You are on page 1of 16

:~[Odlll Agroilllillstri 3

AGROINDUSTRI PEDESAAN UNTUK

PEMBERDAY AAN EKONO.MI RAKY AT

DJUMALI MANGUNWIDJAJA

SUPRIHATI'l

MUSLICH

'
e ~'~
. .
.

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2001
KATA PENGANTAR

Modul Agroindustri 3: ., Agroindustri pedesaan untuk pemberdayaan


ekonomi rakyat" ini adalah merupakan bahan pengajaran yang digunakan untuk
sebagai bahan Bantu ajar matakuhah Pengantar Teknologi Indusni Pertanian,
jurusan Teknologi Industri Pertanian semester 3.
Modul ini disusun sebagai pelengkap bagi kelas atau kelompok yang mengikuti
pengaJaran bermodul pada semester bersangkulan dan lahun pengajaran yang
ditentukan, yang penyelenggaraannya dilakukan secara paraJlel dengan k uliah
tatap muka biasa.

Bagi mahasiswa yang akan menggunakan modul im, perhatikan baik baik
Petunjuk yang disertakan pada setiap modu!, dan selalu konsultasi kepad<.t Dosen
atau Asisten pengajaran modul ini.
Modul ini diharapkan dari tahun ke tahun, akan dilakukan perbaikan dan
penyernpurnaan sesuai dengan kemajuan iptek dan industri, serta bitan dengan
kurikulum yang diberlakukan.
Segala kritik dan masukan bagi perbaikan modul ini sangat dinantJkan

Bogor, 28 Oktober 200 I

Penvusun
DAFTAR lSI
Halfman

KATA PENGANTAR ............ ,.......... .

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 11

TUJUAN INSTRUKSIONAL ................................. .

PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI ... ...... ............ 2

POTENSI AGROINDUSTllJ PEDESAAN ................. . 3

KENDALA AGROINDUSTRI PEDESAAN ... ... ... ... ... .. 5

EKONOMI RAKY AT ... 5

- Wujud ekonomi rakyat ... ...................................... ()

STRATEGI DAN POLA PENGEMBANGAN AGROINDUS


TRIPEDESAAN 7

HARAPAN ............. .

un KEMAMPUA~ DIRI 10

PUST AKA ACUAN '" ..................... . 1I

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Tujuan penyusunan modul ajar ini adalah membantu mahasiswa


dalam mengikuti kuliah FTP 2000 Pengantar Teknologi Penanian,
2 (2- 0 ) pada semester 3 untuk kelas atau kelompok bermodul

2.. Setiap modul bersifat lepus, kecuali Modul Agroindustri 1 yang harus
dipelajari paling awaL ~etelah Modu] Agroindustfl L modul modul
berikutnya dapat diikuti secara bebas dan mandiri

3. Setiep modu! terdiri atas empat bagian utama : (i) tujuan instruksionaI,
(ii) tubuh modul , umumnya meIiputi pendahuluan atau latar belakang,
bahasan utama, kesimpulan atau rangkuman, (iii) uji kemampuan diri
(self assessment), dan (iv) pustaka acuan.

4. Pustaka acuan atau bahan bacaan, dimaksudkan untuk per.elusuran


lebih lanjut atas suatu bahasan yang diungkap dalam tubuh modul

5. Mahasiswa berkewajiban, menjawab atau mengerjakan t!JI

kemampuan diri dan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan .


Setiap uji kemampuan diri mempunyai nilai 0 - 100. Untuk dapat
mengikuti modul berikutnya, mahasiswa hams meraih nilai minimum
setiap modul 56.

6. Mahasiswa yang mendapat nilai dibawah 56 untuk suatu modul, tak


diperkenankan melanjutkan modul selanjutnya sampru perolehan nilai
nya mencapai sebagaimalla dicanturnkan pada butir (5)

7. Nilai keseluruhan modu] a1.;an dinyaLakan dalam raLaan nilai dan


selanjutnya diubah ke nilai akademik sebagaimana berlaku di IPB.
8.. Bagi mahasiswa yang menyelesaikan seluruh moduL akan diberikan
sertifikat

9., Yakinkan bahwa modul yang diambil adalah modul yang sah dan
':
berlaku, karena setiap tahun modul tersebut selalu dilakukan perbaikan
danJatau
,
penyesuaian

10. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau kurang difahami silahkan
menghubungi dosen yang bersangkutan
"

U. SELAMA T BELAJAR DENGAN MODUL, DAN SUKSES


TUJUAN SAUDARA DALAM MEMPELAJARJ BAG IAN INI ADALAH AGhR
SUPAYA DAPAT:

1. Menyebutkan jenis dan contoh agroindustli bel'd~sarkan skala usahanya


2. Menyebutkan minimal lima contoh agroindustri pedesaan
3. Menerangkan peranan st.-ategis agroindustJi pedesaan bagi pembangumm
ekooomi nasional
4. Memberikan gambarnn dan menyebutkan eontoh pernnan agroindustri
pedesaan bagi pemberdayaan ekonomi rakyat .
5. Menyebutkan masalah yang dihadapi oleh agroindustri skala keeil dan
menen~ah
6. Menyelmt~n jenis kemitraan" yang d~pat dilakukan untuk peningkat:lll
agroindustri skala keeil dan menengah. ' .

