You are on page 1of 8

Panduan Islam tentang Hubungan (biologis) Suami Istri.

(Bag-1)

Melanjutkan panduan untuk mendapatkan anak yang saleh, dengan memperhatikan hal-hal
yang berpengaruh dalam mempermudah pendidikan anak di masa yang akan datang. Dalam
pembahasan sebelumnya dibahas tentang pentingnya pendidikan, tujuan pendidikan dan
mencari pasangan hidup, sebagai salah satu factor yang sedikit banyaknya dapat berpengaruh
dalam pendidikan anak. Karena pasangan ini pada waktu yang akan datang akan menjadi
orang tua anak yang akan dididik.

Islam bukan agama yang mengkebiri seks manusia, begitupula bukan agama yang
memperbolehkan pemeluknya untuk mengumbar seks. Akan tetapi ia memberikan jalan
penyaluran seks melalui jalan yang benar yaitu pernikahan. Walaupun pernikahan dalam
Islam tidak dipandang dari segi seksualnya saja. Bahkan lebih dari itu, ia pun dianggap
sebagai salah satu pintu untuk menuju kesempurnaan dan kebahagiaan yang ingin dicapai
oleh manusia. Setelah mereka memasuki kehidupan berumah tangga, maka peranan kedua
orang tua semakin terasa.

Dalam artikel ini, akan dibahas tentang adab islami (panduan Islam) berkaitan dengan
hubungan biologis suami istri. Meskipun sebelumnya saya merasa hal ini merupakan masalah
yang sangat privasi dan mungkin hal yang tabu, tetapi ketika melihat ternyata pengetahuan
yang benar sesuai dengan anjuran Islam tentang hal ini akan dapat memberikan pengaruh
kepada anak yang akan dididik maka saya kira sebaiknya hal ini kita singgung juga. Dan
mudah-mudahan akan menambah wawasan dan dapat diamalkan oleh para orang tua sebagai
lahan terbentuknya generasi yang sehat, saleh dan cerdas..

Telah dijelaskan dalam banyak hadis tentang adab hubungan biologis suami istri yang
hendaknya diketahui oleh pasangan suami istri. Adab hubungan biologis suami istri dapat
sedikit banyaknya akan memberikan pengaruh pada jasmani dan ruhani anak. Rasulullah
telah memberikan pesan kepada Imam Ali tentang adab dan tata cara hubungan biologis
suami istri dari sisi waktu, tempat dan kondisi kejiwaan yang meliputi kedua pasangan.
Rasulullah bersabda: “Wahai Ali, Jagalah (dan amalkan) wasiatku ini, sebagaimana aku telah
menjaga (dan mempelajarinya) dari saudaraku Jibra’il as.” (Makarimal Akhlak, hal 219,
dinukil dari buku Tarbiyate Farzan (Pendidikan Anak), Sayyid Ali Husaini Zadeh, hal 50]

Rasulullah saww sendiri sebelum memiliki putri tercintanya Sayyidah fathimah Zahro ,
berpisah selama 40 hari dengan istrinya Sayyidah Khadijah. Setelah itu menemui istrinya dan
sebelumnya memakan apel surga yang diberikan malaikat Jibrail as kepadanya. Yang darinya
kemudian terlahir manusia sempurna bunda Fathimah Zahro as. Berkenaan dengan beliau
Rasulullah bersabda:: “Sesungguhnya wanita ahli surga yang paling utama adalah Khadijah
binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad saww, Maryam binti ‘Imron, dan Asiyah binti
Mazahi.” (Mustadrak Ash Shahihain 2:497).

Walaupun mungkin kita tidak dapat melakukan secara sepenuhnya apa yang telah dilakukan
oleh Nabi kita, namun tak ada salahnya yang mampu kita lakukan ya sebaiknya kita lakulan
dan amalkan. Seorang perempuan mendatangi Rasulullah saw, seraya berkata: “Wahai
Rasulullah, bagaimana Allah swt dapat dikatakan adil, padahal Dia telah memberikan anak
yang buta kepadaku?” Dalam menjawab protesnya beliau menjawab: “Apakah ketika kalian
berhubungan, suamimu meminum minuman keras (khamar)?” “Ya, wahai Rasulullah.”
Jawabnya. Lantas beliau kembali bersabda: “Jika demikian maka cercalah diri kalian
sendiri”.
Pengaruh menjaga adab hubungan suami istri dalam beberapa riwayat dibagi kepada dua
bagian:

1. Memberikan Pengaruh kepada keselamatan dan kesehatan jasmani anak:

• Iman Ali Zainal Abidin (Imam Ke-4) berkata: “Jika seoarng suami melakukan
hubungan biologis dengan istrinya dalam keadaan tenang, tidak dalam keadaan rasa
khawatir dan tidak grogi maka sperma akan masuk ke dalam rahim istrinya dalam
keadaan tenang pula. Dan paras anak akan mirip dengan ayah dan ibunya. Namun jika
seorang suami melakukan hubungan biologis dengan istrinya dalam keadaan tidak
tenang, ada rasa khawatir dan grogi maka sperma akan masuk ke dalam rahin dalam
keadaan tidak tenang pula. Serta paras anak mirip dengan paman, bibi dari kedua
belah pihak dan anggota keluarga yang lainnya.” (Bihar al-Anwar, jil 60, hsl 359,
dinukil dari Tarbiyate Farzan (Pendidikan Anak), Sayyid Ali Husaini Zadeh )Ini
sebagian dari riwayat, dan ada beberapa hadis lagi bisa didapatkan dalam kitab
makarimal akhlaq, berkaitan dengan adab hubungan suami istri.

• Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda; “Wahai Ali, janganlah melakukan
hubungan biologis dengan istrimu pada awal bulan, pertengahan dan akhir bulan.
Karena ada kemungkinan besar akan menyebabkan gila, terkena penyakit kusta, cacat
anggota tubuh dan akal istri dan anak.”(Makarimal Akhlak, hal 219)

2. Hal-Hal yang Memberikan Pengaruh pada Ruhani dan Kejiwaan Anak:

Diantara hal-hal yang hendaknya dilakukan sebelum melakukan hubungan suami istri ialah
berwudhu atau dalam keadaan suci, menyebut nama Allah swt dan berdoa akan mencegah
dari campur tangan syetan. Syetan setelah diusir dari surga ia bersumpah untuk
menjerumuskan manusia melalui harta dan anak, seraya berkata: “Dan hasunglah siapa yang
kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka
pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada
harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan
kepada mereka melainkan tipuan belaka. (Al-Israa: 64)

Campur tangan syetan dalam harta mungkin sudah jelas bagi kita. Namun apa yang dimaksud
campur tangan syetan dalam anak-anak kita? Dalam menjawab hal ini dalam tafsir Shafi
karya Faiz Kasyani, telah dinukil dari Imam Shadiq as bahwa beliau berkata: “Sewaktu kalian
memulai hubungan suami istri dengan nama Allah swt maka syetan akan menjauh dari kalian.
Namun jika tidak memulai dengan menyebut nama Allah swt maka syetan akan ikut campur
dalam dalam perbuatan kalian.”

Tentu mendidik anak yang ketika pembentukannya terdapat campur tangan syetan, akan lebih
sulit dibanding anak yang tidak seperti itu. Begitupula hendaknya berhati-hati ketika
melaukan hubungan suami istri secara hati-hati, jangan sampai anak kita menyaksikannya.
Dalam sebuah riwayat Imam Shadiq as yang telah dinukil dari kakeknya Rasulullah saw
berkata; “Sumpah demi Tuhan yang jiwaku berada di bawah kekuasaannya, jika seorang
suami hubungan biologis dengan istrinya, sementara anaknya ada di kamarnya melihatnya,
mendengar omongan dan desah nafasnya, ketahuilah anak tersebut tidak akan bahagia, baik
anak laki-laki maupun perempuan maka akan menjadi penzina. ” (Wasa’il Asy-Syi’ah, jil 14,
hal 94)
Mudah-mudahan kita dapat mengamalkan panduan ini, paling tidak bagi anak kita yang akan
datang. InsyaAllah

∃ [Euis D dari buku Tarbiyate Farzan (Pendidikan Anak), Sayyid Ali Husaini Zadeh]

Panduan Hubungan (Biologis) Suami-Istri (Bagian 2)

Beberapa Anjuran lainnya:

Setelah menyebut nama Allah swt, selanjutnya mari kita simak anjuran lainnya:

1.Tidak menghadap dan membelakangi kiblat

• Dalam hal ini Imam Shadiq as bersabda; “Janganlah anda melakukan hubungan
biologis dalam keadaan menghadap dan membelakangi kiblat”. [1]

• Begitupun beliaupun telah menukil dari para leluhurnya bahwa Rasulullah saww telah
melarang hal dan seraya bersabda: “Barang siapa yang melakukan hal ini maka laknat
Allah, para malaikat dan seluruh manusia atasnya”.[2]

2.Tidak dalam Keadaan Kenyang

Berhubungan biologis dalam keadaan kenyang akan merusak metabolisme badan dan
berbahaya untuk kesehatan badan.

