You are on page 1of 66

BAGAIMANA MEMILIH PENERBIT

Beberapa tips dalam memilih penerbit:

1. Kenali penerbit yang dituju, berikut divisi2 mereka, pastikan karya yang kita kirimkan sesuai
dengan karakter divisi penerbit tersebut.
2. Cari data tentang penerbit-penerbit sejenis, semakin banyak, semakin banyak pilihan pula bagi
kita.
3. Kenali produk yang telah mereka luncurkan, sosok bukunya. kenali kemampuan penetrasi
pasar (lihat buku-buku yang telah diterbitkan, sudah berapa kali cetak ulang dan sebagainya, ini
cuma satu indikasi), kenali profesionalitas mereka, cari info dari yang telah menulis di sana lebih
dulu, untuk mengetahui seberapa jauh penerbit tersebut menghargai karya penulis-penulisnya,
dan menunaikan hak royalti dengan baik, kenali pula standar royalti di sana.
4. Kenali keinginan kita tentang buku yang nanti diterbitkan (secara sosok, ukuran, desain dan
seterusnya), kombinasikan dengan profesionalitas penerbit tersebut.
5. Langkah ke 4 perlu untuk membuat rank prioritas 1-10 misalnya, kirimkan naskah kita
pertama-tama ke penerbit yang kita anggap paling cocok menerbitkan buku-buku kita.
6. Kirimkan naskah dalam bentuk disket dan hard copy, juga dalam bentuk email. Kalau kita
menginginkan naskah dikembalikan apabila tidak dimuat, kirimkan juga sebuah amplop kosong
yang bertuliskan nama kita dan alamat dan sudah dibubuhi perangko, hingga tidak merepotkan
penerbit.
7. Sertakan juga biodata dan kalau ada keterangan tentang karya-karya yang telah dimuat di
media mana saja. sertakan sinopsis cerita, sertakan pula karakter tokoh-tokoh dalam cerita, ini
akan memudahkan ilustrator nantinya.
8. Rajinlah mengontak penerbit yang bersangkutan, apakah naskah kita sudah mereka terima,
tanyakan pula kira2 berapa lama kita harus menunggu. kalau mereka tidak punya jawaban
mungkin kita bisa memberikan alternatif (3 bln? 6 bln? 12 bln? tentu disesuaikan dengan posisi
bargaining power kita, kalau baru pertama kali, mungkin jangan langsung 'menggetok' penerbit
dengan hanya memberi waktu 3 bulan) untuk diketahui, biasanya penerbit perlu waktu 2-3 bulan
untuk menerbitkan sebuah buku.
9. Meskipun itu buku pertama kita, gak berarti penulis gak berhak untuk memberikan usul2, atau
meminta beberapa terms, selama wajar. misal minta dikabari soal ancer2 kaver, minta ngintip
duluan soal endorsment atau sinopsis yang mereka buat, tanya apakah boleh memberi alternatif
dari kita sendiri? tentu kalau kita yakin, bahwa endorsment dari kita memang lebih baik.
10. Pintar-pintar menempatkan diri dalam berkomunikasi dengan penerbit. ingat ini kebutuhan
simbiosis mutualisme, bukan cuma penerbit yang butuh naskah, tapi pengarang juga butuh
diterbitkan.
11. Kalau memang karya kita sudah dipastikan bisa terbit, biasanya surat perjanjian penerbitan
ditandatangani setelah naskah mendekati siap cetak. jadi jangan nguber2 dulu sebelum itu.
intinya sebelum buku terbit (siap cetak), harusnya kita sudah menerima spp. pastikan anda
membaca secara teliti semua pasal-pasal di surat perjanjian penerbitan tersebut, tanyakan kalau
ada yang tidak anda mengerti.
12. selama naskah dalam proses (setelah anda kirimkan), sebaiknya tidak menyusahkan penerbit
dengan mengirimkan naskah yang sama ke penerbit lain, kecuali memang membuat sistem
tender. sering kali terjadi penerbit telah selesai edit dan mau masuk ke lay out naskah, mendadak
pas dihubungi, penulisnya bilang, akan menarik naskah tsb! ini sangat merugikan. kalau anda
ingin menarik naskah, lakukan sedini mungkin, batalkan secepatnya semua proses (lihat dulu
udah sejauh apa), jangan sampai baru membatalkan ketika penerbit mengontak anda.
13. Klau naskah ditolak? jangan nangis dulu:) minta masukan dari mereka, apa kekurangan
naskah yang dikirimkan. perbaiki setelah itu kirim ke penerbit number.
2 (Lhat poin 2-5), atau malah kirim lagi ke penerbit pertama. it's ok, kan sudah diperbaiki, siapa
tahu perbaikannya cowok. begitu seterusnya. ada kalanya naskah ditolak bukan karena jelek, tapi
berbeda jenis atau tidak sesuai tema yang diusung penerbit ybs. jadi jangan lelah kirim lagi,
kirim lagi, kirim lagi. ***

*) Tulisan ini diambil dari mailing list Forum Lingkar Pena.  

Tips Mengajukan Naskah ke Penerbit

Beberapa waktu lalu saat saya bercerita mengenai Nilai Ekonomi Menulis Buku Pelajaran, salah
seorang Sobat SGC mempertanyakan prosedur pengajuan naskah ke penerbit.  Karenanya, saat
ini saya coba bercerita sedikit pengalaman tentang hal tersebut. Ada beberapa hal yang perlu
diingat untuk mengajukan naskah ke sebuah penerbit, yaitu:

1. Naskah yang akan diajukan ke penerbit merupakan naskah yang sudah benar-benar rampung
ditulis dengan kemampaun yang paling maksimal (Ini Wajib), bukan naskah mentah yang belum
diolah. Apalagi naskahnya baru ada dalam bayangan. Mimpi kalee . Hal ini bertujuan agar
seandainya naskah yang diajukan ternyata disambut baik oleh penerbit, kita tidak akan
kelabakan menyelesaikannya, karena memang sudah selesai ditulis. Pernah saya bertemu
beberapa penulis yang menawarkan naskah. Mendengar judulnya sieh cukup menarik. Namun,
ketika saya serius menanyakannya ternyata penulis tersebut baru punya judul doang! Dasar
Jabrig!!!
2. Buatlah kopian naskah yang akan diajukan ke penerbit dengan menampilkan satu atau dua Bab
sempurna. Sementara bab yang lain hanya berupa Outline. Naskah yang inilah yang akan
diajukan ke penerbit. Hal ini untuk menghindari tindak pencurian naskah. Sebab ada saja
penerbit yang suka nakal. Katanya naskah kita tidak layak dan ditolak, namun beberapa lama
kemudian ternyata naskah itu diterbitkan. Mungkin saat ada pengajuan naskah, langsung
mereka kopi, sedangkan yang aslinya dipulangkan ke penulis. Pencuri kek gini pasti celaka deh!!!
Namun, bisa saja kita mengajukan naskah secara lengkap satu buku jika penerbit tersebut sudah
terpercaya. Penerbit yang sudah punya nama besar biasanya lebih hati-hati dalam masalah ini.
Mereka tidak akan mau celaka karena perbuatan bodoh.
3. Ajukan naskah ke penerbit secara langsung ke Divisi Editorial. Sebaiknya tidak mengajukan
naskah melalui POS atau dititipkan kepada orang lain. Hal ini untuk menghindari hilangnya
naskah atau tidak sampainya naskah tersebut ke pihak penerbit. Bisa saja kan hal ini terjadi?!
Maka dari itu, lebih aman langsung ajukan sendiri dan pastikan Sobat mengantongi surat tanda
penerimaan naskah dari penerbit.
4. Naskah yang Sobat ajukan pastinya akan direview oleh pihak penerbit. Hal ini butuh waktu 1 s.d.
3 bulan atau mungkin lebih lama lagi, bergantung pada tingkat kesibukan penerbit. Bersabar dan
berdoalah!!!
5. Tanyakan kembali naskah kita ke pihak penerbit pada waktu yang telah dijanjikan oleh penerbit.
6. Sobat boleh mengajukan satu naskah ke beberapa penerbit secara bersamaan (Ini Tambahan
aza). Namun, jika naskah tersebut ternyata telah diterima di satu penerbit maka naskah yang
diajukan ke penerbit lain harus dibatalkan  Kalo pengen lebih aman, ya cukup ajukan ke satu
penerbit aza dulu. Kalo nanti ditolak, baru ajukan ke penerbit lain.
7. Jika naskah yang diajukan sudah positif diterima, barulah di situ mengadakan negosiasi dengan
penerbit mengenai sistem jual beli naskah tersebut. Apakah sistem royalti atau jual putus? Itu
terserah pilihan Anda!

Strategi Ngeblog

MEMBUAT blog itu sangat mudah dan murah. Menurut statistik yang dikeluarkan oleh
Technorati pada tahun 2007, setiap hari ada lebih dari 120.000 blog baru. Angka ini
mengisyaratkan satu hal: PERSAINGAN KETAT! Itu sebabnya jika saat ini Anda akan
membuat blog, maka Anda harus membuat blog yang menonjol di antara kerumunan blog yang
ada. Jika tidak, maka sedikit orang yang akan meminati blog Anda. Buat apa susah-susah
membuat blog jika tidak ada yang mengaksesnya?

Sebelum melangkah lebih jauh, sebaiknya Anda memeriksa diri lebih dulu apakah Anda
memang cocok untuk memiliki blog atau tidak. Caranya dengan mengecek kesukaan Anda
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

Apakah Anda Suka Berselancar di Dunia Maya?

Untuk menjadi penulis blog yang baik, Anda harus menyisihkan banyak waktu untuk
menjelajahi dunia internet. Ngeblog tidak berhenti setelah Anda selesai menulis dan
mempublikasikannya. Anda masih punya tanggungjawab untuk mempromosikannya, menjawab
komentar-komentar dari pengunjung, memperbaiki tulisan, dan mencari topik untuk tulisan
berikutnya. Hal ini membutuhkan dedikasi dan komitmen untuk memberikan waktu, perhatian
dan dana untuk beraktivitas di dunia internet. Jika Anda sangat menyukai dunia internet, maka
Anda akan sangat menikmati aktivitas ngeblog.

Apakah Anda Suka Menulis?

Jika Anda tidak memiliki kerinduan untuk menulis, maka ngeblog tidak cocok untuk Anda.
Sebagian besar aktivitas ngeblog adalah menulis, baik itu membuat tulisan baru, memberi
komentar pada tulisan orang lain, menanggapi komentar orang lain pada tulisan Anda atau pun
mendiskusikan topik tertentu. Jika Anda merasa belum mahir menulis, Anda tidak perlu khawatir
karena keahlian menulis itu dapat dipelajari dan dilatih. Yang terpenting adalah Anda memiliki
kerinduan (passion) untuk menulis.
Apakah Anda Suka pada Topik Tertentu?

Anda harus benar-benar menyukai topik tertentu, sehingga Anda terdorong untuk
membagikannya kepada orang lain, membujuk orang untuk mengaksesnya dan membuat mereka
kembali lagi pada blog Anda di lain waktu. Jika Anda tidak memilikinya, maka Anda akan
kesulitan untuk mengembangkan blog Anda. Dengan memiliki topik yang Anda sukai, maka
setiap kali Anda log in, maka Anda melakukannya dengan senyum mengembang. Sebagai
contoh, Anda menyukai alam dan memiliki hobi berpetualang. Dengan menetapkan
penyelamatan alam sebagai topik blog Anda, maka Anda akan memiliki segudang bahan tulisan
untuk ditambahkan pada blog Anda.

Apakah Anda Suka Berdisiplin?

Jika Anda menghendaki agar blog Anda menonjol, maka Anda harus berdisiplin dalam merawat
dan memelihara blog Anda. Anda harus memberikan komitmen waktu, pikiran, dan dana untuk
ngeblog, dan berdisiplin untuk menepatinya.

Apakah Anda Suka Mengungkapkan Pendapat dan Gagasan?

Sebagai seorang blogger, maka Anda harus berani mengungkapkan pendapat Anda pada seluruh
komunitas maya.  Dalam dunia maya ini kita memang dimungkinkan untuk menyembunyikan
identitas kita yang sebenarnya. Kita dapat mempublikasikan berbagai pendapat dan komentar
menggunakan berbagai nama samaran. Namun karena kita akan bermaksud menyampaikan
kabar baik, maka kita pun harus menunjukkan niat yang baik juga. Dalam hal ini kita perlu
memberikan identitas yang sejujurnya. Intergritas dari pemberi pesan akan mempengaruhi
penerimaan pesan yang disampaikan. Jika identitas seseorang belum jelas, maka si penerima
pesan cenderung ragu-ragu untuk menerima pesan yang disampaikannya. Itu sebabnya, Anda
harus suka mengungkapkan pendapat Anda secara terbuka, tanpa menggunakan identitas
samaran.

Apakah Anda Suka Belajar Hal Baru dan tidak Alergi pada Teknologi?

Kegiatan ngeblog membutuhkan pengetahuan tentang dunia internet dan penguasaan program
komputer. Teknologi cyber mengalami perkembangan yang pesat. Untuk itu kita harus bersedia
untuk belajar pada hal-hal yang baru. Jika Anda merasa tidak menguasai seluk-beluk komputer,
Anda tidak perlu khawatir. Dari hari ke hari, teknologi komputer dikembangkan supaya semakin
ramah kepada pengguna (user friendly).  Yang penting Anda memiliki kesediaan untuk belajar.
Dengan mengikuti perkembangan teknologi, maka blog Anda akan tetap eksis.

Apakah Anda Suka pada Tantangan?

Pemilik blog harus berani mengambil risiko untuk mengembangkan blognya sehingga diakses
oleh banyak orang. Dia memandang hambatan sebagai peluang untuk menjajal kemampuannya
dan untuk belajar hal-hal yang baru. Adrenalinnya memuncak setiap kali melihat ada tantangan
yang dapat meningkatkan kualitas blognya.
Jika Anda memberikan jawaban “ya” pada pertanyaan-pertanyaan di atas, maka blog memang
untuk Anda. Untuk lebih memantapkan tekad Anda, maka berikut ini disajikan sembilan manfaat
yang diperoleh dengan ngeblog:

1. Untuk Menunjukkan Sikap dan Pendapat Anda

Anda mungkin memiliki sikap dan pendapat terhadap sesuatu. Namun tidak semua media massa
bersedia memuat sikap dan pendapat Anda ini. Blog memberi keleluasaan kepada Anda untuk
melakukannya.

2. Untuk Memasarkan atau Mempromosikan Sesuatu

Blog dapat digunakan untuk memasarkan atau mempromosikan karya Anda. Tidak hanya berupa
benda, tapi bisa juga berupa jasa. Misalnya, jasa konsultasi perpajakan, jasa servis alat
elektronik, jasa pengiriman dll. Selain itu juga dapat Anda manfaatkan untuk menawarkan
pelayanan Anda. Misalnya, konseling, panggung boneka, pemutaran film, tempat retret, dll.

3. Untuk Menolong Orang Lain

Ada banyak blog yang ditulis untuk menolong orang yang berada dalam kesulitan. Biasanya blog
ini ditulis oleh orang yang pernah mengalami situasi tersebut. Misalnya blog untuk menolong
pecandu narkoba, merokok atau minuman keras. Ada juga blog yang ditulis oleh orangtua yang
memiliki anak autis, penderita kanker, pengidap HIV/AIDS, dll.

4. Untuk Memantapkan Kepakaran

Blog dapat menjadi sarana seseorang untuk memantapkan kepakarannya di bidang tertentu.
Misalnya, seorang pakar arkeologi rajin menampilkan tulisan-tulisannya menyangkut sejarah
Indonesia. Dengan semakin banyak orang yang membaca tulisannya, maka semakin banyak
orang yang tahu tentang kepakarannya di bidang tersebut.

5. Untuk Menjalin Hubungan dengan Orang Lain

Blog dapat membantu kita berhubungan dengan orang lain yang tinggal di tempat yang sangat
jauh. Kita tidak mungkin bertemu dengan mereka satu demi satu secara fisik. Namun dengan
blog, kita dapat bertukar pikiran, tegur sapa dan memberi kabar kepada mereka. Kita dapat
memiliki kenalan baru atau bahkan bertemu kembali dengan teman yang sudah lama tidak
bertemu.

6. Untuk Mempengaruhi Orang Banyak

Sebagai media komunikasi, blog dapat digunakan untuk mempengaruhi orang banyak dan
membentuk pendapat umum. Namun hal tersebut tergantung pada kepiawaian Anda dalam
mengemas pesan sehingga khalayak sepakat dengan pendapat Anda. Ini melibatkan teknik
persuasi. Jika Anda ingin mengubah situasi sosial, Anda bisa memulainya dengan ngeblog.
7. Untuk Menambah Pengetahuan

Bagaimana mungkin ngeblog bisa menambah pengetahuan? Bukankah kita yang justru memberi
pengetahuan kepada orang lain dengan menulis di blog? Secara sekilas poin ini mungkin agak
membingungkan. Maksudnya begini: Untuk menambahkan informasi yang bermanfaat kepada
orang banyak, kita pun dituntut untuk selalu memutakhirkan pengetahuan kita. Sebuah teko tidak
dapat mengisi gelas dengan air jika dirinya tidak mendapat pasokan air.

8. Untuk Menghasilkan Uang

Hal yang patut dipahami bahwa blog tidak otomatis menghasilkan uang. Namun kegiatan dari
ngeblog ini dapat menciptakan peluang untuk menghasilkan uang. Salah satu metode yang sudah
sangat dikenal adalah dengan memasang ad sense oleh Google. Dengan memasang iklan yang
disediakan oleh Google di blog Anda, maka Google akan membayar pada Anda jika memenuhi
syarat-syarat tertentu.  Metode lainnya adalah dengan mencari sendiri pemasang iklan di blog
Anda. Semua usaha ini dapat berhasil jika blog Anda dibaca oleh banyak pengunjung. Karena
itu, Anda harus bekerja keras merebut perhatian para penjelajah di internet.

9. Untuk Bersenang-senang

Banyak orang yang mulai ngeblog karena iseng saja. Mereka membuat blog hanya untuk
bersenang-senang dan menyalurkan kreativitas mereka. Misalnya, ada blogger yang memiliki
hobi menggambar kartun. Daripada tersimpan sia-sia, maka dia memajang hasil karyanya itu di
blog.

***

Apa pun motivasi dalam ngeblog, Anda perlu membuat rencana strategis supaya blog Anda tidak
tenggelam di antara lautan blog. Dalam kehidupan nyata, Anda tidak akan keluar dari rumah
tanpa menetapkan kemana akan pergi dan menggunakan apa. Demikian juga dalam membuat
blog, Anda harus menetapkan tujuan dengan jelas. Dengan begitu, Anda tidak akan kebingungan
karena setiap aktivitas Anda dalam ngeblog dipandu oleh rencana strategis ini.

Entah Anda masih baru atau sudah lama memiliki blog, Anda perlu berhenti sejenak untuk
merumuskan rencana strategis. Proses ini hanya berlangsung singkat, tidak lebih dari 30 menit
tergantung keseriusan Anda dalam melakukannya. Keberhasilan dan kegagalan blog Anda akan
sangat dipengaruhi oleh faktor ini. Orang bijak berkata: “Orang yang gagal membuat rencana itu
berarti sudah membuat rencana untuk gagal.”

Dalam dunia jurnalistik rumus “5W + 1H” ini sudah sangat terkenal dan merupakan elemen
dasar dalam penulisan berita. Kita dapat meminjam rumus ini membuat rencana strategis blog
kita.

Who (Siapa) yang menjadi sasaran blog?


Tetapkan dengan jelas siapa (orang) yang akan membaca tulisan Anda? Caranya dengan
melakukan analisis demografis dan analisis psikografis audiens atau khalayak.  Yang dimaksud
demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di
dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah
setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Sedangkan analisis demografi
dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.

Dengan analisis demografis ini, Anda perlu mengumpulkan informasi-informasi demografis


audiens Anda, yang mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan dan, tempat tinggal. Berbekal
informasi ini, Anda dapat mengenal audiens Anda sehingga lebih mudah mengemas pesan yang
sesuai dengan mereka.

Misalnya, audiens Anda memiliki data demografis berikut: Umur: 20-40 tahun; Jenis kelamin:
laki-laki 45 %, perempuan 55%; Pendidikan: SMA; Tempat tinggal: kota. Berdasarkan informasi
tersebut, kita dapat mengemas tulisan yang menyentuh kehidupan perempuan atau pria dewasa
yang tinggal di perkotaan, dengan tingkat pendidikan minimal SMA. Sedangkan analisis
psikografi digunakan untuk mengetahui karakteristik psikologis audiens berdasarkan dua
variabel, yaitu gaya hidup dan kepribadian. Gaya hidup adalah mode kehidupan seseorang yang
meliputi aktivitas dan minat mereka.

Selain gaya hidup, kita dapat memahami perilaku audiens dengan mengetahui kepribadiannya.
Dibandingkan dengan gaya hidup, kepribadian dapat menunjukkan pola hidup yang lebih
konsisten dan ajeg.

What (Apa) yang akan Anda sampaikan kepada khalayak?

Hal ini menyangkut pesan yang Anda sampaikan kepada orang banyak. Ibarat orang yang sedang
berjualan, pesan adalah barang dagangan Anda. Jenis barang yang Anda jajakan akan
mempengaruhi keputusan orang lain untuk membelinya dan kembali lagi ke toko Anda di lain
waktu.

Where (dimana) Anda akan menempatkan pesan itu?

Tentu saja di dalam blog. Meski begitu, ada berbagai jenis blog yang ada. Ada yang gratisan
maupun berbayar. Anda perlu menentukan jenis blog yang sesuai dengan jenis pesan dan
khalayak yang Anda tuju. Ada blog yang digemari remaja, ada blog lain yang digemari oleh
golongan yang lebih dewasa.

When (kapan) Anda akan mengurus blog Anda?

Hal ini menyangkut kebiasaan Anda untuk ngeblog. Anda harus memutuskan seberapa banyak
Anda menyisihkan waktu untuk ngeblog. Misalnya, setiap hari selama satu jam, atau setiap akhir
pekan. Terserah pada komitmen dan pengaturan waktu Anda.

Why (mengapa) Anda membuat blog ini?


Anda harus memiliki alasan yang jelas di dalam membuat blog. Anda perlu bertanya pada diri
sendiri: Untuk apa aku mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan uang untuk ngeblog? Apakah
ini akan membantu aku mencapai tujuan yang telah ditetapkan Tuhan bagiku?

How (Bagaimana) Anda akan mencapai tujuan itu menggunakan strategi ini?

Semua Orang Punya Peluang Sama Menjadi Penulis Buku

Semua Orang Punya Peluang Sama Menjadi Penulis Buku

Industri penulisan khususnya penulisan buku, sama uniknya dengan industri musik. Kata mereka
yang sudah lama berkecimpung di bisnis ini, ”Tidak ada perusahaan besar yang bisa membunuh
perusahaan kecil.” Begitu pula sebaliknya, pikir saya. Tak ada perusahaan kecil yang akan
mampu menggulung perusahaan kecil. Jika ditarik ke industri penulisan buku, maka kira-kira
begini bunyinya, ”Tak ada penulis besar yang akan membunuh penulis kecil (pemula),” dan
begitu pula sebaliknya.

