You are on page 1of 14

Hakikat Konsep

Tiap hari pemakaian terminologi konsep digunakan dalam beberapa cara. Kadang-
kadang konsep mengacu pada ide yang dimiliki seseorang, seperti ”Konsep ku bagaimana
presiden harus bertindak secara langsung.” Di lain waktu, konsep digunakan seperti hipotesis,
contoh, ”Konsep ku adalah kita selalu berdebat karena kita sangat banyak menggunakan embel-
embel.” Ketika terminologi konsep digunakan dalam hubungan dengan pengajaran dan belajar,
konsep lebih sesuai pada arti dan mengacu pada cara pengetahuan dan pengalaman yang
dikategorikan.

Belajar konsep secara esensial ”meletakkan sesuatu ke dalam kelas” dan kemudian
dapat mengenali anggota dari kelasnya (R. M. Gagne, 1985, p. 95). Keperluan ini bahwa
individu dapat mengambil bagian dari kasus, pada kasus ini kelas mengistilahkan anjing, yang
dibagi dalam atribut tertentu. Proses ini memerlukan pembuatan keputusan mengenai apakah
bagian kasus (tertentu) adalah sekejap (instan) pada kelas yang luas.

KONSEP MEMILIKI DEFINISI DAN LABEL

Semua konsep memiliki nama atau label dan banyak atau sedikit sesuai dengan definisi.
Sebagai contoh, secara relatif bagian kecil dari daratan yang dikelilingi oleh air pada seluruh
sisinya dilabeli dengan pulau. Label dan definisi mengijinkan pemahaman dan komunikasi yang
bermutu dengan yang lainnya menggunakan konsep. Semuanya menyaratkan untuk pengajaran
dan belajar konsep.

KONSEP MEMILIKI ATRIBUT KRITIS


Konsep juga memiliki atribut yang mendiskribsikan dan menolong mendefinisikan
semuanya. Beberapa atribut ada yang kritis dan digunakan untuk memisahkan satu konsep dari
yang lainnya. Sebagai contoh, sebuah segitiga sama sisi adalah segitiga dengan ketiga sisinya
sama. Atribut kritisnya bahwa itu harus segitiga dan tiap sisinya harus sama. Segitiga tanpa
ketiga sisinya sama bukanlah segitiga sama sisi. Sebagai tambahan, jika konsep adalah subset
pada konsep yang luas, kemudian itu juga harus mengandung atribut kritis pada konsep yang
luas. Sebuah segitiga sama sisi adalah anggota dari kelas konsep yang disebut segitiga dan harus
mengandung semua atribut kritis dari segitiga.

KONSEP MEMILIKI ATRIBUT NONKRITIS

Beberapa atribut bisa ditemukan dalam beberapa anggota tetapi tidak dalam semua
anggota kelas. Hal ini disebut dengan atribut nonkritis. Sebagai contoh, ukuran adalah atribut
nonkritis dan segitiga sama sisi. Semua konsep memiliki keduanya yaitu atribut kritis dan
nonkritis dan itu kadang-kadang sulit bagi siswa untuk membedakan di antara keduanya. Sebagai
contoh, konsep burung dalam banyak pikiran manusia secara khusus dihubungkan dengan atribut
nonkritis, terbang. Robins, kardinals, elang, dan banyak burung lainnya dapat terbang. Terbang,
bagaimanapun, bukan atribut kritis dari burung karena ostriches dan penguin tidak dapat terbang.
Fokus secara eksklusif dalam atribut kritis dan jenis anggota dari sebuah kelas kadang-kadang
dapat menyebabkan kebingungan ketika belajar konsep baru. Meskipun terbang adalah atribut
nonkritis dari burung, itu termasuk tipe dari kebanyakan burung dan harus dijelaskan dalam
pengajaran mengenai hal itu.

KONSEP SENDIRI DAPAT DITEMPATKAN KE DALAM KATAGORI


Konsep, seperti kebanyakan objek atau ide lain, dapat dikategorikan dan dilabelkan.
Mengetahui perbedaan tipe konsep sangat penting karena, ketika akan diilustrasikan kemudian,
perbedaan tipe konsep memerlukan perbedan strategi pengajaran. Salah satu cara
pengelompokan konsep menurut struktur aturan yang menggambarkan kegunaan itu.

