You are on page 1of 8

Pajak pertambahan nilai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris,
PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk
jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang
bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak
menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau
produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam
perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak
masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya,
sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau
membuat produknya.
Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum
utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No.
8/1983 berikut revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-Undang No.
18/2000.
Karakteristik
 Pajak tidak langsung, maksudnya pemikul beban pajak dan penanggung jawab atas
pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda.
 Multitahap, maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai produksi dan distribusi.
 Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak.
 Menghindari pengenaan pajak berganda.
 Dihitung dengan metode pengurangan tidak langsung (indirect subtraction), yaitu
dengan memperhitungkan besaran pajak masukan dan pajak keluaran.
Perkecualian
Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan barang kena pajak dan jasa kena pajak,
sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A Undang-Undang No. 8/1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 18/2000 tidak dikenakan
PPN, yaitu:
Barang tidak kena PPN
 Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, meliputi:
1. Minyak mentah.
2. Gas bumi.
3. Panas bumi.
4. Pasir dan kerikil.
5. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara.
6. Bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, dan bijih
bauksit.
 Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, meliputi:
 Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras ketan
hitam, atau beras ketan putih dalam bentuk:
1. Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih.
2. Gilingan.
3. Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun
tidak.
4. Beras pecah.
5. Menir (groats) beras.
 Segala jenisng putih, jagung kuning, jagung kuning kemerahan, atau
berondong jagung, dalam bentuk:
1. Jagung yang telah dikupas maupun belum.
2. Jagung tongkol dan biji jagung atau jagung pipilan.
3. Menir (groats) atau beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran.
 Sagu, dalam bentuk:
1. Empulur sagu.
2. Tepung, tepung kasar, dan bubuk sagu.
 Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning, atau
kedelai hitam, pecah maupun utuh.
 Garam, baik yang beriodium maupun tidak beriodium, termasuk:
1. Garam meja.
2. Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kilogram atau lebih, dengan
kadar NaCl 94,7%.
 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak; tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha katering
atau usaha jasa boga.
 Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
Jasa tidak kena PPN
 Jasa di bidang pelayanan kesehatan, meliputi:
1. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.
2. Jasa dokter hewan.
3. Jasa ahli kesehatan, seperti akupunktur, fisioterapis, ahli gizi, dan ahli gigi.
4. Jasa kebidanan dan dukun bayi.
5. Jasa paramedis dan perawat.
6. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan
sanatorium.
 Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:
1. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.
2. Jasa pemadam kebakaran, kecuali yang bersifat komersial.
3. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.
4. Jasa lembaga rehabilitasi, kecuali yang bersifat komersial.
5. Jasa pemakaman, termasuk krematorium.
6. Jasa di bidang olahraga, kecuali yang bersifat komersial.
7. Jasa pelayanan sosial lainnya, kecuali yang bersifat komersial.
 Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko yang dilakukan oleh PT Pos
Indonesia (Persero).
 Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi, meliputi:
1. Jasa perbankan, kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan surat kontrak
(perjanjian), serta anjak piutang.
2. Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi.
3. Jasa sewa guna usaha dengan hak opsi.
 Jasa di bidang keagamaan, meliputi:
1. Jasa pelayanan rumah ibadah.
2. Jasa pemberian khotbah atau dakwah.
3. Jasa lainnya di bidang keagamaan.
 Jasa di bidang pendidikan, meliputi:
1. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesi.
2. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus.
 Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan termasuk
jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti pementasan kesenian
tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.
 Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan seperti jasa penyiaran radio atau
televisi, baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta, yang bukan
bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
 Jasa di bidang angkutan umum di darat dan air, meliputi jasa angkutan umum di darat,
laut, danau maupun sungai yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta.
 Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi:
1. Jasa tenaga kerja.
2. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggungjawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.
3. Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.
 Jasa di bidang perhotelan, meliputi:
1. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu
yang menginap.
2. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel.
 Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti
pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Usaha Perdagangan (IUP), Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan pembuatan Kartu Tanda Pendu
BEA MATERAI

