Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gas ditemukan pada
tahun 1903 oleh Tswett dan biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa
yang terdapat pada campuran gas. Pengidentifikasian secara lebih lanjut dapat
digunakan dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas.
Kromatografi gas biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa
yang terdapat pada campuran gas dan juga mempunyai peranan penting dalam
mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas. Data-data yang dihasilkan
oleh detektor GC adalah kromatogram yang pembacaannya memiliki fungsi
tertentu tiap spesifikasinya.
Pada pemicu kali ini, metode ini digunakan untuk menganalisis alkohol dan
obat-obatan terlarang dalam darah. Ketika minuman beralkohol dikonsumsi, maka
minuman tersebut turun melewati esofagus (kerongkongan) melalui lambung dan
menuju ke usus halus. Sejumlah kecil alkohol diserap melalui aliran darah dalam
membran mukus, dan sebagian besar memasuki aliran darah melalui dinding usus
halus. Alkohol larut dalam air dan aliran darah dengan cepat menyalurkan etanol ke
seluruh bagian tubuh dimana etanol tersebut diserap ke dalam jaringan tubuh sesuai
dengan proporsi kandungan airnya.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menginformasikan kromatografi gas,
kromatografi gas cair dan spektroskopi massa baik dari segi pengertian, prinsip
dasar, instrumentasi, analisa kualitatif dan kuantitatif dalam hubungannya dengan
penentuan konsentrasi alkohol dalam darah
1 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
BAB II
PEMBAHASAN
2 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
menguap). Biasanya ukuran sampel bervariasi dari 0.1 µL hingga 20 µL. Kolum
kapiler membutuhkan sampel yang lebih kecil ( ~ 10-3 µL).
• Kolom
Kolom merupakan “jantung” kromatografi gas, dimana terjadi pemisahan
kompone-komponen cuplikan. Pada kromatografi gas terdapat dua jenis kolom yang
biasa dipakai, antara lain kolom tertutup dan kolom kapiler. Panjang kolom
kromatografi antara 2-50 meter atau bahkan lebih. Biasanya terbuat dari stainless
steel, gelas, silica gabungan, atau teflon. Agar cocok pada saat termostating,
biasanya dibentuk spiral dengan diameter 10-30 cm. Temperatur kolom yang
optimal tergantung pada titik didih dari sampel serta derajat pemisahan yang
dibutuhkan.
Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas, packed
column dan open tubular column. Secara umum yang paling sering dipakai adalah
packed column.
Capacity factor K’ -
diameter dp cm
Ketebalan liquid df cm
• Detektor
Fungsi detektor adalah untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom
dan merespon perubahan komposisi yang terelusi. Karakteristik dari sebuah detektor
yang ideal adalah
3 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
•• Sensitifitasserta
Stabilitas yang cukup (10-8-10-5yang
reproduksibilitas g/s) baik
• Respon linier terhadap larutan yang memiliki beberapa tingkat
magnitudo
• Beda temperatur dengan temperatur ruang sedikitnya 400 ºC
• Respon cepat terhadap waktu dan laju alir
• Realibilitas yang tinggi serta mudah digunakan
• Selektif dalam merespon kelas-kelas larutan yang berbeda
• Tidak merusak sample
• Recorder
Fungsi recorder adalah sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan pada
sebuah kertas yang hasilnya disebut kromatogram (kumpulan puncak grafik).
Akurasi suatu kromatogram pada suatu daerah pembacaan ditentukan oleh
pemilihan pencatat sinyalnya. Respon melewati skala penuh haruslah 1 detik.
Kepekaan perekam adalah 10mV dan berjangkauan dari 1-10 mV.
Output dari detektor akan dikirim ke perekam. Sebuah kromatogram khas
ditunjukkan pada detektor tegangan (y-axis) diplot sebagai fungsi dari waktu (x-
axis). Identitas masing-masing puncak dapat ditentukan dengan menyuntikkan
sampel murni dari masing-masing komponen campuran dan mencatat waktu retensi
mereka.
4 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
yang bersifat reproduible. Walaupun begitu, gas kromatografi merupakan alat yang
menyediakan informasi mengenai ada atau tidaknya senyawa dalam suatu campuran
dengan menggunakan standard referensi. Kromatogram dari suatu campuran standard
dan dengan sampel tidak boleh menghasilkan peak yang baru dari peak campuran
standard.
