Professional Documents
Culture Documents
MANAJEMEN SISWA
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu: LiaYuliana, S.Pd.
Oleh:
Kelompok 8
1. WAHYU SETYO RINI (07406244041)
2. NUR ALI AHMAD FAUZI (07406244042)
3. DONNE RIZKY F (07406244043)
4. AG DANISH SINGGIH P (07406244044)
5. MOCH ARIEF H (07406244045)
1
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahnya yang
telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok kami yang berjudul
“Manajemen Siswa”. Makalah ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Manajemen Pendidikan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah pada
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan
dukungannya yang telah diberikan kepada kami selama penyusunan makalah ini. Ucapan
1. Ibu Lia Yuliana, S. Pd. selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Manajemen
Pendidikan.
Serta berbagai pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua
Halaman Judul
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I Pendahuluan
I Latar Belakang 3
II Rumusan Masalah 3
Bab II Pembahasan
I. Pengertian Manajemen Dan Manajemen Siswa 4
II. Ruang Lingkup Manajemen Siswa 7
III. Penataan Siswa Di Dalam Kelas 11
IV. Program Pengayaan dan Program Perbaikan 12
V. Lingkungan Belajar dan Interaksi Belajar-Mengajar di Kelas 19
Bab III Penutup
Kesimpulan 21
Daftar Pustaka 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Ada sepuluh kompetensi guru, yaitu: menguasai bahan, mengelola program
belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media, mengelola interaksi belajar
mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan
program bimbingan dan penyuluhan di sekolah, memahami prinsip-prinsip dan
menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.1
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan
tujuan apabila kelas dapat diciptakan sehingga menguntungkan dan menunjang
kelancaran proses belajar-mengajar. Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata
“management”. Dan pengelolaan itu sendiri adalah penyelenggaraan atau pengurusan
agar suatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien.
5
sekolah. Mereka ini perlu diurus, diatur, diadministrasikan, sehingga dapat cukup
mendapat perlakuan sebagaimana yang diharapkan oleh orang tua atau wali yang
mengirimkan ke sekolah. Agar setiap anak mendapatkan perlakuan yang secara maksimal
dan adil, maka perlu didaftar, dicatat, di kelompok-kelompokan, ditempatkan di kelas.
Pada waktu tertentu, sekolah memberi kewajiban memberikan laporan kepada orang tua
atau walinya tentang dari apa yang dilakukan atau diucapkan oleh anak tersebut di
sekolah dari hari ke hari. Mendaftar, mencatat, menempatkan, melaporkan dan lain-lain.
Pekerjaan dengan siswa inilah yang disebut pengelolaan siswa.4
Pengelolaan Kelas
1. Pengertian pengelolaan kelas
Kelas merupakan wahana paling dominan bagi terselenggaranya proses
pembelajaran bagi anak-anak sekolah. Kedudukan “kelas” yang begitu penting
mengisyaratkan bahwa tenaga kependidikan yang profesional yang dikehendaki, terutama
guru, harus profesional dalam mengelola kelas bagi terselenggaranya proses pendidikan
dan pembelajaran yang efektif dan efisien.5
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Pengelolaan kelas meliputi dua hal yaitu :
a. Pengelolaan yang menyangkut siswa
b. Pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).
Membuka jendela agar udara segar dapat masuk ruangan atau agar ruangan
menjadi terang, menyalakan lampu listrik, mengatur meja, merupakan kegiatan
pengelolaan fisik.6
2. Tujuan
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja
dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Sebagai
indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila :
a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti
karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan
tugas yang diberikan kepadanya.
4 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm 11-12.
5 Sudarwan Danim, 2002, Inovasi Pendidikan; Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia., hlm. 161.
6 Ibid, hlm. 11-12.
b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap
anak bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan
kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan
tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja,
maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.7
7
d. Seksi keimanaan
e. Seksi kerindangan
f. Dll.
5. Piket kelas
8 Ibid, hlm.68-73.
9 Ibid, hlm. 13.
1 Perencanaan (Planning)
2 Pengorganisasian (Organizing)
3 Kepegawaian (staffing)
4 Pengarahan (Directing)
5 Pengkoordinasian (Coordinating)
6 Pengawasan (Controling)
7 Pelaporan (Repoting)
Selanjutnya dikemukakan pula apa yang menjadi sasaran atau bidang garapan
Administrasi Pendidikan, yaitu:
1 Administrasi kurikulum
2 Administrasi Murid
3 Administrasi Personal
4 Administrasi materiil
5 Administrasi keuangan
6 Administrasi perumah sekolah
Di dalam administrasi siswa, yang selanjutnya disebut dengan pengelolaan siswa,
siswa dibicarakan sebagai anggota masyarakat sekolah. Sebagai anggota masyarakat,
mereka mempunyai hak dan kewajiban.
