You are on page 1of 10

SOSIALISME

Sejarah munculnya sosialisme


Sosialisme muncul di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 sebagai reaksi dari perubahan ekonomi dan
sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri. Revolusi industri ini memang memberikan keberkahan buat
para pemilik pabrik pada saat itu, tetapi di lain pihak para pekerja justru malah semakin miskin. Semakin
menyebar ide sistem industri kapitalis ini, maka reaksi dalam bentuk pemikiran-pemikiran sosialis pun
semakin meningkat.
Meskipun banyak pemikir sebelumnya yang juga menyampaikan ide-ide yang serupa dengan sosialisme,
pemikir pertama yang mungkin dapat dijuluki sosialis adalah François Noël Babeuf yang pemikiran-
pemikirannya muncul selama revolusi Prancis. Dia sangat memperjuangkan doktrin pertarungan kelas
antara kaum modal dan buruh yang di kemudian hari diperjuangkan dengan lebih keras oleh Marxisme.
Para pemikir sosialis setelah Babeuf ini kemudian ternyata lebih moderat dan mereka biasanya dijuluki
kaum “utopian socialists”, seperti de Saint-Simon, Charles Fourier, dan Robert Owen. Mereka lebih
moderat dalam artian tidak terlalu mengedepan pertentangan kelas dan perjuangan kekerasan tetapi
mengedepankan kerjasama daripada kompetisi. Saint-Simon berpendapat bahwa negara yang harus
mengatur produksi dan distribusi, sedangkan Fourier dan Owen lebih mempercayai bahwa yang harus
berperan besar adalah komunitas kolektif kecil. Karena itu kemudian muncul perkampungan komunitas
(communistic settlements) yang didirikan berdasarkan konsep yang terakhir ini di beberapa tempat di Eropa
dan Amerika Serikat, seperti New Harmony (Indiana) dan Brook Farm (Massachussets).
Setelah kaum utopian ini, kemudian muncul para pemikir yang ide-idenya lebih ke arah politik, misalnya
Louis Blanc. Blanc sendiri kemudian menjadi anggota pemerintahan provisional Prancis di tahun 1848.
Sebaliknya juga muncul para anarkis seperti Pierre Joseph Proudhon dan radikalis (insurrectionist) Auhuste
Blanqui yang juga sangat berpengaruh di antara kaum sosialis di awal dan pertengahan abad ke-19.
Pada tahun 1840-an, istilah komunisme mulai muncul untuk menyebut sayap kiri yang militan dari faham
sosialisme. Istilah ini biasanya dirujukkan kepada tulisan Etiene Cabet dengan teori-teorinya tentang
kepemilikan umum. Istilah ini kemudian digunakan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels untuk
menggambarkan pergerakan yang membela perjuangan kelas dan mengaruskan revolusi untuk menciptakan
sebuah masyarakat kerjasama (society of cooperation). Karl Marx adalah anak dari pasangan Hirschel and
Henrietta Marx. Ia lahir di Trier, Germany, tahun 1818.
Penggunaan kata sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda oleh berbagai
kelompok, namun hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan
buruh tani pada abad ke-19 dan ke-20, yang berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan
masyarakat egalitarian, yang dengan sistem ekonomi, menurut mereka, dapat melayani masyarakat banyak,
ketimbang hanya segelintir elite. Menurut penganut Marxisme model dan gagasan sosialis dapat dirunut
hingga ke awal sejarah manusia, sebagai sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial.
Sosialisme merupakan sebagai sebuah ideologi. Karena ia memiliki ide dasar sekaligus metode pemecahan
terhadap berbagai masalah kehidupan. Secara historis, gagasan sosialisme -include komunisme- merupakan
antitesis dari kekuatan hegemonik di Eropa era aufklarung. Dalam Manifesto Communist, Marx mencita-
citakan masyarakat tanpa kelas. Teori Dialektika materialisme menjadi metode baku yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut. Dialektika materialisme merupakan cara pandang peristiwa alam yang
bersifat dialogue, yaitu metode pembahasan dan penelitian yang membongkar kontradiksi pemikiran dan
benturan antar berbagai pandangan melalui diskusi atau dialog. Disamping karena argumentasi dan
pandangannya terhadap berbagai peristiwa alam ini bersifat materi. Cara pandang seperti ini juga
diimplementasikan dalam pembahasan tentang kehidupan masyarakat berikut berbagai kasus yang terjadi di
dalamnya.
Teori Marx telah memberikan inspirasi besar bagi orang-orang kritis waktu itu. Puncaknya, Vladimir Illich
Ulyanov (Lenin) mendirikan negara Komunis pertama -Uni Soviet- dengan sebuah revolusi berdarah
menggulingkan kekuasaan Tsar. Sebagai ideolog komunis terkemuka, Lenin telah meletakkan dasar-dasar
pemerintahan komunis dengan tangan besinya. Semangat perlawanan ala Lenin juga diikuti oleh rezim-
rezim komunis lainnya. Jutaan nyawa harus meregang akibat pemerintahan otoriter yang dipraktekkan oleh
mereka. Amartya Sen dalam The Black Book of Communism memperkirakan jumlah orang yang tewas
akibat sosialisme-komunisme mencapai angka 100 juta (Chomsky, 2003). Cita-cita sosialisme -menghapus
penindasan kapitalisme- ternyata diganti dengan penindasan ala komunis yang tidak kalah mengerikan.
Sentralisasi kekuasaan yang absolut melahirkan slogan “negara adalah saya”. Dalam perkembangannya,
bermunculanlah berbagai varian pemikiran dari ideologi sosialisme ini.
SOSIALISME SEBAGAI IDEOLOGI POLOITIK
Oleh Drs. Sri Agus, M.Pd.

