Professional Documents
Culture Documents
Editor:
Rainer Heufers
M. Husni Thamrin
Nur Rachmi
Pendahuluan:
Anton A. Mashur, Dipl. Volkswirt
Anggota DPR-RI
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman iii
iv Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Kata Pengantar
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman v
mereka kepada kreditor-kreditor kecil di seluruh Indonesia. UKM jelas-jelas
mengalami kesulitan memperoleh pinjaman dan modal penyertaan, bukan
hanya di Indonesia.
Akan tetapi jika uang jadi mudah didapat, ia bisa mendorong orang untuk
mengambil resiko yang tidak semestinya dan dengan demikian mendistorsi
pengambilan keputusan rasional pengusaha-pengusaha kecil itu. UKM tidak
saja memerlukan jauh lebih banyak daripada sekedar dukungan finansial.
Bantuan uang saja dapat membuat mereka berperilaku yang penuh resiko
dan tidak pantas. Bahkan bisa membuat mereka tergantung pada aliran uang
murah yang konstan dari sektor perbankan. Dengan demikian sangatlah
disarankan agar pemerintah menciptakan skema-skema dukungan finansial
yang didasarkan pada pemeriksaan yang seksama terhadap rencana usaha
(business plans) mereka dan kelayakan memperoleh kredit secara umum dari
sang pengusaha. Selain itu, pemerintah perlu memperluas dukungan dari
sekedar skema pendanaan UKM saja. Tapi apa lagi ya yang harus dilakukan?
Sebetulnya, ada dua perangkat langkah yang perlu diambil. Mari kita sebut saja
dengan langkah pasif dan langkah aktif, untuk memudahkan klasifikasinya.
vi Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Selain memastikan bahwa pemerintah sendiri tidak menjadi penghalang, ia
juga mengambil langkah-langkah aktif untuk mendukung penciptaan dan
penglelolaan perusahaan. Inilah isi dari buku ini.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman vii
terlihat rentan terhadap agresi dari predator-predato korporasi, individu
maupun pemerintah. Terakhir, Parlemen pun mempunyai peran dalam hal
menyediakan kondisi legislatif yang tepat untuk memperkuat UKM. Inilah
juga pokok bahasan dari buku ini.
Bab 1 berisi pengantar pada kebijakan UKM yang dibahas di Republik Federal
Jerman. Bab ini terdiri dari situasi umum di negeri yang terkenal dengan
kekuatan sektor UKMnya itu. Bab ini berisi pula suatu penggambaran tentang
inisiatif eksekutif di tingkat nasional dan lokal serta sebuah policy paper yang
dikeluarkan oleh partai oposisi terbesar di Parlemen.
viii Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Buku ini didasarkan pada temuan-temuan yang dialami oleh delegasi
Parlemen Indonesia yang berkunjung ke Jerman pada 31 Mei hingga 7 Juni
2008. Selama menjalani jadwal kunjungan mereka yang sangat intensif,
para anggota Dewan tersebut meminta diterjemahkan semua undang-
undang yang terkait dengan dukungan bagi UKM di Jerman. Daripada hanya
menyerahkan terjemahan dari undang-undang yang diminta kepada para
anggota delegasi tersebut, Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit
memutuskan untuk menerbitkannya dalam buku kecil ini. Kami berharap
buku ini dapat mendorong tidak hanya para anggota Parlemen melainkan
juga publik Indonesia umumnya untuk membahas kebijakan UKM yang tepat
untuk negeri ini.
Rainer Heufers
Resident Representative
Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit
Jakarta, 01 Desember 2008
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman ix
x Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Pendahuluan
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman xi
kurang dari 250 karyawan dan memiliki kurang dari 50 juta Euro penjualan
setiap tahun atau kurang dari 43 juta Euro total aset. Indonesia dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, memiliki definisi
UMKM yang pada prinsipnya sama seperti yang berlaku di Uni Eropa.
Jerman yang saat ini sebagai juara dunia dalam ekspor tidak lepas dari
peranan Mittelstand yang jumlahnya dalam tahun 2004/2005 sudah
mencapai 3.380.000 unit usaha, daripadanya kurang lebih 3.217.000 unit
usaha merupakan perusahaan keluarga. Itu sebabnya kenapa orang Jerman
menganggap Mittelstand sebagai tulang punggung ekonomi Jerman.
Mittelstand tidak saja harus sehat secara ekonomis, tetapi juga harus kuat
sehingga mampu menjalankan perannya menciptakan lapangan kerja,
melaksanakan investasi dalam riset dan teknologi dan akhirnya juga menjadi
sumber utama dari pendapatan negara. Mittelstand tidak dianggap sebagai
usaha yang lemah dan karenanya memerlukan bantuan pemerintah untuk
dapat menjalankan usahanya.
xii Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
bahwa hasil kunjungan delegasi yang sebagian besarnya tercakup dalam buku
ini tidak dapat memberi sumbangan dalam Pembahasan Undang-Undang
Tentang UMKM.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman xiii
xiv Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Tugas-tugas Pemerintah Federal dan
Bab I
Pemerintah Negara Bagian
UKM di Jerman
Inisiatif UKM
Posisi Partai FDP soal UKM di Parlemen Jerman
Contoh Pemerintah Daerah
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 1
2 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Usaha Kecil dan Menengah
di Jerman
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 3
Berbeda dari definisi di atas, yang disebut UKM di lingkungan Uni Eropa
menurut sebuah Komisi Penasehat per tanggal 6 Mei 2003 adalah:
a. Memiliki kurang dari 250 pekerja
b. omset per tahunnya kurang dari 50 juta € atau jumlah jumlah saldo
akhirnya kurang dari 43 juta €
c. (dalam banyak hal) tidak memiliki ketergantungan.
Sesuai dengan poin c diatas, berdasarkan poin ketidaktergantungan
ini, perusahaan yang merupakan milik suatu grup perusahaan, tidaklah
tergolong dalam UKM.
4 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Tabel : Perusahaan* di Jerman tahun 2004, menurut jumlah omsetnya
Omset Jumlah perusahaan
17.500 – 50.000 849.239
50.000 – 100.000 595.611
100.000 – 250.000 660.087
250.000 – 500.000 340.144
500.000 – 1 juta 219.764 90.1%
1 juta – 2 juta 134.126
2 juta – 5 juta 88.521
5 juta – 10 juta 32.553
10 juta – 25 juta 21.017
25 juta – 50 juta 7.767
50 juta lebih 8.344
Seluruhnya berjumlah 2.957.173 Perusahaan
*hanya wajib pajak dengan produksi dan penghasilan lebih dari 17.500 Euro
Sumber : Biro Pusat Statistik Federal Jerman
Analisa khusus Statistik Pajak Omset tahun 2004
Hasil Kerja Ifm, Bonn : Wiesbaden 2006, Analisa Ifm Bonn
Statistik pajak omset yang ada & teraktual untuk tahun 2004 menunjukkan
ada 2.957.173 perusahaan di Jerman. Tabel tahun 2004 di atas tentang
banyaknya jumlah Perusahaan, menunjukkan bahwa 90,1% dari sekitar
2,96 juta perusahaan yang wajib membayar pajak omset penjualan memiliki
omset kurang dari 1 juta € per tahunnya; selanjutnya 9,6% mempunyai
omset tahunan antara 1 juta sampai 50 juta €. Masih menurut statistik di
atas, 0,3% perusahaan digolongkan dalam perusahaan berskala Besar.
Berdasarkan omset perusahaan, statistik pajak omset tahun 2004 di
atas menunjukkan omset wajib pajak semua usaha di Jerman berjumlah
4.347,5 milyar €. Dari jumlah tersebut 60% nya, yaitu hampir sekitar
8.300 perusahaan, adalah perusahaan berskala besar. Sedangkan UKM
(dengan omset hingga 50 juta €) mencapai jumlah omset sekitar 1.730,4
Milyar € atau sekitar 39,8% dari total omset.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 5
perusahaan menengah berhasil mendapatkan 46,7% penghasilan brutto
dari keseluruhan penghasilan bruto perusahaan. Dari angka itu, sekitar
95% dari seluruh perusahaan di Jerman adalah perusahaan keluarga.
2. Budaya Kemandirian
Sudah menjadi hal yang sangat lazim bahwa perusahaan-perusahaan
baru umumnya mempunyai andil dalam menghidupkan dinamika pasar.
Mereka mengubah atau melengkapi struktur penawaran yang sudah
ada.
Pendirian perusahaan perusahaan kecil atau sangat kecil, yang
menawarkan produk atau jasa tertentu yang masuk ke dalam pasar (meski
produk atau jasanya tidak dapat dibedakan dari yang sudah ada) tetap
menguatkan persaingan usaha. Dan dalam kenyataannya menyebabkan
perusahaan-perusahaan yang lemah ke luar dari pasar, atau bertahan
dengan beradaptasi terhadap persaingan usaha.
Berdasarkan nilai-nilai persaingan, pendirian perusahaan yang dinamik
dinilai sebagai hal yang positif. Karena itulah, bantuan untuk pendirian
perusahaan-perusahaan baru menjadi unsur pokok yang penting dalam
politik ekonomi.
6 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Tabel : Pendirian dan likuidasi perusahaan di Jerman dari 1991-2005
Tahun Jumlah Perusahaan Jumlah Perusahaan Jumlah Perusahaan
yang Didirikan yang Dilikuidasi yang Tersisa
1991 521.000 308.000 223.000
1992 494.000 312.000 182.000
1993 486.000 339.000 147.000
1994 493.000 372.000 121.000
1995 528.000 407.000 121.000
1996 507.000 418.000 89.000
1997 507.000 405.000 102.000
1998 513.000 413.000 100.000
1999 493.000 423.000 70.000
2000 472.000 394.000 78.000
2001 455.000 386.000 69.000
2002 452.000 389.000 63.000
2003 509.000 438.000 71.000
2004 573.000 429.000 144.000
2005 496.000 442.000 54.000
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 7
112.617 dari usaha yang didirikan merupakan usaha dalam bidang khusus,
dan terdaftar sebagai usaha dagang/usaha kerajinan yang menciptakan
lowongan pekerjaan untuk pekerja yang wajib membayar jaminan sosial.
Selain itu, sebanyak 330.082 merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha kecil.
Pada tahun 2005 terdapat 400.700 perusahaan yang dibubarkan di
Jerman (92.459 yang terdaftar dalam kantor pencatatan perusahaan
sebagai usaha kerajinan dan 308.200 usaha kecil) dan 41.165 merupakan
perusahaan yang diambilalih melalui warisan, penjualan atau penyewaan,
atau total terdapat 441.824 perusahaan yang terlikuidasi.
Sebagai hasil akhir dari fluktuasi jumlah perusahaan yang didirikan dan
yang dilikuidasi, pada th 2005 terdapat saldo pendirian yang positif
sebanyak 53.676 perusahaan, tentu saja dengan perbedaan yang mencolok
di antara masing-masing cabang bisnis. Dalam bidang perdagangan
terutama, terdapat lebih banyak perusahaan yang terlikuidasi daripada
yang didirikan. Saldo negatif yang sedikit ringan terdapat pada
perusahaan di bidang industri pengolahan. Dalam perusahaan di bidang
pelayanan publik dan individu, terdapat surplus pendirian yang tinggi.
Saldo pendirian yang tinggi dalam usaha bangunan menunjukkan: lebih
banyak perusahaan yang didirikan daripada usaha yang jatuh; hal ini
disebabkan adanya pergeseran perusahaan bangunan besar menjadi
beberapa perusahaan yang lebih kecil.
8 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Inisiatif Pemerintah Federal Jerman
untuk Usaha Kecil dan Menengah
Kebijakan untuk usaha skala kecil dan menengah (UKM) sangatlah pelik dan
berkaitan dengan bidang-bidang yang amat beragam. Berdasarkan pemikiran
inilah Inisiatif Pemerintah Federal Jerman Untuk Usaha Kecil dan Menengah
dirancang. Beberapa tolok ukur telah diterapkan dan dimulai, berdasarkan
persyaratan yang ditentukan dalam Coalition Agreement. Sementara tolok
ukur lainnya masih digodok dan perlu spesifikasi atau resolusi lebih lanjut.
Aktivitas yang telah dilakukan dan dianggap tepat, akan dilanjutkan dan
difokuskan lagi. Bidang-bidang kegiatan yang paling penting mengenai UKM
ini akan dibahas pada paparan berikut.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 9
• Menyebarluaskan bantuan investasi di negara-negara bagian eks
Jerman Timur dan meningkatkan promosi bisnis regional bagi UKM,
sebagai bagian dari tugas bersama Pemerintah Federal dan negara-
negara bagian.
• Mengurangi biaya tambahan upah hingga di bawah 40 %.
• Mereformasi pajak harta warisan untuk memfasilitasi suksesi di
perusahaan-perusahaan pada 1 Januari 2007.
• Mereformasi pajak korporasi untuk meningkatkan daya saing
internasional, memperkenalkan reformasi hukum yang lebih luas
jangkauannya dan netralitas pendanaan pada 1 Januari 2008.
10 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
III. Mengkampanyekan Bisnis Pemula sebagai Pendorong
Munculnya Bisnis-Bisnis Baru
• Meluncurkan “startothek”, sebuah program internet dengan segala
persyaratan peraturannya, perijinan dan regulasinya yang relevan
dengan bisnis-bisnis baru, untuk mempermudah pendirian bisnis
baru, dan meningkatkan fondasi bagi tersedianya point of contact
yang seragam
• Mempercepat proses memasukkan perusahaan-perusahaan ke dalam
daftar komersial, atau daftar koperasi dan perusahaan patungan.
• Mempermudah proses pendirian “GmbH” (perusahaan swasta terbatas)
• Mengumpulkan dan mereka-ulang bantuan pelatihan dan konsultasi
bagi para pengusaha pemula dan perusahaan kecil untuk meraih
transparansi dan efisiensi yang lebih baik.
• Meningkatkan jumlah dan kualitas bisnis pemula dan suksesi
perusahaan oleh kaum perempuan.
• Memperbaiki dukungan bagi bisnis-bisnis pemula yang diluncurkan
oleh para pengangguran, dengan memperkenalkan bantuan bagi
bisnis pemula (the start-up grant)
• Memperkenalkan proteksi terhadap penyitaan (protection against
attachment) untuk memastikan pola pensiun yang lebih baik bagi
para wirausahawan.
• Merestrukturisasi dukungan bagi bisnis pemula yang diluncurkan
oleh para ilmuwan.
• Memberi dukungan khusus bagi bisnis pemula di bidang multimedia
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 11
• Mempromosikan perkembangan keahlian institusi-institusi riset
industri di negara-negara bagian bekas Jerman Timur (riset penda-
huluan).
• Mendirikan projek “Business meets Science” untuk memfasilitasi
jejaring yang lebih kuat.
• Meningkatkan akses UKM terhadap program-program teknologi bagi
industri inti dari Pemerintah Jerman.
• Memperkenalkan bantuan riset bagi universitas-universitas, dan
institusi pendidikan tinggi serta riset lainnya, dalam kaitannya
dengan kontrak-kontrak dari UKM, untuk meningkatkan fokus inovasi
terapan di komunitas sains.
• Menggunakan teknologi multimedia untuk membantu UKM
memperoleh, menyebarkan dan menggunakan pengetahuan.
• Menyesuaikan standar dan proses standarisasi untuk memenuhi
persyaratan dan kebutuhan perusahaan-perusahaan, terutama UKM.
• Memperbanyak jasa-jasa berorientasi teknologi yang diberikan
institut-institut teknik federal kepada UKM.
12 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
ke tingkat sarjana bagi mereka yang telah menyelesaikan pelatihan
kejuruan
• Memperhitungkan sistem pelatihan dua-jalur Jerman dengan
penekanan pada pola magang kejuruan, di Uni Eropa
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 13
VIII. Bantuan yang lebih besar bagi UKM di pasar luar negeri,
antara lain melalui :
• Komitmen dari pemerintah Federal Jerman untuk mendukung
liberalisasi pasar jasa dan barang dunia, dan pengembangan aturan
dagang global di arena perdagangan dunia.
• Memperamping dan memperketat UU Perdagangan dan Pembayaran
Luar Negeri (Außenwirtschaftsgesetz) dan Ordonansi Perdagangan
dan Pembayaran Luar Negeri (Außenwirtschaftsverordnung), agar
aturan-aturan itu menjadi lebih jelas dan lebih mudah dikelola.
• Meneruskan jaminan kredit ekspor dan jaminan investasi untuk
membantu sektor ekspor berorientasi teknologi, khususnya untuk
menembus pasar-pasar yang sulit di negara berkembang dan negara
industri baru, dan untuk memudahkan UKM mendapatkan akses
cepat terhadap jaminan pemerintah federal.
• Mempercepat dan menghilangkan birokrasi prosedur lisensi di
bidang pengawasan ekspor dan proses pembuatan keputusan bagi
penjaminan kredit ekspor.
• Memperluas promosi investasi bilateral dan perjanjian proteksi dan
jaminan federal dalam rangka melindungi investasi di luar negeri.
• Meneruskan program pameran dagang luar negeri, dan sejak 2007,
menambah sebuah program yang mendorong perusahaan muda dan
inovatif untuk ambil bagian dalam pameran dagang internasional di
Jerman, bekerjasama dengan dengan negara-negara bagian Jerman,
terutama dalam hal seleksi pameran dagang.
• Memperluas kamar dagang Jerman di luar negeri, bekerjasama
dengan komunitas bisnis Jerman.
• Meningkatkan jasa-jasa bagi perusahaan-perusahaan yang disediakan
oleh German Office for Foreign Trade (bfai).
• Memberi dukungan politik bagi UKM dalam hal projek-projek
internasional.
14 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Posisi Partai FDP di Parlemen
KEPUTUSAN
Presidium FDP, Berlin, 21 Januari 2008
Presidium FDP (Partai Demokrat Bebas) dalam sidang
tanggal 21 Januari 2008 memutuskan:
Manifes Liberal untuk Usaha Kecil dan Menengah
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bukanlah sebuah akun. UKM adalah sebuah
pemikiran! Dahulu UKM dengan kepioniran, patriotisme, keberanian dan
rasa tanggung jawabnya pernah membangun bangsa kita dan menciptakan
keajaiban ekonomi. Barangsiapa bangun subuh, barangsiapa bekerja dan
membangun sendiri usahanya, barangsiapa mencukupkan dirinya sendiri dan
tidak bertanya apa yang bisa diberikan oleh negara, namun apa yang bisa
dilakukan untuk orang lain, patutlah ia kita hormati dan dukung. Nilai-nilai
luhur UKM tersebut sangat kita perlukan pada saat ini untuk memajukan
negara kita. Tanpa manusia yang memiliki rasa tanggung jawab besar tidak
akan ada masyarakat yang bebas. UKM berarti kebebasan dan tanggung
jawab! Jerman membutuhkan kebijakan yang memperkuat posisi UKM dan
bukan memperlemahnya.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 15
44% dari pendapatan pajak badan berasal dari UKM. Tanpa kontribusi UKM kita
tidak akan dapat membangun sekolah-sekolah, jalan-jalan, ataupun sarana
kesehatan publik. Para menteri keuangan mestinya berorientasi kepada nilai-
nilai yang dimiliki UKM. Oleh karena itu, kebijakan moneter terbaik adalah
kebijakan moneter yang memperkuat UKM.
UKM turut membiayai sistem jaminan sosial kita. Tanpa UKM maka tidak akan
ada jaminan hari tua. Tanpa UKM tidak akan ada pelayanan kesehatan. Tanpa
UKM jaminan kesehatan mungkin sudah berakhir sekarang. Kebanyakan
pengusaha UKM merasa ikut bertanggung jawab atas kesejahteraan
pekerjanya. Oleh karena itu, kebijakan sosial terbaik adalah kebijakan sosial
yang memperkuat UKM.
Ada kalanya UKM melatih kaum muda dan memberikan kesempatan kepada
mereka untuk memperoleh gelar profesi di berbagai bidang, untuk mencari
pengalaman, dan untuk meraih masa depan. UKM menawarkan kesempatan
kepada kaum muda yang kurang beruntung untuk meraih sukses dalam hidup
serta untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab. Dengan
cara tersebut UKM telah berhasil membangun ‘budaya kerja’ di masyarakat.
UKM senantiasa membuka bidang kerja baru dan inovatif. Banyak negara iri
pada sistem pendidikan kejuruan yang ada di Jerman. Cerita sukses ini tidak
akan ada tanpa kehadiran UKM. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan terbaik
adalah kebijakan pendidikan yang memperkuat UKM.
16 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Tukang daging, arsitek, atau pengusaha kecil dan menengah, yang tinggal
dan membangun usaha dengan modalnya sendiri di tempatnya sendiri dan
mengenal baik para pelanggannya, mereka inilah yang biasanya memiliki
rasa tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial yang lebih tinggi daripada
perusahaan-perusahaan besar. Pelestarian daerah setempat dan program-
program penguatan masyarakat setempat sangat diperhatikan oleh UKM.
Oleh karena itu, kebijakan terbaik yang menyangkut daerah setempat adalah
kebijakan daerah setempat yang memperkuat UKM.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 17
Jerman butuh iklim usaha yang ramah bagi UKM. Kebijakan pemerintah
haruslah mengakomodir kepentingan UKM. Kebijakan pemerintah haruslah
mengakui dan mendukung keberadaan UKM sebagai tulang punggung
perekonomian bangsa. Setiap prasangka, iri hati, dan ketidakpercayaan
terhadap kalangan yang bekerja keras dengan modalnya sendiri dan dengan
rasa tanggung jawab yang tinggi haruslah dilawan.