Beberapa konsep memiliki struktur aturan konstan. Konsep tentang pulau, sebagai
contoh, selalu mengandung daratan yang dikelilingi air. Segitiga datar, digambarkan dengan tiga
sisi dan tiga sudut. Struktur aturan untuk konsep ini konstan. Atribut kritis ini dikombinasikan
dalam cara aditif dan selalu sama. Tipe konsep ini diarahkan pada konsep konjungtif.

Konsep yang lain secara luas dan lebih fleksibel serta mengijinkan seperangkat
alternatif atribut. Struktur aturan ini bukan konstan. Sebagai contoh, konsep strike di baseball
berdasarkan pada jumlah kondisi alternatif. Strike mungkin ketika memukul (batter) swings dan
luput, ketika wasit menentukan yang melempar dalam zona strike meskipun pukulan tidak
mengayun (mengenai) bola, atau ketika pukulannya memukul foul ball. Tipe konsep ini disebut
konsep disjungtif, artinya, satu mengandung seperangkat alternatif atribut. Konsep kata benda
(noun) adalah contoh lain dari konsep disjungtif. Itu mungkin bisa orang, tempat, atau benda,
tetapi itu tidak dapat ketiga-tiganya dalam waktu yang sama.

Tipe ketiga dari konsep adalah satu yang struktur aturannya bergantung pada
hubungan. Konsep aunt (bibi) menyatakan hubungan tertentu antara saudara kandung (siblings)
dan keturunan (offsprings). Konsep waktu (time) dan jarak (distance) juga merupakan konsep
relasional. Untuk memahami salah satu dari konsep, satu harus tahu yang lain, ditambah
hubungan antara keduanya. Sebagai contoh, minggu (week) didefinisikan sebagai rangkaian hari
yang memiliki titik permulaan satu hari (khususnya minggu) dan titik akhir tujuh hari
(khususnya Sabtu) dan jangka waktunya tujuh hari.
Akhirnya, konsep dapat diklasifikasikan sebagai independen atau koordinat. Beberapa
konsep memiliki aturan independen dan dapat diajarkan dengan dirinya sendiri. Contoh
sebelumnya, seperti pulau dan segitia sama sisi, termasuk dalam kategori independen. Banyak
konsep memiliki aturan dependent (bergantung) dan harus diajarkan secara simultan dengan
yang lain dengan hubungan yang sangat erat atau konsep koordinat. Contoh konsep koordinat
termasuk bapak, ibu, adik, dan kakak, semuanya harus diajarkan dan dimengerti dalam hubungan
satu sama lain. Demokrasi adalah konsep koordinat lain yang harus dihubungkan dengan seluruh
perangkat yang kompleks seperti rakyat, kekuatan, dan kebebasan. Contoh yang terakhir dari
konsep koordinat adalah musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin, yang
hanya dapat dimengerti dalam hubungan satu sama lain dan dalam konsep yang lebih besar yaitu
musim.

Konsep yang memiliki struktur aturan kompleks seperti disjungtif dan konsep
relasional secara normal lebih sulit untuk diajarkan dibandingkan dengan yang sederhana,
struktur aturan konstan. Dengan cara yang sama, konsep koordinat lebih sulit untuk diajarkan
dibandingkan dengan konsep independen. Itu menolong menjelaskan bagaimana beberapa siswa
yang menguasai konsep prasyarat sederhana memeliki kesulitan dengan kerja yang lebih tinggi
tentang setiap lapangan subjek.