PENDAHULUAN
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan.
Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi
aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap
alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga
perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan
masyarakat.

Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2)
komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-kira pada
awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19
yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor
yang sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.

Bentuk lain adalah sosialisme Fabian yaitu suatu bentuk dari teori sosialisme yang menghendaki suatu
transisi konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan sarana produksi kepada Negara. Tidak akan
dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih ditekankan pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba
cara yang praktis untuk memanfaatkan semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja, kesehatan, upah
dan kondisi kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini didukung oleh Fabian society yang didirikan 1884.
Tokoh gerakan sosial di Inggris berasal dari kelompok intelektual di antaranya George Bernard Shaw, Lord
Passfield, Beatrice Webb, Graham Wallas dan GDH Cole (Ali Mudhofir, 1988:90).

Istilah “ sosialis” atau negara sosial demokrat digunakan untuk menunjuk negara yang menganut paham
sosialisme “ moderat” yang dilawankan dengan sosialisme ”radikal” untuk sebutan lain bagi “komunisme”.
Hal ini ditegaskan mengingat dalam proses perkembangannya di Negara Barat yang pada mulanya
menganut paham liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis (sosialis demokrat) ( Frans Magnis
Suseno,1975: 19-21). Perbedaan yang paling menonjol antara sosialis-demokrat dan komunisme
(Marxisme-Leninisme) adalah sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya Marxisme-Leninisme melalui revolusi.

Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-
sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra, 1979: 309). Dalam
membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang
mempunyai arti politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis
(1848). Dalam edisi bahasa Inggris 1888 Marx memakai istilah “sosialisme” dan ”komunisme” secara
bergantian dalam pengertian yang sama. Hal ini dilakuakn sebab Marx ingin membedakan teorinya yang
disebut “sosialisme ilmiah” dari “ sosialisme utopia” untuk menghindari kekaburan istilah dua sosialisme
dan juga karena latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah “komunisme” sebagai ganti “sosialisme”
agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991: 127).

Dalam perkembangannya, Lenin dan Stalin berhasil mendirikan negara “komunis”. Istilah “sosialis” lebih
disukai daripada “komunis” karena dirasa lebih terhormat dan tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka
menyebut masa transisi dari Negara kapitalis ke arah Negara komunis atau “masyarakat tidak berkelas”
sebagai masyarakat sosialis dan masa transisi itu terjadi dengan dibentuknya “ Negara sosialis”, kendati
istilah resmi yang mereka pakai adalah “negara demokrasi rakyat”. Di pihak lain Negara di luar “Negara
sosialis”, yaitu Negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk
organisasinya, sedangkan partai sosialis di Negara Barat memakai sebutan “sosialis demokrat” (Meriam
Budiardjo, 1984: 5).
Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagai idiologi politik adalah suatu keyakinan dan
kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya
kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan
tanpa kekerasan.

SOSIALISME DAN DEMOKRASI

Pertalian antara demokrasi dan sosialisme merupakan satu-satunya unsur yang paling penting dalam
pemikiran dan politik sosialis. Ditinjau dari segi sejarah sosialisme, segera dapat diketahui gerakan sosialis
yang berhasil telah tumbuh hanya di negara-negara yang mempunyai tradisi-tradisi demokrasi yang kuat,
seperti Inggris, Selandia Baru, Skandinavia, Belanda, Swiss, Australia, Belgia (William Ebenstein, 1994:
213). Mengapa demikian sebab pemerintahan yang demokratis dan konstitusional pada umumnya diterima,
kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada programnya yang khusus, meskipun program itu tampak
terlalu luas yakni: menciptakan kesempatan yang lebih banyak bagi kelas-kelas yang berkedudukan rendah
mengakhiri ketidaksamaan yang didasarkan atas kelahiran dan tidak atas jasa, membuka lapangan
pendidikan bagi semua rakyat, memberikan jaminan sosial yang cukup bagi mereka yang sakit,
menganggur dan sudah tua dan sebagainya.

