You are on page 1of 3

Islam Agama Universal

oleh Fajar Winarsih, 1006773080

Sumber Bacaan :

1. Kaelany HD, Islam Agama Universal, Jakarta: Midada Rahma Pres, 2008
2. Departemen Agama, Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2009

Sebelum membahas agama Islam jauh, ada baiknya menegtahui dahulu


makna dari Islam itu sendiri. Melihat tidak jarang umat Islam sendiri kurang
memahami makna dari agamanya sendiri. Islam memiliki arti yang sangat luas.
Islam membawa arti : “ Damai kepada Pencipta dengan tunduk, patuh, berserah
diri hanya kepada Allah SWT”. Atau bisa juga diartikan sebagai damai, selamat,
sentosa ditengah kehidupan dengan sesama manusia dan dalam hubungannya baik
dengan sesama manusia, lingkungan, dan terhadap Tuhan. Tidak saling
mengganggu dan aktif menyebarkan manfaat bagi sesama dan lingkungannya.
Islam juga memiliki hukum, yaitu hukum Islam yang bersumber pada Al Quran.
Selain itu, Islam adalah satu-satunya agama yang diturunkan Allah kepada umat
manusia (QS: Ali Imran, 3:19, 3:83-85, 2:130-133) secara estafet melalui para
Nabi dan Rasul-Nya hingga sampai pada Nabi terakhir sebagai penyempurna
ajaran Islam sebelumnya.

Islam sebagai agama universal disini, universal artinya bersifat


menyeluruh, umum, berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia. Islam
seringkali diartikan sebagai agama universal karena Islam bersifat menyeluruh,
yang diturunkan Allah untuk segenap manusia di seluruh dunia. Dalam kitab suci
disebutkan :

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS 21:107).

Dahulu, sebelum masa kepemimpinan Nabi Muhammad, Islam masih bersifat


lokal. Namun, dimasa kepemimpinan Nabi Muhammad, Islam menjadi agama
yang luas dan menyeluruh untuk segenap manusia. Ada beberapa alasan mengapa
Islam pada zaman sebelum Nabi Muhammad hanya bersifat regional, yaitu karena
faktor transportasi dan komunikasi yang pada saat itu masih belum mendukunga
untuk menyampaikan ajaran agama Islam secara menyeluruh. Pada masa itu,
Islam disebarkan oleh banyak Nabi untuk beberapa tempat. Semua Nabi berperan
penting dalam penyebaran agama Islam. Al Quran menyebutkan bahwa tidak ada
satu umat pun yang tidak dikirim Nabi sebagai pemberi peringatan.

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai


pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan dan tidak ada satu
umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS Fathir,
35:24)

Allah SWT telah mengirimkan banyak Nabi dan Rasul kepada semua umat
manusia sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhamad SAW dengan membawa misi
yang berupa tauhid dan syari’ah. Menurut catatan demografi, dimuka bumi ini
telah pernah hidup sekitar lima hingga sepuluh milyar manusia, dan untuk
manusia sebanyak itu, menurut Hamka telah datang kurang lebih 124.000 Nabi
yang telah diutus oleh Allah SWT sebagai penebar kebaikan. Inti agama yang
sebenarnya adalah sikap pasrah kepada Allah, Pencipta seluruh langit dan bumi.
Tanpa sifat yang demikian itu, suatu keyakinan keagamaan akan tidak memiliki
kesejatian. Maka, agama yang benar disisi Tuhan Yang Maha Esa adalah sikap
pasrah yang tulus hanya kepada-Nya, yaitu Islam. Disebutkan dalam Al Quran
surat 3, ayat 19, bahwa “Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah
hanyalah Islam.”

Para Nabi dan Rasul disegala tempat dan zaman telah membawa Islam
dengan ajaran intinya tauhid dan syari’ah untuk menyeru kepada kebaikan dan
mecegah keburukan. Meskipun inti ajarannya tauhid dan syari’ah, namun melihat
situasi dan kondisinya, ruang lingkup, dimungkinkan teknis pelaksanaannya akan
berbeda-beda. Allah SWT tidak menurunkan aturan (syari’ah) yang tidak
mungkin dilaksanakan, karena sejak semula Islam mempunyai prinsip
“membebaskan manusia dari kesulitan”. Sebagai contoh, kewajiban shalat dengan
syarat menutup aurat, maka ketika sang pemberi peringatan (Nabi atau Rasul)
datang kepada suatu umat yang belum dapat membuat pakaian, tentulah cara yang
dianjukan untuk menutup aurat tidak sama dengan yang sekarang ini. Begitupun
dengan syarat menikah pada zaman Nabi Muhammad dibatasi laki-laki hanya
boleh sebanyak-banyaknya memiliki empat istri. Berbeda dengan masa
sebelumnya, seperti Nabi Daud, istrinya mencapai 100 dan Nabi Ya’qub menikah
dengan dua adik-kakak dalam waktu yang bersamaan (sekarang tidak
diperbolehkan).

Kurang lebih seperti itulah Agama Islam sebagai Agama Universal. Ia


tidak akan pernah lekang oleh waktu. Semakin maju peradaban, benteng dengan
Agama menjadi sangat penting, terlebih untuk melakukan hal-hal yang lain. Islam
sangat dibutuhkan untuk membentengi diri dari godaan-godaan yang dilarang oleh
Allah SWT. Setiap perbuatan yang kita lakukan sudah ada petunjuknya, baik itu
dari Al-Quran maupun dari tindakan yang telah dicontohkan oleh para Nabi dan
Rasul. Isla akan selalu menjadi agama yang universal, yang selalu mempunyai
tempat hingga akhir zaman.

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am, 6:62)

You might also like