You are on page 1of 14

Makalah

Ulumul Quran
Rasam Al-Quran

Disusun Oleh:
HABIBUN NAJAR
NIM. 2093235700
BRAMASTO FREDIAWAN
NIM. 2093235685

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KOTA BENGKULU
2010
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


>
Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tak lupa pula shalawat
beriring salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman Jahiliah hingga kepada zaman yang terang-benderang seperti yang kita rasakan
seperti sekarang ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan serta ketimpangan disana-sini dalam
penulisan makalah ini. Hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis,
serta waktu dan juga pembiayaan. Penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat digunakan
sebagai bahan diskusi pada pertemuan ke-3 mata kuliah Ulumul Quran, Jurusan Tarbiyah,
Program Studi Bahasa Inggris, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kota Bengkulu.
Dan terakhir penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah banyak membantu penulis serta memberikan dorongan sehingga karya ilmiah ini
dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas
segala amal baik semuanya, Amin.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Bengkulu, 5 Oktober 2010

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian Rasam Al-Quran ............................................................................ 3
B. Hubungan Rasam dengan Pemahaman Al-Quran ................................ 5
C. Hukum Penulisan Quran dengan Rasam Utsmani................................ 6
D. Otentisitas Al-Quran ............................................................................................ 8
BAB III PENUTUP .......................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
B. Saran-saran ............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini secara umum hal-hal yang berbau klasik atau lama sepertinya sudah
mulai ditinggalkan dan jarang diperhatikan. Begitu juga dengan kitab suci kita yaitu Al-Quran
yang oleh sebagian pihak mulai dan sudah diganggu keotentikannya dari segi manapun,
termasuk juga dari segi tulisannya dan perbedaan antara tulisan yang satu dengan tulisan
yang lain.
Dalam banyak penelitan, para orientalis menyebarkan berbagai syubhat batil
seputar Al-Quran. Seorang orientalis bernama Noeldeke dalam bukunya, Tarikh Al-Quran,
menolak keabsahan huruf-huruf pembuka dalam banyak surat Al-Quran dengan klaim
bahwa itu hanyalah simbol-simbol dalam beberapa teks mushaf yang ada pada kaum
muslimin generasi awal dulu, seperti yang ada pada teks mushhaf Utsmani. Ia berkata
bahwa huruf mim adalah simbol untuk mushhaf al-Mughirah, huruf Ha adalah simbol untuk
mushhaf Abu Hurairah. Nun untuk mushhaf Utsman. Menurutnya, simbol-simbol itu secara
tidak sengaja dibiarkan pada mushhaf-mushhaf tersebut sehngga akhirnya terus melekat
pada mushhaf Al-Quran dan menjadi bagian dari Al-Quran hingga kini. Berkaitan dengan
sumber penulisan Al-Quran, kaum orientalis menuduh bahwa isi Al-Quran berasal dari
ajaran Nasrani, seperti tuduhan Brockelmann. Sedangkan Goldziher menuduhnya berasal
dari ajaran Yahudi. Sedangkan kaum orientalis meyakini bahwa Al-Quran adalah buatan
Muhammad SAW.
Disinilah perlunya dan harusnya kita mempelajari kembali tentang ilmu Al-Quran
dari awal sehingga tidak terjadi putusnya sejarah awal Al-Quran diturunkan dan dibukukan
dalam bentuk mushaf seperti yang telah ada di zaman sekarang ini.

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 1|PENDAHULUAN


B. Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan-rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
diantaranya:
1. Pengertian Rasam Al-Quran.
2. Hubungan Rasam dan Pemaham Al-Quran.
3. Hukum Penulisan Al-Quran dengan Rasam Utsmani.
4. Otentisitas Al-Quran.

C. Tujuan & Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian Rasam AlQuran,
kemudian mengetahui hubungan rasam dan pemahaman Al-Quran, termasuk hukum
penulisan Al-Quran dan Rasam Utsmani, dan juga mengetahui Otentisitas dari Al-Quran.