Kira-kira lagi (karena tak ada yang pasti) begini analisisnya. Ketika kita memutuskan membeli
sebuah kaset atau CD, apa yang menjadi pertimbangan utama? Jawabannya mungkin saja,
penyanyinya, atau lagunya, atau liriknya atau alasan lainnya. Untuk yang fanatik, bisa jadi
memilih karena penyanyinya. Tapi bagi mereka yang tidak fanatik, biasanya ”yang penting
lagunya enak” yang menjadi alasan.

Demikian pula di industri penulisan buku. Apa sih yang menjadi alasan kita memutuskan
membeli sebuah buku? Apakah karena penulisnya? Atau karena tema dan isinya? Atau mungkin
karena judulnya yang provokatif dan sampulnya yang menarik? Ya, semua itu mungkin saja
menjadi alasan. Sebuah survey di Amerika Serikat satu dekade silam, menunjukkan hasil yang
membuat lega para penulis pemula.

Hasilnya adalah (kira-kira):

1. 40% membeli buku karena TEMA-nya.


2. 20% membeli karena reputasi penulisnya.
3. Sisanya membeli karena judulnya, disain sampulnya, tata letak halamannya dan lain-lain.

Kesimpulannya adalah laku atau tidaknya sebuah buku, penentu utama bukanlah reputasi
penulisnya, melainkan temanya. Memang benar, keterkenalan penulis berpengaruh, tapi
angkanya jauh di bawah kekuatan tema. Jika penulis berreputasi menulis tema yang tidak
menarik, kemungkinan besar bukunya tidak akan laris. Sebaliknya, jika ada penulis baru yang
mampu menghadirkan buku dengan tema menarik dan berkualitas, pastilah bukunya akan laku.

Sudah banyak contoh yang bisa menjadi pelajaran buat kita. Misal, Andrea Hirata penulis buku
Laskar Pelangi. Buku itu adalah buku pertama yang ditulisnya dan langsung menjadi buku
teramat laris. Padahal, siapa yang mengenal nama penulisnya sebelum buku itu meluncur? Atau
Valentino Dinsi, penulis buku Jangan Mau Seumur Hidup jadi Orang Gajian. Itu adalah buku
pertamanya yang langsung terjual lebih dari 200 ribu eksemplar selama lebih dari 3 tahun
beredar.

Jadi, siapapun Anda dengan latar belakang apapun, sudah berpengalaman atau belum, punya
peluang yang sama menjadi penulis buku laris! Yang penting ada kemauan untuk belajar dan
berkarya.

Selamat menulis!

Jadi Penulis Fiksi? Gampang, Kok!

Bob Sadino adalah salah satu orang yang banyak menginspirasi saya dalam menjalani hidup.
Begitu sederhana, mudah, mengalir, tanpa rencana, bahkan seperti tanpa memikirkan secara ribet
segala sesuatunya.

Dalam salah satu inspirasi yang diberikannya, Bob mengatakan,  yang lebih kurang intinya:

”TIDAK HARUS SEGALA SESUATU ITU DIMULAI DENGAN IDE. BISA JADI
DIMULAI DENGAN SATU LANGKAH. KALAU SAYA INGIN MELAKUKAN SESUATU,
SAYA LANGSUNG MELANGKAH.”

Melakukan sesuatu tidak harus selalu dimulai dengan ide, tapi dengan satu tindakan, satu
langkah. Alangkah mudahnya hal ini dilakukan oleh siapapun.

Berpikir, membicarakan, merencanakan, mengkalkukasi, dan tetek bengek segala sesuatunya


sebelum melangkah, sering kali lebih memusingkan daripada melangkah itu sendiri.

Begitu pula dalam menulis. Kalau kita sibuk memikirkan, merencanakan, membicarakan,
mengkalkulasi, dll yang berkaitan dengan penulisan, lalu kapan menulisnya? Kapan kita akan
duduk manis di depan laptop untuk menulis?

Sering pula saya menghadapi kenyataan; saya tidak tahu apa yang akan saya tulis.
Di saat seperti inilah, sebuah tantangan menjadi begitu membuat jiwa bersemangat.
Saya mengingat inspirasi Bob Sadino.
MEMULAI DENGAN SATU LANGKAH. MULAI MENULIS.
Lalu, seperti sebuah keajaiban. Apa yang hendak saya tulis muncul sendiri satu per satu, kata
demi kata, paragraf demi paragraf dan akhirnya naskah itu menyelesaikan dirinya sendiri. Tanpa
saya tahu dari mana jalinan kata-kata tersebut terangkai.

TINDAKAN MENCIPTA KEAJAIBAN.


Jadi, ketika menghadapi begitu banyak pertanyaan dari orang-orang yang mau menulis, tapi
masih ribut ini itu dan segala tetek bengek penulisan (judul, tema, tokoh, materi, dll), saya hanya
mengatakan:

MULAI SAJA MENULIS.


OTOMATIS TULISAN ANDA AKAN MENGATUR DENGAN SENDIRINYA.
Tidak mudah memang. Tapi ini bisa dilatih, dibiasakan jadi satu tindakan yang permanen. Kalau
mau menulis meskipun mungkin kita tidak banyak tahu tentang penulis, menulis saja.
Keberanian memulai, semangat, dan kerja keras saat awal jauh lebih berharga daripada orang
yang sibuk bicara ini itu, tapi tidak berbuat dan tidak melangkah.

Menulis di Media Massa itu Tidak Sulit!

“Sejak dulu saya yakin bahwa kalau saya melempar sekumpulan kata-kata ke angkasa, semuanya
akan jatuh kembali dalam susunan yang benar” Truman Capote

Ada sebuah hitungan matematis yang dapat menggairahkan dunia tulis-menulis: misalkan
seorang penulis dalam satu minggu dapat menghasilkan tiga tulisan yang dimuat di media
nasional. Maka, dalam satu bulan penulis tersebut berkarya sebanyak 12 tulisan (artikel). Honor
per tulisan di media nasional berkisar antara Rp. 200.000 sampai Rp. 600.000. Misalkan kita
ambil tengah-tengahnya (Rp. 400.000) untuk honorarium setiap artikel, maka penghasilan
penulis perbulannya Rp. 4.800.000. Angka ini merupakan pendapatan yang cukup besar untuk
ukuran orang Indonesia. Bahkan, angka ini melebihi gaji seorang profesor di perguruan tinggi.
Sungguh angka yang tidak mengecewakan!
Tapi, untuk menjadi penulis profesional banyak hal yang perlu disiapkan. Diawal tulisan ini,
sengaja saya mengutip pernyataan Truman Capote. Saya tidak tahu siapa Truman Capote.
Apakah dia seorang penulis hebat? Yang jelas, pernyataannya mengisyaratkan kalau menulis itu
adalah pekerjaan yang sangat mudah. Mengapa tidak setiap orang bisa menulis? Pertanyaan
inilah yang membawa saya pada suatu kesimpulan bahwa untuk menjadi penulis memang perlu
memperhatikan beberapa kata kunci.
Dunia tulis-menulis tidak dapat dipisahkan dengan ide dan orisinilitas. Modal dasar seorang
penulis adalah “kepekaan” dan “sikap kritis” berhadapan dengan teks kehidupan, entah teks
tertulis maupun teks yang tidak tertulis. Dari sini penulis mendapat ide dan inspirasi, lantas
mengelolanya menjadi karya tulis. Penuangan ide menjadi karya tulis menuntut ketreampilan dan
melalui proses yang terus menerus (kontinu). Menulis adalah proses latihan dan mencoba terus
menerus. Kemampuan menulis ibarat mata pisau, agar tidak berkarat mata pisau harus dipakai
dan diasah terus menerus.
Selain proses yang terus menerus, seorang penulis pemula diberikan kebebasan untuk belajar
pada penulis tenar yang ia kehendaki. Kita dapat belajar dari penulis tenar seperti: Karl Marx,
Sigmund Freud, Soedjatmoko, Pramudya Ananta Toer, Goenawan Mohammad, William lidle,
Abdurrahman wahid, Nue Cholish Madjid, Jalaludin Rachmat, Jaya Suprana, Putu Wijaya, Emha
Ainun Nadjib, dan penulis-penulis hebat lainnya. Namun begitu, langkah ini harus dijauhkan dari
tindak plagiasi. Hakim menambahkan, seorang penulis yang berorientasi pada nama besar dan
honorarium serta imbalan sebanyak-banyaknya tidak akan menjadi penulis besar dan
berpengaruh.
Selain ide yang baru dan orisinilitas tulisan, seorang penulus pemula yang ingin tulisannya
dimuat di media massa harus memperhatikan betul karakter media yang ingin dituju. Kita mesti
rajin memantau kecenderungan artikel di media tersebut. Meskipun sama-sama bernama artikel,
kadang ada nuansa perbedaan antara satu media massa dengan media massa yang lainnya.
Perbedaan itu misalnya dalam hal panjang pendeknya, dalam hal pilihan temanya, dalam hal
selera penuangan serta ungkapan bahasanya, dalam hal ide dan gagasannya, dan lain-lain.

Kisah di sekolah
Masih melekat dalam ingatan saya, delapan tahun yang lalu saya mengenakan seragam abu abu-
putih. Orang bilang, saya beranjak dewasa. Saya tidak tahu pasti apa makna kedewasaan. Yang
jelas waktu itu saya suka sendiri menulis puisi. Biarlah orang bilang saya pemuda cengeng. Yang
pasti, dengan menulis puisi saya mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin didapat orang lain.
Dengan menulis, dari segi materi, saya memang merugi. Karena karya-karya itu hanya saya
nikmati sendiri, dan tidak pernah menghasilkan uang. Bahkan, waktu untuk mengerjakan PR dari
Bapak-Ibu guru sering melayang begitu saja untuk menulis. Saya tidak tahu sudah berapa rupiah
jika waktu yang saya gunakan untuk menulis itu diuangkan. Dan, anehnya saya tidak pernah
merasa rugi.
Tiga tahun di SMA saya habiskan tanpa ada sesuatu yang istimewa. Setiap hari saya datang ke
sekolah, pulang, kadang main ke rumah teman, dan esoknya saya kembali lagi ke sekolah.
Rutinitas itu kadang terasa menjemukan. Tapi saya tahu, memang begitulah sekolah. Duduk
manis mendengarkan pelajaran, mencatat hal-hal yang menurut saya penting, jika tidak tahu
mengacungkan tangan bertanya pada guru. Saya tidak pernah membayangkan suatu saat nanti
saya akan jadi penulis.
Suatu hari saya berjalan sendirian di pinggir jalan dekat pasar. Ada pedagang yang sepi pembeli
menggelar dagangannya. Maklum, dagangan itu memang tidak terlalu penting untuk dibeli. Buku
loakan yang sebagian mengeluarkan bau tak sedap, mana mungkin menjadi komoditi yang dicari
orang. Diam-dian hati saya tertarik pada benda rongsokan itu. Saya lihat buku bersampul kuning
judulnya “Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45” karya H. B. Jassin. Disebelahnya, buku
bersampul hijau dengan tulisan besar-besar “Pengajaran Gaya Bahasa” karya Henri Guntur
Tarigan. Dua buku itu harganya seribu. Apalah artinya uang seribu. Kubeli buku itu tanpa tawar-
menawar.
Kecintaan saya pada dunia sastra semakin meningkat. Tapi, di sekolah saya malah memilih
jurusan IPA. Jadi, kalau sekarang saya bisa menulis, semua itu saya dapat secara otodidak. Saya
percaya kalau buku itu sumber ilmu. Dengan membacanya kita akan kaya dengan sendirinya.
Pernah saya memutuskan untuk aktif dalam ekstra jurnalistik di sekolah saya. Saya ingin minat
saya dalam dunia tulis menulis tersalurkan dengan baik. Kadang saya merasa iri dengan teman
saya yang tulisannya nongol di majalah sekolah (majalah KHARISMA). Tapi, semua keinginan
saya itu tidak pernah kesampaian. Saya tetap menulis untuk diri saya sendiri dan tidak pernah
dipublikasikan. Kalaupun ada orang lain yang membaca tulisannya saya itu sebatas teman dekat
dan orang-orang tercinta. Pendek cerita tulisannya saya belum ada yang dipublikasikan di media
massa. Bahkan, mimpi untuk menjadi penulis pun belum terbayang dalam benak saya.
Ketika saya duduk di bangku kuliah, momen terindah dalam hidup saya terjadi. Tulisan saya
dimuat dalam tabloid kampus. Saya merasakan kebahagiaan yang tidak pernah saya rasakan
sebelumnya. Ah, benar-benar indah. Disamping itu, saya juga mendapatkan sejumlah uang yang
belakangan hari saya tahu kalau setiap tulisan yang dimuat di media massa akan mendapatkan
honorarium.
Dan sekarang dunia saya benar-benar berubah. Biaya hidup saya, biaya kuliah, dan biaya-biaya
yang lain justru saya dapat dari menulis. Ternyata, menulis yang dulu saya anggap sebagai
pekerjaan sia-sia kini berfungsi sebagai “penyambung hidup” saya.
Sesekali saya masih teringat kisah di SMA: saya sering sendiri sambil menulis puisi. Jangan
dikira saya bisa menghilangkan kebiasaan saya itu, saat-saat tertentu saya masih suka sendiri
sambil menulis. Bukan hanya puisi, sebab hidup ini tidak cukup diselesaikan dengan puisi.

Menulislah sekarang juga!


Paparan dalam tulisan ini barangkali tidak cukup ampuh untuk membangkitkan motifasi menulis
Anda. Saya tahu, satu-satunya orang yang dapat memacu semangat anda adalah diri anda sendiri.
Satu hal yang perlu digarisbawahi: ketika kita mencoba untuk menunda kegiatan menulis kita,
maka selamanya kita tidak akan menulis.
Seperti yang dikatakan Comte, jika kita melempar kata-kata ke angkasa maka kata-kata tersebut
akan tersusun dengan sendirinya dalam susunan yang benar. Itu artinya, jika kita dengan
sungguh-sungguh menuliskan barang satu kalimat saja maka kalimat tersebut akan menjadi
kalimat terindah dalam hidup kita. Saya yakin Anda punya cukup banyak waktu untuk menulis.
Maka menulislah sekarang juga, dan rasakan betapa bahagianya hati kita setelah menulis. Anda
tidak percaya? Silahkan mencobanya sendiri!

M. Haninul Fuad adalah penggiat Taman Baca, sedang melanjutkan studi di Univ. Negeri
Malang

Penyebaran Virus-K di Kalangan Pelajar

Oleh: Maharani, siswi SMAN 5 Semarang

Saat ini dunia menjalani era industri gelombang keempat, industri yang menempatkan kreativitas
dan inovasi sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian bangsa. John Howkins
menambahkan bahwa era industri kreatif ini merupakan lanjutan dari era informasi. Penegasan
ini tertulis dalam bukunya yang berjudul The Creative Economy (2001). Produk yang kreatif dan
inovatif tersebutlah yang akan survive di era perdagangan bebas.
Apabila industri kreatif dapat diimplementasikan di Indonesia secara menyeluruh, bukan tidak
mungkin  akan mendongkrak pertumbuhan perekonomian Indonesia di tengah menipisnya
sumber daya alam Indonesia akibat eksploitasi secara besar-besaran yang dilakukan perusahaan
besar tanpa diiringi pembaharuan sumber daya alam. Dengan menipisnya SDA Indonesia akan
mendorong pemerintah untuk mengimpor bahan baku, dan hal itu akan mengakibatkan
melemahnya pasar domestik. Dalam hal ini produsen dituntut untuk memikirkan bagaimana
caranya memanfaatkan barang seadanya hingga mampu menghasilkan suatu barang yang
memiliki nilai estetika dan nilai manfaatnya yang tinggi. Dengan demikian akan menghasilkan
nilai jual yang tinggi  dan dapat menguatkan pasar domestik.

Banyak pengamat ekonomi yang mengatakan bahwa penghambat berkembangnya industri


kreatif ialah berkembangnya teknologi dan informasi secara cepat. Namun penulis beranggapan
hal itu bukanlah suatu yang menjadi penghambat, melainkan suatu peluang yang harus di
manfaatkan seefisien mungkin. Berkembangnya teknologi dan informasi dapat di jadikan
peluang dalam proses distribusi suatu produk.

Teknologi informasi memberikan paradigma baru mengenai pola interaksi, market place, dan
jaringan informasi dengan efisiensi tinggi. Kemampuan teknologi informasi dalam melampaui
batas-batas dimensi konvensional yang mencakup dimensi ruang dan waktu terefleksikan dalam
pesatnya perkembangan internet (Muhadi, 2000). Menurut The Internet Economy Indicator
(2000), nilai ekonomi internet tercatat sangat besar (lebih dari 850 milliar dollar).

Menurut Intel Capital Director-South East Asia-Intel Asia Pasific, Deepak Natarajan, saat ini
pasar yang cukup potensial untuk industri kreatif adalah konsep media online. Perkembangan
pesat industri kreatif yang terjadi di seluruh dunia saat ini menuju ke arah media online.

Berawal dari hobi, kemudian berkembang menjadi sebuah industri kecil-kecilan yang dapat
diterapkan oleh kalangan pelajar. Mengapa dalam hal ini penulis menekankan pada pelajar?
Tentunya karena pelajar merupakan cerminan pemimpin bangsa yang akan datang. Selain itu
jiwa kewirausahaan harus ditanamkan sejak dini agar kedepannya tidak ada penambahan angka
pengangguran akibat tekanan arus persaingan industri yang tentunya semakin kuat. Dengan
dilatihnya kewirausahaan sejak dini maka akan membentuk suatu pribadi pengusaha yang
bermental tangguh.

Sebagai contoh penulis memiliki seorang teman sekolah yang dapat dikatakan pengusaha.
Mengapa begitu? Karena dirinya sudah menerapkan kedua konsep yang telah disebutkan oleh
penulis sebelumnya, dia memproduksi kalung dan sepatu lukis dengan modal awal yang ia
pinjam dari  orang tuanya, kemudian ia menekuni bidang tersebut hingga saat ini ia dapat
mengembalikan pinjamannya kepada orang tuanya, dan usahanya semakin berkembang.

Hal itu berawal ketika dirinya tak sengaja memperhatikan orang-orang sekitarnya yang memakai
kalung terkesan standar, hingga pada suatu saat ia menemukan bahan baku pembuat kalung yang
belum banyak dimanfaatkan oleh produsen kalung. Bahan baku tersebut dikenal dengan sebutan
hamabeads. Kemudian ia mencoba mengolah hingga membentuk suatu kalung yang terbilang
unik, dan ia menjualnya dengan harga Rp. 15.000-Rp. 25.000,00 tergantung dengan besar
kecilnya kalung serta pemilihan warnanya, dan untuk sepatu lukis ia mematok harga Rp. 80.000
– Rp. 90.000,00 sesuai tingkat kerumitan desain lukisannya. Ternyata hasil produksinya dapat
diterima lingkungan sekitar, hingga pada akhirnya ia memasarkan melalui jejaring sosial  dan
omset penjualannya meningkat.

Berdasarkan sepenggal kisah usahanya tersebut, dapat menginspirasi kita ada beberapa hal yang
penting dalam berbisnis industri kreatif bidang fesyen ini, diantaranya:

1.  Perlunya pengamatan terhadap lingkungan sekitar sebagai sarat inspirasi kita akan desain 
produk yang akan diproduksi kemudian dikembangkan, serta pentingnya menganalisis
karakteristik produk yang diinginkan konsumen agar target marketnya sesuai sasaran.
2.  Perlunya kejelian dalam pengambilan keputusan dan menganalisis sistem pemasaran yang
sering di sebut 4P (Product, Price, Promotion, dan Place).
3.     Diperlukan ketelitian yang sangat tinggi, dikarenakan bisnis tersebut menggunakan bahan
baku yang tergolong kecil, dan proses produksi sangat membutuhkan ketelitian, diantaranya saat
merangkai hamabeads menjadi sebuah kalung yang lucu dan unik, serta saat melukis disebuah
sepatu yang kecil tentunya harus memiliki sifat yang sabar dan teliti.

Selain 3 poin penting yang telah dijabarkan penulis, tentunya produsen harus menjaga
orisinalitas dalam desain produknya sehingga konsumen tetap tertarik pada hasil produksinya
tersebut, karena desain yang berbeda dari pasaran itulah yang akan mengangkat citra produk dan
nilai jualnya.

Namun dibalik itu semua kita sebagai pemuda yang kritis dan inovatif harus kembali kepada
prinsip usaha kita tersebut. Pada zaman seperti ini banyak orang yang mengidealkan bahwa
“segalanya untuk uang” namun jangan pernah terlintas dipikiran kita untuk mengahalalkan
segala cara agar mendapatkan uang. Contohnya, produsen membuat produk dengan kuantitas
sebanyak-banyaknya tanpa melihat kembali kualitas yang terkandung dalam produk  tersebut.
Karena hal itu menyebabakan pelaku industri tersebut hanya sebagai angin lalu dengan gebrakan
“harga murah, sale besar”.

Industri ini tergolong industri yang sangat berpotensi apabila diterapkan di kalangan pelajar,
namun tentunya banyak keluh kesah yang dihadapi oleh mereka. Secara singkat, berdasarkan
hasil wawancara ke beberapa pelajar pelaku industri kreatif bidang fesyen, mereka mengaku
bahwa kendala yang sering kali ia rasakan yaitu kurangnya ketersediaan bahan baku yang
bermutu di daerah kota Semarang, serta keterbatasan skill yang mereka miliki.

Melihat kenyataan itu, penulis bermaksud menyalurkan pemikirannya untuk membantu


menyelesaikan problematika yang dihadapi para pelaku usaha tersebut dengan adanya
“SINERGI TRIPLE HELIX”
Untuk mengatasi permasalahan di atas, seharusnya pemerintah memberikan regulasi yang
mempermudah segala kegiatan produksi. Kurangnya ketersediaan bahan baku merupakan hal
yang sangat ironis mengingat Semarang yang sempat mendapatkan predikat “Semarang Pesona
Asia” merupakan salah satu daerah yang besar namun untuk permasalahan pariwisata dan
industri kurang begitu menonjol. Oleh karena itu pemerintah perlu membentuk suatu tempat
seperti pasar seni Ancol. Hal ini bertujuan agar lebih membuka ruang bagi para pelaku industri
kreatif bertukar pengalaman dan pusat hasta karya seperti yang digelar di balai kota Semarang
beberapa waktu yang lalu, karena semakin banyak event yang digelar maka semakin luas pula
pasaran produk tersebut.
Selain itu, perlunya perbaikan kurikulum di jajaran sekolah meningkat keatas maupun kejuruan.
Kurikulum yang berbasis kreativitas guna menggali potensi siswa yang dimiliki dalam bidang
kerajinan. Seperti halnya pemberlakuan pelajaran membatik, hal itu sangat diperlukan mengingat
batik merupakan ikon dari Jawa Tengah maka harus dilestarikan agar generasi selanjutnya dapat
membatik secara benar walaupun membatik/melukis.

Workshop dan seminar dengan tokoh pembicara yang karismatik sangat penting diselenggarakan
sebagai rangsangan agar para pelajar lebih tertarik untuk mencoba industri kreatif. Terlebih lagi
apabila pada akhir acara terdapat momen pemberian award bagi pelajar yang telah sangat
berperan penting dalam pengembangan industri kreatif bagi para pelajar di Kota Semarang
sebagai apresiasi pemerintah terhadap pelaku usaha tersebut.