PEMBANGUNAN AGROINDUSTRJ

Pembangunan agroindustri seperti diungkap pada bab sebelumnya,


sesungguhnya bercikaJ bakal dengan pabrik pabrik pengolahan pertanian yang
ditirtggalkanfoleh penj~ah Belanda. Sayang dalam perkembanganya banyak kendala
dan hambatan sehingga peran yang diharapkan tidak atau kurang men gena.
Komoditas perkebunan kita yang dizaman penj~ahan pemah merajai pasaran dunia,
seperti tembakau, kopi, kina., teh dan karet, temyata mengalarni pasang surut yang tak
terlalu menggembirakan. Salah satu penyebabnya adalah keterlambatan pemerintah
dalam menerapkan strategi pembangunan.
Oi awal periode pembangunan, kebijaksanaan pemerintah lebih
memprioritaskan industri pengolahan (manufakturing) substitusi impor, dan
mengabaikan pertanian. Baru pada dasawarsa 70-an di masa Orde Barn, pertanian
menjadi fokus pengembangan, dan selanjutnya pada Pelita IV dan V, agroindustri
mulai mendapatkan perhatian, dan diharapkan akan menjadi tumpli.an pembangunan
perekonornian Indonesia. Sayang, di pemerintahan orde baru strategi pembagunan
lebih terfokus pada aspek pertumbuhan ketimbang pemerataan dan kemandirian.
Pada era itu industri yang dibagun adaJah semata industri perakitan dan lua: serta
'turnkey industries dan pemberian fasilitas kemudahan untuk pembukaan
bank.Oitambah denga praktik-praktik KKN yang amat kental, maka tatkala krisis
psrekonornian melanda kita tahun 1997 diikuti jatuhnya renm Orde Baru, dampak
atas keterpurukan perekonomian yang berkepanjangan masih kita rasakan sampai saal
ini.
Namun dibaIik krisis yang melanda hampir senua sektor industri dan
perdagangan, justru pertanian dan agroindustri yang dianaktirikan oleh pemerintah
tetap bertahan (survive). Pada saat nHai rupiah anjlok terhadap matauang asing
(terutama dolar), justru nilai ekspor hasil pertanian dan olahannya bertambah baik.
Petani kakao, vaniJi, penyuling minyak nilam pada menikmati harga ekspor yang
layak. Oemikian pula kehidupan pasar dalam negeri tetap semarak dengan transaksi
hasil pertanian, antara lain hortikult.ura serta berbagai ragam pangan olahan produk
usha keeil dab menengah.

2
Dengan pergantian re:tJm, pemerintahan baru dibawah Preslden K.H
Abdurahman Wahid harus dapat mengambil pelajaran dan kesalahan penerapan
strategi pembangunan. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa pengembangan agribisnis
dan agroindustri selayaknya rnenjadi salah satu prioritas pengernbangan, karena
agroindustri merupakan salah satu indutri yang mempunyai basis surnberdaya lokal
Berdasarkan skala usaha, agroindustri dapat dipilah menjadi agroindustri
skala besar dan agroindustri skala keeil dan menengah· Agroindustri skala besar
dengan basis' perkebunan (seperti BUMNIPTP Nusantara maupim swasta), perikanan
laut (pengol~an tuna, eakalang, ikan karang), dan peternakan (jeedJls, broiler/arms).
Sedangkan agroindustri keeil dan meneng<iP. pada wnumnya berlokasi di pedesaan,
sehingga diidentikkan sebagai pedesaan yaill1 agroindustri dengan basis pertanian
rakyat yang meliputi pengolahan palawija berbagai hasil hortikultura, hasil
peternakan dan perikanan ral"Yat, baik ikan air tawar maupun payau serta Iaut. .
Sebelurn krisis, perkembangan.,agroindustri di berbagai eabang industri eukup
rnenggembirakan dan jurnlah perusfu'1aan serta penyerapan tenaga keI]a selarna Pelita
VI teTUS meningkat masing-masing sebesar rata rata 6,41 dan 5,4..1 persen per tallun.
Dernikian pula kinerja ekspor produk agro!ndustri meningkat tajarn selarna tiga tahun
terakhir sebelurn krisis, yaitu dari usn 1,65 milyar pada tahun 1995 menjadi USD
2,39 rnilyar pada tahun 1997., atau mengalarni pertumbuhan rata-rata sebesar 2,5
persen.

Demikian pula kalau kita lihat perkembangan ekspor I.omodilas agroindusln


se!arna lima tahun terakhir, tarnpal bahwa beberapa produk yang dihasilkan oleh
agroindustri skala ked! dan kerajinan rumah tangga menempati posisi yang penting,
seperti keeap dan saos, barang dan kulit, kerupuk udang, ikan kering asin, serta
beberapa hasil perkebunan rakyat (kopi, ke!apa,rempah-rernpah, biji jarnbu mete,
gula ke!apa). Hal ini menyiratkan bahwa upaya peningkatan kinerja agroindustri ked
yang sebagian besar terdapat di pt!desaan akan sangat prospektif dalarn ra'1gka
peningkatan ekspor dan sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat, Tentu saJa
upaya ini tidak ringan, karen~ masih banyak kelldala yang rnelingkupi agroindustri
keeil danlatau pedesaan yang akan diungkap pada bahasan berikut.
Pernbangunan agroindustri be~slfat strategis, o!eh karena kelornpok industri
tersebut senyatanya mempunyai akar di bumi Indonesia dan keberhasilannyCl akan
berdarnpak lansung pada perbaikan kt!sejahteraan sebagian bes~ ral)'at

