Professional Documents
Culture Documents
Sumber Bacaan :
1. Kaelany HD, Islam Agama Universal, Jakarta: Midada Rahma Pres, 2008
2. Departemen Agama, Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2009
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS 21:107).
Allah SWT telah mengirimkan banyak Nabi dan Rasul kepada semua umat
manusia sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhamad SAW dengan membawa misi
yang berupa tauhid dan syari’ah. Menurut catatan demografi, dimuka bumi ini
telah pernah hidup sekitar lima hingga sepuluh milyar manusia, dan untuk
manusia sebanyak itu, menurut Hamka telah datang kurang lebih 124.000 Nabi
yang telah diutus oleh Allah SWT sebagai penebar kebaikan. Inti agama yang
sebenarnya adalah sikap pasrah kepada Allah, Pencipta seluruh langit dan bumi.
Tanpa sifat yang demikian itu, suatu keyakinan keagamaan akan tidak memiliki
kesejatian. Maka, agama yang benar disisi Tuhan Yang Maha Esa adalah sikap
pasrah yang tulus hanya kepada-Nya, yaitu Islam. Disebutkan dalam Al Quran
surat 3, ayat 19, bahwa “Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah
hanyalah Islam.”
Para Nabi dan Rasul disegala tempat dan zaman telah membawa Islam
dengan ajaran intinya tauhid dan syari’ah untuk menyeru kepada kebaikan dan
mecegah keburukan. Meskipun inti ajarannya tauhid dan syari’ah, namun melihat
situasi dan kondisinya, ruang lingkup, dimungkinkan teknis pelaksanaannya akan
berbeda-beda. Allah SWT tidak menurunkan aturan (syari’ah) yang tidak
mungkin dilaksanakan, karena sejak semula Islam mempunyai prinsip
“membebaskan manusia dari kesulitan”. Sebagai contoh, kewajiban shalat dengan
syarat menutup aurat, maka ketika sang pemberi peringatan (Nabi atau Rasul)
datang kepada suatu umat yang belum dapat membuat pakaian, tentulah cara yang
dianjukan untuk menutup aurat tidak sama dengan yang sekarang ini. Begitupun
dengan syarat menikah pada zaman Nabi Muhammad dibatasi laki-laki hanya
boleh sebanyak-banyaknya memiliki empat istri. Berbeda dengan masa
sebelumnya, seperti Nabi Daud, istrinya mencapai 100 dan Nabi Ya’qub menikah
dengan dua adik-kakak dalam waktu yang bersamaan (sekarang tidak
diperbolehkan).