
lain. oleh karena itu diperlukan suatu bahasa yang dapat menyatukan seluruh suka bangsa di
indonesia ini. bahasa yang dapat menyatukan suku bangsa di indonesia adalah bahasa
indonesia. hal itu berarti bahwa bahasa daerah tidak diperlukan lagi. bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya suku bangsa harus tetap dipertahankan.
bahasa indonesia sebagai alat perhubungan antar budaya dan antar daerah
mempunyai peranan penting. latar belakang sosial budaya dan latar belakang kebahasaan

4
nyang berbeda-beda itu tidak pula menghambat adanya perhubungan antar daerah dan antar
budaya (halim, 1979:51). berkat adanya bahasa nasional, kesalahpahaman akibat perbedaan
latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu terjadi.

secara umum, fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. namun secara
politis bahasa mempunyai kedudukan yang vital dalam suatu negara, karena bahasa itu
mempunyai beberapa fungsi di samping fungsi komunikasi. bahasa indonesia seagai
bahasa nasional mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
(1) sebagai lambang kebanggaan nasional
(2) sebagai lambang identitas nasional
(3) sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan
latar belakang sosial, budaya, dan bahasa ke dalam kesatuan bangsa
indonesia
(4) alat penghubung antar daerah dan antar budaya

1.2.1 bahasa indonesia sebagai lambang kebanggaan nasional


apabila kita bandingkan dengan kondisi beberapa negara seperti malaysia, philipina,
india, kenya kita pantas berbangga mempunyai bahasa nasional bahasa indonesia. akibat
banyaknya bahasa daerah di indonesia, sering kita tinggal di tempat yang hanya dipisahkan
selat atau gunung, bahasanya sudah berbeda dan saling tidak mengerti bahasa yang dipakai
kedua daerah yang dibatasi oleh gunung atau selat itu. jawa dan madura serta jawa an bali
hanya dibatasi oleh selat, namun masing-masing memiliki ahasa yang berbeda. jawa dan
sunda merpakan daerah yang hampir tanpa pembatas laut atau gunung, namun memiliki
bahasa yang bereda pula.
sudah sepantasnyalah kita bangga dengan bahasa indonesia. beberapa negara besar
di dunia ini, meskipun negara adikuasa, ada yang tidak mempunyai bahasa sendiri. amerka
dan australia yang mendiami dua benau besar itu hingga sekarang masih memakai bahasa
inggris. di masyarakat dunia tidak dikenal bahasa amerika atau bahasa australia.

1.2.2 bahasa indonesia sebagai lambang identitas nasional

5
bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai identitas yang kuat. identitas itu
dapat berupa bahasa, teknologi, agama, ataupun budaya yang lain. bangsa yang besar dapat
ditandai pula dengan pengaruh bahasanya yang besar terhadap bangsa lain. bahasa inggris,
bahasa arab, bahasa perancis, bahasa jerman, merupakan identitas bagi masing-masing bangsa
pemilik bahasa itu. mereka semua dadalah bangsa yang besar yang bahasanya banyak
dipelajari oleh bangsa lain.
dengan semakin berkembangnya bahasa indonesia akan memperkuat identitas
nasional. oleh karena itu apabila bahasa indonesia sebagai lambang identitas nasional, harus
disertai upaya untuk pengembangan bahasa indonesia bagi semua warga negara indonesia.

1.2.3 bahasa indonesia sebagai alat penyatuan bangsa


indonesia termasuk negara yang unik, terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil,
bermacam etnis, dan agama, dan bahasa. keberadaan selat, laut, dan gunung-gunung
mengisolasi daerah-daerah tertentu, sehingga memungkinkan daerah itu mengalami
perkembangan tersendiri, yang terpisah dengan daerah luar. demikian pula perkembangan
bahasa yang mereka miliki. dengan bahasa yang berbeda-beda bangsa ini akan sulit bersatu,
karena untuk bersatu memerlukan kesamaan paham. kesamaan paham itu akan dapat tercapai
apabila ada satu bahasa yang dapat mewakili bahasa-bahasa daerah itu. hadirnya beragai
macam bahasa yang dimiliki masing-masing etnis memerlukan satu bahasa yang dapat
menjembatani komunikasi antar etnis itu. dalam hal ini bahasa indonesia-lah yang mampu
menjembatani dan mewakili keberadaan berbgai macam bahasa daerah di indonesia.
tidak dapat dipungkiri masih banyak masyarakat, terutama masyarakat pedalaman
yang buta bahasa indonesia. namun harus diakui bahwa dewasa ini bahasa indonesia
berkembang dengan pesat, bahkan ada gejala yang tidak diinginkan, yaitu menggeser
kedudukan bahasa daerah. idealnya, bahasa daerah dan bahasa indonesia berkembang bersama
berdampingan menjalankan fungsinya masing-masing. namun dominasi bahasa indonesia
terhadap bahasa daerah sulit dihindari. dengan semakin majunya dunia pendidikan, iptek, dan
media massa maka masyarakat pedalaman akan semakin memahami bahasa indonesia, karena
hal itu akan merupakan kebutuhan. bahasa indonesia akan menjadi penyatu berbagai suku
bangsa dengan latar belakang sosial, budaya, agama, dan bahasa daerah yang berbeda.

6
1.2.4 bahasa indonesia menjadi alat penghubung antar daerah dan antar budaya
fungsi bahasa indonesia sebagai penyatu berbagai suku bangsa dengan sendirinya
bahasa indonesia menjadi alat pnghubung antar daerah dan antar budaya. bab xv pasal 36 uud
’45 menjadi dasar hukum fungsi bahasa indonesia. negara indonesia wilayahnya yang
terpisah-pisah oleh laut. hal itu menjadikan hambatan untuk bernteraksi. akibatnya tiap-tiap
daerah mengembangkan kebudayaannya sendiri (termasuk bahasa) sesuai dengan geografis
daerah mereka. oleh karena itu indonesia mempunyai beraneka ragam budaya. dengan
keragaman budaya dan daerah-daerah yang terpisah oleh laut, diperlukan alat penghubung
antar daerah dan antar budaya. bahasa indonesia-lah satu-satunya bahasa di indonesia yang
dapat menjadi alat penghubung antar daerah dan antar budaya itu.

1.3 fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa negara


di dalam kedudukannya seebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,
(3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintahan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan
illmu pengetahuan serta teknologi modern.

bahasa indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan menjadi bahasa yang dipakai
dalam situasi resmi kenegaraan baik bahasa lisan maupuin bahasa tulis. dalam kegiatan yang
bersifat kenegaraan seperti dalam pidato, upacara, surat-menyurat dan dokumen negara
memakai bahasa indonesia. halim (1979:53) menyatakan bahwa untuk melaksanakan
fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaik-baiknya, pemakaian bahasa
indonesia di dalam pelaksanaan administrasi pemerintahan perlu senantiasa dibina dan
dikembangkan, penguasaan bahasa indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang
menentukandi dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru,
kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dam pemberian tugas-tugas khusus baik di dalam
maupun di luar negeri.
bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan telah
diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan seluruh wilayah indonesia. di daewra-daerah
yang penguasaan bahasa daerah dominan, sampai tahun ketiga pada pendidikan dasar

7
diperkenankan memakai bahasa daerah. pada usia sampai tahun ketiga pendidikan dasar,
anak-anak di daerah, terutama daerah pedalaman, kebanyakan anak hanya menguasai bahasa
ibu.
bahasa indonesia sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, mempunyai peranan penting
dalam kehidupan bernegara, mengingat bangsa indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa
dengan bahasa yangberagam pula. negara indonesia memerlukan bahasa yang dapat
menjembatani berbagai suku bangsa di indonesia. peran itu dapat dilakukan oleh bahasa
indonesia.
bahasa indonesia sebagai alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern. bahasa indonesia bahasa resmi dalam dunia pendidikan.
dengan demikian bahasa indonesia mampu berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
bahasa indonesiasebagai bahasa yang mampu berperan sebagai bahasailmu pengetahuan
dengan sendirinya juga mampu dipakai sebagai alat pengembangan kebudayaan. dengan
demikian bangsa indonesia tidak sepenuhnya terganrtung pada bahasa asing untuk
mengembangkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. bahasa indonesia telah mampu
berperansebagai bahasa ilmu pengetaguan, terbukti banyak buku ilmu pengetahuan yang telah
diterjemahkan ke dalambahasa indonesia. karya ilmiah anak bangsa sebagai karya akhir di
perguruan tinggi seperti skripsi, tesis, disertasi, dapat diwadahi dalam bahasa indonesia.

perlatihan:
1. berdasarkan sumpah pemuda 1928 dan uud 1945, bahasa
indonesia berkedudukan penting, yakni sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
sebutkan dan jelaskan kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa negara!

2. bahasa indonesia sebagai lambang kebanggaan nasional.


buatlah kelompok yang terdiri atas empat orang! diskusikan mengapa bahasa indonesia
sebagai lambang kebanggaan nasional!

8
3. bahasa indonesia juga berfungsi sebagai lambang
identitas nasional. apakah yang dimaksud dengan bahasa indonesia sebagai lambang
identitas nasional? jelaskan! anda dapat mendiskusikan dengan kelompok anda!

4. jelaskan pula yang dimaksud bahas indonesia sebagai alat penyatuan bangsa dan sebagai
alat penghubung antar daerah dan antar budaya!

bab ii
ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan

standar kompetensi: memahami ejaan dan unsur serapan dalam bahasa indonesia
kompetensi dasar : a. memahami pemenggalan kata dalam bahasa indonesia
b. menerapkan eyd dalam bahasa tulis sehari-hari
c. menguasai penulisn unsur serapan dalam bahasa
indonesia

indikator:
1, memahami kaidah pemenggalan kata dalam bahasa indonesia
2. menguasai penulisan huruf kapital dalam bahasa indonesia.

9
3. memahami penulisan huruf miring dan penulisan kata gabung dalam bahasa indonesia.
4. menerapkan penulisan partikel dan akronim dalam bahasa indonesia.
5. menguasai penulisan lambang bilangan dan tanda baca dalam bahasa indonesia.
6.memahami penulisan unsur serpan dalam bahasa indonesia.

tujuan
1. melalui membaca intensif, mahasiswa dapat memahami kaidah pemenggalan bahasa
indonesia dengan benar
2. melalui diskusi, mahasiswa dapat memahami penulisan huruf kapital bahasa indonesia
dengan tepat
3. melalui diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan penulisan huruf miring dan penulisan
kata gabung dalam bahasa indonesia dengan tepat
4. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan penulisan partikel dan
akronim dalam bahasa indonesia dengan tepat.
5. setelah diskusi dan tanya jawab, mahasiswa dapat memahami lambang bilangan dalam
bahasa indonesia dengan benar.
6. melalui diskusi, nahasiswa mampu menerapkan penulisan unsur serapan dengan benar.

2.1 dasar pemakaian ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan


bahasa yang baik, adalah bahasa yang mempunyai huruf. suatu bahasa paling
tepat ditulis dengan huruf yang dimilikinya. apabila suatu bahasa ditulis dengan huruf
yang ukan huruf miliknya, maka akan timbul masalah. bahasa arab hanya tepat ditulis
dengan huruf arab. bahasa jawa hanya tepat ditulis dengan huruf jawa. bahasa cina hanya
tepat ditulis dengan huruf cina. adanya perbedaan karakter suatu bahasa dengan huruf
bahasa yang lain dapat menimbulkan masalah penulisan.
berbeda dengan bahasa jawa, bahasa indonesia termasuk bahasa yang tidak
mempunyai huruf. ejaan bahasa indonesia bukan ejaan yang khusus diciptakan untuk
bahasa indonesia. ejaan (huruf) dalam bahasa indonesia ejaan yang dipakai oleh banyak
bahasa asing yang lain seperti bahasa inggris, perancis, rusia dan lain-lain. . ejaan itu

10
memakai sistem ejaan fonemik. artinya setiap bunyi bahasa (fonem) dalam bahasa
indonesia dilambangkan dalam satu huruf. namun ternyata tidak semua fonem dalam
bahasa indonesia tertampung dalam huruf latin. ada beberapa bunyi yang tidak dapat
diwakili oleh satu huruf. akibatnya ada beberapa bunyi konsonan yang sebenarnya terdiri
atas satu huruf terpaksa ditulis dalam dua huruf. bunyi konsonan itu seperti berikut ini.

konsonan dua huruf


contoh pemakaian dalam kata
di awal di tengah di akhir

kh khayal akhlak tarikh

ng ngarai bunga barang


ny nyiru banyak -
sy syair isyarat arasy

pemerintah telah menyusun pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang


disempurnakan berdasarkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan republik
indonesia nomor 0543a/u/1987, tanggal 9 septemer 1987, dicermatkan pada rapat kerja
ke-30 panitia kerja sama kebahasaan di tugu, tanggal 19-20 desember 1990 dan diterima
pada sidang ke-30 majelis bahasa brunei darussalam-indonesia-malaysia di bandar seri
begawan , tangga 4-6 maret 1991.

2.1.1 pemenggalan kata


pemenggalan kata dimaksudkan untuk memenggal atau memotong kata apabila
kita tidak cukup menuliskan dalam satu larik. pemenggalan kata berkaitan dengan
penulisan, bukan pengucapan (tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa, 1999: 1179). pemenggalan kata tidak sama dengan penyukuan kata. prinsip yang
dipergunakan dalam pemenggalan kata adalah prinsip gramatikal dan prinsip ortografis.
pedoman pemengalan kata telah disahkan dalam rapat kerja panitia kerja sama
kebahasaan di tugu, tanggal 16–20 desember 1991 dan sidang ke-30 majelis bahasa brunei
darussalam-indonesia-malaysia di bandar seri begawan, tanggal 4-6 maret 1991.

11
pemenggalan kata dibedakan antara pemenggalan kata dasar, kata jadian, dan
kata gabung. kesalahan yang sering dilakukan oleh pemakai bahasa indonesia tulis
karena mereka menyamakan pemenggalan kata dasar, kata jadian, dan kata gabung.
keslahan itu juga disebabkan mereka tidak tahu bahwa kata yang dipenggal adalah kata
dasar atau kata gabung.

2.1.1.1 pemenggalan kata dasar


pemenggalan kata dasar harus dilihat pola kata dasar itu. di dalam bahasa
indonesia ada kata dasar yang di tengahnya terdapat satu vokal yang diapit konsonan, dan
ada pula kata dasar yang di tengah kata terdapat dua vokal yang diapit oleh konsonan.
apabila di tengah kata ada satu vokal yang diapit konsonan, pemenggalan dilakukan
sebelum konsonan yang mengapit pertama. apabila di tengah kata ada dua vokal yang
diapit konsonan, pemenggalan dilakukan di antara kedua vokal. perhatikan contoh
berikut ini!

se.pak (vokal a diapit oleh konsonan p dan k)


kv.kvk
bu.at (vokal u dan a diapit oleh konsonan b dan t)
di dalam bahasa idonesia, baik bahasa indonesia asli maupun unsur serapan
yang di tengah kata ada dua konsonan atau lebih yang diapit oleh vokal, pemenggalan
kata dasar selalu dilakukan di antara konsonan pertama dan kedua. di dalam bahasa
indonesia terdapat 1, 2, 3, dan 4 konsonan yang diapit oleh vokal. bentuk pemenggalan itu
seperti berikut ini.

pemenggalan kata dasar


satu konsonan dua konsonan diapit tiga konsonan diapit empat konsonan
diapit vokal vokal vokal diapit vokal
bu.ku lan.car kom.plek ek.strak
la.ri ob.ral as.tral in.struk.si
ti.ba put.ra ban.drek tran.skrip

12
2.1.1..2 pemenggalan kata jadian
pemenggalan kata jadian berbeda dengan kata dasar. pemenggalan kata jadian
dibedakan antara pemenggalan kata berimbuhan dan pemenggalan bentuk gabungan.

2.1.1.2.1 pemenggalan kata berimbuhan


di dalam pemenggalan kata berimbuhan awalan dan akhiran diperlakukan segai
satuan terpisah. untuk memenggal kata berimbuhan harus diketahui dahulu bentuk
dasarnya, karena pola yang sama dalam sebuah kata jadian mungkin mempunyai bentuk
dasar dengan pola yang berbeda. hal itu tampak dalam contoh berikut ini.

kata jadian bentuk dasar pemenggalan


mengajarkan ajar meng-a-jar-kan
mengirimkan kirim me-ngi-rim-kan

2.1.1.2.2 pemenggalan bentuk gabungan


pemenggalan bentuk gabungan dipenggal lebih dahulu atas satuan-satuannya,
kemudian alternatif pemenggalan pada satuan-satuan itu. di dalam penulisan,
pemenggalan dilakukan dapat didasarkan pada tempat yang tersedian pada bagian larik
akhir.

bentuk gabungan satuan-satuannya pemenggalan


ekstrakurikuler ekstra-kurikuler eks.tra-ku.ri.ku.ler
bagaimana bagai-mana ba.gai-ma.na
bioskop bio-skop bi-o-skop

2.1.1.2.3 pemenggalan bentuk trans an eks


bentuk pemenggalan yang sering membingungkan pemakai bahasa indonesia
adalah pemenggalan kata-kata bentuk trans dan eks. kedua bentuk itu ada yang
diperlakukan sebagai bentuk dasar dan ada yang diperlakukan sebagai bentuk kata

13
gabung. jika trans diikuti dengan bentuk terikat (diperlakukan sebagai bentuk dasar),
pemenggalan dilakukan dengan mengikuti pola kata dasar. jika trans diikuti bentuk bebas
(diperlakukan sebagai kata gabung) pemenggalan dilakukan dengan memisahkan trans
sebagai bentuk utuh. berbeda dengan pemenggalan bentuk eks, bentuk trans sulit
dibedakan antara trans yang diikuti bentuk terikat dengan trans yang diikuti bentuk
bebas. berikut ini contoh pemenggalan bentuk trans yang diikuti bentuk terikatdan trans
yang diikuti bentuk bebas,

trans diikuti bentuk terikat trans diikuti bentuk bebas


tran-sfer trans-ak-si
tran-skrip trans-mig-ra-si
tran-sla-si trans-fu-si
tran-si-si trans-por

untuk mengetahui trans diikuti bentuk terikat ata bebas, memang tidak mudah.
untuk itu sebaiknya jika akan memenggal bentuk trans, perlu diperhatikan bentuk
penggalannya, dapat berdiri sendiri ataukah tidak. apabila dapat berdiri sendiri dapat
diidentifikasi bahwa bentuk trans itu diikuti bentuk bebas. sebagai contoh kata
transmigrasi dapat dipisah antara trans dan migrasi.migrasi ternyata dapat beriri sendiri,
misalnya dalam kalimat “banyak petani yang tidak mempunyai lahan trensmigrasi ke luar
jawa”.
pemenggalan bentuk eks tidak begitu rumit. bentuk eks dapat disejajarkan
dengan bentik in atau im. apabila unsur ek dapat disejajarkan dengan bentuk in atau im,
pemenggalan dilakukan antara eks dan unsur berikutnya. berikut ini contoh pemenggalan
bentuk eks.

ek tidak mempunyai bentuk ek mempunyai bentuk sepadan in


sepadan in atau im atau im
ek.spres eks.tern/in.tern
ek.strak eks.tra/in.tra

14
ek.strem eks.pre.sif/im.pre-.sif
ek.spe.ri.men eks.trin.sik/in.trin.sik

2.1.1.2.4 pemenggalan unsur serapan asing berakhir –isme


pemenggalan unsur serapan asing berakhir -isme dapat dibedakan antara isme
yang didahului oleh huruf vokal dan -isme yang didahului huruf konsonan. pemenggalan
unsur serapan asing yang berakhir –isme yang didahului huruf vokal, dilakukan setelah
huruf vokal. pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir -isme dan didahului huruf
konsonan dilakukan sebelum huruf konsonan itu, seperti contoh berikut ini.

-isme didahului oleh vocal -isme didahului oleh konsonan


unsur serapan pemenggalan unsur serapan pemenggalan
hinduisme hin.du.is.me patriotisme pat.ri.o.tis.me
heroisme he.ro.is.me animisme a.ni.mis.me
egoisme e.go.is.me jurnalisme jur.na.lis.me

2.1.2 pemakaian huruf kapital


ada beberapa jenis kesalahan yang sering dijumpai dalam pemakaian huruf
kapital. kesalahan itu pada (1) penulisan huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang; (2) penulisan huruf pertama unsur jabatan dan
pangkat; (3) penulisan huruf pertama nama geografi; (4) penulisan huruf pertama setiap
unsur bentuk ulang sempurna pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan,serta dokumen resmi; (5) penulisan kata penunjuk hubungan kekerabatan;
(6) huruf pertama kata ganti anda; dan (7) penulian akronim.
di dalam pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan dinyatakan
bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. hal itu berarti tidak berlaku bagi penulisan gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. berikut ini contoh
penulisan gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan.
contoh:
setahun yang lalu mahaputra yamin mendapat gelar kehormatan mahaputra.

15
setelah sultan hamengkubuwono ix wafat, kedudukan sultan digantikan sultan
yang baru
seorang haji seperti haji tabrani yang suka beramal itu perlu diteladani.
penulisan huruf pertama unsur jabatan dan pangkat perlu mendapat perhatian.
penulisan huruf pertama unsur jabatan dan pangkat ditulis huruf kapital bila diikuti ama
orang.
contoh:
baru satu bulan gubernur soekarwo dilantik menjadi gubernur.
di indonesia, pangkat jendral yang pertama kali disandang oleh jendral
sudirman.

penulisan huruf pertama nama geografi, penulisan huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang sempurna pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,serta
dokumen resmi, penulisan kata penunjuk hubungan kekerabatan, huruf pertama kata
ganti anda, dan penulian akronim perlu mendapat perhatian. banyak kesalahan yang
dijumpai pada penulisan unsur-unsur itu.berikut ini contoh penulisan yang benar dan
contoh penulisan yang salah.

salah benar
ia menyeberangi selat madura ia menyeberangi selat madura
ia menyeberangi selat iamenyeberangi selat
undang-undang dasar ‘45 undang-undang dasar ‘45
silakan bapak dan ibu duduk! silakan bapak dan ibu duduk!
siapakah nama anda? siapakah nama anda?
ia seorang taruna akabri ia seorang taruna akabri.

2.1.3 penulisan kata


penulisan kata dalam ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan sudah diatur
demikian rupa, namun masih sering dijumpai beberapa kesalahan yang dilakukan oleh

16
pemakai bahasa indonesia. penulisan kata dalam ejaan bahasa indonesia yang
disempurnakan dibedakan antara penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang,
gabungan kata, kata ganti -ku, -kau, -mu, dan –nya. penulisan kata si dan sang, partikel.
kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. jika bentuk dasar berupa
gabungankata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya. bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat
awalan danakhiran sekaligus, unsur gabungankata itu ditulis serangkai.jika salah satu
unsur gabungan kata hanya dipakai sebagai kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai. jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
aturan selanjutnya ialah bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung. gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. gabungan kata, termasuk istilah khusus,
yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

berikut ini bentuk yang sering ditulis secara salah..

bentuk kata salah benar


kata turunan antar kota antarkota
ekstra kurikuler ekstrakurikuler
tuhan maha kuasa. tuhan mahakuasa
tuhan mahaesa tuhan maha esa
gabungan kata dutabesar duta besar

kata ganti jangan kau ambil milikku. jangan kauambil milikku.


kata depan baik disana maupun disini sama baik di sana maupun di sini
saja sama saja.
kemana ia pergi? ke mana ia pergi
partikel pun apapun yang terjadi, biar pun apa pun yang terjadi, biarpun
berbahaya, kendatipun dilarang, berbahaya, kendatipun dilarang,
ia tetap melakukan. ia tetap melakukan.
partikel per satu persatu karyawan itu satu per satu karyawan itu

17
menghadap pimpinan. menghadap pimpinan.
kuliah per31 agustus 2009. kuliah per 31 agustus 2009.
beasiswa dierikan perbulan. beasiswa diberikan per bulan.

2.1.4 penulisan angka


angka dipakai untuk menyatakan lambang ilangan atau nomor. ada dua macam
angka yang dipakai dalam bahasa indonesia, yaitu angka arab dan angka romawi.
pemakaian angka romawi tidak seproduktif pemakaian angka arab. pemakaian angka
romawi didasarkan pada huruf, dan hanya lazim digunakan untuk penomoran halaman
depan buku, dan untuk bilangan tingkat.
angka arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
angka romawi: i, ii, iii, iv, v, vi, vii, viii, ix, x
berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan lambang
bilangan.

jenis lambang bilangan salah benar


nilai uang rp 1.000.000,00 rp1.000.000,00
satuan waktu pukul 18. 30:15 pukul 18.30.15
bilangan tingkat anak ke 5 anak ke-5
anak ke-v anak v
lambang bilangan yang jumlah siswa 110 orang. jumlah siswa seratus
dapat dinyataan dengan sepuluh orang.
sau atau dua kata jumlah siswa lima puluh jumlah siswa 50 laki-laki,
laki-laki, dan enam puluh dan 60 perempuan.
perempuan.
pada awal kalimat 10 0rang mahasiswa sepuluh orang mahasiswa
berprestasi mendapat berprestasi mendapat
penghargaan. penghargan.
dua puluh lima mahasiswa mahasiswa berprestasi yang
berprestasi mendapat mendapat penghargaan 25
penghargaan. orang.

2.1.5 tanda baca

18
tanda baca harus dipakai secara cermat.ketidak cermatan pemakaian tanda aca
dapat mengubah makna. hal itu dapat kita lihat pada penulisan nama sunarno s.h. dan
sunarno, s.h. penulisan yang pertama tidak memakai tanda baca koma, sedang peulisan
yang kedua memakai tanda baca koma. panda penulisan yang pertama singkatan s.h.
berarti singkatan nama orang, sedang s.h. yang kedua berarti singkatan dari sarjana
hukum.tanda koma pada penulisan itu membedakan antara singkatan nama orang dan
gelar akademik. bentuk kesalahan pada pemakaian tanda baca yang seringdijumpai seperti
berikut ini.

tanda baca salah benar


tanda titik (.) ikhtisar atau daftar
1.1. 1.1
1.2. 1.2
nama orang
sb yudoyono s.b. yudoyono
gelar
sh (sarjana hukum) s.h.
a/n (atas nama) a.n. (atas nama)
an. (atas nama
d/a d.a.
tanda koma gelar akademik
prasetyo utomo m.pd. prasetyo utomo, m.pd.
tanda seru pergilah ! pergilah!

2.2 pembentukan istilah


yang dimaksud dengan istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan
cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau siat yang khas dalam bidang
tertentu. istilah dapat dibedakan antara istilah khusus dan istilah umum. menurut tim
penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa istilah khusus ialah istilah
yang pemakaiannya dan/atau maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, sedangkan
istilah umum adalah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum.
misalnya:

19
istilah khusus istilah umum
vonis ekstra
prasmanan global
debet agenda

ada beberapa sumber yang dapat dijadikan istilah dalam bahasa indonesia, yaitu
kosakata bahasa indonesia, kosa kata bahasa serumpun, dan kosa kata bahasa asing.
syarat kata indonesia yang dapat dijadikan istilah ialah kata umum baik yang lazim
maupun yang tidak lazim, yang memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan. syarat-
syarat itu ialah: (a) kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep, proses,
keadaan atau sifat yang dimaksudkan; (b) kata yang lebih singkat daripada yang lain yang
berujukan sama seperti gulma dan tumbuhan penggangggu. (c) kata yang tidak bernilai
rasa (berkonotasi) buruk dan sedap didengar, seperti tuna rungu jika dibandingkan dengan
tuli.
istilah dapat dibentuk dari kosakata bahasa serumpun. kosakata bahasa
serumpun dijadikan sumber istilah apabila di dalam bahasa indonesia tidak ditemukan
istilah yang dengan tepat dapat mengungangkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang
dimaksudkan. bahasa serumpun yang dijadikan sumber istilah baik yang lazim maupun
yang tidak lazim.
misalnya:
gambut (banjar) peat (inggris)
nyeri (sunda) pain (inggris)
bahasa asing dapat dijadikan sumber peristilahan indonesia apabila tidak
ditemukan dalam bahasa indonesia dan dalam bahasa

serumpun. pembentukan istilah baru itu dengan jalan menerjemahkan, menyerap, dan
menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing.
menerjemahkan:
samenwerking - kerjasama
penyerapan:
energy - energi

20
penyerapan dan penerjemahan sekaligus
subdevision - subbagian
tidak semua istilah asing yang dijadikanistilah baru dalam bahasa indonesia
dengan jalan diterjemahkan, diserap, dan diserap sekaligus diterjemahkan. istilah asing
yang ejaannya betahan dalam banak bahasa juga dipakai dalamahasa indonesia dengan
syarat diberi garis bawah arau dicetak miring. misalnya kata allegro moderato yang
berarti kecepatan sedang (dalam musik)

perlatihan
I. penggallah kata-kata berikut ini sesuai dengan ketentuan pedoman pemenggalan
kata!
1. eksperimen 6. fotografi 11. ekspansi
16. halalbihalal
2. eksponen 7. putra 12. pulau 17. infrastruktur
3. eksklusif 8. bioskop 13. survei 18. patriotisme
4. atmosfer 9. transplantasi 14. aerobik 19. ekstrem
5. transmigrasi 10. transaksi 15. audiovisual 20.
transliterasi

ii. penulisan akronim ada yang ditulis dengan huruf besar semua, huruf pertama saja yang
ditulis dengan huruf besar, dan ada yang ditulis dengan huruf kecil semua?.
bagaimanakah aturan penulisan akronim tersebut? jelaskan!

iii.tulis kembali kalimat-kalimat berikut ini dengan ejaan yang benar.!

