You are on page 1of 25

KEPEMIMPINAN

Oleh :
H. Abdul Gamal S, SKM, M.KKK
A. Konsep Dasar
Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan
(leadership) untuk mengarahkan merupakan
faktor penting dalam efektivitas manajer.
Batasan kepemimpinan, yaitu Ralph M. Stogdill
(1971). Batasan yang diajukan adalah managerial
leadership as the process of directing and
influencing the task related activities of group
members. Kepemimpinan manajerial sebagai
proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas
yang dihubungkan dengan tugas dari para
anggota kelompok.
3 (tiga) implikasi penting yang perlu mendapat
perhatian, yaitu :
1. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain atau
bawahan. Karena kesanggupan mereka untuk
menerima pengarahan dari manajer, para bawahan
membantu menegaskan eksistensi manajer dan
memungkinkan proses kepemimpinan.
2. Kepemimpinan mencakup distribusi otoritas yang
tidak mungkin seimbang diantara manajer dan
bawahan. Manajer memiliki otoritas untuk
mengarahkan beberapa aktivitas para bawahan,
yang tidak mungkin dengan cara yang sama
mengarahkan aktivitas manajer.
3. Disamping secara legal mampu memberikan para
bawahan berupa perintah atau pengarahan, manajer
juga dapat mempengaruhi bawahan berbagai sifat
kepemimpinannya.
• Batasan kepemimpinan sebagai sifat dan perilaku untuk
mempengaruhi para bawahan agar mereka mampu
bekerja sama sehingga membentuk jalinan kerja yang
harmonis dengan pertimbangan aspek efisen dan efektif
untuk mencapai tingkat produktivitas kerja sesuai
dengan yang telah ditetapkan.
• Permasalahan utama dari kepemimpinan adalah
perkembangan keahlian yang mempengaruhi para
bawahan secara konstruktif untuk merealisasikan tujuan.
Oleh karena itu, manajer yang berusaha memperbaiki
kecakapnnya untuk mempengaruhi bawahan harus
paham akan dirinya sendiri, bawahan, kondisi dan
lingkungan kerja, serta teknik komunikasi yang mampu
memberikan pengaruh sehingga bawahan dengan ikhlas
bekerja sama untuk mencapai tujuan.
B. Kualifikasi seorang pemimpin
• Chester I Barnard (1968) berpendapat bahwa
kepemimpinan memiliki dua aspek, yaitu :
1. Kelebihan individual teknik kepemimpinan.
Seorang yang memiliki kondisi fisik yang baik,
memiliki keterampilan yang tinggi, menguasai
teknologi, memiliki presepsi yang tepat, memiliki
pengetahuan yang luas, memiliki ingatan yang
baik, serta imajinasi yang akan mampu memimpin
bawahan.
2. Keunggulan pribadi dalam ketegasan, keuletan,
kesadaran, dan keberhasilan.
Hesley dan Blanchard (1980:9-10)
mengklisifikasikan keahlian yang diperlukan bagi
seorang manajer menjadi 3 (tiga) tingkat berikut
ini:
1. Mengerti Perilaku Masa Lampau (Understanding Past
Behavior)
Yang utama manajer harus mengerti mengapa orang
berperilaku sebagaimana yang mereka lakukan. Perilaku orang
dapat dipahami, sebaiknya dengan cara memahami perilaku
orang pada masa lampau.
2. Memprediksi Perilaku Masa Depan (Predicting Future
Behavior)
Pada dasarnya memahami perilaku masa lampau tidaklah
cukup. Mungkin yang lebih penting adalah memprediksi
apakah yang mereka lakukan sekarang, besok, minggu depan,
dan seterusnya pada kondisi lingkungan yang dinamis.
3. Pengarahan, Perubahan, dan Pengendalian Perilaku
(Directing, Changing, and Contorlling Behavior)
• Yang paling utama adalah bahwa manajer
harus menerima peran sebagai pemimpin yang
menerima peran sebagai pemimpin yang
menerima tanggung jawab untuk
mempengaruhi perilaku para bawahan.