KONSEP DIBELAJARKAN MELALUI CONTOH DAN NONCONTOH

Belajar konsep tertentu melibatkan identifikasi keduanya yaitu contoh dan noncontoh.
Sebagai contoh, sapi adalah contoh dari hewan tetapi itu noncontoh untuk reptil. Australia adalah
contoh dari negara di bumi bagian selatan, tetapi itu noncontoh untuk negara berkembang. Katun
dan sutera adalah contoh konsep pabrik, tetapi kulit dan baja noncontoh. Ketika akan
didiskribsikan kemudian, cara contoh dan noncontoh sangat penting diidentifikasikan dan
digunakan dalam konsep pelajaran.
KONSEP DIPENGARUHI OLEH KONTEKS SOSIAL

Atribut kritis dari konsep konjungtif, seperti segitiga sama sisi, ditentukan tanpa
dipengaruhi dengan konteks sosial. Akan tetapi, konsep disjungtif dan relasional seperti
kemiskinan atau literacy rate berubah dari satu sosial konteks ke yang lainnya. Konsep dengan
perubahan atribut kritis sering ditemukan dalam sains behavioral dan sosial serta membutuhkan
definisi operasional yang bergantung pada konteks sosial atau lingkungan budaya di mana itu
digunakan. Mempertimbangkan konsep bibi (aunt). Di dalam masyarakat, konsep bibi (aunt)
atau auntie mengacu pada beberapa orang dewasa dalam masyarakat yang memiliki tanggung
jawab untuk merawat anak tertentu dan tidak ada kaitan dengan hubungan darah. Juga
mempertimbangkan konsep geografis utara atau selatan ketika berhubungan dengan iklim.
Anak-anak di belahan bumi utara diajarkan bahwa ketika satu pergi ke selatan, iklimnya sedang
panas (warmer). Sesungguhnya itu tidak akan benar untuk anak-anak di Australia atau
Argentina. Label konsep juga dipengaruhi oleh konteks. Di Inggris kaca depan mobil (car’s
windshield) disebut windscreen, dan trunk disebut boot. Konsepnya sama, labelnya berbeda.

BELAJAR KONSEP MELIBATKAN BELAJAR PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN


PROSEDURAL

Pengetahuan konseptual adalah kemampuan pebelajar untuk mendefinisikan sebuah


konsep berdasarkan pada beberapa kriteria (sebagai contoh, kharakteristik atau hubungan fisik)
dan untuk mengenali hubungan konsep dengan konsep yang lain. Itu menyiratkan pemahaman
tipikal atau kejadian terbaik dari kelas, yang bergantung pada definisi atribut. Sebagai contoh,
jika kamu mengidentifikasi tipikal atau contoh terbaik dari laki-laki dewasa dalam terminologi
tinggi, kamu kemungkinan akan menggunakan prototipe kamu seseorang dengan tinggi sekitar 6
kaki. Kamu tidak akan menggunakan tinggi pemain basket sekitar 7 kaki 6 inchi atau tingi joki 4
kaki 8 inchi.

Pengetahuan prosedural konsep mengacu pada kemampuan siswa untuk menggunakan


konsep dalam membeda-bedakan fashion. Itu melibatkan kemampuan untuk menggunakan
pendefinisian atribut konsep untuk membandingkan (compare dan contrast) dengan yang serupa
tetapi dengan konsep berbeda. Pengetahuan prosedural mengenai laki-laki akan mengijinkan
perbandingan dengan konsep yang serupa seperti perempuan, anak perempuan, anak laki-laki,
orang tua, anak muda, dan orang tinggi.

Untuk memahami perbedaan antara pengetahuan konseptual dengan prosedural,


berpikir lagi tentang konsep segitiga sama sisi. Belajar konsep segitiga sama sisi melibatkan
kedua akuisisi pengetahuan konseptual dan pengembangan pengetahuan prosedural. Pengetahuan
konseptual ada ketika siswa mengetahui definisi atribut dari segitiga sam sisi dan dapat berbicara
dengan jelas mengenai itu semua. Siswa dengan pengetahuan konseptual dari sebuah segitiga
sama sisi akan mendefinisikan itu sebagai bidang datar, yang digambarkan dengan tiga sudut
yang sama dan tiga sisi yang sama panjang. Siswa ini akan dapat menggeneralisasi kejadian
tunggal dari segitiga sama sisi ke dalam semua kelas. Siswa dengan pengetahuan prosedural,
bagaimanapun, dapat menerapkan definisi dan dapat membedakan kelas segitiga dari kelas yang
lain dari segitiga dan bangun tertutup lainnya, gambar bidang datar sederhana, seperti segi empat
atau segi delapan. Siswa juga dapat menggeneralisasi dan membedakan antar kejadian baru yang
dihadapi pada segitiga sama sisi.