21
a. ia membaca buku yang bejudul pengaruh bulan romadhon terhadap
perekonomian rakyat dari hari ke hari.
b. masihkah anda mempunyai bapak dan ibu?
c. sejak dilantik menjadi presiden, presiden megawati tinggal diistana.
d. jangan kau perhatikan kejadian ditempat itu.
e. ia mengendarai mobil dengan kecepatan 2 km permenit
f. nama ilmiah buah manggis ialah caicinia mangortama.
g. bambang prakosa s.t. (sarjana teknik) ditempat itu digaji 2 juta rupiah
perbulan.
h. tuhan maha esa, maha kasih, dan maha mengetahui.
i. tepat pukul 12:30.10 w.i.b. acara itu dibuka.
j. dua puluh lima mahasiswa mengadakan bakti sosial ke daerah terpencil.

iv.istilah-istilah asing tidak dapat begitu saja masuk ke dalam istilah bahasa indonesia.
bagaimanakah prosedur pemasukan istilah asing ke dalam bahasa indonesia? jelaskan!

bab iii
bahasa baku bahasa indonesia

standar kompetensi: memahami kaidah bahasa baku bahasa indonesia


kompetensi dasar : a. memahami ciri-ciri gramatikal kalimat baku bahasa
indonesia

22
b. memahami sebab-sebab ketidak bakuan bahasa indonesia

indikator:
1, memahami pengertian bahasa indonesia baku
2. mengidentifikasi ciri-ciri kalimat baku bahasa indonesia
3. menjelaskan kontaminasi dalam bahasa indonesia
4. memahami interferensi yang terjadi dalam bahasa indonesia
5. memahami lafal yang benar dalam bahasa indonesia baku.

tujuan
1. melalui ceramah dan tanya jawab, mahasiswa dapat memahami pengertian bahasa
indonesia baku.
2. melalui membaca intensif, mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri kalimat baku
bahasa indonesia.
3. melalui diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan peristiwa kontaminasi dalam bahasa
indonesia.
4. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami interferensi dalam bahasa
indonesia dengan enar.
5. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami lafal yang benar dalam bahasa
indonesia baku.

23
3.1 pendahuluan
bahasa indonesia baku berbeda dengan bahasa indonesia tak baku. menurut
susilo (1990:1) bahasa indonesia baku sama dengan bahasa indonesia resmi. bahasa
indonesia baku mempunyai beberapa keunggulan. salah satu keunggulan bahasa
indonesia baku ialah seragam untuk seluruh indonesia. dengan demikian bahasa indonesia
tak baku tidak seragam untuk seluruh bahasa indonesia. bahasa indonesia tak baku sama
dengan bahasa indonesia tak resmi. bahasa indonesia tak resmi sama dengan bahasa
indonesia ragam dialek.
bahasa indonesia sebagai bahasa resmi di indonesia mempunyai kedudukan yang
paling tinggi di antara bahasa-bahasa yang ada di indonesia. bahasa indonesia sebagai
bahasa yang dipakai oleh hampir seluruh bangsa indonesia mendominasi pemakaian
bahasa-bahasa di indonesia. bahasa-bahasa di indonesia dapat dibedakan antara bahasa
indonesia dan bahasa “yang bukan bahasa indonesia”. bahasa selain bahasa indonesia
jumlahnya banyak sekali di indonesia. bahasa-bahasa ini disebut bahasa daerah, dan
dipakai oleh etnis-etnis sesuai dengan nama bahasa itu. misalnya bahasa jawa dipakai oleh
sebagian besar etnis jawa, bahasa sunda dipakai oleh sebagian besar etnis sunda, bahasa
bugis dipakai oleh mayoritas etnis bugis. pemakaian ini tidak berarti bahwa bahasa daerah
hanya dipakai sebagai alat komunikasi etnis dari bahasa itu, tetapi biasanya juga dipakai
etnis lain yang bersosialisasi dengan etnis pemakai bahasa itu. misalnya bahasa jawa di
pulau jawa juga dipakai sebagai alat komunikasi oleh etnis di luar jawa yang telah lama
tinggal di pulau jawa.
bahasa indonesia mempunyai posisi yang paling tinggi di antara bahasa-bahasa
lain di indonesia, karena kedudukan bahasa indonesia telah diatur dalam undang-undang
dasar ’45. di dalam uud ’45 bab xv pasal 36 dinyatakan bahwa bahasa negara adalah
bahasa indonesia. kedudukan bahasa daerah tidak diatur secara eksplisit di dalam uud ’45.
bahasa daerah hanya diatur dalam penjelasan tentang undang-undang dasar negara
indonesia. di dalam penjelasan tentang bab xv pasal 36 uud ’45 dinyatakan “di daerah-
daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik
(misalnya bahasa jawa, sunda, madura dsb.) bahasa-bahasa itu akan dihormati dan
dipelihara juga oleh negara. bahasa-bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan
indonesia”.

24
bahasa indonesia sebagai bahasa yang dipakai oleh mayoritas bangsa indonesia
terdiri atas beberapa dialek, seperti bahasa indonesia dialek betawi, bahasa indonesia di
alek medan, bahasa indonesia dialek ambon dan sebagainya. gatot susilo membedakan
antara bahasa indonesia resmi dan bahasa indonesia tak resmi. menurut gatot susilo
(1990:1) bahasa indonesia baku bertolak dari bahasa indonesia resmi. bahasa indonesia
resmi adalah bahasa indonesia yang dipakai dalam situasi resmi.
pemakaian bahasa indonesia dapat dibedakan antra bahasa resmi dan bahasa
tidak resmi. bahasa indonesia resmi dipakai dalam situasi resmi seperti di dalam upacara-
upacara, rapat, dalam lembaga pensdidikan dan lain-lain. bahasa indonesia tak resmi
dipakai dalam situasi non-formal, atau situasi tak resmi. di dalam situasi tak resmi
masyarakat sering memakai bahasa indonesia dialek. pemakaian dialek ini cenderung
dipengaruhi oleh geografis etnis masyarakat pemakainya. masyarakat betawi cenderung
memakai bahasa indonesia dialek betawi. masyarakat batak cenderung memakai bahasa
indonesia dialek batak, dan masyarakat minangkabau cenderung memakai bahasa
indonesia dialek minangkabau. moeliono (1988: 3) menyatakan bahwa dialek atau logat
dikenal sebagai ragam daerah. pernyataan moeliono ini menyiratkan bahwa pengertian
dialek cenderung pada pemakaian ragam bahasa pada tempat tertentu.
dialek berasal dari bahasa yunani, dialektos. menurut meilet dalam ayatrohaedi
(1979:2) xiri utama dialek ialah adanye perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam
perbedaan. harimurti kridalaksana memberikan batasan dialek sebagai berikut.
variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai; variasi bahasa yang dipakai
oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu (=dialek regional), atau oleh
golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan (=dialek sosial); atau oleh
kelompok bahasawan yang hidup dalam waktu tertentu (dialek temporal)”
(kridalaksana, 1982:34).

selanjutnya kridalaksana membagi dialek menjadi empat macam (1982:34),


yaitu dialek regional, dialek sosial, dialek temporal, dan dialek tinggi. dialek regional
adalah dialek yang dipakai oleh masyarakat dalam suatu tempat tertentu, seperti dialek
betawi. dialek sosial adalah suatu dialek dalam kelompok sosial tertentu. dialek temporal
adalah dialek yang dipakai dalam waktu tertentu, seperti bahasa jawa kuno. dialek tinggi

25
adalah variasi suatu bahasa yang dianggap sebagai standar, dan merupakan dialek yang
dianggap lebih tinggi dari dialek-dialek lain.
robins (1992: 60) memberi batasan tentang dialek, yaitu kesamaan jenis
abstraksi seperti bahasa. tetapi cakupan dialek lebih sedikit penutur, dan lebih mendekati
bahasa sebenarnya yang digunakan oleh penuturnya. jadi dialek merupakan bagian dari
suatu bahasa yang luas, dengan ciri-ciri tertentu sesuai dengan ciri yang disepakati oleh
kelompok regional, sosial, dan temporal. bahasa indonesia dialek betawi adalah bahasa
yang terdapat dalam wilayah betawi, yang secara arbriter kekhasannya disepakati oleh
masyarakat betawi. demikian juga bahasa jawa kuna adalah bahasa jawa yang secara
temporal pemakaiannya disepakati oleh masyarakat jawa pada saat tertentu, yaitu pada
zaman majapahit.

3.2 bahasa baku


di samping dialek dikenal pula bahasa baku. bahasa baku merupakan bahasa
yang dianggap mempunyai tempat lebih tinggi daripada dialek. di dalam bahasa indonesia
sering terdengar imbauan agar memakai bahasa indonesia yang baik dan benar. bahasa
indonesia yang baik dan benar adalah bahasa indonesia yang berada di luar dialek
regional, maupun sosial, bahasa indonesia yang baik dan benar mencakup daerah yang
sangat luas pemakaiannya, yang dapat menembus daerah dialek regional maupun wilayah
dialek sosial. bahasa indonesia yang baik dan benar merupakan bahasa indonesia yang
standar.
indonesia sebagai negara yang mempunyai banyak bahasa memang memerlukan
bahasa persatuan. di samping bahasa indonesia, di indonesia terdapat banyak bahasa
daerah. masyarakat indonesia yang terdiri dari berbagai etnis biasanya tidak saling
memahami bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain, kecuali bagi yang
sudah lama berinteraksi dengan bahasa daerah tertentu. di samping bahasa daerah, masih
terdapat banyak dialek di dalam bahasa indonesia. pemakaian berbagai macam dialek
dalam perundang-undangan dan surat menyurat resmi akan dapat menimbulkan
kesalahpahaman, karena ada kemungkinan suatu dialek tertentu tidak dipahami oleh
pemakai dialek yang lain. oleh karena itu penting mempunyai bahasa persatuan dalam
masyarakat bahasa yang mempunyai banyak bahasa seperti di indonesia.

26
pengertian bahasa baku menurut kridalaksana mengacu pada bahasa standar.
selanjutnya kridalaksana memberi batasan bahasa standar (standard language) sebagai
berikut.: 1. ragam bahasa atau dialek yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi,
seperti dalam perundang-undangan, surat-menyurat resmi, berbicara di depan umum, dsb.;
2. bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa yang mempunyai banyak bahasa
(kridalaksana, 1982: 21).
sesuai dengan pendapat kridalaksana, sebenarnya bahasa baku juga merupakan
dialek. bahasa baku merupakan dialek yang mempunyai posisi lebih penting daripada
dialek-dialek yang lain, karena diterima untuk dipakai dalam situasi resmi. di samping itu
bahasa baku dipakai juga dalam perundang-undangan, surat-menyurat resmi, dan
berbicara di depan umum. dialek yang lain (di luar bahasa baku) kedudukannya tidak
seperti dalam bahasa baku, karena tidak dapat dipakai dalam situasi resmi, perundang-
undangan, surat-menyurat resmi dan berbicara di depan umum. pernyataan kridalaksana
tentang bahasa baku tersebut sesuai dengan pendapat robins.
menurut robins (1992: 67) yang dimaksud dengan bahasa baku ialah “sebuah
dialek atau suatu kelompok dialek yang banyak persamaannya, yang mempunyai martabat
tinggi sebagai bahasa orang terpelajar di ibu kota atau sebagai suatu kelompok masyarakat
terhormat.

bahasa indonesia yang mempunyai berbagai macam dialek memerlukan sebuah


dialek yang diakui oleh semua penutur berbagai macam dialek tersebut. dialek ini yang
disepakati sebagai alat komunikasi antar penutur berbagai macam dialek tersebut. bahasa
baku dipakai sebagai alat komunikasi lintas dialek, karena dialek yang khas dari suatu
daerah sering tidak dimengerti oleh penutur dialek lain.
robin mengatakan untuk mewakili bahasa baku menurut tradisi dan kebiasaan
diambil dari bahasa kalangan terpelajar di ibu kota sebuah negara (1992: 60). bahasa kaum
terpelajar memungkinkan untuk diambil menjadi bahasa baku, karena kalangan terpelajar
tersebar di seluruh wilayah negara. bahasa kalangan terpelajar memungkinkan untuk
menjadi bahasa ilmu pengetahuan. di samping itu antara ragam dialek yang satu dengan
dialek yang lain kadang-kadang mempunyai arti yang bertolak belakang. kata sing bahasa
jawa standar mempunyai arti yang bertolak belakang dengan sing bahasa jawa dialek

27
banyuwangi. sing dalam bahasa jawa standar berarti “yang”, sedang sing dalam bahasa
jawa dialek banyuwangi berarti “tidak”. kalimat aku sing nulis dalam bahasa jawa standar
berarti ‘saya yang menulis’ tetapi di dalam bahasa jawa dialek using berarti ‘saya tidak
menulis’. oleh karena itu bahasa baku sebagai bahasa standar sangat diperlukan.
kelompok-kelompok masyarakat tertentu, waktu, dan geografi memang
cenderung menimbulkan terbentuknya dialek suatu bahasa. oleh karena itu perlu adanya
suatu dialek yang diakui oleh semua kelompok masyarakat. dialek inilah yang disebut
bahasa baku. bahasa baku menurut moeliono (1988: 14) mempunyai empat fungsi, yaitu:
fungsi pemersatu, fungsi pemberi khasan, fungsi pembawa kewibawaan, dan fungsi
sebagai kerangka acuan.
bahasa baku diharapkan dapat mempersatukan masyarakat yang terdiri dari
berbagaimacam etnis dan bahasa ataupun masyarakat-masyarakat yang memakai berbagai
macam dialek. di negara-negara tertentu bahasa sering menimbulkan masalah yang dapat
mengganggu stabilitas politik maupun keamanan suatu negara. di philipina, pemakaian
bahasa tagalok sebagai bahasa nasional ternyata menimbulkan kecemburuan bagi
masyarakat di luar suku tagalok (samsuri, 1985: 27). di philipina bahasa tagalok justru
tidak mempersatukan berbagai macam suku dengan berbagai macam bahasa. hal ini
berbeda dengan di indonesia. bahasa melayu yang kemudian menjadi bahasa indonesia,
diakui oleh semua etnis di indonesia untuk diangkat sebagai bahasa resmi, bahasa yang
menjadi alat komunikasi berbagai macam etnis. oleh karena itu bahasa indonesia dapat
berperan sebagai pemersatu.
bahasa baku berfungsi pemberi khasan, berarti bahwa bahasa baku sebagai suatu
dialek yang diakui oleh pemakai berbagai macam dialek mempunyai ciri khas tersendiri
dibanding dialek-dialek yang lain. kekhasan bahasa baku ini dapat diterima oleh pemakai
dialek di luar bahasa baku. bahasa baku berfungsi pembawa kewibawaan, karena adanya
suatu dialek yang diakui oleh seluruh masyarakat di suatu negara dapat menimbulkan
kewibawan di hadapan negara lain. bahasa indonesia baku berbeda dengan bahasa melayu
sdingapura maupun bahasa melayu malaysia. bahasa indonesia baku khas bahasa
indonesia yang dipakai oleh masyarakat terpelajar di indonesia. bahasa baku menjadi
kerangka acuan, karena bahasa baku mempunyai kaidah dan gramatika yang jelas. bahasa
baku adalah bahasa yang standar, bahasa yang menjadi pedoman.

28
3.3 bahasa indonesia baku
telah dikemukakan oleh robins (1992: 67) bahwa bahasa baku adalah sebuah
dialek orang-orang terpelajar di ibukota yang banyak persamaannya sebagai bahasa
kelompok masyarakat terhormat. bertitik tolak dari pendapat robins dapat dikemukakan
bahwa bahasa indonesia baku adalah bahasa indonesia ragam dialek yang mempunyai
martabat tinggi, yang menjadi bahasa orang terpelajar sebagai bahasa kelompok
masyarakat terhormat di indonesia .
gatot susilo (1990: 1) memberi batasan bahasa indonesia baku seperti berikut:
“bahasa indonesia baku ialah bahasa indonesia yang baik dan benar, bahasa indonesia
yang serius, bahasa indonesia yang tertib, bahasa indonesia yang sangkil, bahasa indonesia
yang resmi, bahasa indonesia yang menjadi ukuran (patokan)”.
bahasa indonesia baku tidak hanya baik, tetapi harus benar, bahasa yang baik
seperti bahasa yang dipakai dalam karya sastra belum tentu benar. bahasa indonesia baku
merupakan perpaduan antara bahasa yang baik dan benar. pengertian benar dalam bahasa
indonesia baku terutama harus memenuhi kaidah gramatika dalam bahasa indonesia.
bahasa indonesia yang tertib harus taat asas, harus konsisten. bahasa indonesia
yang tidak tertib merupakan hasil pelanggaran dari pemakai bahasa. unsur interferensi
merupakan contoh ketidaktertiban dalam bahasa indonesia. ragam bahasa yang dipakai
penyiar siaran lagu-lagu dalam siaran radio swasta seperti “terima kasih atas atensinya”
merupakan contoh ketidaktertiban bahasa indonesia. di dalam bahasa indonesia sudah ada
kata ‘perhatian’, oleh karena itu tidak perlu memakai kata ‘atensi’.
bahasa indonesia yang sangkil adalah bahasa indonesia yang tepat guna. setiap
unsur yang ada di dalam bahasa itu harus mempunyai fungsi, sesuai dengan fungsi yang
dikehendaki oleh penutur. pemakaian unsur-unsur yang tidak tepat di dalam suatu kalimat
dapat menimbulkan kesalahpahaman. unsur-unsur itu dapat berupa gramatika, pemakaian
kosa kata, dan pemakaian ejaan di dalam bahasa tulis, serta ketepatan lafal di dalam
bahasa lisan.
bahasa indonesia resmi adalah bahasa indonesia yang dipakai dalam situasi
resmi. yang dimaksud situasi resmi menurut susilo (1990: 1) bahwa bahasa itu mempunyai
taraf reasional, mempunyai sifat kenegaraan, menyangkut kepentingan bangsa

29
(masyarakat, umum), serius, dipenuhi gagasan (ide, pikiran). dengan syarat-syarat yang
dikemukakan oleh gatot susilo di atas, bahasa indonesia resmi memungkinkan untuk dapat
dipakai oleh seluruh masyarakat indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnis dan
bahasa daerah. dalam situasi tidak resmi, bahasa daerah ataupun ragam dialek di luar
ragam dialek baku dapat dipakai oleh masyarakat indonesia. pemakaian bahasa daerah
atau ragam dialek non-baku tersebut justru akan lebih menimbulkan situasi akrab dan
kekeluargaan, karena ragam dialek non-baku dan bahasa daerah mengandung unsur-unsur
budaya setempat, dan tidak terkesan formal. di dalam bahasa jawa misalnya, pemakaian
bahasa jawa di dalam situasi tidak resmi mengandung unsur budaya unggah-ungguh
masyarakat jawa, karena bahasa jawa ragam ngoko, krama, dan krama inggil tidak dapat
diterapkan pada semua orang.
bahasa indonesia mempunyai berbagai macam ragam dialek. adanya berbagai
ragam dialek di dalam bahasa indonesia, perlu adanya satu dialek yang dapat dijadikan
patokan bagi dialek-dialek yang lain. sebagai bahasa orang terpelajar, bahasa indonesia
baku memungkinkan untuk dijadikan patokan (ukuran) bagi dialek-dialek yang ada di
dalam bahasa indonsia.

3.4 ciri-ciri kalimat baku bahasa indonesia


kalimat menurut alwi dkk.. (2000: 311) “bagian terkecil ujaran atau teks
(wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan”. susilo (1990: 2)
mengemukakan lima ciri kalimat bahasa indonesia. kelima ciri tersebut ialah: bermakna,
bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang lain,
berjeda, dan berakhir dengan berhentinya intonasi (berintonasi selesai). kelima ciri
tersebut adalah ciri umum sebuah kalimat. kalimat yang memenuhi kelima ciri tersebut
merupakan kalimat bahasa indonesia, namun belum menjamin bahwa kalimat itu kalimat
baku. sebagai contoh kalimat “di tempat itu dijadikan pertemuan bagi pihak yang bertikai
di poso.” kalimat ini bukan kalimat baku meskipun memenuhi kelima ciri kalimat di atas.
unsur subyek tidak tampak dalam kalimat itu.
ciri-ciri kalimat baku menurut susilo (1990: 4) yaitu: gramatikal, masuk akal,
bebas dari unsur yang mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interferensi, sesuai
dengan ejaan yang berlaku, dan sesuai dengan lafal bahasa indonesia.

30
3.4.1 ciri gramatikal
kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku harus memenuhi kaidah yang
ada. kalimat baku bahasa indonesia harus memenuhi kaidah yang berlaku di dalam bahasa
indonesia. kaidah-kaidah tersebut menurut susilo (1990: 4) harus memenuhi tata kalimat
(sintaksis), tata frase (frasiologi), tata morfem (morfologi, dan tata fonem (fonemik,
fonologi).
kalimat bahasa indonesia secara gramatika paling tidak harus terdiri atas subjek
dan predikat. kedua unsur tersebut harus dipenuhi. sebuah kalimat mungkin tanpa objek
atau keterangan, tetapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. unsur subjek
dan predikat merupakan dua unsur yang mempunyai sifat saling ketergantungan. unsur
subjek tidak akan bermakna tanpa predikat, demikian juga unsur predikat. kalimat george
w. bush kehilangan akal untuk menemukan keberadaan usamah terdiri atas unsur subjek
george bush, unsur predikat kehilangan akal, dan unsur keterangan untuk menemukan
keberadaan usamah. apabila unsur keterangan dalam kalimat tersebut dihilangkan,
kalimat tersebut masih berterima. namun apabila salah satu unsur subjek atau predikat
dihilangkan, akan kehilangan makna.
moeliono (1988: 260) menyatakan bahwa kalimat tunggal yang terdiri atas dua
konstituen, dilihat dari aspek sintaktisnya selalu berupa subjek dan predikat. kalimat di
tempat itu sering dilanda banjir secara gramatika tidaklah baku. unsur subjek dalam
kalimat tersebut tidak jelas. kalimat itu terdiri atas dua konstituen, yaitu di tempat itu dan
sering dilanda banjir. konstituen-konstituen itu masing-masing di tempat itu menduduki
jabatan keterangan , sering dilanda predikat, dan banjir sebagai objek. unsur predikat dan
objek merupakan satu frasa, karena kedua unsur itu mempunyai hubungan yang sangat
erat. kalimat di tempat itu sering dilanda banjir bukanlah kalimat baku, karena unsur
subjeknya tidak ada. pemakaian kata depan yang tidak terkontrol sering mengaburkan
fungsi jabatan frase dalam suatu kalimat. pemakaian kata depan “di” pada kalimat itu
justru mengaburkan fungsi subjek. karena subyek diawali dengan kata depan “di”, maka
fungsi subyek pada kalimat tersebut berubah menjadi keterangan tempat.
di dalam sebuah kalimat, unsur subjek dan predikat bersifat tunggal. unsur
keterangan di dalam sebuah kalimat dapat terdiri atas dua atau lebih, tetapi unsur subjek

31
dan predikat harus tunggal. menurut susilo (1990: 5) kalimat yang mempunyai subyek
ganda menjadikan suatu kalimat menjadi tidak baku.
kalimat tanah ini akan dibangun kampus unesa secara gramatika tidak dapat
dikatakan baku. unsur subjek dalam kalimat tersebut tidak jelas, karena kalimat itu dapat
di ubah susunannya menjadi kampus unesa akan dibangun tempat ini. apabila ada
pertanyaan “apa yang akan dibangun?” jawabannya dapat tempat ini atau kampus unesa.
dengan demikian kalimat tersebut memiliki subjek ganda. timbulnya subjek ganda pada
kalimat ini akibat ketidakcermatan pemakaian kata depan. apabila frase tempat ini diawali
dengan kata depan di, frase di tempat ini akan berfungsi sebagai keterangan tempat. oleh
karena itu kalimat itu akan menjadi baku jika menjadi kampus unesa akan dibangun di
tempat ini.
ciri gramatikal kalimat bahasa indonesia baku yang lain subjek tidak diawali
kata depan (susilo, 1990: 6). pemakaian kata depan yang mengawali subjek justru akan
mengubah fungsi subjek itu sendiri. kalimat dalam rapat itu membicarakan kenaikan spp
merupakan kalimat bahasa indonesia yang tidak baku. unsur subyek tidak jelas dalam
kalimat itu. frase membicarakan memenuhi ciri sebagai predikat, tetapi frase dalam rapat
itu tidak dapat dikatakan sebagai subjek. dalam rapat itu lebih tepat berfungsi sebagai
keterangan. pemakaian kata depan dalam justru mengaburkan fungsi subjek. kalimat itu
menjadi baku apabila dihilangkan kata dalam. rapat itu membicarakan kenaikan spp.
unsur subjek diduduki oleh frase rapat itu.
di dalam sebuah kalimat unsur subjek dan predikat bersifat tunggal. subjek atau
predikat yang ganda membuat sebuah kalimat tidak baku. menurut moeliono (1988: 260-
261) subjek mudah dikenali karena tidak mengkin berupa kata ganti tanya. kalimat siapa
pulang? bukanlah kalimat baku. kata pulang tidak dapat menduduki fungsi subjek.
demikian juga siapa sebagai kata ganti tanya tidak mungkin menduduki jabatan subjek.
kalimat siapa pulang? merupakan kalimat yang berpredikat ganda. untuk menjadikan
kalimat itu baku, maka salah satu predikat harus dikembalikan fungsinya sebagai subjek.
kalimat itu menjadi baku apabila menjadi siapa yang pulang?. kalimat ini dapat diubah
susunannya menjadi yang pulang siapa? frase yang pulang sebagai subjek, dan siapa
sebagai predikat.

32
menurut cook (1971) dan elson (1969) (dalam tarigan, 1993: 8) kalimat adalah
satuan bahasa yang secara relaif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola akhir dan yang
terdiri dari klausa. pendapat cook dan elson ini mengandung tiga syarat untuk sebuah
kalimat. pertama sebuah kalimat harus dapat berdiri sendiri. karena kalimat harus dapat
berdiri sendiri, kalimat itu harus bermakna tanpa dihubungkan dengan kalimat yang lain.
sebagai contoh dua kalimat berikut ini. pencuri itu tewas dibakar massa. sehingga
identitasnya sulit dikenali. kalimat pertama dapat kita pahami maknanya meskipun tanpa
kehadiran kalimat kedua. tetapi kalimat kedua sehingga identitasnya sulit dikenali tidak
dapat kita pahami secara sempurna makna kalimat tersebut, tanpa kehadiran kalimat
pertama. kalimat kedua bukanlah kalimat baku karena tidak dapat berdiri sendiri . di
samping itu kalimat kedua juga bukan klausa, karena klausa paling tidak harus terdiri atas
subjek dan predikat.
ciri kalimat baku bahasa indonesia yang lain adalah ciri permutasi. menurut
susilo (1990: 8) kalimat baku tidak mengalami kejanggalan setelah mengalami
perpindahan letak frase (permutasi). kalimat bahasa indonesia terdiri atas urutan frase,
bukan urutan kata. frase-frase di dalam sebuah kalimat dapat kita ubah susunannya tanpa
terjadi perubahan makna, dan mengalami kejanggalan. apabila sebuah kalimat mengalami
kejanggalan setelah mengalami perubahan letak frase menunjukkan bahwa kalimat
tersebut bukan kalimat baku. sebagai contoh kalimat, tempat ini akan dibangun kampus
unesa bila dipermutasikan sebagai berikut.
permutasi kalimat tidak baku:
tempat ini akan dibangun kampus unesa.
tempat ini kampus unesa akan dibangun.
akan dibangun kampus unesa tempat ini.
akan dibangun tempat ini kampus unesa.
kampus unesa tempat ini akan dibangun.
kampus unesa akan dibangun tempat ini.

kejanggalan kalimat-kalimat hasil permutasi di atas akan semakin jelas jika


dibandingkan dengan hasil permutasi kalimat yang baku berikut ini.
permutasi kalimat baku:

33
di tempat ini akan dibangun kampus unesa.
di tempat ini kampus unesa akan dibangun.
akan dibangun kampus unesa di tempat ini.
akan dibangun di tempat ini kampus unesa.
di tempat ini akan dibangun kampus unesa.
di tempat ini kampus unesa akan dibangun.

kalimat baku bahasa indonesia dapat ditandai dari ciri-ciri sintaksisnya. menurut
sumowijoto (1980b: 12) ciri-ciri sintaksis kalimat baku bahasa indonesia dapat ditandai
dari ciri inversi, ciri fungsi, dan ciri rekonstruksi (permutasi). ciri inversi adalah
perubahan pola subjek-predikat menjadi predikat-subjek. ciri fungsi merupakan peran
tiap-tiap kata dalam suatu kalimat. apabila sebuah kata dapat dihilangkan tanpa mengubah
makna suatu kalimat, merupakan indikasi bahwa suatu kata tidak memunyai fungsi. ciri
rekonstruksi (permutasi) adalah ketidakjanggalan suatu kalimat bila dipermutasikan atas
frase-frasenya.
hubungan predikat verbal transitif dengan objek penderita dalam kalimat baku
perlu mendapatkan perhatian. predikat verbal transitif mempunyai hubungan yang erat
dengan objek. kalimat baku menurut susilo (1990: 8) hubungan predikat transitif dengan
obyek penderita tidak boleh “terganggu” oleh kata depan.antara predikat verbal transitif
dengan objek merupakan satu kesatuan yang membentuk frasa. oleh karena itu antara
predikat verbal transitif dengan objek penderita tidak dapat disisipi oleh kata depan.
penyisipan kata depan akan mengacaukan fungsi objek. kalimat narkoba membahayakan
bagi masyarakat berpredikat verbal transirif. karena berpredikat vercal transirif, kalimat
tersebut perlu dilengkapi dengan objek. yang menjadi pertanyaan yang manakah objek
dalam kalimat tersebut? hubungan antara predikat dan objek sangat erat, tidak bisa
dipisahkan. kalau frasa bagi masyarakat dianggap sebagai objek, hal itu tidak mungkin,
karena frase itu dapat dipisahkan dengan predikat. apabila dipermutasikan menjadi bagi
masyarakat narkoba membahayakan. dari kemampuan unrtuk permutasi tersebut frase
bagi masyarakat lebih tepat menduduki fungsi sebagai keterangan. namun karena kalimat
tersebut kalimat verbal transirif, objek mutlak diperlukan. ketidakbakuan kalimat narkoba
membahayakan bagi masyarakat sebenarnya terletak pada kesalahan menempatkan kata

34
depan antara predikat verbal transitif dengan objek pebnderita. apa bila kata depan “bagi”
dihilangkan, kalimat ini menjadi baku.
pemakaian bentuk pasif aspek, agens, dan verba perlu mendapat perhatian dalam
kalimat. aspek merupakan kategori gramatikal verba yang menunjukkan lama dan jenis
perbuatan seperti (kridalaksana, 1982: 16). agens adalah pelaku, nomina yang
menampilkan perbuatan atau memulai suatu kejadian. pemakaian bentuk pasif “aspek +
agens + verba” harus dipakai secara taat asas (susilo, 1990: 9).
hubungan antara “aspek, agens, dan verba” bentuk pasif di dalam bahasa
indonesia bersifat baku. urutan antara aspek, agens, dan verba tidak dapat diubah-ubah.
perubahan urutan aspek, agens, dan verba apabila diubah menimbulkan kalimat yang tidak
baku. kalimat masalah itu kami sudah laporkan kepada pimpinan merupakan contoh
pemakaian bentuk pasif “aspek+agens+verba” yang tidak konsisten, karena susunannya
diubah menjadi “agens+aspek+verba”. untuk menjadikannya kalimat baku susunannya
harus dikembalikan menjadi “aspek+agens+verba”, sehingga menjadi masalah itu sudah
kami laporkan kepada pimpinan.
ketidakbakuan kalimat bahasa indonesia juga dapat diakibatkan oleh pemakaian
morfem terikat yang tidak tepat. kata dirubah dan merubah merupakan contoh pemakaian
morfem terikat yang tidak tepat. kata rubah di dalam bahasa indonesia berarti anjing yang
bermoncong panjang. bentuk kata dirubah dan merubah merupakan bentuk kata kerja.
kata dirubah dan merubah merupakan merupakan bentuk yang tidak baku. seharusnya
kata itu diubah” dan “mengubah” karena berasal dari kata dasar “ubah”.
pemakaian morfem yang tidak tepat akan tampak lebih jelas apabila berada
dalam konteks kalimat. penutup surat atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih
menampakkan gejala pemakaian morfem terikat yang tidak tepat. morfem –nya pada kata
perhatiannya bermakna sebagai kata ganti orang ketiga. padahal di dalam surat kita
berkomunikasi dengan orang kedua. seharusnya ucapan terima kasih tersebut ditujukan
kepada orang kedua sebagai orang yang dituju dalam kalimat tersebut.
ketidak bakuan dalam pemakaian awalan me- seperti terjadi pada pemakaian
bentuk kait-mengkait, mengetrapkan, menyintai, menyontoh, menyubit (badudu, 1981: 53-
54). konsonan “k” di dalam bahasa indonesia apabila didahului awaalan me- maka
konsonan ‘k” akan luluh, kemudian muncul bentuk “meng-“. jadi bentuk yang benar

35
adalah kait-mengait, bukan kait-mengkait. kata mengetrapkan sebenarnya berasal dari kata
terap. kata itu apabila mendapat imbuhan me-kan, seharusnya menjadi menerapkan,
bukan mengetrapkan. kata menyintai, menyontoh, menyubit berasal dari kata dasar cinta,
contoh, dan cubit. konsonan “c” jika didahului awalan me-, bentuk me- akan berubah
menjadi men- sedang “c” tidak luluh. oleh karena itu bentuk yang benar adalam
mencintai, mencontoh, dan mencubit.