Hubungan antara faktor selektivitas untuk senyawa A dan B adalah
=t
− tM
α=K B RB
=k B
K A t RA
−tM k
`
A
Jika campuran standard adalah senyawa B dan α adalah sebuah indeks untuk
mengidentifikasi senyawa A, merupakan perhitungan faktor selektivitas untuk senyawa
murni relatif terhadap campuran standard dan perhitungan ini digunakan untuk
menentukan zat terlarut.
Sinyal detektor dari gas kromatografi biasa digunakan untuk analisa kuantitaf
dan semi kuantitatif. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan
perbandingan tinggi dari puncak analit dengan standard. Untuk menganalisa gas
kromatografi secara kuantitatif terdapat beberapa metode, yaitu:
5 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
Luas puncak tidak bergantung pada temperatur kolom, laju alir eluent, dan laju
injeksi sampel. Oleh karena itu, analisa berdasarkan luas puncak ini lebih baik
digunakan sebagai parameter analisa dibandingkan analisa berdasarkan tinggi puncak.
• Analisa dengan Kurva Kalibrasi dengan Standard
Metode lain untuk analisa kuantitatif gas kromatografi adalah metode kurva
kalibrasi. Dalam metode ini, kromatogram standard dan tinggi puncak di plot sebagai
fungsi konsentrasi. Dimana kurva kalibrasi ini memiliki hubungan yaitu sumbu x
merupakan konsentrasi sedangkan sumbu y adalah tinggi puncak (peak) sehingga akan
terdapat persamaan garis Y = bX + a. dimana slope = b. (seperti bagian jawaban
pemicu).
6 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
Teknik analisis ini sangat akurat dan sensitif dan merupakan prosedur
standar untuk analisis alkohol dan senyawa-senyawa volatil dalam bidang
toksikologi forensik. Teknik ini menghasilkan molekular fingerpint atau spektrum
massa yang unik. Spektrum ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya alkohol dalam sampel. Dan, alkohol dalam darah dapat diketahui
jumlahnya, walaupun dalam kuantitas kecil. Dengan menggunakan analisis darah,
sampel yang sama dapat diuji beberapa kali, jika sampel dijaga dengan baik.
Analisis GC-MS merupakan prosedur yang spesifik, dan bila alat-alatnya
dihangatkan secara teratur, penentuan alkohol dapat dilakukan dalam 6-8 menit.
Tugas I
Susunlah beberapa isu penting yang berkaitan dengan analisis alkohol dalam
darah, paling sedikit tujuh isu.
Jawab
7 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
Semakin tinggi kandungan lemak pada makanan yang dikonsumsi, semakin banyak
waktu yang diperlukan untuk mengosongkan lambung maka semakin lama proses
penyerapan alkohol akan terjadi.
8 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
Tugas II
• Waktu Retensi
Pada lampiran gambar 1 dapat dilihat sebuah kromatogram sederhana yang
memiliki 2 puncak. Puncak kecil yang berada di kiri merepresentasikan spesies yang
tidak ditahan oleh fasa diam. Waktu (tM) setelah injeksi sampel sampai dengan
munulnya puncak ini seringkali dinamakan waktu mati (dead time). Waktu mati
memberikan pengukuran dari laju migrasi rata-rata dari fasa bergerak dan merupakan
9 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
suatu parameter yang penting dalam mengidentifiasi puncak analit. Seringkali suatu
sampel akan mengandung spesies yang tidak ditahan, jika mereka tidak memiliki
spesies yang tidak ditahan maka penambahan spesies dengan sifat seperti ini dapat
dilakukan untuk membantu identifikasi puncak.
Puncak lebih besar yang terdapat di bagian kanan lampiran gambar 1 merupakan
puncak dari spesies analit. Waktu yang diperlukan puncak ini untuk mencapai detektor
atau waktu yang diperlukan spesies analit untuk keluar dari kolom dan mencapai
detektor dinamakan waktu retensi (tR). Laju linear rata-rata dari migrasi zat terlarut (v)
dan kecepatan linear rata-rata dari spesies dalam fasa bergerak (u) diberikan pada
persamaan dibawah ini
v=LtR …(2)
u=LtM …(3)
Dimana L = panjang dari kolom
Nilai dari v juga dapat dinyatakan dalam u dan rasio partisi (K) dengan cara
mengekspresikan nilai laju v sebagai fraksi dari kecepatan pada fasa bergerak.
Penurunannya adalah sebagai berikut:
v=u×fraksi waktu zat terlarut dalam fasa bergerak
v=u×jumlah mol zat terlarut dalam fasa bergerakjumlah mol total
v=u×cMVMcMVM+csVs=u×11+ csVscMVM
v=u×11+KVsVM …(4)
Dimana Vs = volume dari fasa diam dan VM = volume dari fasa bergerak.