Hak siswa:
1 Menerima pelajaran
2 Mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah
3 Menggunakan semua fasilitas yang ada
4 Memperoleh bimbingan dan sebagainya
Kewajiban siswa:
1 Hadir pada waktunya
2 Mengikuti pelajaran dengan tertib
3 Mengikuti ulangan, atau kegiatan-kegiatan lain yang ditentukan oleh
sekolah
4 Menaat-aati tata-tertib dan peraturan yang berlakunya, dan sebagainya.
Jadi yang peting, di dalam pengelolaan siswa ini dibahas tentang hak dan
kewajiban siswa. Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan alat berbentuk buku,
formulir, daftar dan sebagainya yang harus dikerjakan secara teratur.10
Kelompok manajemen siswa dapat diidentifikasikan melalui proses masuknya
10 Ibid, hlm 12-14.
9
siswa di sekolah sampai keluar atau tamat. Manajemen siswa dapat digolongkan dalam
lima kegiatan, yaitu:
3. Melaksanakan Penyaringan
Untuk sekolah-sekolah yang merupakan kelanjutan dari sekolah lain, kegiatan
penyaringan bukanlah yang penting karena:
a. Peminat untuk sesuatu sekolah melebihi tempat yang disediakan
b. Kadang-kadang perlu dilakukan penelusuran bakat atau kemampuan tertentu
c. Nilai pelajaran atau ujian akhir di sekolah yang lebih rendah belum menjamin
bahwa lulusannya mampu mengikuti pelajaran di suatu sekolah lanjutan.
11
pendaftaran di papan pengumuman atau mengirimkan surat pemberitahuan langsung ke
alamat.
B. Ketatausahaan Siswa
Tindak lanjut dari penerimaan siswa baru, yaitu memproses siswa dalam catatan-
catatan sekolah. Catatan sekolah dibedakan atas dua jenis, yaitu:14
1. Catatan-catatan siswa untuk seluruh sekolah, mencakup:
a. Buku Induk, yaitu buku yang digunakan untuk
mencatat data semua anak yang pernah dan sedang
mengikuti pelajaran di suatu sekolah. Komponen-
komponen dalam buku induk meliputi keterangan
tentang pribadi, tempat tinggal, kesehatan, latar
belakang pendidikan, orang tua kandung, wali,
kegemaran, kehadiran, perkembangan di sekolah,
mutasi, akhir pendidikan, dan nilai rapor dan STTB
b. Buku Klapper, yaitu buku pelengkap buku induk yang
dituliskan menurut abjad dan berfungsi untuk
membantu petugas dalam menemukan data dari buku
induk.
14 Hartati Sukirman, dkk, Op Cit., hlm.18-19.
c. Catatan tata tertib sekolah, mengatur sikap dan
perilaku siswa di suatu sekolah.15
Fungsi tata tertib bersifat ganda, (1) untuk anak-anak itu sendiri agar secara
individual sikapnya baik, (2) mengatur agar pergaulan di sekolah teratur, tidak ada yang
berkelakuan dan bersifat semaunya sendiri sehingga tidak ada kekacauan di sekolah. Isi
Tata Tertib yaitu:16
Berupa aturan-aturan lahiriah: kebersihan badan, pakaian, dan alat-alat
pelajaran
Berupa aturan-aturan tingkah laku: sikap terhadap kepala sekolah, guru,
karyawan tata usaha, dan terhadap lawan.
Berupa aturan-aturan ketertiban: kehadiran, mengikuti upacara.
D. Mutasi Siswa
Maksudnya adalah perpindahan siswa baik di dalam sekolah (mutasi intern)
13
sendiri maupun di luar sekolah (mutasi ekstern). Mutasi intern terjadi apabila siswa
mengalami perpindahan dari kelas yang satu ke kelas yang lain. Mutasi ekstern terjadi
karena siswa keluar dari sekolah disebabkan karena tamat belajar atau sebab lain.17
Dua macam mutasi sekolah:18
a. Perpindahan di dalam sekolah atau mutasi intern
Terjadi apabila seorang anak mengalami perpindahan dari kelas yang satu ke kelas
yang lain disebabkan karena naik tingkatan atau karena sebab lain. Maka setiap tahun di
suatu sekolah tentu terjadi mutasi siswa.