Semua tujuan sosialisme demokratis ini mempunyai persamaan dalam satu hal yaitu membuat demokrasi
lebih nyata dengan jalan memperluas pemakaian prinsip-prinsip demokrasi dari lapangan politik ke
lapangan bukan politik dari masyarakat. Sejarah menunjukkan, masalah kemerdekaan merupakan dasar
bagi kehidupan manusia. Kemerdekaan memeluk agama-kepercayaan, mendirikan organisasi politik dan
sebagainya merupakan sendi-sendi demokrasi. Jika prinsip demokrasi telah tertanam kuat dalam hati dan
pikiran rakyat, maka kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada aspek lain. Sebaliknya, di Negara
yang masih harus menegakkan demokrasi, partai sosialis harus berjuang untuk dapat merealisasikan ide
tersebut. Misalnya di Jerman masa kerajaan kedua (1870-1918) yang bersifat otokratis, partai sosialis
demokratis senantiasa bekerja dengan rintangan yang berat. Lembaga parlementer hanya sebagai selubung
untuk menutupi pemerintahan yang sebenarnya bersifat diktaktor. Pada masa Bismarck berkuasa, kaum
sosialis demokrasi dianggap sebagai” musuh-musuh Negara”, dan pemimpin partai yang lolos dari
penangkapan melarikan diri ke Inggris dan Negara Eropa lainnya. Demikian pula pada masa republik
Weiner (1919-1933), partai sosial demokratis Jerman juga tidak berdaya karena tidak ada pemerintahan
yang demokratis.

Demokrasi dan sosialilsme merupakan dua ideologi yang sekarang nampak diannut di berbagai Negara
yang bukan Fasis dan bukan Komunis. Dalam keadaan sekarang tidak mudah merumuskan pengertian
demokrasi . Berbagai macam demokrasi telah berkembang menjadi berbagaai bentuk masyarakat.
Demokrasi Inggris modern atau demokrasi Swedia lebih dekat dalam beberapa hal pada sosialisme Negara
di Soviet Rusia dibandingkan dengan sistim ekonomi Amerika Serikat . Akan tetapi dalam soal-soal
perorangan dan kemerdekaan politik hal sebaliknya yang berlaku . Berbeda lagi yang ada di Amerika
Serikat mungkin dapat disebut “demokrasi kapitalis”. Disebut demikian karena yang tampak hanya
demokrasi politik, tetapi tidak cukup ada apa yang dinamakan demokrasi ekonomi dengan tetap adanya
freefight ekonomi yang memungkinkan beberapa gelintir orang menjadi kapitalis yang amat kaya .

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sosialisme hanya dapat berkembang dalam lingkungan masyarakat
dan pemerintahan yang memiliki tradisi kuat dalam demokrasi . Pada saat kaum sosialis berhasil
memegang kekuasaan, pemerintahan masih tetap diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk ikut ambil
bagian ( sebagian oposisi) ) dan mereka juga menyadari bahwa kekuasaan yang diperoleh tidak bersifat
permanen .

4. Liberalisme
liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme, terutama sejak Partai Liberal
merosot peranannya di banyak Negara. Di Inggris sebenarnya Partai Liberal sudah lenyap dan Partai Buruh
yang menjadi pewarisnya. Dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang liberal yang menggabungkan
diri dengan Partai Buruh. Apa alasannya ?. Pertama, lenyapnya Partai Liberal Inggris bukanlah disebabkan
kegagalannya ,tetapi hasil yang telah dicapai membuat kehadiran partai ini tidak diperlukan lagi. Saat ini
baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh mempunyai komitmen yang kuat terhadap prinsip liberal
yang menghormati kebebasan individu untuk beribadah, berpikir, berbicara dan berkumpul. Kedua
perdagangan bebas yang merupakan cita-cita yang penting dari liberalisme Inggris abad 19 tidak muncul
lagi sebagai kepentingan politik yang menggebu-gebu. Baik golongan konservatif maupun golongan Buruh
mempunyai komitmen pada bentuk proteksi tarif tertentu. Orang-orang liberal sendiri juga sudah
menyadari perdagangan bebas tidak penting lagi seperti dulu.

Karena masalah-masalah yang khusus sudah tidak ada lagi, banyak orang liberal yang bergabung dengan
Partai Buruh atau memberikan suaranya untuk Partai Buruh atau menganggap dirinya sebagai orang
sosialis murni.Liberalisme biasanya menjadi aliran kiri kaum konservatif. Di Negara yang mempunyai
system dua partai seperti Inggris, kalau orang akan bergeser dari konservatif. Maka Partai Buruh
merupakan tumpuan untuk memperjuangkan kepentingan politiknya.