3.4.2 kata-kata mubazir dalam bahasa indoneasia


pemakaian kata-kata di dalam sebuah kalimat harus diperhitungkan fungsinya.
apabila ada unsur kata yang tidak berfungsi di dalam sebuah kalimat, akan menimbulkan
kalimat yang tidak baku. kata-kata mubazir tersebut dapat ditandai, apabila unsur kalimat
tersebut dihilangkan, tidak akan mengubah makna kalimat. menurut susilo (1990: 10)
kata-kata mubazir ialah kata-kata yang tidak berarti dan berfungsi. karena kata-kata
mubazir tidak berfungsi dan berarti, maka kata-kata itu tidak diperlukan.
unsur mubazir dalam sebuah kalimat dapat disebabkan oleh pengaruh bahasa
asing. misalnya kata adalah dalam kalimat gadis itu adalah mahasiswa unesa. kata
adalah merupakan pengaruh to be (is) dalam bahasa inggris. the girl is unesa student. kata
kopula is dalam bahasa inggris merupakan sendi kalimat, dan tidak boleh ditinggalkan
(badudu, 1980: 132). struktur bahasa indonesia berbeda dengan struktur bahasa ingris.
pemakaian kata adalah dalam konteks kalimat gadis itu adalah mahasiswa unesa tidak
diperlukan dalam bahasa indonesia.
pemakaian dua kata yang bermakna sama dalam sebuah kalimat merupakan
unsur yang mubazir, seperti pemakaian kata demi untuk, agar supaya, amat sangat, mulai
dari, sejak dari. seharusnya cukup salah satu saja yang dipakai, demi atau untuk, agar atau
supaya, amat atau sangat, mulai atau dari, sejak atau dari. tidak perlu kedua-duanya
dipakai.

3.4.3 kontaminasi
kontaminasi berarti rancu atau kacau. kontaminasi di dalam bahasa indonesia
berarti kerancuan akibat munculnya dua bentuk yang sama, yang kemudian dicampur
adukkan. karena kontaminasi merupakan kerancuan, maka kontaminasi kalimat

36
merupakan unsur yang tidak baku. gatot susilo menyatakan kontaminasi perancuan dua
makna, dua unsur, atau dua struktur (1990: 10). karena kontaminasi merupakan perancuan
dua makna, dua unsur, atau dua struktur, biasanya dapat dikembalikan pada bentuk
asalnya.
perancuan di dalam bahasa indonesia oleh badudu (1980: 16) dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu: kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk frasa, dan kontaminasi
bentuk kalimat. kontaminasi bentuk kata merupakan perancuan yang diakibatkan oleh
pembentukan kata-kata baru. pembentukan kata-kata baru itu didasarkan pada bentuk kata
yang sudah ada, paling tidak berasal dari dua bentuk yang dipadukan menjadi satu. kata
dipelajarkan merupakan unsur kontaminasi yang berasal dari dua bentuk, yaitu dipelajari
dan diajarkan. penggabungan dua kata ini menimbulkan bentuk kontaminasi
dipelajarkan. bentuk mengenyampingkan juga merupakan bentukan yang rancu. kata ini
berasal dari kata dasar samping kemudian diikuti kata depan ke, menjadi ke samping. kata
ke samping ini kemudian mendapat imbuhan me-kan, menjadi mengesampingkan. namun
di samping itu juga ada bentuk samping yang mendapat imbuhan me-kan, menjadi
menyampingkan. antara mengesampingkan dan menyampingkan kemudian dirancukan
menjadi mengenyampingkan.
kalimat bahasa indonesia terdiri atas frasa-frasa. frasa adalah gabungan dua kata
atau lebih yang sifatnya tidak predikatif (kridalaksana, 1982: 46). kalimat berulang kali ia
telah dinasihati terdiri atas tiga frasa, yaitu berulang kali, ia dan telah dinasihati. bentuk
frasa berulang kali menurut badudu (1980: 23) merupakan bentuk frasa yang rancu.
berulang kali berasal dari kata berulang-ulang dan berkali-kali. kedua frasa itu kemudian
dirancukan menjadi berulang kali.
kontaminasi kalimat tampak dalam kalimat mahasiswa dilarang tidak boleh
memalsu tanda tanga daftar hadir. apabila dikemukakan pertanyaan terhadap kalimat
tersebut apa yang dilarang? jawabnya adalah tidak boleh memalsu tanda tangan daftar
hadir (tidak memalsu tanda tangan daftar hadir). makna kalimat ini justru bertolak
belakang dengan maksud sebenarnya. tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir
(tidak memalsu tanda tangan daftar hadir) justru dilarang. berarti boleh, atau harus.
kerancuan kalimat tersebut dapat dikembalikan pada bentuk aslinay sebagai berikut.
-mahasiswa dilarang memalsu tanda tangan dsftsr hadir.

37
-mahasiswa tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir.

3.4.4 interferensi
bahasa indonesia dalam perkembangannya mendapat banyak masukan dari
unsur-unsur bahasa daerah maupun dari bahasa asing. unsur bahasa daerah yang masuk ke
dalam bahasa indonesia seperti masuknya kosa kata bahasa daerah seperti mantan, nyeri,
gambut, timbel dan sebagainya. kosa kata bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa
indonesia dari berbagai macam bahasa. kosa kata yang berasal dari bahasa belanda seperti
kata lapor, polisi, kantor. kosa kata dari bahasa inggris seperti pada kata ekonomi,
biografi, remidi dan sebagainya. kosa kata dari bahasa arab seperti pada kata pasal, wakaf,
wajib, wahyu dan sebagainya. kosa kata dari bahasa portugis seperti pada kata nona,
permen, jendela dan sebagainya.
masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa indonesia
dapat menguntungkan dan merugikan bahasa indonesia. menurut gatot susilo (1990: 11)
unsur yang memperkaya bahasa indonesia dapat diterima sebagai unsur serapan.
sedangkan unsur yang memiskinkan ditolak karena merugikan bahasa indonesia.
interferensi bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa indonesia
diseababkan penguasaan bahasa daerah dan bahasa asing masyarakat pemakai bahasa
indonesia. penguasaan beberapa bahasa akan saling mempengaruhi. interferensi tidak
hanya terjadi di dalam bahasa indonesia saja. bahasa daerah pun sering mendapat
interferensi dari bahasa indonesia dan bahasa asing.
pada uraian tentang kata mubazir di atas telah disebutkan bahwa pemakaian
kata adalah yang tidak berfungsi dalam suatu kalimat merupakan pengaruh dari to be
dalam bahasa inggris, yaitu is. dipandang dari sudut pengaruh dari bahasa inggris
pemakaian adalah merupakan interferensi dari bahasa asing, yaitu bahasa inggris.

38
interferensi dari bahasa daerah seperti tampak pada kata sekolahan dalam
konteks kalimat saya akan berangkat ke sekolahan. kata sekolahan interferensi dari
bahasa jawa. di dalam bahasa jawa kalimat itu seharusnya berbunyi saya akan berangkat
ke sekolah. interferensi dari bahasa jawa yang lain seperti pemakaian kata latihan pada
konteks kalimat anak-anak sedang latihan drama. di dalam bahasa indonesia akhiran –an
berfungsi untuk membentuk kata benda, sedangkan kata latihan berfungsi sebagai kata
kerja.

3.4.5 lafal bahasa indonesia baku


pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa indonesia masih sering dipakai
secara tidak konsisten oleh masyarakat.
indonesia mempunyai bahasa daerah yang ratusan jumlahnya. di samping itu
bahasa indonesia mempunyai berbagai macam ragam dialek. pengaruh bahasa daerah dan
dialek dalam lafal bahasa indonesia baku sangat besar. lafal bahasa indonesia baku
menurut badudu (1980: 115) lafal yang tidak memperdengarkan “warna” bahasa daerah,
dialek, dan warna lafal bahasa asing.
ketidakbakuan dalam bidang lafal bahasa indonesia akibat pengaruh bahasa
daerah seperti lafal t yang dilafalkan oleh penutur bahasa bali. lafal t pada kata kota bagi
etnis bali akan diucapkan seperti th bahasa jawa pada bunyi bathi (untung). ketidakbakuan
dalam bidang lafal sering kita jumpai akibat pengaruh bahasa daerah.
ketidakbakuan akibat pengaruh bahasa asing dalam bidang lafal seperti pada
pelafalan kata pasca. kata pasca pada suku kata ca seharusnya dilafalkan ca seperti pada
kata beca. namun sering dilafalkan dengan ka seperti pada kata suka. kata pasca berasal
dari bahasa sansekerta yang berarti sesudah. kata pasca sering dikacaukan dengan kata
paskah, yaitu peringatan wafat dan kebangkitan isa almasih. ketidak bakuan lafal akibat
pengaruh bahasa asing yang lain seperti pelafalan kata unit seperti pada kata koperasi unit
desa. seharusnya kata itu kita lafalkan apa adanya seperti yang tertulis, tetapi sering orang
melafalkan dengan yunit, seperti lafal aslinya dalam bahasa inggris. karena kata unit sudah
menjadi unsur serapan, seharusnya diperlakukan seperti pelafalan dalam bahasa indonesia.

39
3.5 rangkuman
bahasa baku adalah bahasa standar, yaitu suatu dialek bahasa orang terpelajar,
dan dipakai dalam situasi resmi. bahasa baku mempunyai kedudukan yang lebih penting
daripada dialek yang lain. bahasa baku berfungsi sebagai pemersatu, pemberi khasan,
pembawa kewibawaan, dan sebagai kerangka acuan.
bahasa indonesia baku merupakan bahasa indonesia ragam dialek yang
mempunyai martabat tinggi, menjadi bahasa orang terpelajar sebagai bahasa kelompok
masyarakat terhormat di indonesia. bahasa indonesia baku juga bahasa yang baik dan
benar, serius, tertib, sangkil. bahasa ini dipakai dalam situasi resmi, dan menjadi patokan
bagi bahasa indonesia ragam dialek yang lain.
bahasa indonesia baku sebagai bahasa indonesia yang menjadi patokan bagi
berbagai macam dialek mempunyai beberapa ciri. ciri-ciri bahasa indonesia baku ialah
gramatikal, tidak terdapat kata-kata mubazir, tidak mengandung kontaminasi, dan tidak
ada interferensi dari bahasa daerah maupun bahasa asing.
kalimat baku bahasa indonesia harus gramatikal. kalimat baku harus memenuhi
kaidah yang ada. kaidah-kaidah itu ialah tata kalimat, tata frase, tata morfem, dan tata
fonem. di dalam tata kalimat, unsur subyek dan predikat bersifat tunggal.kalimat yang
mempunyai subjek atau predikat ganda bukanlah kalimat baku.
pemakaian kata depan yang mengawali subjek membuat kalimat menjadi tidak
baku, karena kata depan itu dapat mengubah fungsi subjek menjadi keterangan. kalimat
baku juga tidak mengalami kejanggalan apabila mengalami perubahan letak frase. ciri
gramatikal yang lain hubungan predikat verbal transitif dengan objek penderita tidak boleh
disisipi kata depan. penyisipan kata depan akan mengacaukan fungsi objek untuik predikat
verbal transitif.
pemakaian bentuk pasif aspek+agens+verba yang taat asas juga menunjukkan
ciri kalimat baku. urutan anatara aspek+agens+verba bentuk pasif dalam bahasa indonesia
tidak dapat diubah-ubah. perubahan urutan antara aspek, agens, dan verba menjadikan
kalimat tidak baku.
ketidakbakuan juga dapat disebabkan oleh pemakaian morfem terikat yang tidak
tepat. pemakaian kata ganti orang ketiga –nya dalam penutup surat merupakan contoh
pemakaian morfem yang tidak tepat. penutup surat ditujukan kepada orang kedua, bukan

40
kepada orang ketiga. oleh karena itu tidak baku bila menutup dengan kalimat atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
jika sebuah kalimat ada unsur yang dihilangkan tidak mengubah makna dan
fungsi masing-masing frasa, kalimat itu tidak baku karena ada unsur yang mubazir. kata-
kata mubazir ialah kata-kata yang tidak berarti dan tidak berfungsi di dalam sebuah
kalimat. pemakaian kata mubazir dalam sebuah kalimat dapat diakibatkan oleh pengaruh
bahasa asing seperti is di dalam bahasa inggris.
kontaminasi adalah kerancuan akibat perpaduan dua bentuk, dua struktur yang
bermakna sama. kontaminasi di dalam bahasa indonesia dibedakan menjadi tiga macam:
kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk frasa, dan kontaminasi bentuk kalimat.
akibat adanya kontaminasi kalimat, dapat membuat makna kalimat menjadi bertolak
belakang dengan makna yang dimaksudkan oleh penulis atau pembicara.
bahasa indonesia dalam perkembangannya mendapat banyak masukan dari
bahasa daerah maupun bahasa asing. masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke
dalam bahasa indonesia dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan bahasa
indonesia. unsur yang memperkaya bahasa indonesia dapat diterima sebagai unsur
serapan, sedang unsur yang memiskinkan harus ditolak karena merugikan perkembangan
bahasa indonesia. unsur bahasa daerah dan bahasa asing yang merugikan dan
memiskinkan bahasa indonesia membuat kalimat tidak baku.

perlatihan
1. bahasa indonesia baku harus obyektif, ringkas, dan padat. ubahlah kalimat-kalimat
berikut ini menjadi kalimat baku!
a. banyaknya jumlah sampah yang menyumbat gorong-gorong itu saya
kira merupakan bukti rendahnya kesadaran masyarakat untuk menanggulangi
bahaya banjir.
b. berlarut-larutnya penanganan lumpur lapindo kiranya merupakan
bukti betapa sulitnya mengatasi musibah itu.
c. pendidikan agama di sekolah dasar tidak akan terlaksana dengan baik
tanpa adanya dukungan dari orang tua dalam keluarga.

41
d. nilai etis tersebut di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup
bagi setiap warga negara indonesia.
e. banjir yang melanda kota itu membuktikan alangkah sulitnya
mengatasi banjir di perkotaan.

2. kata-kata berikut ini merupakan kata-kata berciri baku dan kata-kata tidakbaku. carilah
sepuluh kata berciri baku dari kata-kata berikut ini!
jadwal nasihat jadual atmosfir nasehat kwalitas

varietas analisis apotek definisi kwitansi karir

aktivitas aktifitas kuitansi karier konkrit atlit

konkret membikin lantaran ketimbang kondite varitas

3. pilih sepuluh bentukan kata berciri baku dari bentukan kata berikut ini!
berkuliah mengkikis mengikis mentaati
menyubit melola menerjemahkan kekecilan terlalu
kecil menerapkan menterapkan menaati ketabrak
tertabrak memperlebar mencubit memperlebarkan.
mengelola

4. kalimat berikut ini berciri tidak bakul, karena ketidakjelasan fungsi subyek atau
predikat.jadikanlah kalimat yang berciri baku!
a. kegagalan panen itu karena kemarau terlalu panjang.
b. di tempat itu sering dilanda banjir pada waktu musim penghujan.
c. untuk mencapai prestasi, memerlukan kerja keras.
d. kepada para undangan diharap hadir tepat waktu.
e. kesulitan itu karena tingkah lakunya sendiri.
***

42
daftar pustaka

alwi, hasan dkk. 2000. tata bahasa baku bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka.

departemen pendidikan dan kebudayaan. 1999. kamus besar ahasa indonesia. jakarta:
balai pustaka.

halim, amran. 1979. pembinaan bahasa nasional. jakarta: pusat pembinaan dan
pengembangan bahasa depdikbud.

43
pusat pembinaan dan pengembangan bahasa depdikbud. 1984. politik bahasa nasional.
jakarta: balai pustaka.

sumowijoyo, gatot susilo. 1990. “kalimat baku bahasa indonesia” makalah penataran
bahasa indonesia untuk karyawan pmdu jawa timur. surabaya: ikip surabaya..

sumowijoyo, gatot susilo.2000. pos jaga bahasa indonesia. surabaya: unipress universitas
negeri surabaya.

yonohudiyono, e. dan jack parmin (penyunting). 2007. bahasa indonesia keilmuan: mata
kuliah pengemangan kepribadian. surabaya: unesa university press.

yulianto, bambang. 2007. mengembangkan menulis teknis. surabya. unesa university


press.

bab iv

44
penulisan karya ilmiah

standar kompetensi: memahami sistematika penulisankarya ilmiah


kompetensi dasar : a. memahami ciri-ciri karya ilmiah b.
memahami sistematika karya ilmiah

indikator:
1, memahami pengertian karya ilmiah
2. mengidentifikasi jenis karya ilmiah
3. memahami cara pembatasan topik dengan diagram pohon dandiagram jam
4. memahami tatacara pengutipan dalamkarya ilmiah
5. memahami tatacara penulisan daftar rujukan dalam karya ilmiah.

tujuan
1. melalui ceramah dan tanya jawab, mahasiswa dapat memahami pengertian karya ilmiah
denghan benar
2. melalui membaca intensif, mahasiswa mengidentifikasi jenis karya ilmiah dengan
tepat
3. melalui diskusi, mahasiswa melakukan pembatasan topik dengan diagram pohon
dengan tepat
4. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami tatacara pengutipan dengan
benar
5. setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami penulisan daftar rujukan
dengan benar

45
4.1 pendahuluan
dalam kegiatan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan pada empat keterampilan
berbahasa: menyimak, wicara, membaca dan menulis. empat keterampilan berbahasa itu
mempunyai kuantitas yang bereda-beda. kegiatan menyimak mempunyai kuantitas yang
paling tinggi, disusul wicara, membaca dan menulis. keempat keterampilan berbahasa itu
dapat dibedakan menjadi keterampilan reseptif, yaitu menyimak dan membaca, dan
keterampilan produktif, yaitu wicara dan menulis. keempat keterampilan berbahasa itu
daqpat menunjukkan tahapan tingkat intelektualitas seseorang. manusia sejak lahir,
bahkan nada yang berpendapat sejak di dalam kandungan telah melakukan kegiatan
menyimak, kegiatan yang paling dasar. seseorang dapat duduk berjam-jam untuk
mendengarkan sesuatu. sejak nenek moyang kita dulu, telah mempunyai tradisi
menyimak. orang dapat melihat pagelaran wayang kulit semalam suntuk, namun tidak
akan tahan duduk membaca dalam waktu satu jam saja. tingkat beriktunya adalah wicara.
keterampilan berbicara erada satu tingkat di atas menyimak. kemampuan berbicara dulu
dimiliki oleh para filsof. mereka berorasi di pasar-pasar dan di tempat keramaian. dengan
berpidato mereka dapat menyebarkan ajaran filsafatnya.
kegiatan membaca dan menulis mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.
dengan membaca ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diserap.untuk menyerap ilmu
pengetahuan dan teknologi orang perlu membaca. ilmu pengetahuan dan teknologi
diharapkan dapat membuat manusia sejahtera. oleh karena itu ilmu pengetahuan dan
teknologi harus diamalkan. untuk itu ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditulis agar
dibaca orang. ilmu pengetahuan dan teknologi akan punah jika tidak ditulis. nenek
moyang kita mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bidang kontruksi, hal itu dapat
dibuktikan dengan berdirinya candi borobudur, candi prambanan, perahu phinisi, dan lain
sebagainya. namun kemampuan itu tidak didokumentasi dalam bentuk tulis, sehingga
menjadi punah. itulah pentingnya karya tulis agi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. oleh karena itu tradisi penulisan, khususnya penulisan karya ilmiah perlu
dimiliki oleh orang-orang terpelajar.

46
4.2 karya ilmiah
karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah
tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan (prayitno dkk., 14-15). sesuai
dengan definisi itu, esensi dari karya ilmiah adalah mengkaji suatu masalah. selajutnya
dalam mengkaji masalah itu menggunakan kaidah-kaidah pengetahuan. brotowijoyo
(1985:8-9) menyatakan bahwa karya ilmiah adalah karya berdasarkan ilmu pengetahuan
yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan
benar.
menilik isi yang terkandung di dalamnya, karya ilmiah dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu karya ilmiah subresmi dan karya ilmiah (yonohudiyono dan suyono,
2001:31). karya ilmiah subresmi ialah karya ilmiah yang model penulisannya tidak
ditentukan secara lengkap, misalnya cukup judul, pendahuluan, isi, penutup, dan bahan
pustaka. yang termasuk ke dalam karya ilmiah subresmi adalah makalah, artikel, jurnal
dan sebagainya. karya ilmiah resmi ialah karya ilmiah yang model penulisan dan urut-
urutannya sudah ditentukan secara lengkap. dalam karya ilmiah ini mempunyai
sistematika yang baku, seperti : judul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, latar
belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metodologi penelitian, analisis, daftar
pustaka, dan lampiran.

4.2.1 karya ilmiah subresmi


makalah adalah tulisan ilmiah yang membahas pokok masalah tertentu. tanjung
dan ardial (2007:7) menyatakan bahwa makalah adalah karya tulis yang memuat
pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan
runtut dengan disertai analisis yang logis dan obyektif. makalah sebagai tulisan ilmiah,
penulisannya mengikuti langkah-langkah tertentu. langkah-langkah itu ialah menentukan
topik, masalah, dan tujuan. topik berbeda dengan tema. tema adalah pikiran atau
gagasan sentral yang mendasari sebuah karya ilmiah, sedangkan topik adalah hal pokok
ang diungkapkan atau dituliskan dalam karangan. tema merupakan gagasan dasar yang

47
mendasari sebuah karya ilmiah (suparno dan yunus, 2007:3.3). tema merupakan gagasan
yang memayungi topik. di dalam karya ilmiah, tema tentang “korupsi di indonesia” dapat
diwujudkan dalam topik karangan ilmiah “upaya pencegahan korupsi sejak dini”.
sumber topik dapat digali dari berbagai sumber, baik sumber tertulis maupun
sumber tidak tertulis. sumber tertulis dapat dari buku, surat kabar, jurnal. sumber tidak
tertulis dapat berasal dari radio, televisi, hasil diskusi dengan teman, dan kejadian-
kejadian yang ada di masyarakat. topik juga dapat berasal dari permintaan perorangan,
instansi, atau lembaga tertentu apabila makalah itu memenuhi permintaan seminar.
yonohudyono dan parmin (2007:28) mengemukakan tiga alternatif untuk
menemukan topik. ketiga alternatif itu ialah brainstorming, perenungan, formula
jurnalistik, pertanyaan klasik. brainstorming adalah proses berfikir untuk mengungkapkan
semua ide yang terlintas di dalam benak penulis. perenungan merupakan upaya untuk
berfikir analisis-logis dengan berkonsentrasi pada masalah tertentu. formula jurnalistik
tentu sudah tidak asing bagi para siswa sma, yaitu formula 5 w dan 1 h (who, what,
when, where, why, dan how). pertanyaan klasik dapat dipakai untuk menemukan topik
yang baru. pertanyaan klasik itu: apakah topik ini menghasilkan seperangkat definisi? apa
perbedaan dan persamaan topik ini dengan topik yang lain? apa yang dikatakan orang
tentang topik ini?
topik yang terlalu luas akan membuat tulisan menjadi dangkal, di samping dapat
merembet ke mana-mana. untuk itu topik harus dibatasi. untuk membatasi topik dapat
dilakukan dengan diagram pohon seperti berikut ini.

korupsi

diberantas dicegah dihentikan

sejak dini sejak awal sejak munculnya gejala korupsi

48
pembelajaran budi pekerti pembelajaran anti korupsi kantin kejujuran

di pasar di sekolah di supermaket

dari diagram pohon di atas dapat ditentukan topik makalah, yaitu “korupsi dapat dicegah
sejak dini melalui kantin kejujuran di sekolah-sekolah”.

judul makalah hendaknya dapat mencerminkan dengan tepat masalah yang


dibahas. judul hendaknya sesuai dengan topik, singkat, bentuk frasa dan lugas. judul
hendaknya dapat memiliki daya tarik bagi pembaca. misalnya “kantin kejujuran upaya
mencegah korupsi sejak dini”.
langkah selanjutnya adalah menyusun kerangka karangan. makalah yang tidak
terlalu panjang, bisa jadi tidak perlu disusun krangka karangan. sistematika makalah
terdiri atas pendahuluan termasuk permasalahan, pembahasan, dan penutup. namun
apabila penulis merasa perlu, ada baiknya menyusun kerangka karangan. bentuk
kerangka karangan itu seperti berikut:
topik : korupsi dapat dicegah sejak dini melalui kantin kejujuran di
sekolah-sekolah
judul : kantin kejujuran upaya mencegah korupsi sejak dini
a. pendahuluan
b. pembahasan
1. akibat korupsi bagi negara dan bangsa
2. kantin kejujuran upaya untuk mencegah korupsi
a. pengelolaan kantin kejujuran
b. kelebihan kantin kejujuran
c. kelemahan kantin kejujuran
3. upaya untuk mengatasi ketidakjujuran
a. penyadaran oleh teman dekat

49
b. penyadaran melalui guru agama
c. melalui slogan-slogan/imbauan yang dipasang di dinding kantin
c. simpulan

(1) bagian pendahuluan


bagian pendahuluan berisi latar belakang pemilihan topik, masalah, dan tujuan.
bagian pendahuluan adalah bagian yang paling awal dicermati oleh pemaca. oleh karena
itu dalam bagian awal harus diupayakan dapat menarik minat pembaca. dalam latar
belakang hendaknya dijelaskan mengapa penulis memilih topik itu. penulis menunjukkan
penti gnya topik itu diangkat menjadi makalah. masalah apa yang timbul dalam topik itu,
dan apa tujuan penulisan itu.

(2) bagian pembahasan


bagian pembahasan merupakan bagian utama, atau bagian isi. bagian ini memuat
uraian-uraian pokok masalah yang telah disebutkan pada pendahuluan. pada bagian ini.
dalam pembahasan penulis dapat memakai teknik deduktif atau induktif. dalam makalah
deduktif pembahasan dimulai dengan penyajian teori yang relevan, kemudian dilanjutkan
dengan penyajian fakta yang mendukung teori (e. yonohudyono dan jack parmin, 2007:
45). dalam makalah deduktif teori digunakan langsung pada bagian pembahasan terpadu
dengan interpretasi dan relevansi teori. dalam makalah induktif, jawaban pemecahan
masalah berdasarkan pengamatan empiris. analisis dimulai dari penyajian fakta,data,
diikuti dengan penarikan simpulan.

(3) bagian penutup


bagian penutup berisi simpulan dan saran. penyimpulan berisi hasil pembahasan
sesuai dengan permasalahan dan tujuan penulisan makalah pada bagian pendahuluan.
dengan demikian simpulan merupakan jawaban dari permasalahan. simpulan juga harus
sesuai dengan tujuan penulisan.hubungan antara masalah, tujuan, dan simpulan harus
sinkron. saran disampaikan oleh penulis berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam
makalah. apabila topik makalah berkenaan dengan “kantin kejujuran”, aran dapat berisi:
“kantin kejujuran efektif untuk melatih dan membentuk siswa berlaku jujur, tidak

50
melakukan korupsi dalam skala kecil meskipun tidak diawasi. oleh karena itu kantin
kejujuran perlu diselenggarakan di sekolah-sekolah sebagai upaya penanggulangan
korupsi bagi generasi muda sebagai calon penerus bangsa.”