B. Penugasan Kelas
Guru dapat memberikan berbagai tugas secara bervariasi untuk meningkatkan
aktivitas dan kreativitas belajar siswa. Tugas yang diberikan kepada siswa biasanya
merupakan aplikasi konsep-konsep atau teori-teori yang diberikan oleh guru, yang dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan, diskusi, responsi maupun mengerjakan soal. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menambah pemahaman siswa tentang materi-materi yang telah
diberikan, selain itu juga untuk memanfaatkan waktu siswa di luar sekolah. Contoh
kongkrit penugasaan kelas yaitu:
• Pemberian Pekerjaan rumah (PR)
• Pembuataan makalah buat diskusi kelas per kelompok atau tiap individu
• Pembuataan kliping kelas per kelompok atau tiap individu
• Observasi lingkungan
• Menyalin/meringkas bahan pelajaran
• Dll
Pemberian tugas ini juga menuntut aktivitas dan kreativitas guru untuk memeriksa
hasil pekerjaan siswa. Hasil tugas yang diberikan pada siswa harus diteliti, kemudian
diberi catatan atau saran apabila pekerjaan siswa belum sempurna dan hasilnya
dikembalikan lagi kepada siswa agar siswa dapat mengetahui di mana kekurangannya.
15
Pemberian tugas yang kurang jelas dan kurang tegas akan membingungkan siswa.
Siswa harus dapat memahami dengan jelas apa yang harus dilakukannya dalam
menyelesaikan tugas tersebut. Oleh karena itu, di dalam memberikan tugas guru harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapai
dari pemberian tugas tersebut.
2. Guru menetapkan target maksimal yang akan dicapai dengan
pemberian tugas.
3. Guru harus memberi petunjuk tentang bagaimana cara atau proses
untuk menyelesaikan tugas tersebut.
4. Guru menjelaskan kedudukan tugas yang diberikan, apakah sebagai
pengganti ulangan, pengganti pertemuan pengajaran yang terlambat
oleh suatu kegiatan dan sebagainya.
5. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila tugas
itu masih belum dipahami.
6. Apabila tugas telah diberikan, guru perlu mengadakan kontrol sebelum
sampai kepada waktu pengumpulan tugas.
7. Guru harus konsekuen terhadap peraturan yang telah ditentukan.20
C. Pembimbingan Siswa
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa tidak terhindar dari kesulitan-
kesulitan yang dihadapinya. Dalam suatu kelas pastilah terdapat berbagai macam siswa
dengan latar belakang yang sangat berbeda. Perbedaan tersebut menuntut guru untuk
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam memberikan bimbingan
terhadap siswa. Guru harus mampu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi siswa,
serta dapat menemukan alternatif penanggulangannya. Bimbingan yang diberikan tidak
hanya kepada siswa yang mengalami permasalahan, tetapi juga bagi siswa yang tidak
mengalami kesulitan.
D. Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas merupakan suatu hal yang mendapatkan banyak perhatian, baik
dari pihak guru, sekolah, siswa, maupun orang tua. Pada sekolah tradisional, kenaikan
kelas dijadikan tradisi sehingga kenaikan kelas menjadi suatu tujuan dari kerangka
20 Ibid, hlm. 313-315.
pengajaran. Padahal hal ini merupakan alat kontrol bagi keberhasilan pengajaran selama
satu tahun. Dalam kenaikan kelas, guru dituntut memiliki keberanian dalam membuat
putusan edukatif.21
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 22 tahun 2006
tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
23 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tanggal 2 Juni 2006 tentang
Pelaksanaan Permendiknas No 22 dan 23 di atas dan ciri khas sekolah kita, dengan ini
kami sampaikan syarat-syarat kenaikan kelas. Contoh dan penjelasaan kenaikaan kelas
pada SMA Gonzaga:
1. KENAIKAN KELAS
2. PENJURUSAN
program IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).