Bagi kaum liberal nilai sebuah keberanian lebih tinggi daripada sebuah
kegagalan. Kita membutuhkan suatu budaya yang menghargai kesempatan
kedua!
Agenda politik tidak boleh mengabaikan UKM. Hal tersebut harus berakhir!
Oleh karenanya kita menuntut:
18 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
temen khusus di perusahaannya untuk mengurusi pajak. Reformasi pajak
perusahaan hanya membuat sistem perpajakan di Jerman kian rumit.
Kita membutuhkan peraturan perpajakan yang lebih sederhana dan
lebih baik, tanpa ketentuan tentang pengecualian-pengecualian. Biaya
birokrasi yang ditimbulkan sehubungan dengan prosedur pembayaran
dan pelaporan pajak mencapai hampir 4 milyar Euro. Ketentuan tentang
jatuh tempo pembayaran dan pelaporan pajak harus diatur sedimikian
rupa agar tidak membebani perusahaan.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 19
Pemerintah sebaiknya membuat peraturan yang memberikan keleluasaan
bagi pengusaha dari kalangan kecil/menengah untuk menentukan upah
bagi pekerjanya. Penetapan upah minimum yang berlaku secara luas
sebaiknya dihindari. Bagi UKM penentuan upah sebaiknya dilakukan
secara mandiri oleh kedua pihak yang berkepentingan, yaitu pekerja dan
perusahaan setempat. Tanpa pemberlakuan upah minimum regional,
maka para pihak terkait dipaksa untuk lebih memperhatikan kepentingan
pengusaha menengah.
Apabila 75% dari seluruh personil perusahaan menyetujui pengesampingan
aturan upah minimum, maka hal tersebut harus dimungkinkan tanpa
persetujuan serikat pekerja maupun asosiasi pengusaha. Kepada pekerja
harus terus diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam kepemilikan
modal, sehingga nantinya mereka berkesempatan memperbaiki sistem
jaminan hari tua dan struktur pengupahan di perusahaan tempat mereka
bekerja.
a “Betriebliche Mitbestimmung” adalah suatu konsep yang mengacu kepada suatu hak para pekerja
untuk ikut serta dalam memberi masukan atau menentukan suatu langkah perusahaan, yang biasanya
menyangkut kesejahteraan pekerja. Undang-Undang Jerman mengaturnya dalam “Mitbestimmungsgestz”
tahun 1976; Dalam legislasi EU dipakai juga istilah “Co-determination”. Untuk menjalankan hak tersebut
maka diatur pula ketentuan mengenai “Betriebsrat” yang adalah suatu badan perwakilan pekerja pada
sebuah perusahaan (tidak sama dengan serikat pekerja) yang berfungsi sebagai organ untuk menjalankan
Hak Ikut-Menentukan tersebut.
20 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
6. Hukum ketenagakerjaan yang lebih fleksibel
Ketentuan mengenai perlindungan pemutusan hubungan kerja sebaiknya
diperbaiki agar lebih meringankan beban perusahaan. Perlindungan
pemutusan hubungan kerja sebaiknya diberlakukan pada perusahaan
yang mempekerjakan lebih dari 50 karyawan dan yang telah 4 tahun
beroperasi. Pelarangan atas perjanjian kerja waktu tertentu terlalu
berlebihan dan harus diperbaiki, karena dengan begitu UKM dapat leluasa
merencanakan usahanya dan pada gilirannya membuka lebih banyak
lapangan kerja di Jerman. Memiliki perjanjian kerja waktu tertentu lebih
baik dari pada tidak memiliki pekerjaan.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 21
cadangan usaha, dan mempercepat proses pendaftaran perusahaan.
Negara harus membantu memperbaiki iklim usaha bagi mereka yang
mendirikan perusahaan dengan peraturan yang lebih mudah dan jelas.
22 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
pemerintah terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan selama ini
sudah sering dilakukan, namun sebagian besar lebih menguntungkan
perusahaan-perusahaan besar. Oleh karena itu bantuan tersebut harus lebih
ditingkatkan dan diarahkan kepada UKM. Bantuan harus pula disesuaikan
dengan modal yang ditanamkan oleh UKM tersebut. Kerjasama antara
kalangan ilmuwan dan perusahaan menengah serta ketentuan pengurusan
hak paten juga harus lebih ditingkatkan. Ketentuan mengenai hak paten
harus memperhatikan kepentingan UKM. Pada tahun 2005 pendaftaran
hak paten oleh perusahaan menengah yang berasal dari dalam negeri
hanya 0,1%. Pelanggaran hak paten harus ditindak secara tegas. Biaya
dan prosedur pendaftaran hak paten bagi UKM harus lebih diperingan
dan dipermudah.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 23
yang lebih baik dari lembaga pembiayaan atau bank. Selain itu, program ERP
[European Recovery Program. – red.] harus diselamatkan dari rugi finansial
yang mengancam KfW walaupun hal tersebut masih bersifat spekulatif.
Kita ingin agar nilai dan semangat yang dimiliki oleh UKM seperti keberanian,
kreatifitas, rasa tanggung jawab, dan kinerja tinggi diperkuat di Jerman.
Barangsiapa ingin memperkuat UKM, haruslah ia mendukung FDP!
Daftar Pustaka
- de.wikipedia.org
- Deutsche Rechtspraxis (Hand- und Schulungsbuch). Messerschmitdt. C.H. Beck
Beck’sches Rechtsanwalts-Handbuch. Buechting und Heussen. C.H.Beck
24 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Contoh dari Pemerintah Daerah
A. BADEN-WÜRTTEMBERG
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 25
Selain itu, untuk mencapai tujuan seperti disebut pada ayat 1, Negara
Bagian menggunakan lembaga-lembaga dan instrumennya untuk
mendukung perekonomian dan menyediakan dana dari anggaran belanja
Negara Bagian.
Undang-Undang ini juga memuat mengenai hubungan antara peraturan
ini dengan berbagai instansi publik yang ada, seperti:
(1) Dinas-dinas Negara Bagian, pemerintah daerah (kota atau kabupaten)
dan Aliansi pemerintah daerah, termasuk badan-badan, yayasan dan
lembaga lain yang berada di bawah pengawasan Negara Bagian
diwajibkan untuk memperhatikan tujuan dari Undang-Undang ini
dalam semua perencanaan, program dan kegiatannya.
(2) lembaga yang disebut di ayat 1 dalam melaksanakan hak-hak peme-
gang saham dalam perusahaan di mana mereka ikut serta, bertindak,
agar tujuan Undang-Undang ini diperhatikan dengan cara yang
sama.
Undang-undang itu sendiri memberikan prioritas penyediaan layanan oleh
swasta. Instansi publik, kecuali diatur secara khusus mengenai kegiatan
ekonominya, hanya akan memberikan jasa ekonominya, apabila hal ini tidak
dapat dihasilkan dengan setara dan ekonomis oleh perusahaan swasta.
Sasaran dan bidang utama pemberian bantuan serta ketentuan
pelaksanaan Undang-Undang meliputi:
(1) Kebijakan pemberian bantuan dari Undang-Undang ini terutama
ditujukan kepada perusahaan skala Kecil dan Menengah dengan
karyawan kurang dari 250 orang dan dengan omset tahunan paling
tinggi 40 juta Euro atau dengan jumlah neraca tahunan paling tinggi
27 juta Euro, yang 25% atau lebih dari modal atau saham tidak berada
dalam kepemilikan satu atau lebih perusahaan, yang melampaui
klasifikasi ini.
(2) Bidang utama dari pemberian bantuan bagi usaha Kecil dan Menengah
ada di dalam kebijakan yang disebut dalam §§ 9 sampai 15 dan 19
sampai 21.
(3) Pelaksanaan dari masing-masing kebijakan pemberian bantuan akan
diatur dalam ketentuan pelaksanaan
(4) Dalam pelaksanaan Undang-Undang harus diperhatikan tujuan dan
dasar-dasar dari tata ruang dan perencanaan Negara Bagian.
26 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Adapun bantuan dalam bentuk kemandirian lebih diutamakan daripada
bantuan negara. Bantuan negara menurut Undang-Undang ini pada
umumnya mensyaratkan, bahwa penerima bantuan harus memberikan
kontribusinya sendiri yang sepadan dan memberikan jaminan keberhasilan
dari suatu pelaksanaan rencana usaha.
Kebijakan pemberian bantuan menurut Undang-Undang ini dan kebijakan
pemberian bantuan lain dari Negara Bagian harus saling disesuaikan.
Dalam hal ini harus dipertimbangkan kebijakan pemberian bantuan dari
Pemerintah Federal, Uni Eropa dan kebijakan pemberian bantuan regional.
Dalam penyusunan kebijakan pemberian bantuan dan proses bantuan,
persyaratan transparansi dan konsistensi harus sangat diperhatikan.
Dalam penetapan jenis dan besarnya bantuan dari kebijakan ini, organisasi
perekonomian dari Negara Bagian yang terkait akan ikut dilibatkan.
Untuk pelaksanaan kebijakan pemberian bantuan, terutama dalam
bidang-bidang utama dari bantuan untuk usaha Kecil dan Menengah,
Negara Bagian menyiapkan perangkat pendanaan yang pantas dan tetap,
yang memperhatikan peran perusahaan skala Kecil dan Menengah di
bidang pelatihan, penyediaan lapangan kerja dan pembaruan serta untuk
suatu struktur perekonomian Negara Bagian yang berimbang. Kontribusi
pendanaan dari Negara Bagian menurut Undang-Undang ini ditentukan
sesuai dengan rencana anggaran belanja negara.
Adapun dana anggaran belanja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
Undang-Undang ini adalah pemberian dana sesuai dengan §23 dari
peraturan anggaran belanja Negara Bagian. Hal ini harus diperhatikan
dalam perencanaan pendanaan jangka Kecil dan Menengah.
Pemberian bantuan menurut peraturan lain tidak menutup pemberian
bantuan menurut Undang-Undang ini, selama ketentuan pelaksanaannya
tidak menyimpang dari Undang Undang ini.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 27
1. Pelaksanaan kursus dan pelatihan yang diakui di luar perusahaan serta
kegiatan-kegiatan lain, yang mendukung pelatihan atau penataran,
2. Pendirian, perluasan dan perlengkapan dari lembaga-lembaga di
luar perusahaan, yang mendukung pelengkapan pelatihan profesi,
penataran profesi atau pendidikan alih profesi, berdasarkan pro-
gram pengembangan untuk lembaga pendidikan profesi di luar
perusahaan,
3. Kerjasama antar penanggungjawab pendidikan lanjutan pada tingkat
regional.
Selain itu Negara Bagian mendukung juga kegiatan-kegiatan untuk
informasi. kualifikasi, konsultasi dan pembinaan pendirian usaha dan
pengambilalihan perusahaan. Negara Bagian juga membantu usaha
konsultasi kepada perusahaan-perusahaan skala Kecil dan Menengah
termasuk penataran para konsultan perusahaan
Terkait dengan penelitian dan pengembangan yang berhubungan dengan
ekonomi Negara Bagian memberikan bantuan kepada lembaga-lembaga
penelitian hall yang berhubungan dengan perekonomian dan rencana
penelitian yang berkaitan dengan perekonomian maupun pengembangan
teknologi serta penerapannya dalam perusahaan. Untuk tujuan ini Negara
Bagian juga membantu lembaga-lembaga khusus dari konsultasi dan alih
teknologi (Technology transfer) serta mediasi dari desain. Dalam hal-hal
tertentu, rencana dari perusahaan yang ada dapat juga diberikan bantuan
oleh Negara Bagian.
Negara Bagian membantu usaha Pengusaha skala Kecil dan Menengah
untuk memperoleh akses ke pasar di luar negeri. Terutama membantu
langkah-langkah dari kelompok-kelompok usaha untuk penelitian pasar
dan pembukaan pasar, seperti keikutsertaan kelompok pada pameran
internasional dalam bidang usahanya di luar negeri, serta pendirian dan
pengoperasian kantor penghubung di luar negeri melalui kelompok usaha
dalam negeri (“Pool perusahaan“).
Penelitian terhadap usaha kecil dan menengah pun tak luput dari
perhatian pemerintah Negara Bagian dengan cara membantu penelitian
dan jajak pendapat seperti analisis bidang usaha dan analisis pasar serta
perbandingan usaha, untuk menetapkan kecenderungan perkembangan,
kesempatan usaha dan kendala-kendala produksi dari usaha Kecil dan
Menengah atau masing-masing dari kelompoknya. Hasil dari penelitian
28 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
dan jajak pendapat ini pada dasarnya akan dibuat agar dapat diakses
untuk umum.
Masih berkaitan dengan peran dalam peningkatan daya produksi Negara
Bagian banyak membantu kerjasama dari perusahaan-perusahaan skala
Kecil dan Menengah, terutama kelompok kerja untuk pemanfaatan
pengalaman profesi, lembaga-lembaga dan kegiatan-kegiatan bersama,
dankerjasama perusahaan. Negara Bagian juga memberikan bantuan
terhadap kerjasama antara perusahaan skala Kecil dan Menengah dan
lembaga-lembaga, juga dalam bentuk kerjasama dan jaringan yang
melampaui batas Negara Bagian.
Negara Bagian dapat membantu keikutsertaan kelompok perusahaan dari
usaha Kecil dan Menengah pada pameran dan ekspose, selain membantu
informasi perusahaan dari usaha Kecil dan Menengah mengenai per-
masalahan ekonomi dan tehnik yang aktual. Hal yang sama berlaku untuk
pusat pengumpulan dan penyediaan informasi.
Dalam rangka rencana anggaran belanja negara, Negara Bagian dapat
melakukan pemberian bantuan sesuai dengan tujuan dan dasar-dasar dari
Undang-Undang ini dalam bidang-bidang lain, apabila hal ini merupakan
kebutuhan yang mendesak dari perusahaan skala Kecil dan Menengah
dan mendukung kepentingan Negara Bagian.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 29
(2) Untuk memudahkan memperoleh modal yang dijamin, Negara
Bagian mengizinkan kelompok penjamin saham, yang menjamin
keikutsertaan dari perusahaan penyertaan modal pada perusahaan
skala Kecil dan Menengah. Dengan adanya penyertaan modal ini,
jaminan, pinjaman dan tunjangan dapat diberikan.
Order publik
Undang-undang ini juga mengatur tentang keikutsertaan dalam order-
order publik. Dalam memberikan order publik, di samping aspek-aspek
ketentuan pemberian order, tujuan Undang-Undang ini harus diperhatikan.
Melalui pemberian order, dalam rangka ketentuan pemberian order yang
berlaku, dalam jumlah yang pantas perusahaan skala Kecil dan Menengah
harus diperhatikan. Terutama mengenai pekerjaan, sejauh persyaratan
ekonomi dan tehnik mengizinkan, secara longgar order itu harus dipisah
menurut jumlah dan jenisnya, sehingga perusahaan skala Kecil dan
Menengah dapat ikut bersaing.
Penggabungan beberapa atau berbagai jenis bangunan yang berbeda
pada suatu paket konstruksi hanya diizinkan, apabila hal ini membawa
keuntungan karena alasan-alasan ekonomi dan teknis. Penawaran dari
kelompok kerja (konsorsium) pada dasarnya dapat diizinkan dengan
pesyaratan yang sama seperti pada peserta perusahan. Pelaksana peker-
jaan dalam hal menyerahkan pekerjaan kepada sub-kontraktor lainnya
diwajibkan secara tertulis.
Negara Bagian juga lebih mendahulukan untuk mengikutsertakan
perusahaan skala Kecil dan Menengah, sejauh hal ini sesuai dengan
pelaksanaan tugas yang sesuai dengan pekerjaan. Sub-kontraktor
harus diberitahu, bahwa ini menyangkut order publik. Dalam hal
mensubkontrakkan pekerjaan pembangunan kepada sub-kontraktor,
harus dibuat persyaratan perjanjian umum untuk pengadaan tender
publik dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan (VOB bagian B),
dalam hal mensubkontrakkan pekerjaan pemasokan, persyaratan umum
untuk pelaksanaan pekerjaan dari tatacara pemberian pekerjaan untuk
hasil kerja –kecuali pekerjaan pembangunan – (VOL Bagian B) menjadi
bagian dari perjanjian,
Sub-kontraktor, terutama dalam hal tatacara pembayaran tidak boleh
dibebani dengan persyaratan yang lebih merugikan, seperti yang telah
disepakati antara penerima pekerjaan dan pemberi pekerjaan publik.
30 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Untuk rencana pembangunan yang didanai dari publik (misalnya
perjanjian pelaksana pekerjaan, perjanjian penyewaan atau leasing)
berlaku sesuai dengan ayat 1 dan 2. Selain itu, harus disepakati, bahwa
dalam pensubkontrakan pekerjaan pembangunan yang berkaitan dengan
hal ini, digunakan ayat 3 dan 4.
Badan Hukum Publik sebagaimana diatur oleh Hukum Pidana § 2 Abs.1
dan jika tidak diatur lain oleh paragraf 7 berkewajiban menggunakan
hak-haknya dalam perusahan yang dimiliki secara mayoritas atau lainnya
secara langsung atau tidak langsung sedemikian rupa, sehingga hal ini
menggunakan tatacara pemberian pekerjaan publik untuk konstruksi
(VOB) serta ayat 1 sampai 4. Kepada mereka disarankan penggunaan
tatacara pemberian kerja untuk pekerjaan jasa (VOL).
Apabila perusahaan pemberi kerja adalah perusahan publik sesuai
dengan pasal 98 Nr.2 dari Undang-Undang anti pembatasan persaingan.
Kewajiban menurut Butir 1 pada umumnya gugur, apabila:
1. pada perusahaan, di mana, apabila diukur pada omset keseluruhan,
paling sedikit 80% kegiatannya primer bertujuan pada pencapaian
keuntungan; sejauh mereka paling sedikit dalam besaran yang
dilaksanakan dalam persaingan dengan perusahaan lain; dan menutup
pengeluaran tanpa pendanaan dari anggaran belanja publik.
2. pada order yang disebutkan dalam pasal 100 ayat 2 dari Undang-
Undang anti pembatasan dalam persaingan,
3. Pada order-order yang nilainya diperkirakan berjumlah kurang dari
30.000 Euro (tanpa pajak penjualan).
Juga dalam hal pengecualian sesuai dengan butir 2 terdapat kewajiban
menurut butir 1, sejauh perusahaan memberikan order-order untuk suatu
order yang menggunakan dana publik paling sedikit 30.000 Euro. Pada
pemberian order publik melalui perusahaan milik daerah berdasarkan
hukum perdata, digunakan §106 b dari peraturan daerah.
Untuk pelaksanaan Undang-Undang ini yang berwenang adalah
Kementerian Perekonomian. Sejauh setiap kebijakan menyangkut
kewenangan kementerian lain, harus dicapai kesepakatan dengan
mereka. Kementerian Perekonomian diberi hak, melalui peraturan untuk
melimpahkan pelaksanaan setiap kebijakan kepada badan-badan yang
berada di tingkat bawah.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 31
Pemerintah Negara Bagian melaporkan secara berkala kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Negara Bagian mengenai pekembangan dari Usaha
Kecil dan Menengah. Laporan tersebut juga harus diperluas pada
kebijakan pemberian bantuan yang telah diambil dan pengaruhnya
(kontrol keberhasilan) serta mengandung usulan untuk kebijakan
pemberian bantuan lebih lanjut. Untuk menjamin efisiensi dari program
dan kebijakan pemberian bantuan, hal ini akan dievaluasi.
Undang-Undang ini berlaku sejak Desember 2000 dan menggantikan
Undang-Undang Bantuan Usaha Kecil dan Menengah yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Negara Bagian Baden-Württemberg pada tanggal 16
Desember 1975 (GBI.S.861).
B. COLOGNE
Masa depan telah dimulai bagi perusahaan-perusahaan mapan maupun
baru yang berbasis di Cologne
Tradisi telah melimpahkan kondisi terbaik bagi perusahaan-perusahaan
kimia dan farmasi di wilayah sekitar kota Cologne. Ini dipastikan berkat
infrastruktur di kota tersebut yang prima dan kedekatannya dengan
berbagai fasilitas riset ilmiah. Di saat bersamaan, Cologne tengah
berkembang menjadi lokasi kebanggaan bagi perusahaan-perusahaan
bioteknologi dari seluruh Eropa.
Masa depan telah dimulai di Cologne. Setelah bertahun lamanya berdiri,
perusahaan-perusahaan kimia dan farmasi yang secara tradisional
memilih metropolis Rhine sebagai lokasinya telah menjadi kian piawai
dalam mengatasi arus deras tantangan baru yang senantiasa hadir
bersama proses globalisasi. “Di saat bersamaan, wilayah Cologne juga
tengah menjelma menjadi salah satu pusat bioteknologi terhebat
di seantero Eropa,” kata Profesor Peter Stadler, pemimpin Deutsche
Industrieverinigung Biotechnologie (DIB) dan managing director di
perusahaan biotek Cologne Artemis Pharmaceuticals, ketika menengarai
prospek masa depan Cologne sebagai sebuah lokasi usaha.
