You are on page 1of 12

JAWABAN UAS

MATA KULIAH: MANAJEMEN SUMBER DAYA APARATUR

Hari/ Tanggal: Jumat/ 7 Januari 2011

Dosen Mata Kuliah: Stefanus Pani Rengu, Drs. MAP

Oleh:

Nama: Deasy Elfarischa Pramyastiwi

Nim: 0910310028

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011
PROFESIONALISME PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PELAYANAN
PUBLIK

A. Latar Belakang

Pelayanan publik dewasa ini telah menjadi isu yang semakin strategis karena
kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam
kehidupan ekonomi dan politik. Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan kinerja
birokrasi akan bisa memperbaiki iklim investasi yang amat diperlukan oleh Bangsa
Indonesia untuk bisa keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kinerja
birokrasi pelayanan publik di Indonesia yang sering mendapat sorotan dari
masyarakat menjadi faktor penentu yang penting dari penurunan minat investasi.
Dalam kehidupan politik, perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik akan
mempunyai implikasi luas terutama dalam tingkat kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah. Sedangkan kurang baiknya kinerja birokrasi selama ini menjadi salah
satu faktor penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah.
Disinilah profesionalisme kinerja birokrasi publik atau pegawai negeri sipil
dipertanyakan. Pegawai negeri sipil yang seharusnya melakukan pelayanan kepada
masyarakat, justru tidak bekerja secara professional. Profesionalisme yang
dimaksud yaitu melaksanakan pelayanan public secara baik, efektif dan sekaligus
efisien. Sehingga masyarakat yang merupakan warga negara Indonesia dan pihak
yang mengontrol pelaksanaan pelayanan publik tidak merasakan kekecewaan
terhadap kinerja pegawai negeri sipil. Maka karena hal-hal tersebut, penulis
tertarik untuk membahas mengenai profesionalisme pegawai negeri sipil dalam
pelayanan public. Mulai dari tugas Pegawai Negeri sipil yang seharusnya
dibandingkan dengan pelaksanaan atau implementasinya di lapangan. Kemudian
memberikan solusi perbaikan kinerja pegawai negeri sipil
Perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik diha.rapkan akan memperbaiki
kembali citra pemerintah dimata masyarakat, karena dengan kualitas pelayanan
publik yang semakin baik kepuasan dan kepercayaan masyarakat bisa dibangun
kembali sehingga pemerintah bisa meningkatkan legitimasi yang lebih kuat dimata
publik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan oleh penulis diatas, maka


penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peranan/tugas-tugas pegawai negeri sipil yang seharusnya?


2. Bagaimanakah profesionalisme pegawai negeri sipil dilihat dari pelaksanaan
pelayanan publik di masyarakat?
3. Bagaimana solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan kinerja pegawai negeri
sipil dalam pelayanan publik?

C. Pembahasan

1. Peranan Pegawai Negeri Sipil

Pegawai negeri adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang


ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengertian Pegawai negeri pada pasal 1 sub a dan pasal 3 UU No.8
tahun 1974 adalah sebagai berikut:
Pasal 1.a. : Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam satu
jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang digaji menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 3: Pegawai negara adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan
abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila,
UUD 1945, negara dan pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintah dan
pembangunan
Dalam TAP MPR Nomor IV/MPR/1999 telah memberikan arahan
yang jelas dan tegas di bidang pembangunan aparatur Negara, yaitu :
“Mewujudkan Aparatur Negara yang berfungsi melayani masyarakat,
professional, berdayaguna, produktif, transparant, bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Maka dari situ kita bisa mengukur tingkat profesionalisme Pegawai
Negeri Sipil yaitu dari pelayanan kepada masyarakat, produktivitas, dan bebas
dari KKN. Hal tersebut merupakan peranan yang harus dilakukan oleh aparatur
negara ataupun pegawai negeri sipil.