POTENSI AGROINDUSTRI PEDESAAN

Seperti diutarakan sebelumnya, berdasarkan skala usahanya agroindustri


dapat dipilah menjadi tiga kelompok, yaitu agroindustri skaJa besar, menengah dan
agroindustri keei!. Agroindustri skala keel) berdasarkan keberadamnya sebagian
besar beradadi daerah pedesaan, oleh karena itu aeapkali dimasukkan dalaIT'. lingkup
agrdindustri pecit!saan.
. Agroindustri pedesaan sebagian besar berbasis pada kegiatan pertanian ral)'at
yang rneliputi pengolahan paJawija, berbagai hasil hortikultura, hasil peternakan dan
perikanan rakyat ( baik air tawar, payau ma.Jpun laut ) ( Baharsyah, 1993).
Terlepas dari berbagai keJemahan yang disandang o!eh pemerintah Crde
Baru , harus diakui bahwa selarna kurun waktu Pjp II perhatian eukup besar dan
upaya dilakukan untuk pembangunan usaha keeil dan menengah, lermasuk kopersi
Pengernbangan industri kecil rnenengah dan kopersi mempunyai arti strategis djJihat
dan aspek pemerataan ( justru aspek yang paling dilupakan pada Orde Baru )- baik

3
dalampemerataan kesempatan berusaha, penyediaan lapangan kerja ( terutama yang
kurang terdidik dan berada di pedesaan), serta mampu berperan dalam pemerataan
pembangunan dengan penyebaran lokasi sampai ke daerah daerah pedesaan terpeheil,
desa tertinggal, dan daerah perbatasan. Dengan demikian, agroindustri khususnya di
pedesaan, diharapkan pada gilirannya akan mampu berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan,
Perkembangan agroindustri keei] dan pedesaan pada masa prakrisis seperti
diungkap pada data berikut eukup menggembirakan. Jurnlah perusahaan aglToindustri
bertambah dari 13000 ribu unit usaha pada tahun 1994 menjadi 1372 ribu unit pada
tahun 1996. Sebgian besar agroindustri tersebut merupakan agroindustri dengan skala
usaha kecil. Data tabun 1996 menunjukkan bahwa agroindustri skala keeil berjum!ah
1365 ribu unit, sedangkan selebihnya sebanyak 6,5 ribu unit merupakan agroindustri
skala mener.gah-besar, Dilihat dari jumlah tenaga kerja yang ter~erap agroindustri
skala kecil lebih dominan yaitu4,5 -juta orang dibanding l,8 juta orang pada
agroindustri menengah-besar ( Wardhani, 1996)
Fakta bahwa agroindustri skala kecil sangat dominan, baik dalam jumJah
maupun penyerapan tenaga kerjanya, memberikan petunjuk bahwa pembina an dan
pengembangan agroindustri skala kedl terutama di pede~aan menjadi sangat
strategis karena diharapkan akan mampu mempercepat pemerataan
pembangunan. Gambaran itu juga memberikan petunjuk bahwa para pelaku
agroindustri skala kecil yang lebih banyak berperan dalam mengembangkan
agroindustri yang mengandung risiko tinggi. Banyaknya jumlah pengusaha yang
merniliki jiwa kewirausahaan yang tinggi merupakan modal yang sanga!. berharga
untuk mempercepat proses industrialisasi pertanian dalam memasuki persaingan
global.
> Melihat j)otensinya yang snngat besar tersebut , upaya pengembangan
agroindustri skala keeil di pedesaan hnrus diletakkan pada skala prioritas yang tinggi.
Penekanan pada pemtangunan agroindustri di pedesaan megandung a..li
strategis. Tak dapat dipungkiri selarna ini industrialisasi pada umumnya berlangsung
di sekitar kota-kota besar dengan penimbangan ketersediaan infrastruktur (prasarana)
yang memadai. Agroindustri merupdan industri yang mem(;rlukan pasokan hasil
pertanian. Hasil pertanian sebagai bahan Gasar atau bahan baku agroindustri pada
umurnnya dihasilkan di daerah pedesaan. Selain itu, di daerah pedesaan terdapat
sejurnlah masalah besar yang berkaitan dengan surplus tenaga kerja dan
pengangguran, serta bersifat statis- tak banyak mengalarni perubahan dalam
kehidupan ekonomi, Pada sisi lain diharapkan agrroindustri dapat meningkatkan nilai
tambah hasil pertanian. O]eh karena produsen hasil pertanian (petani,
petemak,nelayan) sebagian besar berada di pedesaan, mala nilai tan1bah hasil
pertanian tersebut diharapkan dapat langsung dinikmati oleh petani, peternak at au pun
nelayan di pedesaaanipesisir,. Peningkatan nilai tarnbah yang berasal Jari kegiatan
agrOind~lstri ini pada akhimya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
mayoritas pelaku pembangunan ..
Tujuan pengembangan agroindustli pedesaan adalah (a) untuk
meningkatkan nHai tambah hasil panen (pertanian, ternak, ikan) di pedesaan
atau pesisir baik untuk konsumsi langsung maupun untuk bahan baku
agrohidutl; lanjutan (sekunder). (b) meningkatkan jaminan mutu dan hal'ga,
sebingga tercapai efisiensi kegiatan agrobisnis., (c) mengembangkan
diversifikasi produk sebagai upaya penaggulangan kelebihan produksi atau
kelangkaan permintaaan pada per:iode tertentu, (d) sebagai wahana pengenalan,
penguasaan, dan pemanfaatan teknologi sekaligus sebagai wahana peransel1a
.
4