Omzet 15 milyar
Angka di atas kiranya berbicara dengan sendirinya. Sekitar 150 perusahaan
di bidang industri-industri kimia, farmasi dan bioteknologi yang berada di
32 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
kota Cologne dan sekitarnya selama ini telah menyediakan sekitar 80.000
pekerjaan dan menghasikan omzet yang hebat: 15 milyar Euro. Nilai
ini sekitar sepertiga dari total omzet wilayah tersebut. Dan mengingat
saat ini terlihat tanda-tanda awal revitalisasi perekonomian yang
sinambung, indikator keberhasilan ekonomi selanjutnya tampaknya akan
tetap cerah. “Perusahaan-perusahaan kimia telah memanfaatkan krisis
guna menguatkan kompetensi inti mereka,” lapor Friedrich Überacker,
managing director di Artbeitgeberverband der Chemischen Industrie
Köln e.V (Federasi Pengusaha-Pengusaha Industri Kimia di Cologne).
Langkah-langkah besar juga sedang ditempuh di sektor farmasi dan
sektor bioteknologi. “Saat ini, riset obat-obatan modern nyaris mustahil
dilakukan tanpa melibatkan bioteknologi dan rekayasa genetis.” Semua
perusahaan farmasi mapan telah mengintegrasikan metode rekayasa
genetika ke dalam kegiatan penelitian mereka. Mereka bekerjasama
secara intensif, bahkan dengan perusahaan-perusahaan biotek inovatif
yang kecil sekalipun,” kata Peter Stadler, saat mencoba menggambarkan
keniscayaan terjadinya merger antara kedua industri tersebut di masa
depan.
Sang ilmuwan sekaligus pengusaha tersebut melanjutkan, “Sebagai lokasi,
Cologne memang beruntung. Di kota ini, kondisi-kondisi kondusif untuk
mendirikan perusahaan biotek yang inovatif telah dimulai sejak lama.”
Bahkan pada 1990, berbagai perusahaan, lembaga riset, pemerintah kota,
kamar dagang dan asosiasi perdagangan di kota katedral tersebut telah
mulai menggalang upaya demi menyuarakan peluang Cologne sebagai
lokasi ideal bagi bioteknologi. Pada 2000, sejumlah perusahaan baru
tingkat lokal di bidang bioteknologi mendirikan asosiasi yang bernama
“BioCologne e.V.” atas dukungan Rechtsrheinisches Technologie und
Gründerzentrum (RTZ) dan dari otoritas kota tersebut. Tujuannya: sambil
memanfaatkan jaringan komunikasi dan kerjasama di tingkat lokal,
asosiasi ini harus memposisikan Cologne sebagai lokasi terbaik di tingkat
nasional dan internasional serta meningkatkan kolaborasi antara riset
dan bisnis.
Upaya awal ini membuahkan sukses sebagai berikut: sekitar 40 perusahaan
biotek kini telah menjadikan Cologne dan daerah di sekitarnya sebagai
basis operasi mereka. Jaringan kerjasama Cologne tidak lagi hanya meliputi
berbagai perusahaan bioteknologi, institusi akademis dan lembaga riset
saja. Yang kini juga tercakup adalah lembaga-lembaga finansial dan
konsultasi manajemen, serta sentra-sentra teknologi dan para pemula
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 33
bisnis yang berbasis di Cologne. Dr. Boris Stoffel, pendiri sekaligus
anggota dewan BioCologne dan managing director di perusahaan biotek
Memorec GmbH, menjelaskan keterkaitan antarpihak secara individual:
“Semua perusahaan, baik yang telah lama maupun baru berdiri di sektor
life-science memperoleh dukungan penuh di berbagai bidang, mulai dari
pendirian hingga pengembangan perusahaan, pengelolaan keuangan
hingga asistensi dalam menemukan lokasi bisnis atau tentang prosedur
persetujuan.”
Dengan kata lain, jaringan tersebut menawarkan kepada perusahaan
bioteknologi peluang bersinergi dalam berbagai wujud dan meningkatkan
kualifikasi perusahaan serta alih teknologi. Dalam berasosiasi dengan
jejaring lain dan organisasi-organisasi internasional, kontak pun tercipta
dan diintensifkan di seluruh penjuru dunia. Sekadar contoh, pada bulan
September lalu Agricultural Biotechnology International Conference
(Abic) telah berlangsung di Cologne. Konferensi kemitraan-bio terbesar
di dunia dengan partisipasi internasional juga sukses diselenggarakan di
awal November.
Ilmuwan-Ilmuwan Kelas-Atas
Gelar akademis yang diperoleh dari metropolis Rhine dan diakui secara
internasional adalah kunci bagi peluang karir terbaik. Sejumlah besar
pekerjaan ilmiah kelas-atas dilakukan di University Clinic dan di dua
34 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Institut Max Planck—yakni untuk riset neurologis dan riset pembiakan
tumbuhan. Sebagai contoh, Institut Max Planck untuk Riset Pembiakan
Tumbuhan, yang dikepalai oleh Profesor Heinz Saedler, telah dikenal
sebagai satu institusi riset terkenal di dunia di bidang biologi molekuler
tumbuhan. Laboratorium Max-Delbrück (MDL) di Max Planck Gesellschaft
juga berlokasi di tempat ini. Di sini, para ilmuwan muda mengenyam
pelatihan dan asistensi ketat di bidang genetika molekuler dan rekayasa
genetis selama lima hingga enam tahun.
Cologne juga menyediakan kondisi-kondisi terbaik untuk antarmuka sains
dan ekonomi. Perusahaan Cell Center Cologne GmbH (CCC) adalah satu
perusahaan sektor swasta perdana yang berlokasi di kampus Universitas
Cologne. CCC memfokuskan aktivitasnya pada bidang bioteknologi
merah/medis, khususnya tentang pasar terapi sel yang kian berkembang
pesat. Ilmuwan-ilmuwan muda yang berniat berkarya mandiri dengan
berbekalkan temuan riset bioteknologi dan gagasan bisnis yang cemerlang
akan mendapati wilayah tersebut sebagai tempat yang nyaris sempurna.
Tidak saja di kota Cologne, melainkan juga di sekitarnya, kondisi-kondisi
yang kondusif ini makin lama makin terus mendukung perkembangan
latar biotek di wilayah tersebut.
Contohnya adalah Technologiepark Köln, RTZ, BioFactory Cologne
dan BioCampus Cologne. Mereka, yang berbasis di Cologne bersama-
sama dengan Bioplex Leverkusen dan Rheinisch-Bergische Technologie
Zentrum, yang terintegrasi ke dalam Technologiepark Bergisch Gladbach,
menawarkan ruang kantor dan laboratorium kepada perusahaan-
perusahaan di bidang life science, baik yang telah mapan maupun yang
baru berdiri, sesuai dengan kebutuhan mereka. Asosiasi BioRiver, yang
mencakup Cologne dan kota-kota Aachen, Bonn dan Düsseldorf (wilayah
ABCD), menggabungkan segenap kompetensi di sektor bioteknologi.
Tidak saja perusahaan, melainkan juga kota, institusi penelitian dan zona
khusus teknologi (technology park)--semuanya terangkum di dalam
“BioRiver” untuk menawarkan kondisi kerja terbaik di sepanjang sungai
Rhine kepada para perintis biotek. Dan bukan kondisi terbaik semata,
tapi juga keuntungan: “Semua perusahaan biotek yang menangguk
keuntungan finansial adalah mereka yang berbasis di Rhine North-West-
phalia,” kata pakar teknologi Cologne, Matthias Bothe.
Di Cologne sendiri, jaringan “Biopartners Cologne” dari Sparkasse
KölnBonn memastikan daya tarik lokasi tersebut; bahkan di masa-
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 35
masa perekonomian sulit sekalipun! Detlev Krupp, managing director
pada anak perusahaan Sparkasse, SKI Standort Köln-Immobilien
Verwaltung GmbH, menjelaskan seberapa luas kiranya kisaran tugas yang
diembannya: “Jaringan-bio mendukung seluruh latar bioteknologi, mulai
dari konsep pendirian perusahaan, hingga ke aspek-aspek keuangan dan
pemasarannya.”
36 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
perusahaan biotek, baik yang tengah membentuk diri maupun yang telah
mendapatkan kemapanan.
Awal mula masa depan bioteknologi di wilayah Cologne, berikut
infrastrukturnya yang prima sekaligus kisaran layanannya yang luas,
ditunjukkan lewat kesuksesan perusahaan-perusahaan yang telah berdiri
di sini, yang dapat dijadikan sebagai signal. Pemimpin dari TecToMarket,
Dr. Edgar Fritschi merasa yakin, “Pola hunian baru akan berorientasi
pada kesuksesan perusahaan-perusahaan lokal, yang dengan demikian
bertindak sebagai magnet.” Di sini pun, latar biotek Cologne menawarkan
banyak hal. Sebagai contoh, dua perusahaan subsidiari dari Qiagen
N.V. berlokasi di BioCampus Cologne. Miltenyi Biotec GmbH, salah satu
perusahaan biotek terbesar di Jerman, terletak di Bergisch Gladbach
Technology Park, dan anak perusahaannya, Memorec GmbH, berlokasi di
BioCampus Cologne. Perusahaan Amaxa GmbH, yang kini bermarkas tetap
di Gaithersburg, AS, juga terus melanjutkan kisah suksesnya di lokasi ini.
Pada musim panas ini, Amaxa dianugerahi medali “Potenzial Innovation”
oleh Financial Times Germany (FTD) dan oleh KADIN Jerman (DIHK).
Pertumbuhan yang kontinyu juga telah diperoleh oleh Artemis
Pharmaceuticals GmbH, “yang tahun ini berhasil menggandakan omzet
dan meningkatkan tenaga kerja mereka sebesar 15 persen,” demikian
dilaporkan oleh Profesor Peter Stadler, yang pada 1998 termasuk salah
seorang pendiri perusahaan tersebut. Mitra-mitra kerjasama Artemis
termasuk perusahaan-perusahaan utama di sektor farmasi seperti
perusahaan AS Merck Inc., Bayer AG, Sanofi-Aventis dan Boehringer-
Ingelheim. Bayer CropScience Deutschland adalah pemain global di
sektor biosains dan melakukan riset-riset intensif di bidang bioteknologi
tumbuhan.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 37
Untuk informasi selanjutnya: Koneksi langsungnya ke pelabuhan
www.stadt-koeln.de dan jalur motor Rhine telah membantu
www.biopartnerscologne.de Industriepark Köln-Nord, yang dioperas-
www.biofactorycologne.de ikan oleh pemerintah kota Cologne,
www.biocampuscologne.de dalam menyediakan layanan jasa ter-
www.tpk.de besar bagi penggunaan industrial di
www.tpg.de seluruh wilayah tersebut. “Seluas dua
www.chemcologne.de puluh enam hektar lahan disediakan
untuk pelayanan kimia khusus, serta
bioteknologi dan bidang-bidang high-tech lainnya,” kata Klaus
Jenniges, kepala Kantor Pengembangan Ekonomi kota Cologne, saat
menggambarkan salah satu daya tarik yang dimiliki ”taman” industri di
Chemiepark Knapsack, di mana sekitar 2.500 karyawan bekerja. Selain
di Basell, perusahaan-perusahaan Bayer CropScience, CABB, Clariant,
Messer, Nexans, Schmidt Heilbronn, Vinnolit dan operator dari InfraServ
Knapsack sangat aktif di sini. “Pada tanggal 1 Januari nanti, TÜV
Rheinland Group yang merupakan asosiasi inspeksi teknis no. 2 terbesar
di Jerman, akan mengambil alih segala aktivitas yang berkenaan dengan
keamanan teknis di lokasi tersebut,” demikian dideklarasikan oleh juru
bicara korporasi TÜV, Michael Bierdümpfl. Di Chemiepark Wesseling,
Basell, Degussa, Shell dan Dow Deutschland GmbH serta fasilitas-fasilitas
produksi mereka yang luar biasa telah ikut membentuk citra kimia di atas
sungai Rhine.
38 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Jaringan pipa yang atraktif
Faktor kunci pemicu hasrat kebanyakan orang terhadap Cologne sebagai
lokasi buat industri farmasi adalah keberadaan jaringan pipa yang padat
serta memungkinkan tersedianya transportasi dengan harga yang efektif
dan ramah lingkungan untuk sekitar 50 persen dari semua produk
serta bahan mentah kimia. Terhubung dengan jalur pipa internasional,
jaringan ini memanjang dari selatan Cologne di dekat Wesseling sampai
Knapsack, hingga ke bagian barat kota menuju ke utara ke Leverkusen
dan Dormagen. Sebagai contoh, minyak mentah dipompa melalui
jaringan pipa internasional dari pelabuhan laut maritim di Rotterdam
dan Wilhemshaven hingga ke tempat-tempat penyulingan setempat.
Jalur pipa bagi produk-produk selanjutnya menyediakan wilayah tersebut
dengan gas sintetis dan gas alam. Selain itu, delapan jalur kendaraan
menjamin kelancaran transportasi jalan ke segala arah. Keuntungan
lokasional lainnya mencakup potensi yang besar bagi pekerja terlatih dan
berpengalaman, kedekatan langsung dengan universitas, kampus dan
institusi penelitian dan, di atas segalanya, kerjasama yang erat dengan
perusahaan, institusi dan otoritas di sentra-sentra kimia di Cologne
dan sekitarnya. Inisiatif ChemCologne e.V., yang dioperasikan oleh kota
Cologne dan Federasi pengusaha industri Kimia di Cologne dan didanai
oleh berbagai perusahaan kimia di wilayah tersebut, bertujuan membuat
Cologne menjadi semakin menarik sebagai lokasi untuk industri kimia
dan industri farmasi. Tentunya terdapat lebih dari sekadar pekerjaan yang
harus dilakukan di sana. Karena “trend global di bidang industri kimia untuk
berkonsentrasi di wilayah kunci tidak dapat diabaikan oleh perusahaan-
perusahaan yang terletak di Cologne,” kata managing director Friedrich
Überacker, yang menceritakan berdasarkan pengalamannya.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 39
kali menyampaikan tawaran mereka untuk mengambil alih. Bagi pakar
industri kimia Friedrich Überacker “tindakan restrukturisasi semacam itu di
era globalisasi adalah hal yang normal saja.” Lagi pula, semua perusahaan
harus selalu kompetitif menghadapi kompetisi di seluruh dunia. Friedrich
Überacker: “Kepentingan para investor asing memang memperlihatkan
dengan jelas betapa menariknya Cologne sebagai lokasi bisnis.” [*]
40 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Bab II
Pelatihan Kejuruan
Pelatihan Sistem Ganda
Undang-Undang Pelatihan Kejuruan Jerman
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 41
42 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Sistem Pelatihan Ganda
di Jerman
Pelatihan Ganda
Nama tersebut mengilustrasikan prinsip yang dipegangnya: Dua partner
berbagi tanggung jawab untuk melakukan pendidikan dan pelatihan kejuruan.
Suatu perusahaan menandatangan kontrak pelatihan dengan seorang peserta
pelatihan dan memulai tanggung jawabnya untuk mengajarkan isi pelatihan
yang dibutuhkan. Perusahaan tersebut mengatur pembelajaran rata-rata tiga
sampai empat hari dalam seminggu atas dasar sebuah rencana pelatihan,
yang menjadi bagian dari kontrak pelatihan yang dibuat bersama peserta
pelatihan.
- Belajar di perusahaan
Pelatihan terutama diberikan di tempat kerja, yakni selama hari kerja. Di
sinilah bedanya sistem ganda Jerman dengan model-model pelatihan
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 43
berbasis sekolah yang ada di negara lain: pelatihan di dalam perusahaan
membuat peserta lebih mengenal aspek-aspek teknologi dan organisasi
dari proses-proses kerja yang ada saat ini di perusahaan-perusahaan.
Selain itu, peserta pelatihan menyumbang bagi produktivitas perusahaan
selama masa pelatihannya, sehingga mengurangi biaya keseluruhan
pelatihan kejuruan baik bagi perusahaan maupun bagi masayarakat pada
umumnya.
- Peraturan Pelatihan
Pelatihan di dalam perusahaan di laksanakan berdasarkan peraturan
pelatihan yang dikeluarkan Pemerintah Federal Jerman untuk setiap
jenis pelatihan kerja. s based on training regulations which the Federal
Government has issued for each training occupation. Peraturan-peraturan
tersebut mengatur a.l. ketrampilan kejuruan minimal yang harus diajarkan
serta persyaratan ujiannya. Hal ini memastikan tingkat pelatihan dan
ujian yang relatif setara pada satu jenis pekerjaan tertentu di seluruh
Jerman. Transparansi pasar kerja dengan demikian dapat ditingkatkan
baik bagi pemberi kerja maupun bagi pekerja.
- Kontrak Pelatihan
Pelatihan di dalam perusahaan diberikan dalam kerangka suatu
kontrak yang didasarkan pada undang-undang perburuhan umum
dan mencakup sejumlah aturan khusus. Kontrak-kontrak ini berada di
bawah pengawasan hukum badan-badan publik yang kompeten (dalam
banyak kasus adalah oleh Kamar Dagang Jerman). Kontrak yang dibuat
anatar perusahaan dan peserta pelatihan hanya dapat berlaku setelah
disetujui dan didaftarkan oleh badan-badan tersebut. Di dalam kontrak,
perusahaan berupaya untuk memastikan bahwa semua isi pelatihan yang
diatur dalam peraturan pelatihan betul-betul dilaksanakan. Perusahaan
hanya dapat mengakhiri kontrak dalam kasus-kasus luar biasa setelah
berakhirnya masa percobaan. Apabila peserta pelatihan tidak lulus ujian
akhir, kontrak pelatihan tersebut akan diperpanjang hingga ujian akhir
berikutnya – biasanya paling lama satu tahun – atas permintaan peserta
pelatihan. Masa pelatihan dapat pula diperpanjang dalam kondisi-kondisi
khusus jika hal tersebut merupakan satu-satunya cara untuk memastikan
agar tujuan pelatihan dapat tercapai. Kriteria bagi pengurangan masa
pelatihan terutama adalah adanya pengetahuan khusus yang telah
dimiliki di tempat kerja atau sekolah sebelumnyaatau karena kinerja di
atas rata-rata selama pelatihan.
44 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
- Belajar di sekolah
Peserta pelatihan mengikuti sekolah kejuruan paruh waktu satu atau dua
hari dalam seminggu, dimana mereka terutama belajar dengan berbagai
teori dan pengetahuan praktis terkait dengan pekerjaan mereka. Selain itu
mereka mengikuti kelas-kelas topik umum seperti ilmu ekonomi dan sosial
serta bahasa asing. Pengajaran yang sistematis pada sekolah kejuruan
merupakan suplemen yang diperlukan bagi pelatihan yang berorientasi
pada proses di dalam perusahaan yang lebih didasarkan pada kebutuhan
khusus sesuai perusahaan tersebut.
- Kurikulum
Pengajaran pada sekolah kejuruan paruh waktu pun mencakup suatu
proses yang kompleks: muatan teoritis tidak diajarkan secara sendiri-
sendiri melainkan dalam kerangka apa yang disebut dengan bidang
pembelajaran, dan sedapat mungkin terkait dengan kerja tertentu di
masing-masing pekerjaan. Pendekatan ini digunakan pula di kelas-kelas
topik umum apabila memungkinkan.
- Pendidikan umum
Negara Bagian memiliki tanggung jawab penuh untuk pendidikan sekolah
di Jerman. Untuk alasan ini, terdapat beberapa jenis sekolah. Namun
demikian, Negara Bagian menyetujui standar umum tertentu sehingga
perpindahan ke Negara Bagian lain dimungkinkan dan kualifikasi akhir
secara umum diakui.
- Pelatihan ganda
Kebanyakan drop out sekolah (sekitar 60% dari kelompok usia tertentu)
kemudian mengikuti pelatihan ganda. Untuk tujuan ini, mereka menga-
dakan perjanjian dengan suatu perusahaan. Mereka dilatih atau magang di
perusahaan tersebut dan pada saat yang sama mengikuti sekolah kejuruan
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 45
paruh-waktu agar memenuhi persyaratan untuk masuk ke salah satu
dari 340 perusahaan magang yang diakui secara nasional untuk jangka
waktu satu, dua atau tiga setengah tahun. Selain harus menyelesaikan
pendidikan wajib, tidak ada persyaratan sekolah formal untuk memasuki
pelatihan ganda. Namun begitu, latar belakang pendidikan calon peserta
merupakan kriteria yang penting bagi kebanyakan perusahaan ketika
menyeleksi peserta pelatihan untuk perusahaan mereka. Alat-alat khusus
tersedia sebagai pedoman dan pengawasan selama pelatihan berlangsung.
Namun faktor yang paling menentukan adalah ujian akhir yang dijalankan
di bawah hukum publik. Karena perusahaan memandang pelatihan ganda
ini sebagai suatu investasi, mereka tertarik untuk memastikan bahwa
peserta pelatihan di perusahaan mereka berhasil. Calon peserta yang
telah lulus ujian akhir diberi sertifikat yang menyatakan keberhasilan
mereka menyelesaikan pelatihan/magang di suatu pekerjaan yang diakui
negara.
- Pendidikan tinggi
Universitas dan uinversitas-universitas ilmu terapan menawarkan
program-program studi yang bervariasi. Hanya beberapa di antaranya
yang langsung mempersiapkan mahasiswa untuk pekerjaan tertentu.
Tujuan mereka lebih untuk memberi mahasiswa dasar ilmiah untuk dapat
digunakan dalam pekerjaan yang menguntungkan di kemudian hari.