Liberalisme telah memberikan sumbangan yang cukup besar hal-hal yang berguna bagi sosialisme Inggris.
Karena pengaruh Liberalisme para pemimpin sosialis lebih moderat dan kurang terpaku pada doktrin serta
lebih menghargai kebebasan individu. Liberalisme telah merubah Partai Buruh menjadi sebuah partai
nasional, bukan lagi partai yang didasarkan pada kelas. Liberalisme juga telah mewariskan kepada Partai
Buruh peran kaum liberal bahwa pembaharuan dapat dilakukan dengan tidak usah menimbulkan kepahitan
dan kebencian.

SOSIALISME DI BERBAGAI NEGARA


Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi
partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita
kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Selama
peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat negara demokratis yang ikut berperang, bahwa
kemenangan militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan kesempatan
dan persamaan yang lebih banyak.

Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan
pertumbuhanuruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial yang lama. Pada awal
pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di parlemen.
Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal.
Banyak programnya yang berasal dari kaum sosialis,terutama dari kelompok Febiaan berhasil memperkuat
posisi partai karena dapat memenuhi keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam
bidang (1) pemerataan pendapatan (2)distribusi pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan (Anthony
Crosland, 1976: 265-268).

Di Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan
Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui pemilu-pemilu
bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme
demokrasi tipe reformasi liberal. Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter atau komunisme
seperti yang terlihat di Soviet dan RRC.

Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru
terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan ekonomi, pengangguran
kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis
demokratis dipengaruhi Marxisme revisionis,solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis yang papa
akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk memperbaiki kekurangan system kapitalis. Periode
tersebut merupakan era menggejolaknya aktivitas sosialis.

Setelah PD II terjadi perubahan besar dalam pemikiran kaum sosialis. Pada permulaan tahun 1960 banyak
diantara partai sosialis demokrat Eropa yang melepaskan dengan hubungan ikatan-ikatan idiology Marx.
Mereka mengubah sikapnya terhadap hak milik privat dan tujuan mereka yang semula tentang hak milik
kolektif secara total. Perhatian mereka curahkan terhadap upaya “ menyempurnakan ramuan”pada
perekonomian yang sudah menjadi ekonomi campuran. Akibatnya disfungsi antara sosialis dan negara
kesejahteraan modern (The modern welfare state) kini dianggap orang sebagai perbedaan yang bersifat
gradual.

Menurut Milton H Spencer sosialisme demokrasi modern merupakan suatu gerakan yang berupaya untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui tindakan (1) memperkenalkan adanya hak milik privat atas
alat-alat produksi (2) melaksanakan pemilikan oleh Negara (public ounership) hanya apabila hal tersebut
diperlukan demi kepentingan masyarakat (3) mengandalkan diri secara maksimal atas perekonomian pasar
dan membantunya dengan perencanaan guna mencapai sasaran sosial dan ekonomis yang diinginkan
( Winardi, 1986: 204).

Bagaimanakah sosialisme di Negara-negara berkembang ?. Negara-negara miskin berhasrat untuk


mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari segi kepentingan dalam negeri pertumbuhan ekonoimi
yang tinggi merupakan satu-satunya cara untuk mencapai srtandart hidup, kesehatan dan pendidikan yang
lebih baik. Ada dua cara untuk mencapai pembangunan ekonomi yang pesat: Pertama cara yang telah
digunakan oleh Negara Barat (maju), pasar bebas merupakan alat utama untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.Kedua komunisme, dalam metode ini Negara memiliki alat-alat produksi dan
menetapkan tujuan yang menyeluruh.

Jika kita perhatikan dalam sejarah bangsa Indonesia , pada awal kemerdekaan sampai tahun 1965 pernah
pula diintrodusir konsep sosialisme ala Indonesia .Apakah itu sebagai akibat pengaruh PKI atau ada aspek-
aspek tertentu yang memang sesuai dengan kondisi di negara kita. Yang jelas sejak memasuki Orde BAru
“sosialisme” itu tidak terdengar lagi .

Adanya perbedaan pengertian mengenai konsep sosialisme , memberikan wawasan kepada kita bahwa
suatu ideology politik yang dianut oleh suatu Negara belum tentu cocok untuk negar lain . Melalui
pemahaman ini dapat dipetik manfaatnya untuk pengembangan pembangunan nasional demi tercapainya
tujuan nasional seperti yang terumuskan dalam UUD 1945.

KESIMPULAN
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-
sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik
adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan
politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi,
persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.

Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik
akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme
berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.

Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia , sosialisme
ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok
masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme ,Febianisme , dan Sosial Demokratis.

Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi
demokrasi yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan sosialis sebagimana tergambar di
Inggris mencakup : (a) agama ; (b) idealisme e tis dan estetis ; (c) empiris Fabian ; dan (d) liberalisme .

Sosialisme yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya . Dalam
sosialisme tidak ada garis sentralitas dan tidak bersifat internasional

Sosialisme di negara-negara berkembang mengandung banyak arti . Sosialisme berarti cita-cita keadilan
sosial ; persaudaraan ; kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum ; dan komitmen pada
perencanaan.