I
masyarakat dalam menerapkan budaya industri, melaui penciptaan wi.'ausaha
barn dan swadaya petanilpetemakinelayan.

KENDALA AGROINDUSTRI PEDESAAN

Meskipun demikian, engemba.'1gan agroindustri pedesaan dihadapkan pada


beberapa kendala KendaJa tersebut adala.1 sebagai berikut : (a)keterbatasan modal,
(b) kualitas sumber daya manusia, (c) keterbatasan penerapan teknologi, (d)
saraJ,la dan prasarana yang kurang atau tidak memadai, dan (ej kelembagaan
Seperti diketahui rata-rata pemilikan lahan relatif sangat kecil (kurang dari 1
hektar) sehingga dalam kaitannya untuk pengembangan pertanian secara bisnis tidak
dapat diandaJkan. Hal ini menyebabkan taraf ekonomi petani, petemak mapun
nelayan juga relatif sang at rendah. Sebagian besar agroindustri pedesaan
memperkeJjakan 5 - 7 orang dan selebihnya memperkerjakan 8-19 orang dengan
tingkat pendidikan sebagian besar tamatan SO kebawah.
Terbatasnya penguasaan teknoJogi, kesejangan antara teknologi yang ada
dengan' yang dibutuhkan, dan rendahnya diseminasi (penyebaran) teknologi
merupakan pennasalahan teknis yang sangat mempengaruhi pengcmbangan
agroindustri pedesaan. Teknologi tepat guna baik teknologi prod uk maupun teknologi
proses, termasuk teknologi pengernasan serta pengangkutan untuk rnengernbangkan
agroindustri pedesaan perlu di kenaJk,ill dan di rnasyarakatkan ke pedesa.'U1. Kunmg
taiknya kondisi infrastruktur antarabin transportasi dan komunikasi rnenyebabkan
terhambatnya pengembangan agroir..dustri pedesaan. Salah satu masalah yang
dihadapi pet ani adalah nilai tukar komoditas pertanian yang dihasilkan semakin
rendah. Hal ini disebabkan antara lain oleh simpul dan jaringan kelembagaan dalam
pembangunan pertanian belum dikembangkan secara optimal untuk mendukung
pengembangan agroindustri, yang terdiri dari kelompok-keJompok tani, usaha kedl
dan mcnengah dalam wadah koperasi, serta uerbagai bentuk kemitraan usaha.
Selain masalah yang dikemukakan diatas, para produsen
(petani,petemak,nelayan) dan pengolah di pedesaan pada umumnya juga tidak dapat
memasarkan langsung ke konsumen. Produk yang dihasilkan pada umumnya
melewati jalur pemasaran : pengumpul, tengkulak baik ditingkat pedesaan,
kecamatan sampai ke kabupaten. Lemahnya perekonomian petani dan pengolab,
acapkali dimanfaatkan oleh tengkulak atau pedagang pengurnpul rnenerapkan praktik
ijon (membeJi produk pertanian sebelum dipanen ) tentunya dengan harga yang lebih
rendab. Praktik ini juga diterapkan karena kekurarig tabuan mereka pacta !1ubungan ke
pasar (dalam negeri/lokal, regional maupun intemasional )

EKONOMI RAKYAT

Konsep ekonomi ral-yat- meskipun akhir akhir ini sering diberi makna polit~s
(oleh para politisi tentu saja, OM ) - sesungguhnya tertuang dalam UUD 1945 pasaJ
33 ..... " sistem perekonomian yang hams dikembangkan di Indonesia adalah
sistem demokrasi ekonomi, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. .Hal
ini berarti bahwa pembangunan seyogyanya menggunakan sumberdaya yang dlmlhkl
dan atau dikuasai oleh rakyat banyak. Oleh ral'yat berali bahwa pelaku utama proses
pembangunan nasional ada1ah rakyat banyak, baik sebagai individu, kelompok
ataupun bentuk organisasi ekonomi rakyat. Pada sisi lain, hasil pembangunan harns
secara nyata dinikmati oleh rakyat banyak.