• Esensinya kualifikasi kepemimpinan yang
memungkinkan seorang manajer memainkan
perannya dalam menopang kondisi yang ada
meliputi hal-hal berikut :
1. Watak dan kepribadian yang terpuji.
2. Prakarsa yang tinggi.
3. Hasrat melayani bawahan.
4. Sadar dan paham kondisi lingkungan.
1. Watak dan kepribadian yang terpuji.
Agar para bawahan maupun orang yang
berada diluar organisasi mempercayainya,
seorang manajer harus memiliki watak dan
kepribadian yang terpuji. Manajer adalah
cerminan bawahan. Dan ia adalah sumber
identifikasi, motivasi dan moral para bawahan.
2. Prakarsa yang tinggi.
Seorang pemimpin hendaknya self starter,
memiliki inisiatif sendiri. Ia mengajukan
gagasan dan bersedia menanggung risiko
kegagalan bersamaan dengan adanya
kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
3. Hasrat melayani bawahan.
Seorang pemimpin harus percaya pada
bawahan, mendengarkan pendapat mereka,
berkeinginan membantu, serta menimbulkan
dan mengembangkan keterampilan agar
karier mereka meningkat.
4. Sadar and paham kondisi lingkungan
Seorang manajer tidak hanya menyadari
mengenai apa yang sedang terjadi di
sekitarnya, tetapi juga harus memiliki
pengertian yang memadai.
C. Tipe Kepemimpinan Dalam
Organisasi
• G.R. Terry (1960) sebagai salah seorang
pengembang ilmu manajemen mengemukakan
tipe kepemimpinan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Pribadi (Persional Persion)
2. Kepemimpinan Nonpribadi (Nonpersional Persion).
3. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership)
4. Kepemimpinan Demokratis (democrative
Leadership)
5. Kepemimpinan Paternalistik (Paternalistic
Leadership)
6. Kepemimpinan Menurut Bakat (Indigenous
Leadership).
1. Kepemimpinan Pribadi (Persional
Persion)
Seorang manajer dalam melaksanakan
tindakannya selalu dilakukan secara kontak
pribadi. Instruksi disampaikan secara oral
ataupun langsung pribadi disampaikan oleh
manajer yang bersangkutan. Tipe
kepemimpinan ini sering dianut oleh
perusahaan kecil karena kompleksitas
bawahan maupun kegiatannya sangatlah
kecil. Akibatnya, pelaskanaannya selain
mudah juga sangat efektif dan memang
biasa dilakukan tanpa mengalami
prosedural yang berbelit.
2. Kepemimpinan Nonpribadi (Nonpersional
Persion).
Segala peraturan dan kebijakan yang berlaku pada
perusahaan melalui bawahannya atau menggunakan
media nonpribadi, baik rencana, instruksi, maupun
program penyelianya. Pada tipe ini, program
pendelegasian kekuasaan sangatlah berperan dan
harus diaplikasikan.
3. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian
Leadership)
Manajer yang bertipe otoriter biasanya bekerja secara
sungguh-sungguh, teliti, dan cermat. Manajer bekerja
menurut peraturan dan kebijakan yang berlaku dengan
ketat. Meskipun agak kaku dan segala instruksinya
harus dipatuhi oleh para bawahan, para bawahan tidak
berhak mengomentarinya. Karena manajer
beranggapan bahwa dialah yang bertindak sebagai
pengemudi yang akan bertanggung jawab atas segala
kompleksitas organisasi.
4. Kepemimpinan Demokratis (democrative
Leadership)
Pada kepemimpinan yang demokratis, manajer
berangggapan bahwa ia merupakan bagain integral
yang sama dengan elemen perusahaan dan secara
bersamaan seluruh elemen tersebut bertanggung
jawab terhadap perusahaan
5. Kepemimpinan Paternalistik (Paternalistic
Leadership)
Kepemimpinan yang paternalistik dicirikan oleh suatu
pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan
antara manajer dengan perusahaan. Tujuannya