Selain itu hendaknya para kaum cendikiawan lebih banyak membantu meningkatkan industri
fesyen kreatif ini dengan cara memperbanyak buku terjemahan sebagai literatur pengembangan
fesyen, membangun pusat studi, informasi, dan teknologi bidang fesyen. Serta membantu
pemerintah dengan cara menyusun sistem pendidikan bidang fesyen yang kebih diarahkan
sebagai pendidikan eksplorasi diri. *

Menyiasati Peluang Diterbitkan (3)

3. Mengenal Visi dan Missi Media Massa


“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang
yang melihat.” (QS. Fathir: 19).

Setiap surat kabar dan majalah mempunyai visi


atau pandangan dan mempunyai arah
kebijaksanaan atau misi tertentu yang berbeda.
Warna tulisan yang diinginkan dari para penulis
artikel, tentunya yang sesuai dengan visi dan misi
yang diemban media cetak tersebut. Artinya,
seorang harus fleksibel, mengetahui dengan jelas
artikel seperti apa yang diinginkan suatu media.
Majalah atau surat kabar yang mempunyai misi
atau visi kesehatan, menginginkan artikel tentang
kesehatan dan sudah tentu menolak artikel-artikel
yang keluar dari visi dan misinya itu.
Surat kabar yang mempunyai visi atau misi khusus,
seperti khusus kesehatan, ekonomi, olah raga, dan

dan misinya dalam bidang-bidang tersebut sehingga penulis tidak perlu menebak atau mengira-
ngira lagi misi dan visi seperti apa yang diemban media tersebut.

Mengapa harus ada visi dan misi? Sebuah koran atau majalah didirikan dengan sebuah
idealisme dan cita-cita. Idealisme dan cita-cita koran atau majalah tentu berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Konsekuensinya, masing-masing perusahaan surat kabar akan
mempunyai sasaran pembaca sesuai dengan idealisme yang dibangunnya.

Sebagai contoh, ada sebuah koran yang mempunyai sasaran pembacanya adalah kelompok
pengusaha, ekonom, dan merreka yang berkecimpung di sekitar dunia bisnis, misalnya harian
Bisnis Indonesia (di Jakarta), Harian Neraca (di Jakarta), harian Suara Indonesia (di Surabaya).
Ada pula sebuah koran yang diperuntukan bagi masyarakat secara umum dan jangkauan
pembacanya bersifat nasional, sebagai contoh, Kompas, Republika, Suara karya, Pelita dan lain-
lain.

Sebagian koran yang lain diterbitkan untuk memenuhi segmen pembaca yang bersifat lokal,
atau terbatas satu daerah tertentu, misalnya harian Jayakarta untuk daerah DKI dan sekitarnya,
harian Kedaulatan Rakyat untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, harian Pikiran Rakyat untuk
wilayah jawa Barat dan masih banyak lagi.

Aneka ragam jenis dan sasaran sebuah koran menyebabkan pihak redaktur di sebuah koran
mempunyai policy tersendiri untuk menampilkan tulisan-tulisan bagi para pembacanya. Maka
lahirlah apa yang disebut visi dan misi pada masing-masing media massa. Namun kebanyakan
surat kabar atau majalah tidak mengkhususkan dalam bidang tertentu sehingga sulit ditebak
atau diperkirakan isinya. Dalam hal ini seorang penulis dituntut untuk jeli dalam melihat apa
yang diemban surat kabar atau majalah tersebut. Dengan kata lain, seorang penulis harus
cermat melihat, artikel seperti apa yang diinginkan media cetak tersebut. Biasanya
permasalahan ini menjadi kendala bagi penulis pemula.

Jika diumpamakan sebuah koran adalah sebuah toko, maka jenis toko biasanya bermacam-
macam. Ada toko besi, toko lain, toko kue dan sebagainya. Sebagaimana layaknya sebuah toko,
pemilik toko biasanya membutuhkan dagangan untuk dijual kepada pembelinya. Sebuah toko
besi tentu hanya akan menerima dagangan-dagangannya yang berkaitan dengan barang-barang
yang berupa besi dan sejenisnya. Ia tidak akan menerima dagangannya berupa kain atau kue.
Demikian halnya dengan media massa. Ia hanya akan menerima tulisan-tulisan yang sesuai
dengan visi serta misi media yang diembannya.

Memang untuk mengetahui visi dari sebuah media massa bukanlah pekerjaan yang gampang .
Diperlukan pengamatan yang ciukup dan mungkin akan memakan waktu lama. Akan tetapi
dengan mengetahui masing-masing visi yang ada pada media massa akan sangat membantu
seorang penulis untuk dapat memilih media mana yang sesuai dengan masalah-masalah yang
ditulisnya dan media mana yang kurang sesuai.

Cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan untuk mengetahui visi dan misi koran antara
lain, pertama, mencari informasi pada para penulis yang sudah sering menulis di salah satu
media. Kedua, mengamatio sendiri, misalnya dengan berlangganan satu koran kemudian
dipelajari model-model tulisan yang ada di dalamnya. Ketiga, berdasarkan pengalaman. Di sini
penulis terjun langsuing, dengan cara terus menerus menulis pada beberapa media yang
diinginkan. Jika tulisan tidak dimuat atau biasanya kemudian dikembalikan, itu pertanda tulisan
itu tidak sesuai dengan keinginan redaktur. Dan jika hal ini dilakukan terus-menerus, seorang
penulis akan menjadi tahu jenis-jenis tulisan mana yang sesuai dengan koran dan mana yang
tidak sesuai. Akan tetapi perlu diingat, sebuah tulisan yang tidak diomuat belum tentu tidak
sesuai dengan visi sebuah koran, bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh banyaknya penulis yang
menulis pada satu persoalan yang dianggap sama. Sehingga dengan terpaksa tulisan kita yang
dikalahkan. Atau barangkali ada sebab-sebab lain.

Diantara sejumlah masalah yang menjadi pertimbangan bagai redaktur sebuah koran untuk
dimuatnya sebuah tulisan, antara lain, tema atau topik tulisan , gaya bahasa, keaktualan
persoalan yang dibahas, kesesuaian isi atau materi tulisan dengan latar belakang keilmuan
penulis, dan sebagainya. Dengan mengetahui kodel-model tulisan yang disukai atau menjadi visi
berbagai macam koran , berarti memberi peluang lebih besar untuk dapat dimuatnya tulisan-
tulisan yang kita buat. (Ahmad Bahar: 1996).

Dengan mengetahui visi dan misi suatu media, seorang penulis sudah bisa menghemat tenaga
dan mengefisienkan waktu. Karena jika artikel salah kirim, bukan saja rugi waktu tapi juga rugi
tenaga dan uang.

Untuk iu selayaknya sebelum artikel dibuat, seorang penulis harus pandai memprediksi,
kemana artikel tersebut nantinya dikirim. Bahkan seorang penulis profesional bukan hanya
sebatas mengetahui visi dan misi suatu media, tetapi gaya bahasa dan model judul suatu media
sudah berada dalam pikirannya. Hal ini memang sulit untuk penulis pemula, namun jika rajin
mengamati setiap media cetak dan terbiasa membuat artikel, lambat laun akan memahaminya.

4. Strategi Pengiriman Tulisan


Tidak jarang tulisan yang secara isi pantas dimuat, namun kemudian dikembalikan, karena tidak
mungkin memuatnya pada waktu yang tepat berhubung terbatasnya ruang atau berbenturan
dengan tulisan lain, yang dipandang redaksi lebih baik.

Untuk lebih memperbesar kemungkianan pemuatan tulisan kita di media massa, maka selain
kita memperhatikan moment yang tepat, hendaknya kita juga tidak cuma membuat kemudian
menunggu satu tulisan. Buatlah terus beberapa tulisan yang berbeda-beda, sebarkan ke
berbagai media massa. Untuk pemilihan medianya sendiri, bagi pemula ada baiknya, yang
skupnya lokal terlebih dulu, dengan bonaviditas memilih mulai yang paling rendah.

Ada beberapa keuntungan penulis pemula mengirimkan tulisannya kemedia lokal, atau media
yang masih berkembang, diantaranya:
a. Saingan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu berat;
b. Redaksi juga lebih banyak kesempatan untuk membantu mengkoreksi tulisan kita
c. Peluang pemuatan akan lebih besar. Sementara dengan dimuatnya tulisan kita, tentu akan
menambah motivasi baru untuk lebih produktif lagi dan lebih berkualis lagi dalam menulis.

by Aef Kusnawan

Pendapatan dari Menulis??
30 Dec 2010 Leave a Comment

by miyosi chan in Pengetahuan Umum, Sekilas Info Menulis Tags: blog, kreatif, menulis,
penulis artikel

Artikel ini saya copy dr blog sy yang laen, hehe. Maaf ya!! Saya masih belum sempat berbagi
apa2 sekarang coz kerjaan sedang numpuk *halah gayaaa*. Tapi kalau gak berbagi rasanya ada
yg kurangg gituu. Alhasil, daripada susah2 mikir saya ngopast aja dr artikel sy di blog sy yg laen.

Penulisnya sama kok, Jeng Miyooo.

Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang memiliki minat besar di bidang menulis.

Yukk, sama-sama belajar!!

Ini lho artikelnya

**

Assalamu’alaikum wr.wb.

Siapa bilang kita tidak bisa menghasilkan uang dari menulis?? Ehm… sesungguhnya “lahan”
penulis itu sangat banyak bila kita kreatif. Saya sendiri sudah setahun ini mendapatkan
penghasilan tetap dari menulis. Yups, sejak saya “kecemplung” ke dunia tulis-menulis,
alhamdulillah saya sudah bisa merasakan nikmatnya uang dari hasil olahraga jari (baca:
menulis).

Apa kuncinya?? KREATIF & CEKATAN!!! Jangan terlalu “LUGU” hanya dengan
mengandalkan satu usaha saja. Hareee geenee geetooo, terlalu “lugu??” Hape dehh *sambil
ngelempar HP ke kasur* wkwkwkwk.

Nah, biar nggak kebanyakan kata pengantar, langsung saja ya, berikut ini sumber-sumber
penghasilan penulis yang bisa teman-teman kita dapatkan, yaitu:

1. Dari Dumay (Dunia Maya)

a. Jadi penulis SEO (Search Engine Optimization)

Tugas utama kita?? Tentu saja menulis dan bukan masak . Kita bisa menjadi penulis
SEO independent maupun dependent, terserah kita suka-suka. Tapi kalau masih awal-awal
berkarir sih lebih baik dependent dulu, barulah nanti kalau sudah banyak ilmu kita bisa membuat
perusahaan sendiri.

Gimana caranya?? Kalau kita kerja sama orang (disebut writer manager) maka tugas kita adalah
menulis artikel sesuai dengan kata kunci yang diberikan. Di sinilah “asyiknya” kita mesti kreatif
memadupadankan kata kunci yang diberikan. Nah lhoo, nggak sekadar menulis kan tentunya??
Setelah menulis kita mengirimkan artikel yang telah kita buat tersebut dan dapat uang deh.
Eits… tidak segampang itu teman-teman, artikel yang masuk harus melalui proses editing
terlebih dahulu. Pembayaran juga tidak setiap hari (capek donk writer manager nya) melainkan
sebulan sekali via rekening yang kita punyai.

Trus, bagaimana memulainya??? Gampang banget, cobalah memasuki situs-situs di bawah ini:

· http://www.penulisartikel.com/freelance/

o Langkah selanjutnya ya ikutilah petunjuk yg ada di website tsb. gampang kok

o Untuk menjadi penulis di situs tersebut, teman-teman harus menguasai bahasa Indonesia &
Inggris.

o Sistem pembayaran?? Alhamdulillah, lancar.

· http://www.anneahira.com

o Sekarang lowongan memang sudah ditutup, tapi mungkin nanti buka lagi, semoga

o Sistem pembayaran?? Alhamdulillah hingga detik ini saya juga belum pernah mendapatkan
masalah
· http://penulispro.com

o Katanya hingga sekarang masih buka lowongan, coba saja

b. Jadi penulis review atau penerjemah

Teman-teman juga bisa menjadi reviewer atau translator. Caranya sangat mudah. Masuk ke
website tsb, mengetik hasil review kita atau menerjemah, kirim, menunggu pengecekan, dapat
uang (tiap bulan). Kalau yang ini kita dibayar menggunakan dollar. Wahhh…. Keren nggak
tuh?? Saya baru nyemplung, jadi masih belum ngerasain dibayar dollar (kerja aja belum). Cuma,
menurut teman saya sesame blogger, situs ini terpercaya, dan teman saya tersebut sudah
mendapatkan banyak uang dari hasil review mereka. Dan inilah situsnya http://id.shvoong.com.
Cara selanjutnya, ikuti saja petunjuk yang ada di sana. Gampang kok.

c. Jadi blogger kreatif

Saat ini, blog bukan lagi dipergunakan sebagai tempat curcol gak karuan. Blog sudah mengalami
pergeseran fungsi. Dari blog, kita bisa menghasilkan uang. Ehm …. Gimana caranya??

· Ikut kontes blog : Sekarang ini banyak sekali kontes blog, coba saja ikuti semua, masak iya
nggak ada yang nyanthol. Hasilnya lumayan meski juga tak bisa dibuat sandaran hidup secara
kontes blog kan nggak setiap hari ada.

· Google Adsense : Kita bisa mendapatkan pendapatan dari blog dengan google adsense.
Makanan apa itu?? Adalah layanan iklan yang dimiliki google yang bisa dipasang di blog kita.
Jujur saja saya masih trantanan (baca: newbie) mengenai google adsense. Hanya saja,
sepengetahuan saja, google adsense bisa berlaku bila blog kita menggunakan bahasa inggris.

· Maaph yang saya tahu baru itu, kapan-kapan saya share lagi kalau ada yang baru

d. Lain-Lain

Coba saja teman-teman buka satu persatu website yang saya dapat ini. Di sana sangat banyak
lowongan sebagai penulis dalam berbagai bidang, tinggal pilih mau yang mana. Lebih banyak
memang di luar negeri sih dan menggunakan bahasa asing.

Inilah mereka:

http://absolutewrite.com/
http://www.academia-research.com/jobs_for_writers.htm,

http://allfreelancewriting.com/

http://www.allvoices.com/

http://www.bloggerjobs.biz/

http://www.sps.com/help/writers_guidelines.html

http://jakarta.craigslist.org/search/wri?query=+

http://damazine.com/info/submissions.htm

http://www.elance.com/

http://www.freelancer.com/

http://jobs.freelanceswitch.com/

http://www.freelancewriting.com/freelance-writing-jobs.php

https://www.helium.com/login

http://www.journalismjobs.com/Job_Listing.cfm?
JobID=1215855&utm_source=Indeed&utm_medium=organic&utm_campaign=Indeed

http://www.journalismjobs.com/

http://kpwriting.com/

http://www.kutukerja.com/show.php?catid=113

http://www.odesk.com/

http://www.online-writing-jobs.com/jobbank/jobbank1.htm

http://jobs.poewar.com/

http://jobs.problogger.net/

http://i-proclaim.com/creative-classroom.asp

http://www.readbud.com/Articles

http://www.recycledpapergreetings.com/artists.htm
http://www.vworker.com/RentACoder/DotNet/default.aspx?
blnDidRacRedirectToVworker_RequestParm=true

http://www.ruangfreelance.com/

http://www.simplyhired.com/a/jobs/list/q-blogger

http://id.jobstreet.com/jobs/2009/5/default/40/77828.htm?fr=L

https://www.wisegeek.com/freelance-writing-jobs.htm

http://write-jobs.blogspot.com/

http://www.writejobs.com/

http://www.writerfind.com/

http://www.writersweekly.com/

http://writingcareer.com/

sementara itu yang saya tahu

**

2. Dari Duta (Dunia Nyata)

a. Penulis (novel, buku-buku pelajaran, buku-buku pengayaan, buku panduan, buku untuk anak-
anak)

b. Kontributor surat kabar, majalah, tabloid, dan yang sejenis

c. Penerjemah (coba buka http://duniapenerjemah.com/cari-lowongan-penerjemah/ atau


http://kanal-penerjemah.web.id/)

d. Ghost Writer (coba saja buka http://ghostwriterindonesia.com/,


http://www.freelancer.com/projects/by-job/Ghostwriting.html, atau http://jurutulis.com/)

e. Co- Writer

f. Penulis Skenario (coba buka http://labirinfilm.blogspot.com, http://skenario.org/faq/,)

g. Resensor

h. ……
**

Masih banyak yang belum saya sebutkan karena memang saya belum tahu (takut menyesatkan).
Itu sebabnya SEMANGAT TEMAN-TEMAN!!! Tak ada istilah menganggur!!!! Menulis
menulis menulis!!!

Kalau kita sudah nyemplung ke suatu dunia, jangan pernah setengah-setengah!!!!

Hidup ini bukan mainan!!!

Selamat berkarya!!!!

Semoga sharing yang sedikit tersebut berguna.

Terima kasih

Wassalamu’alaikum wr.wb

Miyosi

http://mioariefiansyah.wordpress.com

http://goresanpenaku.blogdetik.com

**

Sedikit tambahan & cerita dari saya:

Sssttt…..jangan bilang-bilang Pak RT ya. Saya baru tahu hari ini, kalau kemarin sy dikirimin
surat elektronik alias email & sms dr sbuah majalah baru yg kantornya di Jakarta. Isi surat
elektronik tersebut yaitu mereka ingin mengajak saya bergabung sbg penulis freelance (jadi sy
kan masih bs mengerjakan yang lain *sukaselingkuh.com*). Huwaaa, saya kaget *lebay*.
Sumpahh, saya sepertinya tidak mengirimkan aplikasi apa-apa, apa mungkin sy yang dodol ya
jadi cepet lupa kalau pernah mengirimkan aplikasi, tp seingat saya sih tidak. Senengg banget
rasanyaaa, aktivitas blogging & writing & yg sejenis kalau dilakukan dg snang hati memang
banyak manfaatnya. Lagi-lagi rizki itu datang (lagi) dan (lagii).

Sepertinya saya memang salah jurusan ya!!! Xixixixi. Harusnya dulu masuk jur. komunikasi atau
sastra dan bukannya akuntansi. Ehm…. tapi tak apa, lumayan dapat pengetahuan lain selain
menulis. Setidak-tidaknya saya tahu otak orang ekonomi isinya apa (emang apa???) hehe.

Ya sudahlah, sekarang saya mau menjawab dulu email dari mereka.

Teman2, yakinlah Allah itu memang MAHA KAYA. SUMPAH DEMI ALLAH gak diragukan
lagi!!! Rizki Allah itu ada di mana2 & bisa datang dari pintu mana saja!! Jenis pekerjaan juga
banyak. Please, jangan berpikiran sempit *terutama ibu2* yang ingin bunuh diri hanya krn nggak
bisa melakukan satu hal.

KREATIF YUKKK!!!

Kita, manusia, makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk2 yang lain, memiliki
volume otak yg sangat banyak yang bisa kita gunakan untuk berpikir. Ayoo smngt!!! Hidup
memang penuh tantangan!!

*Lhaahhh kok jadi ceramah!! mentang2 nulisnya magrib* wwkwkwkwkwk

Maappp keceplosannn

Ya udah gitu duluuuu

**

Selamat menulis dg ikhlas dan krn Allah

Insya Allah hasilnya PUASSSS!!!

Peluang Bisnis Online yang sangat Menguntungkan

Apakah Anda mencari informasi tentang cara memulai bisnis online? Apakah Anda masih
bingung dengan banyaknya informasi yang melimpah ruah di internet mengenai bisnis online
ini ?
Ya..Anda tidak sendiri, banyak orang yang bingung harus mulai dari mana, dan takut terjebak
pada bisnis online yang ternyata hanya tipu menipu.

Sebelum terjun ke bisnis online, cobalah untuk mengenal beberapa model bisnis online yang
sangat populer saat ini.

1. Salah satu yang paling umum pada bisnis online saat ini adalah affiliate marketing. Anda
bertugas mempromosikan produk perusahaan secara online dan Anda mendapatkan komisi pada
setiap penjualan produk yang berhasil Anda lakukan.

Ada banyak keuntungan yang terkait dengan peluang bisnis online ini. Anda dapat bergabung
dengan bisnis ini dengan biaya yang kecil, Anda memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pendapatan yang besar. Pangsa pasar Anda sangat luas karena menjangkau seluruh dunia. Anda
hanya membutuhkan koneksi internet dan sebuah situs web/blog untuk memasarkannya.
Contoh dari affiliate marketing yang terkenal adalah amazon.com, ebay dan clickbank.
Sekarang banyak dijumpai kursus singkat bagaimana membuat mini site amazon seperti yang
dilakukan oleh belajarbisnisinternet. Hal ini dilakukan untuk menyiasati persaingan penjualan
produk-produk amazon yang sangat banyak bermunculan akhir-akhir ini. Anda akan bersaing
dengan ratusan, ribuan bahkan mungkin jutaan blog/web yang menjadi afiliasi amazon. Tapi
Anda jangan menyerah dulu, toh banyak juga orang Indonesia yang berhasil dalam bisnis ini.
Pendapatan puluhan juta per bulan sudah biasa kita dengar, tinggal bagaimana Anda sendiri
seberapa serius Anda akan terjun ke bisnis afiliasi.

Agar sukses menjalani bisnis affiliate marketing, Anda harus belajar membuat web/blog,
memahami SEO, belajar tentang search engine ( mengetahui pasar yang akan dibidik, sedikit
yang mencari tetapi potensial untuk membeli produk ). Banyaklah belajar dari forum-forum
seperti adsense-id, forums.digitalpoint dan forum-forum lain yang membahas masalah affiliate
marketing.

2.Menjadi penulis konten. Banyak perusahaan dan individu mencari konten baru untuk
digunakan pada blog mereka atau kampanye pemasaran. Beberapa orang pemilik web/blog tidak
punya waktu atau tidak memiliki keterampilan dalam menulis. Jika Anda memiliki kemampuan
menulis, peluang ini sangat terbuka luas buat Anda.

Di forum seperti adsense-id banyak anggota yang menawarkan jasa penulis konten. Jasa
penulisan konten ini terjadi karena pemilik blog mendapatkan pekerjaan untuk menulis sebuah
review produk atau penulisan artikel untuk pemasaran sebuah situs/blog yang menginginkan
artikelnya unik. Biasanya pemilik blog yang mendapatkan pekerjaan tersebut tidak memiliki
waktu untuk menulis karena saking banyaknya blog yang dimiliki.

3.Situs flipping adalah tentang membuat situs dan menjualnya di internet. Jika Anda tidak
memiliki keahlian untuk membuat situs Anda dapat membeli situs siap pakai dan mempelajari
beberapa dasar HTML, sehingga Anda dapat melakukan perbaikan kecil dan menjualnya dengan
jumlah uang yang lebih tinggi.
Anda bisa memperoleh informasi mengenai flipping ini di flippa.com

4.Membuat produk sendiri dan menjualnya di internet. Salah satu keuntungan memiliki produk
sendiri adalah keuntungan yang Anda peroleh bisa lebih besar. Menjual informasi produk sangat
potensial sekali dilakukan secara online. Anda perlu waktu untuk menemukan sesuatu yang
hangat dan banyak dicari kemudian menjualnya secara online. Anda bisa menemukan contoh
dari afiliasi produk ebook di clickbank.