5
I

I
Dalam teori ekonomi- teon pembagia faktor (factor share theory),
pendapatan diperoleh dari sumber daya dan pendapatan sebagai pengusaha yang
terlibat langsung dalam proses produksi suatu barang atau jasa. Pendapatan sebagai
pemilik sumberdaya misainya pendapatan atas lahan yang digunakan (sewa lahan),
pendapatan tenaga keIja yang digunakan (gaji, upah, bonus), pendapatan atas barang­
barang modal yang digunakan (bunga modal), pendapatan atas teknologi yang
digunakan (rent technology, royalti, hak paten), dan Jain-lain. Sedangkan pendapatan
sebagai pengusaha (pemilik) adalah berupa keuntungan. Bila pendapatan sebagai
pemilik sumberdaya (sewa, gaji, upah, bonus, rent, royalti, hak paten) dan pendapatan
sebagai pengusaha (keuntungan) dijumlahkan, akan sarna dengan nilai produksi
barang I jasa yang dihasilkan. (Teon inilah yang digunakun dalam menghitung
pendapatan nasional atau PDB atau PDRB). Oleh karena itu, kalau pernbuatan
pada pembangunan nasional digunaka sumberdaya yang dalam pembuatannya
langsung dikeIjakan raky'at banyak, Qtomatis, hasil pembangunan tersebut (daJam
bentuk upah, gaji, bonus, sewa, bunga, rent, royalti, keuntungan) akan langsung
dinikmati rakyat banyak.
Dalam teori pembangunan, prinsip-prinsip yang demikian mel upakan inti teori
pertumbuhan yang disertai dengan pemerataan ekonomi. Sebaliknya, bila hasi!
pembangunan nasional dihasilkan dengan menggunkan lebih banyak surnberdaya
yang diimpor (dengan kandungan impor tinggi) dan ddalsanakml uleh peru::,atH!llil
asing (PMA), otomatis pula hasil terebut sebagian besar akan Jatuh keperusahaarl
asing atau rakyat negara lain. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi bisa tinggi. tapi
pemerl!taan ekonomi sangat pinean£,. Hal terakhir inilah yarg teIjadi di indoneSia
selama ini. Oleh karena itu, ekonomi rakyat bukanlah jat'gon-jargon populis dan
Imkan pula ekonomi dan sekelompok rakyat, tetapi lebih meropakan suatu
strategi pembangunan ekonomi yang bel'bal'is pada pendayagunam~
kemampuan rakyat sehingga pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dicapai
sekhligus.

Wujud Ekonomi Rakyat


Perwujudan ekonomi rakyat ini dapat ditelusuri dari sumberdaya yang dimiliki
rakyat banyak dan atau pada sektor dengan kegiatan ekonomi sebagian besar rakyat
berada Sampai saat ini, sumberdaya yang dimilikil dikuasai sebagian basar rakyat
adalah sumberdaya alam (I ah an, perairan keragaman hayati), dan sumberdaya
manusia (tenaga, skill, waktu ). Karena ituJah, sekitar 75 persen dari total tenaga kerja
dan sekitar 90 persen usaha keeil menengah dan koperasi berada pada sektor
agribisnis (termasuk didalammnya agroindustri) Mereka adalah para pengusal
pedagang sarana produksi, petani, nelayan, petemak, pengusaha industri pengolahan
hasil pertanian, pedagang hasil pertanian mereka yang bergerak dalam restoran/
rumah makan, pengangkutan, pemerintah yang mengelola kebijakan agribisnis,
mereka yang bergerak dalam pembiayaanl perkreditan agribisnis dan lain-lain.
Mereka-mereka ini tersebar diseluruh daerah, dari Sabang sampai Merauke.
Dengan perkataan lain, oJeh karena sebagian besar rakyat kita kehidupan
ekonominya berada pada agl'ibisnis dan agl'oindustl; di pedesaan maka sek lor ini
identik dengan ekonomi rakya! Pada agroinduslri pedesaan mi, sebagl(ul besar (aluu
bahkan semuanya) dimiliki oleh rakyat banyak sehingga dengan tJembangunan
agroindustri serta agribisnis pedesaan , sumberdaya dan kemampuan yang olmiliki
rakyat banyak akan termanfaatkan untuk pembanguan nasional. SelaPjutnya hasil
pembangunan ini dapat langsung dinikmati oleh rakyat itu sendiri. "Inilah barn
ekonomi rakyat yang sebenarnya. II