Di negara-negara Barat ( lebih makmur) sosialisme diartikan sebagai cara mendistribusikan kekayaan
masyarakat secara lebih merata sedangkan di Negara berkembang sosialisme diartikan sebagai cara
mengindustrialisasikan Negara yang belum maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan
maksud manaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat .

Sosialisme sebagai idiologi politik yang merupakan keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar
mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata
melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai
ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri
. Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan
kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme
ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok
masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan Sosial Demokratis. Sosialisme
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi
yang kuat .

KARL MARX (1818 – 1883)


Karl Marx, pelopor utama gagasan “sosialisme ilmiah” dilahirkan tahun 1818 di kota Trier, Jerman,
Ayahnya ahli hukum dan di umur tujuh belas tahun Karl masuk Universitas Bonn,juga belajar hukum.
Belakangan dia pindah ke Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar Doktor dalam ilmu filsafat dari
Universitas Jena.

Entah karena lebih tertarik, Marx menceburkan diri ke dunia jurnalistik dan sebentar menjadi redaktur
Rheinische Zeitung di Cologne. Tapi, pandangan politiknya yang radikal menyeretnya ke dalam rupa-
rupa kesulitan dan memaksanya pindah ke Paris. Di situlah dia mula pertama bertemu dengan Friederich
Engels. Tali persahabatan dan persamaan pandangan politik mengikat kedua orang ini selaku dwi tunggal
hingga akhir hayatnya.

Marx tak bisa lama tinggal di Paris dan segera ditendang dari sana dan mesti menjinjing koper pindah ke
Brussel. Di kota inilah, tahun 1847 dia pertama kali menerbitkan buah pikirannya yang penting dan besar
The poverty of philosophy (Kemiskinan filsafat). Tahun berikutnya bersama bergandeng tangan dengan
Friederich Engels mereka menerbitkan Communist Manifesto, buku yang akhirnya menjadi bacaan
dunia. Pada tahun itu juga Marx kembali ke Cologne untuk kemudian diusir lagi dari sana hanya selang
beberapa bulan. Sehabis terusir sana terusir sini, akhirnya Marx menyeberang Selat Canal dan menetap di
London hingga akhir hayatnya.

Meskipun ada hanya sedikit uang di koceknya berkat pekerjaan jurnalistik, Marx menghabiskan sejumlah
besar waktunya di London melakukan penyelidikan dan menulis buku-buku tentang politik dan ekonomi.
(Di tahun-tahun itu Marx dan familinya dapat bantuan ongkos hidup dari Friederich Engels kawan
karibnya). Jilid pertama Das Kapital, karya ilmiah Marx terpenting terbit di tahun 1867. Tatkala Marx
meninggal di tahun 1883, kedua jilid sambungannya belum sepenuhnya rampung. Kedua jilid
sambungannya itu disusun dan diterbitkan oIeh Engels berpegang pada catatan-catatan dan naskah yang
ditinggalkan Marx.

Karya tulisan Marx merumuskan dasar teoritis Komunisme. Ditilik dari perkembangan luarbiasa gerakan
ini di abad ke-20, sangat layaklah kalau dia mendapat tempat dalam urutan tinggi buku ini. Masalahnya,
seberapa tinggi?

Faktor utama bagi keputusan ini adalah perhitungan arti penting Komunis jangka panjang dalam sejarah.
Sejak tumbuhnya Komunisme sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah masa kini, terasa sedikit sulit
menentukan dengan cermat perspektif masa depannya. Kendati tak seorang pun sanggup memastikan
seberapa jauh Komunisme bisa berkembang dan berapa lama ideologi ini bisa bertahan, yang sudah pasti
dia merupakan ideologi kuat dan tangguh serta berakar kuat menghunjam ke bumi, dan sudah bisa
dipastikan punya pengaruh besar di dunia untuk paling sedikit beberapa abad mendatang.
Pada saat kini, sekitar seabad sesudah kematian Marx, jumlah manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh
Marxisme sudah mendekati angka 1,3 milyar banyaknya. Jumlah penganut ini lebih besar dari jumlah
penganut ideologi mana pun sepanjang sejarah manusia. Bukan sekedar jumlahnya yang mutlak,
melainkan juga sebagai kelompok dari keseluruhan penduduk dunia. Ini mengakibatkan kaum Komunis,
dan juga sebagian yang bukan Komunis, percaya bahwa di masa depan tidak bisa tidak Marxisme akan
merebut kemenangan di seluruh dunia. Namun, adalah sukar untuk memantapkan kebenarannya dengan
keyakinan yang tak bergoyah. Telah banyak contoh-contoh ideologi yang tampaknya sangat punya
pengaruh penting pada jamannya tapi pada akhirnya melayu dan sirna. (Agama yang didirikan oleh Mani
bisa dijadikan misal yang menarik). Jika kita surut ke tahun 1900, akan tampak jelas bahwa demokrasi
konstitusional merupakan arus yang akan jadi anutan masa depan. Berpegang pada harapan, tampaknya
memang begitu, tapi sekarang tak ada lagi orang yang yakin segalanya sudah terjadi sebagaimana
bayangan semula.