• Faktor kapasitas
Faktor kapasitas merupakan parameter eksperimental yang menyatakan
perbandingan mol komponen analit dalam fasa diam terhadap mol komponen dalam
fasa gerak, yang nilainya tergantung pada temperatur. Faktor ini banyak digunakan
untuk mendeskrispsikan laju migrasi zat terlarut dalam kolom. Untuk spesies A nilai
faktor kapasitasnya adalah sebagai berikut. (dengan KA adalah nilai rasio partisi untuk
spesies A)
k'A=KAVsVM …(5)
Persamaan 5 dapat disubstitusi ke persamaan (4).
v=u×11+k'A …(6)
10 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
Agar nilai k’A dapat dicari dalam kromatogram maka persamaan (2) dan (3) dapat
disubstitusi ke persamaan (6)
LtR=LtM×11+k'A …(7)
k'A=tR-tMtM …(8)
Besarnya faktor kapasitas menentukan laju elusi komponen. Jika k’ > 1 maka
elusi akan berlangsung dengan cepat dan jika k’ > 20-30 maka waktu elusi akan
berlangsung sangat panjang.
α=KBKA=tR2tR1 …(9)
Untuk ilustrasi akan nilai tR2 dan tR1 yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran
gambar 2.
11 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
Dimana L = panjang kolom, dan n = jumlah plat teoritik. Semakin besar nilai N
maka semakin kecil nilai HETP dan semakin besar efisiensi kolom.
12 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
mengambil jalan yang tidak sama panjangnya (dapat dilihat pada lampiran gambar 5).
Efek yang juga disebut difusi eddy. Pada kecepatan fasa bergerak yang rendah, molekul
tidak terlalu terdispersi oleh difusi ini, pada saat kecepatan lumayan cepat pelebaran pita
akibat difusi ini dapat diamati, dan pada saat kecepatan cukup tinggi efek dari difusi ini
menjadi tidak bergantung dari laju aliran. (Rangkuman dari ketiga faktor ini terhadap
HETP/H dapat dilihat pada lampiran gambar 6.)
• Resolusi Kolom
Resolusi kolom (Rs) dapat mengukur kemampuan kolom untuk memisahkan dua
analit secara kuantiitatif. Untuk lebih jelasnya dapat dituliskan dalam persamaan
berikut:
…(13)
2 ∆Z 2[ ( t R ) B − ( t R ) A ]
RS = =
WA + WB W A + WB
…(14)
N α − 1 k ' B
RS =
4 α 1 + k 'B
juga untuk mencara jumlah piringan yang dibutuhkan untuk mencapai resolusi kolom
dengan nilai tertentu.
13 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
…(15)
2 2
2 α 1 + k 'B
N = 16RS
α −1 k 'B
Selain itu resolusi kolom dapat mempengaruhi retention time (tR), dan kita dapat melihat
hubungan keduanya sebagai berikut:
…(16)
H α (1 + k ' B )
2 2 3
( t R ) B = 16RS
α − 1 ( k 'B )
2
u
sangat akurat, spesifik dan sensitif dan merupakan prosedur standar untuk
analisis alkohol dan senyawa-senyawa volatil dalam bidang toksikologi forensik.
Akurat dan spesifik karena teknik ini menghasilkan molekular fingerpint atau
spektrum massa yang unik. Spektrum ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi ada/tidaknya alkohol dalam sampel. Sensitif karena alkohol
dalam darah dapat diketahui jumlahnya, walaupun dalam kuantitas kecil.
Dengan menggunakan analisis darah GC/MS, sampel yang sama dapat diuji
beberapa kali, jika sampel dijaga dengan baik.
Waktu yang diperlukan cepat (penentuan alkohol dapat dilakukan dalam 6-8
menit) bila alat-alatnya dihangatkan secara teratur.
Reagents
• Absolute etanol
• n-Propanol
14 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
• Dari hasil injeksi 5 �L sampel darah diperoleh puncak pada 2.4 menit dengan
tinggi senilai 12,5 mm
• Pada salah satu campuran standar etanol dan n-propanol yang digunakan
menunjukkan data sbb: lebar dasar puncak pada etanol dan n-propanolberturut-turut
adalah 1.45 menit dan 3,65 menit
Jawab
15 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
1 0.1 1.9 5%
2 0.2 1.8 10%
3 0.3 1.7 15%
4 0.4 1.6 20%
5 0.5 1.5 25%
Dari data tersebut dapat dibuat sebuah kurva kalibrasi standar dengan tinggi puncak
etanol sebagai sumbu y dan konsentrasi etanol dalam sampel standar sebagai sumbu x.