6
STRATEGI DAN POLA PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PEDESAAN

Dalam upaya mengembangkan agroindustri pedesaan agar dpat lebih berperan


dalam pemberdayaan ekonomi rak),at, diperlukan strategi yang mampu mengunmgi
atau meniadakan hambatan-hambatan di atas dan sekaligus meningkatkan potensi
yang ada serta membuka peluang lebih luas. Keterpaduan :.itas aspek surnberdaya
manusia, pemodalan, manajemen, dan teknologi serta kekhasan produk pertanian
harus tereermin dalam lembaga sebagai salah satu pola pengembangan agroindustri
pedesaan.
Seperti halnya komoditas seeara umurn hasH pertanian tertentu merniliki
keunggulan komparatifuntuk dikembangkan di \vilayah tertentu., karena seeara kultur
teknis sesuai dan hanya dapat dikembangkan seeara berhasil didaerah tersebut.
Contoh salak pondoh didaerah Siernad (yogya), mangga Indramayu, bawang Brebes,
apel Malang, tembakau Temanggung, nenas Lampung, kakao Sula'.vesi Tenggara.,
kayu eboni Sulawesi Tengah, getah dan tengkawang Kalimantan (Tengah khus:lsnya)
,kayueendana - Sumbawa
Selain itu seeara historis teniapat agroindustri keciJ atau rumah tangga yang
berkembang seeara berhasil dan menjadi eiri daerah tersebllL Contoh produk ilU
anatara lain dodol - Garut, jenang - Kudus, gethuk- Magelang, kerupuk udang
Sidoarjo, brem - Bali, minuman juice markisah - Brastagi, kopi- Dairi Mandailing,
vanili- Temanggung (dulu sampai tahun 1980-an, kini posisinya digantikan oleh Bali
), eengkeh - Minahasa, pala- Maluku, lada - Bangka-Belitung, tembakau eerutu- Deli,
teh - Jawa Barat, daging itik - Banjarmasin, susu - Pengalengan, lenun -Majalaya,
rokok- Kudus atau Kediri dan masih banyak lagi contoh serupa ( Silahkan Anda
menyebutkan contoh lain! )
Pengembangan agroindsutri memerlukan skala yang sifatnya spesifik baik
untuk subsistem masukan (prasarana produksi) subsistem budidaya pengolahan
maupun pemasarannya Agroindustri yang berkembang di pedesaan masih eenderung
tradisional, berskala rumah tangga dan tersebar dalam unit-unit usaha yang keei!
Sementara itu, agroindustri yang menerapkan teknologi maju, padat modal, dan s!.i:ala
besar kurang berperan dalam menopang perekonomian pedesaa'1.. Agar supaya
tercapai tingkat efisiensi yang tinggi, kegiatan produksi dan agroindustri m~nuntut
prasyarat skala ekonomi tertentu. Bahan baku yang diperlukan bagi agroindustri hams
tersedia dalam jumlah tertentu, berkeJanjutan (konlinu) dengan mulu yang baik dan
harus dipenuhi seeara konsisten dari waktu ke \Vaktu. Kegiatan produl;si memerlukan
suatu rangkaian pengendalian mutu yang ketal agar dapat dieapai persyaratan prose::
pada kegiatan pengolahan selanjutnya Dalarn kaitannya dengan hal tersebut polu
pusat pengembnagan komoditas ungguJan yang terpadu dengan pengolahan dan
pemasaran merupakan uapaya untuk mengatasi kesenjangan tersebut
Pengembangan agroindustri berskala kecil membutuhkan lingkungan usaha
yang mendukung serta dapat diwujudkan secara bersama oleh pemerintah dan dunia
usaha. Petani yang berusaha dibidang agroindustri keeiJ membutuhkan orgJIlisasi
sebagai wadah yang dapat memperjuangkan nasibnya. Demikian pula layanan bisnis
merupakan bagian yang tidak terisahkan dari pengembangan agromdustri. Lembaga
penunjang terse hut harus ditingkatkan efisiensi dan daya saingnya baik dalam negen
maupun dalam pasar intemasionaL
Beberapa eiri agroindustri pedcs<....w adalah unit kcgHIL<Ulnya kceil, dcngan
penyebaran yang luas, dan lingkat leknologi yang dilerapkan rendah serla dukungan
modal yar:g terbatas. Kondisi ini yang menyebabkan agroindustri peuesaan sulit