Sekarang menyangkut Komunisme. Taruhlah seseorang percaya sangat dan tahu persis betapa hebatnya
pengaruh Komunis di dunia saat ini dan di dunia masa depan, orang toh masih mempertanyakan arti
penting Karl Marx di dalam gerakan Komunis. Politik pemerintah Uni Soviet sekarang kelihatannya
tidak terawasi oleh karya-karya Marx yang menulis dasar-dasar pikiran seperti dialektika gaya Hegel dan
tentang teori “nilai lebih.” Teori-teori itu kelihatan kecil pengaruhnya dalam praktek perputaran roda
politik pemerintah Uni Soviet, baik politik dalam maupun luar negerinya.

Komunisme masa kini menitikberatkan empat ide: (1) Sekelumit kecil orang kaya hidup dalam
kemewahan yang berlimpah, sedangkan kaum pekerja yang teramat banyak jumlahnya hidup
bergelimang papa sengsara. (2) Cara untuk merombak ketidakadilan ini adalah dengan jalan
melaksanakan sistem sosialis, yaitu sistem di mana alat produksi dikuasai negara dan bukannya oleh
pribadi swasta. (3) Pada umumnya, satu-satunya jalan paling praktis untuk melaksanakan sistem sosialis
ini adalah lewat revolusi kekerasan. (4) Untuk menjaga kelanggengan sistem sosialis harus diatur oleh
kediktatoran partai Komunis dalam jangka waktu yang memadai.

Tiga dari ide pertama sudah dicetuskan dengan jelas sebelum Marx. Sedangkan ide keempat berasal dari
gagasan Marx mengenai “diktatur proletariat.” Sementara itu, lamanya masa berlaku kediktatoran Soviet
sekarang lebih merupakan hasil dari langkah-langkah Lenin dan Stalin daripada gagasan tulisan Marx.
Hal ini tampaknya menimbulkan anggapan bahwa pengaruh Marx dalam Komunisme lebih kecil dari
kenyataan yang sebenarnya, dan penghargaan orang terhadap tulisan-tulisannya lebih menyerupai
sekedar etalasi untuk membenarkan sifat “keilmiahan” daripada ide dan politik yang sudah terlaksana dan
diterima.

Sementara boleh jadi ada benarnya juga anggapan itu, namun tampaknya kelewat berlebihan. Lenin
misalnya, tidak sekedar menganggap dirinya mengikuti ajaran-ajaran Marx, tapi dia betul-betul
membacanya, menghayatinya, dan menerimanya. Dia yakin betul jalan yang dilimpahkannya persis di
atas rel yang dibentangkan Marx. Begitu juga terjadi pada diri Mao Tse Tung dan pemuka-pemuka
Komunis lain. Memang benar, ide-ide Marx mungkin sudah disalah-artikan dan ditafsirkan lain, tapi hal
semacam ini juga berlaku pada ajaran Yesus atau Buddha atau Islam. Andaikata semua politik dasar
pemerintah Tiongkok maupun Uni Soviet bertolak langsung dari hasil karya tulisan Marx, dia akan
peroleh tingkat urutan lebih tinggi dalam daftar buku ini.

Mungkin bisa diperdebatkan bahwa Lenin, politikus praktis yang sesungguhnya mendirikan negara
Komunis, memegang saham besar dalam hal membangun Komunisme sebagai suatu ideologi yang begitu
besar pengaruhnya di dunia. Pendapat ini masuk akal. Lenin benar-benar seorang tokoh penting. Tapi,
menurut hemat saya, tulisan-tulisan Marx yang begitu hebat pengaruhnya terhadap jalan pikiran bukan
saja Lenin tapi juga pemuka-pemuka Komunis lain, jelas punya kedudukan lebih penting.

Juga ada peluang untuk diperdebatkan apakah penghargaan atas terumusnya Marxisme tidak harus dibagi
antara Karl Marx dan Friederich Engels. Mereka berdua menulis “Manifesto Komunis” dan Engels jelas
punya pengaruh mendalam terhadap penyelesaian final Das Kapital. Meskipun masing-masing menulis
buku atas namanya sendiri-sendiri tapi kerjasama intelektual mereka begitu intimnya sehingga hasil
keseluruhan dapat dianggap sebagai suatu karya bersama. Memang, Marx dan Engels diperlakukan
sebagai satu kesatuan dalam buku ini walaupun yang dicantumkan cuma nama Marx karena (saya pikir
saya benar) dia dianggap partner yang dominan dalam arti luas.