PELUANG BUKU: 85% BELUM TERISI

Judul di atas bukanlah main-main. Tapi kenyataan yang ada di dunia perbukuan Indonesia.
Seperti apa persisnya?! 

Kemaren, saya datang ke pembukaan Kompas Gramedia Fair, di Istora Senayan. Lima menit
sebelum acara, saya sudah datang. Melongok kanan-kiri dan kursi undangan yang sudah mulai
penuh. Kok yang diundang sepuh-sepuh dan nggak ada yang saya kenal? Ke mana penulis-
penulis mudanya?
 
Karena nggak ada yang saya kenal, saya duduk diam anteng mengikuti acara. Dimulai dengan
tarian pembuka Kinang Laras dari Betawi, plus paduan suara anak-anak. Lalu, seperti biasa
sambutan-sambutan; dari ketua panitia, CEO Kompas Gramedia, sponsor-sponsor, sampai
Gubernur Fauzi Bowo; terus ditutup dengan tari Gebyar Kipas dari Bali dan tari Zapin dari
Jambi, ditutup doa dan keliling stand.

Untung pas keliling stand, ketemu dengan orang-orang yang saya kenali dan ngepos di stand
masing-masing. Bertanya kabar dan beberapa hal tentang perbukuan serta penerbitan.

Yang membuat saya terus berpikir adalah kata-kata dari CEO Kompas Gramedia. Menurutnya,
bersumber data dari IKAPI, tiap tahun Indonesia rata-rata hanya menerbitkan 8,000 (delapan
ribu) judul buku baru. Begitu pula tahun 2008 yang baru saja lewat.

Padahal idealnya dengan jumlah penduduk 250 juta, setiap tahunnya Indonesia menerbitkan
50,000 (lima puluh ribu) judul buku baru. Pasar buku yang terpenuhi baru sekitar 15%.
Artinya masih ada 85% peluang pasar buku yang belum terpenuhi.

Menurutnya, ini satu kenyataan yang sangat memprihatinkan dan sekaligus tantangan untuk
memenuhinya.

Bayangkan saja, 85%.... alangkah besarnya peluang itu. Berarti ada kesempatan sekitar
42,000 (empat puluh dua ribu) judul buku baru yang bisa diisi oleh siapa saja yang ingin
menulis buku. Luar biasa.

Yang saya pikirkan, ke mana penulis-penulis kita ya? Kenapa peluang buku itu dibiarkan saja
dan malah diserahkan pada buku-buku terjemahan yang copy right nya juga nggak murah?

Saya memikirkan ini sebagai tantangan dan sekaligus juga himbauan kepada siapa saja untuk
menulis. Ada begitu banyak peluang di dunia penulisan buku. Jadi, sangat masuk akal kalau
banyak penulis yang beramai-ramai mendirikan penerbitan. Ternyata pasarnya masih begitu
besar. Meskipun akhirnya, seleksi alam jua yang membuat penerbit bertahan atau gulung tikar.

Yang jelas, dengan peluang yang begitu besar, kalau segala sesuatunya dikelola dengan bagus,
pasti menjadi usaha yang solid. Sebagai contoh yang saya tahu, Media Pressindo, ketika
mengawali penerbitannya 5 tahun lalu dengan kantor kecil dan ngontrak pula, sekarang telah
menjadi salah satu ikon penerbit raksasa di Jogja dengan omzet miliaran tiap bulan.

Jadi, tunggu apalagi?


Yang sudah punya banyak naskah, jangan ragu kirim ke penerbit! Kalau masih ditolak, ya santai
aja. Dibetulin lagi, atau kirim naskah lainnya. Kalau ditolak lagi, ya cari penerbit lain lagi....
Gampang, kan? Penolakan-penolakan itu bikin kita kuat.

Yang masih mikirin ini itu kalau mau menulis, tulis saja.... Lihatlah peluang yang begitu raksasa.
Siapa lagi yang akan meraihnya kalau bukan kita? Ataukah kita akan membiarkan saja pasar
perbukuan Indonesia juga dijejali begitu sesak dengan buku-buku terjemahan? Kenapa? Ya,
karena kurangnya penulis Indonesia yang mau menulis.

Mudah-mudahan dan saya berdoa, ada banyak penulis baru yang menulis dan menerbitkan buku
setelah membaca peluang ini! Tulis saja dengan kemampuan yang terbaik dan biarkan pasar
menyeleksinya secara alami.

Saya nggak akan bosen-bosen ngajakin temen-temen untuk nulis dan nerbitin buku. Sampai
menyediakan diri untuk nulis bersama. Cuman, karena keterbatasan waktu dan energi, saya
nggak bisa juga setiap kali ngopyak-opyak orang buat nulis.

Peluang Untuk Pensiunan: Jadilah Penulis!


Masa pensiun biasanya diidentikkan dengan masa purna bhakti, yang bermakna selesainya
kegiatan berkarya. Tapi ternyata, pandangan itu sangat keliru, karena justru banyak orang yang
tidak mau menjalani masa pensiun dengan ‘tanpa berkarya’. Banyak pensiunan yang dulu
mengangankan akan menikmati hidup dengan cara ‘ongkang-ongkang’ kaki, tanpa bekerja.
Itulah sebabnya banyak pegawai di masa mudanya berusaha keras mendapatkan kepastian pada
masa pensiun, seperti PNS. Namun ketika masa pensiun tiba, hmmm, ternyata diam itu sama
sekali tidak nikmat.

Nah, banyak pensiunan yang bingung mau melakukan apa ketika memasuki masa itu.
Perusahaan besar biasanya menyiapkan calon pensiunannya dengan berbagai pelatihan. Mereka
menyebutnya sebagai MPP (masa persiapan pensiun) selama sekitar 2 tahun. Pada masa itu
berbagai pelatihan diberikan kepada mereka, sesuai minat. Yang dalam 10 tahun terakhir marak
adalah keterampilan kewirausahaan. Hampir semua perusahaan besar pasti sudah pernah
memberikan pembekalan kewirausahaan kepada calon pensiunannya.

 Apa yang terjadi setelah pensiun, terhadap mereka yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan?
Sayang sekali, banyak diantara mereka yang bangkrut! Risiko wirausaha memang tinggi. Hanya
mereka yang tahan banting dan tidak cengeng, yang bisa melewati berbagai rintangan bisnis.
Masalahnya, energi para pensiunan sebagian besar sudah berkurang. Sulit mengharapkan mereka
menjadi tahan banting dan tidak cengeng di usia senja. Wirausaha tidak mengenal usia. Mau
muda atau tua, wirausaha mengharuskan pelakunya untuk gigih, penuh semangat/antusiasme,
pantang menyerah, yakin dan fokus.

 Jadilah Penulis

Sebenarnya masih banyak peluang lain buat pensiunan di luar wirausaha, yang risikonya lebih
kecil. Investasi misalnya. Risikonya hanya modal, bukan pikiran, tenaga dan waktu. Atau
menjadi pengajar dan konsultan. Dua bidang ini relatif kecil risikonya. Salah satu yang menjadi
sorotan saya adalah peluang menjadi penulis. Pensiunan punya modal yang sangat lengkap, jika
mau terjun sebagai penulis.

Modal jadi penulis.

Waktu! Pensiunan punya waktu yang sangat luang. Bukan rahasia jika banyak penulis pemula
yang menyalahkan waktu sebagai penyebab gagalnya mereka menulis. Buat pensiunan, alasan
itu tidak relevan lagi. Waktu mereka sangat luang dan longgar, sehingga seharusnya bisa
menulis.

Pengalaman! Yakinlah, pengalaman para pensiunan sudah menggunung. Usia 50, 60, 70 tahun,
pasti sudah mendapatkan berbagai asam garam kehidupan. Pengalaman ini menjadi modal yang
sangat bagus untuk dituliskan dan dibagi kepada orang lain.

Skill! Sebagian besar pensiunan pasti punya keterampilan sesuai bidang kerjanya. Keterampilan
selama puluhan tahun, tentu lebih bernilai dibanding keterampilan yang baru setahun dua tahun.
Ini menjadi modal besar sebagai bahan tulisan.

Nah, tinggal mencari jalan agar berbagai modal itu bisa dimanfaatkan dengan baik. Soal peluang,
tak perlu diragukan lagi. Media massa setiap hari membutuhkan tulisan dari orang luar, selain
wartawannya. Penerbitan setiap bulan memerlukan naskah yang jumlahnya selalu meningkat.
Jika ada kemauan pasti ada jalan. Jangan sampai setelah pensiun, sudah MPP dan mendapatkan
pelatihan dari perusahaan, tapi malah mengalami MPP yang lain, yaitu mati pelan-pelan…

Semoga tidak. Dan ingat, menulis itu tidak ada masa pensiunnya!

Peluang menjadi penulis

Sahabat Pelita,

Semenjak buku Be Brilliant and Productive diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dan
alhamdulillah berhasil menjadi pesaing bagi 200 buku yang masuk pada bulan tersebut, saya
memiliki janji bahwa suatu hari kelak harus banyak bermunculan para penulis muda yang
mampu menginspirasikan banyak orang.
Bisa saja penulis itu membawa nama kampus sebagai additional value (nilai tambah) maupun
nama daerah nya seperti yang saya lakukan (Alhamdulillah remaja pertama Riau yang berhasil
menulis buku dan diterbitkan oleh Gramedia dalam kategori non fiksi ditempati oleh saya).
Intinya, saat kita masuk dalam kancah edukasi yang bersifat nasional kita sudah membawa
harum nama kita, keluarga, almamter serta asal kita.

Nah, seperti yang sudah-sudah. Setiap kali saya mengadakan seminar di berbagai kota di
Indonesia, banyak yang bertanya bagaimana caranya bisa masuk dalam penerbit buku terbesar di
Indonesia ini. Bahkan tidak jarang pula ada yang mengutarakan keinginan untuk menjadi
penulis. Bagi mereka yang berkali-kali memiliki keinginan menulis, saya menunggu kiriman
tulisan di mail saya, cameondi@yahoo.com. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada
satupun yang mengirimkan kepada saya dengan alasan malu karena tulisannya yang menurut
mereka kurang baik.

Sahabat yang Brilliant, bagi kita yang memang ingin menjadi Produktive, misalkan salah satunya
dengan cara menulis. Silahkan kirimkan tulisan harian kita. Saya berharap adek-adek dari
angkatan pertama seminar Be Brilliant and Productive pun tidak sungkan-sungkan untuk
mengirimkan tulisannya. Kapan kita bisa menginspirasikan tulisan kita jika kita sudah
membatasi diri dengan mengatakan bahwa tulisan kita belum terlalu bagus. Bagi rekan-rekan
Brilliant semua, saya pernah mengalami pembatasan diri seperti itu hingga pada satu ketika salah
seorang sahabat dari Kalimantan membaca draft buku saya dan menangis, akhirnya itulah titik
balik saya untuk membulatkan tekad meneruskan menulis dan menghubungi Gramedia untuk
bisa menerbitkan buku tersebut.

Nah, bagaimana dengan kita ? Jika kita memang hidup hanya sekali, tidakkah kita ingin
meninggalkan kenang-kenangan untuk anak cucu kita kelak melalui tulisan-tulisan kita. Bisakah
kita merasakan bagaimana indahnya ketika pemikiran kita bisa hidup ditengah anak cucu hanya
karena sebuah buku yang bertuliskan nama pengarang adalah ayah, kakek maupun buyut
mereka ?

Bagi sobat Brilliant yang mungkin sudah memiliki buku namun masih malu-malu, inilah saatnya
membuktikan diri. Apa yang kita pikirkan mampu menjadi kenyataan tatkala kita memikirkan
dengan sepenuh hati dan seikhlas mungkin melakukan hal-hal yang menjadi kebutuhan kita.

Pagi kemarin, Sabtu 17 Oktober 2009. saya membaca harian kompas di meja kerja saya dan di
halaman 4 pada pojok kiri tertulis bahwa salah satu penerbit besar membuka kesempatan bagi
para penulis novel yang tertarik untuk mempublikasikan karangannya dengan tema bisa berupa
roman, misteri, suspens, kisah islami atau sebagainya.

Silahkan kirimkan karya berikut cv ke :

Divisi Esensi Penerbit Erlangga

Jl. H. Baping Raya NO. 100, Ps Rebo, Jakarta Timur 13746

Atau via mail di (editor_esensi@yahoo.com)


 

Semoga informasi hari ini bisa bermanfaat,

Tetaplah menjadi pelita yang mampu menerangi setiap orang dalam hidup ini.

Wassalam,

FEBRIYO HADIKESUMA

10 ALASAN NASKAH DITOLAK PENERBIT

Beberapa hari yang lalu, seorang pembaca mengirimkan SMS pada saya, lalu curhat.

Naskahnya sudah delapan kali ditolak oleh penerbit. Ditawarkan ke penerbit yang lain juga
masih ditolak. Padahal, katanya kalau mengikuti lomba penulisan bahkan di tingkat provinsi dia
juara satu dan selalu menang. Lalu, apa yang salah dan dia meminta saya untuk mengomentari
tulisannya.

Begitu lebih kurang isi SMS-nya.


Karena berbagai alasan, saya tidak lagi membaca dan mengomentari naskah yang dikirim ke
saya secara pribadi. Saya mengatakan biasanya karena segmen yang terbatas penerbit menolak
naskah dan saya menyarankan agar dia terus menulis. Belum ditolak 100x. Penolakan, bagi saya
adalah hal yang biasa. Yang membaca JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG, KOK! pasti tahu
bahwa saya menulis dan naskah cerpen saya dimuat pertama kali setelah ditolak puluhan kali.

Tak terhitung. Yang jelas bisa anda pikir berapa banyak kalau saya sudah mulai menulis dari
kelas 1 SMP hampir setiap minggu mengirimkan ke media dan baru dimuat di awal saya kelas 3
SMP. Tapi saya tidak pernah jera karena saya yakin, saya menulis dengan kapasitas terbaik
saya---dan sesuatu yang baik, cepat atau lambat pasti akan menghasilkan yang baik pula. Ingat-
ingat itu aja biar semangat.

Meskipun, tidak dipungkiri ada banyak penulis yang begitu menulis novel langsung diterima,
diterbitkan dan jadi hits. Itu sih nggak usah diceritakan, anggap saja mereka beruntung.

Saya tidak ingin ada orang yang mengatakan bahwa menulis itu hanya kemampuan segelintir
orang. Nggak. Siapa saja bisa menulis. Siapa saja bisa menuangkan ide pikiran kreatif lewat
tulisan, sama seperti setiap orang bisa berkomunikasi secara lisan. Hanya, masalahnya mau atau
tidak. Sungguh-sungguh atau tidak.

Nah, apa saja sih alasannya penerbit menolak naskah kita? Ada banyak, tapi paling tidak ada 10
alasan yang saya ketahui. Bagi teman-teman editor, bisa menambahkan bila ada yang belum
tercantum.

1. Tidak sesuai orientasi penerbit.

Misalnya, naskah anda tentang religi islam, sementara anda mengirimkan naskah ke
penerbit yang major penerbitan dan orientasinya buku-buku komputer. Sebagus apapun
naskah anda, jelas pasti tertolak. Cara untuk mengetahui major penerbitan, ya ke toko
buku; lihat-lihat penerbit A, B, dst. Nerbitin buku apa aja. Kalau perlu, ya telpon
editornya lah. Sekarang tiap penerbit kayaknya punya web dan bisa diketahui contact
editor atau redaksinya.

     2.    Segmen terbatas.

Anda punya naskah bagus sekali, ditulis dengan bagus dan lengkap pula, tapi segmen
pasarnya terbatas. Misalnya, cara membuat gudeg Jogja. Sebagus apapun naskah dan
penulisan materi ini, pasti akan ditolak karena pangsa pasarnya yang sempit. Nggak
semua orang Jogja juga mau membuat gudeg. Padahal pasar buku adalah seluruh
Indonesia. Orang Papua pasti nggak tertarik untuk baca buku tersebut.

     3.    Klise atau mengulang tema buku yang sudah ada.

Tema-tema yang sudah biasa, selalu kecenderungan ditolak oleh penerbit. Kecuali
penulisnya punya massa yang bisa digerakkan untuk membeli bukunya. Misalnya,
menulis buku tentang sholat. Well, itung aja di pasaran berapa banyak jenis buku
tersebut. Biarpun penerbit yang anda tuju penerbit Islam, kalau anda bukan seorang dai
yang populer, sangat kecil kemungkinan buku tersebut diterbitkan.

     4.    Tidak memenuhi standar penerbitan.

Masing-masing penerbit, memiliki standar (nilai) yang berbeda-beda terhadap naskah.


Semakin besar dan solid penerbit, semakin tinggi pula standar penerimaan
naskahnya dan prosesnya sering lebih lama. Jadi, kalau anda pemula nggak ada
salahnya memulai menerbitkan dari penerbit yang kecil, yang lebih mudah dihubungi,
dan biasanya lebih kekeluargaan daripada penerbit besar dengan sistem manajemen yang
strick. Tapi pastikan anda mencari penerbit yang solid dan kualified.

     5.    Lagi nggak trend

Apa ini? Pasar buku juga tidak lepas dari trend. Bahkan, ketika satu buku begitu
bestseller, akan selalu muncul pengekor-pengekor yang kurang ajar; hampir keseluruhan
model produksinya dibuat sama untuk mendompleng kesuksesan buku yang diikuti. Sah-
sah aja, meskipun ini termasuk hal yang bikin saya mual. Kenapa, orang nggak berpikir
lebih kreatif mencipta karya?

Tulisan bagus pun, kalau lagi nggak musim dengan sukses pasti ditolak atau dipending
penerbitannya. Kalau begitu nggak usah maksa. Simpan aja naskah anda dan keluarkan
ketika sudah waktunya ngetrend. Yang penting naskah anda ditulis dengan kapasitas
terbaik, pasti suatu saat bisa dijual.

6. Penulisan yang berantakan.

Yang jadi editor, pasti sudah sering banget nerima naskah dengan penulisan yang
berantakan. Bukannya menyederhanakan tulisan sehingga mudah dibaca, tapi di sana-sini
muncul berbagai gambar, ilustrasi dan pilihan huruf yang bikin ilfill.

Aduuuh, sebagus apapun naskah anda, bisa langsung ditendang. Dikembalikan tanpa
dibaca karena bikin sakit mata. Tolooong....! Itu kenapa ada penerbit yang mencari para 
first reader untuk membaca naskah-naskah yang menyakitkan seperti ini.

    7.    Naskah telanjang.

Apa itu? Naskah yang nggak lengkap, lebih-lebih untuk nonfiksi; maksudnya nggak ada
sinopsis, daftar isi, daftar pustaka, biodata, judul, dll. kelengkapan naskah. Lebih-lebih
kalau penulisnya masih antah berantah dan belum dikenali oleh editor, bukan tak
mungkin naskah anda langsung didepak dengan sukses.

8. Ketahuan ngejiplak atau copy paste.

Aduuuh, parah deh! Terinspirasi, mengadaptasi, mengolah kembali, dll. istilahnya adalah
hal yang sah-sah aja dalam penulisan. Lebih-lebih untuk tulisan nonfiksi yang harus
menyertakan sumber-sumber kutipan. Tapi kalau sampai ngejiplak, wah… kok ya
keterlaluan. Kalau mengutip, ya cantumkan saja sumbernya. Nggak ada larangan.

Kalau sampai ketahuan ngejiplak, wis lah, tanpa sadar biasanya penulisnya masuk daftar
hitam. Black list. Jadi, kreatiflah. Menulis sederhana, tapi pikiran kita dan olahan dengan
gaya bahasa, jauh lebih berharga daripada menulis yang kelihatannya bermutu tapi
jiplakan.

9. Penulis bawel.

Ada toh penulis yang bawel? Huuuh, banyak. Tanya aja sama editor. Sudah tahu kalau
penerbit itu tiap hari menerima puluhan bahkan ratusan naskah, eeeh, tiap hari ditanyain
soal naskahnya. Sebel kan?

Nggak cuman penulis pemula aja, penulis senior juga banyak yang bawel. Permintaannya
macem-macem, ribet, nggak mau revisi, dll. yang bikin kerja sama jadi nggak nyaman.
Sering gemas juga saya kalau denger editor dibuat jengkel oleh penulis-penulis yang
begini.

Mbok ya sabar dan bisa kerja sama. Coba lah mengerti sistem kerja di penerbitan.

Naskah diterima dari penulis, itu akan dimasukkan dalam bagian administrasi naskah.
Kemudian diantrikan untuk dibaca beberapa editor yang bersangkutan, lalu di saat sidang
redaksi akan diputuskan apakah naskah tersebut layak atau tidak untuk diterbitkan.

Untuk proses seperti ini saja, paling enggak butuh 3 bulan. Makin besar penerbit bisa
makin lama, bisa jadi antrean naskah anda baru dibaca 1 tahun kemudian. Saya sudah
pernah mengalami 1,5 tahun antri naskah; jadi jangan tiap hari anda tanya editor,
”Naskah saya sudah terbit atau belum?” Kalau editornya lagi sebel, bisa lho, ditolak
saja dan dikembalikan.

Baru setelah naskah diputuskan diterima, kalau misalnya diterbitkan di saat itu, naskah
akan diproses untuk editing (bahasa, materi, dll), diilustrasi, didesain covernya, dll.
diproduksi, dipromosikan, didistribusikan, dll. Sebuah kerja panjang yang selayaknya
juga dimengerti oleh penulis.

Percayalah, penerbit juga pasti ingin menerbitkan buku bagus dan sekaligus
menguntungkan. Naskah yang bagus dan kompeten, sudahlah, nggak usah khawatir cepat
atau lambat tetep akan diproduksi.

Nah, daripada bawel ngerecokin editor setiap hari, lebih bagus kalau anda menanyakan
sekali sebulan agar editor tidak lupa dan menulis naskah lain sambil menunggu jawaban.

10. Nggak bisa diproduksi

Ada toh naskah yang nggak bisa diproduksi? Banyak. Misalnya buku ensiklopedia
dengan berbagai ilustrasi berwarna yang sangat mahal, dan tidak bisa dihitamputihkan.
Kalau diproduksi, biayanya sangat mahal dan pasarnya belum jelas. Biasanya untuk
urusan seperti ini, penerbit juga mikir berpuluh kali untuk menerimanya. Kecuali
penulisnya membiayai sendiri ongkos penerbitannya, itu lain permasalahan.

Nah, sekarang coba kalau naskah anda masih ditolak di penerbit, kira-kira masuk
kelompok yang mana. Analisis dan kemudian mulailah menulis yang tidak akan ditolak.
Selamat menulis dan bacalah JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG, KOK! dijamin bisa
menulis.... pasti... maksudnya di sini sampai menerbitkan buku, bukan hanya asal menulis
untuk konsumsi pribadi. 

Salam,
Ari Wulandari
Kalah, Mengalah, dan Dikalahkan

Setiap hari setiap kita belajar untuk menjadi seseorang yang bisa menerima segala sesuatunya
apa adanya. Tentunya setelah berbagai upaya keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
Seringkali tidak semudah itu menerima semua 'apa adanya'. Sebab memang sudah dari sananya
tabiat manusia yang hampir selalu 'tidak pernah puas' terhadap pencapaiannya. Ditambah lagi
dengan tabiat yang mudah berkeluh kesah akan kondisi yang dihadapi, walaupun kondisi
tersebut tercipta karena hasil perbuatan dirinya sendiri.