adalah untuk melindungi dan memberikan arah,
tindakan, dan perilaku ibarat peran seorang bapak
kepada anaknya.
6. Kepemimpinan Menurut Bakat (Indigenous
Leadership).
Tipe kepemimpinan menurut bakat biasanya muncul
dari kelompok informasl yang didapatkan dari
pelatihan meskipun tidak langsung. Dengan adanya
sistem persaingan, dapat menimbulkan perbedaan
pendapat yang seru dari kelompok yang
bersangkutan. Biasanya akan muncul pemimpin yang
memiliki kelemahan diantara mereka yang ada dalam
kelompok tersebut menurut keahliannya dimana ia
terlibat di dalamnya. Pada situasi ini peran bakat
sangat menonjol, sebagai dampak pembawaan sejak
lahir dan mungkin disebabkan adanya faktor
keturunan.
• Robert Black dan Jane S. Mouton (1964) yang
mempopulerkan Managerial Grid , membagi 5
(lima) tipe kepemimpinan, yaitu :
1.Tandus (improverished)
Yaitu pemakaian usaha seminimum mungkin
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan guna
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi.
2.Perkumpulan (country club)
Yaitu menumpahkan perhatian kepada bawahan
untuk memuaskan hubungan yang
menggairahkan, suasana organisasi yang
bersahabat, dan menggairahkan tempat kerja.
3. Tugas (task)
Yaitu efsisiensi dalam hasil pekerjaan yang diperoleh
dari kondisi kerja yang tersusun dengan mengurangi
campur tangan elemen manusia sampai pada tingkat
minimum.
4. Jalan tengah (middle of road)
Yaitu kecakapan organisasi yang memadai adalah
usaha dan memungkinkan membuat keseimbangan
diantara kerja yang dilakukan sambil memperhatikan
semangat bawahan pada tingkat memuaskan.
5. Tim (team)
Yaitu penampungan kerja yang diperoleh dari
persetujuan (commited) bawahan, yang saling
bergantung pada pegangan umum (common stake)
yang sesuai dengan tujuan organisasi yang menjurus
pada hubungan keyakinan dan penghargaan.
Perbandingan Tipe Kepemimpinan
Tipe Kepemimpinan Menurut Tipe Kepemimpinan Menurut
G. R. Terry : Blake dan Mouton :
1. Kepemimpinan Pribadi 1. Tandus (improverished)
(Persional Persion) 2. Perkumpulan (country club)
2. Kepemimpinan Nonpribadi 3. Tugas (task)
(Nonpersional Persion).
4. Jalan tengah (middle of road)
3. Kepemimpinan Otoriter
5. Tim (team)
(Authoritarian Leadership)
4. Kepemimpinan Demokratis
(democrative Leadership)
5. Kepemimpinan Paternalistik
(Paternalistic Leadership)
6. Kepemimpinan Menurut Bakat
(Indigenous Leadership).
D. Sumber dan Dasar Otoritas
Kepemimpinan
• Ototritas meliputi sifat yang berhubungan
dengan individu dan posisinya, yang
merupakan dasar bagi kemampuan
pemimpin unutk mempengaruhi
bawahannya. Dalam konsep manajeman,
otoritas meliputi kemampuan untuk
menggerakkan sumber daya alam
maupun sumber daya manusia,
mendapatkan, dan menggunakannya
untuk mencapai tujuan.
• Ototritas meliputi sifat yang berhubungan
dengan orang dan posisi untuk mempengaruhi
pesan, proses, atau hal-hal lain, sedangkan
konsep wewenang meliputi aplikasi otoritas yang
terutama berhubungan dengan posisi.
Wewenang adalah otoritas formal yang
diberikan kepada seseorang oleh organisasi.
• Otoritas dalam suatu organisasi sebagian besar
merupakan fungsi untuk berada di tempat, pada
waktu yang tepat, dengan sumber yang tepat,
dan bekerja secara efisien. Posisi dalam
organisasi, arus pekerjaan, atau jaringan
komunikasi semuanya mencakup gagassan
mengenai tempat. Tempat yang berhubungan
erat dengan penentuan waktu dan aktivitas yang
tepat. Kesempatan untuk menangani situasi.
TINGKAT KEPEMIMPINAN
5
KEMAMPUAN MENGUASAI
PRIBADI