7
berkembang. Keberadaan lembaga kemitraan diperlukan untuk menopang kegiatan
agroindustri terse but. Beragam pola kemitraan telah diterapkan untuk pengembangan
industri, antara lain : anak angkat bapak angkat, pola inti plasna ( antara lain PIR),
penyertaan modal ventura, pengembangan industri keeil menengah berbasis teknologi,
model usaha ekonomi bersama, model inkubator
Dalam penerapan di lapang poIa-poia pengembangan terse but menghasilkan
kinerja yang beragam. Ada yang berasil dengan baik, sebaliknya tak sedikit yang iak
mengenai sasaran. Salah satu kesamaan faktor kegagalan lembaga kemitraan adalah
kedudukan petanilpetemaklneJayan lusaha keeil yang dianggap lebih rendah dan lebih
membutuhkan oleh pihak yang berrnitIa (usaha besar I swasta).
Untuk mengatasi hal tersebut Eriyatno (19<)5) mengusulkan konsep kemitraan
yang didasarkan atas sejajar, saling menguntungkan dan saling menghidupi.
Keterpaduan aspek bisnis, finansial, teknologi dan peningkatan sumber daya manusia
menjadi eiri yang menonjol dari kedu!. pola kemitraan tersebut Pola kemitraan ini
yang oleh Prof Eriyatno dinamakan Pola Kemitraan Partisipatif telah berhasil
dengan baik diterapkan oleh BUMN (Sucofmdo), departemen teknis ( waktu itu ­
1995 Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Keeil), dan Lemb:lga
Konsultan Teknologi ( nir laba) dalam bermitra dengan petani hortikultura di Cipanas
Jawa Barat dan pengembangan agroindustri ikan teri di Pasuruan Jawa Timur.
Demikian pula contoh keberhasilan model penye,'taan modal ventura dalarn
kemitraan agrroindustri pedesaan dapat dilihat pada PT Sarana Yogya Ven!ura yang
dikelola oleh Amelia AYaIli - dalam mengembangkan us aha petemakan kambing
ettawah di kabupeten Kulonprogo, salak pondoh- Sleman, dan kini sedaug merinns
kemitraan sutera alam di Sawangan, Magelang (Jateng) Dalam kemitraan ini PT
Sarana Yogya Ventura menyertakan UGM sebagai !embaga pendukung
pengembangan teknologi. ( Dua contoh pola kemitraan untuk pengembangan
Ul(j\f tersebut banyak diterapkan di negara maju, temtama di E.'opa )
Dalam peJaksanaannya, Poia Kemitraan Parrisipatif menerapkan prinsip (1)
rekayasa kelembagaan ekonomi masyarakat harus mengacu pada adal budaya
setempat dimana kegiatan agroindustri bermuara, (2) kemitraan usaha didasarkan
pada prinsip saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling menghidupi, (3)
bentuk lembaga ditetapkan melalui musyawarah dari \Vakil unsur yang bersarikaL (4)
transfoermasi kelembagaan (kelompok informal binaan menjadi lembaga formal
mandiri) dilakukan melalui proses yang wajar demokratis dan sesual dengan lahap
penataan sistem agroindustri yang diterapkan, (5) sumber dana terpadu berasal dari
berbagai sumber yang dapat menjamin efisiensi biaya serta memungkinkan
diterapkannya pola bagi hasil, dan (6) untuk mencapai efisiensi bisnis yang tinggi
maka pelaku utama kemitraan seyogyanya mempunyai entity bisnis dalam jalur
sistem bisnis yang sedang dikembangkan.
Terdapat empat aspek penting yang diJadikan pendekatan dalam membentuk
pola pembin,aan Kemitraan Partisipatif yaitu (a) aspek bisnis untuk menjamin
kelayakan usaha, (b) aspek kesejahteraan sosial untuk menjamin manfaat usa1:a, (c)
aspek keikutsertaan(parapelaku kemitraan) untuk menjarnin keberlanjutan usaha Gan
(d) aspek teknologi untuk menjamin teknik dan mutu produksi.
Agar sistem kemitraan antara pemerintah dan dunia usaha (besar daJl kecil)
dapal terjalin seeara optimal dibutuhkan suatu hubungan yang saling menguntungkan.
Dalam kaitan lersebul pembmaan kemitraan usaha oleh pernermtah hendalnya
mampu berinteraksi dengan dunia usaha sebagai medan artikulasi tekno:ogi. Untuk
rnendukung hal tersebut peran Pemerintah perJu diperkuat
Dalam kaitan dengan rencana penerapan otonomi daerah, serta kebijakan
Menristek ten tang pengembangan teknologi berbasis kerakyatan, makakemitraan
partisifatif dapat dilakukan pada semua aspek antara lain aspek pengembangan Iptek
dalam kegiatan ini para pakar iptek secara terus menerus dan bersama-sama (baik
secara lembaga maupun perorangan) dengan pihak swasta mengembangkan teknologl
terapan yang diperJukan untuk meningkatkan kinerja usaha perekonomian rakyat.
Untuk mendukung kegiatan tersebut kegiatan penelilian yang dilakukan Pemerintah
selama ini lebih berorientasi ilmiah clapat di a1ihkan pada orientasi bisnis yang
inovatif dengan tetap memper.ahankan ClSpek ilmiahnya. Pola kemitraan partisipalif
disajikan pada Gambar I.
Dengan demikian proses kemitraan akan teIjadi secara baik, a1amiah dan
menguntungkan bagi pihak - pihak yang terlibat. Agar tercayai keadaan tersebut
diperlukan dua syarat utama , yaitu syarat perlu dan syarat ctikup, Syarat perlu adalah
adanya kesamaan pandangan dalam m~ngembangkan kemitraan USalHl dengan segala
konsekkuensinya, Sedangkan syarat cukup adalah adanya persamaan persepsi baik
secara makro maupun mikro. Pemerintah dan dunia usaha bersama-sama
mengembangkan sumberdaya manusia yang menguasai iptek untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional (aspek makro ) dcngan memperlah,mkaJ1 ellsle!lsi,
efektivilas dart produklivilas daJam pengoperaslannva ( a,spek mikro )

HARAPAN

Pengembangan agroindustri di Indonesia mempunyai arti strategis karena


pengembangannnya diharapkan teIjadi peningkatan nilai tambah hasil pertanlan
melalui pemanfaatan dan penerapan teknologi pengolahart, Nilai slrategis agroinduslri
juga terletak pada posisinya sebagai jembatart yartg menghubungkan antara kegiatan
pertanian dan industri sehingga pengembangannya akan dapat meningkatkan ; jumJah
tenaga keIja,pendapatan petani/petemaklnelayan, devisa negara melaui peningkatan
ekspor, nilai tukar produk hasH pertanian serta penyediaan bahan baku industn.
Tantangan dan sekaligus harapan bagi pengembangan agroindustri di Indonesia
adalah bagaimana meningkatkan keunggulan komparatif produk pertanian secara
kompetitif menjadi produk unggulan yang mampu bersaing di pasar dunia,
Oleh karena sebagian besar agroindustri merupakan unit usaha keeil­
menengah yang keberadaannya tersebar disebagian besar pedesaan, rr:aka
pengembangan agroindustri pedesaan ini menjadi suatu keharusan untuk menopang
perekonomian nasional, Agroindustri pedesaan sulit berkembang karena dih?dapkan
pada kendala pemodalan,luasan lahan, kualitas sumberdaya manusia, penerapan
teknologi dan faktor kelembagaan, Pol a kemitraan yang bersifat saling seja,jar, sali:1g
menghidupi drn saling menguntungkan antara petanilpengusaha kecil-ment;:ngah,
sawastaiBUMN (usaha besar) dan pemerintah serta lembaga penyedia teknologi dapat
citerapkan lmtuk mengangkat dan memajukan agroindustri pedesaan menjadi usaha
bisnis yang ..::fisien, kokoh dan bemilai tambah tinggi,

fJJI KEMAMPUAN·DJRI (Self- Assessment Test)