(4). kutipan
apabila kita perhatikan makalah ini, penulis mengemukakan pendapat orang lain
yang berasal dari buku yang ditulis. pendapat orang lain itu ditandai dengan adanya
keterangan dalam tanda kurung, seperti (yonohudyono dan jack parmin, 2007:45),
(suparno dan yunus, 2007:3.3). pendapat orang lain itu memperkuat pendapat yang
dikemukakan oleh penulis. pendapat itu dapat diambil dari buku, majalah, atau dari hasil
wawancara. pendapat yang dikutip itu biasa disebut kutipan. prabawa (2000:185)
menyatakan bahwa kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang,
atau ucapan orang terkenal yang terdapat dalam buku, majalah, jurnal, surat kabar,
antologi, hasilpenelitian, dan penerbitan-penerbitan lain. praawa (2000) menyatakan
bahwa tujuan membuat kutipan: (a) sebagai barang buktgi untuk menunjang pendapat
penulis; (b) sebagai bahan bukti untuk membedakan dengan endapat penulis; (c) sebagai
bahan bukti untuk perbandingan dengan pendapat penulis; dan (d) sebagai bahan bukti
yang disanggah penulis.
kutipan dibedakan antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. kutipan
langsung adalah kutipan yang langsung mengambil dari sumber asli, tanpa mengubah
bahasanya. kutipan tidak langsung adalah kutipan yang hanya mengambil inti sarinya
saja, sedang bahasa yang dituangkan dalam kutipan memakai bahasanya penulis sendiri.

(a) kutipan langsung


contoh kutipan langsung:
ratih sang (el-shirazy, 2008) dalam cover belakang novel ayat-ayat cinta (2008)
menyatakan “ membaca ayat-ayat cinta ini membuat angan-angan kita melayang-layang
ke negeri seribu menara dan merasakan ‘pelangi’ akhlak yang menghiasi pesona-
pesonanya”.

51
kurtipan di atas langsung mengutip pendapat ratih sang sesuai dengan kalimat
yang tertulis dalam teks, tanpa mengubah kalimatnya. apabila kutipan di atas dijadikan
kutipan tak langsung seperti berikut ini. ratih sang (el-shirazy, 2008) menyatakan bahwa
angan-angannya dibawa melayang-layang ke negeri seribu menara dan merasakan
gambaran berbagai akhlak dengan pesona-pesonanya setelah membaca ayat-ayat cinta.
kutipan langsung yang lebih empat puluh kata ditulis tanpa tanda kutip dan
terpisah dari kata yang mendahului. penulisan berjarak satu spasi, dan jarak dari margin
kiri dan margin kanan tujuh ketukan. kutipan langsung itu seperti berikut ini.
\el –shirazy (2008:378) menggambarkan ketegasan aisha agar suaminya menikahi maria
seperti berikut ini.
“ini jadikan mahar untuk maria. waktunya sangat mendesak. sebelum
maghrib kau harus sampai di penjara. jadi kau harus segera menikah dan
melakukan petunjuk dokter untuk menyadarkan maria”. kata-kata aisha
begitu tegas tanpa ada keraguan, setegas perempuan-perempuan
palestina ketika menyuruh suaminya berangkat ke medan jihad.

(b) kutipan tidak langsung


kutipan tidak langsung, apabila keterangan kutipan mendahului teks, nama
pengarang ditempatkan di luar tanda kurung, tetapi apabila keterangan kutipan
diletakkan sesudah teks, nama pengarang diletakkan dalam tanda kurung. berikut ini
contoh kedua kutipan itu.

keterangan kutipan mendahului teks.


menurut sugito (2009, 225) apabila ujian nasional dihapuskan, sulit mengukur
mutu standar pendidikan nasional.

keterangan kutipan diletakkan sesudah teks


apabila ujian nasional dihapuskan, sulit mengukur mutu standar pendidikan
nasional (sugito, 2009:225).

52
kutipan tidak langsung ditulis dua orang
kutipan langsung yang ditulis oleh dua orang penulisan sumber kutipan
sebagai berikut.
nasution dan tarigan (2008: 120) menyatakan ..................
atau
.........................................(nasution dan tarigan, 2008: 120)

kutipan tidak langsung ditulis tiga orang atau lebih


kutipan tidak langsung yang ditulis oleh tiga orang atau lebih cukup ditulis
nama akhir pengarang pertama dengan diikuti kata “dan kawan-kawan” dengan disingkat
dkk. misalnya apabila penulis mengutip sebuah buku yang ditulis oleh tiga orang yang
bernama bambang suseno, cahya sudarta, dan mulyadi idris, penulisannnya sebagai
berikut.
suseno dkk. (2001: 25) berpendapat bahwa .........................
atau
...........................................................(suseno dkk., 2001:25)

kutipan tidak langsung bila kutipan bersumber dari kutipan lain


kutipan tidak langsung bila kutipan bersumber dari kutipan lain ditulis sebagai
berikut.
mawardi (dalam sutrisno, 2009:260) menyatakan bahwa ..........
atau
.............................................(mawardi dalam sutrino, 2009: 260).
tanda di atas berarti pengutip mengutip pendapat mawardi yang sumbernya
berasal dari buku sutrisno yang mengutip pendapat mawardi.

(5) daftar rujukan (daftar pustaka)

53
daftar rujukan atau daftar pustaka adalah daftar yang berisi identits buku-buku,
artikel-artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai relevansi dengan tulisan
yang sedang dikerjakan (prayitno dkk., 2000:196). daftar pustaka merpakan kelengkapan
dari kutipan. di bagian kutipan, pembaca hanya dapat melihat sumber kutipan berupa
pengarang, tahun terbit, dan halaman buku yang dikutip. judul buku, penerbit, dan kota
terbit tidak disebutkan dalam kutipan. hal itu dapat dimaklumi, karena kalau ditulis
sumbernya secara lengkap akan memakan tempat, dan kemungkinan sebuah rujukan akan
ditulis berulang-ulang. oleh karena itu dalam kutipan cukup ditulis nama pengarang, tahun
terbit, dan halaman. data lain dapat dilihat pada daftar pustaka, atau daftar rujukan.
daftar pustaka berisi data seperti berikut.
 nama pengarang, dengan nama akhir diletakkan di bagian depan, dipisahkan
tanda koma. gelar akademik tidak ditulis.
 tahun terbit
 judul
 tempat terbit
 nama penerbit
contoh:
lindsay, david. 1986. penuntun penulisan ilmiah: a guide to scientific writing.
penerjemah suminar setiati achnadi. jakarta: universitas indonesia.

prinsip-prinsip penyusunan daftar pustaka


 urutan daftar pustaka disusun secara alfabet sesuai huruf awal nama pengarang
 jarak antar baris dalam satu rujukan adalah satu spasi.
 jarak antar rujukan dengan rujukan lain dua spasi
 baris pertama setiap rujukan dimulai dari margin kiri, baris kedua dan
seterusnya dimasukkan ke dalam 3 – 7 ketukan.

penulisan nama
 nama pengarang bila lebih satu kata, bagian akhir diletakkan di depan, dipisahkan
tanda koma.

54
 nama tionghoa tidak dibalik, karena unsur pertama nama tionghoa berupa nama
keluarga.
 jika pengarang dua orang, keduanya ditulis dihubungkan kata dana.
purwo, bambang kaswanti dan rahayu, endang sulistyo.
 jika pengarang tiga orang atau lebih cukup nama pengarang pertama saja yang
ditulis, diikuti kata dan kawan-kawan yang disingkat (dkk.) jika sebuah buku ditulis
oleh tiga orang: cahyo kumolo, sucipto, dan gunawan, dalam penulisan daftar
rujukan cukup ditulis kumolo, cahyo dkk.

tahun terbit
jika beberapa rujukan berasal dari buu yang erbeda, ditulis oleh pengarang yang
sama dan tahun terbit yang sama, urutannya didasarkan pada abjad huruf pertama judul
buku, dengan ciri pembeda huruf sesuai abjad.
contoh:
arifin, zainal. 1990a. pedoman urat-menyurat indonesia. jakarta: penyear ilmu.
arifin, zainal. 1990b. surat-menyurat resmi. jakarta: dinamika swadaya.

judul
judul buku dicetak miring, ditulis setelah tahun terbit, dan diakhiri tanda titik.
apabila ditulis tangan atau diketik dengan mesin ketik manual, judul buku diberi garis
bawah, sebagai ganti cetak miring, seperti pada contoh di atas. judul artikel atau makalah
ditulis di antara tanda petik.
contoh penulisan judul artikel:
utomo, andi. 18 januari 2009. “pandemi virus flu burung h5n1”. surya, hal. 4.

rujukan dari internet


dalam rujukan dari internet berupa karya individual nama penulis ditulis
seperti rujukan bahan cetak. setelah penuliwan judul, rujukan diberi keterangan (online),
diakhiri dengan alamat sumber rujukan disertai keterangan waktu diakses di antara tanda
kurung.
contoh:

55
hithcock, s. carr, l. & hall, w. 2008. a. survey of stm onlines journals, 1990-1995. the
calm before the storm. (online), (http:/journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey
html, diakses 27 november 2009).
dalam penulisan rujukan dari internet berupa artikel dari jurnal, nama penulis
ditulis seperti rujukan bahan cetak (buku), diikuti tahun, judul artikel, nama journal
dicetak miring, dengan diberi keterangan (online) dalam tanda kurung, diikuti volume dan
nomor, diakhiri dengan alamat sumber rujukan, dan diberi keterangan waktu pengaksesan
di dalam tanda kurung.
contoh:
basuki, sulistyo. 2008. “dampak penghapusan ujian nasional terhadap mutu pendidikan di
indonesia”. jurnal ilmu pendidikan, (online), vol. 3 no. 4 (http//www.malang.ac.id,
diakses 28 november 2009)

b. artikel ilmiah
penulisan artikel ilmiah pada prinsipnya sama dengan penulisan makalah.
artikel ilmiah biasanya dimuat dalam majalah ilmiah atau jurnal. ada lima langkah dalam
menulis artikel ilmiah. kelima langkah itu ialah: (1) pengembangan gagasan; (2)
perencanaan naskah; (3) pengembangan paragraf; (4) penulisan draf; (5) finalisasi
pengembangan gagasan dalam penulisan artikel ilmiah adalah pengembangan
gagasan dalam berpikir ilmiah. gagasan dalam berpikir ilmiah dapat berupa hasil berpikir
konseptual, misalnya “pembelajaran anti korupsi melalui kantin kejujuran”, atau hasil
penelitian seperti “pengaruh situasi keluarga terhadap prestasi siswa”. bagian-bagian
sistematika artikel ilmiah seperti berikut.
judul
nama penulis
abstrak
kata kunci
pendahuluan
isi
penutup
daftar pustaka

56
judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, isi, penutup, dan daftar rujukan.

judul
judul artikel harus diusahakan menarik pembaca, informatif, judul hendaknya
memberi gambaran yang jelan tentang materi dan ruang lingkup masalah yangakan
dibahas. judul jangan terlalu panjang. judul dan anak judul (kalau ada) ditu;is pada baris
paling atas, dengan jarak dari atas kurang lebih 3 cm.judul dan anak judul ditulis dengan
huruf kapital semua. judul dengan anak judul (kalau ada) dipisahkan dengan tanda titik
dua.

nama penulis
nama penulis ditulis di bawah judul, dengan tanpa mencantumkan gelar
akademik. nama lembaga dapat ditulis di bawah nama penulis, atau ditempatkan di
bagian bawah sebagai catatan kaki. apabila artikel ilmiah ditulis dua orang, nama penulis
ditulis sejajar, di bawah judul.

abstrak
abstrak adalah seperangkat pernyataan yang ditulis secara ringkas dan padat
bagian-bagian penting dari artikel yang ditulis. abstrak hendaknya ditulis dalam 50
sampai 200 kata, berisi tentang topik, masalah, tujuan, dan hasil penelitian. abstrak
ditulis dalam satu paragraf, apabila artikel ditulis dalam bahasa indonesia, abstrak
sebaiknya ditulis dalam bahasa inggris, dan apabila artikel ditulis dalam bahasa inggris,
abstrak sebaiknya ditulis dalam bahasa indonesia.

kata kunci
kata kunci ialah kata pokok yang menggambarkan wilayah yang diteliti,
menggambarkan ranah wilayah yang dibahas. jumlah kata kunci antara 3 sampai lima

57
kata. kata kunci tidak harus diambil dari kata-kata yang tercantum dalam judul karya
ilmiah.

pendahuluan
pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan. apabila dalam
karya ilmiah resmi rumusan masalah dan tujuan menjadi subbab tersendiri, dalam artikel
ilmiah latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan diintergrasikan menjadi satu. dalam
bagian ini juga berisi kajian teori, yang dalam karya ilmiah resmi menjadi bab tersendiri.

isi
isi merupakan bagian inti dari penulisan artikel ilmiah. bagian ini merupakan
bagian yang terpenting bagi artikel ilmiah konseptual maupun artikel ilmiah penelitian.
isi berisi kupasan, analisis, argumentasi, keputusan, dan pendirian atau sikap penulis
mengenai masalah yang dibicarakan. yang perlu ditampilkan dalamm penelitian ini ialah
kupasan argumentatik, analitik, dan kritis dengan sistematika yang runtut dan logis.

penutup
penutup berisi simpulan dan saran. simpulan berarti hasil dari pembahasan.
bagian ini menyampaikan ringkasan hasil penelitian atau pemikiran. simpulan harus
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan. simpulan dalam sistematika penulisan artikel
ilmiah dikemukakan dalam rangka membulatkan argumen, hasil analisis, sintesis, dan
interpretasi atas hasil suatu penelitian. impulan pada dasarnya mencerminkan butir-butir
penting dari penelitian yang dilakukan dan dikembangkan pada pembahasan.

4.2.2. karya ilmiah resmi


karya ilmiah resmi mempunyai sistematika yang lebih rinci dibandingkan karya
ilmiah subresmi. yang termasuk karya ilmiah resmi ialah laporan penelitian termasuk
skripsi, tesis, disertasi, buku teks. karya ilmiah resmi secara umum mempunyai

58
sistematika seperti karya ilmiah subresmi, yaitu pembuka, isi, dan penutup. namun tiap-
tiap bagian itu dirinci lagi lebih detil. sistematika karya ilmiah resmi sebagai berikut.
pendahuluan
1. halaman judul
2. halaman pengesahan
3. halaman persembahan dan moto
4. kata pengantar
5. daftar isi
6. daftar tabel/bagan/gambar
7. daftar singkatan
8. abstrak

bagian isi
1. bab pendahuluan
a. latar belakang
b. rumusan masalah
c. tujuan penelitian
d. manfaat penelitian
2. landasan teori
3. metode penelitian
a. pendekatan penelitian
b. sumber data dan data penelitian
c. teknik pengumpulan data
d. teknik analisis data
4. hasil dan pembahasan
5. simpulan

bagian penutup
1. daftar pustaka
2. lampiran

59
halaman judul
halaman judul adalah halaman setelah cover laporan penelitian. halaman itu
memuat judul, ditulis dibagian atas dengan huruf kapital yang relatif besar. di bawahnya
ditulis penyataan keperluan, misalnya: “diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program sarjana sastra inggris”. di bawah pernyataan itu tempat
logo instansi yang menaunginya. nama penulis ditulis di bawah logo. bagian lembaga
penyelenggara. paling bawah tahun penyusunan.

halaman persetujuan
halaman persetujuan berisi persetujuan dari pembimbing bahwa karya ilmiah
itu telah sampai pada suatu tahap tertentu. kalau karya ilmiah itu berupa skripsi, tesis,
atau disertasi pembimbing telah menyetujui bahwa penulis karya ilmiah itu dapat maju
ujian untuk mempertanggungjawabkan karya ilmiahnya. halaman persetujuan itu terdiri
atas: nama penulis, judul tulisan, tanggal persetujuan, dan tanda tangan pembimbing.

halaman pengesahan
halaman pengesahan biasa terdapat pada karya ilmiah resmi yang dihasilkan
oleh mahasiswa , yang karya ilmiah itu harus dipertanggungjawabkan isinya di depan
penguji. halaman pengesahan itu berisi pernyataan bahwa penguji mengesahkan karya
ilmiah itu telah memenuhi persyaratan, penulisnya mencapai gelar akademik tertentu.
karya ilmiah itu ditandatangani penguji dan diketahui pimpinan jurusan dan pimpinan
fakultas.

motto/persembahan
halaman motto/persembahan biasanya berisi motto atau persembahan. halaman
motto biasanya berisa kata-kata mutiara yang dapat menjadi sikap hidup atau sumber
semangat bagi penulis. motto dapat diambil dari berbagai sumber seperti kitab suci,
pendapat para filsuf, kata-kata mutiara, atau berasal dari penulis sendiri. persembahan
diberikan penulis kepada seseorang yang sangat berarti di dalam hidup penulis. sosok

60
yang dapat persembahan bisa orang tua, nenek, kakak, adik, pacar, suami, isteri, anak,
bahkan bisa kepada tuhan.

kata pengantar

kata pengantar dimaksudkan sebagai pengantar pada karya ilmiah yang telah
ditulis oleh penulis. yonohudyono dan suhartono (2005:58) berpendapat bahwa hal-hal
yang perlu diungkapkan pada kata pengantar adalah:
(1) puji syukur kepada tuhan
(2) judul
(3) garis besar isi
(4) hambatan dalam proses penyusunan
(5) ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memantu
(6) saran dan kritik
(7) harapan
(8) penyebutan tempat, tanggal, bulan, dan tahun

abstrak
abstrak sudah dibicarakan pada bagian penulisan karya ilmiah subresmi. namun
ada perbedaan sedikit antara penulisan abstrak karya ilmiah subresmi dan karya ilmiah
resmi. dalam karya ilmiah subresmi abstrak cukup satu paragraf, dalam jarak satu spasi.
dalam karya ilmiah resmi karena lebih luas dibanding karya ilmiah subresmi, abstrak
paling banyak satu halaman kertas a4.
bagian isi dan seterusnya akan dipelajari lebih lanjut di tingkat perguruan
tinggi . untuk tahap pertama yang perlu dipelajari, adalah penulisam makalah dan
penulisan artikel. da baiknya di sekolah-sekolah menerbitkan majalah yang menyediakan
ruangan untuk penulisan karya ilmiah, sabagai bahan latihan para siswa.

c. penutup
agar terampil menulis karya ilmiah, seseorang harus menguasai beberapa hal.
pertama, ia harus banyak membaca, terutama bacaan karya ilmiah. kedua, harus

61
menguasai teori menulis karya ilmiah. ketiga, , ia harus banyak berlatih menulis karya
ilmiah. hanya dengan banyak berlatih seorang penulis akan mencapai sukses.
karya ilmiah dibedakan antara karya ilmiah subresmi dan karya ilmiah rsmi.
yang termasuk karya ilmiah subresmi yaitu makalah dan artikel jurnal. sistematika karya
ilmiah subresmi lebih sederhana dibanding dengan karya ilmiah resmi. untuk menulis
karya ilmiah subresmi penulis harus menguasai sistematika penulisan karya ilmiah itu,
termasuk penguasaan menyusun abstrak kata kunci, kutipan dan daftar pustaka. karya
ilmiah resmi sistematikanya lebih rumit daripada karya ilmiah subresmi.
karya ilmiah berbeda dengan karya kreatif. penulisan karya ilmiah mempunyai
sistematika yang harus ditaati oleh penulis. kreatifitas penulisan tidak diperlukan dalam
penulisan karya ilmiah. oleh karena itu sistematika, teknik pengutipan, teknik penulisan
daftar pustaka harus dikuasai oleh penulis.

\daftar pustaka

lindsay, david. 1986. penuntun penulisan ilmiah: a guide to scientific writing. penerjemah
suminar setiati achnadi. jakarta: universitas indonesia.

prayitno, harun joko dkk. (ed). 2000. pembudayaan penulisan karya ilmiah. surakarta:
muhammadiyah university press.

suparno. 2000. langkah-langkah penulisan ilmiah: dalam menulis artikel ilmiah untuk
jurnal. malang: universitas negeri malang.

suparno dan mohamad yunus. 2007. keterampilan dasar menulis. jakarta: universitas
terbuka.

62
tanjung, h. bahdin nur dan h. ardial. 2.007. pedoman penulisan karya ilmiah (proposal,
skripsi, dan tesis): dan mempersiapkan diri menjadi penulis artikel ilmiah.
jakarta: kencana.

yonohudyono dan suhartono. 2005. bahasa indonesia keilmuan: mata kuliah pengembang
kepribadian. surabaya: unesa university press.

yonohudiyono, e dan jack parmin. 2007. bahasa indonesia kilmuan. surabaya: unesa
university press.
bab v
penelitian tindakan kelas

standar kompetensi : memahami penelitian tindakan kelas


kompetensi dasar : memahami hakikat penelitian tindakan kelas
melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk
perbaikan pembelajaran

indikator:
1, menjelaskan konsep penelitian tindakan kelas
2. tujuan penelitian tindakan kelas
3. manfaat penelitian tindakan kelas
4. mengidentifikasi karakteristik penelitian tindakan kelas
5. prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas

tujuan
1. setelah mempelajari materi dalam buku pelatihan, peserta dapat menjelaskan konsep
penelitian tindakan kelas dengan tepat.
2. setelah mempelajari materi dalam modul pelatihan, peserta dapat memahami tujuan
penelitian tindakan kelas dengan benar.

63
3. setelah mempelajari materi dalam modul pelatihan, peserta dapat mengidentifikasi
karakteristik penelitian tindakan kelas dengan tepat.
4. setelah mempelajari materi dalam modul pelatihan, peserta dapat memahami manfaat
penelitian tindakan kelas dengan tepat.
5. setelah mempelajari materi dalam modul pelatihan, peserta dapat memahami prosedur
penelitian tindakan kelas

5.1. pendahuluan
bagi seorang guru untuk dapat mengajar secara profesional tidak cukup hanya
dibekali oleh penguasaan materi saja. guru dalam proses belajar-mengajar menghadapi
murid dalam satu kelas yang mempunyai eragam karakteristik. padahal dalam prktik
seorang guru dalam satu hari dapat menghadapi beberapa kelas murid. seorang prajurit
yang baik, dalam berperang harus menguasai medan perang. demikian pula guru, seorang
guru harus memahami berbagai macam karakter murid, karena keberhasilan proses
belajar-mengajar tidak ditentukan oleh penguasaan materi saja.
dalam proses belajar mengajar, guru yang baik adalah guru yang kreatif dan
inovatif. segala potensi yang ada hendaknya dimanfaatkan untuk menunjang keberhasilan
proses belajar-mengajar. guru yang baik harus mencoba dan mencoba mengembangkan
potensi yang dimiliki demi keberhasilan proses belajar mengajar. seiring dengan
kemajuan teknologi, model pembelajaran dan media pembelajaran pun sudah
berkembang dengan pesat. guru yang kreatif dan inovatif jika ditunjang dengan media dan
model pembelajaran yang sesuai akan mendorong murid khususnya dan sekolah pada
umumnya memperoleh prestasi yang maksimal. salah satu upaya yang dapat dilakukan
oleh guru yang kreatif dan inovatif dalam mencapai proses belajar-mengajar dengan hasil
yang maksimal adalah melakukan eksperimen. eksperimen itu dapat dilakukan dengan
penelitian tindakan kelas (ptk).

5.1.1 pengertian ptk

64
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia sudah lama dilakukan.
salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan itu ialah adanya perubahan
kurikulum pendidikan dari waktu-ke waktu. namun harus disadari pula bahwa kurikulum
bukannya satu-satunya penunjang mutu pendidikan. banyak faktor yang dapat menunjang
keberhasilan mutu pendidikan seperti sarana dan prasarana, adanya guru yang berkualitas,
dan kesiapan mental murid dalam belajar. ptk merupakan salah satu upaya untuk menuju
peningkatan mutu pendidikan.
penelitian tindakan kelas (ptk) sudah berkembang sejak perang dunia ii
(ardiana dan kisyani, 2004:6). namun di indonesia baru akhir-akhir ini saja mendapat
perhatian yang serius. namun bukan berarti sebelumnya tidak pernah diadakan penelitian
tindakan kelas. ptk merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu action
research yang dilakukan di kelas. penelitian tindakan kelas di indonesia sebenarnya sudah
lama dilakukan. skripsi mahasiswa fakultas ilmu pendidikan, atau mahasiswa institut
keguruan dan ilmu pendidikan dulu banyak yang mengangkat penelitian tindakan kelas.
hanya bentuk penelitian pada masa itu belum mendapatkan bentuk yang baku, dan belum
mendapakan perhatian seperti sekarang.
penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional (suyanto dalam
ardiana dan kisyani laksono, 2004:6). sesuai dengan pendapat suyanto tersebut, ciri
penelitian tindakan kelas adalah bersifat reflektif. artinya tahap refleksi merupakan dasar
untuk menentukan langkah-langkah penelitian tindakan kelas.
proyek pgsm (1999) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta
memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan. dengan demikian
dapat dipahami bahwa konsentrasi penelitian tindakan kelas adalah pada praktik
pembelajaran. dalam hal ini pelaku pembelajarann (guru) harus aktif meefleksi diri
tentang kekurangan dalam proses belajar-mengajar, yang menyebabkan kurang
berhasilnya hasil belajar itu sendiri. ketidak berhasilan proses belajar-mengajar dapat

65
berasal dari berbagai pihak, daeri guru, dari murid, dari lingkungan sekolah, dari
masyarakat sekitar, atau disebabkan oleh orang tua murid itu sendiri. dalam penelitian
tindakan kelas refleksi yang dilakukan oleh guru akan menemukan masalah itu. tindakan
selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan prestasi murid dengan adanya kendala
yang ditemukan dalam refleksi.
wardani (2008: 1.4) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat. pernyataan wardani itu menyiratkan bahwa penelitian tindakan kelas
dilakkan oleh guru di dalam kelasnya sendiri. jadi tidak dapat dilakukan oleh orang lain.
penelitian itu berkaitan dengan kinerja guru yang bersangkutan. di samping itu penelitian
tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, bukan di luar kelas.
penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian kelas. penelitian tindakan
kelas dilakukan oleh guru kelas tersebut, sedang penelitian kelas dilakukan oleh orang
luar. berarti semua orang dapat melakukan penelitian kelas, sedang penelitian tindakan
kelas hanya dilakkan oleh guru kelas tersebut. dalam penelitian tindakan kelas bisa saja
orang luar berperan sbagai peneliti, tetapi perannya hanyalah sebatas membantu penelitian
guru kelas.
di dalam penelitian tindakan kelas terutama dirasakan oleh guru yang
bersangkutan. permasalahan itu biasanya timbul akibat kegiatan refleksi yang dilakukan
oleh guru tersebut. hal itu berbeda dengan penelitian kelas non ptk. di dalam penelitian
kelas non ptk masalah justru dirasakan oleh orang luar, bukan guru yang bersangkutan.
di dalam penelitian tindakan kelas hasil penelitian dijadikan dasar untuk
tindakan perbaikan oleh guru. hal itu memang merupakan tujuan utama bagi guru yang
melakukan penelitian tindakan kelas. di dalam penelitian kelas non-ptk hasil penelitian
belum tentu ditindaklanjuti. hal itu bergantung pada kebutuhan dan tujuan peneliti dalam
melakukan penelitiannya. di dalam penelitian kelas non-ptk cakupannya pun sangat luas,
tidak hanya masalah proses belajar-mengajar saja.
proses pengumpulan data di dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sendiri
oleh guru sebagai peneliti, bisa dengan bantuan orang lain, sedang pengumpulan data
penelitian kelas non-ptk dilakukan oleh peneliti. di dalam penelitian tindakan kelas guru

66
di samping peneliti juga bertindak sebagai pengajar. dalam hal ini guru mempunyai dua
peran. oleh karena itu ketika sedang melakukan proses belajar-mengajaru guru mungkin
tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai peneliti. dalam kondisi seperti itu bantuan
orang lain sangat diperlukan. bantuan itu dapat diperoleh guru dari teman sejawat.
kelebihan ptk dibanding penelitian non-ptk yaitu dalam penelitian non-ptk hasil
penelitian menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh guru. dalam penelitian
ptk hasil penelitian langsung dimanfaatkan oleh guru untuk meningkat hasil
pembelajaran. hal itu merupakan tujuan akhir ptk, di alam penelitian ptk harus selalu
diusahakan untuk menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas
hasil belajar. tabel berikut ini merupakan gambaran perbandingan antara ptk dan
penelitian non-ptk.

tabel
perbandingan ptk dan penenelitian kelas non-ptk
no aspek penelitian tindakan kelas penelitian kelas non-ptk
1. peneliti guru orang luar

2. rencana penelitian oleh guru, bisa dibantu oleh peneliti


teman sejawat
munculnya dirasakan oleh guru
3. masalah dirasakan oleh orang luar

ciri utama ada tindakan untuk peraikan


4. yang berulang belum tentu ada

sebagai guru dan peneliti


peran guru guru sebagai objek
5. kelas penelitian
tempat penelitian
6, kelas

67
proses oleh guru dapat dibantu
pengumpulan data orang lain
7. oleh peneliti
hasil penelitian dimanfaatkan oleh guru
dalam proses belajar-
mengajar menjadi pemilik peneliti,
8. belum tentu dimanfaatkan
oleh guru

5.1.2 tujuan ptk


penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru berkaitan
dengan proses elajar mengajar yang dijalaninya dan dilakukan di dalam kelas. secara
praktis penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses belajar-mengajar. hasil
penelitian itu kemudian dimanfaatkan oleh guru dalam memperbaiki proses belajar-
mengajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan sempurna.
dasar utama dilaksanakannya penelitian tindakan kelas menurut ardiana dan
kisyani-laksono (2004:130) adalah untuk tujuan perbaikan praktis pembelajaran,
khususnya dan perbaikan program sekolah pada umumnya. ptk juga merupakan sebuah
upaya untuk meningkatkan keterampilan untuk menanggulangi berbagai masalah yang
muncul di kelas atau di sekolah dengan atau tanpa masukan khusus berupa berbagai
program pelatihan yang eksplisit.