1. Waktu Penjurusan
a. Penentuan penjurusan Program studi IPA dan IPS dilakukan pada akhir
21 Ibid, hlm. 316.
17
semester II kelas X.
a. Nilai Akademik,
Siswa yang naik ke kelas XI boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling banyak 3 (tiga)
mata pelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran yang bukan menjadi ciri khas program
studi tersebut (lihat Struktur Kurikulum beserta SKBM-nya – Standar Ketuntatasan Belajar
Minimal).
b. Siswa yang naik ke kelas XI dan mendapat nilai tidak tuntas 3 (tiga) mata pelajaran,
maka nilai-nilai tersebut dijadikan dasar untuk menentukan program studi yang dapat diikuti
oleh siswa, contoh:
• Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Fisika, Matematika dan Sejarah (2
mata pelajaran ciri khas program studi IPA dan 1 mata pelajaran ciri khas program
studi IPS), maka siswa tersebut secara akademik dapat dimasukkan ke program studi
IPS.
• Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa
Inggris dan Matematika (2 mata pelajaran ciri khas bahasa dan 1 mata pelajaran ciri
khas program studi IPA), maka siswa tersebut secara akademik dapat dimasukkan ke
program studi IPS.
• Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Ekonomi, Sosiologi dan Bahasa
Inggris (2 mata pelajaran ciri khas program studi IPS dan 1 mata pelajaran ciri khas
bahasa), maka siswa tersebut secara akademik dapat dimasukkan ke program studi
IPA.
• Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Fisika, Ekonomi dan Bahasa dan
Sastra Indonesia (mencakup semua mata pelajaran yang menjadi ciri khas ketiga
program studi di tingkat SMA), maka siswa tersebut:
3. Siswa yang nilainya memungkinkan untuk suatu program studi, namun mengalami
keraguan, diberi kesempatan untuk pindah jurusan apabila tidak cocok pada program studi
semula atau tidak sesuai dengan kemampuan dan kemajuan belajarnya.
4. Batas waktu untuk pindah program studi ditentukan paling lama 2 (dua) minggu.
5. Khusus bagi para siswa yang hendak memilih program studi IPA, pada tiap semester hanya
boleh ada 2 (dua) mata pelajaran program studi IPA (Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi)
yang ditempuh melalui re-evaluasi atau remedial).
19
a. yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3
(tiga) mata pelajaran yang bukan menjadi ciri khas program studinya pada
semester II.
b. Secara kumulatif (Semester I + Semester II) jika lebih dari 6 (enam) mata
pelajaran tidak mencapai standar ketuntasan belajar minimal, siswa tidak naik
kelas.
a. Program Studi Ilmu Alam, tidak boleh memiliki nilai yang tidak tuntas pada mata
pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.
b. Program Studi Ilmu Sosial, tidak boleh memiliki nilai yang tidak tuntas pada mata
pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi dan Sosiologi.22
21
Membuat karangan tentang air mancur yang dapat memancarkan air dengan baik dan
yang tidak dapat.
Tiga atau empat orang anak mendiskusikan masalah bagaimana membuat air mancur
dengan menggambarkan letak air mancur dan saluran serta ukuran tingginya,
kemudian melakukan eksperimen.
2. Belajar mandiri.
4. Pemadatan kurikulum.
Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang belum diketahui
peserta didik. Dengan demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh
kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan
kapasitas maupun kapabilitas masing-masing.
Sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pengayaan tidak lepas
kaitannya dengan penilaian. Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama
dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus
dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta didik yang normal. 24
Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kegiatan pengayaan adalah
a. Faktor waktu
Perlu diingat bahwa kegiatan pengayaan hanya diberikan kepada siswa yang
sudah lebih dahulu menguasai bahan pelajaran dibandingkan dengan kawan-kawannya.
b. Faktor anak
Faktor minat
Semua orang menyadari bahwa minat orang tidaklah sama. Oleh karena itu dalam
memberikan kegiatan pengayaan hendaknya guru mempertimbangkan faktor minat anak.
Pernah ada suatu kejadian di suatu kelas, di mana seorang siswa cepat tidak segera
mengumpulkan pekerjaan yang sudah selesai ia kerjakan. Alasannya adalah guru akan
memberikan kegiatan pengayaan kepadanya yang dari hari ke hari selalu sama yaitu
23
mengarang.
Faktor psikologis
Di samping faktor anak ditinjau dari segi minat, masih ada faktor lain yang secara
umum berlaku bagi setiap anak, yaitu faktor psikologis. Berikut ini adalah beberapa hal
yang perlu diingat dalam menentukan kegiatan pengayaan
a. Kegiatan yang menuntut siswa untuk keluar dari kelas, lebih disukai daripada
kegiatan yang hanya dilalukan di kelas.
b. Kegiatan yang banyak meminta siswa untuk bergerak, lebih disukai daripada kegiatan
yang hanya membaca
c. Kegiatan yang bersifat menemukan hal baru lebih disukai daripada yang deskriptif
saja
d. Kegiatan yang memakan waktu sedikit lebih disukai daripada kegiatan yang memakan
waktu lama.