2. Profesionalisme Pegawai Negeri Sipil dalam masyarakat

Kondisi penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh


aparatur pemerintah dalam berbagai sendi pelayanan antara lain yang
menyangkut pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar penduduk, masih
dirasakan belum seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat
antara lain dari banyaknya pengaduan, keluhan masyarakat baik yang
disampaikan secara langsung kepada pimpinan unit pelayanan maupun melalui
surat pembaca pada berbagai media massa. Misalnya saja masalah
kependudukan, yaitu pengurusan KTP.
Masyarakat yang sudah berumur 17 tahun wajib mempunyai KTP.
Adapun yang menjadi permasalahan adalah pengurusan Kartu Tanda Penduduk
Pembuatan (KTP), yaitu pengurusan dalam pembuatan KTP, mulai dari sulitnya
pengurusan sampai dengan lamanya waktu pengurusan. Permasalahan ini sering
dikeluhkan banyak masyarakat terutama masyarakat daerah. Pertama adalah
karena tingginya biaya pembuatan KTP yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang diatur Perda. Sesuai dengan perda yang berlaku saat ini, retribusi biaya
cetak pembuatan KTP seharusnya hanya sebesar Rp 4.000. Namun,
kenyataannya hampir pada semua kecamatan, banyak warga yang harus
mengeluarkan biaya yang besar dari biaya yang sudah ditentukan. Masyarakat
dikenakan biaya penggurusan KTP sebesar Rp 5.000, ada pula yang Rp 10.000,
bahkan ada yang harus membayar lebih dari Rp 100.000. Alasannya berbeda-
beda, ada petugas yang harus lembur untuk melayani pembuatan KTP. Jika
pungutan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketentuan yang diatur dalam
perda tersebut karena rendahnya biaya yang berlaku saat ini, maka
penyesuaiannya harus diatur dalam Perda. Selain itu, juga disesalkan adanya
pembuatan KTP ‘jalur cepat’ yang bisa selesai dalam waktu satu hari. Padahal,
pembuatan KTP telah diprogramkan dengan memakan waktu 14 hari.
Pembuatan KTP kilat, juga memakan biaya beberapa kali lipat
dibandingkan pembuatan KTP yang sudah diprogramkan. Akibatnya, para
petugas lebih memprioritaskan pembuatan KTP ‘jalur cepat’ dibandingkan KTP
reguler. Masalah ini harus dievaluasi lagi agar berkurangnya masalah dalam
pembuatan KTP. Program pembuatan KTP selesai dalam waktu 14 hari sengaja
untuk memperlambat proses atau sengaja untuk menciptakan pembuatan KTP
jalur cepat dan hasil berlipat didapat atau memang ada aturan yang baku.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa kinerja Pegawai Negeri Sipil
tidak Profesional sehingga mendapatkan berbagai keluhan sekaligus tuduhan
KKN kepada para pegawai negeri sipil.
Dilain pihak masyarakat sebagai unsur utama yang dilayani belum
memberikan kontrol yang efektif untuk menjadi unsur pendorong dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan publik. Oleh sebab itu, diperlukan upaya-upaya
peningkatan pelayanan publik melalui pembenahan yang menyeluruh meliputi
aspek kelembagan, kepegawaian (SDM), tatalaksana dan akuntabilitas, sehingga
diharapkan dapat menghasilkan pelayanan publik yang prima yaitu pelayanan
yang cepat, tepat, murah, aman, berkeadilan dan akuntabel.

2.1 Kondisi Umum Pelayanan Publik

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang tertuang dalam TAP


MPR Nomor IV/MPR/1999 telah memberikan arahan yang jelas dan tegas
di bidang pembangunan aparatur Negara, yaitu : “Mewujudkan Aparatur
Negara yang berfungsi melayani masyarakat, professional, berdayaguna,
produktif, transparant, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme”.
Berbagai produk peraturan perundang-undangan dalam rangka merealisasi
arahan GBHN tersebut telah ditetapkan antara lain :
1. TAP MPR Nomor X/MPR/1999 tentang Pokok-pokok Reformasi
Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi
Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara;
2. Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas KKN;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas KKN;
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagai pengganti UU Nomor 3 Tahun 1971;