5.1.3 manfaat ptk


ptk adalah penelitian dengan objek siswa di kelas dan guru sebagai pengajar.
peneliti dalam kegiatan itu adalah guru itu sendiri. dengan demikian dapat dipahami
apabila ptk adalah penelitian dengan objek murid dan guru, agar bermanfaat bagi murid
dan guru itu sendiri dalam pembelajaran yang akan datang. apabila pewnelitian itu
bermanfaat bagi murid dan guru, secara tidak langsung juga bermanfaat bagi sekolah.
wardani (2008) menyatakan manfaat penelitian tindakan kelas dapat dipilah menjadi tiga,
yaitu manfaat bagi guru,manfaat bagi murid, dan manfaat bagi sekolah. ketiga manfaat itu
seperti berikut ini.

68
5.1.3.1 bagi guru
(a) untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelola
munculnya penelitian tindakan kelas disebabkan oleh adanya permasalahan dalam
proses belajar-mengajar yang dirasakan oleh guru. untuk mendapatkan pemecahan
masalah yang dihadapi, guru perlu meneliti permasalahan itu. aabila guru dalam
penelitiannya dapat menemukan pemecahan masalah, tentu saja hasil penelitiannya akan
bermanfaat memperbaiki pembelajaran yang dikelola. namun perlu diingat,hasil
penelitian itu hanya tepat diterapkan pada siswa-siswa atau kelas yang diteliti. meskipun
mempunyai permasalahan yang sama dalam kelas yang berbeda mempunyai karakteristik
yang berbeda pula, sehingga hasil penelitian tindakan kelas di suatu ke las tertentu belum
tentu dapat diterapkan untuk memperbaiki kelas lain.

(b) guru dapat berkembang secara profesional karena mampu memperbaiki dan menilai
pembelajaran yang dikelolanya.
guru yang baik adalah guru yang kreatif dan inovatif. guru yang kreatif dan
inovatif adalah guru yang selalu berusaha memperbaiki diri dalam proses belajar-
mengajar. salah satu upaya untuk memperbaiki proses belajar-mengajar adalah melakukan
penelitian tindakan kelas. hasil penelitian itu menjadi dasar dalam kegiatan proses belajar-
mengajar selanjutnya. dengan demikian guru akan dapat berkembang secara profesional,
karena mampu memperbaiki dan menilai pembelajaran yang dikelolanya.

(c) membuat guru lebih percaya diri


penelitian tindakan keras dapat membuat guru lebih percaya diri. rasa percaya
diri itu disebabkan guru telah menguasai permasalahan dan tindakan pemecahan masalah
itu dengan tepat. guru yang sedang menghadapi murid dapat diibaratkan dengan seorang
dokter yang sedang menghadapi pasien yang sedang sakit. seorang dokter jika sudah
menemukan jenis penyakit pasien, dan obat penangkal yang mujarab, dokter akan lebih
percaya diri. guru pun bila telah menemukan masalah dalam proses belajar-mengajar, dan
telah menemukan pemecahan masalah itu, guru akan lebih percaya diri.

69
(d) guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya sendiri.
mengajar adalah suatu profesi. pekerjaan mengajar dilakukan oleh guru
dengan materi yang itu-itu saja. perubahan materi pembelajaran baru terjadi apabila
terjadi perubahan kurikulum. dengan demikian, guru bisa terjebak pada rutinitas. pola
pembelajaran dan materi pembelajaran hanya itu-itu saja. guru dapat terjebak pada
rutinitas yang monoton.
apabila guru mendapat kesempatan mengadakan penelitian tindakan kelas, guru
akan menjadi lebih kreatif. guru mendapat kesmpatan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri. guru dapat merefleksi,
mengoreksi, dan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan. kesempatan
untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan itu akan
berdampak luas terhadap dunia pendidikan, terutama pada siswa yang terlibat dalam
proses belajar-mengajar yang dasuhnya. keberhasilan siswa dalam belajar berarti
memberikan masa depan yang baik bagi siswa.

5.1.3.2 bagi siswa


objek penelitian tindakan kelas adalah perbaikan proses belajar-mengajar,
sebagai tindak lanjut hasil refleksi. hasil penelitian tindakan kelas harus menemukan
pemecahan masalah berkaitan dengan kekurangberhasilannya dalam proses belajar-
mengajar. dengan demikian manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa adalah dapat
meningkatnya hasil belajar siswa.
manfaat lain dari penelitian tindakan kelas adalah siswa menemukan model
pengajar yang baik dalam proses belajar-mengajar. model ini sangat diperlukan oleh
siswa, karena model guru yang baik adalah guru yang kreatif dan inovatif, yang dapat
menjadi motivator dan fasilitator.

5.1.4 karakteristik ptk


penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari bahasa inggris classroom
action reseaerch. penelitian ini merupakan penelitian bentuk inkuiri yang dilakukan
melalui refleksi diri. refleksi diri merupakan titik pangkal dalam penelitian ini. penelitian

70
tindakan kelas atau classromm action research berbeda dengan action resarch (penelitian
tindakan). di dalam penelitian tindakan kelas harus melibatkan peserta yang terlibat
dalam situasi yang diteliti, sedang dalam penelitian tindakan tidak harus melibatkan
peserta yang terlibat dalam situasi. penelitian tindakan kelas dilakukan dalam situasi
sosial, dengan tujuan untuk memperbaiki.
wardani (2008:1.5) menyatakan karakteristik penelitian tindakan kelas sebagai
berikut>
(1) adanya masalah dalam ptk dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru
bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai maslah yang
perlu diselesaikan.
(2) penelitian melalui refleksi diri merupakan ciri ptk yang paling esensial.
(3) penelitian tindakan kelas dilakukan dalam kelas.
(4) penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
suyanto (dalam ardiana dan kisyani-laksono, 2004:9) menyebutkan bahwa
karakteristik ptk sebagai berikut. pertama, permaslahana diangkat dari dalam kelas tempat
guru mengajar yang benar-benar dihayati oleh guru sebagai masalah yang harus dihayati.
masalah itu timbul justru dari dalam guru itu sendiri, sebagai hasil refleksi. kedua, ptk
penelitian yang bersifat kolaboratif. dalam meneliti guru tidak harus melakukannya
sendiri, melainkan dapat bekerja sama dengan dosen lptk, kepala sekolah, atau teman
sejawat. ketiga, ptk adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu
untuk memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas.
hopkins (1992) menyatakan bahwa ptk mempunyai karakteristik sebagai berikut. (1)
perbaikan praktis pembelajaran dari dalam. (2) usaha kolaboratif antara guru dan dosen.
(3) bersifat reflektif. perlu ditekankan, bahwa ptk tidak boleh mengganggu kegiatan guru
mengajar di kelas.pengumpulan data yang digunakan tidak menuntuk waktu yang
berlebihan, sehingga mengganggu proses pembelajaran.

5.2 pelaksanaan penelitian tindakan kelas


penelitian tindakan kelas penelitian yang diawali dengan refleksi diri. dalam hal
ini permasalahan muncul dari dalam diri guru (peneliti) yang didasari adanya
kekurangberhasilan proses belajar-mengajar yang dirasakan oleh guru. dalam hal ini guru

71
harus berusaha menemukan pemecahan masalah guna perbaikan proses belajar-mengajar.
pemecahan masalah itu apat dilakukan dengan refleksi diri. guru dapat mengajukan
beberapa pertanyaan kepada dirinya sendiri.
(1) apa yang sedang terjadi di kelas tempat saya mengajar?
(2) masalah apa yang ditimbulkan dalam kejadian itu?
(3) apa pengaruh masalah itu bagi kelas tempat saya mengajar?
(4) apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan?
(5) apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah itu?
pertanyaan-pertanyaan itu perlu direnungkan oleh guru. guru harus jujur dan objektif
dalam melakukan refleksi. guru merasakan adanya masalah, dan tidak puas terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan. hasil refleksi itu dapat dipakai dasar dalam
merumuskan masalah.

5.2.1 rumusan masalah


hopkins (dalam ardiana dan kisyani-laksono, 2004: 21) untuk menentukan fokus
penelitian, dapat bertolak dari gagasan-gagasan umum mengenai keadaan yang perlu
diperbaiki. untuk mengembangkan fokus ptk, dapat bertanya pada diri sendiri: apa yang
terjadi sekarang? apakah yang terjadi itu mengandung permasalahan? apa yang bisa saya
lakukan untuk mengatasinya? (hopkins, dalam ardiana dan kisyani-laksono, 2004: 21).
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dapat dilakukan dengan
mendiskusikan dengan sesama guru, dengan dosen, atau dengan mengkaji sumber
pustaka. setelah melakukan identifikasi maslah, harus ditentukan permasalahan yang
sangat mendesak untuk diatasi. untuk menentukan permasalahan itu abimanyu (1995)
menyatakan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
(1) pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau
topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang
diprogramkan oleh sekolah.
(2) jangan memilih masalah yang di luar kemampuan dan/aau kekuasaan guru
untuk mengatasinya.
(3) pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas.

72
(4) usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan fokus
penelitian.
(5) kaitkan ptk yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan
dalam rencana pengembangan sekolah
untuk mendapat kan rumusan masalah yang baik, guru perlu menganalisis hal-
hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran sehari-hari: daftar hadir siswa, daftar nilai
siswa, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, feedback yang diberikan guru terhadap
pekerjaan siswa. dari analisis ini guru dapat menemukan fokos ptk. misalnya fokus
penelitian sebagai berikut:
apakah model pembelajaran stad dapat meningkatkan pemahaman unsur
intrinsik cerita pendek?
agar rencana perbaikan menjadi terarah, permasalahan di atas dapat dijabarkan.
rumusan masalah dalam ptk dapat dinyatakan dengan kalimat tanya atau kalimat
deklaratif . contoh penjabaran rumusan masalah di atas seperti beriktu ini.

rumusan masalah
1) bagaimanakah proses model pembelajaran stad dalam pembelajaran unsur
intrinsik cerpen di kelas 2 b smp taruna bakti?
2) apakah model pembelajaran stad dapat meningkatkan pemahaman unsur
intrinsik cerita pendek siswa kelas 2 b smp taruna bakti?
atau
1) proses model pembelajaran stad dalam pembelajaran unsur intrinsik cerpen di
kelas 2 b smp taruna bakti.
2) model pembelajaran stad dapat meningkatkan pemahaman unsur intrinsik cerita
pendek siwa smp taruna bakti.

5.2.2 tjuan penelitian


tujuan penelitian hendaknya ditulis dengan singkat dan jelas dengan
berlandaskan pada permasalahan dan cara pemecahan masalah yang dikemukakan. contoh
tujuan penelitian seperti berikut ini,

73
meneraapkan pemebelajaran model stad untuk meningkatkan pemahaman unsur instrinsik
cerita pendek siswa klas 2 b smp taruna bakti.

5.2.3 hipotesis tindakan


hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara terbaik untuk mengatasi
masalah. hipotesis tindakan dalam ptk berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.
hipotesis dalam penelitian formal menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau
lebih, atau adanya perbedaan dua kelompok atau lebih. hipotesis tindakan menyatakan
bahwa tindakan itu akan merupakan sollusi yang dapat memecahkan permasalahan yang
diteliti.
hipotesis masih perlu dikaji kelayakannya berkaitan dengan kemunkinan
pelaksanaannya. sudarsono (1997) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji kelaikan hipotesis tindakan.
(1) implementasi ptk akan berhasil apabila didukung oleh kemampuan dan
komitmen guru.
(2) kemampuan siswa perlu diperhitungkan baik dari segi fisik, psikologis, dan
sosial budaya maupun etik.
(3) fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau di sekolah juga perlu
diperhitungkan.
(4) keberhasilan ptk sangat bergantung pada iklim belajar di kelas atau di sekolah.
(5) iklim kerja di sekolah juga ikut menentukan keberhasilan ptk.
contoh hipotesis tindakan

dengan menggunakan model pembelajaran student teams-achievement division


kemampuan siswa dalam berpidato akan berkembang dengan baik

5.2.4 pelaksanaan tindakan


sebelum melaksanakan ptk, guru hendaknya mempersiapkan rencana
pelaksanaan. pelaksanaan dilakukan setelah persiapan dirasakan mantap. adapun
langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelaksanaan adalah sebagai
berikut ini. (a) membuat rencana pembelajaran beserta skenario. (b). menyiapkan fasilitas

74
dan sarana pendukung yang diperlukan. hopkin (1993) mengemukakan beberapa kriteria
ptk yang perlu dilakukan oleh guru. kriteria itu sebagai berikut.
(1) pekerjaan guru adalah mengajar. oleh karena itu metodologi
penelitian yang dilaksanakannya tidak boleh menggangggu komitmen guru
dalam mengajar. guru tidak boleh mengorbankan siswa untuk penelitian yang
sedang dilaksanakannya.
(2) dalam mengumpulkan data atau perekaman data jangan sampai
menyita waktu.
(3) metodologi yang diterapkan hendaknya handal, sehingga guru
memungkinkan pengembangan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kmondisi kelas.
(4) masalah yang ditangani guru hendaknya sesuai dengan kemampuan
dan komitmen guru.
(5) guru harus memperhatikan etika dan aturan yang terkait dengan
tugas-tugasnya.
(6) ptk harus mendapat dukungan dari masyarakat sekolah.

5.2.5 observasi dan interpretasi


kegiatan pelaksanaan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus ptk. pada
saat kegiatan pelaksanaan, juga diikuti oleh kegiatan observasi dan interpretasi serta
diikuti dengan kegiatan refleksi. penggabungan pelaksanaan tindakan dengan kegiatan
observasi-interpretasi perlu dicermati, karena hal itu merupakan ciri khas ptk. observadi
dibedakan antara observasi yang berinferensi rendah yaitu observasi yang tidak perlu
disertai interpretasi. ada pula observasi yang justu perlu delakukan secara bersamaan
dengan interpretasi, yaitu obseryasi yang berinferensi tingggi. perlu dirancang
mekanisme perekaman hasil observasi yang tidak mencampuradukkan fakta dengan
interpretasi. ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi, yaitu: (1)
perencanaan bersana; (2) fokus; (3) membangun kriteria; (4) keterampilan observasi; (5)
balikan.
dilihat dari cara melakukannya, observasi dapat dibedakan menjadi (1) observasi
terbuka, yaitu pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya

75
menggunakan kertas kosong untuk merekam pelajaran yang diamati. (2) observasi
terfokus, secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran. (3) observasi terstruktur, yaitu observasi yang menggunakan instrumen
observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal
membubuhkan tanda (v) pada tempat yang disediakan. (observasi sistematik, observasi
yang lebih rinci dari obseravasi terstruktur dalam kategori data yang diamati.

5.2.6 diskusi balikan


diskusi balikan dilakukan setelah pertemuan berakhir. diskusi balikan
sebaiknya diselenggarakan sesegera mungkin, lebih cepat lebih baik, tidak lewat 24 jam.
kegiatan yang dilakukan dalam diskusi balikan adalah guru dan pengamat berbagi segala
informasi yang dapat dikumpulkan pada saat melakukan pengamatan. bahkan jika
dipandang perlu peneliti dapat mengambil tindakan lebih lanjut. dalam diskusi balikan
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) dilakukan sebelum 24 jam setelah observasi.
2) digelar dalam suasana yang saling membantu dan tidak menimbulkan
ancaman.
3) bertolak dari rekaman data yang diuat oleh pengamat.
4) diinterpretasikan bersama-sama oleh aktor tindakan perbaikan dan pengamat
dengan kerangka pikir tindakan perbaikan yang tengah digelar.
5) pembahasan mengacu pada penetapan sasaran dan penegmbangan strategi
perbaikan untuk menentukan perencanaan berikutnya.
hopkins (1993) menyatakan bahwa dalam diskusi balikan perlu
memperhatikan beberapa prinsip berikut. pertama, hubungan antar guru dengan pengamat
harus didasari rasa saling percaya. kedua, fokus kegiatan pengamatan harus sesuai dengan
tujuan perbaikan an mendorong strategi yang diterapkan, bukan pada kritik pada perilaku
guru yang dianggap tidak sesuai. ketiga, proses didasarkan pada pengumpulan dan
pemanfaatan data observasi, bukan pada kegagalan atau kritik terhadap perilaku guru
yang dianggap tidak sesuai. keempat, guru hendaknya didorong untuk menarik
kesimpulan tentang pembelajaran yang dikelolanya dari data yang dikumpulkan. kelima,
setiap tahap opservasi merupakan proses yang berlanjut, yang satu selalu bertumpu pada

76
yang lain. keenam, guru dan pengamat bersama-sama terlibat dalam proses pertumuhan
profesional yang saling menguntungkan.

5.2.7 analisis data dan refleksi


analisis data hendaknya dilakukan secara bertahap, tahap-tahap analisis data itu
ialah pertama menyeleksi dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau
mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna. dalam
menyeleksi atau mengelompokkan data sering juga diseut dengan reduksi data. reduksi
data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan
pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. paparan atau deskripsi
data adalah bentuk paparan naratif, representasi tabuler termasuk dalam format matriks,
representasi grafis, tabel dan sebagainya. penyimpulan adalah proses pengambilan intisari
dan sajian data dalam bentuk pernyataan kalimat atau formula yang singkat dan padat,
tetapi mengandung pengertian luas.
refleksi dalam penlitian tindakan kelas adalah upaya untuk mengkaji aapa yang
telah terjadi, atau apa yang tidak terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dituntaskan
atau yang belum dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. hsil refleksi
digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam penelitian tindakan kelas unuk
mencapai tujuan ptk. refleksi merupakan pengkajian atau kegagalan dalam mencapai
tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan
akhir yang mungkin ditetapkan dalam pencapaian tujuan sementara lainnya.
proses refleksi melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi. analisis
dilakukan dengan cara merenungkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa yang
menyebabkan sesuatu yang diharapkan atau idak diharapkan oleh peneliti. ptk yang
dilakukan secara kolaboratif dalam refleksi hendaknya dilakukan secara kolaboratif pula.
kerja sama yang baik dengan sejawat dalam ptk sangat diperlukan, karena dengan adanya
kerja sama akan saling mengisi, saling belajar untuk kemajuan pembelajaran.

5.2.8 perencanaan tindak lanjut


tujuan ptk adalah untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran. melalui
analisis dan refleksi dapat ditentukan proses belajar-mengajar itu telah berhasil atau

77
belum. hasil analisis data dan refleksi menentukan tindak lanjut dalam ptk. jika hasil ptk
belum memberikan perbaikan, maka ptk harus dilanjutkan pada siklus berikutnya. jumlah
siklus dalam ptk tidak dapat ditentukan sebelumnya, karena dalam tujuannya mengadakan
perbaikan. perbaikan tidak dapat diprediksi sebelumnya, dapat tercapai pada siklus
berapa.
dalam suatu ptk mungkin dalam satu siklus sudah dapat menemukan tindakan
perbaikan.aapabila terjadi seperti itu penelitian dapat dilakukan dalam satu siklus. namun
apabila masalah dalam ptk belum ditemukan, harus dilanjutkan pada siklus-siklus
berikutnya, dengan langkah-langkah yang sama, yaitu perumusan masalah, perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis data dan
refleksi. siklus ptk berakhir jika tindakan perbaikan telah dihasilkan.

daftar pustaka

ardiana, leo idra dan kisyani-laksono. 2004. penelitian tindakan kelas. jakarta:
departemen pendidikan nasional.

direktorat ketenagaan. 2006. pedoman penyusunan usulan dan laporan pengembangan


dan peningkatan kualitas pembelajaran dei lptk (ppkp) untuk tahun anggaran
2007. jakarta: depdiknas.

hopkins, david. 1993. a teachers’s guide to classroom research. buckingham: open


university.

joni,t. raka. (ed). 1998. penelitian tindakan kelas. nagian kedua: prosedur pelaksanaan.
jakarta: proyek pengemabangan guru sekolah menengah, dirjen dikti.

78
nur, muhammad. (2001). “penelitian tindakan kelas”. kumpulan makalah teori
pembelajaran mipa. surabaya: psms universitas negeri surabaya.

nur, muhammad. (2001). “penelitian tindakan kelas (konsep dasar dan langkah-langkah
ptk)”. kumpulan makalah teori pembelajaran mipa. surabaya: psms universitas
negeri surabaya.

wardani, i.g.a.k. 2008. penelitian tindakan kelas. jakarta: universitas terbuka.

79
contoh karya ilmiah

strategi pembelajaran bahasa indonesia


siswa tunarungu (slb-b)

a. pendahuluan
manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. manusia hidup
berkelompok, dan saling berinteraksi di antara anggota kelompok, dengan kelompok lain.
untuk berinteraksi manusia memerlukan bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
dalam berkomunikasi dan berinteraksi unsur pancaindera mempunyai peranan yang
penting, terutama penglihatan dan pendengar. unsur di luar pancaindera yang juga
memegang peran penting adalah alat ucap manusia. dalam bahasa lisan ketiga unsure itu
tidak dapat ditinggalkan.
hambatan penguasaan unsur bahasa akan mengganggu proses berinteraksi.
hambatan dalam bahasa tulis adalah buta huruf, dan buta dalam hal penglihatan. untuk
kedua hambatan itu harus dapat diatasi oleh manusia, agar dapat berinteraksi secara baik..
masalah buta huruf dapat diatasi dengan mendirikan kursus-kursus membaca, dan dapat
pula melalui lembaga pendidikan.untuk mengatasi buta dalam hal penglihatan, telah
diciptakan huruf braille. namun untuk mengatasi hambatan dalam hal alat ucap (tuna
wicara) dan pendengaran (tuna rungu) lebih rumit dibanding dengan hambatan dalam
penglihatan. oleh karena itu di lembaga pendidikan umum, khususnya perguruan tinggi,
dapat dijumpai mahasiswa tuna netra, tetapi tidak pernah dijumpai mahasiswa tuna rungu
dan wicara. berkomunikasi dengan tuna rungu dan tuna wicara lebih sulit dibanding
berkomunikasi dengan tuna netra.
pada umumnya, penderita tuna rungu (termasuk tuna wicara) mengalami
keterlambatan penanganan, terutama oleh orang tua. kebanyakan orang tua, tidak siap

80
menghadapi kenyataan ketika anak mereka mengalami cacat dalam pendengaran, atau
mengalami kelainan alat ucap. di samping itu, lembaga pendidikan yang menangani
penderita tunarungu dan bentuk tuna yang lain jumlahnya sangat sedikit. tidak di setiap
daerah ada. bagi masyarakat yang kurang mampu, memasukkan penderita ke slb yang
tempatnya cukup jauh merupakan beban yang cukup berat. akibatnya anak mereka tidak
tertangani secara wajar. mereka berkomunikasi dengan simbol-simbol yang diciptakan
oleh orang tua itu sendiri. akibat lebih lanjut, penderita tuna rungu miskin kosa kata, dan
miskin imajinasi. padahal apabila sejak dini mereka ditangani, mereka dapat hidup
mandiri seperti manusia normal.
menurut deadon (dalam bintoro, 200:26) ada dua situasi yang dialami tuli
prabahasa semasa kecilnya. pertama, terhalangnya komuniksi dua arah antara anak dan
orang tua. kedua, reaksi orang tua setelah mendapat kepastian bahwa anak kandungnya
menderita tuna rungu. kebanyakan orang tua akan menunjukkan reaksi sedih, kaget,
marah, malu, dan bersalah. situasi seperti itu akan mengganggu perkembangan jiwa, dan
perkembangan kepribadian anak. tunarungu menyebabkan keterasingan, distansi dan
berkurangnya kontak dengan keadaan sekeliling. a. van uden (dalam bintoro, 200:27)
menyatakan bahwa karena dunia penghayatannya yang lebih sempit, anak tunarungu
lebih terarah pada dirinya sendiri. mereka sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan
perasaan orang lain, dan kurang peduli terhadap efek perilakunya terhadap orang lain.
anak tunarungu dalam tindakannya dikuasai perasaan dan pikirannya secara berlebihan.
mereka juga sukar menyesuaikan diri.
bahasa yang dimiliki anak berawal dari dirinya sendiri, berkisar pada akunya
sendiri (uden, dalam bintoro, 200:27). akibat dari cacat pendengarannya, perkembangan
bahasa anak tuna rungu sangat lamban, bahasa yang dikuasai lebih lama berkisar pada
dirinya sendiri. plato menyatakan bahwa segala yang ada di dunia ini merupakan
kenyataan tertinggi yang ada di dunia gagasan. untuk memahami sesuatu, seseorang harus
punya konsep di dunia gagasannya. konsep yang dimiliki oleh seseorang berkaitan dengan
penguasaan kosa kata, karena pada hakikatnya berpikir pun memakai bahasa. akibat
kemisikinannya pada kosa kata, anak-anak tuna rungu menjadi miskin konsep, fantasi,
dan imajinasi. oleh karena itu pemahaman dunia sekitar pun menjadi terbatas.

81
tujuan pengajaran wicara bagi anak tunarungu adalah membina anak didik agar
memiliki kemampuan atau keterampilan menerima, mengolah, menyimpan, dan
mengekspresikan bahasa dalam bentuk wicara sehingga mereka dapat mencapai taraf
hidup yang lebih tinggi, dapat berdialog dengan dirinya sendiri, dengan masyarakat, dan
dengan masalah yang dihadapinya (depdikbud, 2000:37). untuk berdialog dengan
masyarakat, penderita tunarungu tidak dapat memanfaatkan sibi (sistem isyarat bahasa
indonesia) yang banyak dikuasai oleh tunarungu yang mengenyam pendidiakn formal,
karena hanya orang-orang tertentu saja yang memahami sibi. satu-satunya cara untuk
dapat berinteraksi dengan masyarakat, penderita tunarungu menggunakan sistem
komunikasi yang dipakai oleh masyarakat itu sendiri.
agar penderita tunarungu dapat berperan aktif di tengah masyarakat, penguasaan
bahasa perlu mendapat prioritas utama. sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki,
penguasaan bahasa lisan tidak dapat diharapkan sepenuhnya pada penderita tunarungu.
oleh karena itu harus ditunjang dengan penguasaan lain yang mendukung penguasaan
bahasa. kekurangmampuan dalam bahasa lisan dapat diimbangi dengan kelebihan dalam
bahasa tulis. oleh karena itu penguasaan kosa kata dan bahasa tulis bagi anak tunarungu
perlu mendapat perhatian. yang menjadi masalah bagaimanakah cara meningkatkan
kemampuan berbahasa bagi penderita tunarungu? peningkatan kemampuan berbahasa
inilah yang menjadi fokus dalam pembahasan ini.

b. kondisi anak tunarungu


tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar
yang kurang atau tidak berfungsi secara normal, sehingga tidak mungkin lagi diandalkan
untuk belajar bahasa dan wicara tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus
(depdikbud, 2000: 3). akibatnya tunarungu akan mengalami kemiskinan bahasa, terutama
tunarungu prabahasa..
kemiskinan yang dialami anak tunarungu di bidang bahasa, di samping
kemiskinan kosakata juga kemiskinan gramatika. pola s + p dalam kalimat bahasa
indonesia dalam praktiknya jarang ditaati oleh mereka. bentuk sapaan ”bapak shoim!”
atau ”ibu darni!”, dalam praktik penderita tunarungu dapat berubah menjadi ”shoim

82
bapak!” dan ”darni ibu!”. kalimat ”kucing makan tikus.” dapat berubah ”tikus makan
kucing.”. bagi penderita tunarungu, unsur s+p dalam kalimat bahasa indonesia itu tidak
begitu dipahami. bagi mereka yang mendapat porioritas utama dalam menyusun kalimat
adalah bagian yang berkaitan langsung dengan pokok pembicaraan. kebanyakan mereka
menganggap kalimat berupa urutan kata-kata, bukan urutan frasa, sehingga mereka sering
mengabaikan kaidah gramatika.. jika mereka lapar dan ingin makan, yang berkaitan
langsung dengan dirinya adalah lapar, maka dia akan mengucapkan ”lapar saya.”, bukan
”saya lapar.”.
apabila diperhatikan, penderita tunarungu mempunyai beberapa tingkatan.
boothroyd (1982 membedakan tunarungu menjadi kehilangan pendengaran dan
gangguan proses pendengaran seperti bagan 1 berikut:

bagan
ketunarunguan
(hearing impairment)

kehilangan pendengaraan gangguan proses pendengaran


hearing lost auditory process disorder (gangguan mendeteksi bunyi)
(gangguan menafsirkan pola-pola bunyi)

83
total nyata/sangat berat berat*) sedang ringan
total profound severe moderate mild

tuli
kurang dengar

pembagian total, nyata, berat, sedang, ringan berdasarkan pengukuran ambang


pendengaran decibell
*) tingkat kehilangan berat bisa digolongkan tuli dan kurang dengar tergantung
pemakaiamabm (alat bantu mendengar)
**) penjelasan lebih lanjut dapat dilihat di lampiran 1

sesuai dengan bagan di atas, tunarungu dibedakan menjadi dua


kelompok, yaitu kelompok kehilangan daya dengar dan kelompok gangguan proses
pendengaran. kelompok kehilangan daya dengar mengacu pada gangguan dalam deteksi
bunyi. gangguan itu dinyatakan dalam decibell. kelompok gangguan proses pendengaran
adalah mereka yang mengalami gangguan dalam menafsirkan bunyi.
boothroyd (dalam bintoro dan santosa, 2000:5) membagi tunarungu menjadi
dua kelompok: kehilangan daya dengar (hearing loss) dan kelompok gangguan proses
pendengaran (auditory processing disorder). berdasarkan sejauh orang dapat
memanfaatkan (sisa) pendengarannya dengan/tanpa bantuan amplikasi oleh abm dapat
dibedakan menjadi: kurang dengar (hard of hearing), tuli (deaf), tuli total (totally deaf).
kurang dengar (hard of hearing) adalah mereka yangmengalami gangguan
dengar, namun masih dapat menggunakannya sebagai sarana/modalitas utama untuk
menyimak suara cakapan seseorang dan mengembangkan kemampuan bicaranya. tuli
(deaf) adalah mereka yang pendengarannya sudah tidak dapat digunakan sebagai sarana
utama guna mengembangkan kemampuan bicara, namun masih dapat difungsikan

84
sebagai suplemen (bantuan) pada penglihatan dan perabaan. tuli total (totally deaf) adalah
mereka yang sama sekali tidak memiliki pendengaran sehingga tidak dapat digunakan
untuk menyimak dan mengembangkan bicara.
berdasar tingkat kehilangan kemampuan dasar, tunarungu dapat dibagi atas tuli
dan kurang dengar atau pekak. tuli adalah mereka yang kehilangan kemampuan dengar 90
db atau lebih. kurang dengar atau pekak adalah mereka yang kehilangan kemampuan
dengar kurang daro 90 db. golongan kurang dengar dibedakan: (a) kurang dengar ringan,
yaitu mereka yang kehilangan kemampuan dengar antara 30-50 db; (b) kurang dengar
sedang bagi mereka yang kehilangan kemampuan dengar 50 – 70 db; dan kurangdengar
berat bagi mereka yang kehilangan kemampuan dengar 70 – 90 db (depdikbud, 2000:4).
pembagian itu merupakan pembagian secara global. pembagian a. van uden lebih rinci
dibanding pembagian depdikbud. menurut van uden (dalam bintoro, 2000: 8) kurang
dengar ringan mereka yang kehilangan 15 – 30 db, kurang dengar sedang kehilangan
31 – 60 db, kurang dengar berat kehilangan kemampuan dengar 61 – 90 db, kurang
dengar berat kehilangan 91 – 120db, total kehilangan 121 atau lebih. pembagian
tunarungu menurut van uden yang lebih rinci dapat dilihat pada bagan 2
berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan, a. van uden membagi menjadi tuli
pra-bahasa (prelingually deaf) dan tuli purna-bahasa (postlingually deaf). tuli pra-bahasa
yaitu penderita tuli yang menderita tuli sebelum menguasai bahasa (usia di bawah 1, 6
tahun). tuli purna bahasa yaitu penderita tuli setelah menguasai suatu bahasa, telah
menerapkan dan memahami sistem lambang di lingkungannya.

