You are on page 1of 2

Makalah Takhrijul Hadits

2.9.09 2 komentar

A. Pengertian Takhrijul Hadis


1. Pengertian Menurut Bahasa

Kata takhrij dari kata kharraja, yukhariju, yang secara bahasa mempunyai bermacam-macam
arti. Menurut mahmud ath-Thahhan, asal kata Takhrij, ialah :
ََ َ ‫جتما ع ُ أ‬ ْ َ
‫حد‬ِ ‫ي ٍء وَ ا‬ َ ‫ن ِفي‬
ْ ‫ش‬ ِ ْ ‫ضا د َي‬
َ َ ‫مت‬
ُ ‫ن‬
ِِ ْ ‫مَر ي‬ ْ َ ِْْ ِ ‫إ‬

”Berkumpulnya dua hal yang bertentangan dalam satu persoalan”

Dalam arti lain tajrih/takhrij atau jarah dalam pengertian bahasa : melukai tubuh ataupun
yang lain dengan menggunakan benda tajam, pisau, pedang dasn sebagainya, luka yang
disebabkan oleh kena pisau dan sebagainya dinamakan jurh. Dan di artikan pula jarah dengan
memawkai dan menistai, baik dimuka ataupun dibelakang.
Dari sudut pendekatan kebahasaan ini, kata takhrij juga memiliki beberapa arti, yaitu
pertama, berarti al-istinbath ( mengeluarkan dari sumbernya ). Kedua berarti at-tadrib (latihan
) ketiga berarti at-taujih (pengarahan, menjelaskan duduk persoalan)

2. Pengertian Secara Terminologis


Para ulama ahli hadis dalam hal ini mengemukakan beberapa definisi, seperti di bawah ini :
Menurut satu definisi, arti takhrij sama dengan Al-ikhraj yaitu Ibraz Al-Hadits li an-nas
bidzikri mahrajih (mengumgkapkan atau mengeluarkan hadits kepada orang lain dengan
menyebutkan para perawi yang berada dalam rangkaian sanadnya sebagai yang
mengelaurkan hadits). Misalnya dikatakan : hadza hadits akhrajahu al-bukhari atau
kharrajahu al-bukhari ( hadist ini dikeluarkan oleh al-bukhari). Arti takhrij menurut definisi
ini banyak dipakai oleh para ulama dalam mengutip atau menyebutkan suatu hadis.

Menurut definisi berikutnya, di sebutkan bahwa kata takhrij berarti ikhraj al-ahadits min
buthuni al-kutub wa riwayatuh ( mengeluarkan sejumlah hadis dari kandungan kitab-kitabnya
dan meriwayatkannya kembali ). Pengertian ini diantaranya dikemukakan oleh as-sakhawi, ia
menambahkan bahwa orang yang mengeluarkan hadis tersebut kemudian meriwayatkannya
atas namanya sendiri atau atas nama guru-gurunya, serta menyandarkannya kepada penulis
kitab yang dikutipnya.

Menurut definisi lainnya, kata takhrij berarti ad-dalalah ala mashadir al-hadits al-ashliyah wa
azzuhu ilaihi ( petunjuk yang menjelaskan kepada sumber-sumber asal hadis ). Di sini
dijelaskan siapa-siapa yang menjadi para perawi dan mudawwin yang menyusun hadis
tersebut dalam suatu kitab.
Menurut mahmud ath-thahhan, definisi yang disebut ketiga ini yang banyak dipakai dan
terkenal pada kalangan ulama ahli hadis.
Berdasarkan definisi ini, ia menyabutkan pengertian takhrij sebagai berikut:

ِ‫مْرت َب َت ِه‬
َ ‫ن‬ ّ ُ ‫سن َد ِهِ ث‬
ِ ‫م ب ََيا‬ َ ِ ‫جت ِهِ ب‬ ْ َ‫ي أ‬
َ ‫خَر‬ ْ ِ ‫صل ِي َت ِهِ ال ّت‬
ْ َ ‫صا د ِرِهِ ا ْل‬
َ ‫م‬
َ ‫ي‬
ْ ِ‫ث ف‬ َ ‫ضِع ا ْ ل‬
ِ ْ ‫حد ِ ي‬ َ ‫ة ع ََلى‬
ِ ْ ‫مو‬ ُ َ ‫ا لد ّ ل َ ل‬
‫ة‬
ِ ‫ج‬َ ‫حا‬ َ ‫عن ْد َ ْال‬
ِ

“petunjuk tentang tempat atau letak hadis pada sumber aslinya, yang diriwayatkan dengan
menyebutkan sanadnya, kemudian dijelaskan martabat atau kedudukannya manakala
diperlukan ".
Berdasarkan definisi di atas, maka me-ntakhrij, berarti melakukan dua hal, yaitu yang
pertama berusaha menemukan para penulis hadis itu sendiri dengan rangkaian silsilah sanad-
nya dan menunjukannya pada karya-karya mereka, seperti kata-kata akhrajahuh al-baihaqi,
akhrajahu al-thabrani fi mu’jamih atau akhrajahu ahmad fi musnadih.
Penyebutan sumber-sumber hadis dalam definisi di atas, bisa dengan menyebutkan sumber
utama atau kitab-kitab induknya, seperti kitab-kitab yang termasuk pada kutub as-sittah; atau
sunber-sumber yang telah di olah oleh para pengarang berikutnya yang berusaha menyusun
dan menggabungkan antara kitab-kitab utama tersebut, seperti kitab al-jami’baina as-
shahihain oleh al-humaidi; atau sumber-sumber yang berusaha menghimpun kitab-kitab hadis
dalam masalah-masalah atau pembahasan khusus, seperti masalah fiqih, tafsir atau tarikh.
Kedua, memnberikan penilaian kualitas hadis apakah hadis itu sahih atau tidak. Penilaian ini
dilakukan andai kata diperlukan. Artinya, bahwa penilaian kualitas suatu hadis dalam men-
takhrij tidak selalu harus dilakukan. Kegaitan ini hanya melengkapi kegiatan takhrij tersebut
sebab, dengan diketahui dari mana hadis itu diperoleh sepintas dapat dilihat sejauh mana
kaulitasnya.

http://www.tipskom.co.cc/2009/09/makalah-takhrijul-hadits.html

You might also like