Professional Documents
Culture Documents
1. Kualitas tebaran. Riwayat benih nila harus jelas. Benih inbreeding (perkawinan satu keturunan)
menyebabkan penurunan produktivitas karena pertumbuhan lambat dan rentan penyakit. Untuk nila,
carilah benih yang sudah dijantankan semua, sebab lebih cepat tumbuh dibanding ikan betina. Benih
harus sehat, lengkap anggota tubuhnya dan tidak sedang terserang penyakit. Ciri-ciri umum: benih aktif
berenang, pergerakan dan nafsu makan normal, seimbang antara panjang dan berat.
2. Kualitas air. Untuk perairan tertutup (kolam) kualitas air bisa dikelola dengan baik karena fluktuasi
kualitas air bisa dikendalikan. Tetapi jika perairan terbuka seperti KJA di waduk atau kolam air deras dan
karamba sungai, akan sulit mengelola kualitas air.
3. Kualitas pakan. Manajemen pakan yang baik akan bisa meminimalisir pemborosan pakan. Kebutuhan
pakan tergantung pola budidaya.
4. Penyakit. Bersifat oportunis, yaitu aktif saat lingkungan memburuk dan kondisi ikan melemah.
- Pengeringan dan pengangkatan lumpur, untuk membuang kotoran dari budidaya sebelumnya. Waktu
ideal 1-2 minggu hingga tanah retak-retak
- Pengapuran, untuk rneningkatkan pH jika tanah asam Berta untuk sterilisasi patogen. Pengapuran tidak
perlu dilakukan pada tanah yang tidak asam. Dosis penggunaan kapur (Ca CO3) pada kondisi keasaman
tanah 5 - 6.5 berkisar 0.2 - 0.5 kg/m2
- Pengisian air. Untuk rnengurangi predator dan varier penyakit, dipasang saringan halus di depan inlet.
- Pemupukan untuk menumbuhkan plankton hijau yang berfungsi sebagai penstabil kualitas air dan
sebagai makanan alami bagi ikan nila.
b) Pola semiintensif
Memadukan pakan alami dan pakan tambahan. Jika menggunakan pakan komersial dibutuhkan 2-3%
biomass per hari dan pemupukan secara periodik. Kepadatan antara 3-5 ekor/ M2. Pada pola ini
pergantian air harus mulai dilakukan untuk memelihara kualitas air. Hasil panen kurang lebih 3-5
ton/ha/periode pemeliharaan, dengan ukuran 100-200 gr/ekor
c) Pola intensif
Mengandalkan pakan buatan. Kepadatan tebar 5-10 ekor/m2, pakan buatan 3-5% biomass per hari,
intensitas pergantian air 5-10% per hari, saat ikan mulai mengkonsumsi banyak pakan. Diperlukan
sejumlah kincir untuk memelihara oksigen agar kandungannya > 4 ppm. Panen 10-15 ton/ha/periode
pemeliharaan, ukuran 200-300 gr/ekor
3. Manajemen pakan
Pemberian pakan buatan mutlak pada pola intensif. Yang paling mudah diaplikasikan adalah pakan
apung (kandungan protein 28-32%) karena habisnya pakan bisa terduga dibandingkan pakan tenggelam.
Agar pemberian pakan efisien :
Jenis dan ukuran cocok dengan ikan budidaya.
Aturwaktu pemberian pakan agar nutrisi terserap
sempurna.
Patin
Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu
pembenihan dan pembesaran. Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan
dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Keberhasilan transportasi benih
ikan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama menyangkut
oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air. 1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Lokasi kolam dicari
yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk
dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan
dan bak penyaringan. Induk yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam
sehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik. Perlakuan dan Perawatan Bibit Induk
patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar terapung. Upaya
untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Perikanan Air
Tawar Palembang adalah dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan
pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%,
tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.
Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus.
Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui sistem pen dan dalam karamba.
Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: lokasi pemeliharaan,
bagaimana cara menggunakan jala apung, bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses
pembesarannya. Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan lokasi, kualitas
air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan
dan pemanenannya. Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang dilengkapi
dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan.
Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Hal ini
dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang
dipelihara (smpel). Pemeliharaan Kolam dan Tambak Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan
tambahan berupa pellet setiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun
sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya. Hama Pada pembesaran
ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak,
ular air, dan burung. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan
buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam
wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu
sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara
untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo
sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi
daya dengan lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi
daya. Penyakit Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi
adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Produksi benih ikan
patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan
parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang
berumur 1-2 bulan.