RASA HORMAT   CATATAN : Langkah ini di cadangkan bagi


4 Orang akan mengikuti pemimpin yang telah melewatkan waktu bertahun-
   
karena siapa diri anda dan tahun mengembangkan orang dan organisasi. Hanya
PENGEMBANGAN apa yang anda wakili. sedikit yang berhasil sampai kesana.
MANUSIA
REPRODUKSI   CATATAN : Disinilah pertumbuhan jangka panjang terjadi.
Orang akan mengikuti karena Komitmen Anda untuk mengembangkan pemimpin akan
  apa diri anda dan apa yang memastikan pertumbuhan yang terus berlangsung bagi  
3 anda lakukan bagi mereka organisasi dan orang Lakukanlah apa saja yang anda bisa
PRODUK lakukan untuk mencapai tingkat ini
HASIL   CATATAN : Disinilah sukses dirasakan oleh kebanyakan orang.
Orang mengikuti karena apa yang Mereka menyukai anda dan apa yang anda lakukan. Masalah
  telah anda lakukan untuk diselesaikan denga sedikit sekali upaya karena adanya  
2
organisasi momentum
IZIN
HUBUNGAN CATATAN : Orang akan mengikuti anda melampaui wewenang yang
1 Orang mengikuti karena dinyatakan. Tingkat ini memungkinkan pekerjaan yang menyenangkan.
  mereka berkeinginan Perhatian : Tinggal terlalu lama pada tingkat ini tanpa naik ke atas akan  
KEDUDU mengikuti menyebabkan orang yan sangat termotivasi menjadi gelisah
KAN
HAK CATATAN : Pengaruh anda tidak akan melampaui wewenang garis-garis
Orang mengikuti karena merasa harus deskrips kerja anda. Semakin lama anda tinggal disini, semakin tinggi  
mengikuti tingkat keluarnya karyawan dan semakin rendah moral bawahan.
• Amitai Etziomi (1961) membedakan
sumber otoritas menjadi dua, yaitu :
1. Otoritas posisi (positioning power).
Otoritas posisi datang dari kantor manajer
organisasi, otoritas posisi bersumber dari atas
dan tidak bersatu pada kantor. Manajer yang
menduduki posisi dalam organisasi lebih kurang
memiliki otoritas posisi.
2. Otoritas pribadi (personal power).
Adalah sejauh mana para bawahan respek,
merasa senang dan percaya kepada pemimpin
mereka. Serta melihat tujuan mereka betul-betul
dipuaskan melalui tujuan pimpinan. Otoritas
pribadi dalam suatu organisasi bersumber dari
bawah, yaitu dari para bawahan.
• French dan Raven (1960:607-623)
mendeskripsikan bentuk otoritas yang dirasakan
mungkin dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu :
1. Otoritas Memaksa (Courvice Power)
Otoritas yang didasarkan atas rasa takut. Seorang bawahan
merasa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin
dapat menyebabkan dijatuhkannya suatu bentuk sanksi,
peringatan, atau pengasingan sosial dari kelompok.
2. Otoritas Imbalan (Reward Power)
Otoritas yang didasarkan atas harapan, menerima pujian,
penghargaan, atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan
seorang pemimpin.
3. Otoritas Ahli (Expert Poweri)
Otoritas didasarkan atas keterampilan spesifik, keahlian, atau
pengetahuan. Para bawahan menganggap bahwa pemimpin
tersebut memiliki keahlian yang relevan dan yakin bahwa
keahlian tersebut melebihi keahlian diri mereka sendiri.
4. Otoritas Legitimasi (Legitimate Power)
Otoritas yang diperoleh dari posisi seseorang dalam
kelompok atau hierarki keorganisasian. Dalam
organisasi formal, penyelia lini pertama dianggap
memiliki otoritas yang lebih banyak daripada
bawahan operasional. Adapun dalam kelompok
informal, pemimpin diakui oleh para bawahannya
memiliki otoritas yang sah.
5. Otoritas Referensi (Reference Power)
Otoritas yang didasarkan atas daya tarik. Seorang
pemimpin yang dikagumi karena ciri khasnya
memiliki otoritas referensi. Bentuk otoritas ini secara
populer dinamakan kharisma. Pemimpin dikatakan
memiliki kharisma untuk memberi semangat dan
menarik para bawahannya.
E. Delegasi Wewenang Bagi Kepemimpinan
Yang Sukses dan Kepemimpinan Yang
Efektif

Delegasi wewenang adalah pelimpahan atau


pemberian otoritas dan tanggung jawab dari pimpinan
atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau
kesatuan organisasi lain untuk melakukan aktivitas
tertentu. Hal ini didasarkan bahwa pada esensinya
hampir tidak ada seorang manajer yang dapat secara
pribadi menyelesaikan secara penuh menyelia
seluruh tugas organisasi. Dengan demikian, terlihat
betapa pentingnya delegasi wewenang oleh manajer
kepada bawahan demi efisiensi fungsi setiap
organisasi.
• Kepemimpinan yang sukses berusaha
bagaimana menguasai para bawahan secara
individu maupun kelompok. Sebaliknya,
kekepimpinan yang efektif melukiskan kondisi
internal atau predisposisi bawahan secara
individu atau kelompok.
• Manajer dapat sukses dalam kepemimipnannya
tetapi tidak efektif. Manajer tersebut hanya
memiliki pengaruh yang relatif pendek terhadap
sikap dan perilaku bawahan. Sebaliknya,
manajer yang sukses kepemimpinannya dan
efektif, pengaruh manajer tersebut cenderung
jauh lebih lama dalam pengembangan dan
kontinuitas.

You might also like