01. Apakah yang merupakan obyek Bea Meterai (Dokumen-dokumen yang dikenakan BM)
berdasarkan Pasal 2 UU BM?
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata,
contoh : surat kuasa, surat hibah, surat pernyataan.
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
c. Akta-akta yg dibuat oleh PPAT, termasuk rangkap-rangkapnya.
d. Surat yang memuat jumlah uang, yaitu:
– Yang menyebutkan penerimaan uang;
– Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank;
– Yang berisi pemeberitahuan saldo rekening di Bank; atau
– Yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan.
e. Surat berharga seperti wesel, promes dan aksep.
f. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, yaitu:
– Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan;
– Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula.
2. Apakah yang bukan merupakan objek Bea Meterai (Dokumen-dokumen yang tidak
dikenakan BM) berdasarkan Pasal 4 UU BM?
a. Dokumen yang berupa:
– Surat penyimpanan barang;
– Konosemen;
– Surat angkutan penumpang dan barang;
– Keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen tersebut di atas;
– Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
– Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
– Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat tersebut di atas.
b. Segala bentuk ijazah.
c. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayarannya lainnya
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu.
d. Tanda bukti penerimaan uang Negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan bank.
e. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan
dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah dan bank.
f. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.
g. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh
bank, koperasi, dan badan-badan lain yang bergerak di bidang tersebut.
h. Surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian.
i. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
3. Kapan saat terutang Bea Meterai?
a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak : pada saat dokumen itu diserahkan dan diterima
oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat (bukan pada saat ditandatangani), misalnya
kuitansi, cek, dsb.
b. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak : pada saat selesainya dokumen itu dibuat,
yang ditutup dengan pembubuhan tandatangan yang bersangkutan, misalnya surat perjanjian
jual beli, sewa menyewa, dsb.
c. Dokumen yang dibuat di Luar Negeri : pada saat dokumen itu digunakan di Indonesia
4. Bagaimana cara pelunasan Bea Meterai?
a. Menggunakan Benda Meterai (meterai tempel), yaitu :
– Meterai tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas dokumen yang
dikenakan Bea Meterai, pada tempat dimana tandatangan akan dibubuhkan.
– Pembubuhan ttd disertai dg pencantuman tgl, bl dan th dilakukan dg tinta atau yg sejenis dg
itu, shg sebagian ttd ada di atas kertas dan sebagaian lagi di atas meterai tempel.
– Jika digunakan lbh dr satu meterai tempel, ttd hrs dibubuhkan sebagian di atas semua
meterai tempel dan sebagian di atas kertas.
– Apabila ketentuan tsb di atas tidak dipenuhi, mk dokumen ybs dianggap tidak bermeterai.
b. Menggunakan cara lain yg ditetapkan oleh Menteri Keuangan ? KMK No.
133b/KMK.04/2000. Pasal 1 KMK mengatur bahwa cara lain adalah dengan membubuhkan
tanda Bea Meterai Lunas dengan menggunakan :
– mesin teraan meterai,
– teknologi percetakan,
– sistem komputerisasi, dan
– alat lain dengan teknologi tertentu.
5. Dokumen-dokumen apakah yang harus dilakukan Pemeteraian Kemudian dan berapa besar
Bea Meterai yang terutang?
a. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai namun akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan. Bea Meterai yang dilunasi adalah sebesar yang terutang
pada saat pemeteraian kemudian dilakukan;
b. Dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya.
Bea Meterai yang dilunasi adalah sebesar Bea Meterai yang terutang dan ditambah denda
sebesar 200% dari yang kurang dilunasi/terutang;
c. Dokumen yang dibuat di Luar Negeri yang akan digunakan di Indonesia.
No. Jenis Dokumen UU BM
(1 Jan 86 )- PP No. 7 Th. 1995
( – 30 April 2000) PP No. 24 Th. 2000
(1 Mei 2000 – skr.)
1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
Rp. 1.000,- Rp. 2.000,- Rp. 6.000,-
2. Akta-akta Notaris termasuk salinannya. Rp. 1.000,- Rp. 2.000,- Rp 6.000,-
3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-
rangkapnya. Rp. 1.000,- Rp. 2.000,- Rp 6.000,-
4. Surat-surat yang memuat jumlah uang :
a. Yang menyebutkan penerimaan uang
b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank
c. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank
d. Yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan. Berdasarkan batas harga nominal :
a. Sampai dengan Rp 250.000,- tidak dikenakan Bea Meterai.
b. Lebih dari Rp 250.000,- s/d Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 500,-.
c. Lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 1.000,-
Berdasarkan batas harga nominal :
a. Sampai dengan Rp 250.000,- tidak dikenakan Bea Meterai.
b. Lebih dari Rp 250.000,- s/d Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 1.000,-.
c. Lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 2.000,- Berdasarkan batas harga
nominal :
a. Sampai dengan Rp 250.000,- tidak dikenakan Bea Meterai.
b. Lebih dari Rp 250.000,- s/d Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,-.
c. Lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-
5. Cek dan Bilyet giro. Berdasarkan batas harga nominal (sesuai dengan butir 4) ? s/d tg 14
Nop 89, mulai tg 15 Nop 89 tarif Rp 500,- Rp. 1.000,- Rp 3.000,-
6. Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep. Berdasarkan batas harga nominal :
a. Sampai dengan Rp 1.000.000,-, tidak dikenakan Bea Meterai
b. Lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp. 6.000,- Berdasarkan batas harga
nominal (sesuai dengan butir 4) Berdasarkan batas harga nominal (sesuai dengan butir 4)
7. Efek dan sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun. Berdasarkan batas
harga nominal (sesuai dengan butir 6)
Berdasarkan batas harga nominal :
a. Sampai dengan Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 1.000,-
b. Lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 2.000,- Berdasarkan batas harga
nominal :
a. Sampai dengan Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,-\
b. Lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-
8. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan :
a. Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan
b. Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula. Rp
1.000,- Rp 2.000,- Rp. 6.000,-

You might also like