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, aparatur negara dituntut


semakin bersih, bebas KKN, profesional serta netral secara politis.
Perwujudan nyata dari semuanya itu antara lain tercermin dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Harus diakui secara jujur bahwa
pelayanan publik oleh aparatur pemerintah masih belum memenuhi
harapan masyarakat, walaupun harus diakui pula bahwa berbagai upaya
perbaikan telah dan sedang dilakukan oleh berbagai pimpinan instansi.
Dari hasil evaluasi melalui berbagai media maupun pengaduan
masyarakat serta hasil pengawasan, kelemahan penyelenggaraan pelayanan
publik pada umumnya adalah menyangkut prosedur dan mekanisme
pelayanan yang masih berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif,
kurang akomodatif, kurang konsisten sehingga tidak menjamin kepastian
(hukum, waktu dan biaya), serta masih dijumpai adanya praktek pungutan
liar dari oknum yang meminta imbalan yang tidak semestinya.
Dari sekian banyak kelemahan pelayanan publik seperti tersebut di
atas, hal yang sangat menonjol dan banyak dikeluhkan oleh masyarakat
adalah masih adanya praktek KKN. Praktek KKN dalam proses pelayanan
antara lain dapat berwujud atau mengakibatkan adanya tindakan
diskriminatif bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan, tidak
dihormatinya mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan, merugikan
negara atau masyarakat, membawa citra negatif bagi institusi/lembaga
secara keseluruhan termasuk negara/pemerintah.
Apabila kelemahan kelemahan tersebut terus menerus terjadi di unit-
unit penyelenggara pelayanan publik dan upaya untuk memperbaiki tidak
dilakukan secara serius, sistimatis dan berkelanjutan, maka bisa
dibayangkan apa yang akan terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Tuntutan reformasi dan kehidupan global yang
antara lain menghendaki perwujudan suatu kepemerintahan yang baik
(good governance) dengan melalui penerapan prinsip-prinsip desentralisasi,
demokratisasi, transparansi/ akuntabilitas dan menjunjung tinggi hak-hak
warga negara jelas tidak akan dapat terwujud apabila berbagai praktek
KKN dalam penyelenggaraan negara masih terjadi.
2.2 Kondisi Pelayanan yang diharapkan

Dari beberapa permasalahan tersebut diatas, dalam rangka


pendayagunaan aparatur setiap instansi pemerintah diharapkan mampu
melaksanakan fungsi pelayanan publik secara optimal dan prima yang
sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat.
Kondisi yang diharapkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik
antara lain semakin meningkatnya kualitas pelayanan publik dalam wujud
pelayanan yang cepat, mudah, berkeadilan, berkepastian hukum,
transparan, aman, tepat, biaya yang wajar, dan dapat
dipertanggungjawabkan serta menghilangkan peluang pungutan tidak
resmi. Disamping itu perlu diupayakan pola-pola pelayanan yang efektif
yang memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan. Pemanfaatan dan pengembangan E-Government di lingkungan
instansi pemerintah dengan didukung penyediaan sarana dan prasarana,
SDM yang memadai serta data dan informasi yang akurat, diharapkan
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat menunjang kualitas
pelayanan.
Guna meningkatkan partisipasi masyarakat baik lembaga swadaya
masyarakat maupun masyarakat umum disamping diminta agar mentaati
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, perlu diberi
kesempatan yang semakin luas dalam proses penyelenggaraan dan
pengawasan pelayanan publik.