Orang yang ingin mendaftar di universitas harus memperlihatkan bukti
kualifikasi mereka untuk masuk ke pendidikan tinggi umum ataupun
46 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
khusus yang mereka peroleh dari pendidikan umum mereka (di sekolah
grammar ataupun sekolah menengah atas khusus, misalnya). Periode
studi standar adalah tiga hingga lima tahun dan, untuk beberapa jurusan,
termasuk adanya penempatan kerja di perusahaan. Dalam kaitan dengan
harmonisasi Eropa (the Bologna Process), program-program gelar sarjana
dan master diperkenalkan menggantikan gelar Diploma dan Magister
Artium. Proses ini tidak mengacu pada kualifikasi yang tidak diberikan oleh
univeritas sendiri, emlainkan menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan-
pekerjaan tertentu di lembaga-lembaga negara atau di sektor publik dan
berbentuk ujian negara. Hal ini di antaranya mencakup profesi dokter dan
pengacara.
- Pemerintah Federal
Di dalam Pemerintaha Federal Jerman, Menteri Federal Pendidikan dan
Riset bertanggungjawab atas masalah kebijakan umum pelatihan dan
pendidikan kejuruan, Hal ini mencakup, misalnya:
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 47
• Undang-undang Pelatihan Kejuruan;
• Undang-undang Promosi Pelatihan Kejuruan;
• Penulisan Laporan Tahunan tentang Pendidkan dan Pelatihan
Kejuruan;
• Pengawasan hukum dan pendanaan lembaga pelatihan kejuruan
tingkat federal the Federal Institute for Vocational Education and
Training;
• Implementasi program-program untuk meningkatkan pelatihan
kejuruan.
Pengakuan setiap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan formal
merupakan tugas dari kementrian federal yang bertanggung jawab untuk
masing-masing bidang pekerjaan. Dalam kebanyakan kasus, tanggung
jawab terletak pada Kementrian Perekonomian dan Teknologi Federal.
Akan tetapi persetujuan dari Kementrian Pendidikan dan Riset Federal
merupakan keharusan pula. Kementrian Pendidikan dan Riset Federal
dengan demikian menjalankan fungsi koordinatif dan pembinaan dalam
hal kebijakan pelatihan kejuruan untuk semua pelatihan kerja apapun
kementrian yang bertanggung jawab atas bidang pekerjaanya.
Pemerintah Federal bertanggung jawab mendesain isi dari pelatihan untuk
bidang pekerjaan yang diakuinya kecuali pelatihan tersebut sepenuhnya
berbasis sekolah. Pengakuan pelatihan kerja yang diakui secara nasional
memastikan bahwa prinsip-prinsip dasar yang disepakati dengan pihak
industri dan Negara Bagian digunakan dan pelatihan untuk suatu bidang
pekerjaan yang diakui hanya diberikan sesuai dengan aturan tentang
pelatihan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Federal. Tanggung jawab
Pemerintah Federal tidak terbatas pada implementasi dari apa-apa yang
sudah disepakati bersama: ia juga mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk mempromosikan pelatihan ganda. Langkah-langkah
tersebut bukan saja mencakup program-program dukungan seperti yang
termaktub di dalam Undang-undang Bantuan Pelatihan Federal malinkan
juga program-program pendanaan khusus yang bertujuan, antara lain,
menciptakan tempat-tempat latihan kerja tambahan di daerah-daerah
yang kurang favorit. Pemerintah Federal menyediakan pendanaan untuk
proyek-proyek riset khusus untuk memastikan pembaharuan yang kon
tinyu terhadap pelatihan kejuruan. Tujuan dari riset pelatihan kejuruan
terutama adalah untuk membentuk dasar bagi pelatihan kejuruan, moni-
tor nasional serta pengembangan internasional, identifikasi kebutuhan-
48 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
kebutuhan pelatihan dalam hal sasaran, substansi, struktur dan metode,
serta penhujian model-model yang dikembangkan di bawah kondisi-
kondisi praktid.
- Negara Bagian
Negara Bagian sepenuhnya dan merupakan satu-satunya lembaga
yang bertanggung jawab atas pendidikan sekolah. Dalam kaitan dengan
platihan ganda ini berarti bahwa – setelah koordinasi antara Negara
Bagian dan dengan para pemangku kepentingan dalam pelatihan ganda
– setiap Negara Bagian menyusun draft kurikulum untuk pengajaran
pada sekolah kejuruan paruh waktu untuk pelatihan kerja terkait. Lebih
jauh lagi, Negara Bagian melakukan pengawasan terhadap kegiatan-
kegiatan kamar-kamar dagang dan industri /KADIN.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 49
sekolah-sekolah kejuruan. KADIN mendirikan dewan pelatihan kejuruan
yang menjadi tempat bertanya untuk hal-hal penting terkait pelatihan
kejuruan. Dewan ini terdiri dari jumlah yang setara dari wakil-wakil
perusahaan, serikat pekerja dan – dalam kapasitas sebagai penasihat
– sekolah-sekolah kejuruan paruh waktu.
50 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Undang-undang Pelatihan Kejuruan
2005
Selama proses legislatif, tapi juga selama pembahasan paralel di dalam Komisi
Federalisme, semua pihak sepakat bahwa pembagian wewenang yang ada
saat itu antara Federasi dan Negara Bagian sudah tepat. Federasi memiliki
wewenang menegakkan peraturan yang mengatur pelatihan kejuruan yang
disediakan di luar sekolah, sementara Negara Bagian bertanggung jawab atas
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 51
pendidikan dan pelatihan kejuruan berbasis sekolah. Revisi Undang-undang
Pelatihan Kejuruan ini merespon hal ini dengan memberi Negara Bagian
cakupan tindakan yang lebih besar pada bidang-bidang persinggungan
antara area kompetensi tersebut – dalam hal seperti mengikutsertakan
lulusan kursus pelatihan sekolah kejuruan penuh-waktu pada ujian
yang diselenggarakan oleh KADIN, misalnya, atau penerimaan kualifikasi
sekolah kejuruan yang pernah dimiliki sebelumnya. Negara bagian diberi
pula keleluasaan untuk secara independen menangani masalah-masalah
administratif dan organisasional khusus, seperti memutuskan otoritas Negara
Bagian mana yang bertanggungjawab atas pengakuan kualifikasi tehnis yang
dapat dibatalkan.
52 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Bab III
Kamar Dagang dan Industri
Tentang KADIN Jerman
Tugas-tugas KADIN Jerman
Undang-Undang tentang KADIN
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 53
54 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota
DPR-RI ke Jerman
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI
(KADIN) JERMAN
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 55
bertanggungjawab. KADIN hanya akan berhasil menjalankan kedua
tugasnya secara optimal jika semua perusahaan wajib menjadi
anggota KADIN.
• Sebagai penyedia layanan bisnis, KADIN mendukung perusahaan
dalam mencapai tujuan usahanya dengan jalan menyediakan produk
bermutu tinggi dan layanan kelas-satu.
56 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Di bidang infrastruktur dan pemanfaatan lahan, KADIN terlibat aktif di
tingkat perencanaan, untuk kepentingan pengembangan ekonomi di
tingkat daerah, perusahaan-perusahaan yang telah beroperasi di daerah
tersebut serta untuk tujuan menarik minat perusahaan-perusahaan baru.
KADIN juga bertugas melobi pemerintah dan parlemen untuk penurunan
beban pajak bagi perusahaan dan untuk transparansi yang lebih besar
dalam sistem pajak dan retribusi serta mengurangi hambatan birokrasi
agar fleksibilitas pengambilan keputusan usaha bisa ditingkatkan. Dengan
cara ini, anggaran publik terus berada di bawah tekanan untuk dilakukan
rasionalisasi, penghematan dan privatisasi.
Pajak adalah parameter keputusan terpenting di dalam perencanaan
investasi. Sistem pajak yang sederhana namun handal serta tarif yang
rendah akan dapat menumbuhkan kegiatan investasi serta memberi
penghargaan kepada investor yang sukses.
Di luar Jerman, KADIN Jerman di luar negeri bekerja memecahkan berbagai
persoalan yang terkait dengan lokasi usaha yang mungkin dialami oleh
perusahaan-perusahaan Jerman di seluruh dunia dan mempromosikan
investasi di Jerman.
Kedudukan DIHK di Berlin membuatnya memiliki kerjasama yang
erat dengan pemerintah setempat. Kedekatan hubungan tersebut
dimanfaatkan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan
politis, dengan mengatasnamakan perusahaan-perusahaan yang di-
wakilinya. Basis keanggotaan DIHK yang luas membuat organisasi ini
cukup berbobot ketika berurusan dengan para pembuat keputusan politik,
terutama dengan pejabat-pejabat pemerintah.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 57
reorganisasi terhadap cara pemilihan dan pemilahan tugas-tugas
bisnis, untuk diproses di dalam ataupun di luar perusahaan. Namun,
restrukturisasi telah membuka lebar-lebar pintu peluang bagi pendirian
aneka bisnis baru yang mandiri.
Jika transformasi struktural terjadi secara global, maka pembukaan bisnis
baru selalu terjadi secara regional. Dalam hal ini, IHK atau KADIN di
tingkat daerah membantu perusahaan yang baru memulai usaha. Melalui
temu wicara, para pengusaha akan menerima masukan tentang syarat-
syarat formal yang harus dipenuhi dalam pendirian usaha; tentang
syarat-syarat lain yang sifatnya individual, khusus atau komersial; dan
juga tentang hal-hal yang perlu dicantumkan dalam konsep bisnis secara
tertulis. Bisnis baru dapat pula dirintis dengan mengambil-alih firma yang
telah berdiri. Dalam hal ini, IHK menyediakan forum untuk membangun
tautan (links) antara pengusaha baru dan pengusaha ’lama’ yang tengah
mencari solusi suksesi.
Setiap pengusaha yang memulai bisnisnya di tingkat lokal umumnya
memiliki fokus regional yang kuat. Maka, di tingkat lokal inilah pendatang
baru tersebut akan memeroleh advokasi tangan-pertama. DIHK menye-
diakan informasi yang relevan tentang serba-serbi memulai bisnis di
seluruh Jerman dan memastikan terjadinya pertukaran pengalaman
antar-KADIN daerah. Dengan demikian, di dalam organisasi KADIN prinsip
subsidiaritas (subsidiarity principle) adalah hal yang sangat penting.
Bagi perusahaan-perusahaan Jerman yang ingin menanamkan investasi
baru atau investasi tambahan di luar negeri, organisasi ini menawarkan
diri membantu akses ke pasar-pasar yang mereka tuju melalui perwakilan
Kamar Dagang Jerman di luar negeri. Selaku penyedia layanan yang
terbaik karena memiliki pengetahuan yang kaya tentang pasar, Kamar-
Kamar Dagang Jerman, yang dapat ditemui di 80 lokasi pasar terpenting
di dunia, menyediakan layanan konsultasi.
58 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
namun, sistem pendidikan di negara ini seringkali terkendala oleh
sejumlah peraturan kaku yang ditetapkan oleh pemerintah. Organisasi
KADIN berupaya mempromosikan solusi adaptasi yang fleksibel, untuk
mendukung pelatihan-pelatihan kejuruan dan meningkatkan tingkat
pelatihan lanjutan di Jerman.
Perusahaan, staf dan pemagang akan diuntungkan oleh kedalaman penge-
tahuan-pasar yang dimiliki dimiliki KADIN regional, dan kompetensinya
yang tinggi dalam memberikan advokasi. Sistem pengujiannya memastikan
standar mutu yang tinggi dalam pelatihan-pelatihan dasar dan lanjutan
di seluruh Jerman. KADIN memastikan tingkat kepaduan yang optimal
antara pelatihan-pelatihan dasar dan lanjutan yang tersedia, aspirasi dan
kemampuan perorangan peserta (baik yang muda maupun dewasa), serta
kualifikasi yang benar-benar diperlukan industri. Melalui pengembangan
lanjutan dan pelatihan yang berorientasi-pasar dan cepat agar dapat
mendukung jenis-jenis pekerjaan yang ada, serta melalui konsep-
konsepnya tentang pelatihan lanjutan, KADIN memastikan bahwa setiap
perusahaan hanya akan merekrut mereka yang kompeten, sehingga
perusahaan-perusahan ini akan mampu bertahan dalam kompetisi
internasional. Sistem informasi pelatihan-lanjutan WIS menciptakan
transparansi; dan transparansi adalah suatu keharusan.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 59
5. Inovasi dan Lingkungan Hidup
Karena Negara selalu memerlukan gagasan baru
Daya saing usaha Jerman sangat ditentukan oleh apakah produksi dan
pengembangan komoditasnya berbasis teknologi atau tidak. Gagasan-
gagasan inovatif, teknologi tinggi dan proses manajemen baru, menjamin
kepastian hak milik dan lahan pekerjaan dalam menghadapi persaingan
internasional.
KADIN memastikan agar semua inovasi dan gagasan baru dapat diterap-
kan dan menemukan pasarnya dalam waktu singkat dengan cara
menyediakan layanan konsultasi untuk membantu individu-individu
untuk menolong diri mereka sendiri. Caranya adalah dengan menyediakan
informasi tentang teknologi terkini, situasi mutakhir tentang hak milik
industrial, tentang ketersediaan pendanaan pemerintah dan tentang
pasar itu sendiri. KADIN menyediakan kontak dengan para pakar eksternal
dari komunitas akademia dan komunitas bisnis. Ia juga memiliki sistem
pertukaran teknologinya sendiri, yang berdasar pada web/internet.
Dalam hal pelestarian lingkungan hidup, Jerman adalah pelaku utama
di tingkat global. KADIN mendukung perusahaan-perusahaan untuk
memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan mereka ikut dipertimbangkan
dalam setiap pengambilan keputusan menyangkut lingkungan hidup. Yang
dilakukan KADIN adalah mendokumentasikan kewajiban-kewajiban yang
timbul dari banyak peraturan lingkungan hidup dan menempatkannya ke
dalam praktik yang operasional. Untuk tujuan itu, ia telah menyiapkan
layanan konsultasi lingkungan hidup. Setiap KADIN memiliki kelompok
kerjanya masing-masing di bidang yang satu ini, selain juga kelompok
kerja tersendiri untuk kepentingan pertukaran pengalaman, di mana para
enterpreneur dapat memantau kebijakan-kebijakan lingkungan hidup
yang sedang digarap, memformulasikan posisi-posisi mereka dan saling
bertukar gagasan tentang perlindungan lingkungan hidup secara in-
house.
Platform layanan berbasis Internet yang disediakan KADIN untuk
mendukung pertukaran tersebut dapat diakses melalui alamat: www.ihk-
umkis.de.
Guna memanfaatkan sumber daya yang terbarukan (recoverable),
KADIN mengoperasikan pertukaran daur-ulang. Para peserta EU’s
60 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Econ-Management and Audit Scheme juga terdaftar di KADIN. KADIN
mendukung setiap manajemen yang sadar-lingkungan dan membantu
perusahaan dalam pemanfaatan berbagai peluang yang ada untuk
melindungi lingkungan hidup secara madya. Para penyedia teknologi
lingkungan-hidup modern, ketika mengekspor produk dan layanan
mereka, mendapat dukungan dari manajer-wilayah AHK²* yang khusus
menangani isu lingkungan hidup.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 61
62 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
TUGAS-TUGAS KADIN JERMAN
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 63
bebas dari kepentingan individual. Independensi ini merupakan kewajiban,
dan membuat semua KADIN serta DIHK harus mencari keseimbangan antara
kepentingan bisnis, kepentingan industri dan kepentingan wilayah ketika
membuat pernyataan-pernyataan kebijakan ekonomi. Mencari titik temu dari
berbagai kepentingan tersebut adalah tugas sentral organisasi KADIN.
64 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Organisasi: Efisiensi melalui struktur federal
Majelis Umum adalah badan eksekutif tertinggi DIHK. Semua KADIN, yang
diwakili oleh Presiden dan Manajer Eksekutif masing-masing, duduk di
dalamnya.
Majelis Umum memilih satu orang Presiden dan empat orang Wakil Presiden
DIHK. Presiden terpilih haruslah seorang pengusaha dan sekaligus pejabat di
satu KADIN, baik sebagai Presiden ataupun wakilnya. Presiden DIHK mewakili
organisasi KADIN secara keseluruhan, dan dengan demikian juga mewakili
perdagangan dan perindustrian Jerman dalam berhubungan dengan masya-
rakat umum serta para pengambil keputusan politis.
Dewan Eksekutif terdiri dari Presiden DIHK beserta keempat Wakilnya. Dewan
Eksekutif ini mewakili DIHK di dalam dan di luar persidangan. Dewan ini juga
membentuk komite penasehat bagi Presiden.
Badan-badan kehormatan didukung oleh sekitar 190 staf ahli yang bekerja
secara penuh, dan dikepalai oleh Manajer Eksekutif. Manajer Eksekutif ini
ditunjuk oleh Majelis Umum.
DIHK juga menerima masukan dari 15 komite khusus yang sebagian besar
anggota-anggotanya adalah para pengusaha. Ini mencerminkan gambaran
representatif perekonomian Jerman dalam kaitannya dengan isu-isu sektoral
dan teknis.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 65
Status Hukum
Berbeda dengan KADIN, DIHK bukanlah sebuah korporasi di bawah hukum
publik, melainkan institusi yang terdaftar sebagai asosiasi. Anggota-anggota-
nya, yaitu KADIN-KADIN, adalah korporasi-korporasi yang tunduk kepada
hukum publik.
66 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
DIHK dan Integrasi Eropa
DIHK adalah titik kontak bagi Komisi Eropa, Parlemen Eropa dan banyak
institusi Eropa lainnya bahkan sejak dimulainya proses pendirian Asosiasi
Perdagangan dan Perniagaan Jerman, pada tahun 1861. Isu-isu yang dibahas
saat itu, dalam upaya mengatasi ‘Kleinstaaterei’ Jerman (keberadaan negara-
negara bagian yang berukuran kecil namun berjumlah besar), pada saat ini
masih sedang dibahas oleh DIHK dalam dialog-dialog di Eropa. Tujuannya
bukan hanya mempromosikan integrasi Eropa, melainkan juga untuk
mengintegrasikan bisnis Jerman di pasar-pasar dunia. Untuk tujuan-tujuan
ini, DIHK bekerjasama secara erat dengan KADIN-KADIN Eropa lainnya,
terutama melalui “Eurochambres’, atau Asosiasi Kamar Dagang dan Industri
Eropa.
Di Brussel yang merupakan tempat kedudukan Uni Eropa dan Parlemen Eropa,
DIHK juga memiliki kantornya sendiri dengan sekitar 20 orang karyawan. Dari
kantor ini DIHK mempresentasikan dan mewakili kepentingan industri Jerman
di berbagai bidang, kepada Uni Eropa.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 67
AHK sebagai alamat primer tentang pasar global
DIHK memiliki tugas khusus membantu Asosiasi KADIN Jerman di Luar Negeri
(AHK). AHK merupakan jaringan dari berbagai KADIN di luar negeri, dengan
kantor-kantor delegasi dan perwakilan di lebih dari 80 negara. Perannya
sangat penting bagi perindustrian Jerman di dunia, terutama di saat pasar-
pasar tengah berintegrasi secara global. AHK adalah institusi resmi yang
mempromosikan perdagangan luar negeri Jerman di luar negeri.
Setiap AHK adalah institusi mandiri yang didirikan sesuai dengan undang-
undang nasional. Bagi institusi ini, mayoritas pendapatan mereka berasal
dari layanan yang mereka berikan. Di saat yang sama, semua AHK juga
menjalankan tugas-tugas penting untuk kepentingan pemerintah Jerman.
Tugas-tugas tersebut, jika tidak melalui AHK, akan diemban oleh institusi
pemerintah lainnya, seperti melalui kedutaan Jerman.
68 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Misi: Mengadvokasikan Kebebasan dan Persaingan
Demi Kebebasan dan Persaingan! Itulah misi yang dicanangkan oleh para
pendiri Asosiasi Perdagangan Jerman (DHT) di Heidelberg pada tahun 1861.
Sejak awal, asosiasi pengusaha liberal telah mengadvokasikan kebebasan
perdagangan dan kestabilan mata uang di bawah bendera DHT, dan kelak juga
oleh Asosiasi Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK), yang tidak jarang
harus melalui berbagai sengketa yang keras di dalam organisasi tersebut.
DIHK tetap berpegang kukuh setia pada prinsip tersebut hingga hari ini.
Sejak awal, tujuan DHT/DIHT/DIHK adalah mewakili kepentingan-kepentingan
pengusaha di dalam tatanan perekonomian liberal. Sempat dibubarkan oleh
pemerintahan Nazi, DIHK didirikan kembali pada 1949. Jadi, dalam wujudnya
sekarang, institusi ini telah setua Republik Federal Jerman, dan keyakinan-
keyakinan kebijakan ekonominya didasari pada model perekonomian pasar
sosial.
Semua KADIN dan organisasi sentralnya, yang namanya diubah dari DIHT
menjadi DIHK pada 1 Juli 2001, senantiasa berkomitmen menyerukan
pentingnya pasar yang lebih besar dan pemerintahan yang lebih kecil, baik di
dalam negara Jerman maupun di Eropa yang tengah berintegrasi.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 69
70 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Ketetapan Tentang Regulasi Awal
Hukum mengenai Kamar Dagang
dan Industri
Tertanggal 18 Desember 1956 (Federal Law Gazette [BGBI] I p. 920) yang
diamendemen terakhir kali dengan Ayat 7 Undang-undang kedua tentang
pengurangan birokrasi [Zweites Gesetz zum Abbau buerokratischer
Hemmnisse], khususnya untuk usaha kecil menengah, tertanggal 7 September
2007 (BGBI.I p. 2246).