1. proses bicara balita


balita untuk dapat berbicara melalui beberapa tahap. berry dan eisenson (dalam
depdikbud, 2000: 26-27) menyatakan bahwa ada beberapa tahap perkembangan wicara
bayi. pada saat bayi baru lahir, semua aktivitasnya termasuk menangis, menggerakkan
kaki dan tangan tanpa disadari oleh bayi itu sendiri. tahap ini disebut tahap refeleksi
vokalisasi. gerakan dan aktivitas yang dilakukannya berdasarkan naluri dan refleksi. ia
tidak menyadari bahwa ia punya tangan dan kaki. ia juga tidak menyadari gerakannya itu
untuk apa. perkembangan berikutnya tampak pada akhir minggu ketiga. pada saat ini
tangisan bayi sudah dapat dibedakan, antara tangisan lapar, ngompol, atau kesakitan. ibu

85
bayi biasanya mengenali lebih dulubentuk tangisan itu. namun bentuk tangisan itu masih
bersifat releks.
pada umur dua bulan bayi sudah mulai meraban. ia membuat berbagai bunyi. ia
bermain-main dengan bunyi yang dibuatnya sendiri. bunyi-bunyi yang dibuat lebih dulu
adalah bunyi vokal. bunyi vokal lebih mudah dibuat, karena posisi vokal tidak begitu
sulit dalam menempatkan posisi alat ucap. tahap ini disebut tahap babbling. tahapini pada
tahap lalling, yaitu bayi sudah berumur sekitar tujuh bulan, ia sudah menyadari suara-
suara yang dibuat. pendengaran bayi pun sudah mulai berperan. fungsi sensoris dalam hal
ini pendengaran, dan fungsi motoris (mengeluarkan suara) mulai berkembang secara
terpadu. bunyi-bunyi yang dibuat didengarnya kembali. ia merasakan kepuasan. oleh
karena itu ia mengulanginya kembali dan menirukan suaranya sendiri. setelah memiliki
kemampuan menirukan suaranya sendiri, bayi mulai mempersiapkan diri menirukan suara
yang didengar dari lingkungannya. untuk bayi tuna rungu hal itu tidak dapat terjadi.
fungsi sensorisnya tidak berfungsi. fungsi motorisnya pun menjadi timpang. ia tidak
mendapatkan kepuasan karena tidak mendengar suaranya sendiri. oleh karena itu fungsi
motorisnya menjadi pasif.
perkembangan bayi normal berikutnya adalah mempersiapkan diri menirukan
suara yang didengarnya dari lingkungan. akibat sensorisnya yang tidak berfungsi, bayi
tunarungu tidak mendapatkan rangsangan suara dari lingkungannya. hal itu membuat
bayi yang biasanya peka terhadap suara itu tidak pernah dapat bereaksi dengan
lingkungan. ia tidak dapat merasakan nyamannya suara lembut dan merdu dari ibu yang
meninabobokannya, dalam hal ini bayi akan mengalami dua kerugian. pertama, iaakan
mengalami ”kemiskinan” kosakata. kedua perasaan bayi tidak pernah diasah oleh kata-
kata lembut, mesra, dan rasa sayang. hal itu akan berpengaruh ketika bayi menjadi
dewasa.bayi mulai meniru suara yang didengarnya dari lingkungan ketika menginjak
umur sembilan atau sepuluh bulan, dan mulai bicara pada usia antara 12 sampai 18
bulan. namun hal itu tentu tidak akan terjadi pada anak tunarungu

2. perkembangan kejiwaan anak tunarungu


kemiskinan bahasa berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan anak
tunarungu. bagi anak yang mempunyai pendengaran normal, dapat merasakan kasih

86
sayang ibu melalui kontak visual, taktil, dan pendengaran. menurut marschark (dalam
bintoro, 1993) kontak bayi melalaui pendengaran terhadap ibunya sudah dimulai sejak
bayi dalam kandungan. sejak dalam kandungan, bayi yang berpendengaran normal
mampu mendengar suara ibu, dan terjadi relasi antara ibu dan anak. ketika bayi lahir,
suara ibu telah dikenal dan dapat menenteramkan dan menyejukkan hatinya. hal ini tidak
terjadi pada bayi tunarungu. seharusnya, kalau orang tua tahu bayinya tunarungu sejak
bayi, dapat diimbangi dengan bentuk kasih sayang yang lain, seperti perabaan dan
pandangan mata.
a.van uden (dalam bintoro, 2000:27) menyatakan bahwa anak tunarungu
mempunyai sifat ego-sentris yang lebih besar daripada anak mendengar. hal itu
disebabkan dunia penghayatan mereka lebih sempit, penghayatan lebih terarah pada
dirinya sendiri. mereka sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan orang
lain, kurang menyadari efek perilakunya terhadap orang lain. tindakannya dikuasai
perasaannya dan pikirannya secara berlebihan. mereka juga sukar menyesuaikan diri.
kemampuan bahasa yang terbatas membatasi kemampuan mereka dalam
mengintegrasikan pengalaman, dan makin memperkuat sifat egosentris mereka.
penderita tunarungu juga memiliki sifat impulsif. tindakannya tidak didasarkan
pada perencanaan yang hati-hati dan jelas. mereka tidak mengantisipasi akibat yang dapat
ditimbulkan oleh tindakannya. apa yang diinginkan, segera harus dipenuhi. mereka sulit
menunda pemuasan untuk jangka panjang. menurut van uden (2000) hal itu disebabkan
oleh kemampuan bahasa mereka yang terbatas. mereka kurang mempunyai konsep
tentang relasi (hubungan). segala sesuatu yang mengandung pengertian relasi seperti
hubungan waktu dan keluarga kurang dimengerti oleh mereka. kemiskinan bahasa yang
menyebabkan mereka kurang mengerti tentang relasi. bunyi (bahasa) yang
menghubungkan antara benda dan manusia tidak mereka miliki.
akibat lain dari kemiskinan anak tunarungu mereka bersifat kaku, kurang
luwes. di samping itu juga lekas marah dan mudah tersinggung akibat kurang dapat
memahami perkataan orang lain. mereka juga memiliki sifat ragu-ragu dan khawatir,
sikap ketergantungan, polos, dan mengalami perkembangan fantasi yang lamban.

c. strategi pembelajaran bahasa indonesia anak tunarungu

87
strategi adalah metode spesifik dari pendekatan masalah atau tugas mode
operasi untuk meraih fakta-fakta, merancang disain untuk mengontrol dan memanipulasi
informasi tertentu (brown,2000:111). strategi berbeda denagn gaya. gaya mengarah pada
konsisten dan kecenderungan yang berlangsung terus, atau pilihan dalam individu. gaya
adalah karakteristik umum dari fungsi intelektual sebagai individu, yang membedakan
dengan orang lain.
apabila dibanding dengan nanak-anak normal, rata-rata kemampuan intelektual
anak tunarungu berada di nawah anak-anak normal. beberapa guru di slb-b karya mulia
dan slb-b diknas menyatakan bahwa secara teori, kemampuan anak-anak tunarungu
berada dua tahun di bawah anak normal. anak-anak kelas 3 smalb-b, setingkat dengan
anak-anak kelas 1 di sekolah umum (normal). namun dalam kenyataannya kemampuan
anak kelas 3 sma menurut mereka sejajar dengan anak kelas 2 sekolah umum (normal).
untuk belajar bahasa yang baik, kebanyakan anak tunarungu baru bisa
mendapatkannya di sekolah. hal itu berbeda dengan anak normal yang telah belajar
berkomunikasi dengan ibunya sejak dalam kandungan. kondisi semacam itu membuat
anak tunarungu kehilangan banyak kesempatan dalam membangun kosakata, imajinasi,
dan adaptasi dengan lingkungan. di rumah, orang tua yang tidak paham dan tidak siap
menangani penderita tunarungu mendidik penderita dengan kemampuannya yang
terbatas. tidak mustahil mereka menciptakan sistem isyarat sendiri yang tidak sesuai
dengan sistem isyarat bahasa indonesia (sibi)
berbeda dengan anak-anak normal pembelajaran wicara anak rungu diawali
dengan cara menciptakan suara. munculnya suara disebabkan oleh adanya getaran udara.
agar anak tunarungu sadar bahwa ada suara yang diakibatkan oleh getaran udara, mereka
dilatih pernapasan. di samping itu ada pula latihan membantu kesadaran letak titik
artikulasi, dan latihan mengembangkan feed back visual. (dikbud, 2000:67). latihan
pernapasan biasanya dilakukan dengan meniup baling-baling kertas, bola pingpong,
terompet, harmonika pianika. spatel (alat untuk penekan lidah) dipakai untuk membantu
kesadaran letak titik artikulasi, sedang latihan untuk mengembangkan feed back visual
memakai cermin. untuk latihan wicara, perlu adanya ruang khusus.
evaluasi terdiri atas evaluasi awal, dan evaluasi hasil belajar. evaluasi awal
dilakukan untuk mendiagnosa keadaan awal kesulitan-kesulitan dalam belajar sehingga

88
dapat menentukan sikap yang tepat untuk memulai latihan dan melakukan tindakan terapi
secara tepat pula. (dikbud, 2000:57). sasaran evaluasi awal adalah anatomi dan fisiologi
alat-alat wicara yang meliputi: (10 keadaan bibir dan pergerakannya; (2) keadaan rahang
dan gigi serta pergerakan rahang; (3) keadaan lidah dan pergerakannya; (4)keadaan langit-
langit keras dan pelatum; (5) keadaan langit-langit lunak atau velum dan pergerakannya.
sistem komunikasi tunarungu adalah komunikasi oral (lisan), manual (isyarat),
dan komunikasi total (komtal). sistem lisan bisa digunakan komunikasi tunarungu dengan
masyarakat, meskipun masih kurang efektif. sistem isyarat lebih cocok digunakan oleh
sesama penderita tunarungu, karena tidak banyak masyarakat di luar tunarungu yang
memahami sistem isyarat tersebut. yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan
masyarakat bagi penderita tunarungu adalah komunikasi total. dalam komunikasi total,
semua anggota tubuh dapat menunjang komunikasi.
pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu dapat dilakukan di lembaga formal
dan nonformal. lembaga formal dapat dilakukan di sekolah-sekolah, sedang pembelajaran
pemerolehan bahasa non formal dapat dilakukan di rumah dan di lembaga non-sekolah.

pembelajaran formal bagi anak tunarungu adalah pembelajaran di lembaga-


lembaga pendidikan formal seperti sekolah. pembelajaran dengan media film/tv dapat
dimasukkan ke dalam pembelajaran formal dan non formal. termasuk pembelajaran
formal apabila media itu dipakai guru untuk mengajar di dalam kelas. termasuk
pembelajaran nonformal apabila pembelajaran itu ditayangkan di media tv seperti yang
sering ditayangkan di tvri pada pagi hari (tv-e). berikut ini gambaran kemampuan anak-
anak kelas iv sdlb dalam mengarang berdasarkan gambar.
sampah jatuh kotor
sapi makan mencari ikan
anak-anak sampah harus rajin
anak-anak mengambil sampah
bapak marah-marah boleh sampah anak-anak malas
pemepaan sapu sampah bau kotor
laki-laki membawa sampah
anak-anak cepat bapak marah-marah

89
anak-anak membaca belajar rajin
teman bermain senang makan dan minum
laki-laki sombong kamu mengapa bapak laki-laki bermain bola
(yuliati, 2001:106).

1. strategi pembelajaran perolehan bahasa kelas awal


pembelajaran untuk kelas awal pada siswa tunarungu diarahkan pada
pembentukan fonem. untuk menyadarkan kepada siswa bahwa ada suara yang diakibatkan
oleh udara yang bergetar, siswa dilatih pernapasan dengan meniup balon, baling-baling,
terompet, harmonika, lilin dan sebagainya. setelah itu siswa dilatih melafalkan fonem.
sadjaah dan sukarja (1995:67) menyusun sistematika pembelajaran wicara siswa
tunarungu sebagai berikut.
1. dasar ucapan fonem
2. pembentukan
3. cara melatih:
a. titik tolak
b. cara melatih
(1) secara visual
(2) secara auditoris
(3) suara haptik
c. penilaian dan tindak lanjut
d. kesalahan yang sering terjadidan cara memperbaikinya

penerapan
fonem t
1. dasar ucapan: lengkung kaki gigi atas dan ujung lidah
2. pembentukan : ujung lidah menekan lengkung kaki gigi atas, pinggir lidah
menekan alur kaki gigi atas sehingga aliran nafas pada rongga mulut tertahan.
bibir terbuka sedikit, gigi-gigi hampir tertutup, rongga mulut menyempit, lidah
tegak.
3. cara melatih:

90
a. titik tolak
 adakan percakapan mengenai kejadian hari itu, gambar, atau apa saja yang
dapat menjadikan anak rileks, dan menemukan fonem t, misal pada kata:
tas, tikus, takut, tujuh, tua. tuliskan kata-kata tersebut pada sebuah kertas.
beri garis suku kata yang terdapat fonem t.
 ucapkan secara global ”tas”. suruh anak menirukannya!
 amati ucapan anak.
b. cara melatih
(1) secara visual
 ajak anak memperhatikan lidah dan bentuk bibir guru pada cewrmin,
kemudian suruh anak menirukannya
 ucapkan ”tas” kemudian anak suruh meniru.
 tulis suku kata ta,ti, tu, te, to’ kemudian ajak anak meraban:
ta ta ta ta taaaaaaaaaa taaaaaaaaaaa taaaaaaaa
to to to to toooooooo toooooooooo toooooooo
ti ti ti ti tiiiiiiiiiiiiiii tiiiiiiiiiiiiiiiiii tiiiiiiiiiiiiii
(2) secara auditoris
 gunakan suara keras dan lebih keras lagi, gunakan speech trainer, abm
anak.
 ajak anak merasakan getaran sambil meraban
 bila sudah ada reaksi terhadap bunyi, lalu ucapkan kata secara global,
anak menirukannya
(3) secara haptik
 ajaklah anak merasakan udara meletup yang keluar dari mulut denagn
ujung jarinya.
 beri kesempatan anak untuk mencoba, sambilmelakukan guru
menyilangkan tangan ke mulut anak, tangan anak ke mulut guru untuk
mengontrol letupan
 lakukan latihan pernapasan
c penilaian dan tindak lanjut

91
 penilian dilakukan selama proses kbm berlangsung
 suruh anak mengucapkan kembali kata-kata yang dilatih
 suruh anak banyak mengucapkan kata yang mengandung fonem t

pembelajaran pemerolehan bahasa dapat mempergunakan berbagai macam


strategi. strategi pembelajaran adalah proses mental yang digunakan pembelajar untuk
mempelajari dan menggunakan bahasa sasaran (nunan dalam azies dan alwasilah,
2000:33). strategi pembelajaran bersifat pribadi, berbeda dari satu individu dengan
individu lainnya, karena merupakan proses mental yang tidak tampak. purbaningrum dan
yuliati (2006:72) membuat strategi menulis bagi siswa tunarungu yaitu strategi pada tahap
pramenulis dan strategi pengajaran pada saat menulis. strategi yang dimanfaatkan dalam
tahap menulis yaitu: curah pendapat, pengamatan, dan pemetaan.

curah pendapat merupakan salah satu cara yang baik dalam membangkitkan
skemata siswa, yaitu strategi yang memasukkan tahapan:1) memilih topik, (2) mendaftar
dengan cepat kata dan frase, (3) menemukan hubungan ide-ide dalam daftar dan tidak
memberikan penilaian salah satu benar pada ide tersebut (tompkins dalam purbaningrum
dan yuliati,2006:72). strategi pengamatan adalah strategi yang dipakai untuk mendapatkan
informasi melalui panca indera yang meliputi pendengaran, penglihatan, penciuman,
pencecapan, dan perabaan. namun dengan keterbatasan penderita tunarungu, unsur
pendengaran tidak bisa memanfaatkan dengan efektif

2. strategi pengklusteran

strategi yang lain dalam pembelajaran menulis adalah pengklusteran pemetaan.


ide-ide dalam kluster disusun dalam bentuk lingkaran dan dihubungkan dengan garis
penghubung. strategi pengklusteran pemetaan melalui beberapa tahap: pemilihan topik,
menuliskan topik di tengah, melingkari topik dan menambahkan ide pokok di sekitar
topik dalam bentuk lingkaran, menambahkan rincian pada tiap-tiap ide utama.
pengklusteran mirip dengan kerangka karangan, namun aktivitas pengklusteran lebih
menyenangkan dan bermakna. berikut ini contoh pengklusteran pemetaan:

92
kluster pertanyaan
Siapa Apa

Kapan
Topik

Bagaimanana Dimana

Mengapa

kluster cerita

Awal Inti
CERITA

Akhir
Dimana
Apa yang nampak hidupnya
kluster reportase

BINATANG

93
Apa Makanannya

Apa kekhususannya
Bagaimana mereka
Melindungi diri

kluster panca indera

Merasakan
Mengamati

Meraba
TOPIK
Mencium

Mendengar

strategi pengajaran pada tahap saat menulis dapat menerapkan strategi permodelan dan
strategi konferen individu. strategi permodelan dapat memberikan contoh positif tentang
gaya dan contoh teks yang tepat. jenis model dapat berupa model teks dan model proses.
strategi model proses dimulai dari tahap pramenulis. guru sharing dengan siswa tentang
topik dan minat pribadi siswa, selanjutnya mendaftar dan memilih sesuai atau mendekati
pilihan siswa (purbaningrum dan yuliati, 2006:74). guru mendemonstrasikan permodelan
secara operasional, menunjukkan ide-ide, kerangka karangan, pola-pola kalimat yang
tepat. kemudian guru meninjau kembali modelnya dan merevisi strategi pembelajarannya.

94
strategi konferen memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan sikap
positif, kritis, dan saling percaya antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. selama
konferen guru sebagai kolaborator, memberikn petunjuk dan mengarahkan kepada siswa
sesuatu yang harus dilakukan. strategi konferen dapat dibedakan menjadi empattipe:
konveren individu, konveren kelompok, konferen kelompok kecil, dan konferen
publikasi.

d. strategi pembelajaran bahasa melalui televisi


menurut sebuah sumber (totok warsito) staf pengajar di smalb-b karya mulia
surabaya, ada kontroversial pemakaian bahasa tunarungu. paham belanda menyatakan
bahwa anak tunarungu bukanlah tunawicara, oleh karena itu siswa tunarungu harus dilatih
berbicara seperti orang normal. paham ini sampai sekarang masih dianut oleh sekolah
tunarungu di wonosobo jawa tengah. siswa-siswa di tempat itu dilatih komunikasi oral
dan juga dilatih menari dengan memanfaatkan indera taktil untuk menangkap suara. suara
musik yang mengiringi gerak tari berusaha ditangkap melalu indera perabaan (taktil).
paham amerika menyatakan bahwa penderita tunarungu pada kenyataannya mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi seperti orang normal, oleh karena itu jangan dipaksakan,
karea dipandang kurang manusiawi, untuk mengganti komunikasi oral, kemudian
diciptakan bahasa isyarat yang di indonesia dikenal dengan komunikasi sibi (sistem
isyarat bahasa indonesia). di samping komunikasi oral dan sibi, tunarungu yang
terpelajar menggunakan sistem komunikasi komtal (komunikasi total) untuk berinterakdi
dengan masyarakat. komuniasi model komtal merupakan gabungan dari oral, sibi, dan
gerak tubuh. prinsip komtal semua anggota tubuh yang dimiliki seseorang dapat
dimanfaatkan untuk menunjang dalam berkomunikasi dengan masyarakat..
televisi sebagai media pembelajaran mempunyai beberapa keunggulan
dibanding dengan media lain.televisi dalam sekali tayang dapat disaksikan oleh ribuan,
bahkan jutaan pelajar. sedang pembelajaran dengan media lain biasanya hanya dapat
diterapkan dalam kelas dengan jumlah siswa terbatas. pembelajaran dengan media
televisi dapat menampilkan contoh-contoh yang lebih alami dibanding media lain.
misalnya pembelajar dapat menampilkan harimau, buaya, seperti aslinya. pembelajar
tidak mungkin menghadirkan binatang seperti itu ke dalam kelas. televisi juga bisa

95
menghadirkan bentuk mikro menjadi makro ribuan kali besarnya. seekor semut atau
nyamuk dapat dihadirkan dengan bentuk yang jauh lebih besar. demikian pula seekor
gajah dapat dihadirkan dalam bentuk sebesar kucing. hal itu dapat membantu
pembelajaran, terutama dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam. hardjono
(1988:101) menyatakan bahwa keuntungan pengajaran melalaui televisi: (1) pengajaran
dapat menjangkau jumlah yang sangat luas. (2) bahasa sebagai alat komunikasi dapat
dipakai dalam situasi dan lingkungan nyang nyata.
selanjutnya hardjono (1988) menyatakan bahwa berdasarkan konsepsinya,
pembelaaran melalui televisi dapat dibedakan menjadi tiga tipe: (1) pengajaran melalui
televisi yang merupakan kursus tersendiri. (2) pengajaran melalui televisi sebagai materi
pengajaran di sekolah. (3) pengajaran melalui televisi yang diintegrasikan dalam
pengajaran sekolah dan merupakan bagian dari pelajaran bahasa yang diajarkan di
sekolah.
penderita tunarungu di samping miskin kosakata juga miskin imajinasi. untuk
menghadirkan imajinasi pada penderita tunarungu sebaiknya menghadirkan bentuk
naturalnya. apa bila bentuk itu tidak dapat dihadirkan, dapat ditempuh dengan
memberikan gambar atau film. dalam hal ini kehadiran televisi akan membantu
pembentukan imajinasi itu. misalnya ada kalimat: ”gajah merusak kebun kelapa sawit.”
apa yang dimaksud dengan gajah? apabila anak tunarungu belum pernah
melihat gajah, untuk menerangkan seekor gajah, tidak cukup dengan sejumlah kalimat.
penderita tunarungu akan manggut-manggut jika diterangkan bahwa gajah adalah
binatang mamalia yang besar, lebih besar daripada kerbau, dan berbelalai panjang di
hidungnya. namun jika sesudah itu ditanya lagi apakah gajah? ia akan menggelengkan
kepala. iamajinasi tentang gajah itu akan terbentuk jika disertai dengan gambar, apalagi
kalau gambar itu dalam bentuk asli seperti dalam film. media audio visual dapat pula
diputar berulang-ulang.
balai pengembangan media televisi depdiknas telah menghasilkan lima skenario
pelajaran bahasa indonesia untuk pembelajaran di televisi untuk tunarungu. kelima
skenario itu masing-masing tentang: penulisan paragraf deskripsi, membaca berita dengan
lafal dan sikap yang benar, mengungkapkan tanggapan dan gagasan dalam diskusi,
menulis surat dinas, dan memahami informasi dari berbagai laporan. setiap topik

96
berdurasi 24 menit, dibagi menjadi tiga segmen. masing-masing segmen berdurasi
delapan menit, dan diakhiri dengan evaluasi.

1. strategi kluster pertanyaan.


pembelajaran dengan audiovisual bukan sekedar memindahkan materi dalam
buku ke dalam media audio-visual. strategi kluster pertaanyaan dalam pembelajaran
melalui televisi dimanfaatkan dalam memahami pokok-pokok berita. strategi
pengklusteran untuk memahami pokok berita dilaksanakan dalam tiga langkah: (1)
memahami topik, (2) menulis topik atau inti di tengah kertas, (3) membuat pertanyaan
dengan rumur 5w + 1h. pelaksanaan pengklusteran untuk memahami pokok berita itu
seperti berikut.

kluster reportase Apa (what)


Mengapa
(Why)

Topik
Peristiwa
Di mana
(where)

Siapa Kapan
(Who) (When)

hasil pengklusteran reportasi seperti kutipan skenario berikut ini:

97
avia : peristiwa apa yang disampaikan dalam berita itu?
tiara : peristiwa tentang penyebaran virus flu burung kak.
avia : di mana peristiwa tersebut terjadi?
tiara : di indonesia kak, terutama di jakarta.
avia : kapan peristiwa tersebut terjadi?
tiara : sekarang ini kak. berita tersebut selain ada di koran, juga ada di televisi aku
tadi melihatnya.
avia : siapa yang mengungkapkan peristiwa itu?
tiara : yang mengungkapkan koordinator komnas pengendalian flu
burung dan kesiap siagaan menghadapi pandemi influenza.
o ya kak, indonesia dianggap sebagai negara dengan jumlah kasus
flu burung terbesar di dunia.
avia : mengapa indonesia dianggap sebagai negara dengan jumlah kasus
flu burung terbesar di dunia?
tiara : sebab telah merenggut 107 jiwa. apa itu tidak termasuk besar.
avia: : kalau begitu bagaimana cara menjaga diri agar terhindar dari virus
flu burung?
tiara : dalam berita tadi dijelaskan kita harus membiasakan hidup bersih
dan sehat.
presenter:
apa kabar adik-adik, kita jumpa lagi dalam program pembelajaran
bahasa indonesia. kalian sudah menyaksikan percakapan antara
tiara dan avia kan? nah apa yang bisa kita ambil pelajaran dari
percakapan mereka?

kluster panca indera


pengklusteran panca indera dalam penyusunan skenario bpmtv diterapkan
untuk menyusun paragraf deskriptif, dengan mengambil setting di kebun raya purwodadi.
pelaku dalam skenario tersebut adalah empat siswa sma-b (tuna rungu). dealam adegan
itu digambarkan empat siswa slb berekreasi ke kebun raya purwodadi, menikmati
indahnya pemandangan alam. keempat siswa itu di kebun raya purwodadi mencatat

98
keadaan kebun raya berkaitan hal-hal yang dapat ditangkap indera mereka, kecuali indera
pendengar.

Mengamati

Merasakan

TOPIK
Mencium
Meraba

Mendengar

perdasarkan pengamatan terhadap kebun raya purwodadi, setelah melalui tahap


penyuntingan, di antara keempat siswa menghasilkan paragraf deskripsi sebagai berikut.
kebun raya purwodadi sangat indah. berbagai macam tanaman ada di tempat
itu. tempatnya yang berada di daerah yang tingggi dengan pepohonan yang rindang
membuat udaranya dingin. berbagai macam bunga juga ada di situ. bunga-bunga yang
sedang mekar menyebarkan bau yang harum.

e. simpulan

99
pembelajaran bahasa sangat penting bagi penderita tunarungu, karena akibat
kemiskinan bahasa dapat berpengaruh pada perkembangan jiwa mereaka. akibat
kemiskinan bahasa, anak tunarungu cenderung bersifat egosentris, berpusat pada dirinya
sendiri karena penghayatan mereka terhadap lingkungan sangat sempit. mereaka sukar
menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan orang lain, dan kurang menyadari efek
perilakunya terhadap orang lain. mereka juga sukar menyesuaikan diri.
pembelajaran bahjasa untuk penderita tunarungu perlu ditunjang oleh strategi
yang tepat, agar pembelajaran yang dilakukan dapat sangkil dan mangkus (tepat guna dan
berhasil guna). untuk mencapai keberhasilan pembelajaran bahasa, berbagai strategi dapat
dimanfaatkan. semua strategi pembelajaran baik, tergantung pada pelaksana, situasi, dan
kondisi proses pembelajaran. strategi yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
pemerolehan bahasa bagi penderita tunarungu diantaranya adalah strategi curah pendapat
dan strategi pengklusteran.
untuk pemerolehan lafal yang baik, anak tunarungu dapat diajarkan melalui
pernafasan lebih dahulu, meraban kemudian mengucapkan dengan lafalyang benar. untuk
dapat mengucapkan lafal yang benar, guru perlu memperhatikan anatomi dan fisiologi
yang benar, seperti: (1) keadaan bibir dan pergerakannya, (2) keadaan rahang dan gigi
serta pergerakan rahang, (3) keadaan lidah dan pergerakannya, (4) keadaan langit-langit
keras atau palatum, (5) dan keadaan palatum atau langit-langit lunak dan pergerakannya.
tujuan pembelajaran bahasa bagi tunarungu agar mereka bisa berinteraksi dengan
masyarakat seperti masyarakat normal yang lain. untuk itu peran orang tua sangat penting.
apabila penderita tunarungu dapat ditangani dengan baik, tidak menutup kemungkinan
mereka dapat berprestasi seperti manusia normal. di indonesia, ada penderita tunarungu
yang berhasil menempuh pendidikan kedokteran di amerika.

daftar pustaka

100
azies, furqanul dan alwasilah, a. chaedar. 2000. pengajaran bahasa komunikatif: teori
dan praktek. bandung: remaja rosdakarya.

boothroyd, arthur. 1982. hearing impairments in young children. prentice hall, inc
englewood cliffs.

brown, h. doglas. 2000. teaching by principles. san francisco: longman.

bunawan, lani dan cecilia susila yuwati. 2000. penguasaan bahasa anak tuna rungu.
penyunting totok bintoro dan tonny santosa. jakarta: santi rama.

depdikbud. 2000. pedoman guru pengajaran wicara untuk anak tuna rungu. jakarta.

depdiknas. 2001. kamus sistem isyarat bahasa indonesia. jakarta.

hardjono, sartinah. 1988. prinsip-prinsip pengajaran bahasa dan sastra. jakarta:


depdikbud.

leutke-stahlman, barbara dan luckner, john. 1991. effectively educating students with
hearing impairments. longman publishing group.

purbaningrum, endang dan yuliati. 2006. ”pengaruh pembelajaran menulis proses


terhadap performansi menulis siswa tuna rungu”. laporan penelitian. surabaya: fip
unesa.

sadjaah, edja dan sukarja, darjo. 1995. bina bicara, persepsi bunyi dan irama. jakarta:
sepdikbud.