• Imam Shadiq as bersabda: “Tiga perkara yang akan merusak metabolisme tubuh
manusia, bahkan mungkin saja akan membinasakannya; mandi dalam keadaan
kenyang, berhubungan biologis dalam keadaan kenyang, dan berhubungan biologis
dengan perempuan tua (manula)”.[3]

• Imam Ridho as bersabda: “Janganlah kalian berhubungan pada awal malam dalam
keadaan kenyang, karena lambung dan semua nadimu dalam keadaan penuh dan
berhubungan dalam keadaan seperti ini tidaklan terpuji karena hal itu akan
menimbulkan berbagai penyakit seperti lumpuh, kencing batu, …dan akan
melemahkan pandangan (mata). Lakukanlah hubungan pada akhir malam, karena hal
itu sangat bermanfaat untuk tubuh kalian juga akan menambah kecerdasan dan akal
janin”. [4]

3.Tidak dalam Keadaan Berdiri

• Berkaitan dengan hal ini Rasulullah saww bersabda: “Janganlah kalian berhubungan
biologis dalam keadaan berdiri karena itu merupakan prilaku keledai. Dan jika bayi
terlahir darinya maka ia akan kencingan (ketika tidur ia akan kencingan) diranjang,
iatidak dapat menahan kencingnya seperti keledai yang kencingan disemua tempat”.
[5]
Hal-hal yang dimakruhkan dalam melakukan hubungan biologis:

1. Membayangkan perempuan (untuk suami) atau laki-laki (untuk istri) lain selain
pasangannya.

Seorang suami atau istri tidak selayaknya ketika sedang melakukan hubungan biologis
membayangkan laki-laki atau perempuan lain dengan syahwat. Karena hal itu, selain berdosa
bagi pelakunya, juga sedikit banyaknya akan memberikan dampak negatif pada kepribadian
anak yang dilahirkan dari cara hubungan seperti ini.

• Dalam wasiatnya kepada Imam Ali as, Rasulullah saww bersabda: “Wahai Ali,
janganlah engkau melakukan hubungan biologis dengan istrimu dalam keadaan
membayangkan perempuan lain. Karena aku takut jika ternyata (dari hubungan itu)
menghasilkan anak maka ia akan menjadi banci, dan anggota tubuh serta akalnya
akan cacat”. [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, ulama
besar pada abad ke-6 HQ, Makarimal-Akhlak, hal 209, Wasail asy-Syi’ah, Syeikh al-
Hurr al-Amili jilid 20 halaman 252]

2. Berbicara sewaktu berhubungan

Usahakan suami dan istri ketika sedang melakukan hubungan biologis tidak berbicara.
Adapun sebelumnya dan sesudahnya tidaklah apa-apa.

• Berkenaan dengan hal ini, Imam Shadiq as meriwayatkan dari Rasulullah saww
dimana beliau berwasiat kepada Imam Ali as: “Wahai Ali, janganlah berbicara ketika
engkau sedang melakukan hubungan biologis. Karena jika (dari hasil hubungan
semacam itu) anak terlahir darinya maka ia tidak akan terjaga dari kebisuan (akan
menyebabkan bisu .red)”. [Wasail asy-Syi’ah, Syeikh al-Hurr al-Amili jilid 20
halaman 123 dinukil dari Adab Zafaf halaman 77]

3. Memakai Satu Kain

Selayaknya suami istri memiliki kain (pengusap kemaluan) yang digunakan setelah
melakukan hubungan biologis secara terpisah. Dan hendaklah menjauhi menggunakan satu
kain secara bergantian. Karena jika hal demikian dilakukannya maka akan menyebabkan
permusuhan di antara pasangan suami-istri tersebut.

• Berkaitan dengan hal ini, dalam wasiatnya kepada Imam Ali as, Rasulullah saww
bersabda: “Wahai Ali, janganlah engkau melakukan hubungan biologis dengan
istrimu melainkan engkau dan istrimu memiliki kain yang terpisah. Janganlah kalian
berdua menggunakan satu kain setelah berhubungan (jima’). Karena hal itu
menyebabkan (terjadinya) syahwat terletak pada syahwat lainnya, dan hal tersebut
akan menyebabkan permusuhan di antara kalian berdua yang kemudian akan
mengantarkan pada penceraian (thalak).” [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin
Al-Fadl ath-Thabarsi, ulama besar pada abad ke-6 HQ, Makarimal-Akhlak, hal 210,
Wasail asy-Syi’ah, al-Hurr al-Amili jilid 20 halaman 252]

4. Melihat kemaluan (kelamin) istri.

Ketika sedang melakukan hubungan biologis, hendaknya sang suami tidak melihat alat
kemaluan pasangannya. Karena hal itu akan mewariskan kebutaan pada anak yang terlahir
darinya.