Pasal 1
(1) Kamar Dagang dan Industri mempunyai tugas mewakili kepentingan
bisnis-bisnis yang berlokasi di distrik mereka, dan mengupayakan promosi
industri dan dagang, dengan mempertimbangkan minat masing-masing
lini bisnis atau perusahaan dengan cara yang terarah dan seimbang,
sejauh tak ada tanggung jawab atas organisasi kerajinan tangan yang
diberikan, sesuai ketetapan peraturan mengenai kerajinan tangan
(Handwerksordnung) tertanggal 17 September 1953 (BGBI. I p. 1411).
Tugas mereka termasuk, khususnya, mendukung dan memberikan saran
kepada pihak yang berwenang dengan proposal, laporan dan pendapat
para pakar, dan berupaya menjaga prinsip-prinsip praktek bisnis yang
bersih dan etis.
2. Kamar Dagang dan Industri boleh mendirikan, menjaga dan mendukung
fasilitas dan institusi yang melayani promosi industri dan dagang dan
masing-masing lini bisnis, termasuk mengimplementasikan aturan untuk
promosi dan pelaksanaan bisnis dan tolok ukur kualifikasi keahlian,
dengan mempertimbangkan regulasi sah yang berlaku, khususnya hukum
atas pelatihan kerja [berufsbildungsgesetz].
3. Kamar Dagang dan Industri bertanggung jawab atas dikeluarkannya
Surat Keterangan Asal (Certificates of Origin) dan surat-surat lain yang
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 71
menguntungkan perdagangan, sepanjang tidak bertentangan dengan
hukum yang menempatkan tugas-tugas ini pada institusi lainnya.
4. Tugas-tugas selanjutnya bisa diberikan pada Kamar dagang dan industri
dengan hukum atau ordinansi.
4a. Kamar Dagang dan Industri bisa menugaskan, dengan persetujuan
bersama, tugas-tugas individual yang menjadi tanggung jawab
mereka, berkaitan dengan dan berdasarkan akta ini, kepada Kamar
Dagang dan Industri lainnya, atau mereka bisa melakukan kerjasama
di bawah hukum umum, untuk memenuhi tugas-tugas ini.
5. Tugas-tugas Kamar Dagang dan Industri tidak meliputi representasi
kepentingan yang berkaitan dengan isu kebijakan sosial atau UU per-
buruhan.
Pasal 2
(1) Kamar Dagang dan Industri meliputi, selama mereka dikenai pajak
perdagangan, perseorangan, kerjasama dagang dan perusahaan, wadah
bagi individu-individu, dan badan hukum di bawah hukum khusus dan
hukum umum, selama mereka memiliki usaha tetap dalam Kamar Dagang
dan Industri Daerah (anggota KADIN).
(2) Paragraf 1 berlaku untuk perseorangan dan perusahaan yang secara
khusus menjalankan profesi atau bisnis dalam bidang pertanian atau
perhutanan, atau bisnis-bisnis terkait, selama mereka terdaftar dalam
daftar dagang.
(3) Perseorangan dan badan hukum dan kerjasama yang digolongkan sebagai
pengrajin atau terdaftar sebagai usaha dagang barang-mirip-kerajinan
tak-berlisensi, atau anggota lembaga pengrajin sesuai dengan Pasal 90
ayat 3 ketetapan mengenai peraturan kerajinan, menjadi bagian Kamar
Dagang dengan mempertimbangkan hal-hal non-kerajinan atau hal-hal
mirip non-kerajinan dari bisnis mereka.
(4) Ayat 1 tidak berlaku bagi koperasi-koperasi pertanian; dalam artian
bahwa dalam peruntukannya hal-hal tersebut diatur sebagai berikut:
a) anggota koperasi kredit pedesaan yang kebanyakan adalah petani;
b) koperasi yang tujuan tunggal atau utamanya masuk dalam kategori
penggunaan bersama peralatan operasional pertanian, atau pema-
sokan pertanian dengan peralatan, atau distribusi, penyimpanan,
72 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
pengolahan atau penanganan produk pertanian, selama berdasarkan
standar-standar umum yang diterima, penanganan atau pengolahan
ini tetap bersifat pertanian.
c) Asosiasi koperasi yang dimaksud dalam poin b dibatasi berdasarkan
jumlah modal mereka; suatu batas yang ditentukan berdasarkan
ordinasi dari Kementrian Federasi untuk Ekonomi dan Teknologi,
dengan berkonsultasi dengan Kementrian Federasi untuk Pangan,
pertanian dan Perlindungan Konsumen.
(5) Ayat 1 tidak berlaku untuk kotapraja dan asosiasi kotapraja, yang
mengatur kegiatan bisnis mereka sendiri. Namun mereka bisa saja
bergabung dengan Kamar Dagang dan Industri.
Pasal 3
(1) Kamar Dagang dan Industri mendirikan satu korporasi di bawah hukum
umum.
(2) Dana untuk biaya-biaya pembentukan Kamar Dagang dan Industri
dan kegiatannya harus digalang berdasarkan rencana bisnis (business
plan), dalam bentuk kontribusi dari anggota-anggota Kamar Dagang
dan Industri, sesuai peraturan kontribusi, selama biaya-biaya ini tidak
dibayar di tempat lain. Rencana bisnis harus ditentukan setiap tahun
dan diimplementasikan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi dan
manajemen keuangan yang efisien, dengan mempertimbangkan sebaik-
baiknya kapasitas para anggota Kamar Dagang dan Industri.
(3) Kamar Dagang dan Industri mengumpulkan kontribusi dalam bentuk iuran
pendaftaran awal dan iuran wajib. Iuran pendaftaran awal dibagi dalam
skala, dengan mempertimbangkan jenis, cakupan dan kapasitas bisnisnya.
Perseorangan dan badan kerjasama yang tidak masuk dalam daftar dagang
dikecualikan dari kontribusi ini, jika penghasilan dagang mereka, merujuk
pada akta pajak perdagangan [Gerwerbesteuergesetz], tidak melebihi
5200 Euro, atau bagi mereka yang belum memiliki basis pengukuran pajak
usaha untuk tahun berjalan, jika keuntungan bisnis mereka berdasarkan
ketetapan pajak penghasilan [Einkommensteuergesetz], tidak melebihi
jumlah tersebut di atas. Perseorangan yang dimaksudkan dalam Pasal 3
dikecualikan dari biaya wajib dan biaya pendaftaran awal untuk tahun
keuangan saat bisnis mereka baru dimulai, seperti ditetapkan Kamar
Dagang dan Industri, dan juga untuk tahun berikutnya, dan mereka di-
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 73
kecualikan dari biaya wajib untuk tahun ketiga dan keempat, selama
pendapatan atau keuntungan bisnis mereka tidak melebih 25.000 Euro;
selama mereka tak memiliki pendapatan dari kegiatan pertanian atau
kehutanan, dari perdagangan atau kerja independen, dan selama mereka
tidak memiliki, secara langsung atau tak langsung, lebih dari 10 % saham
perusahaan terbatas, dalam lima tahun sebelum mereka memulai bisnis
sendiri. Karena basis pengukuran berlaku saat berjalannya rencana
bisnis, jika terjadi kasus di mana jumlah kontributor pemberi kontribusi
menurun sampai kurang dari 55% dari anggota Kamar Dagang dan
Industri sebagai hasil dari pengecualian peraturan seperti dimaksud
dalam Pasal 3 dan 4, sidang umum boleh mengeluarkan resolusi untuk
mengurangi batas pendapatan atau keuntungan bisnis di tahun anggaran
yang tengah berjalan. Dalam kasus di mana satu basis penghitungan
pajak dagang dilakukan untuk tahun yang akan dihitung, pendapatan
dagang yang berkaitan dengan Undang-Undang pajak perdagangan,
atau pendapatan dari ketidakpastian bisnis terkait dengan undang-
undang pajak penghasilan atau undang-undang pajak perusahaan
[Koerperschaftssteuergesetz] akan menjadi basis penghitungan untuk
iuran wajib. Bagi perseorangan dan badan kerjasama, basis penghitungan
harus dikurangi dengan tunjangan sebesar 15.340 Euro. Anggota-anggota
Kamar Dagang dan Industri wajib memberikan semua informasi kepada
KADIN, yang dibutuhkan untuk menetapkan basis kontribusi, selama hal
ini tak ditetapkan dalam Pasal 9; Kamar Dagang berhak meninjau dokumen
bisnis yang berkaitan dengan itu. Perusahaan yang sahamnya terbatas,
yang kegiatan dagangnya semata dan terbatas hanya dengan satu
mitra dagang dan dalam tidak lebih dari satu badan kerjasama terbatas,
diperbolehkan membayar satu kontribusi dasar yang sudah dikurangi,
selama perusahaan dan badan kerjasamanya termasuk dalam Kamar
Dagang yang sama. Hal yang sama dapat diterapkan kepada perusahaan
dengan kantor-kantor yang terdaftar dalam distrik satu Kamar Dagang,
jika semua saham perusahaan dipegang oleh satu kesatuan bisnis, yang
terdaftar dalam daftar perdagangan, di mana kantor-kantornya yang
terdaftar dalam distrik Kamar Dagang yang sama.
(4) Perseorangan atau kesatuan hukum dan badan kerjasama, yang
tergolong sebagai pengrajin atau terdaftar sesuai dengan Pasal 19
tentang Peraturan Kerajinan, yang karena jenis dan cakupan bisnisnya
mensyaratkan dibentuknya bisnis berdasarkan aspek komersial,
diwajibkan untuk membayar kontribusi, jika omset non-kerajinan atau
mirip non-kerajinan dari bisnis itu melampaui 130.000 Euro. Anggota
74 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Kamar Dagang yang memiliki apotik membayar iuran pendaftaran awal
dan biaya wajib berdasarkan basis perhitungan 25% dari pendapatan
dagang mereka, sesuai dengan keuntungan dari bisnis yang ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan atau Undang-undang
pajak perusahaan. Pasal 2 juga berlaku bagi anggota-anggota Kamar
Dagang yang hanya menjalankan satu profesi, atau yang mitranya
menjalankan hanya satu profesi, atau yang melakukan bisnis pertanian
atau kehutanan dalam satu bidang tanah yang terletak dalam distrik
KADIN, atau melakukan pemancingan sebagai perusahaan perikanan
air sungai yang berada dalam distrik KADIN dan membayar kontribusi
pada satu atau beberapa Kamar Dagang, berdasarkan ketentuan bahwa
alih-alih 25%, hanya 10% dari basis penghitungan yang akan dinyatakan
sebagai dasar penghitungan.
(5) Untuk biaya-biaya yang berkaitan dengan pendirian, perawatan atau
dukungan atas fasilitas dan institusi (Pasal 1 ayat 2), KADIN boleh
meminta bayaran kontribusi khusus dari anggota-anggota KADIN yang
lini bisnisnya secara eksklusif memperoleh keuntungan dari fasilitas dan
institusi KADIN tersebut. Pihak-pihak yang terlibat ini harus mendapat
kesempatan untuk membuat penilaian terhadap pendirian fasilitas dan
institusi tertentu.
(6) KADIN boleh memungut biaya atas penggunaan fasilitas dan institusi-
institusi khusus (Pasal 1 paragraf 2) atau atas aktivitas-aktivitas, dan dan
meminta penggantian atas biaya-biaya yang dikeluarkan
(7) Kontribusi khusus terkait dengan paragraf 5 dikenai biaya sesuai dengan
aturan tentang kontribusi khusus; biaya dan pengeluaran yang terkait
dengan paragraf 6 dikenai biaya sesuai aturan biaya. Aturan kontribusi,
aturan kontribusi khusus, dan aturan biaya harus mengatur tentang
pengurangan atau penghapusan kontribusi, biaya dan pengeluaran.
(7a) Prinsip-prinsip akutansi yang diterima secara umum, sesuai
dengan buku ketiga tentang aturan dagang (Drittes Buch des
Handelsgesetzbuches) yang telah diamandemen, harus diterapkan
secara mutatis mutandis pada laporan akuntansi Kamar Dagang dan
Industri, khususnya pada pemberian akun, sesuai dengan penjabaran
dan pelaksanaan rencana bisnis (business plan) dan sesuai neraca
keuangan tahunan, termasuk pernyataan rugi-laba. Hal-hal yang
rinci harus diatur oleh AD/ART Kamar Dagang dan Industri, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip hukum anggaran Negara Bagian.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 75
(8) Dengan mengingat pembatasan periode dari kontribusi, kontribusi
khusus, biaya dan pengeluaran, regulasi tentang kode perpajakan
(Abgabeordnung) yang mengatur pembatasan periode pajak atas
pendapatan dan properti harus diberlakukan, dan dengan mengingat
pengumpulan dan pemulihan, ketetapan negara-negara bagian tentang
biaya bagi komunitas harus berlaku pula. Prosedur dan kewajiban yang
terkait dengan pengumpulan dan pemulihan pajak bisa dikelola secara
berbeda tergantung hukum di negara-negara bagian.
Pasal 4
Sidang umum memutuskan hal-hal berkaitan dengan Kamar Dagang dan
Industri, selama tidak ada provisi lain yang disetujui dalam AD/ART KADIN.
Sidang umum memiliki hak khusus pengambilan keputusan dalam hal:
1. AD/ART KADIN
2. peraturan tentang pemilihan, kontribusi, kontribusi khusus, dan biaya
3. pembentukan rencana bisnis (business plan)
4. penentuan besarnya kontribusi dan kontribusi khusus
5. penerimaan laporan-laporan
6. penunjukan tugas-tugas kepada kantor-kantor KADIN lainnya dan
pembentukan koperasi sesuai hukum publiK (pasal 1 paragraf 4a)
7. Prosedur pengumuman publik
8. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pasal 3 bagian 7a (Undang-
Undang masalah keuangan)
Pasal 79 dari hukum tentang pelatihan kerja harus tidak berubah. Selama
pengumuman melalui media elektronik tentang amandemen AD/ART dan
peraturan2 digariskan sesuai dengan klausul 2 no 7, pengumuman seperti itu
harus dilaksanakan dalam Lembaran Negara versi elektronik.
Pasal 5
(1) Anggota dari Sidang Umum dipilih oleh anggota KADIN
(2) Yang memenuhi syarat adalah perseorangan yang memiliki hak pilih,
sudah cukup umur pada saat pemilihan, dan yang merupakan anggota
KADIN atau yang secara hukum, baik sendiri maupun bersama dengan
yang lain, berhak mewakili suatu badan hukum, kerjasama dagang,
perusahaan, atau orang-orang yang merupakan anggota KADIN. Yang
76 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
memenuhi syarat adalah juga perwakilan sah dan ditunjuk dan pemilik
otoritas status tertentu (Prokurist) yang terdaftar di catatan dagang,
yang mewakili seorang anggota KADIN.
(3) Hal-hal yang lebih rinci tentang hak memilih aktif dan pasif, cara-cara
pemilihan, dan durasi atau penghentian dini keanggotaan dalam sidang
umum diatur dengan peraturan pemilihan. Peraturan ini harus berisi
provisi yang mengatur pengalokasian anggota-anggota KADIN ke dalam
kelompok-kelompok pilih khusus dan jumlah kursi yang dialokasikan
dalam sidang umum untuk kelompok-kelompok semacam itu, dengan
mempertimbangkan kekhususan ekonomi dari distrik-distrik KADIN,
dan signifikansi ekonomi dari kelompok-kelompok dagang itu secara
keseluruhan.
Pasal 6
(1) Sidang umum memilih seorang presiden (Praeses), dari anggota-
anggotanya, dan anggota-anggota dewan pengurus yang lain, di mana
jumlahnya akan ditentukan oleh AD/ART
(2) Presiden KADIN mengepalai dewan pengurus. Presiden membuka dan
memimpin sidang umum
Pasal 7
(1) Sidang umum memilih Direktur Pengelola
(2) Presiden (Praeses) dan Direktur Pengelola mewakili KADIN dalam semua
transaksi hukum dan di muka pengadilan sesuai dengan provisi-provisi
yang rinci dalam AD/ART
Pasal 8
Jika KADIN membentuk komite-komite untuk tujuan-tujuan di luar yang
disebutkan dalam Pasal 79 hukum pelatihan kerja, AD/ART KADIN bisa
memutuskan bahwa orang-orang itu, yang tidak memenuhi syarat menurut
Pasal 5 paragraf 2, bisa juga ditunjuk untuk komite-komite ini
Pasal 9
(1) Untuk menjalankan tugas-tugas yang digariskan KADIN menurut
ketetapan ini, KADIN boleh mengumpulkan data dari anggota-anggota-
nya sesuai dengan Bab 14 paragraf 5 kausul 1 no 1 Undang-Undang
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 77
Industri dan Perdagangan (Gewerbeordnung), sejauh seperti disebutkan,
data-data itu belum dikomunikasikan ke mereka oleh otoritas berwenang.
Selain itu, mereka bisa mengumpulkan data dari anggota-anggota mereka
tentang barang dan jasa yang ditawarkan, dan juga tentang kategori
ukuran dari satuan bisnis para anggotanya. Mereka yang diharuskan
memberikan informasi adalah para pemilik usaha atau orang lain yang
diberi wewenang, sendiri atau bersama-sama orang lain, untuk mewakili
secara legal sebuah badan hukum, badan kerjasama atau perusahaan
atau sekumpulan orang yang merupakan anggota kadin. Selain itu,
perwakilan yang berwenang dan ditunjuk khusus atau pemilik otoritas
undang-undang (Prokurist) dari anggota yang dimasukkan ke catatan
dagang, wajib memberikan informasi.
(2) KADIN dan institusi-institusi turunannya, yang merupakan otoritas
publik sesuai Pasal 2 paragraf 2 UU Perlindungan Data Federal, berhak
mengumpulkan informasi dari otoritas keuangan mengenai penghitungan
pajak dagang, karena hal ini penting sesuai dengan Pasal 2 paragraf 1,
untuk memastikan apakah keanggotaan suatu KADIN memang betul-
betul ada dan untuk memastikan jumlah kontribusi dari anggota KADIN
seperti disyaratkan dalam basis penghitungan pajak menurut Pasal 3
paragraf 3.
(3) KADIN dan institusi-institusi turunannya boleh menggunakan data-data
yang disebut dalam paragraf 1 dan 2 hanya sampai batas-batas yang
diperlukan dalam menjalankan tugas-tugas mereka, sesuai dengan yang
diatur secara hukum bagi mereka.
(4) KADIN boleh mengirim nama, nama perusahaan, alamat, dan tipe bisnis para
anggotanya, kepada institusi-institusi non-publik untuk mempromosikan
transaksi-transaksi bisnis dan tujuan-tujuan komersial lainnya. Data lain
seperti diindikasikan pada paragraf 1 boleh diberikan kepada institusi-
institusi non-publik hanya untuk tujuan-tujuan yang diindikasikan pada
klausul 1, jika anggota KADIN tidak keberatan. Anggota-anggota KADIN
harus diberitahu secara tertulis mengenai kemungkinan keberatan akan
pengiriman data ke institusi-institusi non-publik, sebelum pengiriman
data dilakukan. KADIN harus menghapus data-data mengenai anggota-
anggota kadin lainnya segera setelah pengiriman data kepada institusi-
institusi non-publik, sampai batas-batas di mana dikatakan bahwa data-
data itu tidak diperlukan bagi pemenuhan secara hukum yang diberikan
kepada kadin. Data-data lain seperti diindikasikan di bagian 1, mengenai
78 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
para pemilih yang yang memenuhi syarat, boleh dikirimkan kepada para
kandidat pemilihan sidang umum mengenai kelompok pemilihan sesuai
dengan Pasal 5, untuk kepentingan kampanya pemilihan. Kandidat harus
menghapus data-data ini setelah pemilihan selesai dilaksanakan. Pihak-
pihak ketiga yang telah menerima data, hanya boleh menggunakan data-
data itu sesuai tujuan pengiriman data itu.
(5) Dibatalkan
(6) UU perlindungan data dari negara-negara bagian berlaku juga terhadap
perubahan-perubahan, penutupan dan penghapusan data yang dikumpul-
kan sesuai dengan paragraf 1 dan 2, dan juga berlaku terhadap pengiriman
data kepada institusi-insitusi non-publik sesuai paragraf 1 ayat 10 dari
UU perlindungan data federal berlaku juga untuk pengiriman data secara
automated recall kepada KADIN-KADIN lainnya sesuai paragraph 3a.
Pasal 10
Tidak lagi berlaku
Pasal 11
(1) KADIN tunduk kepada pengawasan oleh negara bagian yang terkait dalam
hal apakah mereka memenuhi provisi-provisi yang berlaku (termasuk AD/
ART KADIN, peraturan pemilihan, aturan-aturan kontribusi, kontribusi
khusus dan biaya), ketika menjalankan aktivitas-aktivitas mereka.