2. Manfaat Penulisan
Penulisan Makalah ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pembaca
tentang penulisan Al-Quran dan hubungan-hubungannya dengan hal yang terkait,
sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan tentang Ulumul Quran yang dipelajari di
perguruan tinggi.

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 2|PENDAHULUAN


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasam Al-Quran

Istilah Rasam Al-Quran terdiri dari dua kata yaitu rasm dan Al-Quran. Kata rasm
berarti bentuk tulisan. Dapat juga diartikan dengan ‘atsar dan ‘alamah. Sedangkan Al-
Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan
perantaraan malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf- mushaf dan disampaikan kepada umat
manusia secara mutawatir dan mempelajarinya suatu ibadah, dimulai dengan surat al-
Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas.
Dengan demikian, rasm al-Quran berarti bentuk tulisan al-Quran. Para ulama lebih
cendrung menamakannya dengan istilah rasm mushaf. Rasmul Quran mempelajari tentang
penulisan Mushaf Al-Quran yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-
lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Quran dikenal juga dengan
sebutan Rasm Al-Utsmani, Khalifah Usman bin Affan memerintahkan untuk membuat
sebuah mushaf Al-Imam, dan membakar semua mushaf selain mushaf Al-Imam ini karena
pada zaman Usman bin Affan kekuasaaan Islam telah tersebar meliputi daerah-daerah
selain Arab yang memiliki sosio-kultur berbeda. Hal ini menyebabkan percampuran kultur
antar daerah. Sehingga ditakutkan budaya arab murni termasuk didalamnya lahjah dan cara
bacaan menjadi rusak atau bahkan hilang tergilas budaya dari daerah lainnya. Implikasi
yang paling ditakutkan adalah rusaknya budaya oral arab akan menyebabkan banyak
perbedaan dalam membaca Al-Quran.
Bangsa Arab sebelum Islam dalam tulis menulis menggunakan khot Hijri. Setelah
datang Islam dinamakan Khot Kufi. Sejauh itu Bahasa dapat terpelihara dari kerusakan-
kerusakan, karena ada kemampuan berbahasa yang tertanam dalam jiwa mereka.
Pada masa khalifah utsman bin Affan, umat Islam telah tersebar ke berbagai kepenjuru
dunia sehingga pemeluk agama Islam bukan hanya orang-orang Arab saja. Pada saat itu
muncul perdebatan tentang bacaan Al-Quran yang masing-masing pihak mempunyai dialek
yang berbeda. Sangat di sayangkan masing-masing pihak merasa bahwa bacaan yang di
gunakannya adalah yang terbaik.

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 3|PEMBAHASAN


Untuk mengantisipasi kesalahan dan kerusakan serta untuk memudahkan
membaca Al-Qur`an bagi orang-orang awam, maka Utsman bin Affan membentuk panitia
yang terdiri dari 12 orang untuk menyusun penulisan dan memperbanyak naskah Al-
Qur`an. Mereka itu adalah:
1. Sa`id bin Al-As bin Sa`id bin Al-As, 7. Khatir bin Aflah,
2. Nafi bin Zubair bin Amr bin Naufal, 8. Anas bin Malik,
3. Zaid bin Tsabit, 9. Abdullah bin Abbas,
4. Ubay bin ka`b, 10. Malik bin Abi Amir,
5. Abdullah bin az-Zubair, 11. Abdullah bin Umar,
6. Abrur-Rahman bin Hisham, 12. Abdullah bin Amr bin al-As
Mereka inilah yang menyusun mushaf Al-Qur`an yang kemudian di kenal dengan
mushaf Utsmani, ada juga yang mengatakan bahwa panitia yang di bentuk oleh Utsman ada
empat orang mereka itu adalah Zaid bin Tsabit, abdulalh bin Zubair, Sa’id bin Al-As dan
Abdurrahman bin Al-Harits karena di tetapkan pada masa khalifah Utsman bin Affan.
Mushaf itu ditulis dengan kaidah-kaidah tertentu. Para Ulama meringkas kaidah-kaidah itu
menjadi beberapa istilah, yaitu:
1. Al-Hadf (membuang), dengan rincian aturan sebagai berikut:
a. Membuang “alif”, seperti: ‫ٌأٌهاالناس‬
b. Membuang “ya”, seperti: ‫واعبدون‬
c. Membuang “wau”, seperti: ‫ال ٌستىن‬
2. Al-Ziyadah (menambah), dengan rincian aturan sebagai berikut:
a. Menambah “alif”, seperti: ‫بنىا اسرائٍل‬
b. Menambah “ya”, seperti: ً‫مه تاقائ‬
c. Menambah “wau”, seperti: ‫أول‬
3. Al-Hamzah, dengan rincian ketentuan:
a. Apabila ia disukunkan, maka ditulis dengan huruf harkat sebelumnya, seperti: ‫البأساء‬
b. Apabila ia berbaris, maka ditulis dengan berbagai keadaan; ada yang ditulis mutlak
dengan alif, seperti: ‫فبأي‬
c. Apabila aia berada di tengah-tengah, maka ditulis dengan huruf dari jenis harkatnya,
seperti: ‫سأل‬
4. Al-Badal (menggantikan), dengan ketentuan:
a. Alif dengan “wau” dengan maksud untuk tafkhim, seperti dalam lafadz: ‫الصالة‬
b. Alif dengan ya apabila sebagai pengganti dari ya, seperti: ‫ٌاحسرتى‬