• Berkaitan dengan hal ini, Nabi saww dalam wasiatnya kepada Imam Ali as, beliau
bersabda: “Dan hendaklah kalian tidak melihat kemaluan istri. Dan tundukkanlah
pandangan dari memandang vagina istri ketika sedang melakukan hubungan biologis
(persetubuhan). Karena memandang vagina ketika sedang berhubungan intim akan
mewariskan kebutaan pada anak (yang dihasilkan darinya)”. [Syeikh Radhiyuddin
Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, ulama besar pada abad ke-6 HQ,
Makarimal-Akhlak, hal 209, Wasail asy-Syi’ah, al-Hurr al-Amili jilid 20 halaman
121]

5. Setelah Dhuhur

Ditekankan agar tidak melakukan hubungan dengan pasangan di waktu dzuhur karena hal itu
memungkinkan anak yang dihasilkan dari hubungan tersebut terlahir dalam keadaan ‘jereng’
(juling mata).

• Rasul saww dalam sebuah wasiat beliau kepada Imam Ali as bersabda: “Wahai Ali,
jangan engkau berhubungan biologis dengan istrimu pada waktu selepas dzuhur.
Karena jika kalian (engkau dan istri .red) lakukan hal tersebut maka, kalaulah kalian
dikarunia seorang anak dari hasil hubungan tersebut maka akan terlahir dalam
keadaan juling. Dan Setan sangat menyukai manusia yang juling”. [Syeikh
Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-
Akhlak, hal 209]

6. Malam Hari Raya Iedul Fitri dan Iedul Adha

Ditekankan untuk menghindari hubungan seksual dengan istri di saat malam Iedul Fitri dan
Iedul Adha. Kedua Malam itu (Iedul Fitri dan Iedul Adha) adalah salah satu waktu yang
dimakruhkan dalam melakukan hubungan biologis antara suami-istri. Dikarenakan jika hal
itu dilakukan maka andai Allah mengaruniai keturunan dari hubungan tersebut maka ia akan
terlahir dalam keadaan yang tidak dikehendaki.

• Rasul saw telah berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, jangan engkau kumpuli
istrimu pada malam (Ied) Fitri. Karena jika kalian (suami-istri .red) dikaruniai seorang
anak dari perbuatan tersebut niscaya ia tidak akan terlahir kecuali dalam keadaan
menjadi sumber malapetaka” [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl
ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-Akhlak, hal 210]

• Rasul saw telah berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, jangan engkau kumpuli
istrimu pada malam (Ied) Adha. Karena jika kalian (suami-istri) dikaruniai seorang
anak dari perbuatan tersebut niscaya ia akan terlahir memiliki jari jemari berjumlah
empat atau enam (kurang/lebih dalam ciptaan .red)” [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril
Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-Akhlak, hal 210]

7. Di bawah Pohon Berbuah

Termasuk yang dimakruhkan dalam melakukan hubungan biologis adalah dengan


melakukannya di bawah pohon berbuah.

• Rasul saww dalam sebuah wasiatnya kepada Imam Ali bersabda: “Ya Ali, janganlah
engkau berhubungan biologis dengan istrimu di bawah pohon berbuah karena hal itu
menyebabkan; jika engkau dikaruniai seorang anak yang terlahir darinya akan
menjadi preman, pembunuh dan pelaku keburukan” [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril
Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-Akhlak, hal 210]

8. Di bawah Terik dan atau Sorotan Sinar Matahari

Hal yang dimakruhkan dalam berhubungan seksual dengan pasangan hidup adalah
melakukannya di bawah sorotan sinar Matahari.