3. Solusi untuk meningkatkan Kinerja Pegawai Negeri Sipil guna mendapatkan


pelayanan publik yang lebih baik.
Semangat untuk melaksanakan reformasi menyeluruh di Indonesia
mendorong terjadinya berbagai perubahan mendasar, baik dalam sistem politik
maupun sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Sekurang-kurangnya
terdapat tiga hal pokok lingkungan strategis yang perlu diperhatikan :
Pertama, faktor globalisasi yang menjadikan mobilitas manusia, organisasi,
arus barang, investasi dan perdagangan berjalan melampaui batas wilayah
negara.
Kedua, sistem desentralisasi menuntut organisasi pemerintah pusat dan daerah
yang ramping dan lentur sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan dan
perubahan.
Ketiga, perubahan sistem demokrasi menuntut terciptanya aparatur negara yang
solid dan mempunyai komitmen yang tinggi bagi bangsa dan negara. Aparatur
negara dituntut harus konsisten menempatkan posisinya sebagai abdi negara dan
abdi masyarakat, harus lebih profesional dalam perannya, transparan dan
akuntabel dalam menjalan tugasnya, netral dari pengaruh golongan dan partai
dalam menjalankan hak politiknya. Secara konsepsional hal tersebut sebagai
prasyarat dalam mewujudkan prinsip kepemerintahan yang baik (good
governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government).
Kebijakan dan program reformasi birokrasi pada intinya meliputi
upaya penataan kelembagaan dan sistem tata hubungan kerja untuk peningkatan
efisiensi dan efektivitas manajemen pemerintahan negara, penataan manajemen
dan profesionalitas sumberdaya aparatur, peningkatan mutu pelayanan publik,
pengembangan sistem pengawasan dan akuntabilitas kinerja untuk mencegah
dan pemberantasan praktek KKN, membangun kultur birokrasi dan etos kerja
untuk meningkatkan disiplin dan produktivitas kerja.
Pengembangan Sumber Daya Aparatur merupakan sarana utama untuk
meningkatkan kualitas dan profesionalisme pegawai negeri sipil. Usaha-usaha
yang bisa dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil
antara lain pendidikan, pelatihan, pengalaman dan motivasi kerja bagi aparatur
yaitu Pegawai negeri Sipil.
3.1 Pendidikan
Pemberian pendidikan bagi para Pegawai Negeri Sipil diharapkan agar
mereka dapat melaksanakan perannya dengan baik dengan tidak
mengecewakan masyarakat. Mereka diberikan petunjuk-petunjuk yang
seharusnya mereka lakukan kemudian memberikan pendidikan mental agar
secara baik dan jujur melaksanakan tugasnya sebagai pegawai negeri sipil
yang melayani masyarakat sesuai dengan peraturan yang ada.
3.2 Pelatihan
Pelatihan disini diperlukan, karena tanpa adanya pelatihan tentunya
aparatur atau pegawai negeri sipil akan kesulitan melaksanakan tugasnya.
Mereka diberikan waktu untuk melaksanakan pelatihan dan praktek sesuai
dengan pendidikan yang mereka dapatkan sebelumnya.
3.3 Pengalaman
Pengalaman merupakan guru terbaik. Hal tersebut merupakan
ungkapan pepatah yang bisa dilakukan untuk peningkatan kinerja Pegawai
Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil yang memiliki pengalaman yang lebih
banyak, seharusnya ditempatkan sesuai dengan kemampuannya. Sehingga
dia bisa memimpin para bawahan yang belum berpengalaman untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik dan menghindari praktek KKN yang
selama ini dikeluhkan oleh masyarakat. Masalah menghindari KKN ini
memang sulit dilakukan apabila tidak ada kesadaran dari masing-masing
individu. Hal itu bisa ditekan dengan memberlakukan sanksi yang seberat-
beratnya dari pemerintah agar semua aparatur dan lapisan masyarakat
enggan melakukan KKN.
3.4 Motivasi Kerja
Motivasi kerja sangat diperlukan bagi para pegawai negeri
sipil. Setelah mendapatkan pendidikan, pelatihan dan banyak pengalaman.
Masih ada dari sisi manusia yang peru untuk mendapatkan dorongan agar
mereka semangat bekerja. Berikan dorongan kepada mereka agar
melaksanakan pekerjaan mereka secara professional. Tanamkan kebanggaan
atau kepuasan kerja apabila mereka melaksanakan pekerjaan dengan baik
atau kalau perlu berikan penghargaan bagi mereka yang berprestasi. Dengan
begitu mereka akan mencoba untuk bekerja sebaik mungkin dan
meningkatkan pelayanan publik, demi terciptanya tenaga pegawai negeri
sipil yang professional dan berkualitas.

D. Kesimpulan

Tingkat profesionalisme pegawai negeri sipil di Indonesia tergolong rendah.


Dapat dilihat dari tingkat pelayanan publik yang tidak maksimal dan seringkali
mengecewakan masyarakat. Selain itu PNS di Indonesia terkenal banyak terjadi
KKN. Sehingga tingkat profesionalisme mereka perlu dipertanyakan. Peningkatan
profesionalisme dapat dilakukan dengam cara reformasi birokrasi, yaitu dengan
penataan kelembagaan kembali agar tidak terjadi lagi adanya KKN. Selain itu
untuk peningkatan kinerja PNS bisa dilakukan dengan pendidikan, pelatihan,
pengalaman dan motivasi kerja. Sehingga mereka dapat melakukan yang terbaik
dalam pelayanan publik di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Jayadi. 8 Oktober 2009. Http://jurnalbogor.com diakses tanggal 25 desember 2010


Sitorus, M. 2009. www.kabaribos.com diakses tanggal 25 Desember 2010

You might also like