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 4|PEMBAHASAN


c. Nun ditulis dengan alif dalam nun taukid khafifah, dan pada lafadz ‫اذا‬
5. Al-Washlu wal Fashlu (disatukan dan dipisahkan), dengan ketentuan:
a. Lafadz “anna” harus disatukan dengan lafadz “la” yang ada sesudahnya, seperti
lafadz ‫ أالتعدلىا‬, ada pula yang harus dipisahkan, seperti: ‫أن التقىلىا‬
b. Lafadz “min” harus disatukan dengan lafadz “ma” yang ada sesudahnya, seperti
lafadz ‫مماتنفقىن‬, ada pula yang harus dipisahkan, seperti: ‫مه مارزقناكم‬.
6. Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Penulis kata yang dapat di baca dua bunyi
disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Di dalam mushaf `Utsmani, penuli kata
semacam itu di tulis dengan menghilangkan alif, misalnya “maliki yaumiddin”. Ayat di
atas boleh di baca dengan menetapkan alif (yakni di baca dua alif), boleh juga hanya
menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif).

B. Hubungan Rasam dengan Pemahaman Al-Quran

Meskipun mushaf Utsmani tetap dianggap sebagai satu-satunya mushaf yang


dijadikan pegangan bagi umat Islam diseluruh dunia dalam pembacaan Al-Quran, namun
demikian masih terdapat juga perbedaan dalam pembacaan. Hal ini disebabkan penulisan
Al-Quran itu sendiri pada waktu itu belum mengenal adanya tanda-tanda titik pada huruf-
huruf yang hampir sama dan belum ada baris harakat. Bagi mereka (para sahabat dan
tabi’in) memang tidak mempengaruhi pembacaan Al-Quran, karena mereka telah fasih
dalam pembacaan bahasa Arab. Namun bagi mereka orang Islam non Arab akan meresa
sulit untuk membedakan bacaan-bacaan yang hampir sama tanpa menggunakan titik
perbedaan dan baris harakat.
Dengan demikian hubungan rasmul Quran dengan pemahaman Al-Quran sangat
erat. Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan
untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-Quran.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali berusaha
menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-orang Islam non Arab
dalam membaca Al-Quran dengan memberikan tanda-tanda yang diperlukan untuk
menolong mereka membaca ayat-ayat al-Quran dan memahami kandungan ayat-ayat al-
Quran tersebut.