Akhirnya, sering dituding orang bahwa teori Marxis di bidang ekonomi sangatlah buruk dan banyak
keliru. Tentu saja, banyak dugaan-dugaan tertentu Marx terbukti meleset. Misalnya, Marx meramalkan
bahwa dalam negeri-negeri kapitalis kaum buruh akan semakin melarat dalam perjalanan sang waktu.
Jelas, ramalan ini tidak terbukti. Marx juga memperhitungkan bahwa kaum menengah akan disapu dan
sebagian besar orang-orangnya akan masuk ke dalam golongan proletar dan hanya sedikit yang bisa
bangkit dan masuk dalam kelas kapitalis. Ini pun jelas tak pernah terbukti. Marx juga tampaknya percaya,
meningkatnya mekanisasi akan mengurangi keuntungan kaum kapitalis, kepercayaan yang bukan saja
salah tapi sekaligus juga tampak tolol. Tapi, terlepas apakah teori ekonominya benar atau salah, semua
itu tidak ada sangkut-pautnya dengan pengaruh Marx. Arti penting seorang filosof terletak bukan pada
kebenaran pendapatnya tapi terletak pada masalah apakah buah pikirannya telah menggerakkan orang
untuk bertindak atau tidak. Diukur dari sudut ini, tak perlu diragukan lagi Karl Marx punya arti penting
yang luarbiasa hebatnya.

Tokoh Sosialis

Komunisme merupakan sebuah ideologi atau faham yang berasal dari Manifest der Kommunistischen,
karya Karl Marx dan Friedrich Engels. Di mana isinya merupakan analisis pendekatan kepada perjuangan
kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan. Faham ini kemudian terus berkembang hingga
sekarang dan menjadi salah satu gerakan paling berpengaruh dalam dunia politik.

Sosialisme akhirnya dipengaruhi oleh kehidupan sosial masyarakat menengah ke bawah. Banyak sekali
tokoh-tokoh social yang muncul setelah Karl Marx. Sebut saja Vladimir Ilyich Lenin yang mengenalkan
ajaran Karl Marx di Rusia, sekaligus pemimpin politik yang paling bertanggung jawab atas lahirnya partai
komunis di Rusia.

Kemudian, ada Che Guevara pejuang revolusi Marxis Argentina dan pemimpin gerilya Kuba. Deng Xiao
Ping, Mahmoud Ahmadinejad dan masih banyak tokoh lainnya yang memperjuangkan nasib para kaum
buruh dari penindasan kapitalisme.

Para tokoh sosialisme juga banyak bermunculan di Indonesia. Namun, pemikiran mereka dianggap dapat
menimbulkan pemberontakan masyarakat. Maka, tidak sedikit dari para tokoh sosialisme ini yang dianggap
berbahaya. Seperti Francisca C. Fanggidaej, Widji Thukul, Sutan Syahrir, Pramoedya Ananta Toer dan
masih banyak lainnya.

KAPITALISME Vs SOSIALISME
-Cahaya Islam Terjepit Ideologi Barat-
Oleh : Roe Salampessy

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern sangat membantu bagi kemudahan hidup manusia,
pekerjaan yang semula sulit dan berat kini menjadi mudah dan ringan. Perjalanan yang semula lama dan
melelahkan, kini menjadi singkat dan nyaman. jarak antar tempat yang semula jauh, kini menjadi dekat
sehingga bumi yang semula luas seakan kampung yang sempit dan sesak. walaupun bukan rahasia lagi
bahwa seiring dengan perkembangan itu terjadi kerusakan dimana-mana, mulai dari krisis energi, rusaknya
sistem dan ekosistem, sampai pada terjadinya proses dehumanisasi hingga yang lebih radikal lagi adalah
ketidak percayaan masyarakat modern akan kekuasaan Tuhan, karena lebih menuhankan teknologi dan akal
mereka sendiri.

Terlepas dari terjadinya krisis-krisis tersebut, jangan lantas kita menyalahakan kemajuan zaman yang
begitu cepatnya. toh kita semua yang hidup dijaman ini juga sedang menikmati kepintaran manusia-
manusia yang telah membuka jalan bagi perubahan sosial atau budaya ke arah yang lebih modern. yang
perlu kita renungkan saat ini adalah ternyata kita umat Islam hanyalah menjadi penonton dan pembeli dari
kemajuan ini. Lihatlah era Globalisasi sekarang yang ditandai dengan semakin gesitnya persaingan
keunggulan antar bangsa, ras, dan umat. ternyata umat Islam hanya menjadi "the loser" dalam segala
medan pertandingan; baik politik, ekonomi, sosial budaya, maupun akademik. kita semakin kalah dan
tersingkirkan. mungkin salah satu sebab dari beraneka sebab adalah sistem pendidikan yang tanpa arah
jelas, yang akhirnya melahirkan generasi-generasi malas, tidak kreatif, dan reaktif.