Setiap saat, tiap diri manusia pastinya ingin mencapai apa yang ia inginkan. Ingin menang atas
sesuatu, dan ingin berada pada kondisi yang kondusif, nyaman, serta penuh kebahagiaan.
Kondisi yang kondusif, nyaman, serta penuh kebahagiaan biasanya tidak ada pada posisi 'kalah'.
Biasanya begitu. Yang jelas, jarang sekali ada seseorang yang bahagia jika ia kalah atas sesuatu.
Jarang, bukan berarti tidak ada.

Ada saja orang-orang yang berlega hati ketika ia kalah. Misalnya, ketika ia kalah atas sebuah
pertarungan memperebutkan kursi kekuasaan. Yang kalah, berlega hati karena jika ia menang
sungguh amat berat tanggung jawabnya kelak. Memang Allah SWT tidak menakdirkannya
menang sebab Allah Maha Tahu kemampuan hamba-hamba-Nya. Jika harus kalah tetapi itulah
jalan yang Allah ridhoi, maka itu lebih baik daripada sebuah kemenangan yang tidak diridhoi-
Nya.

Lain halnya dengan sikap mengalah. Banyak orang bilang, mengalah untuk menang. Tidak
banyak orang yang mau dengan senang hati mengalah untuk orang lain. Pastinya ya karena
setiap manusia lebih suka menang daripada kalah. Mengalah mungkin hanya diperuntukkan hal-
hal remeh-temeh, bukan sesuatu capaian tinggi yang dikejar. Untuk urusan besar, jarang yang
mau mengalah. Kalau memang sudah berupaya sekuat tenaga, tapi kalah juga, baru kemudian
cepat-cepat bersilat lidah dan mengatakan "saya mengalah saja darinya". Sudah kalah baru bilang
mengalah?

Kebanyakan orang yang dikalahkan orang lain, pastinya tidak bersenang hati. Tetapi lepas dari
rasa tidak senang itu, biasanya ada sedikit rasa lega karena beban berat kemenangan tak jadi
mampir. Dan kemudian sibuk mencari hikmah untuk menjadi pelajaran penting kehidupannya.
Bahwa tidak setiap kemenangan patut menjadi bagian dari diri kita. Sekali-sekali perlu
dikalahkan oleh orang lain untuk menjadi momentum introspeksi diri. Sebab bisa jadi kita
dikalahkan orang karena apa yang kita lakukan sendiri: tidak berupaya sungguh-sungguh, kurang
ikhlas dalam niat, atau tidak banyak berdoa memohon bantuan dari Sang Maha Kuat. Atau faktor
lainnya, yang terkadang tidak pernah terpikir oleh diri kita. Dikalahkan dengan cara-cara yang
culas, memang tidak pernah menyenangkan. Tetapi terus merengek mengenang kekalahan tidak
akan membawa kemajuan, pastinya.

Maka, jadilah orang-orang yang selalu ikhlas dalam setiap ketentuan Allah. Sebab Ia yang paling
tahu kebutuhan dan kondisi setiap hamba-Nya. Tidak pernah Ia menentukan sesuatu yang
berakibat buruk, sebab setiap ketentuan-Nya selalu untuk kebaikan diri kita sendiri.
Jika saya, Anda, atau siapapun juga sedang atau pernah mengalaminya, mari kita sama-sama
melapangkan hati dan pikiran. Mungkin, kalah hari ini adalah awal dari kemenangan esok
hari. Semoga kita adalah orang-orang yang selalu berusaha untuk berbuat lebih baik lagi, dan
tidak terpuruk pada apa yang terjadi kini. Itulah para pemenang sejati.

Melihat ke Luar Jendela

Sepertinya setiap orang memang memiliki arah hidup masing-masing. Selain karena memang
atas kehendak Allah SWT, kita sebagai manusia memiliki potensi untuk menentukan arah hidup
masing-masing. Semua adalah tentang pilihan. Bukankah Allah SWT mengaruniakan kita semua
akal dan hati untuk memilih?

Saya membicarakan tentang semua orang yang pernah mampir dalam hidup saya. Sebagiannya
adalah sahabat-sahabat saya sendiri. Yang sudah lama sekali saya kenal, ataupun yang baru
setahun-dua tahun ini dekat dengan saya.

Salah satunya adalah sahabat saya Attin. Beberapa hari ini saya sibuk melihat-lihat dan membaca
kembali tulisan-tulisannya dalam blog www.fragmensore.blogspot.com. Attin yang selalu
membuat saya rindu. Tadi malam, baru saja saya iseng menelponnya. Ternyata Attin sedang
sibuk sekali pulang pergi Jakarta-Bandung, katanya. Urusan pekerjaan, pasti. Sahabat tersayang
saya ini sudah menyelesaikan program master di Maastricht, Belanda. Hebat, kan? Menurut saya,
orang-orang yang memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk kuliah atau bekerja di sana atas
biaya sendiri ataupun beasiswa adalah orang-orang yang hebat. Pergi jauh ke negeri orang,
meninggalkan rumah yang nyaman beserta seluruh kerabat keluarga, beradaptasi dengan kultur
yang sama sekali berbeda, dan hal-hal hebat lainnya yang entahlah apakah saya bisa
melakukannya.

Kemudian, dengan kerinduan yang sama, Inggrid. Setahun lebih cepat dari Attin mengambil
program master atas biaya sendiri di IIUM (Malaysia). Dan akhirnya bekerja di sana kalau tidak
salah, tinggal di sana setelah menikah, dan mungkin juga sampai sekarang masih di sana. Inggrid
seseorang yang berjiwa pejuang, memang. Mandiri, cerdas, dan sangat disiplin. Saya rasa, setiap
yang ingin sukses (baik di Indonesia maupun yang tinggal di negara lain) harus memiliki tiga
sifat itu. Setidaknya, modal dasar untuk bertahan.

Sahabat-sahabat saya yang lain, memilih untuk tetap tinggal dan bertahan di sebuah kota
terpencil yang sulit dijangkau dari ibukota propinsi. Demi sebuah idealisme, mungkin juga
kesadaran dan niat tulus membangun dan membesarkan dakwah di tempat tersebut. Bagaimana
dengan saya?

Kata Hasan Al Banna, mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari.

Mimpi saya terbangun dan terus dibangun untuk menjelajah ke luar sana. Seperti seseorang yang
melihat ke luar jendela, saya menerawangkan kedua mata dan jiwa ini ke luar sana. Membangun
mimpi tentu saja akan sia-sia tanpa diserta kekuatan doa dan jerih payah usaha mewujudkannya.
Saat ini, tapak kaki ini sedang melangkah perlahan, dan kedua tangan ini bergegas untuk merajut
kepingan mimpi itu menjadi lembaran baru yang indah, nantinya, insyaallah ...

BERANI JADI PENULIS BEST SELLER

Pada pertengahan bulan Maret 2008, saya berkesempatan menjadi pembicara sebuah acara
talkshow, dengan tema “Kalau Masih Bisa Berwirausaha, Ngapain Harus Kerja?” yang
diselenggarakan di UNPAD, salah satu universitas negeri di Bandung. Selesai acara talkshow,
saya dihampiri oleh seorang editor sebuah majalah dan diminta untuk menulis sebuah artikel
dengan tema “dream” untuk dimuat di majalah tersebut.

Wow, itulah pertama kalinya ada yang meminta saya untuk menulis sebuah artikel. Saya saat itu
merasa tertantang untuk membuat sebuah artikel karena saya belum pernah sama sekali menulis
artikel.

Beberapa hari kemudian, saya berusaha mencari berbagai informasi tentang bagaimana cara
menulis artikel melalui internet. Sampai akhirnya saya menemukan website pembelajar.com dan
membaca artikel-artikel tentang cara menulis dari Edy Zaqeus, salah seorang penulis buku
bestseller. Jadilah saya “korban” dari ide-ide provokatif dalam tulisan itu. Saya terinspirasi dan
merasa semakin tertantang untuk dapat menulis.

Akhirnya, saya memutuskan untuk berani membuat sebuah impian baru dalam daftar impian
saya, yaitu impian menjadi penulis buku bestseller. Saat saya berani membuat impian ini, saya
sama sekali belum berpengalaman ataupun memiliki kemampuan menulis artikel atau buku.
Tetapi saya ingat sebuah pepatah, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Ini adalah langkah
ajaib pertama yang saya lakukan, yaitu berani memiliki impian.

Walaupun saya memiliki keterbatasan waktu karena kesibukan pekerjaan saya sehari-hari yang
sangat padat, belum lagi kendala lainnya, seperti tidak adanya pengalaman menulis sama sekali,
tetapi saya tetap berani bermimpi. Impian saya adalah menjadi penulis buku bestseller dan buku
itu akan diluncurkan (launching) pada waktu istimewa yang hanya akan muncul setiap 1000
tahun sekali, yaitu pada tanggal 08-08-08.

Saya mengetahui bahwa sebenarnya banyak orang di sekitar saya dalam hatinya meragukan jika
saya dapat mencapai impian menjadi penulis buku, apalagi buku bestseller. Namun demikian,
saya tidak peduli dengan keyakinan mereka karena berani membuat impian adalah hak saya, dan
juga hak Anda! Se”gila” apa pun impian itu merupakan hal terpenting bagi saya untuk berani
mewujudkannya karena saya ingin selalu menjadi pemenang, seperti beberapa super hero idola
saya semasa kecil (The Flash, Wonder Woman, The Green Lantern).

Akhirnya, di bulan April 2008 saya mulai mewujudkan impian menjadi penulis buku bestseller.
Aksi ini diawali dengan saya mulai belajar menuliskan kalimat-kalimat pertama untuk buku saya.
Learning by doing, saya belajar menulis kata  demi kata untuk sebuah buku bestseller.

Satu setengah bulan kemudian, naskah hasil tulisan saya hampir rampung sesuai target saya yaitu
188 halaman. Saatnya berburu endorser dan mencari penerbit yang mau menerbitkan buku saya.

Bagaimana cara mencari endorser? Saat itu saya belum tahu bagaimana caranya. Learning by
doing, saya belajar mencari endorser dengan langsung melakukannya sendiri. “Not doing is not
Learning”, prinsip saya. Dalam waktu singkat 8 endorsement (komentar) untuk naskah buku
tersebut dari 8 endorser yang terkenal di berbagai kalangan profesi terkumpul. Ada yang dari
kalangan birokrat, akademisi, penulis bestseller, profesional, pengusaha, rohaniwan, dan juga
motivator.

Bagaimana cara mencari penerbit? Pada saat itu saya juga belum tahu bagaimana caranya
mencari penerbit. Apalagi penerbit yang sanggup meluncurkan buku saya hanya dalam tempo
sekitar satu setengah bulan saja, mengingat waktu peluncuran buku yang saya inginkan adalah
pada tanggal 08-08-08. “Impossible!”, kata beberapa teman saya yang telah menjadi penulis.
Mereka berkata bahwa membutuhkan waktu berbulan-bulan sejak naskah diterima penerbit
sampai pada peluncurannya. Bahkan ada yang menunggu lebih dari satu tahun baru diterbitkan.
Lha, naskah saya dilihat penerbit juga belum.

Hanya empat bulan setelah saya berani bermimpi menjadi penulis buku bestseller, tepat pada
tanggal Delapan Agustus 2008 (08-08-08) jam 8.08 malam naskah yang telah saya tulis
diluncurkan dalam bentuk sebuah buku Unik serba 8 di Toko Buku Gramedia Paris Van Java
Bandung oleh Penerbit Andi dari Yogyakarta.

Acara peluncuran buku begitu menarik minat banyak orang untuk hadir, sehingga 88 kursi yang
disediakan oleh panitia tidak dapat menampung seluruh hadirin. Sebagian hadirin terpaksa sambil
berdiri mengikuti acara peluncuran buku unik yang dicetak perdana limited edition sebanyak
8.888 eksemplar ini. Luar biasa!

Terbitnya buku perdana ini, yang saya tulis sendiri, adalah hal yang luar biasa bagi saya pribadi.
Bukan hanya karena waktu penulisannya yang singkat (88  jam) yang diselesaikan dalam waktu
satu setengah bulan, ditengah berbagai kesibukan kerja saya yang dikejar “deadline”. Atau karena
proses penerbitannya yang spesial “dicap perangko kilat khusus” oleh sebuah penerbit ternama
(salah satu dari tiga penerbit besar yang menyatakan kesanggupannya untuk meluncurkan buku
saya tersebut dalam waktu satu setengah bulan).

Tetapi, karena empat bulan sebelum buku ini diterbitkan, tidak pernah terlintas sedikit pun dalam
pikiran saya untuk menjadi seorang penulis buku, apalagi penulis buku bestseller. Bagi saya
seperti melompat dari “bumi” ke “langit”. Tak pernah terlintas sedikit pun bahwa pada akhirnya
setelah buku itu diluncurkan, saya akan mendapatkan puluhan undangan sebagai pembicara
talkshow untuk membedah buku tulisan saya. Undangan datang dari berbagai kota dari berbagai
universitas terkenal, komunitas, radio, bahkan televisi.

Setelah acara bedah buku selesai, banyak pihak pengundang yang menyatakan bahwa ingin
mengundang saya kembali sebagai pembicara motivator dan inspirator di acara seminar atau
pelatihan, memberikan kuliah umum atau studium general atau orasi ilmiah di acara-acara
universitas, sampai menjadi pembicara talkshow secara rutin di radio-radio.

Hal ini secara tidak langsung mendukung terwujudnya impian saya berikutnya (Langkah Ajaib ke
8) yaitu menjadi seorang pembicara Motivitor (Motivasi dan Inspirasi bersama Victor) dan
menyebarkan “virus” semangat entrepreneurship (kewirausahaan) melalui Sekolah Gratis
Kewirausahaan bernama USB.

Inilah bukti KEKUATAN dari sebuah IMPIAN! Jadi, jangan ragu melakukan Langkah Ajaib
pertama dari 8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit, yaitu  Beranilah bermimpi dan Kalahkan semua
“Monster” penghalang impian anda. Anda akan terbawa “terbang ke langit” di mana impian anda
yang tergantung “setinggi langit” dapat teraih. Everything is possible!

~Dikompilasi sebagian dari buku “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit” karya Penulis, sesi
“Behind The Writing of This Book”

*Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor, Entrepreneur, Inspirator, Motivator,
Software Engineer & Information Technology Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik
Bestseller “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”, Penulis bisa dihubungi melalui email
victorasih@yahoo.co.id

Siapa Bilang Menulis Tak Menghasilkan

"Apa betul kita bisa hidup layak dari menulis?" "Bisakah saya kaya dari menjual tulisan?"
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kerap kali dilontarkan oleh teman-teman yang baru belajar
menulis. Kadang, seorang penulis yang sudah kesohor dan punya namapun tidak mampu
memberikan jawaban yang pasti, biasanya mengambang dan tidak jelas. Anda jangan kaget,
karena demikianlah keadaannya. Profesi menjadi penulis belum sepenuhnya mendapatkan
tempat yang layak di masyarakat.

Tak percaya? mari diam-diam kita amati perilaku masyarakat ketika mengarahkan anak-anaknya
memilih profesi masa depan. Hampir bisa dipastikan jika sebagian besar memilih untuk tidak
menjadikan anaknya menjadi penulis. Jika tidak dokter biasanya insinyur, guru, pegawai bank,
pekerja BUMN, dosen, artis, pengacara dan jenis profesi lainnya yang secara finansial memang
menguntungkan. Pernah, ketika kami sedang mengadakan pelatihan menulis kepada anak-anak
usia sekolah dasar dan bertanya "Apa kalian nanti jika sudah besar ingin menjadi penulis?"
Serempak mereka menjawab "Tidak". Memprihatinkan sekali.

Buntut dari rendahnya "kasta" seorang penulis, menjadikan produktivitas buku-buku dalam
negeri tertinggal jauh. Padahal kualitas sebuah buku mencerminkan kualitas sebuah bangsa.Saya
selalu sedih setiap kali mengunjungi toko buku, yang saya lihat adalah buku-buku
terjemahan, mulai dari novel, kumpulan cerpen, psikologi, musik, hingga buku-buku non
fiksi seperti ekonomi, teknik hingga kedokteran. Lalu, kemanakah para penulis asli
Indonesia? saya bukan anti terhadap produk asing, tetapi alangkah baiknya jika kita melahirkan
buku-buku dari rahim sendiri.

Jika disebut menjadi penulis sama halnya dengan memiskinkan diri, tidak sepenuhnya benar.
Karena faktanya, banyak orang yang sukses dari menulis. Bukan hanya sukses kepuasan batin
(karena bukunya dibaca sekian banyak orang) namun juga sukses secara finansial. Jikalau kita
mau mengorek lebih dalam, apa yang terjadi saat ini hanyalah sebuah miskonsepsi,
kesalahpahaman masyarakat dalam memandang profesi seorang penulis.

Misalnya, mitos yang mengatakan bahwa menulis itu sulit dan memerlukan bakat yang luar
biasa. Ada pula yang menyatakan bahwa untuk menjadi seorang penulis harus terlebih dahulu
mencapai jenjang atau karir tertentu. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa pekerjaan
menulis adalah pekerjaan istemwa yang pantas dikerjakan oleh orang yang super kreatif dna
memiliki daya dongkrak imajinasi yang tinggi. Tentu saja, miskonsepsi ini membahayakan.
Menulis menjadi menyeramkan, karena tak satupun ada calon-calon penulis yang berani
mencoba. Apalagi siswa-siswa SD hingga SMA yang notebene adalah remaja. Padahal, setiap
orang mempunya potensi untuk menjadi penulis, asalkan suka membaca dan menulis. Dalam
tradisi baca tulis dikenal petuah bijak "There are all kinds of writer and all kinds of reader".
   
Di masa krisis dan serba susah seperti ini, profesi menjadi penulis sebenarnya cukup
menjanjikan. Apalagi perkembangan dunia perbukuan akhir-akhir ini mengalami perkembangan
yang menggembirakan. Sebagai bukti, banyak buku-buku asli bikinan penulis dalam negeri laris
manis bak kacang goreng.

Bagi penulis yang bukunya masuk best seller dan dicetak berulang-ulang, royalti yang diperoleh
juga makin berlipat. Sebut saja buku La Tahzan, karya karya Dr. 'Aidh al-Qarni yang menjadi
buku terlaris di Timur Tengah, buku best seller Toto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi, atau
novel-novel Dan Brown (The Da Vinci Code, Angel and Demons), belum lama ini juga
diluncurkan buku The 8th Habit From Effectiveness to Greatness karya Stephen R Covey.

Tentunya kita juga mengenal penulis semacam  Muhammad Fauzil Adhim, penulis spesialisasi
topik keluarga dan pernikahan seperti : Mencapai Pernikahan Barakah ( telah menembus angka
100.000 kopi), Kado Pernikahan untuk Istriku dan Indahnya Pernikahan Dini. 23 buku-buku
karya Fauzil juga menjadi buku laris di pasaran. Bahkan Royalti buku Kupinang Engkau dengan
Hamdalah, (telah terjual 100.000 kopi) mencapai antara Rp 15 juta sampai Rp 25 juta per bulan.

Ada juga Pipit Senja, ia ini salah seorang penulis wanita senior, dan dapat membuktikan bahwa
hidup bisa dari menulis, lebih 100 buku novel dan kumpulan cerpen telah ditulisnya. Dari
menulis ini, Pipiet memperoleh royalti sekitar Rp 30 juta per tiga bulan. Serendah-rendahnya Rp
5 juta sebulan. Belum termasuk pendapatan dari seminar dan pelatihan menulis di berbagai kota,
maupun menjadi editor tamu di sejumlah penerbitan. Bahkan, wanita penderita thalassemia
(cacat darah bawaan) ini setiap hari pekerjaannya hanya menulis. Begitu juga saat diundang ke
luar kota maupun luar negeri, ia selalu menyempatkan diri untuk menulis (Republika, 1 agustus
2005)

Jika kamu seorang penulis artikel, bayarannya beda lagi. Tergantung media mana yang kamu
tembus. Koran nasional seperti KOMPAS, TEMPO atau Jawa Pos tentu akan memberikan honor
yang lebih besar ketimbang koran beroplah rendah. Taruhlah sekarang kamu produktif menulis
di media nasional tiap minggu, jadi sebulan dimuat empat kali. Asumsikan honor per artikel
sekitar 400 ribu, maka sebulan kamu bisa dapat honor 1,2 juta rupiah. Itu baru dari sisi finansial,
belum lagi pengakuan intelektual yang bakal kamu terima.

Penulis adalah profesi lintas batas. Siapa saja bisa menjadi penulis. Tua-muda, kaya-miskin,
pejabat-orang biasa, lajang-berpasangan. Profesi penulis adalah profesi universal. Batasanya
hanya satu : menulis itu sendiri. Maka jangan heran, jika banyak kita temukan orang-orang yang
sukses berpresi ganda, ya penulis ya profesional dibidang lain.

Mau contoh? mari kita amati bersama. Dari kalangan dokter  ada Marga T yang menulis novel
"Karmila". Juga Faisal Baraas dengan topik tulisannya yang beragama mulai dari seksologi,
perempuan hingga sosial. Di Malang ada Pak Limas Sutanto, pskiater yang sering menulis
masalah psikologi di media massa dan membuat buku dengan topik yang sama. Dari Kalangan
artis juga banyak yang aktif menulis. Sebut saja Rieke Diah Pitaloka, Melly Goeslaw, Tamara
Geraldine dan tentu saja Dewi "dee" Lestari dengan novel fenomealnya "Petir".

Ada lagi penulis lain, seperti Safak Muhammad, pebisnis yang juga bankir di sebuah BUMN.
Buku-bukunya yang sudah dilempar ke pasaran antara lain : Kaya Tanpa Bekerja (republika,
2004) dan Cara Mudah Orang Gajian menjadi Entrepeneur (MediaSukses, 2005). Ada juga Y.B
Mangunwijaya, seorang arsitek yang juga lekat dengan dunia menulis. Bukunya antara lain,
Burung-burung manyar dan Trilogi roro Mendut yang fenomenal itu.

Jelas bukan, jika profesi menulis bisa ditekuni oleh siapa saja. Bahkan pekerja manufakturing
yang biasanya tidak memiliki waktu banyak untuk menulis juga mampu menghasilkan sebuah
karya tulis. Seperti kolega saya M Shofa, seorang Invetory Controller sebuah perusahaan swasta
di solo yang menghasilkan novel "Sesobek kertas di sepatu kiri" (Diterbitkan Lanakar
Publisher).

Ssssttt... Nulis Cerpen Yuuk...

Menulis buku itu gampang. Karena saat ini siapapun bisa menulis buku. Banyak penerbit yang
mencari-cari naskah untuk diterbitkan, entah itu fiksi maupun non-fiksi. Bahkan sekarang
kitapun bisa menerbitkan buku sendiri ! Ada begitu banyak jasa penerbitan indie yang bisa kita
pakai untuk menerbitkan buku kita, asal kita punya dana yang cukup dan juga link yang kuat
tentunya.