1. Sebutkan agroindustri berdasarkan skala usahanya


2. Jelaskan mf'ngapa pengembangan agl'Oindustli pedesaan mempunyai pel'an
{lIenting dan strategis untuk pembangunan nasional
3. Berkaitan dengan butil' (2) dapatkan Saudal'a utarakan pengel'tian f'komomi

9
UJI KEMAMPUAN-DIRI (Self- Assessment Test)

1. Sebutkan agroindustl"i hel'das31'kan skala usahanya


2. Jelaskan mengapa pengembangan agroindustl"i pedesaan mempunyai peran
penting dan strategis untuk pembangunan nasional
3. Berkaitan dengan butir (2) dnpatkan Saudara utarakan pengertian ekom.ami
rakyat, dan uraikan mengapa pengembangan agroindustri pedesaan dapat
merupakan pemberdayaan ekonomi rakyat
<1. DaJam pengembangan agroindustri dan agribisnis pedesaan banyak dihadapkan
pada masaJah dan kendala. Sebutkan kendala -kendala telosebut
5. Salah satu sifat komoditas pertanian adalah sangat beragam, dan musiman.
Dapatkah Saudara mengutarakan upaya upaya rnengatasi masalah teknis yang
berkaitan dengan penyediaalP bahan baku untuk kegiatan agl'Oindustii
pedesaan
6. Sebutkan jenis-jenis kemitl'aan sel1a al"ti pentingnya untuk pengembanga!1
agroindustri.
7. Sebutkan perbedaan kemiraan pola anak-bapak angkat dengan pola kemitraac
partisipatif
8. (Soal ini boleh dijawab ataupun tidak dijawab, tergantung infonnasi yang
Saudara miliki) ApabiJa didekat tempat tinggal atau asal Saudara dijumpai
agroindustl"i keeil atau menengah (atau Saudara mempel'oleh infonnasi tentang
kegiatan agroindustri di suatu wilayah )- Sebutkan jenis agroindustri,
pemasaran produk, masalah yang dihadapi, usaha yang dilakukan dalam
pengembangan terutama berkaitan dengan persaingan baik lokal, nasional
ataupun intemasionaJ.

10
PUSTAKA ACUAN

Anonim, 1999. Kebijaksanaan dan Program Pengembangan lndustri Agro. Direktorat


Jendral Kirnia, Hasil hutan dan Agro, Depperindag, Jakarta
Anonim, 1983. Rumusan Simposium Nasional Agroindustri I, lnstitut Pertanian
Bogor
Baharsyah, S. 1993. Pembangunan Sumberdaya Manusia, Iptek dan Faktor Penunjang
lain dalam Pengembangan Agroindustri, Makalah pada Lokakarya dan
Seminar Pengembangan Agroindustri, Serpomg,
Eriyatno, 1996,.Kernitraan Partisipatif. Makalah pada Lokakarya Pengembangan
Agroindustri di Daerah Transmigrasi, Jakarta, 20 Junl
Mangunwidjaja, D, 1993. State of the Art : Penelitian Teknologi Proses untuk
Pengembangan Agroiudustri, Makalah pada Forum Komunikasi
Bidang Teknologi. Cisarua, (i- 9 Desember
Mangunwidjaja, D, 1995. kernitraan lndutri Perguruan tinggi dan Lembaga Litbang
untuk Pengembangan Agroindustri. lTeknol.Agroind. Edisi Khusus, 2­
10
Nasution, M. 1996. Status Kini dan PeningkataJl Daya Saing Agroindustri dalan'
Menyongsong Era Pasar Bebas. Makalah pada Seminar Agro
business/ Agroindustry,J akarta, 25-29 Mei
Tan, F, 1994. lndustrialisasi Berbasis Teknologi. Prisma I, 3 -12
Wardhani, MA. 1996. Tinjauan terhadap Kesiapan Agroindustri Pedesarul Indonesia
dalam Menghadapi Pasar Bebas. Makalah pada Simposium Nasional
Agroindustri III.Bogor, 4-5 September

11
Sumb~)

PA3AR I'
I

Sumber
,
I
I

Komersial

MlTRA USAIIA

------_ _---'1
i
Tl
I ,
Lembaga Penyedia

Informasi

Dan

Tekuo\ogi

- Pemerintah
Pusat
Lembaga
- Daerah
,,
Perguruan
Penyandang

Wali Usaha Tinggi


Dan Penyalur
j i
Dana Khusus
(Pra-Koperasi) ~
I
- Swasla

Kelompok tani

o~o o~o I
I
I
,,
I

Petani Petani ,
t
I
I
I
I

Lembaga Puralel JALUR SISTEM AGRIBISNISi Lembaga Paralel

Gambar I, Model Pola Kemilraan Partisipati r

12

You might also like