101
yuliati. 2001. ”pembelajaran menulis dengan strategi menulis proses dan metode maternal
refektif (mmr) siswa kelas iv sekolah luar biasa tunarungu karya mul;ia i
surabaya”. tesis. malang: universitas negeri malang.

contoh karya ilmiah untuk jurnal

makna , fungsi, dan nilai edukatif tembang dolanan bocah : sebuah kajian filologi lisan

suharmono k.
staf pengajar fbs unesa

javanese song dolanan bocah is folk song for children. this javanese song is including
genre folklore consisted of words (idyll) and song, circulates verbally among certain
collective member, in the form of traditional, and haves a lot variant. javanese song
dolanan bocah is including folklore. formerly javanese song dolanan bocah hardly is taken
a fancy to children, and sing accompanied by game in house yard, especially when full
moon. but form of this song and game starts leaved by children, though the javanese song
has meaning, function, and value educative which good to development of child. for the

102
agenda of inculcating morals and loves culture itself to avoid foreigners culture which
inappropriate to nation culture, javanese song dolanan bocah need to be taught again in
region which the resident use javanese language. study of javanese song dolanan bocah
can pass artistry iesson ( sing and dance),or through local contain of javanese lesson.

kata kunci: tembang dolanan bocah, sastra, budaya

a. pendahuluan
usia anak-anak adalah usia bermain. mereka membutuhkan berbagai macam
mainan sesuai dengan tingkat usia, budaya, dan geografis indonesia.. alam indonesia
yang tropik memungkinkan anak-anak untuk berinteraksi dalam waktu-waktu yang sesuai
untuk bermain, seperti sore dan malam hari pada waktu bulan purnama. salah satu bentuk
permainan anak-anak di jawa adalah tembang dolanan atau nyanyian permainan . di jawa
timur khususnya “nyanyian permainan anak-anak” ini disebut tembang dolanan bocah.
tembang dolanan bocah ini termasuk nyanyian rakyat. menurut brunvand (dalam
danandjaja 1994:141) nyanyian rakyat merupakan genre atau bentuk foklor yang terdiri
dari kata-kata dan lagu, dan beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu,
berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian. di dalam tembang dolanan bocah
varian ini seperti pada tembang dolanan bocah “lindri” dan “cublak-cublak suweng”
berikut ini.
lindri:
lindri adang telung kati lawuhe semayi
(lindri masak nasi tiga kati lauknya semayi)
lindri adang telung kati lawuhe bothok teri
(lindri masak nasi tiga kati lauknya bothok teri)
semayi adalah lauk yang terbuat dari ampas kelapa dengan cara dimasak dengan
bumbu-umbu tertentu, kemudian dibungkus memanjang. sedang bothok teri adalah lauk
yang dibuat dari ikan teri dicampur kelapa muda dengan bumbu tertentu, kemudian
dibungkus daun pisang.
cublak-cublak suweng:

103
sir-sirpong dhele gosong (sir-sirpong kedelai gosong)
sir-sirpong ‘dele bodong (sir-sirpong pusarnya bodong)
seperti halnya kata teri dan semayi, kata dhele (kedelai) hangus dan ’dele/udele
(pusarnya) menonjol keluar berbeda maknanya. namun kata-kata tersebut agaknya lebih
mementingkan persajakan.
munculnya varian tersebut juga disebabkan oleh adanya dialek, seperti yang
terdapat pada lagu dolanan bocah “pitik kate”. kata “tembolok” dalam lagu itu ada yang
menyebut telih, dan ada pula yang menyebut dengan teleh. lagu dolanan bocah sebagai
kajian filologi sulit untuk ditelusuri aslinya, karena tiap-tiap daerah di jawa mempunyai
dialek regional, dan lagu dolanan tersebut selalu disesuaikan dengan daerah setempat,
seperti kasus lagu lindri, suatu daerah dapat saja merasa asing dengan lauk semayi, dan
akrab dengan bothok teri. yang perlu dicatat antara semayi dan bothok teri mempunyai
rima akhir yang sama. unsur rima atau guru lagu semacam ini sangat diutamakan dalam
tembang jawa.
tembang dolanan bocah adalah bagian dari foklor. menurut balys (dalam supanto
1986:424) foklor menampung kreasi-kreasi masyarakat baik yang primitif maupun yang
modern dengan menggunakan bunyi dan kata-kata dalam bentuk puisi dan prosa meliputi
juga kepercayaan dan ketakhayulan, adat kebiasaan serta pertunjukan-pertunjukan, tari-
tarian dan drama-drama rakyat. andre welsh dalam hutomo (1996:20) menyatakan bahwa
puisi modern mempunyai hubungan yang erat dengan puisi primirif. dari pernyataan ini
dapat disimpulkan bahwa antara foklor dan filologi lisan mempunyai kaitan yang erat.
tembang dolanan bocah di samping dapat menjadi bahan kajian filologi lisan juga dapat
dijadikan bahan kajian foklor. filologi adalah ilmu yang menyelidiki kebudayaan yang
berdasarkan bahasa dan kesusasteraan (hutomo,1991:140). filologi biasanya berpegang
pada teks-teks kuna yang tertulis. namun teks-teks sastra lisan sesuai dengan pendapat
suripan sadi hutomo tersebut juga mengandung kekunaan di samping kekinian
seiring dengan perkembangan zaman, tembang dolanan bocah saat ini sudah
asing di telinga anak-anak, terutama anak-anak perkotaan. dengan kemajuan teknologi
juga ikut mendorong semakin dilupakannya lagu anak-anak. dengan perkembangan
teknologi audio visual membuat anak-anak tidak merasa perlu bermain-main di halaman
rumah lagi pada saat bulan purnama. siang dan malam anak-anak terpaku di depan televisi

104
menikmati siaran televisi, menyaksikan vcd, atau bermain video game. materi permainan
maupun tontonan yang dilihat merupakan materi impor yang belum tentu cocok dengan
budaya indonesia, khususnya budaya anak-anak. padahal di negara kita sudah tersedia
sarana mainan yang sesuai bagi anak-anak.
lagu dolanan bocah dulu sering dimainkan oleh anak-anak di waktu senggang, di
malam hari waktu bulan purnama, atau ketika anak-anak sedang menggembalakan
kambing, sapi, atau kerbau. di waktu bulan purnama mereka bermain berlari-lari dan
bernyanyi-nyanyi. atau mereka juga dapat bermain layang-layang sambil menyanyikan
lagu mengundang angin, sementara binatang piaraannya asik makan di padang
gembalaan. seiring dengan perkembangan zaman, sebenarnya bukan lagu dolanan bocah
saja yang mulai ditinggalkan, tetapi juga pola permainan mereka. pada saat ini sudah
jarang dijumpai anak-anak perempuan memainkan permainan sumbar garit (permainan
dengan biji sawo), engkle dan sebagainya. permainan semacam ini dulu sangat disukai
oleh anak-anak perempuan.
penyebab hampir punahnya lagu dolanan bocah sebenarnya bukan hanya
ditinggalkan oleh anak-anak. dulu lagu dolanan itu juga diajarkan di sekolah-sekolah tk
sampai dengan sd, namun sekarang sudah tidak diajarkan lagi. . apakah makna dan fungsi
lagu dolanan bocah hanya sekedar hiburan belaka? ataukah lagu dolanan bocah
mempunyai nilai-nilai edukatif. apabila tembang dolanan bocah mempunyai nilai
edukatif, nilai edukatif apakah yang terkandung di dalam tembang dolanan bocah
tersebut? perlukah tembang dolanan bocah dilestarikan. bagaimanakah pelestariannya?
hal inilah yang melatarbelakangi kajian ini.
sosok anak-anak adalah sosok dalam usia bermain. mereka membutuhkan santapan
rokhani untuk membentuk jiwa mereka di samping kebutuhan fisik untuk perkembangan
tubuhnya. antara kebutuhan jasmani dan rokhani harus ada kesiambangan, ketidak
seimbangan perkembangan antara jasmani dan rokhani dapat menimbulkan masalah jika
anak-anak tersebut telah menginjak dewasa. kebutuhan rokhani yang diperlukan anak-
anak adalah sarana hiburan dan pendidikan untuk mengisi jiwa mereka yang masih belum
tercemar oleh lingkungannya. dalam hal ini tembang atau nyanyian dapat dijadikan sarana
untuk mengisi jiwa anak-anak. tembang atau nyanyian untuk anak dapat berfungsi untuk

105
membentuk karakter dan jiwa anak apabila tembang tersebut mengandung nilai-nilai
luhur sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jiwa anak.
tembang dolanan bocah adalah suatu nyanyian untuk konsumsi anak-anak.
menurut hutomo (1996:20) tembang dolanan bocah atau nyanyian permainan anak-anak
termasuk puisi primitif, yaitu puisi-puisi yang dilisankan dan bentuknya sederhana sekali.
namun demikian maknanya sulit dipahami oleh orang awam. akibatnya, menimbulkan
banyak tafsiran. supratno (1998:5) menyatakan bahwa untuk menelaah karya sastra tidak
dapat dilepaskan dari lingkungan atu kebudayaan yang telah menghasilkannya. oleh
karena itu analisis tembang dolanan bocah ini tidak dapat dipisahkan dari lingkugan dan
kebudayaan jawa.
pada zaman penjajahan belanda sudah ada usaha untuk mendokumentasikan
tembang dolanan bocah. buku tentang tembang dolanan bocah yang pernah terbit ialah
serat lagu bocah-bocah, terbitan tahun 1912 dengan huruf jawa, oleh raden sukardi alias
prawirawinarsa, diterbitkan h.a. benyamin semarang. buku ini memuat 189 judul
nyanyian. hans overbeck telah menghimpun tembang dolanan bocah dengan judul
javaansche meisjesspelen en kinderliedjes, 1935, terbitan java-instituut, yogyakarta. buku
ini memuat 690 nyanyian.
filologi lisan berkaitan erat dengan sastra lisan. filologi adalah ilmu yang
menyelidiki perkembangan krokhanian sesuatu bangsa dan kekhususannya atau yang
menyelidiki kebudayan berdasarkan bahasa dan kesusasteraan (hutomo,1991:14).
sudjiman (1986:29) memberikan batasan filologi adalah ilmu yang menyelidiki
perkembangan kerokhanian suatu bangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki
kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya. dalam arti sempit filologi berarti
studi tentang naskah lama untuk menetapkan bentuk keasliannya, bentuk semula, serta
makna isinya. bertitik tolak dari pendapat filologi lisan menyelidiki kebudayaan
berdasarkan bahasa dan kesusastraan lisan. ternyata filologi lisan berkaitan erat dengan
sastra lisan. sastra lisan juga menjadi objek bidang studi ilmu folklor (hutomo,1991:9).
dengan demikian sastra lisan dan filologi lisan merupakan bagian dari folklor.
foklor menurut danandjaja (1994:2) sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang
tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara

106
tradisional dalam sistem yang berbeda, baik dalam bentiuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
foklor dibedakan menjadi tiga macam, yaitu folklor lisan, folklor setengah lisan,
dan folklor bukan lisan. yang termasuk folklor lisan adalah ugkapan tradisional, nyanyian
rakyat, bahasa rakyat, teka-teki, cerita rakyat. yang termasuk folklor setengah lisan ialah
drama rakyat, tari, kepercayaan dan takhayul, upacara-upacara, permainan rakyat dan
hiburan rakyat, adat kebiasaan, dan pesta-pesta rakyat. foklor bukan lisan dibedakan
menjadi dua, yaitu yang berupa material seperti mainan, makanan dan minuman,
peralatan dan senjata, alat-alat musik, pakaian dan perhiasan, obat-obatan, seni kerajinan
tangan, arsitektur rakyat. yang berupa bukan material adalah musik, bahasa isyarat.
tembang dolanan bocah adalah bagian dari nyanyian rakyat. nyanyian rakyat juga dapat
digolongkan ke dalam tradisi lisan yang menggunakan bahasa. tradisi lisan mempunyai
ci-ciri tertentu. menurut hutomo (1988:233) ciri-ciri itu ialah: (1) tidak diketaui
penciptanya, (2) tradisi lisan milik kolektip, (3) tradisi lisan mempunyai fungsi di dalam
masyarakat, (4) materi tradisi lisan sudah ada sejak masa lampau, (5) materi tradisi lisan
mempunyai bentuk tertentu yang bervariasi, (6) materi yang berkaitan dengan
kepercayaan biasanya materi tersebut berlandaskan pemikiran logika tersendiri, (7) tradisi
lisan hidup dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan.

konsep tembang dolanan bocah


tembang dolanan bocah adalah nyanyian rakyat untuk anak-anak. nyanyian rakyat
ini termasuk sastra lisan, dan bagian dari foklor. tembang dolanan bocah yang termasuk
dalam kajian filologi lisan adalah nyanyian rakyat yang mempunyai ciri kekunaan.
hutomo (1999:4) menyatakan bahwa ilmu filologi yang pada dasarnya mempelajari
kebudayaan suatu bangsa melalui bahasa bangsa yang bersangkutan dan bukan sekedar
perbandingan teks untuk mencari asal-usul teks (babon teks) maka setiap versi teks
mempunyai fungsi yang berbeda-beda di setiap tempat dan waktu yang berbeda pula. oleh
karena itu versi lisan pun perlu diteliti secara filologis. hutomo (1996;20) menyatakan
bahwa bentuk nyanyian rakyat yang berupa tembang dolanan bocah bentuknya
sederhana, namun naknanya sulit dimengerti karena penuh lambang dan misteri.

107
konsep pendidikan tradisional
pendidikan tradisional adalah sistem pendidikan yang diwariskan secara turun-
menurun. sistem pendiddikan ini tidak didasarkan pada teori tertentu, tetapi dari
kebiasaan-kebiasaan generasi sebelumnya. harjawiyana (1986:487) menyatakan bahwa
nyanyian rakyat termasuk tembang dolanan bocah mempunyai bermacam-macamn
aspek. salah satu dari aspek itu adalah aspek pendidikan.
pendidikan tradisional di dalam tembang dolanan bocah dapat diketahui dari isi
tembang dolanan tersebut. memang tidak semua tembang dolanan bocah mengandung
unsur-unsur pendidikan, namun unsur pendidikan di dalam tembang dolanan bocah
cukup dominan.

teori fungsi
teori fungsi dalam kajian ini memadukan antara teori william r. bascom, teori alan
dundes, dan teori yang dikemukakan oleh suripan sadi hutomo. menurut bascom sastra
lisan termasuk nyanyian rakyat mempunyai empat fungsi, sedang dundes menyatakan
bahwa sastra lisan mempunyai enam fungsi (sudikan,2001:162). hutomo dalam mutiara
yang terlupakan (1991:69) membagi fungsi sastra lisan menjadi enam fungsi. jika ketiga
teori tersebut dipadukan akan menghasilkan teori fungsi: (1) sebagai sistem proyeksi; (2)
untuk pengesahan kebudayaan; (3) alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial; (4)
sebagai alat pendidikan anak; (5) sebagai sarana kritik sosial; (6) sebagai sebuah bentuk
hiburan; (7) meningkatkan solidaritas suatu kelompok; (9) mengubah pekerjaan yang
membosankan menjadi permainan.

konsep semiotik
untuk menganalisis makna tembang dolanan anak dipakai teori semiotik.
semiotika menurut sudjiman (1991:5) adalah studi tentang tanda dan segala yang
berhubungan dengannya. tanda-tanda bahasa merupakan sebuah simbol. simbol-simbol
tersebut meskipun bersifat arbriter diciptakan berdasarkan konvensi. tembang dolanan
bocah sarat mengandung makna simbolis. makna simbolis tersebut dikemas sedemikian
rupa sehingga sulit dicerna maknanya. karena sulitnya mencerna makna, maka timbul

108
banyak tafsiran. unsur simbolis dalam tembang dolanan seperti pada tembang “ilir-ilir”,
“sluku-sluku bathok”, “jago kate” dan sebagainya.
berkaitan dengan semiotika, variasi memegang peranan penting dalam sastra
lisan yang biasanya tidak diselamatkan dalam bentuk tulisan (teeuw,1988;64). dinyatakan
oleh teeuw bahwa karya sastra lisan. karya sastra di indonesia sangat penting. sejarah
sastra indonesia tidak dapat dituliskan tanpa mengikutkan sastra lisan.
kajian semiotika adalah kajian tentang simbol. menurut wellek dan warren
(1990:239-240) di dalam teori sastra simbol adalah objek yang mengacu pada objek lain,
tetapi juga menuntut perhatian pada dirinya sendiri sebagai suatu perwujudan. simbol
selalu terus menerus menampilkan dirinya. hal ini berbeda dengan citra. citra
dibangkitkan melalui sebuah metafora.

b. makna, fungsi, dan nilai edukatif tembang dolanan bocah


kajian tembang dolanan bocah ini dipusatkan pada dua pembahasan, yaitu
tentang makna, fungsi, dan nilai edukatif tembang dolanan bocah. makna tembang
dolanan bocah dianalisis dengan teori semiotik, sedang fungsi tembang dolanan bocah
dianalisis dengan perpaduan teori fungsi bascom dan dundes.

1. makna tembang dolanan bocah


tembang dolanan bocah adalah tembang untuk konsumsi anak-anak. tembang
dolanan bocah seharusnya dikemas dalam bahasa dan makna yang sederhana. nyanyian
rakyat ini banyak yang dikemas dengan memasukkan unsur-unsur simbolis. meskipun
anak-anak sering tidak dapat ,memahami maknanya, namun tembang dolanan bocah
sangat komunikatif dengan anak-anak. hal ini disebabkan tembang dolanan bocah
dikemas dengan lagu yang menarik. bagi anak-anak kekuatan tembang dolanan bocah
terletak pada lagu yang diciptakan, sedang bagi orang dewasa terletak pada syairnya.
dengan demikian tembang dolanan bocah dapat dinikmati oleh anak-anak maupun orang
dewasa
.
a. makna religius dalam tembang “ilir-ilir”

109
makna religius adalah makna yang bersifat religi. religi menurut kamus besar
bahasa indonesia berarti kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia
(1999:830). makna relegius ini juga mencakup kepercayaan pada agama yang dipeluk
seseorang.
di antara tembang dolanan bocah yang paling banyak mendapatkan tafsiran
sebagai tembang yang mengandung makna relegius adalah tembang “ilir-ilir”. orang-
orang yang pernah menafsirkan tembang “ilir-ilir”: parwatri wahjono, suripan sadi
hutomo, karjono, pak ton, rerep sugoto, gunawan, ki suryahatmodjo, tinjo mojo, m.
sumardjo, bakti, n. asri, umar hasyim. tafsiran mereka bermacam-macam.
menurut hutomo (1988:129) tafsiran tembang “ilir-ilir” kalau dikumpulkan
terdapat tiga jalur tradisi, yaitu agama islam, kebatinan, dan politik..penafsiran tinjo mojo
lebih mengarah kepada kebatinan jawa bahwa manusia hidup harus hati-hati, harus berani
menghadapi kesulitan dan tidak menganggap remeh pada hal-hal yang mudah. manusia
harus suci hatinya, ketika muda harus melatih diri pada tingkah laku utama
(hutomo,1988:124-125). penafsiran ini hampir sama dengan penafsiran suryohatmodjo.
menurut suryohatmodjo (1979:13) lagu “ilir-ilir” mempunyai makna bahwa manusia
sejak lahir hingga meninggal dunia penuh cobaan, berbuat dosa antara sesama manusia
dan dosa kepada tuhan.
makna relegius tembang “ilir-ilir” juga dikemukakan oleh karjono (1993:3).
menurut karjono manusia yang telah menyadari kehidupannya di dunia selalu ingin dekat
dengan tuhan. berbakti kepada tuhan harus didasari pada tingkah laku utama sesuai
dengan yang digariskan tuhan. tingkah laku utama itu adalah rila (rela) nrima (menerima
apa adanya), sabar (sabar), temen (jujur), budi luhur (berbudi luhur).
tafsiran sesuai dengan religi islam dikemukan dengan jelas oleh s. wardi. menurut
s. wardi (hutomo, 1988:129) ajaran islam yang disyiarkan oleh para wali sudah mulai
berkembang. pada waktu itu para wali berpakaian hijau. orang-orang yang belum
memeluk agama islam agar segera memeluk agama itu (menek blimbing). walaupun licin
hendaknya dipetik, sebab untuk membersihkan jasmani rokhani. jasmani dan rokhani
yang rusak hendaknya diperbaiki dengan jalan masuk agama islam agar diterima di
haribaan tuhan. kesempatan masih banyk hendaknya dipergunakan sebaik-baiknya.

110
tafsiran ini sama dengan tafsiran umar hasyim dalam buku dalam bukunya yang berjudul
sunan kalijaga.
di dalam tembang “ilir-ilir” memang tidak ada sepatah kata pun yang mengacu
pada tuhan atau agama. kata-kata di dalam tembang “ilir-ilir” sangat umum, oleh karena
itu menimbulkan banyak ketaksaan. dalam menafsirkan tembang “ilir-ilir” seharusnya
juga perlu dipehatikan bahwa tembang ini juga untuk konsumsi anak-anak. apabila
tembang “ilir-ilir” dimaknai seperti makna di atas tentu saja tidak akan dimengerti
olehanak-anak.
religi islam dalam tembang dolanan bocah terdapat dalam tembang dolanan
bocah yang menceritakan selama bulan puasa. tembang ini tidak jelas judulnya, dan
syairnya seperti berikut ini.

suka-suka siswa pamulangan jawa


saben sasi pasa libure selapan dina
dasar bisa pada netepi agama 2x
wayah bengi gumarenggeng padha ngaji
maca ngaji quran wayah awan cegah mangan
cegah ngombe bukane ing wayah sore 2x
dina bakda uwis leren nggone pasa
padha ariaya seneng-seneng ati raga
bingar-bingar mangan enak kongsi mlekar

terjemahan:
suka-suka siswa sekolah jawa
setiap bulan puasa libur tiga puluh lima hari
dasar bisa menjalani perintah agama 2x
weaktu malam bergeremang semua mengaji
membaca mengaji quran waktu siang mencegah makan
mencegah minum berbuka di waktu sore 2x
hari lebaran sudah selesai berpuasa

111
semua berhari raya bersenang-senang jiwa raga
bersenang-senang makan enak sampai kekenyangan

tembang di atas menceritakan saat bulan puasa bagi anak-anak yang beragama
islam. di dalam tembang tersebut anak-anak diajak untuk dapat menjalankan perintah
agama dengan baik. anak-anak diajak menjalankan salah satu rukun islam, yang wajib
dilakukan di bulan romadhan, yaitu ibadah puasa. di dalam ibadah puasa harus mencegah
makan dan minum di siang hari. di bulan puasa anak-anak harus banyak beribadah. salah
satu bentuk ibadah itu ialah membaca al quran di malam hari.
apabila lebaran tiba, maka selesailah berpuasa. tradisi di hari lebaran anak-anak
dan masyarakat islam selalu memakai baju baru. mereka bersenang-senang setelah
sebulan berpuasa, bersenang-senang jiwa dan raganya. ini merupakan salah satu bentuk
kegembiraan dan tradisi umat islam setelah selama sebulan berpuasa. mereka makan
sehingga kekenyangan. nyanyian di atas dinyanyikan dengan nada gembira. nyanyian
rakyat itu menjadi indah dan merdu dengan adanya rima akhir pada setiap baris.
berbeda dengan tembang “ilir-ilir”, tembang di atas banyak mengandung kata-
kata khusus, yaitu peristilahan di dalam islam seperti pada kata bakda, pasa, riyaya, ngaji,
quran, ariaya. kata-kata itu sudahmengarah kepada agama islam, oleh karena itu tidak
sulit mencernanya. di dalam “ilir-ilir” kata-kata yang dipakai semuanya kata-kata umum,
sehingga menimbulkan banyak tafsiran.
parwatri wahjono memberikan makna tembang “ilir ilir” yang mengandung unsur
hindu. interpretasi yang dilakukan parwatri wahjono didasarkan pada interptretasi
semiotis, linguistis, dan filologis. menurut parwatri (1997:18) makna tembang “ilir ilir”
adalah supaya dapat mempergunakan waktu dengan baik, pada saat seperti pengantin baru
karena berkah dari tuhan, seperti manusia yang telah bersatu dengan tuhan, dalam istilah
kebatinan manunggaling kawula gusti, sepertibersatunya laki-laki dengan permpuan,
seperti bersatunya keris dan sarungnya, yang dilambangkan dengan lingga dan yoni.
untuk bermasyarakat harus dapat menunjukkan wibawa pemimpin, sesuai dengan paham
yang diakui pada saat diciptakan tembang “ilir ilir”.
paham yang dianut masyarakat pada saat itu yaitu paham yang berupa konsep-
konsep pikiran kejawen, yaitu kebudayaan asli pra hindu, animisme, dinamisme,

112
hinduisme dan budaisme. menurut parwatri, setelah masuknya islam tembang “ilir ilir”
diberi makna baru.
karyono memberikan makna lagu “ilir ilir” sesuai dengan konsep kebatinan jawa,
yaitu manunggaling kawula gusti. menurut karjono (1993:23) makna tembang “ilir ilir”
orang yang sudah merasa sebagai makhluk tuhan merasa cinta yang sangat kepada tuhan,
selalu ingindekat dengan-nya. untuk mencapai hal itu harus melalui tingkah laku utama.
tingkah laku utama itu rila, nrima, sabar, temen, budi luhur (rela, menerima, sabar, jujur,
berbudi luhur).

b. mantra dalam tembang dolanan bocah


mantra di dalam masyarakat masih dapat dijumpai hingga saat ini. mantra dapat
dimasukkan ke dalam unsur religius, karena pada hakekatnya mantra adalah sarana untuk
menghubungkan dengan kekuatana yang tertinggi. mantra diucapkan karna adanya suatu
peintaan atau keinginan untuk tejadinya sesuatu, terjadinya suatu perubahan pada sesuatu,
seperti dari seorang sakit menjadi sembuh, atau orang yang sehat menjadi sakit. di
indonesia mantra dipakai untuk multifungsi, seperti supaya dikasihi atau dibenci, agar
laris dagangannya, agar tidak terjadi atau agar terjadi hujan, agar tanamannya tumbuh
subur, supaya selamat dalam perjalanan. menurut umar junus ( 1985:133) mantra
diharapkan mesti efektif, mempunyai akibat. untuk menjadi efektif mantra mempunyai
unsur sebagai berikut:
a. terdiri dari rayuan dan perintah. sesudah dirayu, yang gaibitu diperintah
untuk melayani.
b. dibentuk secara puitis dengan tak menggunakan kesatuan kalimat, tapi suatu
expression unit, (kesatuan pengucapan) seperti dalam kaba, yang terdiri dari
dua bagian yang seimbang.
c. yang dipentingkan “keindahan bunyi”, sehingga yang penting di dalamnya
ialah unsur bahasa yang kongkret, bunyi.

bentuk mantra di dalam tembang dolanan bocah terdapat di dalam tembang untuk
medatangkan angin dan agar laron (kelekatu) dapat terbang rendah seperti berikut ini.
cempe cempe undangna barat gedhe

113
tak opahi duduh tape
nek kurang njupuka dhewe

cempa-cempa undangna barat dawa


tak opahi duduh tela
nek kurang njupuka kana

terjemahan
cempe cempe panggilkan angin besar
kuberi upah kuah tape
jika kurang ambil sendiri

cempa cempa panggilkan angin panjang


kuberu upah kuah ketela
jika kurang ambil di sana

cempe adalah nama untuk anak kambing. mantra di atas adalah mantra untuk
mendatangkan angin. mantra itu biasa dinyanyikan oleh anak-anak yang bermain layang-
layang. jika tidak ada angin yang dapat membantu menaikan layang-layangnya, biasanya
anak-anak menyanyikan tembang itu. bentuk di atas memenuhi persyaratan mantra seperti
yang dikemukakan oleh umar junus. tembang mantra yang lain yang biasa dinyanyikan
anak-anak seperti berikut ini.

ndhek erek dhuwur kencur


aku endhek kowe dhuwur

terjemahan:
ndhek erek tinggi kencur
aku pendek engkau tinggi

114
di awal musim penghujan, biasanya kelekatu keluar beterbangan. di pagi hari
anak-anak berlarian di tanah basah mengejar kelekatu (laron) yang beterbangan. apabila
ada kelekatu yang terbang tinggi, anak-anak menyanyikan mantra itu dengan harapan
menjadi terbang rendah dan dapat ditangkap. mantra yang biasa dinyanyikan anak-anak
yang lain seperti berikut ini.

gok gok ling gok gok ling


gok gok ling gok gok ling munia kaya suling
gok gok bang gok gok bang munia kaya trebang
terjemahan:
gok-gok ling gok gok ling
gok gok ling gok gok ling berbunyilah seperti seruling
gok gok bang gok gok bang berbunyilah seperti rebana

mantram di atas ditembangkan ketika seorang anak membuat serunai dari batang
padi. sebelum ditemukan varietas unggul dulu tanaman padi usianya cukup panjang,
mencapai hampir enam bulan. batang padi lebih tinggi dan lebih besar, sehingga dapat
dibuat dremenan atau terompet dari batang padi. serunai itu dibuat seperti terompet
dengan ditambah daun kelapa yang dibentuk seperti terompet. terompet itu jika ditiup
dapat mengeluarkan suara yang keras dan merdu. permainan terompet ini biasanya
dilakukan anak-anak sambil menjaga padi dari hama burung dan ayam. berikut ini mantra
untuk bulan yang tertutup awan agar segera bersinar terang. mantra ini dinyanyikan oleh
anak-anak saat bulan purnama, ketika sinar bulan menjadi suram karena tertutup awan.
nya lenga nya uceng
nya lenga nya uceng
damarmu ndang sumeten

terjemahan:
inilah minyak inilah sumbu
inilah minyak inilah sumbu
minyakmu cepat nyalakan

115
tembang dolanan di atas memang sesuai dengan unsur mantra yang dikemukakan
oleh umar junus. umar junus (1985: 135) menyatakan hakikat mantra sebagai berikut.
a. ada bagian rayuan dan perintah
b. menggunakan kesatuan pengucapan
c. mementingkan keindahan bunyi dan permainan bunyi
d. ia sesuatu yang utuh, tak dapat dipahami melalui pemahaman unsur-
unsurnya
e. ia sesuatu yang tak dapat dipahami oleh manusia, sesuatu yang misterius
f. ada kecenderungan esetoris dari kata-katanya, atau ada hubungan yang
esetoris
g. terasa sebagai permainan bunyi belaka.

unsur rayuan dapat dilihat dalam bentuk pengulangan-pengulangan. unsur rayuan


dengan pola repetisi ini dapat dijumpai pada kata: cempe cempe, cempa cempa; dhuwur,
gok gok ling, nya lenga nya uceng dan sebagainya. mantra tersebut meskipun maknanya
sulit dipahami, mengandung kesatuan sintaksis, kesatuan pengucapan. keindahan bunyi
terdapat pada rima dan irama yang dibentuk.
yang unik dalam mantra adalah bahwa mantra di dalam sebuah kalimat tidak
mempunyai hubungan makna, tetapi mempunyai hubungan sintaksis. hal itu seperti pada
kaimat cempe cempe undangna barat gedhe. cempe adalah anak kambing. antara cempe
dan angin tidak ada hubungan makna. artinya secara logika anak kambing tidak dapat
memanggil angin. tetapi seperti kata umar junus, mantra adalah sesuatu yang utuh yang
tidak dapat dipahami unsur-unsurnya. mantra tidak dapat dipahami oleh manusia, sesuatu
yang misterius. seperti pada kata gok gok ling gogok ling terasa sebagai permainan bunyi
belaka. yang penting dari mantra adalah akibatnya, bukan makna dari mantra itu.
tembang “ilir ilir” juga ada yang memaknai sebagai mantra. dalam serat
damarwulan (wahjono,1994:18) ketika damarwulan menjadi mayat karena gada besi
kuning minakjingga, dinyanyikan mantra oleh dewi sasmitaningrum dan dewi susilawati.
dalam naskah itu diceritakan setelah tembang kedua putri itu sampai pada penutup, surak.
damarwulan mulai bernafas lagi.