 Tapi sedikit yang menyadari bahwa sesungguhnya pertempuran terpenting dan paling
menantang bagi calon-calon penulis bukanlah bagaimana perjuangan kita merangkai kata
kemudian menuliskannya menjadi sebuah buku, bukanlah tentang bagaimana kita berjuang
mengirimkan naskah ke penerbit-penerbit dan bersabar menunggu kapan naskah kita akan di
approve untuk diterbitkan.

 Akan tetapi justu kawah candradimuka yang sesungguhnya bagi para penulis pemula adalah
majalah dan koran-koran. Ya, mengirimkan cerpen atau artikel ke majalah dan koran adalah
tantangan yang sesungguhnya bagi para penulis pemula. Mengapa ? mudah saja, karena di sini,
karya kita mesti bersaing dengan ratusan mungkin ribuan karya penulis lain yang juga antri
untuk dimuat. Di sini, kualitas menulis kita akan teruji di tangan para editor yang akan membaca
tulisan kita dan memutuskan apakah tulisan kita layak dimuat atau tidak.

 Jika buku kita terbit dan menjadi best seller dan mungkin kemudian cetak ulang, kita bisa
mengira-ngira berapa banyak orang yang membaca karya kita dengan cara menghitung berapa
eksemplar buku yang telah laku terjual. sedikit banyak sejumlah itulah yang membaca kita
( belum lagi dihitung dari yang meminjam, red). Bayangkan jika tulisan kita terbit di koran atau
majalah, ada berapa ribu bahkan jutaan orang yang membacanya ? oplah koran harian yang
begitu besar, juga majalah-majalah mingguan atau bulanan yang jumlahnya lebih dari sekedar
lima ribu eksemplar, membuat tulisan kita akan dibaca dimanapun, oleh siapapun, di pelosok
sekalipun. Sebuah tantangan yang menarik bukan ?

 Jadi tunggu apa lagi , jika kita belum merasa sanggup untuk menulis sebuah buku, tulislah
sebuah cerpen atau artikel terlebih dahulu lalu kirimkan ke majalah atau koran. Biarkan tulisan
kita bersaing secara sehat dengan ratusan bahkan ribuan penulis lainnya. Mengutip pendapat
seorang penulis kawakan, "Teruslah menulis, kirimkan dan lupakan. Menulis, kirimkan dan
lupakan.." Artinya, ketika kita selesai menulis satu cerpen/artikel, kita kirimkan tulisan itu dan
jangan sibuk menunggu kapan tulisan itu dimuat. Lupakanlah tulisan yang kita kirim itu dan
sibukkan diri kita dengan menulis tulisan lain, begitu seterusnya. Ini melatih diri kita untuk terus
menulis lebih baik lagi. Bagi seorang penulis buku yang belum pernah mencicipi cerpennya
dimuat di majalah ataupun koran, Berani terima tantangan ?

Beberapa waktu yang lalu saya sempat browsing di internet dan menemukan beberapa tips
menarik seputar bagaimana cara mengirim cerpen ke majalah ataupun koran. Semoga tips ini

bermanfaat, Selamat menulis !

 TIPS MENULIS CERPEN 


 Sebelum mengirim sebuah cerpen, belilah majalah yang akan menjadi target kita. Baca
dan pelajari cerpen yang dimuat di sana. Dari situ akan terlihat cerpen jenis apa yang
disukai redaksi majalah itu. Tapi, jika ternyata cerpen kita berbeda genrenya dengan
cerpen di majalah itu, maka sebaiknya tunda pengiriman cerpen. Setidaknya, sampai kita
sudah menghasilkan cerpen dengan genre yang sama. secara, kalau genrenya beda,
sebagus apapun karya kita, belum tentu dimuat.
 Perhatikan persyaratan yang biasanya tercantum di halaman awal majalah. Misal :Jumlah
halaman, jumlah karakter, spasi dsbnya.
 Paling bagus kalau mengirim cerpen via e-mail (dari sisi editor : lebih mudah
mengeditnya, dari sisi penulis : lebih hemat biaya dan lebih praktis). Tapi tidak semua
majalah mau menerima cerpen by e-mail. Jika demikian, mau nggak mau cerpen harus di
print dan dikirim via pos. Boleh juga kalau kita telpon ke kantor redaksi majalah ybs,
tanya apakah ada alamat e-mailnya (kalau kita memang lebih suka mengirim by e-mail
tapi tidak tahu alamat e-mailnya/tidak tercantum di majalah).
 Untuk cerpen yg dikirim via pos, harus diprint di kertas yang bersih (bisa folioatau A4,
tergantung persyaratan). Jangan bolak balik ya. Masukkan cerpen ke amplop coklat
panjang. Jangan dilipat. Kesannya tidak rapi.
 Di halaman akhir cerpen cantumkan nama jelas, alamat lengkap, nomor ponsel/telpon
rumah, nomor rekening. Kalau mau pakai nama samaran boleh saja tapi jangan lupa
cantumkan juga nama jelas (nama yg sesuai dengan nama di rekening , agar pihak redaksi
tidak bingung saat mengirim honor).
 Pengiriman yang dilakukan via email tidak usah pakai kata pengantar segala. Editor
sudah cukup sibuk. Jangan ditambah kesibukan baru untuk membaca kata pengantar .
Tapi jangan lupa tulis subjek : CERPEN atau FIKSI (liat persyaratannya, apakah harus
tulis cerpen atau fiksi). Kata pengantarnya cukup :TERLAMPIR. Lalu cerpen yangr
tesimpan di word, di attach aja.
 Cek lagi, apakah sudah berhasil dikirim. Kalau belum, coba lagi. Karena kadang-kadang
ada majalah yang inboxnya sudah penuh cerpen tapi belum dibersihkan. Saya sering tuh
mengalami yang kayak gini. Failure terus. Kalau masih belum bisa juga, tunda
pengiriman 2 atau 3 hari.
 Jika masih gagal juga (undelivered terus) lebih baik telpon ke redaksi majalah ybs. Tanya
apakah ada alamat email lain? Atau, tanya saja kenapa tidak bisa mengirim cerpen by
email. Barangkali, alamat email sudah ganti. Memang kesannya niat banget ya. Tapi,
kalau mau jadi cerpenis yaa...harus ada perjuangan dong.

Nah, kalau cerpen sudah berhasil terkirim, tinggal tunggu deh!

Masa menunggu ini paling menjemukan. Pernah ada cerpen yang sudah setahun dikirim baru
dimuat. Capeeee deh! Makanya, sebaiknya setelah kirim, lupakan saja. Kalau makin ditunggu
dan diharapkan terbit, malah jadi bete sendiri.

 
Tapi supaya tidak terjadi pengiriman ganda (satu cerpen dikirim ke 2 majalah) lebih baik kita
buat catatan di notes atau di ponsel. Misal : cerpen berjudul AAA dikirim ke majalah C, cerpen
berjudul BBB dikirim ke majalah D). Kalau mau lebih detail, boleh juga ditulis tanggal
pengirimannya. Karena biasanya, kalau sudah lewat 3 bulan tapi tidak ada kabar dari redaksi,
berarti cerpen kita tidak dimuat. Walaupun tidak selalu begitu.

Kalau cerpen kita dimuat, biasanya 2 minggu sebelumnya akan diberitahu by phone or email. So,
rajin-rajinlah ngecek email. Saya pernah nggak ngecek email lantaran pergi melancong selama 3
minggu. Tau-tau, honor udah masuk ke rekening. Saya jadi kelimpungan deh mencari majalah
yang memuat cerpen saya itu.

 Secara nggak semua redaksi mau mengirimkan majalah yang memuat karya kita, maka
sebaiknya kalau ada pemberitahuan by phone tentang cerpen kita yang akan dimuat, jangan lupa
tanya di edisi berapa? Supaya kita bisa membeli majalah itu dan tidak kehabisan.

Ada juga sih, redaksi yang royal dan mau ngirimin majalah yang memuat karya kita. Tapi,
kadang-kadang mereka juga kehabisan stok.

Hobi Jadi Sumber Pendapatan Ciptakan Surga Dunia


Bila Anda memiliki suatu hobi, dan bisa menulis, apa salahnya mengubah hobi itu menjadi
sumber pendapatan? Dibayar untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan, bukankah itu surga
dunia?

Berikut sejumlah hobi yang bila ditulis berpeluang menjadi uang.

1. Traveling
Daripada hanya menguras dompet, tuliskan pula pengalaman liburan Anda. Jepret dengan
kamera digital spot-spot yang bagus. Kirimkan ke majalah traveling, baik cetak maupun online.
Ingat, angle artikel Anda harus unik. Jangan sekadar menuliskan daya tarik utama tempat wisata
itu. Bila Anda ke Bali, misalnya, jangan terfokus mendeskripsikan keindahan Pantai Kuta
(gugling doang juga bisa!), tapi tulislah kehidupan ibu-ibu yang buka jasa pijat. Atau, keseharian
bule-bule penggelandang (backpacker). Angle itu jarang diangkat sehingga memperbesar
peluang artikel Anda lolos seleksi.
Honor (artikel + foto): Rp 1 – 2 juta untuk perjalanan ke luar negeri, Rp 500 ribu – 1 juta untuk
perjalanan domestik, Rp 200 – 500 ribu untuk majalah online

2. Membaca Buku
Bila Anda hobi membaca buku, tulislah resensi buku yang baru terbit atau berlabel bestseller.
Kirimkan ke media yang menyediakan space untuk resensi buku.
Atau, bila yang Anda baca itu buku berbahasa asing dan belum ada edisi terjemahannya,
terjemahkan saja. Lalu ajukan ke penerbit yang relevan dengan topik buku tersebut.
Honor resensi: Rp 500 ribu – 1 juta per resensi
Honor terjemah: tergantung reputasi penerbit, bahasa asli, dan tebal buku

3. Menolong Orang Lain


Bila Anda psikolog, seksolog, dokter, ataupun pakar di bidang lain, Anda dapat membantu
pembaca media dengan mengasuh rubrik konsultasi.
Bagaimana bila Anda bukan pakar? Nah, cobalah resapi prinsip saya ini: bila ada, raihlah; bila
tidak ada, ciptakanlah. Anda jago memasak? Tawarkan proposal konsultasi
bahan/resep/menu/masakan ke media kuliner. Anda senang utak-atik motor? Tawarkan proposal
konsultasi modifikasi motor/mobil ke media otomotif. Oh, doyan berkebun doang? Jangan patah
semangat! Tawarkan proposal konsultasi berkebun ke media agro. Bila Roy Suryo saja bisa
memperoleh label pakar telematika, kenapa Anda tidak?!
Honor: Rp 500 ribu – Rp 2 juta per bulan

4. Bergosip
Eit, jangan salah. Ibu-ibu di kompleks yang gemar bergosip, bila kreatif, bisa juga menjadikan
hobinya itu sumber pendapatan. Kumpulkan info yang Anda dapatkan dari "ngumpul bareng
tetangga". Misalnya, Bu Kokom baru melahirkan, ayahanda Pak Romli meninggal dunia, atau
Bu Fenny membuka toko kelontong di depan rumahnya. Info sederhana ini penting bagi warga
kompleks. Bila secara rutin Anda mengumpulkannya, menulis dan me-layout dengan rapi
(gunakan saja template di Microsoft Publisher), mencetaknya (cukup HVS ukuran folio,
difotokopi banyak-banyak), dan menyebarkannya ke tetangga (titipkan saja ke ketua PKK untuk
beliau bagikan di acara arisan PKK bulanan), bisa menjadi bibit bisnis menjanjikan lho.
Awalnya, carilah iklan dari tetangga yang membuka usaha lokal, juga yang berniat
menjual/menyewakan mobil atau rumah. Patok tarif murah saja. Misalnya Rp 10 ribu per spot
dan Rp 1.000,- per baris. Yang penting balik modal. Setelah bertahan tiga bulan, tawarkan
proposal kerjasama ke pihak pengembang kompleks perumahan tersebut. Mereka mendanai,
Anda terus bergosip dan menulis kontennya, laba dibagi sesuai kesepakatan.

Hobi kreatif seringkali membawa hasil yang menguntungkan bagi seseorang. Contohnya, Asniar,
warga Kelurahan Kebon Kosong ini, mampu menyokong ekonomi keluarga dari hobinya
membuat pernak-pernik.

Hal ini mungkin terdengar biasa saja. Apalagi yang dihasilkan awalnya hanya berupa tas, bros
dan cincin saja. Namun, lima tahun terakhir ini, Asniar mulai mengembangkan usahanya dengan
memasarkan hiasan bunga dari akrilik.

Jika dilihat dari jauh, hiasan bunga akrilik ini tidak berbeda jauh dengan hiasan bunga kristal
yang harganya jauh lebih mahal.

"Sekitar lima tahunan lah, saya mulai membuat hiasan bunga seperti ini. Bahannya sih mudah
didapat kemudian tinggal dirangkai saja dengan tali kenur. Saya sengaja tidak pakai lem karena
biasanya cepat lepas." tutur ibu dari enam anak ini.

Kisaran harga bunga per tangkainya adalah Rp. 15.000,-. Namun, jika beli per pot atau per vas
harganya berkisar antara Rp.60.000,- sampai Rp.250.000,-.
Distribusi hiasan bunga ini pun ternyata sudah merambah Palembang dan Lampung. "Kalau di
Palembang dan Lampung, saya titip ke toko-toko. Untuk wilayah Jakarta, saya titipkan saja ke
anak-anak atau teman-teman yang sudah saya percaya." ungkap Asniar.

Asniar juga menambahkan bahwa hiasan bunga karyanya ini menjadi produk unggulan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk Kelurahan Kebon Kosong.

"Waktu itu, saya ikutkan karya saya ini eh banyak yang minat dan jadi produk unggulan." ucap
Asniar.

Ada lagi cerita tentang datangkan omzet lewat hobi, adalah Fernando (Nando, 29 tahun), pemuda
berdarah Batak yang merintis usaha salon helm, Fernando mengungkapkan, pada awalnya usaha
kutak katik dan cat helm itu bermula dari hobinya mengumpulkan helm. Sekitar lima tahun silam
(tahun 2005), Nando yang saat itu sudah memiliki koleksi helm berbagai merek dan jenis yang
dikumpulkannya sejak duduk di bangku SMP, ditantang teman lamanya untuk bisa memperbaiki
helmnya yang rusak, yang sebelumnya kerabatnya itu ingin membeli salah satu helm
kesayangannya.

Selama ini orang memilih cara praktis mengganti helmnya yang rusak, tentunya tidak lain
menggantinya dengan membeli helm yang baru. Namun belum tentu sebegitu gampang orang
mau menukarkan helm yang sudah "enak" atau "pas"dipakai di kepala kita. Apalagi, helm itu
helm kesayangan kita karena bentuk maupun design warnanya dan stikernya sangat menarik.
Jadi apa solusinya? Salon Helm, bisa menjawab permasalahan tersebut.

"Waktu itu saya merasa sayang sekali menjual helm koleksian saya. Tapi akhirnya saya lepas
juga dibeli teman. Beberapa hari kemudian, teman itu bersama tiga orang temannya juga datang
lagi dengan membawa helmnya yang rusak minta diperbaiki. Merasa tertantang, saya berjanji
pada dia akan menghubunginya kemudian hari, untuk memperbaiki helmnya itu, dengan syarat
teman itu bisa bawa sekitar 20 helm yang mau diperbaiki. Karena kalau empat helm saja kan kita
rugi. Karena waktu itu saya belum ada keahlian khusus membetuli helm. Melihat peluang bisnis
inilah saya berangkat ke Jakarta untuk belajar reparasi helm ini. Setelah tiga bulan di sana dan
yakin saya bisa, sayapun balik ke Medan dan langsung menghubunginya, untuk segera
memperbaiki helmnya itu. Dengan modal awal cuma Rp2 juta, dari sinilah awal saya merintis
usaha salon helm ini," ungkap Nando yang hanya lulusan SMA di Belawan ini seraya
mengenang perjalanan bisnisnya itu.

Banyak jenis helm yang mampu diperbaiki oleh Nando di lapak usahanya yang persis
berseberangan dengan kampus ITM, Jalan Gedung Arca Medan itu. Khususnya helm standart,
seperti merek BMC,MDS,AGV, INK, LTD, SHOEI, WTC, CABERG, KYT. "Ya…,baru dua
tahun inilah aku fokus pada reperasi helm (salon helm) dan sekaligus jual helm baru berbagai
merek standart impor dari Korea dan Tahailand, dan ada juga buatan lokal.Tiga tahun pertama
aku masih menjual helm bekas, sekarang nggak lagi. Karena sudah makin banyak barang masuk
dari distributor/agen helm ke tempat kita.Mereka sudah percaya pada kita.Lagipun kita ibarat
bangun yang dasarnya terbuat dari beton, nggak tergantung jual helm saja, kita punya skill," tutur
pemuda yang mengaku dari sejak SMP bercita-cita hidup mandiri jauh dari ketergantungan orang
tuanya, padahal ortunya tergolong mampu ekonominya.
Dia menyebutkan, dalam sehari, usaha salon helmnya itu menampung sekitar 40- 50
order/pesanan dengan berbagai macam masalah kerusakan helm. Mulai dari ganti kaca,
busa,kain, baut kaca, sampai dengan laundry plus rabin polis yang rata-rata selesai dikerjakannya
paling lama satu hari.

"Lumayanlah..seharinya omset kita bisa sampai sekitar Rp1,5 hingga Rp2 jutaan," sebut Nando
yang saat ini mampu mempekerjakan 8 orang kenek atau karyawan yang membantu usahanya
ini.

Untuk reperasi helm, seperti ganti kaca Nando mematok tarif Rp10.000-Rp60.000, tergantung
merek dan tingkat kerumitannya, ganti busa dan kain baru (helm standart) Rp50.000-Rp90.0000,
sedangkan laundry plus rabin dikenakan biaya cuma Rp10.000, dan cat body helm Rp70.000
hingga Rp80.000 (sama ganti/pasang stiker baru).

Nando yang sebelum berprofesi sebagai tukang reperasi helm ini, sudah pernah menjalankan
usaha foto kopi dan jual koran ini menuturkan bahwa baginya prisnsip dalam menjalankan usaha
adalah kemauan, dan rajin membaca dan belajar terus terkait dengan usaha.

"Saya cuma mau kasi tips jalankan usaha salon helm ini adalah yang penting harus sudah punya
keahliannya dan benar-benar serius, sabar dan teliti. Sehingga kita tak takut bersaing dimanapun
berada. Jadi modal usaha (uang) bukan segalanya, memang ujung-ujungnya uang sih," ujarnya.
(fn/km/rf/md)www.suaramedia.com

Adakah Peluang Usaha di Rumah ?

Ada begitu banyak peluang yang bisa Anda kerjakan dan bisa menghasilkan tambahan
penghasilan jika Anda bekerja di rumah. Salah satunya adalah dengan memenuhi kebutuhan
orang dengan layanan dan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Anda bisa memulainya
dengan modal kecil dan mulai dari rumah Anda sendiri.

Sebenarnya ada banyak peluang jika Anda jeli dan rajin mengamati kebutuhan seseorang.

Anda bisa menggunakan internet untuk mencari peluang usaha yang bisa dikerjakan di rumah.
Anda akan menemukan banyak perusahaan yang mencari pekerja di rumah karena bisa
menghemat waktu dan uang bagi perusahaan.

Jika Anda memiliki bakat menulis kreatif, jangan salah terdapat banyak perusahaan yang
mencari orang berbakat menulis dan bisa dikerjakan di rumah. Diantaranya adalah mereka
mencari orang yang bisa menulis artikel,membuat slogan iklan atau bahkan menulis deskripsi
singkat tentang item yang mereka jual lewat katalog. Lihat artikel sebelumnya yang membahas
menulis kreatif yang bisa menambah penghasilan.

Jika Anda terampil dalam menjahit, banyak peluang usaha yang bisa Anda kerjakan di rumah.
Salah satunya adalah melakukan perubahan pada pakaian atau membuat pakaian. Ini adalah
kesempatan berharga untuk penjahit terampil yang ingin mencari peluang bisnis di rumah. Jika
jenis pekerjaan Anda seperti ini, maka kemungkinan Anda telah memiliki organisasi penjahit dan
semua yang perlu Anda lakukan adalah mengiklankan bisnis Anda di tempat-tempat di mana
orang akan melihat dan mengingat nama Anda.

Apakah Anda suka membuat kue? Ini adalah salah satu contoh dari peluang bisnis dengan
bekerja di rumah. Keahlian membuat Roti dan kue ulang tahun pernikahan, adalah salah satu
bisnis besar dan ideal terutama bagi Anda sebagai pebisnis yang ingin tinggal di rumah. Bila
Anda menemukan peluang bisnis di rumah, seperti yang satu ini, Anda dapat melakukannya
sendiri atau Anda dapat menyewa orang lain yang juga ingin bekerja di rumah untuk membantu
Anda.

Peluang usaha lainnya yang bisa menjadi contoh pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah adalah
menjadi konsultan diet, hairdressing, konsultan pernikahan atau seorang perencana keuangan.
Semua pekerjaan tersebut memungkinkan Anda menjadi bos dan bisa memilih waktu sendiri.
Anda tidak harus menginvestasikan uang yang besar untuk memulai usaha ini. Anda akan
menikmati ketenangan pikiran berada di rumah dan masih membawa pulang cek gaji bulanan.

Ada begitu banyak pekerjaan di rumah yang bisa menjadi peluang bisnis bagi Anda, terutama
jika Anda tetap ingin memperoleh penghasilan dan tidak ingin meninggalkan rumah untuk
bekerja di luar. Bekerja di rumah sangat cocok bagi seorang ibu rumah tangga yang ingin tetap
bisa aktif mengurus rumah tangga dan mendapatkan tambahan penghasilan. Bagaimana menurut
Anda ?

Alamat, Nama Rubrik dan Jumlah Honor Menulis di Media


Senin, Februari 21, 2011 08:57 Diposkan oleh Mieny Angel , 6 Comments
Label: Media Massa
Ada banyak kesempatan untuk menulis di media sebagai salah satu ajang aktualisasi dan
apresiasi di dunia menulis. Hampir semua media menyediakan rubrik untuk public. Yang paling
umum adalah rubric opini (bisa dengan nama lain untuk sejumlah media), cerpen, puisi dan
sebagainya.

Berikut nama media, nama rubric, alamat email dan perkiraan jumlah honor (dikompilasi dari
sejumlah sumber) :
Kompas: opini@kompas.co.id

Kompas termasuk media yang memiliki begitu banyak rubric untuk masyarakat. Selain opini,
ada rubric lain yang bisa dicoba seperti Teroka dan Teropong. Bedanya, jika rubric opini muncul
setiap hari, rubric-rubrik lain ada yang tiap satu atau dua minggu. Honor di Kompas konon rata-
rata di atas satu juta.

Jawa Pos (www.jawapos.com)

Ada beberapa rubric yang bisa dicoba: “opini”, “ruang putih”, “di balik buku”, “cerpen”, “puisi”
dsb..

Alamat email : opini@jawapos.co.id, sebutkan rubric yang dituju pada subyek email.

Honor opini sekitar Rp 750.000. Untuk Kolom Esai Budaya, Cerpen, Resensi Buku dan Dibalik
Buku: ariemetro@yahoo.com. (Untuk resensi buku, bisa dikirim yang panjang tulisannya sampai
800 kata)

Seputar Indonesia (www.seputar-indonesia.com)

Alamat : redaksi@seputar-indonesia.com. Ada Opini (muncul setiap hari), Kolom Budaya,


Resensi, Puisi, Cerpen (ada di hari Minggu saja). Tinggal kita tulis aja mau dimuat di kolom apa
pada subject email pas kirim tulisan. Honor resensi buku 200 ribu. Opini dan Kolom Budaya 400
ribu, Cerpen 400 ribu.

