You are on page 1of 2

Naskah Hadits

ِ ‫لجنَّةُ تَحْ تَ أَ ْقد َِام ْاألُ َّمهَا‬


‫ت‬ َ ‫ْا‬
"Surga itu di bawah telapak kaki ibu."

Setelah sedikit menganalisis hadits tersebut ada beberapa hal manarik yang perlu kita telaah. Hadits dia
atas memberikan gambaran yang jelas kepada kita betapa mulianya seorang ibu, sehingga kita
dianjurkan untuk brbakti kepadanya.
Walaupun seandainya orang tua kita berpaling dari Allah, kita tetap wajib menghormatinya..

Surga dibawah telapak kaki ibu?

Surga ada dibawah telapak kaki ibu.


Ungkapan itu begitu terkenal dan disukai oleh banyak ibu ibu dan diamini oleh beberapa orang non ibu.
Aku juga seorang ibu. Tapi ungkapan itu membuatku sangat nggak nyaman. Seringkali aku tertawa getir
dan sinis mengingat ungkapan itu.
Surga macam apa sih yang ada dibawah telapak kakiku? Surga yang kapalan karena kebanyakan pake
high heels? Ato surga yang berlepotan pelembab kulit? Uh.. Sebelum itu memang kupikir kita mesti
menyatukan pengertian kita tentang surga..
Surga.. Buatku, surga itu nggak ada. Hehe.. Ini serius. Ak gag percaya dengan adanya surga ato neraka.
Bagiku surga dan neraka cuma polisi maya untuk mengatur hidup manusia. Soalnya kalo gag ada
polisinya, manusia cenderung hidup sesukanya, makanya diadakanlah hal yang bernama surga sebagai
reward kalo kita hidup baik dan neraka sebagai punishment kalo hidup kita nggak baik.
Hidup baik menurutku adalah hidup tanpa merugikan orang lain, sukur2 bisa menyenangkan orang lain.
Balik lagi ke surga ada dibawah telapak kaki ibu. Untuk membahas ini, ada baiknya aku memakai
pengertian kebanyakan orang tentang surga, yang merupakan kehidupan maha indah bagi orang baik dan
memenuhi beberapa syarat(keagamaan) tertentu.
Ibu digambarkan sebagai sosok ideal yang mulia, karena melahirkan, merawat keluarga, bekerja, punya
banyak cinta. Wow! Pokoknya semua yang bagus2 ada di ibu. Karena itu seolah2 begitu seorang ibu mati,
dijamin, plung! Langsung masuk surga. Dan karenanya dijadikan teladan agar manusia hidup dgn
kebaikan seperti seorang ibu. Begitu mulianya sosok ibu, sampai dibilang surga ada dibawah telapak
kakinya.
Tapi bukankah ungkapan itu menambah beban seorang ibu? Seolah2 ibu dipaksa untuk hidup super mulia
agar ungkapan itu terpenuhi. Kalo seorang ibu merokok, akan dicibir. Kalo seorang ibu malas, akan
dicela. Memangnya kenapa? Apa seorang ibu bukan manusia? Gag boleh hidup sesukanya seperti seorang
bapak? Coba kalo ada ibu2 selingkuh. Wah! Celaan yang didapat akan 10x dari yg dilontarkan orang2
bila ada bapak2 yang selingkuh. Itu baru satu contoh.
Kenapa harus ada diskriminasi tugas dan figur ideal untuk ibu dan ayah?
Sebenarnya kalo seorang ibu lebih banyak bersenang2 adalah hal yang wajar mengingat kerjaan yang
dilakukan seorang ibu 2 kali lipat lebih banyak dr seorang bapak.

Ditilik dari sisi yang berbeda, apa iya surga ada dibawah telapak kaki ibu? Gimana dengan ibu2 yang
kriminal? Membunuh mungkin? Ato memukuli anaknya mungkin? Apa ditelapak kakinya masih ada
surga? Gimana dengan ibu2 yang mulutnya munyur2 tiap hari klewat semangat ngegosipin orang laen?
Gimana dengan ibu2 yang males ngurus anak dan keluarganya? Apa dibawah telapak kakinya ada
neraka?
Mengapa Surga berada di bawah telapak kaki Ibu?
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”.
Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”. “Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya
hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….”
Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya, “Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis
tanpa ada sebab yang jelas?” Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada
alasan.” Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi
remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, “Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali
menangis?” Dalam mimpinya Tuhan menjawab, “Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi
sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun
juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau,
seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan yang
akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah,
tanpa berkeluh kesah. Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua
anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai
perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap.
Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi
pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak
terkoyak?
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan,
bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula, kebijaksanaan itu
akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling
melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan
kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki
wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”.
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita
menemukan surga.

You might also like