(2) Resolusi sidang umum mengenai aturan-aturan asosiasi sesuai Pasal 3
ayat 2 No 1 dan Pasal 3 paragraf 7a ayat 2, aturan-aturan mengenai
pemilihan, kontribusi, kontribusi khusus dan biaya, penugasan KADIN
ke kantor KADIN lainnya dan pembentukan kerjasama-kerjasama sesuai
hukum publik (Pasal 1 paragraf 4a), dan juga resolusi mengenai bea yang
adil yang melebihi 0,8 % dari basis penghitungan menurut Bab 3 paragraf
3 pasal 6, haruslah berdasarkan kesepakatan
(3) Regulasi-regulasi hukum yang bertentangan dengan hukum ini harus
dibatalkan; bagian 1 dari UU mengenai pengelolaan dan peningkatan
daya beli (Gesetz zur Erhaltung und Hebung der Kaufkraft) tertanggal
24 Maret 1934 (Reich Law Gazette RGGI.1 halaman 235) dan Ordonansi
mengenai akuntansi dan pengawasan akuntansi (Verordnung ueber die
Rechnungslegung und Rechnungspruefung) selama Perang Dunia 2 ter-
tanggal 5 Juli 1940 (RGBI. II, hal 139) tidak berlaku bagi KADIN-KADIN.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 79
Pasal 12
(1) Peraturan-peraturan tambahan bisa dikeluarkan sesuai dengan hukum
negara federal mengenai :
1. Pembentukan dan penutupan KADIN-KADIN
2. Modifikasi distrik-distrik dari KADIN yang ada
3. Otoritas publik yang berkompeten dalam menjalankan kompetensi
sesuai Pasal 11 paragraf 1 dan 2
4. Hal-hal yang penting bagi pengawasan yang diperlukan untuk
memungkinkan pelaksanaan kompetensi sesuai Pasal 11 paragraf 1
dan 2
5. Tugas dari para otoritas pajak untuk menyediakan KADIN-KADIN
dengan dokumen-dokumen yang diperlukan bagi kepastian kontribusi
6. Obligasi dari otoritas publik untuk memberi bantuan administrasi
yang berkaitan dengan pengumpulan dan perolehan kontribusi (Pasal
3 paragraf 8)
7. Pengauditan laporan tahunan KADIN-KADIN
8. Otoritas KADIN-KADIN untuk menggunakan stempel resmi
9. Kompetensi dan prosedur dalam menunjuk anggota-anggota komite
berdasarkan Pasal 8 paragraf 2 ayat 2
(3) Para anggota KADIN harus didengar sesuai Pasal 2 paragraf 1, sebelum
pengambilan keputusan tentang tolok ukur-tolok ukur, sesuai paragraph
1 no 1 dan 2
Pasal 13
KADIN Bremen dan Hamburg berhak melanjutkan penggunaan denominasi
yang ada
Pasal 13 a
(1) Anggota KADIN yang telah menjadi anggota pada tanggal 31 Desember
1993 menurut Pasal 2 paragraf 3 dan paragraf 3 ayat 2, dalam versi sah
tertanggal 31 Desember 1993, boleh terus menjadi anggota KADIN sesuai
dengan ketentuan-ketentuan ini
(2) Jika tahun penghitungan yang membentuk basis penghitungan dimulai
sebelum 1 Januari 1994, maka kontribusi dibuat berdasarkan basis hukum
menurut versi yang sah pada tanggal 31 Desember 2003
80 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Pasal 14
Hingga 31 Desember 1997, KADIN-KADIN boleh menciptakan kontribusi
anggota dalam bidang-bidang yang ditunjuk Pasal 3 Unification Treaty
(Perjanjian Unifikasi), mengikuti tenggat waktu seperti yang disebut di Pasal
tambahan 1, bagian V area subjek B seksi III no 4 dari Perjanjian Unifikasi
tertanggal 31 Agustur 1990, dalam kaitannya dengan Pasal 1 UU tertanggal
23 September 1990 (BGBI.1990 II halaman 885, 1000), menyimpang dari
ketetapan Pasal 3 paragraf 3 dan 4. Aturan-aturan kontribusi dan ukuran
kontribusi tunduk pada persetujuan dari otoritas pengaturan.
Pasal 15
Ketetapan ini berlaku sejak tanggal diumumkannya.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 81
82 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Pembiayaan Usaha Kecil Menengah
Bab IV
Undang-Undang tentang KfW
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 83
84 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Undang Undang Tentang KfW
§1
STATUS HUKUM, SEBUTAN, KANTOR PUSAT DAN MODAL
(1) Kreditanstalt für Wiederaufbau adalah istitusi yang didirikan berdasarkan
hukum publik dan dapat menyebut dirinya sebagai “KfW” dalam operasi-
operasi bisnisnya. Institusi ini memiliki kantor pusat di Frankfurt dan
dapat mendirikan kantor-kantor cabang di Berlin dan di Bonn.
(2) Modal nominal Institusi adalah sebesar tiga milyar tujuh ratus lima puluh
juta Euro. Republik Federal berpartisipasi dalam modal nominal tersebut
sebesar tiga milyar Euro, sedangkan Länder (negara-negara bagian)
sebesar tujuh ratus lima puluh juta Euro.
(3) Saham-saham di dalam modal nominal tersebut harus dibayarkan dalam
jumlah tiga milyar tiga ratus juta Euro. Untuk tujuan ini, dana cadangan
dikonversi menjadi modal nominal kepada Republik Federal sebesar dua
milyar lima ratus tujuh puluh delapan juta enam ratus empat puluh empat
ribu dan sembilan ratus tujuh puluh empat Euro, dan kepada negara-
negara bagian sebesar enam ratus empat puluh empat juta enam ratus
enam puluh satu ribu dua ratus dan empat puluh empat Euro. Konversi ini
meningkatkan jumlah modal nominal yang dibayar oleh Republik Federal
dari enam puluh satu juta tiga ratus lima puluh lima ribu dan dua puluh
enam Euro menjadi dua milyar enam ratus empat puluh juta Euro, dan
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 85
meningkatkan modal nominal yang dibayar oleh negara-negara bagian
dari lima belas juta tiga ratus tiga puluh delapan ribu tujuh ratus lima
puluh enam Euro menjadi enam ratus enam puluh juta Euro. Pembayaran
sisa modal nominal sebesar empat ratus lima puluh juta Euro dapat
diperintahkan oleh Dewan Direktur Penyelia Institusi sejauh diperlukan
untuk memenuhi kewajiban Institusi.
(4) Nilai dua milyar enam ratus empat puluh juta Euro yang dibayarkan seba-
gai saham Republik Federal sebagaimana dalam Alinea 3 adalah sesuai
dengan nilai satu milyar delapan puluh delapan juta lima puluh tiga ribu
sembilan ratus delapan Euro pada Dana Khusus ERP.
(5) Saham-saham di dalam modal nominal tidak dapat dijaminkan, dan
hanya dapat diperuntukkan kepada sesama pemegang saham.
§ 1a
GARANSI REPUBLIK FEDERAL
Republik Federal menggaransi semua kewajiban Institusi yang berhubungan
dengan pinjaman yang diberikan kepada Institusi, surat utang yang diterbitkan
oleh Institusi, transaksi pembelian/penjualan valuta asing (fixed forward)
ataupun opsi yang dilakukan oleh Institusi, serta kredit lain yang diberikan
kepada Institusi dan kredit lain milik pihak ketiga sejauh dinyatakan secara
jelas bahwa kredit-kredit tersebut memang digaransi oleh Institusi.
§2
FUNGSI DAN BIDANG USAHA
(1) Institusi menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan tugas-tugas promosi, terutama berupa pendanaan, terkait
mandat pemerintah di bidang-bidang berikut:
a. Perusahaan kecil dan menengah, profesi liberal dan pendirian
usaha,
b. Pengelolaan modal berisiko (Risk capital),
c. Perumahan,
d. Proteksi lingkungan hidup,
e. Infrastruktur,
f. Pengembangan dan inovasi teknis,
g. Program-program promosi yang telah disepakati secara
internasional,
86 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
h. Peningkatan Kerjasama,
i. Bidang-bidang promosi lainnya yang dinyatakan secara khusus
dalam hukum, peraturan atau panduan tertulis tentang kebijakan
ekonomi negara yang diberikan kepada institusi oleh Republik
Federal atau salah satu negara bagian.
Masing-masing tugas promosi harus diperinci di dalam peraturan;
2. Memberi pinjaman atau pendanaan dalam bentuk lain kepada oto-
ritas wilayah dan asosiasi yang didirikan di bawah hukum publik
(öffentlichrechtliche Zweckverbände) untuk tujuan khusus;
3. Membiayai tindakan yang ditujukan secara murni untuk kepentingan
sosial dan promosi pendidikan;
4. Memberi pendanaan lainnya untuk kepentingan perekonomian Jerman
dan Eropa. Tugas-tugas Institusi dalam wilayah ini mencakup:
a) Proyek-proyek dalam kepentingan Komunitas Eropa yang didanai
bersama oleh Bank Investasi Eropa atau institusi keuangan Eropa
yang serupa,
b) Pendanaan-pendanaan ekspor di luar Negara-Negara Anggota
Uni Eropa, di luar negara-negara yang terikat dalam Kesepakatan
Wilayah Ekonomi Eropa dan di luar negara–negara yang ber-
status resmi sebagai kandidat-kandidat yang akan memasuki Uni
Eropa
aa) atas dasar sindikasi; atau,
bb) di negara-negara yang kekurangan tawaran pendanaan.
Semua pendanaan lain untuk kepentingan perekonomian Jerman dan
Eropa akan dilaksanakan oleh sebuah entitas hukum tersendiri yang
tidak mendapat dukungan pemerintah, di mana Institusi memiliki
saham mayoritas. Ketentuan-ketentuan khusus selanjutnya diatur
dalam Ketentuan Perusahaan (By-Laws).
(2) Tugas-tugas yang dinyatakan dalam Alinea 1 No. 1 huruf a dan b
akan dilakukan oleh sebuah unit promosi Institusi yang disebut “KfW-
Mittelstandsbank”. Tugas-tugas ini khususnya mencakup pemberian
layanan advokasi dan pelaksanaan langkah-langkah promosi di bidang
pengembangan dan inovasi teknis.
(3) Institusi dapat melakukan operasi lain sejauh operasi tersebut berkaitan
langsung dengan pelaksanaan fungsi Institusi yang diuraikan dalam
Alinea 1. Dalam konteks ini, Institusi khususnya dapat:
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 87
1. memperjual-belikan klaim dan surat berharga serta memunculkan
kewajiban-kewajiban dalam bentuk surat perintah pembayaran dan
surat pengakuan utang,
2. menjalankan operasi dan menempuh tindakan tertentu untuk
mengelola dan mengamankan likuiditas keuangannya,
3. menjalankan semua operasi lain yang diperlukan untuk pengelolaan
risiko,
4. menyediakan bagi anak perusahaan (subsidary) yang didirikan dalam
hubungan langsung dengan tugas-tugas yang termaktub dalam
Alinea 1 No. 4 pendanaan serta layanan-usaha lain yang diperlukan
subsider tersebut; dan penyediaan kedua hal tersebut dilakukan sesuai
dengan kondisi pasar. Institusi tidak diijinkan menerima simpanan,
menjalankan bisnis giral, ataupun berurusan dengan surat berharga
milik pihak ketiga.
(4) Batasan-batasan dalam Alinea 3 tidak berlaku bagi operasi yang me-
nyangkut kepentingan negara Republik Federal Jerman dan yang, dalam
masing-masing kasus, ditugaskan kepada Institusi oleh Pemerintah
Federal.
§3
ATURAN USAHA (CONDUCT OF BUSINESS)
(1) Dalam hubungannya dengan pemberian pendanaan sebagaimana
ketentuan dalam Pasal 2 Alinea 1 No. 1 huruf a s/d. f, institusi pemberi
kredit atau institusi pendanaan lainnya harus dilibatkan; pendanaan
dapat diberikan secara langsung atas persetujuan Dewan Direktur
Penyelia. Pendanaan yang diuraikan dalam Pasal 2 Alinea 1 No. 1 huruf
a s/d. f diberikan untuk tujuan jangka menengah dan jangka panjang;
dalam kasus-kasus pengecualian pendanaan tersebut dapat diberikan
untuk kepentingan jangka pendek atas persetujuan Dewan Direktur
Penyelia. Pendanaan ekspor sebagaimana diuraikan dalam Pasal 2 Alinea
1 No. 4 huruf b yang dilakukan di luar negara-negara tertentu yang,
sebagaimana dinyatakan dalam Ketentuan Perusahaan (By-Laws) tanggal
2 Mei 2003, mengalami kekurangan pasokan tawaran dana harus
dilakukan –sebagaimana Ketentuan Perusahaan tanggal 2 Mei 2003–
oleh Institusi dengan bekerjasama dengan institusi kredit atau institusi
pendanaan lainnya. Dalam menyelenggarakan operasinya Institusi harus
menghormati, dalam hubungannya dengan institusi kredit atau institusi
88 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
pendanaan, prinsip non-diskriminasi di bawah hukum Masyarakat
Eropa.
(2) Pinjaman dalam Pasal 2 Alinea 1 No. 1 s/d. 4 harus dilindungi, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan cara yang lazim dilakukan
dalam sistem perbankan. Pinjaman harus mendapat persetujuan dari
Dewan Direktur Penyelia.
(3) Ketentuan-ketentuan dalam Alinea 2 berlaku mutatis mutandis terhadap
garansi yang termaktub dalam Pasal 2 Alinea 1 No. 1 s/d. 4, dan ketentuan-
ketentuan dalam Alinea 1 Kalimat 2 juga berlaku mutatis mutandis bagi
garansi yang termaktub dalam Pasal 2 Alinea 1 No. 1 huruf a s/d. f.
(4) Pendanaan yang diberikan kepada pihak ketiga sesuai dengan Alinea 1
atau 2 tidak memerlukan persetujuan dari Dewan Direktur Penyelia.
§4
PEROLEHAN DANA
(1) Untuk tujuan perolehan dana yang dibutuhkannya, Institusi dapat secara
khusus mengeluarkan sekuritas utang dan mengambil pinjaman.
(2) Kewajiban-kewajiban jangka pendek Institusi tidak boleh melebihi sepuluh
persen dari kewajiban-kewajiban jangka menengah dan panjangnya.
(3) Surat-surat utang yang diterbitkan Institusi dalam mata uang domestik
sesuai untuk investasi uang perwalian anak (ward’s money).
§5
BODIES
(Tidak Diterjemahkan)
§6
BOARD OF MANAGING DIRECTORS
(Tidak Diterjemahkan)
§7
BOARD OF SUPERVISORY DIRECTORS
(Tidak Diterjemahkan)
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 89
§ 7a
MITTELSTANDSRAT (DEWAN PENASEHAT UKM1)
(1) Mittelstandsrat (Dewan Penasehat UKM) akan dibentuk pada Kreditanstalt
für Wiederaufbau. Dewan ini dijabat oleh Menteri Federal Ekonomi dan
Teknologi selaku Ketua, Menteri Federal Keuangan sebagai Wakil Ketua,
Wakil Khusus Pemerintah Federal sebagai “Aufbau Ost”, dua orang
wakil yang ditunjuk oleh Bundesrat (Dewan Perwakilan Daerah), empat
anggota tambahan yang ditunjuk oleh Kementerian Federal Ekonomi dan
Teknologi, dan dua orang anggota lain yang masing-masing ditunjuk oleh
Kementerian Federal Keuangan dan oleh Kementerian Federal Lingkungan,
Perlindungan Alam dan Keamanan Reaktor.
(2) Mittelstandsrat menetapkan mandat pemerintah terhadap Mittelstands-
bank sesuai dengan Pasal 2 Alinea 2. Dewan ini bermusyawarah dan
memutuskan usulan-usulan untuk meningkatkan usaha kecil dan
menengah, dengan mempertimbangkan perencanaan bisnis Institusi
secara keseluruhan.
§8
BY-LAWS
(Tidak Diterjemahkan)
§9
ANNUAL REPORT
(Tidak Diterjemahkan)
§ 10
LABA BERSIH
(1) Laba tidak untuk didistribusikan.
(2) Laba bersih tahunan yang telah dikurangi nilai depresiasi, tunjangan dan
provisi harus dialokasikan sebagai cadangan yang sah sesuai hukum, yang
jumlahnya dibatasi sebesar satu milyar delapan ratus tujuh puluh lima
juta Euro. Modal dan cadangan khusus lainnya yang dianggap berasal
dari masing-masing pemegang saham harus dipertimbangkan dalam
pengalokasian laba bersih.
(3) Sisa dari laba bersih akan dialokasikan sebagai cadangan khusus.
90 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
§ 11
STATUS HUKUM
(1) Dalam hal perpajakan, konstruksi bangunan, akomodasi dan sewa
bangunan, Institusi memiliki hak yang sama seperti halnya Deutsche
Bundesbank. Institusi memiliki kewenangan untuk menggunakan sebutan
“Bank” dan “Bankengruppe” untuk mengacu kepada dirinya sendiri.
(2) Ketentuan-ketentuan dalam Handelsgesetzbuch (Hukum Dagang) me-
ngenai cara masuk ke dalam Handelsregister (Catatan Komersial) tidak
berlaku bagi Institusi.
§ 12
PENYELIAAN
(1) Kementerian Federal Keuangan melakukan penyeliaan terhadap Institusi
melalui konsultasi dengan Kementerian Federal Perekonomian dan
Teknologi. Otoritas Penyelia diberdayakan untuk mengambil segala
tindakan yang dianggap perlu demi menjaga agar perilaku usaha Institusi
sesuai dengan Undang-Undang, Ketentuan Perusahaan (By-Laws) dan
peraturan-peraturan lainnya.
(2) Tanda bukti kewenangan untuk mewakili Institusi diberikan melalui
konfirmasi resmi dari Kementerian Federal Keuangan sebagai pemegang
cap.
§ 12a
FINANCING BY A SEPARATE LEGAL ENTITY
(Tidak Diterjemahkan)
§ 13
DISSOLUTION
(Tidak Diterjemahkan)
§ 14
ENTRY INTO FORCE
(Tidak Diterjemahkan)
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 91
92 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Contoh dari
Indonesia
Pemberdayaan Terpadu Perempuan Pedagang Kecil dan Mikro
Studi Kasus Iklim Usaha di Kota Bandung dan Kabupaten Purwakarta
Langkah Terobosan Mendorong Ekspansi Kredit
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 93
94 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Pemberdayaan Terpadu Perempuan
Pedagang Kecil Dan Mikro
M. Firdaus*
1 M. Firdaus adalah Koordinator Program Sekretariat Nasional Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha
Kecil (ASPPUK).
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 95
mikro-kecil lainnya, mempunyai keterbatasan dalam kepemilikan aset yang
bisa dijadikan jaminan kredit (kolateral) menurut standar yang telah ditetapkan
bank. PPK-mikro juga menemui kesulitan dalam mencari sumber modal di
sekitar pasar. Sumber modal yang berkembang di sekitar pasar tradisional
sebagian besar berasal dari “Bank Plecit” (bank harian) yang bunganya amat
tinggi (bahkan ada yang harus membayar empat kali lipat dari pinjaman
pokok). Pelaku bank harian ini kebanyakan laki-laki dan ada kasus-kasus di
mana mereka melakukan kekerasan verbal dan pelecehan seksual terhadap
PPKmikro yang meminjam.
Namun, di luar persoalan yang sudah disebutkan di atas, ada hal lain yang
secara khusus menjadi kendala perempuan pengusaha kecil-mikro, termasuk
PPK-mikro, untuk berusaha, yakni izin suami atau keluarga. Survei ASPPUK
pada 2003 terhadap perempuan usaha kecil (PUK) di 15 kabupaten di delapan
provinsi menunjukkan bahwa kendala terbesar PUK dalam berusaha adalah
tidak adanya izin dari pihak keluarga (khususnya suami).
Pemberdayaan PPK-mikro
Dengan kondisi seperti itu, upaya LSM dalam memberdayakan perempuan
pedagang kecil di pasar harus dilakukan secara terpadu. Upaya ini harus
membangun strategi pengembangan ekonomi perempuan yang komprehensif
dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan mengintegrasikan berbagai
pendekatan. Kegiatankegiatan pemberdayaan PPK-mikro yang selama ini
dilakukan oleh ASSPUK mencakup pengorganisasian, pelayanan informasi,
pelayanan modal, dan advokasi.
Pengorganisasian
Pengorganisasian PPK-mikro bertujuan untuk menghimpun kekuatan mereka.
Hal ini terbukti ketika PPK-mikro berkelompok, para preman ber-sikap lebih
96 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
hati-hati dalam menghadapi mereka. Dalam pengorganisasian dilakukan
kegiatan berupa fasilitasi pembentukan kelompok PPK-mikro yang diikuti
antara 10-25 orang, konsultansi melalui pendampingan secara kelompok
dan individual (atau kunjungan individu ke rumah anggota dengan meli-
batkan keluarga), dan pelatihan. Pelatihan dikelompokkan dalam tiga
bentuk: pertama, pelatihan peningkatan pemahaman, di antaranya tentang
motivasi usaha yang menekankan pada aspek pengembangan keterampilan
perempuan dalam berusaha, diikuti dengan pelatihan kesadaran gender dan
pemahaman hak-hak perempuan sebagai warga negara; kedua, pelatihan
keterampilan perencanaan usaha, manajemen keuangan, pemasaran, pro-
duksi, dan manajemen kelompok; ketiga, pelatihan penguatan sikap seperti
kepemimpinan perempuan, kemampuan advokasi, dan sikap tegas.
Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi dimaksudkan untuk memberikan wawasan melalui
selebaran, brosur, dan buku saku tentang usaha, kesehatan, maupun masalah
aktual yang disertai norma agama yang menekankan pentingnya usaha bagi
kelangsungan hidup.
Pelayanan Modal
Pelayanan modal dilakukan melalui kredit mikro. Bantuan modal akan di-
pergunakan untuk tambahan modal bergulir (revolving loan fund) untuk
pengembangan usaha. Adapun penyaluran kredit mikro bagi PPK-mikro
mempunyai dua skema, yaitu jenis kredit untuk usaha dan kredit untuk
kebutuhan perempuan (tanpa bunga atau berbunga ringan) seperti untuk
pendidikan (anak dan perempuan), biaya kesehatan, perumahan, dan
kepemilikan aset produktif atas nama perempuan.