Lampung Post (www.lampungpost.com):

Untuk Kolom Opini: redaksi@lampungpost.co.idà ini imel utama

opinilampost@yahoo.co.id

redaksilampost@yahoo.com

Untuk Esai Budaya/Sastra dan Puisi: lampostminggu@yahoo.com, halaman opini@yahoo.com

Honor Opini 200 ribu, Cerpen 200 ribu


Media Indonesia (www.media-indonesia.com):

Untuk Kolom Opini dan Resensi Buku : redaksi@mediaindonesia.co.id

opinimi@yahoo.com

(Panjang resensi buku maximal 800 kata. Begitu juga dengan Opini. Saat kirim lebih baik semua
imel dikirimi.

Honor resensi buku dan Opini 400 ribu. Nama Kolom Resensi Buku-nya: Bedah Pustaka)

Bisnis Indonesia: redaksi@bisnis.co.id

(Biasanya tulisan yang nyerempet soal bisnis dan ekonomi. Honor sekitar 300 ribu)

Pikiran Rakyat (www.pikiran-rakyat.com) (Jawa Barat):

Untuk Kolom Opini: opini@pikiran-rakyat.com à panjang tulisan maximal 6000 karakter dengan
spasi honornya 300 ribu. Untuk Esai Sastra, Cerpen dan Puisi: khazanah@pikiran-rakyat.com à
ada di hari Sabtu

Untuk Resensi Buku: kampus_pr@yahoo.com ada cuma hari kamis (panjang tulisan 4000
karakter dengan spasi. Honornya 200 ribu.)

Koran Tempo (www.korantempo.com):

Untuk Kolom Opini: koran@tempo.co.id

Untuk Resensi Buku, Esai Sastra dan Puisi: ktminggu@tempo.co.id

Honor Opininya sekitar 600 ribu. Satu bulan sekali ada Suplemen Ruang Baca, kalo dimuat
honornya 500 ribu. Resensi buku honor 400 ribu.

Republika (www.republika.co.id): sekretariat@republika.co.id à ini buat Kolom Opini.

Kalo kirim cerpen dan puisi, selain kirim ke imel itu, kirim juga ke: ahmadun21@yahoo.com
Suara Karya (www.suarakarya-online.com): redaksisk@yahoo.com

Ada Kolom Opini. Cerpen dan Puisi hari Sabtu. Honor Opini 150 ribu

Suara Pembaruan (www.suarapembaruan.com): koransp@suarapembaruan.com

semua jenis tulisan dikirim ke imel itu. Ada Kolom Opini, Resensi Buku, Puisi dan Cerpen

Koran Jakarta (www.koran-jakarta.com) : redaksi@koran-jakarta.com

(Setiap hari ada Kolom Opini (namanya Gagasan) dan resensi buku (Perada). Honor 400 ribu
untuk Opini, Resensi buku 280 ribu. Kalau mau dimuat, biasanya ditelfon terlebih dahulu.

Suara Merdeka (www.suaramerdeka.com): naskah@suaramerdeka.info dan wacana@gmail.com.

Ini koran Jawa Tengah, InsyaAllah bisa dicoba oleh penulis lain dari luar daerah.

Catatan Tambahan :

1. Untuk Rubrik Opini, secara umum tulisan berkisar 700-850 kata.

2. Tulisan bisa dimuat satu hari setelah kirim, satu minggu, dua minggu atau bahkan dua bulan
setelah kirim, umumnya juga tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

3. Selain actual, kenali karakter media dengan sering mengunjungi webnya masing-masing.

Selamat mencoba dan berkarya…..


Apa Syarat Menulis Opini Kompas?
(Bagian 1)

PERTANYAAN di atas sering terlontar dari rekan maupun saat pelatihan. Saya hanya bisa menjawab
bahwa artikel harus aktual, artinya sesuai dengan peristiwa terkini. Jawaban ini sesuai pengalaman saat
untuk pertama kali artikel saya dimuat di halaman opini Kompas, yang dulu dikenal sebagai “Halaman
4”.

Waktu itu, artikel saya yang berjudul “Berharap dari KPAT Ke-8” bisa lolos seleksi dan dimuat di
“halaman bergengsi” itu pada Rabu 20 Juni 1990, karena disesuaikan dengan adanya Kongres
Perpustakaan se-Asia Tenggara di Jakarta. Saat artikel itu muncul, Kongres baru saja dimulai. Artinya,
antisipasi dan persiapan saya saat menulis artikel itu dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya!

Halaman 4 Kompas yang memuat Tajuk Rencana dan Opini yang sekarang menjadi Halaman 6, sering
dianggap sebagai “Universitas”-nya Kompas. Tempat dimana pemikiran paling mutakhir dari para pakar
tercurah. Ada tempat pembelajaran lintas ilmu di sini, selain juga bisa mengetahui arah kebijakan
Kompas (baca keberpihakan) lewat Tajuk Rencana dalam menyikapi perkembangan zaman. Kecuali Tajuk
Rencana, opini merupakan halaman khusus untuk pembaca atau dalam hal ini pakar, tidak boleh
wartawan Kompas menulis opini di situ. Selain bergengsi, honor yang diberikan pun di atas rata-rata
honor artikel pada media massa lain.

Mengetahui syarat-syarat yang diinginkan Kompas mengenai sebuah artikel, mungkin salah satu strategi
dalam menyiasati artikel agar bisa dimuat. Setelah meminta izin dari Fitrisia M (Mbak Poppy) dari Desk
Opini, saya memaparkan 17 penyebab sebuah artikel ditolak oleh Desk Opini Kompas.

1. Topik atau tema kurang aktual


2. Argumen dan pandangan bukan hal baru
3. Cara penyajian berkepanjangan
4. Cakupan terlalu mikro atau lokal
5. Pengungkapan dan redaksional kurang mendukung
6. Konteks kurang jelas
7. Bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang populer
8. Uraian Terlalu sumir
9. Gaya tulisan pidato/makalah/kuliah
10. Sumber kutipan kurang jelas
11. Terlalu banyak kutipan
12. Diskusi kurang berimbang
13. Alur uraian tidak runut
14. Uraian tidak membuka pencerahan baru
15. Uraian ditujukan kepada orang
16. Uraian terlalu datar
17. Alinea pengetikan panjang-panjang.

Sahabat sekalian yang berminat menulis opini tinggal menegasikan saja 17 persyaratan di atas.
Poin pertama, misalnya, topik atau tema harus aktual. Poin kedua argumen dan pandangan harus
hal baru. Poin tiga, penyajian jangan berkepanjangan alias cukup singkat saja, dan seterusnya.
Tentu saja ada “trik” lain agar opini bisa lolos dan dimuat, tetapi itu akan saya paparkan di lain
kesempatan.

Syarat lain yang amat penting menurut Kadesk Opini Kompas Tony D. Widiastono, adalah panjangnya
artikel yang cukup 5.300 karakter atau 700 kata saja dalam Bahasa Indonesia. Biar lebih cepat
sampai,tulisan dikirim lewat imel ke alamat: opini@kompas.co.id. Naskah yang lolos pemeriksaan akan
dimuat secepatnya. Jika tidak bisa dimuat, dipastikan dikembalikan paling lama dua minggu dari
penerimaan naskah.

Bagaimana, Anda berani mencoba?

Apa Syarat Menulis Opini Kompas?

(Bagian 2)

SEORANG sahabat memberi komentar pada postingan saya sebelumnya, bahwa syarat menulis
di Kompas harus ditambahkan dua poin lagi, yakni poin 18: kesulitan tempat untuk memuat
artikel Anda, dan 19: nama penulis tidak terkenal. Mungkin ini satir atau sindiran halus semata.

Bahwa ada coretan editor di Desk Opini terhadap naskah yang dikembalikan (retour) dengan
tulisan tangan berbunyi “Redaksi kesulitan untuk memuat artikel Anda”, ada benarnya. Sekadar
berbagi info saja, setiap hari editor Desk Opini serta stafnya harus membaca kurang lebih 80-100
artikel yang masuk. Padahal, naskah yang kemungkinan bisa dimuat hanya 2 sampai 4 artikel
saja.

Sesungguhnya jika ada coretan tangan editor bahwa “Redaksi kesulitan untuk memuat artikel
Anda”, itu artinya artikel tersebut masuk nominasi. Sudah dibaca sekian orang dan lolos
saringan. Hanya saja setelah dibandingkan dengan artikel lain yang senada dan juga lolos
nominasi, pilihan mau tidak mau harus dilakukan.

Bahwa penulis harus orang yang terkenal atau dikenal sehingga penulis tidak terkenal tidak bisa
lolos, itu sepenuhnya salah. Saya tidak akan jauh-jauh mengambil contoh pengalaman orang,
tetapi pengalaman saya sendiri, meski mungkin terpaksa harus saya ceritakan kembali.

Pada hari Rabu, 20 Juni 1990, saat artikel saya dimuat untuk pertama kalinya di halaman 4
Kompas, percaya atau tidak: itu adalah artikel pertama yang saya kirimkan ke Kompas sekaligus
tulisan saya yang dimuat pertama kalinya di Kompas . Tentu saja saya bukan siapa-siapa saat itu,
tidak pula penulis yang dikenal. Kecuali mungkin komunitas pembaca majalah berbahasa Sunda,
Mangle, sebab di majalah itu saya sering menulis “carpon” atau cerita pendek. Itupun tidak
banyak.

Mengapa artikel saya yang bukan siapa-siapa bisa lolos dan dimuat? Fakta ini mungkin bisa
mematahkan asumsi bahwa tidak harus penulis terkenal saja yang artikelnya bisa dimuat di
halaman 4 (kini halaman 6) Kompas!

Memang sekali waktu, sebagaimana saya tangkap dari Kadesk Opini Kompas Tony D.
Widiastono saat temu penulis di Surabaya dua tahun lalu, bahwa mereka yang menulis untuk
halaman opini diutamakan yang setidak-tidaknya sarjana atau sudah lulus S1, bukan masih
mahasiswa. “Tulisan opini bukan untuk coba-coba, tetapi kepakarannya harus jelas dan bisa
dipertanggungjawabkan,” kata Tony saat itu.

Meski demikian, mahasiswa (yang belum sarjana S1) tidak dilarang menulis dan mengirimkan
opininya ke Kompas. Menurut staf sekretariat Desk Opini, sampai sekarang sejumlah mahasiswa
yang belum lulus S1 mengirimkan artikelnya. Bahwa opini mereka belum bisa dimuat, itu soal
lain.

Akan tetapi rekan sefakultas saya di Universitas Padjadjaran, Yudi Latif (kini bergelar doktor
dan menjadi Deputi Rektor Universitas Paramadina), tiga artikelnya dimuat di halaman opini
Kompas dalam kurun waktu 1989. Untuk diketahui, saat itu Yudi masih mahasiswa. Hal sama
terjadi pada Denny JA yang sangat produktif menulis di halaman 4 Kompas justru saat ia masih
mahasiswa alias belum lulus S1. Anda, mengapa tidak?

Apa Syarat Menulis Opini Kompas?

(Bagian 3)

DALAM dua postingan terdahulu, Berbagi Pengalaman Menulis (34 & 35), selintas saya memaparkan
syarat-syarat menulis artikel untuk Kompas. Mengapa tidak syarat menulis cerita pendek (cerpen) atau
tulisan lainnya? Barangkali soal waktu dan pilihan saja. Ke depan, saya juga akan menyentuh hal itu.

Anggapan umum mengatakan: jangan lepaskan peristiwa atau wacana terkini, lalu tulis dan cepat
kirimkan tulisan kepada Kompas (atau mungkin media lainnya), jangan biarkan penulis lain
memangsa isu mutahir itu! Begitu kira-kira.

Maaf bukan maksud mematahkan anggapan ini. Untuk Kompas, main ambil peristiwa mutahir
untuk kemudian sesegera mungkin kita tulis, tidaklah cukup. Ada hal lain dari sekadar main
cepat-cepatan seperti itu, yakni kepakaran penulis.

Pakar bukan berarti doktor atau professor. Menunggu doktor atau professor menulis, sama saja
menunggu Godot tiba karena tidak sedikit professor dan doktor Indonesia yang malas menulis.
Kepakaran dengan sendirinya mematahkan anggapan ‘ambil secepatnya peristiwa/isu mutahir’.

Kalau ada peristiwa terkini, katakanlah ledakan bom di Pakistan saat menyambut Benazir
Bhutto, tentu saja tidak sembarang penulis yang akan mengambil peristiwa hot itu untuk
dijadikan sebuah opini maupun artikel. Anda yang bukan pakar Pakistan, tentu cukup tahu diri
untuk tidak akan membuat analisis berita atau artikel mengenai peristiwa berdarah di negerinya
Ali Bhutto ini.

Sebaliknya, Kompas akan melihat kepakaran penulis, apakah dia orang yang tepat (prominent)
dalam menulis Pakistan, atau sama sekali tidak. Beda misalnya dengan Anda yang mahasiswa S1
Jurusan Hubungan Internasional yang sedang menyusun skripsi mengenai politik kontemporer
Pakistan, Anda adalah orang yang tepat. Setidak-tidaknya Anda menulis atribusi Anda sebagai
‘mahasiswa, sedang menyusun skripsi mengenai politik kontemporer Pakistan’.

Apakah hanya karena menulis skripsi Anda dianggap cukup pakar soal Pakistan? Dewan redaksi
opini yang akan menentukan, toh setidak-tidaknya Anda punya perhatian dan minat khusus pada
politik Pakistan dibanding penulis lain yang baru mengenal Pakistan “kemarin sore”. Anda pasti
membaca banyak buku referensi mengenai Pakistan dalam menyusun skripsi. Anda pasti lebih
“berharga dan berilmu” dibanding penulis yang menggunakan atribusi ‘pemerhati Pakistan’ atau
‘peminat masalah Pakistan’. Dengan demikian tulisan Anda bakal dilirik editor opini karena
kepakaran Anda yang dalam hal ini intensitas Anda dalam mendalami Pakistan.

Anda yang professor, doktor , atau pengkaji khusus masalah-masalah Pakistan, dengan
sendirinya “seharusnya” menulis mengenai politik Pakistan mutakhir pasca pengeboman
dahsyat. Asal tahu saja, editor Opini sering menelepon pakar tertentu hanya untuk menanyakan
apakah bersedia menulis mengenai peristiwa terkini. Nah, bukankah ini peluang yang baik jika
Anda yang memiliki kepakaran tertentu segera menulis artikel atau opini mengenai peristiwa
mutahir ini.

Apa yang harus Anda tulis dari peristiwa bom Pakistan? Bukan bermaksud mengajari bebek
berenang, Anda setidak-tidaknya harus menjelaskan siapa Benazir Bhutto? Apa hubungannya
dengan ‘Bapak Pakistan’ Zulfikar Ali Bhutto? Mengapa Benazir kembali ke Pakistan? Mengapa
dia dibuang atau mengasingkan diri di negeri orang? Apa maksud Benazir kembali ke Pakistan?
Bagaimana reaksi Parvez Musharraf? Apa yang kemungkinan akan dia lakukan terhadap
Benazir: dirangkul atau ditentang?

Mengapa pelaku bom disebut-sebut Al Qaeda? Apa betul organisasi pimpinan Osamah bin
LAden itu yang melakukannya? Apa tidak ada kemungkinan lain, misalnya intelijen Pakistan?
Apa hubungan Benazir dengan Al Qaeda? Mengapa Al Qaeda begitu marah kepada Benazir?
Coba jelaskan situasi politik Pakistan ke depan pasca kehadiran kembali Benazir dan aksi-aksi
Al Qaeda yang semakin massif ke depan! Cermati pula peran Amerika Serikat yang
berkepentingan menjadikan Pakistan sebagai penangkal teroris dalam kemelut Pakistan ini!

Satu hal yang perlu diingat, Anda harus menuangkan semua persoalan di atas dalam sebuah
tulisan yang concise, ringkas, dan padat. Tidak lebih dari 5.000 karakter.

Ada beberapa hal lain yang akan saya ceritakan, tetapi baiknya di postingan mendatang saja.
Masih tema yang sama soal menulis artikel di Kompas, tetapi dalam tema yang lain, yakni soal
atribusi. Sampai bertemu lagi.
Apa Syarat Menulis Opini Kompas ? (Bagian 4)

ARTIKEL atau opini yang ditulis untuk Harian Kompas, menunjukkan siapa, apa dan bagaimana
kapasitas penulisnya. Untuk itu, artikel yang ditulis oleh dua orang atau lebih sudah otomotis
akan dianulir alias dikembalikan kepada para penulisnya. Artikel mutlak harus ditulis sendiri,
tidak boleh tandem.

Mengapa artikel harus ditulis sendiri? Sebab artikel itu harus bisa dipertanggungjawabkan secara
ilmiah oleh penulisnya sendiri. Ibarat mempertahankan skripsi, tesis atau disertasi, semua harus
dilakukan sendiri oleh penulisnya. Bukankah tidak ada yang menulis skripsi, tesis, atau disertasi
secara keroyokan? Begitu pula menulis artikel.

Memulai menulis bukan berarti harus tandem dengan penulis yang sudah jadi atau ternama.
Asumsinya, penulis ternama yang sudah biasa menulis di media massa, adalah jaminan mutu.
Dengan demikian ia bisa “mempromosikan” kolega, kerabat atau keluarganya untuk “sama-
sama” menulis. Sebaliknya, penulis baru bisa mendompleng nama penulis yang sudah dikenal.
Pokoknya asalkan nama penulis itu bisa termuat di koran. Alhasil, artikel ditulis oleh dua orang
atau lebih. Ini tidak boleh dilakukan kalau ingin menulis artikel di Kompas. Sendiri saja dan
percaya diri sajalah.

Atribusi atau penyebutan yang melekat ke dalam diri penulis, juga harus menunjukkan
kepakaran penulisnya. Misalnya: Polan, penulis adalah Dokter Bedah. Atau penulis adalah
Peneliti LIPI, atau penulis adalah Guru Besar Linguistik, atau bahkan penulis adalah Guru TK,
dan seterusnya. Jadi, tidak ada lagi atribusi yang menyebutkan bahwa penulis adalah pengamat
seni atau penulis adalah penikmat sastra. Tidak ada lagi atribusi yang tidak menunjukkan
kepakaran penulisnya.

Pengamat dan penikmat meskipun bisa dan mampu menulis, tetapi tentu saja kedalaman bahasan
yang mereka tulis akan berbeda dengan penulis yang sudah teruji kepakarannya. Namanya juga
pengamat apalagi penikmat, hal itu bisa dilakukan sambil lalu saja, tidak benar-benar mendalami
persoalan yang ditulisnya. Padahal, pembaca artikel atau opini Kompas tidak sedang membaca
sambil lalu. Para pembaca memerlukan opini yang mencerahkan, sesuatu yang baru atau setidak-
tidaknya ada kebaruan (novelty), suatu bahasan atau kajian yang berbeda dari yang lain dan
syukur kalau bisa memberikan inspirasi.

Bagaimana Mencari Peluang Menulis yang Ada


Submitted by team e-penulis on Jum, 18/04/2008 - 9:08am

Pengantar
Apakah Anda suka menulis? Pernahkah Anda berpikir untuk menulis bagi orang lain atau
perusahaan? Ada banyak peluang untuk menulis jika Anda berpikir seperti itu. Berikut adalah
beberapa tips untuk membantu Anda menemukan peluang itu.

Langkah Pertama

Apa yang ingin Anda tulis; artikel, makalah, jurnal, atau buku? Tergantung dari apa yang ingin
Anda tulis, Anda dapat menemukan banyak peluang di banyak tempat yang berbeda.

Langkah Kedua

Membuat blog. Anda dapat membuat blog di internet dengan gratis. Gunakan mesin pencari
untuk mencari situs-situs blog yang tersedia di dunia maya. Saat Anda sudah membuat blog,
Anda dapat mencari blog-blog milik orang lain. Banyak blogger yang menulis untuk bersenang-
senang, dan juga karena alasan profesional, menyediakan tautan yang berisi informasi peluang
menulis.

Langkah Ketiga

Bergabung dengan grup. Banyak situs memiliki grup dan klub penulis, tidak peduli jenis penulis
seperti apa Anda. Grup dan klub seperti itu adalah tempat yang sangat baik untuk menemukan
peluang menulis. Wadah seperti itu juga memungkinkan Anda untuk berinteraksi dengan
penulis-penulis lain seperti Anda.

Langkah Keempat

Carilah dengan rutin. Gunakan mesin pencari untuk mencari peluang menulis. Anda harus
berhati-hati saat melakukannya karena ada banyak jebakan di dunia maya yang harus Anda
hindari. Anda akan tahu apakah peluang menulis itu resmi dan bisa dipercaya atau tidak,
terutama saat Anda tidak perlu merogoh kocek untuk mencoba peluang menulis yang Anda
temukan. (t/Dian)

Bagaimana Caranya Mendapatkan Uang dengan Menulis?

Bekerja di rumah dengan menjadi penulis lepas

Anda memiliki hobi menulis ? jangan sia-siakan hobi Anda tersebut, karena dengan hobi dan
kemampuan Anda menulis tersebut Anda bisa mendapatkan penghasilan tambahan loh. Apalagi
sekarang pekerjaan menulis tersebut banyak tersedia secara online, tidak peduli jarak dan waktu.

Berikut ini adalah beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan menulis :


 Menjadi editor website
 Menjadi Penulis lepas
 Menulis resume
 Menulis tentang cara melakukan optimasi website ( SEO )
 Menulis blog
 Menulis pesan kartu ucapan
 Menulis website
 Menulis buku dan penerbitan untuk keuntungan sendiri
 Terjemahan bisnis
 Menulis artikel
 Menulis ebook
 Menulis buku
 Menulis rencana bisnis
 Menulis skenario untuk film, dokumenter, dan televisi
 Membuat script telemarketing
 Advertising copy
 Menjual copy writing,termasuk katalog, dan website ecommerce
 Menulis siaran pers
 Menulis teknis penulisan termasuk buku petunjuk dan manual
 Menjadi penulis perusahaan, termasuk buku pedoman karyawan dan laporan tahunan
 Menulis cerita fiksi pendek
 Menulis fiksi termasuk buku anak-anak

Pekerjaan yang berhubungan dengan menulis, tersedia cukup banyak di internet. Anda bisa
mendapatkannya melalui search engine. Tapi saran saya Anda harus tetap hati-hati terhadap
tawaran yang ada di internet, dengan tidak memberikan informasi pribadi dan mengeluarkan
sejumlah uang sebelum Anda yakin bahwa pekerjaan tersebut memang benar adanya. Biasanya
website yang menyediakan pekerjaan tersebut akan memberikan petunjuk dan bantuan
bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan tersebut dan memberikan peringatan untuk selalu
hati-hati terhadap berbagai penipuan yang ada.

Berikut ini adalah beberapa website yang menyediakan pekerjaan menulis secara online :

* Elance http://www.elance.com
Terdapat sekitar 1.167 jenis pekerjaan menulis

* Http://www.rentacoder.com
Website ini menawarkan sejumlah peluang termasuk menulis artikel web, produk e-commerce,
menyalin tulisan, menulis tentang mesin pencari(SEO), pekerjaan menulis yang lebih kecil
seperti posting forum.

