You are on page 1of 18

Perjuangan Mempertahankan

Kemerdekaan INDONESIA Secara


Diplomasi
 Kelompok 2
 Kelas XI IA 3

 1) Annisa Adelfira ( 04 )
 2) Ariq Nalendra W. ( 07 )
 3) Dita Ulan Sari ( 12 )
 4) Lintang Anisah P. ( 19 )
 5) Nabil Nur Ilman ( 23 )
 6) Viendya Firstiyanti ( 33 )
Perjuangan
Perjuangan Mempertahankan
Mempertahankan
Kemerdekaan
Kemerdekaan Secara
Secara Diplomasi
Diplomasi

Pertemuan Pertemuan Perundingan Perundingan Perjanjian Konferensi


Pertemuan Pertemuan Perundingan Perundingan Perjanjian
Perjanjian Perjanjia
Perjanjia Perjanjian Konferensi Konferensi
Konferensi
Soekarno-
Soekarno- Syahrir-Van
Syahrir-Van Syahrir-Van
Syahrir-Van di
di Hooge
Hooge Roem
Roem -- Inter
Inter --
Linggarjati n Meja
Meja Bundar
Van
Van Mook
Mook Mook
Mook Mook
Mook Veluwe
Veluwe Linggarjati n Renville
Renville Royen
Royen Indonesia
Indonesia
Bundar

Sekutu Sekutu Sekutu


Indone Beland (peneng
Indone Beland (Peneng
Indone Beland (peneng
Indone Beland Mediat
Indonesia Belanda sia
Indone a
Beland Sekutu
ah)
(peneng
sia
Indone a
Beland Sekutu
ah)
(Peneng Indonesia Belanda sia
Indone a
Beland Sekutu
ah)
(peneng Indonesia Belanda Indonesia Belanda Indonesia BFO (Bijjenkomst voor
Federaal Overleg)
sia
Indone a
Beland or
Mediat
Indonesia Belanda sia a ah) sia a ah)
Indonesia Belanda sia a ah)
Indonesia Belanda Indonesia Belanda Indonesia BFO (Bijjenkomst voor
Federaal Overleg)
sia a or

Letjen Sir Prof.Sch Moh.H Van Chritlc


Sutan H.J.Va Sutan H.J.Va Sutan Lord
Mr.Amir R.Abdul kadir DR.H.J.Van
----- -----
Christiso Archibald ermerhor Marseve
Soekarno H.J.Van Mook Syahrir
Sutan
n Mook
H.J.Va Letjen
n Syahrir
Sutan
n Mook
H.J.Va Clark
SirKe rr
Mr.Suwandi Van Mook Syahrir
Sutan Prof.Sch
n Killearn
Lord
Syariffudin
Mr.Amir Widjojoatmodjo
R.Abdul kadir
Moh.Roem Royen
DR.H.J.Van
atta
Moh.H Van
en hley
Chritlc

----- -----
Christiso Archibald ermerhor Marseve
Soekarno H.J.Van Mook Syahrir n Mook n Syahrir n Mook Clark Ke rr
Mr.Suwandi Van Mook Syahrir n Killearn
Syariffudin Widjojoatmodjo Moh.Roem Royen
atta en hley
PERTEMUAN SOEKARNO-VAN MOOK

Pertemuan antara wakil-wakil Belanda dengan para pemimpin Indonesia diprakarsai oleh
Pang lima AFNEI Letnan Jenderal Sir Philip Christison pada tanggal 25 Oktober 1945.
Dalam pertemuan tersebut pihak Indonesia diwakili oleh Soekarno, Mohammad Hatta,
Ahmad Sobardjo, dan H. Agus Salim, sedangkan pihak Belanda diwakili Van Mook dan
Van Der Plas. Pertemuan ini merupakan pertemuan untuk menjajagi kesepakatan kedua
belah pihak yang berselisih. Presiden Soekamo mengemukakan kesediaan Pemerintah
Republik Indonesia untuk berunding atas dasar pengakuan hak rakyat Indonesia untuk
menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan Van Mook mengemukakan pandangannya
mengenai masalah Indonesia di masa depan bahwa Belanda ingin menjadikan Indonesia
negara persemakmuran berbentuk federal yang memiliki pemerintah sendiri di lingkungan
kerajaan Belanda. Yang terpenting menurut Van Mook bahwa pemerintah Belanda akan
memasukkan Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tindakan Van
Mook tersebut disalahkan oleh Pemerintah Belanda terutama oleh Parlemen, bahkan Van
Mook akan dipecat dari jabatan wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Indonesia).
Pertemuan Syahrir-Van Mook