Advokasi
ASPPUK melakukan advokasi atas persoalan yang dihadapi PPKmikro, baik
yang terkait dengan budaya, gender, maupun kebijakan pemerintah. Melalui
pendampingan, PPK-mikro dikuatkan agar mampu melakukan lobi kepada
dan negosiasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan, khususnya
kebijakan pemerintah yang menyangkut usaha dan pengembangan ekonomi
rakyat kecil, termasuk perempuan.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 97
Advokasi Kebijakan
LSM dan PPK-mikro di pasar tradisional selama ini berupaya mendorong
terciptanya berbagai kebijakan konkret pemerintah daerah dan Pemerintah
Pusat yang antara lain mengatur agar:
1. pasar tradisional ditempatkan pada lokasi yang berdekatan dengan
tempat tinggal masyarakat.
2. Rehabilitasi pasar-pasar tradisional yang kini marak tidak justru mem-
bebani PPK-mikro dengan kenaikan ongkos sewa lokasi usaha dan
penempatan pasar yang tidak strategis.
3. Pasar tradisional yang berdiri atas prakarsa masyarakat difasilitasi untuk
bisa berkembang, bukan malahan dihambat dengan dibuatnya peraturan
yang merugikan pedagang, seperti pemungutan retribusi yang tingg.
4. Lokasi minimarket yang sekarang menjamur di kecamatankecamatan
tidak berdekatan dengan pasar tradisional karena hal ini akan berdampak
terhadap usaha ekonomi yang sudah ada.
5. Pemda bekerja sama dengan LSM dalam memberikan penguatan kapasitas
yang terpadu kepada PPK-mikro dengan dana yang sudah ditetapkan
dalam APBD.
98 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Studi Kasus Iklim Usaha di Kota
Bandung dan Kabupaten Purwakarta
Latar Belakang
Desentralisasi atau otonomi daerah didasari semangat oleh pembangunan
di daerah dilakukan berdasar kebutuhan masyarakat dan untuk lebih
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Pembangunan daerah juga akan
merangsang bisnis di daerah berupa investasi dan semakin membesarnya
arus perdagangan.
Namun umumnya pemerintah daerah belum memperlihatkan perbaikan iklim
usaha secara signifikan. Bahkan beban sektor swasta di daerah semakin berat
dengan makin banyaknya beban pajak dan retribusi.
Hasil survey terhadap persepsi pelaku usaha mengenai penerapan otonomi
daerah di 12 propinsi pada 3 aspek yang dicermati yakni birokrasi perijinan
usaha, pungutan terhadap pelaku usaha, dan arah kebijakan pemerintah
daerah; menyebutkan bahwa kondisi iklim usaha dari ketiga aspek tersebut
cenderung memburuk (REDI, 2003). Beberapa studi menyebutkan distorsi
ekonomi akibat penerapan otonomi daerah telah mengancam turunnya daya
saing.
Situasi makro ekonomi di Jawa Barat pun telah terancam dengan berkurangnya
daya saing tersebut.² Salah satu yang dapat mengancam daya saing dan
perkembangan usaha ialah kebijakan setiap pemerintah daerah (pemda)
yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
daerahnya.
1 Studi PUPUK dan JNPUKM tentang Perda Review serta penelitian SMERU dan studi KPPOD tentang Perda yang
menjelaskan dampak penerapan Otonomi Daerah yang semakin mengkhawatirkan bagi pelaku usaha.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 99
Atas dasar ini, berbagai peraturan dan kebijakan lain dibuat tanpa
memperhatikan sisi efisiensi ekonomi yang pada akhirnya menimbulkan
distorsi dan high cost economy. Setiap daerah membuat peraturan daerah
(PERDA) tentang pajak daerah, retribusi dan pungutan lain, serta perijinan
usaha yang menyebabkan pelaku usaha harus membayar atau mengurus
lebih dari yang sewajarnya.
Jawa Barat merupakan salah satu propinsi terpenting dalam industri
pengolahan di Indonesia. Menurut data BPS, hampir 60% industri pengolahan
nasional berlokasi di Jawa Barat. Sektor ini memberi kontribusi terbesar dalam
pembangunan ekonomi di Jawa Barat.
Selanjutnya berturut-turut yang memberikan kontribusi penting bagi
perekonomian Jawa Barat ialah pertanian dan perdagangan. Sebagai salah
satu propinsi dengan investasi luar negeri dan dalam negeri yang besar
dengan pertumbuhan yang pesat di Indonesia, perlu dicermati pranata
kebijakan yang ada.
Apakah di masa depan pranata yang ada tersebut telah memadai untuk
bersaing dalam merangsang masuknya investasi dengan propinsi tetangga?
Dan apakah pranata kebijakan tersebut telah cukup memberi ruang yang
proporsional bagi tumbuh dan berkembangnya dunia usaha di daerahnya?
Untuk melihat sejauh mana pemerintah kota/kabupaten di Jawa Barat memiliki
kepetingan yang cukup terhadap tumbuhnya iklim usaha yang kondusif,
maka program ini melihat tidak pada tataran kebijakan pemerintah propinsi,
tapi pada tataran kebijakan pemerintah kota dan kabupaten, sebab sesuai
semangat otonomi daerah, pemerintah kota/kabupaten adalah pemegang
kunci pembangunan daerah.
Sebuah daerah akan mampu bersaing jika Pemerintahan Daerah tersebut
mampu menciptakan dan menawarkan lingkungan yang kondusif bagi sektor
bisnis yang memungkinkan sektor bisnis bersaing dalam arti sebenarnya.
Kemampuan daya saing ini intinya bertumpu pada kapasitas inovasi dari
semua pihak (stakeholder) baik dari Pemerintahan maupun dari swasta.
Secara ringkas diagram berikut menjelaskan keterkaitan di atas:
100 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
SEKTOR SWASTA
PEMERINTAH DAERAH Usaha Kecil
Usaha Menengah
Usaha Besar
KAPASITAS INOVASI
DAYA SAING
KESEJAHTERAAN/KEMAKMURAN
Untuk mencapai hal di atas maka program ini akan memerlukan intervensi di
semua lini dan aspek dari berbagai pihak sehingga secara menyeluruh terjadi
penguatan yang sistematik pada semua komponen penggerak ekonomi
dari daerah. Pemberdayaan dan penguatan akan dilakukan pada semua
tingkatan:
q Lingkungan makro (pemegang kebijakan daerah),
q Lingkungan meso (dinas teknis, asosiasi pengusaha dan konsultan/
pembina), dan
q Lingkungan mikro (unit usaha).
Sehingga seluruh perangkat kebijakan akan diarahkan pada kerangka besar
tersebut. Jadi dalam hal ini pemerintah daerah punya dua tugas pokok,
yaitu:
q Merumuskan strategi pembangunan ekonomi daerah.
q Merumuskan kebijakan yang diperlukan atau mengeliminir kebijakan
yang menghambat perkembangan dunia usaha.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 101
q Bagian utara dan sebagian wilayah bagian timur berbatasan dengan
Kabupaten Subang.
q Bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Bandung.
q Bagian barat daya berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.
Sedangkan luas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah 971,71 km2 atau sekitar
2,81% dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. Terbagi atas 17 kecamatan
dengan 192 desa/kelurahan.
Dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk 2,28% per tahun maka tahun
2005 diproyeksikan jumlah penduduk adalah 784.560.
Di bidang ekonomi, perkembangan industri, perdagangan, dan jasa di
Kabupaten Purwakarta selama beberapa tahun terakhir menggambarkan
kemajuan. Namun pada tahun 2003 sektor industri mengalami penurunan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dimana kontribusi mencapai 43,07%.
Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan
kedua dengan memberikan kontribusi sebesar 26,09%.
Pada saat ini struktur ekonomi bila dilihat dari sisi PDRB didominasi oleh ketiga
sektor di atas, sedangkan bila dilihat dari sisi serapan tenaga kerja didominasi
oleh sektor pertanian dengan kontribusi PDRB tahun 2003 sebesar 10,25%.
102 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Barat menyebutkan
bahwa saat ini di Kota Bandung hanya tersedia 700-an hotel dengan kapasitas
sekitar 4.000 kamar. Padahal, kebutuhan akan kamar hotel pada setiap akhir
pekan mencapai 6.000-7.000 kamar, sehingga terdapat kekurangan sekitar
2.000 - 3.000 kamar hotel.
Selain untuk perdagangan dan jasa, investasi di Kota Bandung juga terbuka
bagi industri namun jenis industri yang tidak menghasilkan limbah. Batasan
ini diterapkan mengingat kondisi Kota Bandung yang sudah terlalu sempit
sehingga sulit untuk membangun industri yang terpadu berikut pengolahan
limbahnya.
Industri non-polutan yang dapat dikembangkan di Kota Bandung di antaranya
industri garmen dan rajut dalam kapasitas tertentu, industri makanan dan
minuman, serta industri logam yang tidak menghasilkan bahan beracun dan
berbahaya (B3).
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 103
Untuk Kabupaten Purwakarta hal ini disebabkan perkembangan industri
yang cepat dengan adanya fasilitas kawasan industri seluas 2.000 Ha sudah
terbangun 121,75 Ha dan zona industri seluas 3.000 Ha sudah terbangun
646,9 ha. Distribusi prosentase berikutnya diikuti oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 27,03%, dan sektor pertanian sebesar 8,51%.
Sementara itu target Pendapatan asli Daerah (PAD) Kabupaten Purwakarta
tahun anggaran 2003 ditetapkan sebesar Rp 36,7 milyar dan dengan
pencapaian Rp 37,7 milyar mengalami kenaikan target sebesar 102,67%.
Sedangkan sasaran umum pembangunan ekonomi Kabupaten Purwakarta
tahun 2005 adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui empat core
bisnis yaitu sebagai berikut:
1. Semakin meningkatnya bidang agribisnis
Meningkatkan pembangunan bidang pertanian, peternakan, dan
perikanan yang menunjang pembangunan sektor agribisnis.
2. Meningkatnya pembangunan industri yang sinergis
Meningkatkan pembangunan industri yang sinergis antara industri besar,
menengah, dan kecil serta industri kerajinan dan rumah tangga.
3. Semakin berkembangnya investasi dalam bidang jasa dan perdagangan
Mengembangkan investasi dalam bidang perdagangan dan jasa.
4. Menjadikan Kabupaten Purwakarta sebagai daerah tujuan wisata
Menggali dan mengembangkan berbagai potensi pariwisata untuk
mewujudkan Kabupaten Purwakarta sebagai daerah tujuan pariwisata.
Untuk menunjang sasaran yang ingin dicapai tentunya harus ditunjang oleh
kesiapan infrastruktur yang memadai. Pada aspek transportasi darat, jaringan
jalan Kabupaten Purwakarta sampai tahun 2004 meningkat. Pada jaringan
jalan terdapat juga beberapa jaringan jalan tol, Jakarta - Cikampek dan Tol
Cikopo - Purwakarta - Padalarang sepanjang 59 km dengan empat pintu
masuk.
Jaringan irigasi mempunyai peranan penting dalam mendukung produksi
pertanian. Kabupaten Purwakarta memiliki tiga daerah irigasi yaitu:
q Daerah irigasi Solokan Gede
q Daerah irigasi Wanayasa
q Daerah irigasi Cisomang
104 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Dibidang sumber daya manusia, Kabupaten Purwakarta dan Kota Bandung
menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai acuan dalam
pembangunan. Pencapaian IPM di Kabupaten Purwakarta meningkat, dari 62,0
pada tahun 1998 menjadi 66,0 pada tahun 2003, sedangkan Kota Bandung
IPM pada tahun 2002 adalah 76,30 menjadi 76.34 pada tahun 2003.
Untuk Kota Bandung karena sudah terlalu sempit maka andalan core bisnis
pembangunan fokus pada sektor perdagangan dan Jasa. Fokus pada sektor ini
terlihat dari dibukanya lebar-lebar investasi dalam bentuk pembangunan hotel,
restoran, serta berbagai pusat belanja. Demikian pula dengan pembangunan
perkantoran, toko, bengkel, serta rumah sakit.
Selain berbagai pusat perbelanjaan modern yang banyak tersebar di wilayah
Bandung bagian tengah dan barat. Pemkot Bandung saat ini juga tengah
mencari investor yang mau membangun kembali sejumlah pasar tradisional
agar menjadi lebih higienis, rapi, dan tertib serta menghilangkan citra pasar
yang kumuh dan bau.
Kelembagaan
Faktor kelembagaan diakui merupakan sumber hambatan terbesar. Fokus
kajian hambatan pada aspek regulasi daerah, perijinan usaha, dan retribusi.
Berdasarkan hasil penelitian dari KPPOD faktor kelembagaan di Kota Bandung
hanya mendapat skor C pada tahun 2003 dan tetap pada tahun 2004.
Sedangkan untuk Kabupaten Purwakarta masing-masing skor adalah AA baik
tahun 2003 maupun 2004.
Namun secara umum hasil dari temuan FGD baik di Bandung maupun
Purwakarta koordinasi antar lembaga masih dirasakan kurang, sehingga
sering terjadi tumpang tindih kebijakan. Belum lagi hubungan dengan
legislatif yang masih perlu penataan koordinasi dengan birokrat.
Selain itu regulasi daerah selama ini semata-mata masih menitikberatkan
pada upaya peningkatan PAD, walaupun selama kegiatan FGD pemerintah
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 105
daerah baik di Kota Bandung maupun Purwakarta meng-counter dengan
berbagai alasan .
Di lain pihak penyederhaan perijinan masih sulit direalisasikan karena dinas-
dinas terkait enggan menyerahkan kewenangannya, walaupun tuntutan
dunia usaha cukup kuat mendorong untuk adanya penyederhanaan. Biaya
ekonomi tinggi terjadi pada penerapan aturan retribusi yang tumpang tindih
selain karena lemahnya penegakan hukum.
Regulasi Daerah
Variabel ini secara langsung berada di bawah kendali pemerintah daerah,
disinilah peran pemda sangat menentukan dalam arah kebijakan pembangunan
serta keberhasilan dalam membentuk iklim yang kondusif.
Beberapa peraturan daerah baik di Kabupaten Purwakarta maupun Kota
Bandung belum sepenuhnya memberikan suatu ruang seluas-luasnya bagi
iklim usaha yang kondusif.
Sebagai contoh hasil dari kegiatan FGD, ketika Kota Bandung mencanangkan
sebagai kota jasa akan tetapi banyak keluhan dari pihak pengusaha justru proses
perijinan masih lambat, keluhan dari masyarakat lalu-lintas jalan macet, sarana
transportasi tidak memadai, bahkan ada beberapa peraturan yang muncul
malah menghambat dan kurang jelas arah agenda yang akan dilakukan.
Dari hasil studi KPPOD kualitas peraturan daerah menurut pelaku usaha 49,8%
melihat biasa saja, 19,7% menjawab distortif. Ini menunjukkan bagaimana
kualitas perda yang dibuat oleh pemda-pemda di seluruh Indonesia.
Perijinan Usaha
Variabel ini merupakan masalah yang sering dimunculkan ketika FGD
dilaksanakan. Di Kabupaten Purwakarta tergali bahwa belum adanya alur
perijinan yang jelas, kemudian waktu dan biaya yang tidak tegas. Kemudian
pelaku usaha juga mengharapkan adanya pelayanan satu atap yang
transparan.
Sama seperti di Kabupaten Purwakarta, di Kota Bandung pun masalah perijinan
usaha sering menjadi ganjalan. Rata-rata waktu pengurusan lama sehingga
menimbulkan biaya ekonomi tinggi. Selain itu prosedur tidak transparan dan
rumit.
106 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Retribusi
Baik di pengusaha di Purwakarta maupun Kota Bandung sama-sama menge-
luhkan banyaknya retribusi yang dikenakan. Banyak retribusi yang tumpang
tindih. Malahan di Purwakarta harusnya perusahaan yang mempunyai alat
sendiri untuk K3 justru dikenai retribusi, jadi buat apa alat K3 begitu komentar
pengusaha yang terlibat di dalam FGD.
Dari FGD di Kota Bandung tergali beberapa retribusi yang membebani antara
lain:
q Retribusi Biaya Sewa Menyewa Konstruksi Rumah dan Bangunan, No
4/2004
q Retribusi pengairan No. 7/2002
q Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dan Pematangan Tanah, Perda
6/2002
Ketenagakerjaan
Isu ketenagakerjaan dominan muncul di Purwakarta. Sebagai salah satu
daerah dengan kawasan industri penting di Jawa Barat, aneka persoalan
ketenagakerjaan menjadi hangat, seperti: aturan ke-tenagakerja-an bagi luar
daerah, tekanan masyarakat lokal terhadap industri untuk penerimaan pekerja,
ketidakseimbangan antara demand dan supply tenaga kerja, produktifitas,
migrasi tenaga kerja, dan lain-lain.
Kalau melihat hasil studi dari KPPOD melihat kabupaten atau kota berdasarkan
faktor tenaga kerja dan produktivitas, Kabupaten Purwakarta mendapat
nilai C tahun 2003 dan nilai A tahun 2004 berarti ada peningkatan aspek
ketenagakerjaan. Untuk Kota Bandung tahun 2003 nilainya C dan sama untuk
2004.
Untuk kasus Purwakarta, sebagian pengusaha mengeluh adanya jurang
antara kebutuhan tenaga skill dengan ketersediaan tenaga kerja. Dalam
FGD dengan pengusaha maupun pemerintah, ‘jurang’ ini perlu didekatkan
dengan kemauan antara pengusaha dan dunia pendidikan duduk bersama
yang difasilitasi pemerintah untuk mendiskusikan perbaikan kurikulum. Hal
yang lain juga, Purwakarta sering mengalami persoalan tekanan untuk akses
menjadi pekerja di sebuah pabrik dari kelompok penekan local. Ini membuat
sebagian pelaku usaha tidak nyaman. FGD untuk pemerintah menemukan
bahwa upaya mengatasi hal ini belum optimal.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 107
Perekonomian Daerah
Isu kebijakan dalam perekonomian daerah adalah alokasi bujet untuk me-
rangsang dunia usaha, porsi PAD terhadap APBD, PDRB sektoral, dan laju
pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan FGD di Purwakarta dan Kota Bandung porsi bujet untuk
merangsang tumbuhnya dunia usaha masih sangatlah kurang. Malah pemda
setempat menggunakan alat PAD untuk menarik pendapatan daerah sebesar-
besarnya tanpa memperhatikan keresahan dunia usaha. Oleh sebab itu laju
pertumbuhan khususnya di Purwakarta masih sangat lambat.
Hasil penelitian KPPOD peringkat Kabupten Purwakarta berdasarkan faktor
ekonomi daerah tahun 2003 nilainya AA dan tetap sama pada tahun 2004.
Sedangkan untuk Kota Bandung tahun 2004 nilainya AAA meningkat dari
tahun sebelumnya 2003 yang hanya BB.
Sosial Politik
Aspek sosial politik menjadi hal penting dalam mempengaruhi iklim usaha.
Hal yang dianggap buruk oleh dunia usaha adalah partisipasi publik dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan sebuah kebijakan.
Dunia usaha di Purwakarta pada FGD memberikan keterangan sama sekali
mereka tidak pernah dilibatkan dalam merumuskan sebuah kebijakan,
sementara di Kota Bandung sebagian saja yang menyatakan pernah dilibatkan
dalam proses sebuah kebijakan meskipun hanya sebatasa formalitas (kualitas
pelibatan yang rendah). Sedangkan dari sisi keamanan di kedua daerah
tersebut relatif tidak mengalami hambatan berarti.
Meskipun begitu menarik untuk melihat hasil KPPOD, untuk Purwakarta
turun tahun 2004 nilai C dan tahun 2003 nilai AAA. Untuk Kota Bandung
mengalami kenaikan tahun 2003 nilai BB dan tahun 2004 AAA.
Partisipasi Publik
Yang akan ditampilkan berikut adalah hasil FGD di Kota Bandung, karena
untuk Purwakarta sama sekali selama ini tidak ada keterlibatan publik di dalam
proses sebuah kebijakan, hasil FGD Kota Bandung keterlibatan partisipasi
publik ada akan tetapi dengan catatan-catatan sebagai berikut:
108 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
q Kualitas pelibatan masyarakat dalam perancangan kebijakan masih
rendah, pemkot dinilai tidak sungguh-sungguh.
q Elemen-elemen masyarakat yang terlibat belum merata.
q Masyarakat bisnis sampai kepada kesimpulan, lakukan dengan prakarsa
sendiri. Pemerintah jangan diharap.
Keamanan
Untuk kedua daerah ini walaupun secara umum baik Kabupaten Purwakarta
maupun Kota Bandung relatif aman dari sisi gangguan ketertiban. Namun
untuk Purwakarta, ganguan ini masih ada, yaitu adanya tekanan ‘preman
lokal’ untuk memperolah jatah limbah produksi. Selain itu keluhan adanya
‘mafia transportasi’, terus membayangi pelaku usaha di kabupaten ini. Mereka
harus membayar sejumlah uang tertentu kepada sebuah jaringan organisasi,
apabila kendaraan perusahaan mau aman. Hasil FGD di Purwakarta,
menunjukkan bahwa aparat cenderung tidak mau tahu, padah hal ini cukup
santer dikeluhkan.