OVERVIEW PENGAJARAN KONSEP


Pengajaran konsep sebenarnya melibatkan sejumlah model yang berbeda. Tiga variasi
pengajaran konsep seperti efek pembelajaran, sintaks, dan struktur lingkungan secara singkat
dinyatakan dalam bagian ini. Kebiasaan pengajaran dihubungkan dengan tiga pendekatan secara
menyeluruh diujikan di bab berikutnya.

Pengaruh Instruksional pada Pengajaran Konsep

Model pengajaran konsep telah dikembangkan terutama untuk mengajar ide kunci yang
melayani sebagai pondasi bagi siswa berpikir tingkat tinggi dan menyediakan basis untuk
pemahaman dan komunikasi yang bermutu. Seperti model yang tidak didesain untuk mengajar
dalam jumlah yang banyak pada informasi bagi siswa. Meskipun, dengan belajar dan penerapan
konsep kunci di dalam memberi disiplin atau subjek, siswa dapat mentransfer belajar spesifik
untuk area yang lebih luas. Pada dasarnya, tanpa pemahaman yang bermutu pada konsep kunci
tertentu, pembelajaran area subjek hampir tidak mungkin.

Tiga Pendekatan untuk Pengajaran Konsep

Ada banyak pendekatan untuk pengajaran konsep, tetapi tiga basic dasar telah diseleksi
untuk bab ini: (1) presentasi langsung (direct presentation), (2) pembentukan konsep (concept
formation), dan (3) pencapain konsep (concept attainment).

PRESENTASI LANGSUNG
Pada pendekatan presentasi langsung, guru secara hati-hati menyediakan urutan
presentasi expository (penjelasan) dan/atau interrogatory (pemeriksaan) pada konsep,
mengandung banyak contoh ilustratif. Dibangun dari kerja Tennyson dan yang lainnya (1983),
model ini mengandung beberapa prinsip yang sama dari desain pembelajaran seperti model
presentasi pengajaran didiskusikan dalam bab sebelumnya. Pendekatan presentasi langsung
untuk pengajaran konsep membuat perbedaan tentang kebiasaan guru yang sesuai berdasarkan
pada hakikat konsep yang diajarkan.

PEMBENTUKAN KONSEP

Berdasarkan kerja Hilda Taba (1967), pendekatan ini terutama sekali bermanfaat ketika
tujuan belajar mengandung penemuan konsep baru dan pengembangan konsep–strategi
pembangunan. Pelajaran pembentukan konsep mengandung pertolongan bagi siswa untuk
membedakan properti objek atau kejadian, untuk mengelompokkan properti ini berdasarkan pada
unsur umum, dan untuk membentuk kategorinya sendiri dan melabeli skema. Tujuan utamanya
adalah pengembangan keahlian membedakan dan mengelompokkan.

PENCAPAIAN KONSEP

Dipengaruhi oleh kerja Bruner dan koleganya (1956), pendekatan pencapain konsep
digunakan ketika siswa siap dengan beberapa ide mengenai konsep tertentu atau seperangkat
konsep. Melalui pertimbangan berbagai contoh dan noncontoh dari konsep tertentu, guru
mempromosikan berpikir induktif oleh siswa dan menolong mereka mengawasi proses berpikir
mereka.
Pembedaan antar ketiga pendekatan dan kebiasaan pengajaran spesifik akan dideskribsikan lebih
detail di bab berikutnya.

Sintaks Pengajaran Konsep

Ada empat fase atau langkah utama di masing-masing pendekatan pengajaran konsep
yang dijelaskan dalam bab ini. Ada, meskipun, variasi dalam urutan aktivitas belajar dan perilaku
guru pendamping di fase 2 dan 3. variasi ini akan disoroti dan dideskribsikan kemudian. Semua
urutan dari fase, meskipun, dirangkum dalam Tabel 8.1.