116
c. makna politik dalam tembang dolanan bocah
di dalam perkembangannya, tembang dolanan bocah tidak hanya dimaknai dari
makna yang sesuai dengan pola pikir bocah dan makna religi, tetapi juga ada yang
menghubungkan dengan masalah politik. hal ini seperti yang dilakukan oleh n. asri
terhadap tembang “ilir ilir”. n. asri (hutomo,1988:27) menyatakan bahwa ilir-ilir tandure
wis sumilir mempunyai makna bahwa bangsa indonesia telah merdeka pada 17 agutus
1945.; tak ijo royo-royo negara indonesia masih muda; dak sengguh penganten anyar =
dikira menemukan kebahagiaan. larik-larik selanjutnya dimaknai supaya diutamakan
pewrsatuan untuk mengabdi kepada ibu pertiwi
majalah djaka lodang (hutomo, 1988:27) juga pernah memberikan penafsiran
seperti penafsiran yang dikemukakan oleh n. asri. di dalam majalah ini tembang “ilir ilir”
ini dimaknai abadilah proklamasi 17 agustuas 1945. negara indonesia masih seperti
pengantin baru, supaya diusahakan agar lebih sempurna, supaya diusahakan tercapainya
adil makmur. masih ada korupsi dan berebut kursi, harus diusahakan adanya persatuan
dari sabang sampai merauke untuk ibu pertiwi. bangunlah, maju indonesia untuk
selamanya.
dua penafsiran di atas sebenarnya terlalu mengada-ada, karena tembang “ilir ilir”
sudah ada pada naskah kuna. parwatri wahjono (1994:18) mengutip bbait “ilir ilir” dari
naskah kuna serat damarwulan seperti berikut.
ilir-ilir tandurira,
ing wong sumilir mulya,
ijo royo-royo ingsun sengguh,
penganten anyar paduka

bocah angon-angon sami,


peneken balimbing ika,
sun karya musuh kampuhe,
umitir ing manah radyan
bedhah pepinggirira,
mumpung gedhe wulanipun,

117
mumpung jembar kalangannya

dilihat dari kosa kata yang dipakai tembang di atas, terdapat beberapa kata yang
cenderung memakai bahasa jawa tengahan, seperti kata tandurira, ingsun, sun, karya. hal
ini membuktikan bahwa tembang “ilir ilir” merupakan tembang kuna. tembang itu
kemudian bahasanya disesuaikan dengan bahasa jawa sekarang, karena masyarakat masih
menyukai tembang itu. suripan sadi hutomo (1988:123) menyatakan keraguannya bahwa
tembang “ilir ilir” merupakan ciptaan pada zaman para wali, karena bahasa yang dipakai
bahasa jawa baru. dengan kenyataan seperti kutipan di atas keragu-raguan suripan sadi
hutomo di atas tidak terbukti, karena ternyata ada tembang “ilir ilir” yang bahasanya
memakai bahasa jawa tengahan pada naskah kuna.
tembang dolanan bocah yang lain yang dimaknai politik terdapat pada lagu
“dhungkul sedhola-dhalu dhembleng”. lagu ini mempunyai banyak variasi . variasi
twersebut misalnya pada larik pertama berbunyi: dhungkul sedhola dhalu dhembleng;
dhungkul sedhola dhalu dhambleng; dhungkul dhalu dhembleng; dhempul talu tameng.
nama tokoh dalam tembang ini juga bervariasi, yaitu: nalajaya, anggajaya, trunajaya. versi
suripan sadi hutomo adalah trunajaya, sehingga syairnya menjadi seperti berikut.
dhungkul sedhela dhalu dhambleng
trunajaya numpak celeng
trunajaya ditelikung
ciyet ciyet trunajaya dibebencet.

terjemahan:
dhungkul sebentar dhalu dhambleng
trunajaya numpak celeng
trunajaya ditelikung
ciyet ciyet trunajaya dibebencet

suripan sadi hutomo memberikan makna sindiran tentang pemberontakan


trunajaya pada tembang di atas (hutomo,1988:134). apabila syairnya seperti di atas,
memang sesuai dengan kondisi trunajaya. menurut babad tanah jawi (anonim,1987:196)

118
trunajaya setelah menyerah kepada mangkoerat, kemudian dibunuh. apabila nama tokoh
dalam tembang itu anggajaya atau nalajaya maka tentu ada legenda lain yang berkaitan
dengan kedua tokoh itu.

d. makna filosofis tembang dolanan bocah


filosofis berasal dari kata filsafat. filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, hukumnya (tim
penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa,1999:277). makna
filosofis di sini bersifat umum, terlepas dari makna religi. makna filosofis dalam tembang
dolanan bocah seperti terdapat dalam syair berikut ini.
enthik enthik si temunggul patenana
gek dosane apa
aja dhi, aja dhi, wong tuwa ala-ala malati

terjemahan:
entik entik si temunggul bunuhlah
dosanya apa
jangan dhik, jangan dhik orang tua meskipun jelek menimbulkan dosa

tembang tersebut mengajarkan bahwa kepada orang tua harus selalu hormat.
tembang itu dinyanyikan dengan cara menjadikan tokoh pada jemari kita, ibu jari,
telunjuk, dan jari kelingking. telunjuk memberi perintah kepada kelingking supaya
membunuh jari tengah, namun ibu jari melarangnya sambil menngingatkan bahwa
membunuh orang tua dapat menimbulkan dosa.
makna filosofis tembang “e dhayohe teka” telah dikupas oleh suwardi endraswara.
syair tembang tersebut seperti berikut ini.
e dhayohe teka/ e gelarna klasa/e klasane bedhah/ e tambalen jadah/ e
jadahe mambu/ e pakakna asu/ e asune mati/ e buwangen kali/ e kaline
banjir/ e buwangen pinggir/ e pinggire lunyu/ e ayo dha mlaku
menurut endraswara (1999:9) makna filosofis tembang di atas bahwa bayi yang
lahir harus dididik. di dunia tidak selalu enak, kadang-kadang mendapat masalah. oleh

119
karena itu orang tua harus menjaga agar anak menjadi bahagia. di dalam menjaga dunia
(mamayu ayuning bawana) harus memakai falsafah rukundan manunggal, manunggalnya
cipta, rasa, karsa.

2. fungsi tembang dolanan bocah


tembang dolanan bocah adalah sastra lisan. ada sembilan fungsi sastra lisan, yaitu
(1) sebagai sistem proyeksi, (2) sebagai pengesahan kebudayaan, (3) sebagai alat pemaksa
berlakunya norma sosial, (4) sebagai alat pendidikan anak, (5) untuk mencela orang lain,
(6) sebagai bentuk hiburan, (7) untuk meningkatkan solidaritas kelompok, (8) sarana
kritik sosial, (9) mengubah pekerjaan menjadi permainan. berikut ini fungsi tembang
dolanan bocah sebagai salah satu genre sastra jawa.

a. fungsi hiburan
semua tembang dolanan bocah mempunyai fungsi menghibur, di samping fungsi
yang lain. hal itu disebabkan usia anak adalah usia bermain, sehingga dengan bentuk
hiburan danpermainan dapat menjaga perkembanganjiwa anak dapat tumbuh wajar. oleh
karena itu banyak tembang dolanan yang menggambarkan keindahan, kecantikan, dan
kemuliaan hati, seperti tembang tentang bunga, bulan, kupu-kupu, dan keindahan
lingkungan. untuk menimang anak balita, biasanya dinyanyikan tembang “bulan gedhe”
dengan syair seperti berikut.
mbulan-mbulan gedhe,
ana santri menek jambe,
ceblokna salining bae,
sur teplok tiba bathuk melok-melok

pada saat sampai penutup, biasanya orang yang menimang kemudian menggelitik
anak balita di pangkuannya, sehingga tertawa tergelak-gelak. tembang ini dinyanyikan
pada malam hari di halaman ruumah saat bulan purnama. seorang anak balita yang
ditimang dengan nyanyianini berada di pangkuan.

120
agar dapat dihayati dengan baik, seseorang menyanyikan tembang dolanan bocah
dengan memanfaatkan anggota tubuhnya. misalnya tembang “kidang talun” seperrti
berikut ini.
kidang talun
mangan kacang talun
mil kethemil mil kethemil
si kidang mangan lembayung

terjemahan:
kijang talun
makan kacang alun
mil kethemik mil kethemil
si kijang makan lembayung

untuk mendukung suasana dan penghayatan dalam menyanyikan tembang ini


disertai kedua tangan yang ditangkupkan, membuat bayang-bayang di tembok seperti
kepala seekor kijang. dengan menggerak-gerakkan jari kelingking, bayang-bayang kijang
itu seperti sedang makan.
sebagai bentuk hiburan, beberapa tembang dinyanyikan unrtuk mengiringi sebuah
permainan, seperti tembang “sluku-sluku bathok”, “cublak-cublak suweng”, “jamuran”.
tembang “sluku-sluku bathok” dinyanyikan sambil duduk berselonjor kaki, ketika
bernyanyi tangan digosok-gosokkan dari ujung hingga pangkal kaki. tembang “cublak-
cublak suweng” dinyanyikan dengan cara salah seorang setengah tiduran menghadap ke
bawah dikelilingi oleh teman-temannya. dengan bernyannyi, anak-anak duduk
mengelilingi temannya yang menelungkup. anak-anak itu meletakkan tangannya yang
menggenggam. salah seorang mengedarkan sebuah benda pada genggaman tangan itu.
pada akhir nyanyian, orang yang tertelungkup harus menebak siapa yang menggenggam
benda itu. apabila salah, kembali telungkup lagi dan permainan dilanjutkan. bila dapat
menebak, orang yang tertebak harus menelungkup. begitu seterusnya. tembang “jamuran”
memerlukan tempat yang lebih luas, karena tembang ini memakai permainan kejar-
mengejar.

121
b. sebagai sarana kritik sosial dan sindiran
seperti yang telah disebutkan pada kajian pustaka, di antara fungsi sastra lisan
menurut dundes adalah untuk sarana kritik sosial. di dalam tembang dolanan bocah kritik
sosial ini dapat sebagai peringatan untuk orang lain, untuk mencela, atau agar orang yang
dikritik dapat memperbaiki kesalahannya. . jenis kritik sosial di dalam tembang dolanan
bocah seperti pada tembang “menthok-menthok” berikut ini.
menthok-menthok tak kandhani/mung lakumu angisin-isini/mbokya aja
ngetok/ana kandhang wae/enak-enak ngorok ora nyambut gawe/menthok menthok/mung
lakumu megal-megol gawe guyu

terjemahan:
entok-entok kuberitahu/caramu berjalan memalukan/jangan menampakkan diri/di
dalam kandangasyik mengorok tidak bekerja/entok-entok/hanya jalanmu megal-megol
membuat tertawa

tembang di atas merupakan kritik buat orang yang tidak tahu diri, dan suka
bertingkah supaya diperhatikan orang lain. padahal tingkah lakunya membuat orang lain
tertawa. tembang berikut ini juga merupakan sindiran.
gandho lio them/gondhel anting-anting/dijak ora gelem/ditinggal gulung koming
terjemahannya: gandho lio them /gondhel adalah anting-anting/diajak tidak mau/ditinggal
berguling-guling
tembang di atas merupakan sindiran terhadap anak yang manja. sikap seorang
anak manja memang sering merepotkan, diajak tidak mau, ditinggal juga tidak mau.
tembang dolanan anak berikut ini senada dengan tembang di atas.

kembang pelem
bok awi kembang pelem kuntul biru saba dalem
ya bapak, ya ndara
mesam mesem mesam mesem
dijak gemang dipondhong gelem

122
terjemahan:
bunga mangga
bok awi bunga mangga burung kuntul biru berkeliaran di rumah
ya bapak, ya ndara
tersenyum senyum tersenyum senyum
diajak tidak maudigendhong mau

apabila kita perhatikan semua uraian di atas, tembang dolanan bocah dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tembang dolanan bocah yang memang murni untuk
anak-anak dan tembang dolanan bocah yang juga menjadi konsumsi batin orang tua.
tembang dolanan bocah yangmurni untuk anak-anak bahasanya sangat sederhana, dan
tidak banyak menimbulkan tafsiran seperti tembang “bulan gedhe”, “kidang talun”, “sasi
pasa”, “padang bulan” dan sebagainya. tembang dolanan bocah yang juga menjadi
konsumsi orang tua bahasanya cukup rumit, dan banyak menimbulkan tafsiran atau
menimbulkan ketaksaan. contoh tembangsemacam ini seperti “ilir-ilir”, “dempo”,
“cempa” dan sebagainya. tembang dolanan bocah sebagai warisan budaya bermanfaat
bagi perkembangan jiwa anak-anak, oleh karena itu perlu diupayakan untuk melestarikan
tembang dolanan ini.

3. nilai edukatif tembang dolanan bocah


pendidkan anak dapat ditempuh dengan dua cara, pendidikan formal dan
pendidikan nonformal. pendidikan formal dilakukan di sekolah-sekolah, sedang
pendidikan non formal dilakukan di tengah keluarga dan di tengah masyarakat.
pendidikan di tengah keluarga dan di tengah masyarakat biasanya dilakukan secara tidak
langsung, dan melalui perilaku anak sehari-hari. apabila seorang anak berperilaku tidak
baik, biasanya orang tua atau masyarakat langsung menegur dan mengarahkannya. atau
memberi sanksi deduai dengan sanksi yang berlaku di tengah masyarakat tersebut.
misalnya seorang anak yang sering berbuat tidak baik kepada teman-temannya akan
dikucilkan oleh teman-temannya. dari pengalaman itu, anak-anak dapat belajar ke arah
hal-hal yang positif.

123
pendidikan anak dapat juga dilakukan melalui media tembang dolanan. hal itu
disesuaikan dengan usia anak-anak yang masih suka bermain. dengan bermain, secara
tidak langsung anak-anak dapat menyerap unsur-unsur pendidikan. salah satu bentuk
permainan aanak-anak adalah tembang dolanan. pentingnya tembang dolanan sebagai
sarana pendidikan disadari oleh gubernur jawa timur pada zaman belanda. menurut trimo
s.m. (1984:19) ch. o van der plas pada saat menjadi gubernur jawa timur memberi
instruksi kepada semua sekolah angka ii (2e inlandschool) supaya mengajarkan tembang
dolanan kuna dengan cara menggali dari daerahnya sendiri-sendiri. di samping itu
pemerintah belanda (dep o&e) juga mengeluarkan buku metode lelagon.
tembang enthik-enthik si penunggul patenana seperti telah dikutip di atas juga
mengandung nolai edukatif di samping unsur filosofis. contoh lain tembang dolanan
bocah yang mengandung unsur pendidikan seperti berikut ini.
pring celumpring
prawane nini saridin
cilik-cilik njaluk kawin
gedhe-gedhe njaluk pegat
utange kebo sajagat
nyaur siji tinggal minggat

tembang di atas di samping mangandung unsur kritik sosial juga mengandung


unsur pndidikan, supaya perempuan tidak menikah di usia dini. demikian juga di dalam
menyelenggarakan perhelatan perkawinan tidak perlu diselenggarakan secara besar-
besaran dengan cara berhutang ke sana-sini. akibat pernikahan terlalu dini dan perhelatan
besar-besaran dengan cara berhutang akibatnya seperti keluarga nini saridin. oleh karena
itu masyarakat diharapkan jangan menirunya.
unsur pendidikan dalam tembang dolanan yang lain seperti terdapat dalam
tembang “tatanya”. tembang ini merupakan bagian dari cerita rakyat bawang merah
bawang putih, yaitu ketika bawang putih mencari popok dan beruk yang hanyut saat
mencici di kali. tembang ini berbentuk dialog dengan syair seperti berikut ini.
tatanya
kang kakang sing ngguyang jaran

124
sampeyan wau napa sumerep popok beruk keli
ora ndhuk, takona sing ngguyang sapi
kang kakang sing ngguyang sapi
sampeyan wau napa sumerep popok beruk keli
popoke limaran nggih punika
ora ndhuk, takona nyai buta ijo.
terjemahan:
bertanya
kang kakang yang memandikan kuda
sampeyan tadi apa tau popok beruk hanyut
tidak nak, tanyalah yang memandikan sapi
kang kakang yang memandikan sapi
sampeyan tadi apa melihat popok beruk hanyut
popoknya yaitu limaran
tidak nak, tanyalah nyai buta ijo.

untuk memahami isi tembang dolanan di atas tidak akan dapat dilakukan tanpa
memahami cerita bawang merah bawang putih. pada intinya dalam tembang itu
terkandung ajaran bahwa seorang gadis harus berani menderita dulu demi kebahagiaan
yang akan datang. bawang putih yang hidup menderita tersia-sia akhirnya hidup bahagia
setelah mendapat hadiah harta benda dari nyai buta ijo.
selain “bawang merah bawang putih” cerita rakyat lain yang disertai dengan
nyanyian ialah dongeng “andhe-andhe lumut”. larik awal tembang ini berbunyi seperti
berikut: ndhe andhe si andhe_andhe andhe lumut/tumuruna ana putri kang ngunggah-
unggahi (ndhe andhe si andhe andhe andhe lumut/tumrunlah ada putri yang sedang
melamar) menurut danandjaja (1986:471) dongeng “andhe-andhe lumut” bertipe
cinderella dan tersebar di nusantara. tembang dolanan dari cerita “andhe-andhe lumut”
ini di samping mengajarkan agar wanita brani menderita telebih dahulu, juga mengajarkan
agar wanita dapat menjaga keperawanannya. kleting abang dan kleting ijo tidak diterima
oleh andhe-andhe lumut karena sudah dixcium oleh yuyu kangkang.

125
untuk mendidik anak agar rendah hati, tidak sombong dngan tembang dolanan
bocah “jago kate”. tembang ini menceritakan seekor ayam jantan kate yang sombong,
tetpi ketika dilempar batu berlali dan menyembunyikan diri, tidak berani sombong lagi. di
dalam masyarakat jawa ada ungkapan “jago kate wanine neng omahe dhewe” (ayam
jantan kate beraninya di rumah sendiri) untuk orang yang sombong tetapi sebnarnya
penakut. berani dengan siapa saja di rumahnya sendiri, tetapi di luar rumah penakut.ayam
kate adalah jenis ayam yang lebih kecil dari ayam kebanyakan, yang jantan sangat aktif
dan suka berkokok, tetapi tidak dapat dijadikan ayam aduan. “jago kate” mendidik anak
agar tidak sombong dan penakut. dibalang watu bocah gundul/ keok kena telihe/jranthal
pelayune/mari umuk mari ngece/si akte katon yen liwung (dilempar batu anak
gundul/keok kena temboloknya/jranthal larinya/ tidak berani lagi sombong tidak berani
lagi mengejek/si kate kelihatan bingung).
tembang “kembang jagung” juga berfungsi sebagai sarana pendidikan anak.
tembang ini mengajarkan kepada anak untuk berani, dan bersikap satriya. kutipan dari
tembang ini sebagai berikut:
kembang jagung omah kampung pinggir lurung/jejer telu sing tengah bakal
omahku/cempa munggah guwa/medhun nyang bonraja/methik kembang
slaka dicaosna kanjeng rama/maju kowe tatu/mundur kowe ajur/tokna
sabalamu ora wedi sudukanmu/iki lo dhadha satriya/iki lo dhadha janaka

terjemahan:
kembang jagung rumah kampung pinggir jalan/berjajar tiga yang tengah
calon rumahku/cempa naik goa/turun ke kebunraja/memetik bunga slaka
diserahkan ayah/maju engkau luka/mundur engkau hancur/keluarkan semua
teman-temanmu tidak takut tusukanmu/ ini lo dasda satria/ini lo dada janaka

pulau jawa yang agraris menimbulkan tembang dolanan tentang petani. syair
tembang itu sebagai berikut: paman-paman tani utun den emut/aja age-age nyebar
srantekna den sabar/yen udan tumurun/sebaren den thukul mesthi babar/becik banget
thukulane 2x.

126
terjemahan bebas tembang di atas: paman-paman petani ingatlah/jangan segera
menyebar/tunggu dengan sabar/ jika hujan sudah turun/sebarlah pasti tumbuh dengan
baik/baik sekali tumbuhnya 2x
meskipun tembang di atas ditujukan kepada petani, namun sebenarnya tembang
itu lebih tepat sebagai pendidikan untuk anak-anak tentang bekajar bertani. kalau tembang
itu oleh anak-anak ditujukan pada orang tua, hal itu tidak mungkin karena para orang tua
pasti sudah tahu kapan menyemai benih.

iv. simpulan/penutup
tembang dolanan bocah bukan sekedar sarana untuk hiburan anak-anak, tetapi
mempunyai fungsi dan makna. meskipun tembang dolanan bocah merupakan konsumsi
anak-anak, namun ternyata tembang itu sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada anak-
anak.tembang dolanan bocah juga dapat dinikmati orang tua. dari segi bahasa, tembang
dolanan bocah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tembang dolanan bocah yang
memakai bahasa yang lugas dan tidak memerlukan penafsiran yang dalam. tembang
seperti ini adalah tembang yang diciptakan khusus untuk anak-anak. kedua adalah
tembang dolanan bocah yang bahasanya simbolis, penuh ketaksaan dan sulit dicerna
maknanya.
tembang dolanan bocah mengandung makna relegius, makna mantra, makna
politik, dan makna filoosofis. unsur religi yang terdapat dalam tembang dolanan bocah
adalah religi pra-hindu, hindu dan buda, serta religi islam. di samping itu masih ada lagi
tembang dolanan bocah yang mempunyai makna mantra. tembang semacam ini seperti
pada tembang “cempe” dan “ndhek erek dhuwur kencur”. unsur politik seperti yang
terdapat pada tembang “dhungkul sedhela dhalu dhembleng”.
di samping makna religi, mantra, dan politik tembang dolanan bocah juga
mempunai makna filosofis seperti pada tembang “enthik enthik si temunggul patenan”
dan “e dhayohe teka”. makna filosofis tersebut diantaranya bahwa seorang anak harus
menghormati orang tua padha tembang “enthik enthik…”, dan manusia harus mamayu
ayuning bawana pada tembang “e dhayohe teka”.

127
fungsi tembang dolanan bocah di samping sebagai sarana hiburan anak juga
sebagai sarana pendidikan anak serta sarana kritik sosial dan sindiran. sebagai bentuk
hiburan, beberapa tembang dolanan dipakai untuk mengiringi permainan atau tari-tarian.
sebagai sarana pendidikan, tembang dolanan anak dapat untuk menanamkan
sikap pada anak agar berani, bersikap jujur, dan berjiwa satriya, serta hemat tidak boros,
tidak takut menderita.. tembang dolanan bocah sebagai sarana kritik sosial dan sindiran
bertujuan untuk mencela orang lain, sebagai peringatan, atau agar orang agar orang yang
dikritik dapat memperbaiki kealahannya. hal itu muncul dalam tembang "menthok-
menthok. "gandolio them"” dan "kembang pelem”
tembang dolanan bocah penting untuk sarana pendidikan anak serta masyarakat.
namun pada zaman penjajahan, pemerintah belanda sebagai penjajah merasakan betapa
perlunya tembang dolanan bocah diajarkan di tingkat sd, sehingga ch. o. van der plas
sebagai gubernur jawa timur memberikan instruksi agar tembang dolanan diajarkan di
tengkat sekolah angka loro (sd) pada waktu itu. tetapi saat ini masyarakat jawa sendiri
justru melupakannya. mengingat pentingnya fungsi dan makna tembang dolanan bocah,
materi itu perlu diajarkan lagi dalam pelajaran sastra atau kesenian untuk muatan lokal
bahasa daerah (jawa).

daftar pustaka

anonim. 1987. babad tanah jawi: de prozaversie van ng. kertapradja ingeleid door j.j.
ras. dordrecht-holland; foris publication.

danandjaja, james. 1986. “andhe-andhe lumut: dongeng sinderela jawa yang mempunyai
nilai pedagogis”. dalam kesenian, bahasa dan foklor jawa. yogyakarta: dirjen
kebudayaan depdikbud.

128
______________. 1994. foklor indonesia: ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. jakarta:
grafiti.

endraswara, suwardi. 1999. lagu dolanan: wewadining uripe wong jawa?. dalam jaya
baya. surabaya, 1 agustus 1999.

harjawiyana, haryana. 1986. “bentuk ulang dalam nyanyian rakyat jawa”. dalam kesenian,
bahasa dan foklor jawa. editor sudarsono. yogyakarta: dirjen kebudayaan
depdikbud.

hutomo, suripan sadi dan setyo yuwono sudikan. 1988. problematik sastra jawa:
sejumlah esei sastra jawa modern. surabaya: ikip surabaya.

hutomo, suripan sadi. 1991. mutiara yang terlupakan: pengantar studi sastra lisan.
surabaya: hiski jawa timur.

______________. 1996. “tembang dolanan bocah saka blora”. dalam jaya baya. surabaya
2/li, 8 september 1996.

______________. 1998. kentrung warisan tradisi lisan. malang. mitra alam sejati.

______________. 1999. filologi lisan: telaah teks kentrung. lautan rezeki.

junus, umar. 1985. dari peristiwa ke imajinasi: wajah sastra dan budaya indonesia.
jakarta: gramedia.

karjono. 1993. “werdining tembang ilir-ilir”. dalam jaya baya. surabaya, 3 oktober 1993.

keluarga karawitan studio rri surakarta. tanpa tahun. kupu kuwi. kaset rekaman. surakarta:
lokananta recording.

129
sudjiman, panuti dan aart van zoest. 1992. serba-serbi semiotika. jakarta: gramedia
pustaka utama.

supanto. 1986. “foklor sebagai sumber informasi kebudayaan daerah”. dalam kesenian,
bahasa dan foklor. editor sudarsono. yogyakarta: dirjen kebudayaan depdikbud.

supratno, haris. 1998. “transformasi cerita dewi rengganis dalam naskah ke dalam
pertunjukan wayang sasak: sebuajh kajian sastra bandingan””laporan penelitian.
surabaya: ikip surabaya.

suryohatmodjo. 1979. “ngudi dolanan ilir-ilir”. dalam jaya baya. surabaya, 6 agustus
1979.

teeuw, a. 1988. sastra dan ilmu sastra: pengantar teori sastra. jakarta: pustaka jaya.

trimo s.m. 1984. “lelagon dolanan” dalam jaya baya. surabaya, 12 februari 1984.

wahjono, parwatri. 1994. ilir-ilir satunggaling folklor jawi. dalam jaya baya, 10 juli 1994.

wellek, rene dan austin warren. 1990. teori kesusastraan. jakarta: gramedia.

130

You might also like