Faktor edukatif
Kegiatan pengayaan berfungsi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
siswa yang sudah lebih dahulu menguasai bahan pelajaran. Singkat kata dikatakan bahwa
kegiatan pengayaan harus mempunyai nilai material (menambah pengetahuan), formal
(membentuk pribadi), serta nilai praktis (dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-
hari)
Faktor kondisi lingkungan
Tentu saja guru tidak dapat memberikan pengayaan yang tidak tersedia di sekolah.
Dalam menciptakan kegiatan pengayaan di sekolah
b. keragaman anak
Guru-guru dapat mengalami kesulitan untuk memulihkan dan menentukan macam
kegiatan berbeda-beda dan cocok untuk masing-masing anak. Hal ini dapat diatasi
dengan:
- Mengelompokkan siswa yang mempunyai minta yang sama
- Menyuruh siswa untuk memilih salah satu kegiatan yang disiapkan oleh guru
- Menyuruh siswa untuk mengerjakan jenis kegiatan yang sudah pernah dikerjakan oleh
anak lain dengan tujuan kompetensi hasilnya.
25
konsentrasi yang tinggi dari perhatian kita.
Sehubungan dengan itu maka para ahli pendidikan selalu mencari akal bagaimana
menciptakan “suasana khusus” sebuah kelas agar dapat menunjang kegiatan belajar
mengajar yang cocok dan enak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat atau
menilai suasana kelas itu. Kemudian dari bahan-bahan penilaian telah diolah dan
dijadikan bahan masukan untuk penyempurnaan.
Ada 3 macam instrumen yang digunakan yakni :
1. Physical Environment Information (PEI), diisi sehari sekali untuk mengetahui pola
tempat duduk dan alat fisik di dalam kelas. PEI yang diperhatikan oleh pengamat
dengan menggunakan format ini adalah ukuran ruang, bentuk ruang, cahaya, ventilasi,
suara (kegaduhan) dan hal-hal yang berpengaruh terhadap proses belajar-mengajar.
Kategori yang digunakan adalah: terang/gelap; gaduh/tenang; sejuk/panas dan
sebagainya. Contoh kongkritnya adalah, sebuah ruangan yang kondusif semisal, kelas
memiliki fasilitas yang menukung seperti adanya kipas angin/AC, cukup fentilasi dan
lampu penerangan dll.
2. Classroom Check List ( CCL), diisi 4 kali dalam 1 jam (sehari 5 jam) untuk
mendapatkan informasi tentang type/jenis aktivitas dalam pengelompokan siswa dan
peranan staf pengajar. Daftar isian ini digunakan untuk melihat apakah kegiatan
kelompok antara lain untuk melihat apakah kegiatan kelompok diserahkan kepada
siswa, atau diarahkan oleh guru.
3. Five-Minutes Interaction (FMI), diisi empat kali dalam satu jam, sebagai pelengkap,
CCL untuk mendapatkan gambaran tentang tipe-tipe interaksi belajar-mengajar di
dalam sebuah kelas.
Dalam hal ini ada 4 hal yang dilihat, dan pengamatannya ditekankan pada maslah
pembicaraan (informasi). Hal yang dilihat ditinjau dari :
1. Siapa yang berbicara
2. Kepada siapa pembicaraan ditujukan.
3. Apa isi pembicaraan.
4. Bagaimana pembicaraan disampaikan.26
27
Daftar Pustaka
Hartati Sukirman, dkk. (2007). Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: UNY
Press.
http://kolesegonzaga.net/akademik/Kurikulum/curriculum.htm Diakses pada tanggal 31
Maret 2009 pukul 18.02 WIB
29
http://smanegeri14jakarta.tripod.com/str_org.html. Diakses pada tanggal 31 Maret 2009
pukul 17.75 WIB
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah; Teori Dasar Dan Praktik. Bandung: PT Grafindo Persada
Sardiman AM. 2005. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan; Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sudirman N, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto. 1988. Pengelolaan Kelas Dan Siswa; Sebuah Pendekatan Evaluatif.
Jakarta: Rajawali.
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media.
Wijono. (1989). Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.