Kembali pada krisis dijaman modern ini, kerusakan-kerusakan yang timbul akibat penyalahgunaan
teknologi mungkin bisa dieliminisir dengan menciptakan teknologi-teknologi baru yang ramah lingkungan.
Namun kerusakan pada cara pandang (ideologi) manusia dalam perubahan sosial ditengah zaman ini tentu
sangat sulit untuk dilakukan, mengingat pengaruh ideologi ini sudah sangat berakar dalam pandangan
masyarakat barat dan sebagian masyarakat muslim. Dalam kehidupan masyarakat maju saat ini ada dua
Ideologi yang paling berpengaruh dalam mengawal perubahan sosial yakni Kapitalisme dan Sosialisme.
Masing-masing ideologi ini pun terdapat perbedaan sudut pandang tentang makna material dan spiritual,
sehingga perubahan yang ingin dicapai pun sudah barang tentu tidak sama. Implementasi perubahan yang
dilakukan kedua Ideologi ini pun pada kenyataannya terlalu bertumpu pada perubahan material, sesuatu
yang sangat tidak disetujui oleh ajaran ISLAM. Menyingkirkan wilayah Teosofik dan metafisik
(maksudnya wilayah agama) dalam interaksi sosial keseharian masyarakat. Mereka beranggapan bahwa
masyarakat yang berpikiran cenderung keagamaan (religius) tak ubahnya dengan masyarakat purba/primitif
yang tingkat intelektualnya sangat rendah. Karl Marx dalam bukunya Dies kapital menyususun ide-ide
KAPITALIS, dan kemudian menyuarakan kepada dunia intelektual bahwa Agama tak ubahnya candu, dan
mengutuk agama sebagai sampah primitiv. Apa yang dikatakan Marx mungkin benar bagi sebagian orang
yang hidup dengan doktrin ajaran-ajaran agama yang ortodoks dan selalu mengekang kemajuan zaman.
Tentunya ungkapan kemarahan Marx bukan ditujukan kepada Agama Islam, mengingat kehidupan Marx
ditanah Eropa waktu itu berbarengan dengan arogansi Gereja selaku pemegang kekuasan tertinggi agama
Kristen yang berlaku sewenang-wenang terhadap para Ilmuwan dan para intelektual. Jadi sesungguhnya
ide-ide Marx ini lebih kepada perlawanan terhadap otoritas Gereja.

Penerimaan masyarakat modern terhadap kedua Ideologi ini tentunya sangat fenomenal, walaupun disana-
sini terdapat krisis, toh dua ideologi inipun tetaplah ideologi besar yang sangat dominan dan berpengaruh
terhadap perubahan masyarakat. Secara garis besar mungkin Islam tidak sejalan dengan cara pandang
kedua Ideologi ini, tapi kita umat Islam khususnya tengah hidup ditengah-tengah pengaruh dan
kekuatannya. Kita bukan saja terperangkap, tapi justru jadi bulan-bulanan arogansinya.
Mungkin ada baiknya digambarkan sedikit tentang kedua Ideologi ini, karena menjustifikasi sesuatu tanpa
tahu seluk beluknya merupakan pelecehan terhadap ilmu pengetahuan.

KAPITALISME
Kapitalisme merupakan sebuah landasan ideologi yang sangat individualistik dalam pemenuhan kebutuhan
dan kepentingannya dan sekaligus pemenuhan kebutuhan masyarakatnya. Alasanya, karena individu
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Dan Untuk mengoperasionalkan sistem yang
sangat individualis ini, ia harus di motivasi oleh norma-norma kebebasan dalam politik, ekonomi,
intelektual, pribadi, dan sebagainya. Kebebasan ekonomi misalnya yang digambarkan oleh kapitalisme
adalah dengan memberikan hak kepada siapa saja untuk melakukan kegiatan dalam bidang usaha. tidak
menjadi soal, apakah aktivitas ekonomi tersebut memberikan berkah atau tidak kepada masyarakat. Lihat
juga kebebasan intelektual yang diusung oleh Ideologi ini, katanya orang bebas mempercayai doktrin atau
ajaran-ajaran sesuai dengan minat intelektualnya. yang akhirnya meniadakan Tuhan dalam setiap
aktivitasnya.

Nah..dari sosok masyarakat Kapitalis seperti diatas apa yang bisa diharapkan? Memang, revolusi sains dan
teknologi telah melahirkan mesin-mesin industri raksasa yang kemudian menggusur teknologi rakyat
kearah kebangkrutan. Tak dapat dielakan, hanya orang-orang kuat dan kaum bermodallah yang mengambil
keuntungan dari revolusi ini dan sebagai dampaknya adalah tergusurnya para kaum marginal. Coba
bayangkan masyarakat yang dilahirkan oleh sistem ideologi ini (Kapitalisme) tentunya masyarakat yang
pikiran dan hatinya di amuk "nafsu penjajah". Amerika Serikat mungkin adalah contoh kecil dari sekian
banyak Negara-negara berhaluan Kapitalis ini.

You might also like