• Rasul saww berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, janganlah engkau berhubungan
biologis dengan istrimu di bawah terik dan atau sorotan sinar Matahari, kecuali
dengan menutupi (melindungi) diri kalian darinya. Karena hal itu menyebabkan jika
engkau dikaruniai seorang anak yang terlahir darinya akan menjadi anak yang selalu
sengsara dan fakir hingga akhir hayatnya”. [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan
bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-Akhlak, hal 210]

9. Antara Adzan dan Iqamat

• Rasul saww berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, janganlah engkau melakukan
hubungan biologis dengan istrimu pada waktu antara adzan dan iqomat, karena hal itu
menyebabkan jika kalian dikaruniai seorang anak yang terlahir darinya akan menjadi
orang yang haus darah (orang yang suka menumpahkan darah .red). [Syeikh
Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-
Akhlak, hal 210]

10. Di bawah Pohon Berbuah

• Rasul saww berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, janganlah engkau melakukan
hubungan biologis dengan istrimu di bawah pohon berbuah, karena hal itu
menyebabkan; jika kalian dikaruniai seorang anak yang terlahir darinya akan menjadi
pembunuh berdarah dingin dan sangat buruk prilakunya. [Syeikh Radhiyuddin Abi
Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-Akhlak, hal 210
11. Di atas Atap Rumah

• Rasul saww berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, janganlah engkau melakukan
hubungan biologis dengan istrimu di atas atap rumah, karena hal itu menyebabkan;
jika kalian dikaruniai seorang anak yang terlahir darinya akan menjadi orang munafik,
riya dan ahli bid’ah. [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-
Thabarsi, dalam kitab Makarimal-Akhlak, hal 210]

12. Malam Perjalanan

• Rasul saww berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, jika engkau dalam perjalanan,
janganlah engkau melakukan hubungan biologis dengan istrimu pada malam itu
karena hal itu menyebabkan; jika kalian dikaruniai seorang anak yang terlahir darinya
akan menjadi orang yang suka menghambur-hamburkan uang bukan pada
tempatnya”. Kemudian Rasulullah membacakan ayat: “Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya”.(QS al-Israa: 27) [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-
Fadl ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-Akhlak, hal 211]

13. Permulaan Malam

Melakukan hubungan biologis pada awal bulan Qomariyah merupakan hal yang
dimakruhkan, kecuali pada bulan Ramadhan, sesuai dengan zahir ayat al-Quran dalam surat
187 ayat al-Baqarah: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan isteri-isteri kamu”.

• Rasul saww telah berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, janganlah engkau
berhubungan biologis dengan istrimu pada permulaan malam, karena hal itu
menyebabkan; jika kalian dikaruniai seorang anak yang terlahir darinya akan menjadi
orang yang tidak akan beriman dan menjadi seorang penyihir dan tukang onar, yang
memberikan dampak buruk dikehidupan dunia dan akhiratnya. [Syeikh Radhiyuddin
Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-Akhlak, hal 211]

14. Tanpa Wudhu

Hal lain yang dimakruhkan adalah melakukan hubungan intim tanpa bersuci (berwudhu).

• Rasul saww telah berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, janganlah engkau
berhubungan intim dengan istrimu melainkan engkau dalam keadaan memiliki wudhu
(suci). Karena jika tidak maka hal itu menyebabkan; kalaulah engkau dikaruniai
seorang anak yang terlahir darinya maka akan menjadi anak yang buta mata hatinya
dan kikir”. (Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam
kitab Makarimal-Akhlak, hal 210)

15. Malam Pertengahan Bulan Sya’ban


Malam pertengahan bulan Sya’ban adalah salah satu masa yang dimakruhkan dalam
melakukan hubungan seksual, dari awal malam (maghrib) hingga akhir malam (menjelang
subuh).

• Rasul saww telah berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, janganlah engkau
berhubungan intim dengan istrimu pada malam pertengahan bulan Sya’ban. Karena
jika tidak maka hal itu menyebabkan; kalaulah kalian dikaruniai seorang anak yang
terlahir darinya maka akan menjadi anak yang buruk dimana rambut dan kepalanya
berbercak”. [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam
kitab Makarimal-Akhlak, hal 210]

16. Menjelang Dua Hari di Akhir Bulan

• Rasul saww berwasiat kepada Imam Ali as: “Ya Ali, janganlah engkau melakukan
hubungan biologis dengan istrimu dua hari menjelang akhir bulan, kalaulah kalian
dikaruniai seorang anak yang terlahir darinya maka akan menjadi orang bodoh dan
penolong orang zalim yang berakibat kebinasaan sekelompok manusia”. [Syeikh
Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, dalam kitab Makarimal-
Akhlak, hal 210]

Dan anjuran-anjuran lainnya yang secara kesehatan sangat membahayakan seperti: berjima’
dalam keadaan menahan kencing, terlampau kenyang, terlampau lapar dan hal-hal lain –yang
pernah kita singgung dalam penjelasan yang lalu- dimana kesemuanya hukumnya adalah
makruh. Dan dalam beberapa hal, terbukti bahwa berdasarkan kesehatan (medis) pun ilmu
kedokteran modern telah membuktikan kebenaran akan adanya beberapa resiko tersebut.

You might also like