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 5|PEMBAHASAN


C. Hukum Penulisan Quran dengan Rasam Utsmani

Jumbur ulama berpendapat bahwa pola rams Utsmani bersifat dengan alasan
bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang ditunjuk dan dipercayai Nabi SAW.
Pola penulisan tersebut bukan merupakan ijtihad para sahabat Nabi, dan para sahabat tidak
mungkin melakukan kesepakatan (ijma) dalam hal-hal yang bertentangan dengan kehendak
dan restu Nabi Terdapat sekelompok ulama berpendapat lain, bahwa pola penulisan
didalam rams Ustmani tidak bersifat taufiqi, tetapi hanya ijtihad para sahabat. Tidak pernah
ditemukan riyawat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat
Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat dikutip oleh Rajab
Farjani : “Sesungguhnya Rasulullah SAW, memerintahkan menulis Al-Quran, tetapi tidak
memberikan petunjuk teknis penulisannya, dan tidak pula melarang menulisnya dengan
pola-pola tertentu.
Terdapat perbedaan pendapat para ulama mengenai status Rasm utsmani atau
Rasm Al-Quran. Pendapat-pendapat tersebut ialah:
a. Sebagian ulama berpendapat bahwa Rasm Al-Quran itu bersifat tauqifi, sehingga wajib
di ikuti oleh siapa saja ketika menulis Al-Quran. Untuk menegaskan pendapatnya,
mereka merujuk pada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi pernah bersabda
Mu’awiyah, salah seorang sekretatarisnya,”Letakkan tinta. Pegang pena baik-baik.
Luruskan huruf ba’.bedakan huruf sin. Jangan butakan huruf min. perbaguslah (tulisan)
Allah. Panjangkanlah (tulisan) Ar-Rahman dan perbaguslah (tulisan) Ar-RAhim. Lalu
letakkan penamu di atas telinga kirimu, karena itu akan memuatmu lebih ingat”.
Al-Qattan dalam bukunya berpendapat bahwa tidak ada suatu riwayat dari Nabi yang
dijadikan alas an untuk menjadikan Rasm Utsmani sebagai tauqifi. Rasm Utsmani
merupakan kreatif panitia yang telah di bentuk Utsman sendiri atas persetujuannya.
Jika di antara panitia itu ada berbeda pendapat dalam menulis mushaf, maka
hendaknya di tulis dengan lisan Quraisy karena dengan lisan itu Al-Quran turun.
b. Sebagian besar Ulama berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukan tauqifi, tetapi
merupakan kesepakatan cara penulisan (ishtilahi) yang di setujui Utsman dan diterima
ummat, sehingga wajib di ikuti dan ditaati siapapun ketika menulis Al-Qur`an. Banyak
Ulama terkemuka menyatakan perlunya konsistensi menggunakan Rasm Utsmani.
Asyhab berkata ketika ditanya tentang penulisan Al-qur`an, apkah perlu menulisnya

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 6|PEMBAHASAN


seperti yang di pakai banyak orang sekarang, Malik menjawab, “Aku tidak berpendapat
demikian. Seseorang hendaklah menulisnya sesuai dengan tulisan pertama.” Imam
Ahmad bin Hanbal pernah berkata, “Haram hukumnya menyalahi khot Utsmani dalam
soal wawu, alif, dan ya `atau huruf lainnya.”
c. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukanlah tauqifi. Tidak ada
halangan untuk menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat menggunakan cara untuk
menuliskan Al-Quran yang berlainan dengan Rasm Utsmani.
Berkaitan dengan ketiga pendapat diatas, Al-Qattan memilih pendapat yang kedua
karena lebih memungkinkan untuk memelihara Al-Quran dari perubahan dan penggantian
hurufnya. Seandainya setiap masa diperbolehkan menulis Al-Quran sesuai dengan tren
tulisan pada masanya, perubahan tulisan Al-Quran terbuka lebar pada setiap masa. Padahal,
setiap kurun waktu memiliki tren tulisan yang berbeda-beda. Al-Qattan menegaskan bahwa
perbedaan Khot pada mushaf-mushaf yang ada merupakan hal lain. Yang pertama berkaitan
dengan huruf, sedangkan yang kedua berkaitan dengan cara penulisan huruf. Untuk
memperkuat pendapatnya, Al-qattan mengutip ucapan Al-Baihaqi di dalam kitab Syu’b Al-
Iman,”Siapa saja yang hendak menulis mushaf hendaknya memperhatikan cara mereka yang
pertama kali menulisnya. Janganlah berbeda dengannya. Tidak boleh mengubah sediitpun
apa-apa yang telah mereka tulis karena mereka lebih banyak pengetahuannya, ucapan dan
kebenarannya lebih dipercaya, serta dapat memegang amanah dari pada kita. Jangan ada
diantara kita yang merasa dapat menyamai mereka.”