Dari grafik di atas, diperoleh persamaan garis y = 0.75 x. Untuk mengetahui kandungan
etanol dalam sampel darah yang mempunyai puncak 2.4 menit dan tinggi 12,5
digunakan persamaan :
y = 0.75x
dimana: y adalah tinggi puncak gelombang (mm) dan x adalah konsentrasi (%) maka :
y = 0.75 x
12,5 = 0.75 x
x = 16,67%
Sehingga diperoleh kandungan senyawa etanol dalam 2 ml sampel sebesar 16,67% atau
sama dengan 0,3344 mL.
Maka, kandungan senyawa etanol dalam 5 �L sampel darah :
5 μL2x103 μLx 0.3344 x103 μL=0.83355 μL
16 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
2 ∆Z 2[ ( t R ) B − ( t R ) A ]
RS = =
WA + WB W A + WB
2[ 7,2menit − 2,4menit]
RS =
1,45menit + 3,65menit
9,6menit
RS = = 1,88
5,1menit
17 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
2
t
N = 16 R
W
2
t
N = 16 R
W
2
2,4 menit
N = 16 = 43,833
1,45menit
2
t
N = 16 R
W
2
7,2 menit
N = 16 = 62,258
3,65menit
N rata-rata=43,833+62,2582=53,045
18 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
L 50 cm
H = = = 0.943 cm
N 53.045
Dari persamaan:
2 2
α 1 + k 'B
N = 16 RS
2
α − 1 k 'B
diketahui bahwa α dan k’B konstan (tidak berubah) dengan berubahnya N dan L,
sehingga didapat persamaan:
( RS )1 N1
=
( RS ) 2 N2
Subtitusi (Rs)1 = 1.88 ; (Rs)2 = 1.5 ; N1 = 53.045 ke dalam persamaan di atas, sehingga
didapat jumlah piringan (N2) bila resolusi diharapkan menjadi 1.5:
1.88 53.03
=
1 .5 N2
2
1 .5
N 2 = 53.045
1.88
N 2 = 33.76 ≈ 34
L=NH
L = 34 × 0.943 cm = 32.062 cm ≈ 32 cm
19 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
6. Waktu
elusi senyawa etanol dalam kolom yang telah diperpanjang
Diketahui persamaan waktu (tR)B yang dibutuhkan untuk mengelusi 2 senyawa tersebut
dengan resolusi Rs adalah:
(1 + k ' B ) 3
2 2
16 RS H α
(tR ) B =
( k' ) 2
u α − 1 B
(t R A )1 Rs1 2
=
(t R A ) 2 Rs2 2
Jadi, waktu elusi etanol pada kolom yang telah diperpanjang tsb:
2.4
=
(1.88)
2
(t RA ) 2 (1.5) 2
( t RA ) 2 = 1.528 menit = 91.67 det ik
20 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
BAB 3
PENUTUP
21 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
DAFTAR PUSTAKA
• Christian, Gary D., J.E. O’Reilly. 1986. Instrumental Analysis. Allynan Bacon
Inc: USA.
• Day, R.A. dan Underwood,A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif (terjemahan).
Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
• Hendayana, Sumar.1995. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang
Press.
• Skoog, D.A., et.al., Fundamentals of Analytical Chemistry Sixth Edition.
Saunders College Publishing:London.
• Anonim. Kromatografi. http://file.upi.edu/Direktori/D%20-%20FPMIPA/JUR.
%20PEND.%20KIMIA/196611151991011%20-%20HOKCU
%20SUHANDA/KULIAH%20KIMIA%20INSTRUMEN/KROMATOGRAFI
%20SFC.pdf (di akses pada 13 Desember 2010)
• Anonim. Kromatografi. http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi (di akses pada
13 Desember 2010)
• Anonim. Kromatografi. http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/ (di akses
pada 13 Desember 2010)
• Anonim, “Analysis of Blood Plasma for Ethanol by Gas Chromatography”
http://www.oberlin.edu/chem/ForChemLab/Alcohol/AlcoholPStudents.pdf
(6 Desember 2010)
22 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
LAMPIRAN
23 Kimia Analitik_Kelompok 2
Pemicu 5: Kromatografi Gas
24 Kimia Analitik_Kelompok 2