Tabel 8.1 Sintaks Pengajaran Konsep

FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Tujuan penyajian dan Guru menjelaskan tujuan pelajaran dan


penetapan menyiapkan siswa siap belajar

Fase 2 atau 3: Daftar, label, definisi Guru menamai konsep dan


mengidentifikasi atribut kritis di
presentasi langsung. Di
pembentukan konsep, guru
menolong siswa membedakan
properti kelompok dan label
identifikasi bentuk. Di pencapaian
konsep, siswa melibatkan dalam
proses induktif di mana mereka
menemukan atribut konsep.

Fase 2 atau 3: Contoh dan noncontoh


penyajian Guru menampilkan contoh,
menggunakan pendekatan
pencapaian konsep dan presentasi
langsung. Di pembentukan konsep,
objek kelompok siswa dengan
karakteristik.

Fase 4: Menolong siswa


menganalisis berpikir Guru membantu siswa untuk berpikir
dan mengintegrasikan tentang pikirannya sendiri dan
belajar untuk mengintegrasikan belajar
baru

Struktur Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar untuk pengajaran konsep adalah salah satu yang bisa dinyatakan
sebagai terstruktur sedang. Guru membuat keputusan mengenai konsep untuk mengajar dan di
mana pelajaran konsep harus diurutkan di dalam unit yang lebih luas dari studi. Guru juga
menyeleksi contoh dan noncontoh terbaik dari konsep berdasarkan latar belakang dan
pengalaman siswa. Saat pelaksanaan pelajaran konsep, meskipun, ada banyak penyebab ketika
peran utama guru menjadi salah satu respon untuk ide siswa, pendorong partisipasi siswa, dan
siswa pendukung saat mereka mengembangkan keahlian penalaran mereka. Pengecek untuk
pemahaman dan pemberian kesempatan siswa untuk menyelidiki proses berpikir mereka sendiri
juga memanggil pendukung dan pendorong guru. Lingkungan belajar untuk pengajaran konsep,
hanya sebagai model presentasi yang dijelaskan di Bab 7, memerlukan siswa untuk memberikan
perhatian khusus pada pelajaran. Ketika pelajaran konsep dalam perkembangan, ini bukan waktu
untuk berbicara pada tetangga, belajar, atau banyak aktivitas lain yang membutuhkan perhatian
pergi dari pelajaran.

A. Pendahuluan
   Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mengajarkan manusia
dengan bahasanya yang lemah lembut, balaghoh yang indah, sehingga al-Qur’an membawa
dimensi baru terhadap pendidikan dan berusaha mengajak para ilmuwan untuk menggali
maksud kandungannya agar manusia lebih dekat kepada-Nya.
   Petunjuk pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam kesatuan pragmen tetapi ia
diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur’an, sehingga untuk menjelaskannya perlu
melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat yang memberikan informasi-
informasi pendidikan yang dimaksud.
   Al-Qur’an mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus
(Q.S. Al-Israa: 19)
‫ان َسعْ ُي ُه ْم َم ْش ُكورا‬ َ ‫ً َو َمنْ أَ َرادَ اآلخ َِر َة َو َس َعى لَ َها َسعْ َي َها َوه َُو م ُْؤمِن ٌ َفأ ُ ْواَل ِئ‬
َ ‫ك َك‬
“Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukupkan Tuhanmu
Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.”
Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik
secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia
dalam kedua bentuk tersebut.
   Muhammad Rasulullah dipandang sukses dalam mendidik masyarakatnya menjadi masyarakat
yang berbudi tinggi dan akhlak mulia. Pada mulanya masyarakat Arab adalah masyarakat
jahiliyah, sehingga perkataan primitif tidak cukup untuk menggambarkannya, hingga datang
Rasulullah yang membawa mereka untuk meninggalkan kejahiliahan tersebut dan mencapai
suatu bangsa yang berbudaya dan berkepribadian yang tinggi, bermoral serta memberi
pengetahuan.
   Al-Qur’an memberi petunjuk atau arah, jalan yang lurus mencapai kebahagiaan bagi manusia,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 16:

ِ ‫ور ِبإِ ْذنِه ِ َو َي ْهد‬


‫ِيه ْم إِلَى صِ َراط ٍ مُسْ َتقِيم‬ ِ ‫ت إِلَى ال ُّن‬ ُّ ‫َي ْهدِي ِب ِه هَّللا ُ َم ِن ا َّت َب َع ِرضْ َوا َنه ُُ ُس ُب َل ال َّسالَم َوي ُْخ ِر ُج ُه ْم م َِن‬
ِ ‫الظلُ َما‬ ِ

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang
lurus.”   
   Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia di bumi ini di beri kuasa oleh Allah
sebagai penerima wahyu, yang diberi tugas untuk mensucikan dan mengajarkan manusia
sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 151. Dalam ayat tersebut mensucikan diartikan
dengan mendidik, sedang mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan
pengetahuan yang berkaitan dan metafisika dan fisika.
   Tujuan yang ingin dicapai dengan pembacaan, penyucian dan pengajaran tersebut adalah
pengabdian kepada Allah, sejalan dengan tujuan penciptaan manusia dalam surat Al-
Dzariyat(51) ayat 56:
ِ ‫نس إِالَّ لِ َيعْ ُبد‬
‫ُون‬ ِ ‫ت ْال ِجنَّ َو‬
َ ‫اإل‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
Maksudnya Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menjadikan tujuan akhir atau
hasil segala aktivitasnya sebagai pengabdian kepada Allah (M. Quraish Shihab, 1994: 172).
   Pada makalah ini akan dibahas konsep pendidikan menurut Al-Qur’an yang akan mencoba
menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan konsep pendidikan yaitu dalam surat Al-Baqarah
ayat 31-34, surat Al-Baqarah ayat 129 dan 151, dan surat Luqman ayat 13-14.
B. B.   Pengertian Konsep dan Pendidikan
   Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang mendasari sekelas sesuatu
objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut juga berarti gambaran yang bersifat umum
atau abstrak dari sesuatu (A.S. Hornby, A.P. Cowie (Ed), 1974: 174)
   Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan atau buram surat
tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3) gambaran mental
dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal
lain (Tim Penyusun, 1989: 456).
   Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu pimpinan jasmani
dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya
(Mohamad Natsir, 1954: 87).
   Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 ayat 1, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. (UU Sisdiknas no. 20 th. 2003)
   Kemudian pengertian pendidikan Islam antara lain menurut Dr. Yusuf Qardawi sebagaimana
dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena
pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya (Azyumardi Azra, 2000:
5)
   Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis, pendidikan Islam sebagai
proses bimbingan (pimpinan, tuntunan dan usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan
jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi
tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan
yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam (Endang
Saefuddin,1976: 85) Pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan
ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad Saw (Azyumardi Azra,
1998: 5)
   Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960,
memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai: “bimbingan terhadap pertumbuhan rohani
dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”(Muzayyin Arifin, 2003: 15)
   Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan antara pengertian pendidikan
secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan secara umum merupakan proses
pemindahan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perbedaan tersebut
dalam hal nilai-nilai yang dipindahkan (diajarkan). Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai yang
dipindahkan berasal dari sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah dan Ijtihad.
   Jadi, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan rohani berdasarkan
ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sesuai dengan
ukuran-ukuran Islam.
C. C.   Konsep Pendidikan Menurut Al-Qur’an
   Merujuk kepada informasi al-Qur’an pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini, bukan
hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai Pendidik Yang