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 17 November 1945


bertempat di Markas Besar Tentara Inggris di Jakarta ( Jalan Imam Bonjol
No.1). Dalam pertemuan ini pihak Sekutu diwakili oleh Letnan Jenderal
Christison, pihak Belanda oleh Dr. H.J. Van Mook, sedangkan delegasi
Republik Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Sebagai
pemrakarsa pertemuan ini, Christison bermaksud mempertemukan pihak
Indonesia dan Belanda di samping menjelaskan maksud kedatangan
tentara Sekutu, akan tetapi pertemuan ini tidak membawa hasil.
Perundingan Syahrir-Van Mook
 Pertemuan-pertem5uan yang diprakarsai oleh Letnan Jenderal Christison selalu mengalami kegagalan.
Akan tetapi pemerintah Inggris terus berupaya mempertemukan Indonesia dengan Belanda bahkan
ditingkatkan menjadi perundingan. Untuk mempertemukan kembali pihak Indonesia dengan pihak Belanda,
pemerintah Inggris mengirimkan seorang diplomat ke Indonesia yakni Sir Archibald Clark Kerr sebagai
penengah. Pada tanggal 10 Februari 1946 perundingan Indonesia-Belanda dimulai. Pada waktu itu Van
Mook menyampaikan pernyataan politik pemerintah Belanda antara lain sebagai berikut.

(1) Indonesia akan dijadikan negara Commonwealth berbentuk federasi yang memiliki pemerintahan
sendiri di dalam lingkungan kerajaan Belanda.
(2) Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar negeri oleh pemerintah Belanda.
Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 1946 Sjahrir menyampaikan usul balasan yang berisi antara lain
sebagai berikut.
(1) Republik Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas Hindia
Belanda.
(2) Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan luar negeri dan
pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas orang-orang Indonesia dan
Belanda.

 Usul dari pihak Indonesia di atas tidak diterima oleh pihak Belanda dan selanjutnya Van Mook secara pribadi
mengusulkan untuk mengakui Republik Indonesia sebagai wakil Jawa untuk mengadakan kerja sama dalam
rangka pembentukan negara federal dalam lingkungan Kerajaan Belanda. Pada tanggal 27 Maret 1946
Sutan Sjahrir mengajukan usul baru kepada Van Mook antara lain sebagai berikut.
(1) Supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan de facto Rl atas Jawa dan Sumatera.
(2. Supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
(3) RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, Curacao, menjadi peserta dalam ikatan negara
Belanda.
Perundingan di Hooge Veluwe

Tokoh : Delegasi RI: Mr. Suwandi, dr. Sudarsono, Mr.


Prianggodigdo; Delegasi Belanda: Van Mook, Prof.
Logemann, Idenburgh, Van Royen, Van Asbeck, Sultan
Hamid II, Surio Santosa; Penengah: Sir Archibald
Tanggal: 14-26 April 1946
Tempat : Hooge Veluwe, Belanda
Hasil : tidak ada, karena belanda menolak hasil
perundingan antara Sjahrir – Van Mook sebelumnya..
Perjanjian Linggarjati
 Diselenggarakan di Desa Linggarjati, Kecamatan
Cilimus, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat

 Diselengarakan pada 25 Maret 1947

 Wakil pihak Indonesia : dr. Sudarsono, Jenderal


Soedirman, dan Jenderal Oerip Soemoharjo

 Wakil pihak Inggris : Lord Killearn


 Isi Perjanjian Linggarjati

1. Belanda mengakui kekuasaan de facto Republik


Indonesia atas Jawa, Madura dan Sumatra dan
harus meninggalkan wilayah de facto paling
lambat 1 Januari 1949
2. Pemerintah Republik Indonesia dan Belanda
bersama – sama membentuk negara federasi
bernama Negara Indonesia Serikat
3. Negara Indonesia Serikat tetap terikat dalam
ikatan kerja sama dengan kerajaan belanda,
dengan wadah Uni Indonesia – Belanda yang
diketuai oleh Ratu Belanda
Perjanjian Renville
 Diselenggarakan di atas kapal U.S.S. Renville

 Diselenggarakan pada 17 Januari 1948

 Wakil pihak Indonesia : Amir Syarifuddin, H. Agus


Salim, Ali Sastroamidjojo,

 Wakil pihak Belanda : R. Abdul Kadir


Widjojoatmodjo, H.A.L. Van Vreedenburg, P.J.
Koets
 Isi Perjanjian Renville

1. Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia


atas Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian kecil
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera

2. Tentara Republik Indonesia harus ditarik


mundur dari daerah – daerah yang telah diduduki
oleh Belanda
Perjanjian Roem - Royen
 Diselenggarakan di Jakarta

 Diselenggarakan pada 7 Mei 1949

 Wakil Pihak Indonesia : Moh. Roem

 Wakil Pihak Belanda : Dr. H.J. Van Royen


ISI PERJANJIAN ROEM – ROYEN

 Dibacakan oleh Moh. Roem

1. Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan


perintah penghentian perang gerilya

2. Kerja sama dalam hal pengembalian perdamaian dan


menjaga keamanan serta ketertiban

3. Turut serta dalam KMB yang bertujuan untuk


mempercepat penyerahan kedaulatan yang lengkap dan
tidak bersyarat kepada negara Republik Indonesia
Serikat
ISI PERJANJIAN ROEM – ROYEN

 Dibacakan oleh Dr. H.J. Van Royen


1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah
Indonesia harus bebas dan leluasa melakukan
kewajiban dalam suatu daerah yang meliputi
Karesidenan Yogyakarta
2. Pemerintah Belanda membebaskan secara tak
bersyarat pemimpin – pemimpin Republik Indonesia
dan tahanan politik yang ditahan sejak tanggal 19
Desember 1948
3. Pemerintah Belanda setuju bahwa Republik
Indonesia akan menjadi bagian dari Republik
Indonesia Serikat
4. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan diadakan
secepatnya di Den Haag sesudah pemerintah Republik
Indonesia kembali ke Yogyakarta
Konferensi Inter - Indonesia
 Diselenggarakan di Jakarta

 Diselenggarakan pada bulan Juli – Agustus 1949

 Hasil Konferensi Inter – Indonesia


1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama
Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan
demokrasi dan federalisme (serikat)
2. RIS akan dikepalai oleh seorang presiden dibantu
oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada
presiden
3. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan,
baik dari Republik Indonesia maupun dari
Kerajaan Belanda
4.Angkatan perang RIS adalah angkatan perang
nasional, dan Presiden RIS adalah panglima
tertinggi angkatan perang RIS
5. Pembentukan angkatan perang RIS adalah
semata-mata soal bangsa Indonesia sendiri.
Angkatan perang RIS akan dibentuk oleh
Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan KNIL,
serta kesatuan-kesatuan Belanda lainnya
Konferensi Meja Bundar
 Diselenggarakan di Den Haag, Belanda

 Diselenggarakan pada 23 Agustus – 2 November 1949

 Wakil pihak Indonesia : Moh. Hatta

 Wakil pihak Belanda : Van Marseveen

 Mediator: Chritchley

 BFO: Sultan Hamid II


 Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB)

1. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS)


sebagai negara merdeka dan berdaulat
2. Status Kresidenan Irian Barat diselesaikan dalam
waktu setahun sesudah pengakuan kedaulatan
3. Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda berdasarkan
kerja sama sukarela dan sederajat
4. RIS mengembalikan hak milik Belanda dan
memeberikan hak konsesi dan izin baru untuk
perusahaan-perusahaan Belanda
5. RIS harus membayar semua utang Belanda yang ada
sejak tahun 1942

You might also like