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 7|PEMBAHASAN


D. Otentisitas Al-Quran

       


“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”.

Ayat diatas membuktikan serta memberikan jaminan kepada seluruh umat manusia
akan kesucian serta kemurnian Al-Quran tanpa ada keraguan suatu apapun.
Al-Quran merupakan landasan dan pegangan hidup bagi seorang muslim, sebagai
konsekuensi dari syahadat. Kitab ini mengandung hal-hal pokok dalam ajaran agama Islam.
Baik akidah, syariat, maupun akhlak. Selama berabad-abad umat Islam berusaha
mengelaborasi kandungan al-Quran. Hasilnya, tumbuhlah sebuah peradaban besar yang
berpandangan integral.
Walaupun begitu, perlu dicatat bahwa beberapa pihak berusaha menggoyang
keyakinan umat Islam dengan mempertanyakan orisinalitas al-Quran. Di antara isu-isu yang
disinggung adalah penulisan al-Quran di masa Rasulullah SAW, kemudian pengumpulan al-
Quran untuk pertama kali pada kekhilafahan Abû Bakr dan terakhir pembakuan mushaf oleh
‘Utsmân RA.

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 8|PEMBAHASAN


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kami ambil sebuah simpulan yaitu sebagai berikut:
1. Ilmu Rasmul Quran adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf al-Quran
yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya, maupun
bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
2. Kaidah yang digunakan dalam penulisan mushaf usmani adalah :
a. Al-Hadzf (membuang, menghilangkan atau meniadakan huruf).
b. Al-Jiyadah (penambahan).
c. Al-Hamzah.
d. Badal (penggantian).
e. Wasal dan Fasl (penyambungan dan pemisahan).
f. Kata yang dapat dibaca dan bunyi.
3. Hubungan Rasmul Quran dengan pemahaman Al-Quran sangat erat. Dikarenakan
semakin lengkapnya petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan
untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-Quran.
4. Pada awalnya Rasm Utsmani tidak memiliki tanda baca tapi kemudian di tambahi dan
disempurnakan oleh Abu Aswad Ad-Duali yang merupakan orang pertama memberikan
tanda-tanda pada huruf-huruf yang hampir sama dan baris harakat.
5. Status hukum Rasm Al-Quran masih diperselisihkan dalam tiga hal: tauqifi, bukan tauqifi
atau ishtilahi.
6. Dengan adanya Rasm Al-Quran dapat memudahkan kita dalam membaca dan
memahami kemurnian kandungan Al-Quran.

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 9|PENUTUP


B. Saran-saran
Penulis mengharapkan maaf yang sebesar-besarmya kepada pembaca jika terdapat
kesalahan atau pun kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, hanya ini yang bisa penulis
torehkan dalam makalah ini, dan penulis sangat mengharapkan kritik-kritik kreatif dari
pembaca, guna pengembangan diri dan berharap dapat berguna di masa yang akan datang,
mudah-mudahan dengan tersusunnya makalah Ulumul Hadits yang membahas tentang
Rasam Al-Quran ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, serta bermanfaat bagi
semua.

Ulumul Quran | Rasam Al-Quran 10 | P E N U T U P


Daftar Pustaka
Syadali, Ahmad dan Rofii, Ahmad. 2000. Ulumul Qur’an II. Bandung:
Pustaka setia.
Al-Azami,M.M. 2005. The History Of Qur’anic Text. Terj. Sohirin
Solihin dkk. Jakarta: Gema Insani Press.
Shihab, Quraish Muhammad, dkk, 2000. Sejarah dan Ulum Al-
Qur’an, Jakarta : Pustaka Firdaus.

Sumber Internet
www.wikipedia.co.id
gasus85.wordpress.com
fadliyanur.multiply.com
ruang.ihsan.blogspot.com

You might also like