Maha Agung. Konsep pendidikan al-Qur’an sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang
dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
   Tarbiyah berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada Allah selaku Murabby
(pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan Murabby (pendidik) berasal dari akar kata
seperti termuat dalam ayat al-Qur’an:
‫صغِيرا‬ ُّ ‫اخفِضْ لَ ُه َما َج َنا َح‬
َ ‫الذ ِّل م َِن الرَّ حْ َم ِة َوقُ ْل رَّ بِّ ارْ َح ْم ُه َما َك َما َر َّب َيانِي‬ ْ ‫ً َو‬
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara
menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang dan tumbuhan
(Jalaluddin, 2003: 115). Sedangkan Samsul Nizar menjelaskan kata al-tarbiyah mengandung arti
mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan,
menumbuhkan dan memproduksi baik yang mencakup kepada aspek jasmaniah maupun
rohaniah (Samsul Nizar, 2001, 87).
   Kata Rabb di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169 kali dan dihubungkan pada obyek-obyek
yang sangat banyak. Kata Rabb ini juga sering dikaitkan dengan kata alam, sesuatu selain Tuhan.
Pengkaitan kata Rabb dengan kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat 61:
َ ‫ضالَلَة ٌ َولَ ِك ِّني َرسُول ٌ مِنْ َربِّ ْال َعالَم‬
‫ِين‬ َ ‫ْس ِبي‬ َ ‫َقا َل َيا َق ْو ِم لَي‬
 “ Nuh menjawab: Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan
Tuhan semesta alam.”
   Pendidikan diistilahkan dengan  ta’dib, yang berasal dari kata kerja “addaba” . Kata al-ta’dib
diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan
akhlak atau budi pekerti peserta didik (Samsul Nizar, 2001: 90). Kata ta’dib tidak dijumpai
langsung dalam al-Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada
praktek yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam pandangan
pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada manusia yaitu untuk
menyempurnakan akhlak (Jalaluddin, 2003: 125). Allah juga menjelaskan, bahwa sesungguhnya
Rasul adalah sebaik-baik contoh teladan bagi kamu sekalian.
‫ان َيرْ جُو هَّللا َ َو ْال َي ْو َم اآلخ َِر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرا‬ َ ‫ُول هَّللا ِ أُسْ َوةٌ َح َس َنة ٌ لِ َمنْ َك‬
ِ ‫ان لَ ُك ْم فِي َرس‬ َ ‫لَ َق ْد َك‬
 “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”(Q.S. Al-Ahzab, 21)
   Selanjutnya Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada
kedua orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua sebagai pendidik
didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk kewajiban orang tua terhadap
anak, mencakup memelihara dan membimbing anak, dan memberikan pendidikan akhlak
kepada keluarga dan anak-anak.
   Pendidikan disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama berkonotasi pembelajaran
yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan pendidikan ta’lim dipahami
sebagai sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas
peserta didik (Jalaluddin, 2003: 133). Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis dinyatakan
dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As sebagai cikal
bakal dari makhluk berperadaban (manusia) menerima pemahaman tentang konsep ilmu
pengetahuan langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong.
Sebagaimana tertulis dalam surat al-Baqarah ayat 31 dan 32:
‫ِين‬
َ ‫صا ِدق‬ َ ‫ء َهاؤُ الَء إِنْ ُكن ُت ْم‬Hِ ‫ض ُه ْم َعلَى ْال َمالَ ِئ َك ِة َف َقا َل أَ ْن ِب ُئونِي ِبأَسْ َما‬ َ ‫ء ُكلَّ َها ُث َّم َع َر‬Hَ ‫َو َعلَّ َم آدَ َم األَسْ َما‬
 “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”
‫ك أَ ْنتَ ْال َعلِي ُم ْال َحكِي ُم‬
َ ‫ك الَ عِ ْل َم لَ َنا إِالَّ َما َعلَّ ْم َت َنا إِ َّن‬
َ ‫َقالُوا ُسب َْحا َن‬
 “ Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
   Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Ketiga konsep
tersebut menunjukkan hubungan teologis  (nilai tauhid) dan teleologis (tujuan) dalam
pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu membentuk akhlak al-karimah

Daftar Pustaka

Anshari, Endang Saefuddin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Usaha Enterprise, Jakarta: 1976

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos,
Wacana Ilmu

--------, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu, 1998

You might also like