* Odesk.com http://www.odesk.com
Sejumlah peluang menulis diposting di situs ini, sebagian besar terfokus pada menulis artikel,
menulis web dan teknis menulis
* http://www.freelancer.com
Di situs ini terdapat pekerjaan menulis seperti menulis lepas, menulis konten untuk situs web,
menulis akademik, menulis review produk.

* Menulis Jobs Online  http://www.online-writing-jobs.com/


Terdapat ribuan listing iklan diklasifikasikan dalam mencari berbagai penulis. Tapi Anda harus
hati-hati terhadap penipu yang ada luar sana.

* Menulis Tawaran http://www.writingbids.com/


Terdapat 1000 penulis lepas untuk menulis tawaran, tapi Anda tetap harus waspada terhadap
penipuan

* Associated Konten https://publish.associatedcontent.com/signup.shtml


Anda dapat mengajukan permohonan untuk mengirimkan konten Anda dan akan dibayar,
meskipun kemungkinan lebih tinggi jika Anda adalah seorang penulis yang sudah matang

* WritingCareer.com http://www.writingcareer.com/writingjobs/index.php

* FreelanceWriting.com
Lihat petunjuk untuk mendapatkan pekerjaan menulis di
http://www.freelancewriting.com/guidelines/pages/index.php

* Craigslist http://www.craigslist.com
Anda juga dapat menemukan lowongan pekerjaan menulis lepas di Craigslist. Anda harus tetap
hati-hati, verifikasi kebenaran poster pekerjaan tersebut, biar Anda tidak membuang waktu dan
tenaga dengan percuma.

* Reviewstream.com http://www.reviewstream.com/
Situs yang menyediakan pembelian review konsumen

* Helium http://www.helium.com/marketplace
Situs ini menawarkan pasar untuk penulis lepas

Berapa Sih Honor Menulis di Media Cetak?

REP | 21 February 2011 | 11:20 745 113 5 dari 15 Kompasianer menilai


aktual
Banyak penulis yang enggan atau seakan tersipu-sipu bila ditanya berapa honor menulis artikel
di media cetak? Terlalu vulgar, alasannya. Sebagian lagi hanya menjawab  diplomatis, 
“pokoknya menyenangkanlah….”.  Ada juga membandingkan dengan parameter tertentu,
“pokoknya cukup buat ongkos bolak-balik Bandung-Jakarta sepuluh kali.”

Waah, tentu bias sekali. Padahal banyak pembaca yang ingin tahu berapa sih nominal
honorarium sebenarnya ketika karyanya dimuat di rubrik Forum Guru Pikiran Rakyat?  Atau di
Kompas? Republika? Atau di media korps seperti Suara Daerah PGRI Jabar?

Saya pun awalnya seperti demikian.  Tapi merahasiakan terus dan membuat orang lain penasaran
rasanya tak sampai hati terus-terusan menyimpan unek-unek ini.  Toh, saya memperoleh honor
pun resmi dan tentu halal… Resmi karena menggunakan kuitansi dan dicatat bagian keuangan
sebuah media, bukan?

Dokumentasi Karya di Media Cetak

Justru ketidakjelasan ini membuat saya merasa bersalah, banyak kawan-kawan termasuk kawan
penulis yang akan menulis di media tertentu,  akhirnya hanya menduga-duga. Berapa sih?

Boleh jadi ukurannya dijadikan patokan pembaca adalah panjang tulisan dibuat, banyaknya
gambar, atau besarnya judul tulisannya. Atau ukuran harga majalah dan lingkup distribusinya…

Ini jelas keliru.  Honorarium menulis di media cetak, menurut pengalaman saya berdasarkan
rubrik yang diisi. Panjang halaman diabaikan, kalau di rubrik yang sama honornya pun sama.
Namun,  saya tidak begitu paham apakah honornya sama penulis biasa dengan penulis VIP 
seperti pejabat publik atau anggota dewan di rubrik yang sama. Kalau penulis tamu yang
diminta, dugaan saya bisa jauh lebih besar hehe…

Yang jelas honor menulis di media cetak amat membahagiakan.  Berbeda dengan uang gaji,
atau rapelan tunjangan sekolah, penggunaan amat ketat dan sudah ditunggu berbagai keeprluan. 
Honor tulisan membuat suka cita. Tak jarang, uang honor menulis untuk mentraktir kawan
sejawat, atau makan di luar rumah bersama anak-anak.  Pokoknya lepas, bak mendapat durian
runtuh.

Berdasarkan pengalaman saya yang alhamdulillah beberapa tulisannya  dipercaya tayang di


beberapa media berbeda, honorarium menulis tidak sama.  Pengalaman menulis di Forum guru
Pikiran Rakyat honorariumnya Rp. 300.000, dipotong pajak 5% jadi sekitar Rp. 285.000,00.
Lumayan untuk neraktir guru satu sekolahku.  Jangan kaget, Guru SD cuma 6 orang lho. Bila
harga bakso favorit cuma 8.000 rupiah per porsi cukup Rp. 48.000, sisanya masih diatas Rp. 200
ribu dapat banyak dibawa pulang.

Honor menulis yang terbesar saya peroleh saat menulis di rubrik Forum dan Anjungan Kompas
(dulu di Biro Jabar) honornya Rp. 500.000,00 setelah dipotong pajak diterima bersih Rp.
450.000,00.
Honor menulis di rubrik Akademia Republika sebesar Rp. 200.000,00 (setelah dipotong PPH
bersih Rp. 188.000,00).  Honor menulis di rubrik Suluh Tribunjabar diterima bersih  sebesar
Rp. 200.000,00.  Di Galamedia, di rubrik Opini dan Pendidikan, saya mendapat honor Rp.
75.000 dan Suara Guru (Galamedia) Rp. 50.000,00.

Di majalah Mangle, honor untuk Barakatak 5.000 per humor.  PPM 10.000,00 dan untuk
Mimbar Atikan Rp. 30.000,00.  Honor ini suka diambil dua bulan sekali, yahhh lumayan juga
buat beli buku di samping kantor Mangle, yakni Pasar  Buku Palasari.

Di majalah internal korps, Suara Daerah PGRI Jabar sebelumnya honor per tulisan Rp.
75.000,00, sejak Oktober 2010 naik menjadi Rp. 100.000,00.  Untuk BKW Disdik Jabar
menyediakan uang lelah Rp. 50.000,00 per artikel yang dimuat.

Ada juga media catak tidak jelas honornya, tapi tentu bukan semata-mata pertimbangan honor
saya untuk tetap mengisi media tersebut.  Menurut saya, bagaimana pun suatu media mempunyai
segmen  dan komunitas baik pembaca maupun penulisnya.  Dengan menjalin silaturahmi, saya
banyak mendapat  manfaat, setidaknya pengayaan wawasan dan pergaulan.

Bagi penulis, kepuasan bukan sekadar diukur oleh materi. Kepuasan bathin bisa berbagi dan
menghibur publik, adalah kepuasan sesungguhnya.  Menulis telah menjadi bagian panggilan
jiwa. Di mana pun, kapan pun, menulis dapat dilakukan.****

Johan Wahyudi

Writerpreneur dan Edu Trainer, Penulis dan Penyunting Buku, Pengajar, Peneliti
(PTK),Penerima Beasiswa Kemendiknas Program Doktor, dan Motivator. Senang diundang untuk
berdiskusi tentang Penulisan PTK atau Buku. BANYAK MEMBERI BANYAK MENERIMA. HP 0856 251 7895
atau email jwah1972@gmail.com.

Kelebihan Menulis Buku Teks

Menulis buku itu mudah. Teramat mudah. Setiap pribadi yang berkemampuan menulis pasti
berkesempatan menjadi penulis buku. Terlebih saat ini dibutuhkan naskah-naskah buku. Banyak
penerbit memberi banyak kesempatan kepada penulis pemula untuk merambah dunia kepenulisan
buku. Lihatlah iklan media cetak. Hampir setiap hari ditemukan informasi tentang kebutuhan naskah
buku. Ini adalah kesempatan bagi para penulis untuk membuktikan talentanya. Maka, memanfaatkan
kesempatan dan memaksimalkan kemampuan merupakan modal utama untuk mewujudkan cita-cita
itu.
Jika naskah itu terwujudkan menjadi buku, betapa gembiranya sang penulis. Impian menjadi penulis
tercapai sudah. Impian yang tak pernah termimpikan kini menjadi kenyataan. Dan itu adalah puncak
kebahagiaan bagi sang penulis. Benarkah itu? Menurutku, itu adalah salah.

Puncak kemahiran menulis buku seseorang terletak pada kemampuan menulis buku teks. Buku teks
sering disebut pula buku pelajaran, buku pegangan, dan buku paket. Buku-buku itu disusun dengan
kriteria yang teramat rumit. Oleh Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP), kriteria penilaian
kelayakan buku teks mencakup semua aspek buku. Aspek-aspek itu meliputi penilaian bahasa, penilaian
grafika, penilaian aktualitas isi, dan penilaian kesesuaian dengan Standar Isi (SI) sesuai dengan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Teramat berbeda dengan buku-buku umum (general books).

Bahasa buku teks harus terbaca dan terpahami oleh setiap siswa berdasarkan jenjang dan kategorinya.
Ini menjadi masalah yang teramat sulit terpecahkan jika penulis tidak terbiasa menulis buku pelajaran.
Mengapa? Karena buku teks harus ditulis dengan bahasa Indonesia baku.

Penilaian grafika juga teramat rumit. Semua komponen itu meliputi jenis huruf, ukuran huruf, ukuran
buku, proporsionalitas antara gambar dan materi, dan penjilidan. Semua harus dipenuhi penulis. Itu
teramat sulit dilakukan jika penulis tidak mempunyai keluasan dunia grafika.

Kondisi itu masih diperparah dengan penilaian aktualitas isi. Materi yang disajikan dalam buku harus
terkondisi terkini. Setidak-tidaknya, materi itu berisi peristiwa setahun berjalan. Ini dapat menjadi
kendala jika penulis tidak mengikuti perkembangan materi. Anda tentu pernah mendengar perubahan
tata surya di mana planet Pluto tidak termasuk tata surya lagi. Jika penulis tidak mengetahui informasi
ini, jangan harap naskah bukunya lolos penilaian.

Dan komponen terakhir adalah kesesuaian materi dengan standar isi. Pemerintah selaku regulator telah
menetapkan rambu-rambu itu melalui Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Setiap penulis harus
menaati Standar Isi itu. Lalu, penulis harus menyusun peta konsep untuk setiap Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SKKD). Ini tidak mudah. Ketika peta konsep sudah tersusun, penulis harus berjibaku
mengumpulkan materi untuk penyusunannya. Proses itu berjalan begitu lama dan rumit. Teramat rumit
dan sulit. Maka, benar jika ada anggapan bahwa belum menjadi penulis buku jika belum menulis buku
pelajaran.

Meskipun proses penulisan buku teks begitu rumit dan sulit, Anda tidak perlu khawatir. Mengapa?
Karena buku teks mempunyai banyak kelebihan dibandingkan jenis buku lainnya. Ada empat kelebihan
yang terkandung dalam buku teks, yaitu nilai royalti yang teramat tinggi, penjualan bersifat massal,
menjadi guru sejati, dan tercatat dalam sejarah.

Nilai Royalti yang Teramat Tinggi

Pada tahun 2008, pemerintah mengumumkan hasil penilaian terhadap buku teks. Setiap buku teks yang
dinyatakan lolos, pemerintah membelinya dengan banderol Rp 100 juta – 175 juta. Buku yang terbeli
akan menjadi Buku Sekolah Elektronik (BSE). Anda tentu akan terkagum jika mengetahui bahwa ada
seorang penulis mampu meloloskan 5 buah bukunya.

Jika tidak boleh dibeli pemerintah, penulis dapat bekerja sama dengan penerbit. Lalu, penerbit itu akan
menerbitkan buku itu secara berlipat. Dan itu berarti bahwa penulis akan mendapatkan royalti yang juga
berlipat-lipat. Maka, Anda tidak perlu heran jika setiap tahun penulis itu selalu menerima royalti dalam
jumlah yang menyilaukan mata.

Penjualan Bersifat Massal

Buku teks selalu dibutuhkan siswa. Tanpa buku teks, siswa seakan diajak ke rimba raya tanpa kejelasan
tujuan. Meskipun saat ini tersedia LKS (Lembar Kerja Siswa), itu tidak mengurangi omzet penjualan buku
teks. LKS harus diposisikan sebagai pelengkap. Ibarat makan, nasi adalah buku teks dan LKS adalah
sayur-lauknya. Tidak akan pintar seorang anak jika hanya disodori LKS.

Bagi penulis, kebutuhan itu merupakan peluang dan kesempatan berharga. Terlebih, penjualan buku
teks bersifat masal. Artinya, kebutuhan buku teks bersifat komulatif. Jika suatu kelas atau sekolah
membeli buku teks, tentu itu disesuaikan dengan jumlah siswanya. Dan sekolah pasti membeli buku dari
penulis dan atau penerbit yang sama. Sekolah akan membeli buku teks sejumlah siswanya. Mengapa?
Tentu itu bertujuan untuk menjaga kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

Karena buku teks selalu dibutuhkan sekolah, penerbit dan penulis akan berlomba menyajikan buku teks
yang berkualitas terbaik. Untuk menghasilkan buku teks terbaik, tentu dibutuhkan mutu cetakan dan
grafika terbaik pula. Maka, mustahil tersedia buku teks berkualitas terbaik tetapi berharga murah.

Menjadi Guru Sejati

Guru sejati adalah guru yang menginspirasi siswa dan orang lain. Itu berarti bahwa guru harus
berkemampuan untuk menjadi teladan bagi lingkungannya. Dalam posisi demikian, guru harus
menunjukkan profesionalitas sebagai guru. Dan guru profesional adalah guru penulis. Mengapa?

Guru penulis telah mampu menunjukkan contoh nyata dalam bentuk karya nyata. Guru itu tidak hanya
mahir bertutur kata di depan siswanya. Namun, guru itu mampu menguasai bahan atau materi pelajaran
dengan sangat baik. Karena semua telah ditulis melalui buku-bukunya. Luar biasa!

Tercatat dalam Sejarah

Penulis adalah pencatat sejarah. Tanpa penulis, sejarah hanyalah kisah yang beredar tanpa pengarang.
Kisah itu hanya berkembang dari mulut ke mulut. Dan itu berarti bahwa kita kembali ke zaman
prasejarah kala manusia belum mengenal huruf dan angka.

Penulis buku adalah pencatat sejarah. Setiap peristiwa tercatat dalam karyanya. Karya-karyanya selalu
diburu untuk dibaca, dipelajari, dianalisis, dan dikembangsempurnakan. Maka, penulis itu telah tercatat
dalam sejarah sebagai pribadi yang merintis jalan menuju jalan terang. Pada akhirnya, generasi akan
mengenang sang penulis, melanjutkan cita-citanya, dan mendoakan kebaikannya. Tentu wajar-wajar
saja jika penulis itu begitu dihormati karena karya-karyanya.

Begitulah sahabat kompasiana yang baik hati. Tulisan ini sekadar merangkai pengalaman pribadi kala
saya belajar menulis buku teks. Alhamdulillah, saya telah menulis 12 buku teks, 3 buku model
pengembangan silabus buku teks, dan 10 modul bahan ajar. Sejujurnya, perjuangan untuk menjadi
penulis buku teks memang memerlukan keuletan yang luar biasa. Tanpa konsistensi dan menjaga niat,
mustahil cita-cita itu terwujud. Kini, Tuhan telah mengabulkan keinginan itu. Semoga buku-buku itu
dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Amin. Majulah pendidikan Indonesia.
Terima kasih.

Kesempatan Emas untuk Menjadi Penulis Buku

OPINI | 24 November 2010 | 15:58 277 44 2 dari 3 Kompasianer menilai


Aktual
Ayo sahabat, kita menulis buku!

Tadi, saya mendapat telepon dari kantor penerbit. Saya diminta untuk menemui kepala bagian.
penerbitan buku sekolah. Tentu saja saya menyambut panggilan itu. Untuk keperluan itu, saya
pun bergegas untuk berkemas. Dan saya pun segera menemui kepala bagian penerbitan.

Sesampai di kantor, saya langsung ditemui kepala bagian. Beliau menyodorkan beberapa
lembaran kertas. Setelah itu, beliau pun menerangkan isinya. Ternyata, kertas itu berisi
pemberitahuan tentang penulisan Buku Deradikalisasi untuk SD, SMP, dan SMA.

Pemerintah memang sedang menggiatkan penulisan buku. Ini mungkin disebabkan kebutuhan
buku yang semakin banyak dari tahun ke tahun. Maklum saja, jenjang pendidikan SD hingga
perguruan tinggi diwajibkan mempunyai gedung perpustakaan. Tentu ini adalah ladang subur
bagi penerbit dan penulis buku.

Penulisan buku deradikalisasi berprinsip dan bertujuan untuk menjadi buku pengayaan dan
sikap. Jadi, buku ini tidak berbentuk buku ajar. Buku ini harus menanamkan nilai-nilai yang
dapat mencegah seseorang menjadi radikal atau teroris. Jadi, buku ini tidak berisi tentang
terorisme.

Buku deradikalisasi juga bertujuan untuk menumbuhkan solidaritas kemanusiaan ( ukhuwah


bashariyah) dan solidaritas kebangsaan (ukhuwah wathoniyah) dalam membangun solidaritas
sesame umat beragama.

Selain itu, buku ini juga bertujuan untuk menumbuhkan loyalitas terhadap identitas kebangsaan
dan ideologi negara (Pancasila). Juga, buku ini bertujuan untuk membangun demokrasi yang
bermoral dan santun sesuai karakter bangsa. Dimaksudkan buku itu dapat membentuk anak
didik yang berkarakter dan berdedikasi tinggi. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
menumbuhkan kewaspadaan dini terhadap paham-paham radikal.

Tema Untuk Setiap Jenjang

Untuk SD, disediakan tiga tema. Pertama, tema Menjadi Anak Indonesia. Kisi-kisi penulisan
berisi tentang kesadaran berbangsa Indonesia, kemajemukan agama dan toleransi (Bhinneka
Tunggal Ika), dan apa itu Pancasila. Kedua, tema Main Bersama Meski Berbeda Agama.
Kisi-kisi penulisan berisi tentang pandangan hidup orang Indonesia dan hidup bermasyarakat,
nilai-nilai agama yang mengajarkan perbuatan baik, kesejahteraan rakyat dan kesalehan social,
sikap saling membantu, serta indahnya hidup damai berdampingan. Ketiga, tema Belajar,
Tekun, dan Berprestasi. Kisi-kisi penulisan berisi tentang ajaran agama yang antikekerasan,
tidak fanatic, tidak mau menang sendiri, mencederai teman dan orang lain tidak dibenarkan
agama manapun, serta kepedulian social dan rasa kemanusiaan.
Dengan menulis buku, kita turut mencerdaskan anak bangsa.

Untuk SMP, disediakan tiga tema juga. Pertama, tema Indonesia Sebagai Bangsa
Bermartabat. Kisi-kisi penulisan meliputi bangga menjadi generasi muda Indonesia,
Indonesia dan negara-negara besar, pluralisme agama dan toleransi (Bhinneka Tunggal
Ika), dan Pancasila sebagai dasar negara dan identitas kebangsaan. Kedua, tema
Persahabatan dalam Perbedaan. Kisi-kisi penulisan meliputi hidup bermasyarakat
harus rukun, semua agama menghendaki kedamaian, bekerja sama dalam berkarya
dan kesalehan social, Indonesia adalah negara hukum, dan kejujuran serta tanggung
jawab social. Ketiga, tema Belajar dengan Giat dan Berkarya Bersama. Kisi-kisi
penulisan meliputi antikekerasan, tidak fanatic, kewaspadaan, larangan membunuh,
dan kepedulian social.

Untuk SMA/MA, disediakan tiga tema. Pertama, tema Aku dan Mereka untuk Indonesia .
Kisi-kisi penulisan meliputi generasi muda asset bangsa, pluralisme, pengaruh ideology
transnasional, dan Pancasila sebagai ideologi negara. Kedua, tema Solidaritas dan Egaliter
dalam Pergaulan. Kisi-kisi penulisan meliputi membedakan kepentingan pribadi dan umum,
ajaran kesantunan, hokum bagi semua, kehidupan religius, kesejahteraan rakyat, dan ormas
social keagamaan. Ketiga, tema Pesan Terakhir Para Sahabat. Kisi-kisi penulisan meliputi
akibat aksi terror, bahaya paham tertutup, bahaya sikap ekstrem, doktrin terror, dan
pelanggaran HAM.

Untuk Panduan Guru, disediakan tiga tema. Ketiga tema itu adalah Indonesia sebagai
Bangsa dan Negara, Antara Ajaran Agama dan Hukum Negara, serta Kekerasan,
Terorisme, dan Perang Suci. Ketiga jenis tema itu harus dilengkapi panduan
penugasan, simulasi, prakarya, dan lain-lain.

Nah, kesempatan emas ini sebaiknya tidak disia-siakan. Ayo para sahabat, kita belajar menulis
buku. Dengan menulis buku, kita turut mencerdaskan anak bangsa. Kita akan memperoleh
semuanya: uang, nama, dan prestise. Setidaknya, kita telah andil dalam membentuk
karakter bangsa. Karena itu, alangkah baiknya jika kesempatan ini tidak dilewatkan . Ayo
menulis buku!

Selamat sore menjelang petang. Semoga informasi di atas bermanfaat bagi Anda dan saya.
Amin!

Kesempatan Menjadi Penulis dan Editor

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah membuka kesempatan bagi
para Dosen, Widyaiswara, Praktisi/Profesional, dan guru untuk menjadi Penulis dan/atau Editor
buku teks pelajaran pada SMK.

Mereka yang tertarik harus mengenyam pendidikan minimal S1 dengan latar belakang sesuai
dengan judul buku yang akan ditulis/diedit. Selain itu, mereka harus berpengalaman
menulis/mengedit buku. Penulisan buku harus selesai dalam waktu 5 (lima) bulan dan
pengeditan 1 (satu) bulan. Calon Penulis/Editor harus mengantongi izin tertulis dari pimpinan
institusi masing-masing.

Buku yang ditulis/diedit harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, buku teks harus mengacu
pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Ketentuan Kerja (SKK) yang berlaku
untuk masing-masing program keahlian. Kesempatan ini dibuka untuk memenuhi kebutuhan
buku teks pelajaran SMK dan pemerataan pendidikan di Indonesia.

Bagi mereka yang berminat, silahkan mengirimkan Curriculum Vitae (CV) beserta usulan judul
buku yang dilengkapi dengan draft daftar isi dan deskripsi singkat isi buku. Usulan paling lambat
diterima tanggal 31 Mei 2008.

CV dan berkas-berkas lainnya di kirimkan ke: Direktur pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
u.p Kasubit Pembelajaran, Jl. Jend. Sudirman – Kompleks Senayan, Gd. E, Lt. 12-13, Jakarta.
Informasi lebih lanjut, dapat menghubungi (021) 5725477 atau faks. (021) 5725474.

Oleh : Redaksi www.mahasiswa.com

You might also like