Infrastruktur
Infrastruktur jalan Tol Cipularang membawa dampak positif dan negatif kepada
dua daerah tersebut. Bagi Purwakarta, Tol Cipularang mematikan warung-
warung di sepanjang jalan (hasil FGD). Bagi Kota Bandung, Tol Cipularang
meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bandung tiap akhir pekannya. Akan
tetapi pemkot belum mengantisipasi dari sisi infrastruktur maupun sistem
transportasinya. Purwakarta belum memiliki agenda terpadu untuk merespon
jalan tol Cipularang ini, padahal tol ini sudah beroperasi lebih dari 6 bulan,
saat dimana dilakukan FGD. Dampak positif jalan tol ini bagi Purwakarta juga
ada, meningkatkanya mobilitas barang dan orang dari dan ke Purwakarta
juga cenderung naik
Purwakarta pun mengalami hambatan dalam pemeliharaan jalan-jalan
ke daerah industri di luar kawasan. Karena budget setiap tahun untuk
pemeliharaan jalan hanya meliputi 5% saja dari total panjang jalan kabupaten.
Pelaku usaha di kedua daerah (ketika FGD) mengalami persoalan terhadap
kebijakan disinsentif tarif listrik PLN pada saat beban puncak. Mereka mengeluh
karena umumnya mereka tidak mempunyai alternatif energi listrik.
Untuk Bandung, ketersediaan pelabuhan udara yang memadai menjadi isu
dalam FGD pengusaha, karena mobilitas barang antar pulau atau ekspor
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 109
harus melalui Jakarta, dan itu kurang menguntungkan dari sisi kepentingan
Bandung.
Tema Pembangunan
Fokus pembangunan daerah Kabupaten Purwakarta adalah agribisnis, industri
yang sinergis, jasa dan perdagangan, serta wisata. Fokus ini tentunya harus
ditopang oleh berbagai sektor. Purwakarta yang masih dominan pertanian
untuk serapan tenaga kerja, kemudian wilayah yang luas untuk mendirikan
industri-industri, ditopang oleh jalur jalan untuk perdagangan, serta
sumber daya alam yang masih baik untuk dikembangkan menjadi industri
wisata merupakan potensi yang tepat untuk fokus pengembangan daerah.
Namun Purwakarta sendiri belum secara tegas menyatakan tema untuk
pembangunan-nya.
Untuk Kota Bandung karena luas wilayah yang sempit fokus pengembangan
pada sektor jasa dan perdagangan sangatlah tepat. Jadi slogan Kota
Bandung sebagai kota jasa harusnya semakin memperjelas arah kemana
Kota Bandung akan berkembang. Sarana dan prasana yang optimal harus
segera karena wisata belanja akhir pekan di Bandung semakin hari semakin
ramai, menimbulkan efek rantai ekonomi kepada sektor lain. Jika Bandung
ingin menyatakan diri sebagai kota jasa wisata belanja, maka konsekuensi
logisnya adalah semua kebijakan kota harus mengacu pada focus tema
pembangunan kota. Misalnya dari sisi infrastruktur, transportasi, peraturan
daerah mendukung pada kenyamanan, keamanan untuk wisata belanja. Dari
sisi kebijakan persaingan di arahkan untuk menegakkan aturan persaingan
yang fair, termasuk mendorong produk atau desain untuk dipatenkan.
Dari sisi permintaan, kegiatan penyelundupan menjadi kegiatan antagonis
terhadap promosi produk garmen local. Perlu penegakkan hukum yang pasti.
Industri pendukung dari tema wisata belanja ini, industri busana, industri
boga, industri kerajinan dan lain-lain diarahkan untuk menambah nilai.
110 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
lagi efek domino dari kenaikan BBM adalah tuntutan kenaikan upah seiring
dengan naiknya harga-harga. Kebijakan pengaturan upah minimum regional
– UMR banyak menimbulkan friksi, disinilah peran pemerintah daerah sebagai
negosiator antara pengusaha dan karyawan. Daerah yang sangat sensitif
dengan isu upah adalah Purwakarta, karena di sana banyak industri-industri
yang mempekerjakan karyawan. Sebagai dampak BBM tersebut, Pemda
Purwakarta telah menetapkan UMK baru, sebesar Rp 714 ribu untuk industri
non-garmen, non-boneka, non-alas kaki; sementara untuk industri garmen,
boneka dan alas kaki, sebesar Rp 650 ribu
Kondisi Input
q Prosedur ijin tidak transparan
q Rata-rata waktu pengurusan lama
q Biaya tidak resmi tinggi
q Retribusi lebih tinggi daripada aturan seharusnya
q Akses ke lokasi usaha tergantung kepada kedekatan dengan penguasa
q Kebijakan disinsentif PLN pada pemakaian beban puncak
q Kemacetan lalu-lintas di dalam kota
q Kurangnya papan petunjuk jalan
q Arah dan fokus Kota Bandung belum dirancang secara spesifik sebagai
kota jasa apa
q Rangsangan APBD terhadap dunia usaha masih kurang
q Proses pelibatan publik belum maksimal
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 111
q Keterlibatan warga belum menyatu dengan julukan Bandung sebagai
kota jasa
q Jasa angkutan dalam kota belum memadai (mis. minimnya taxi yang
professional)
Kondisi Permintaan
q Adanya penyelundupan barang pakaian jadi ke Kota Bandung sehingga
mengganggu permintaan terhadap barang domestik
112 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
q Ada premanisme terorganisir terhadap transportasi mobil barang
q Oknum karang taruna menjadi ancaman keamanan dan kenyamanan
berusaha karena selalu meminta jatah barang limbah
q Tidak ada penindakan hukum bagi perusahaan yang tidak mentaati K3
q Pelaku usaha belum pernah dilibatkan dalam perumusan kebijakan
Strategi Perusahaan dan Persaingan
q Promosi HAKI bagi produk belum ada
Kota Bandung
q Belum terumuskannya tema spesifik pengembangan Kota bandung
sebagai kota jasa
q Belum meningkatnya kualitas partisipasi publik pada perancangan dan
monitoring kebijakan publik
q Belum ada perbaikan penyusunan kebijakan dengan RIA (regulatory
impact assessment)
q Belum tersedia infrastruktur wisata yang memadai: lalu-lintas kota,
papan petunjuk, dan pelabuhan udara
q Belum terbangunnya linkage antara industri pendukung: jasa transportasi,
jasa pendidikan, jasa wisata dengan tema spesifik kota
q Belum ada upaya sungguh-sungguh penegakkan hukum kegiatan penye-
lundupan
Kabupaten Purwakarta
q Belum terbangunnya kerjasama dunia usaha dengan lembaga pendidikan
untuk perbaikan kurikulum
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 113
q Belum adanya Agenda RIA (Regulatory Impact Assesment)
q Belum ada peningkatan pemeliharaan dan panjang jalan
q Belum ada perluasan kerjasama bisnis antara pemasok lokal-UKM dengan
industri pembeli
q Belum ada peningkatan kemampuan penyerapan dana kredit perbankan
Kota Bandung
q Perbaikan kebijakan peraturan daerah melalui RIA
q Menerapkan SPM (Standar Pelayanan Minimum) pada setiap instansi
q Penegakkan hukum pelaksanaan peraturan RT - RW, khususnya kebijakan
peruntukan lokasi usaha
q Lalulintas kota lebih ditata
q Tersedianya papan petunjuk jalan yang memadai
q Tersedianya jasa pelabuhan udara yang memadai
q Merumuskan strategi persaingan kota
q Merumuskan perancangan kota Bandung sebagai kota jasa yang lebih
spesifik
q Meningkatkan strategi rangsangan APBD terhadap dunia usaha, khusus-
nya terhadap ketersediaan infrastruktur, insentif bagi usaha kecil mene-
ngah, serta merangsang kewirausahaan
q Memperlebar proses pelibatan publik dalam perancangan dan monitoring
kebijakan publik
q Meningkatkan partisipasi publik pada tema pengembangan kota Bandung
sebagai kota jasa
q Menegakkan hukum bagi kegiatan penyelundupan
q Membangun lingkage bisnis antara industri pendukung : jasa transportasi,
jasa pendidikan, jasa operator wisata, jasa boga, jasa busana dengan tema
utama kota bandung sebagai kota jasa
q Memperbaiki layanan jasa angkutan taksi yang profesional
Kabupaten Purwakarta
q Agenda perbaikan peraturan melalui RIA (Regulatory Impact Assesment)
114 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
q Menerapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) di setiap instansi pemda
q Meningkatkan kemampuan pemda untuk meningkatkan panjang jalan
kabupaten ke sentra ekonomi dan pemeliharaannya dengan skema
partisipasi pihak swasta dan masyarakat
q Meningkatkan kerjasama antara pihak industri dengan lembaga pen-
didikan, jika perlu difasilitasi pemda, untuk perbaikan kurikulum sekolah
kejuruan atau perguruan teknik setempat
q Pentingnya merancang arah dan fokus kota Purwakarta
q Meningkatkan peran pemda dalam memfasilitasi tuntutan pengisian
tenaga kerja lokal
q Melakukan pengawasan terhadap implementasi kebijakan UMK baru
q Pemberantasan premanisme terorganisir dalam angkutan barang
q Penegakkan hukum bagi perusahaan yang tidak mentaati peraturan K3
q Penegakkan hukum pelaksanaan peraturan RT - RW, khususnya kebijakan
peruntukan lokasi usaha
q Meningkatan partisipasi pelaku usaha dalam perumusan dan pengawasan
kebijakan
q Memperluas jalinan kerjasama bisnis antara pemasok lokal-UKM dengan
industri pembeli di Purwakarta
q Meningkatkan kemampuan penyerapan dana likuiditas perbankan oleh
pemain-pemain lokal
Kesimpulan
Dari analisis yang telah dilakukan, disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Secara umum pemerintah daerah Kab Purwakarta maupun Kota Bandung
belum memiliki komitmen yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki
iklim usaha di daerahnya secara terpadu, walaupun ada kebijakan
terlahir masih menyentuh ruang public secara parsial dan berdampak
temporer. Ketidaksungguhan ini lebih disebabkan oleh kurang fahamnya
instrument-instrumen untuk perbaikan iklim usaha selain masih belum
kuatnya kemauan politik dari pemerintah daerah.
2. Kemauan perbaikan dari kedua pemerintah daerah lebih banyak distimulasi
oleh manfaat ekonomi dari perbaikan ini. Jika agenda perbaikan ini tidak
berdampak signifikan pada perekonomian, maka pemerintah daerah
cenderung melupakan.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 115
3. Arah pengembangan Kota Bandung mengarah sebagai kota jasa dan
perdagangan dengan semakin meningkatnya wisata belanja. Walapun
belum mendefiniskan sebagai kota wisata belanja, namun aspirasi selama
FGD dan Workshop mengarah pada kota jasa wisata belanja. Sedangkan
Kabupaten Purwakarta walapun telah menetapkan empat core businesss:
agribisnis, industri sinergis, jasa dan perdagangan, serta wisata, namun
focus Purwakarta masih kabur.
4. Antara keinginan dua pemerintah daerah ini untuk menciptakan Iklim
usaha yang kondusif dengan kenyataan di lapangan belum berjalan
parallel. Problem dan hambatan yang banyak muncul di lapangan
menunjukkan masih lemahnya kemauan pemerintah untuk memperbaiki
iklim usaha di daerahnya. Walapun dengan bobot berbeda, Kab Purwakarta
dan Bandung sama-sama mengalami hambatan pada aspek kelembagaan
(perijinan, peraturan darah, retribusi); ketenagakerjaan, perekonomian
daerah, social politik (partisipasi public, keamanan); dan infrastruktur
fisik.
5. Aspek kelembagaan cenderung mendominasi persoalan di kedua peme-
rintah daerah. Ketenagakerjaan lebih dominan isunya di Purwakarta,
sementara infrastruktur fisik muncul di kedua daerah dengan modus
berbeda, di Kab. Purwakarta lebih pada isu perbaikan dan akses jalan
kabupaten pada sentra ekonomi di luar kawasan industri, juga isu tidak
adanya antisipasi dampak tol Cipularang; sementara di Kota Bandung lebih
pada ketersediaan jalan dalam kota yang memadai untuk menampung
limpahan wisatawan akhir minggu, serta fasilitas kelengkapan petunjuk
jalan; Dari sisi system trasnportasi problem di Kota Bandung lebih
dominan, yaitu tidak tersedianya secara memadai sarana transportasi
dalam-kota, seperti taxi.
6. Perijinan usaha menjadi salah satu faktor yang menentukan pengembangan
usaha, dimana dalam pelaksanaannya ternyata masih jauh dengan
kebijakan daerah yang dikeluarkan. Masih banyaknya tumpang tindih
kebijakan dan pungutan sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi,
baik di Pemkot Bandung maupun Pemkab Purwakarta.
7. Dari sisi perekonomian daerah, profile ekonomi berdasarkan PDRB, laju
pertumbuhan ekonomi dan PAD kota Bandung dan kab Purwakarta
cenderung meningkat setiap tahun dari 2000 – 2004. Peranan sektor
terhadap PDRB kab Purwakarta lebih dominant sector sekunder-nya,
sementara Kota Bandung sektor tersier lebih dominan. Kedua daerah ini
116 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
sama-sama cenderung kurang antusias dalam merangsang dunia usaha
melalui APBD masing-masing.
8. Dari aspek social politik, khususnya partisipasi public, pemerintah daerah
kota Bandung masih lebih baik dalam memberi ruang partisipasi dari
pada Kab Purwakarta. Walaupun ruang partisipasi yang dibuka kota
Bandung sebatas formil belum menyentuh subtansi partisipasi. Dari sub-
aspek keamanan, gangguan kenyamanan berusaha di kab Purwakarta
lebih dominant muncul dibanding kota Bandung, yaitu berupa tekanan
‘preman lokal’ untuk memperoleh jatah limbah pabrik atau ‘lowongan-
kerja’ pada pabrik local.
9. Adanya penyelundup barang pakaian ke Kota Bandung dan premansime
angkutan barang di Purwakarta cukup mengganggu kenyamanan beru-
saha. Sementara isu kenaikkan BBM memberi dampak berantai pada
kenaikkan upah minimum, dan menjadi factor penekan iklim usaha.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi untuk perbaikan iklim usaha di dua daerah tersebut
adalah:
1. Kedua daerah, Kab Purwakarta dan Kota Bandung perlu mempertimbangkan
pendefinisian tema pembangunan daerahnya, karena itu dapat membantu
pemerintah daerah untuk focus mengarah pada daya saing ekonomi
daerah.
2. Untuk kajian mendalam hingga diperoleh rekomendasi perbaikan, menurut
pandangan kami diperlukan instrument yang disepakati sebelumnya,
serta tersedia waktu yang lebih memadai, tidak cukup dengan 2 bulan.
3. Menurut pengalalaman kami, kajian untuk analisis lingkungan usaha
dapat dilakukan dengan instrument yang dikembangkan KPPOD atau
instrument yang dikembangkan Porter dalam diamond factor, tapi
untuk kajian prioritas agenda perbaikan lebih baik dilakukan dengan
menggunakan diamond factor dari Porter.
4. Agenda perbaikan peraturan disarankan melalui RIA (Regulatory Impact
Assesment) baik di Pemkot Bandung maupun Pemkab Purwakarta.
5. Menerapkan SPM (Standar Pelayanan Minimum) pada setiap instansi baik
di Pemkot Bandung maupun Pemkab Purwakarta.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 117
6. Meningkatkan partisipasi pelaku usaha dalam perumusan dan pengawasan
kebijakan baik di Pemkot Bandung maupun Pemkab Purwakarta.
7. Penindakan hukum yang tegas kepada setiap tindak kejahatan.
Keterangan:
Penelitian ini dilakukan oleh PUPUK (Perkumpulan untuk Pengembangan
Usaha Kecil), Bandung, bekerjasama dengan Friedrich-Naumann-Stiftung für
die Freiheit, pada tahun 2004 - 2005.
118 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
LANGKAH TEROBOSAN
MENDORONG EKSPANSI KREDIT
Oleh : Ryan Kiryanto (Senior Economist BNI)
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 119
didorong oleh fakta bahwa ternyata sektor UKM memiliki ketangguhan (daya
tahan) lebih baik dalam menghadapi berbagai gejolak ekonomi dan lebih
fleksibel dalam menyikapi setiap perubahan lingkungan bisnis.
Fakta itu dibuktikan dengan semakin banyaknya bank masuk ke sektor
perbankan ritel (retail banking business) di mana sektor UKM menjadi
“tulang punggung”-nya. Dalam hal ini, entah sudah berapa kali Bank
Indonesia melonggarkan kebijakan di bidang perkreditan, tapi faktanya
fungsi intermediasi perbankan terasa masih jalan di tempat. Di tahun 2006
lalu, pertumbuhan kredit hanya 14%. Jauh di bawah target revisi yang 18%.
Alhasil, daya dorong sektor perbankan dan sektor riil untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi menjadi tidak maksimal.
Yang terjadi justru situasi kontraproduktif, yang tampak dari lonjakan
penempatan dana di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang terus
bergerak naik mencapai kisaran Rp 200 triliun. Angka ini akan terus bergerak
naik mencapai Rp 300 triliun jika BI tidak segera melakukan langkah-langkah
antisipasi. Fakta itulah yang membuat Wakil Prresiden Jusuf Kalla sampai pada
pernyataan kontroversialnya, dengan menuding perbankan telah merampok
uang negara karena dinilai lebih suka menempatkan dananya di SBI ketimbang
disalurkan dalam bentuk kredit untuk menggerakkan sektor riil.
Konsistensi Bank Indonesia menurunkan suku bunga moneter acuan (BI Rate)
dari posisi sebelumnya yang 12,50% pada Juli 2006 menjadi 8,5% pada Juni
2007 tak punya arti sama sekali bagi sektor riil. Buktinya, tingkat permintaan
kredit masih rendah, terlihat dari posisi rasio loan to deposit (LDR) yang
berkisar 65,8% per April 2007.
Tabel 1
Kinerja Industri Perbankan (Rp triliun)
Des 06 Jan 07 Feb 07 Mar 07 April 07
Aset 1.693,5 1.690,5 1.693,1 1.705 1.713
Kredit 832,9 817,5 817,5 843 855,4
Dana 1.287 1.279,6 1.279,6 1.291,4 1.299,8
Sumber: Bank Indonesia
120 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Relaksasi Kebijakan
Tak bosan dengan berbagai pelonggaran kebijakan untuk mendorong fungsi
intermediasi perbankan, kembali BI menelurkan relaksasi kebijakan di bidang
perkreditan. Adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/6/PBI/2007 yang
diharapkan akan dapat mempercepat ekspansi kredit perbankan utamanya
untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM).
Pada dasarnya PBI ini memberikan kelonggaran di bidang kredit terkait dengan
ketentuan penetapan kualitas aktiva produktif yang hanya berdasarkan
ketepatan pembayaran pokok dan atau bunga. Sedangkan untuk pilar prospek
usaha dan kondisi keuangan tidak lagi diberlakukan. Dengan demikian, bank
dan debitur hanya fokus kepada pilar ketepatan pembayaran pokok dan atau
bunga.
Spirit dari PBI tersebut sungguh mulia, yakni bagaimana BI ikut berperan
aktif mendorong ekspansi kredit perbankan untuk menggerakkan sektor riil
yang berjalan lamban. Lebih lanjut diharapkan geliat sektor riil akan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan tentunya juga yang
lebih berkualitas.
Meski demikian, sikap kritis tetap harus dikedepankan dalam merespon
terbitnya PBI tersebut. Maklum, terdapat beberapa pertanyaan strategis yang
patut dikemukakan di sini.
Pertama, apakah keluarnya PBI ini dilandasi oleh pemikiran BI bahwa faktor
kebijakan kredit merupakan salah satu penyebab rendahnya ekspansi kredit
dan LDR?
Kedua, apakah ada jaminan dari BI bahwa dengan dikeluarkannya PBI ini,
maka akan efektif untuk mendorong sektor riil, utamanya segmen UKM?
Ketiga, mengapa yang ditonjolkan oleh PBI ini hanya kelompok UKM dengan
limit maksimal kredit Rp 20 miliar?
Keempat, PBI ini akan tidak efektif mencapai tujuannya kalau tidak dibarengi
dengan kebijakan pemerintah yang pro pertumbuhan terutama di sisi fiskal
dan penyelesaian berbagai agenda yang menjadi tuntutan dunia usaha
seperti undang-undang ketenagakerjaan, penegakan hukum yang tertib dan
profesional, ketentuan kepabeanan yang transparan, birokrasi yang tidak
ruwet dan penertiban peraturan daerah yang dinilai bermasalah.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 121
Dalam PBI ini, memang yang mendapatkan ‘berkah’ adalah pelaku UKM,
karena spirit PBI ini memang diarahkan untuk mendorong pertumbuhan
UKM, yang memiliki kredit sampai dengan Rp 20 miliar. Maklum, kelompok
debitur UKM menguasai sekitar 59% total kredit perbankan nasional sehingga
dengan memprioritaskan kelonggaran aturan ini kepada kelompok UKM, maka
dianggap sudah cukup efektif untuk mencapai beberapa tujuan strategis.
Pertama, menurunkan porsi dana perbankan di instrumen SBI yang bakal
mencapai Rp 300 triliun di akhir tahun ini kalau tidak segera dicegah melalui
perangkat kebijakan perbankan. Kedua, mendorong ekspansi kredit sehingga
mendongkrak rasio kredit terhadap dana (LDR). Ketiga, membuka lapangan
kerja baru yang lebih luas sehingga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah
besar. Keempat, pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dan berkualitas.
Kalau pun muncul pertanyaan, kenapa relaksasi kebijakan ini hanya ditujukan
untuk kalangan UKM, padahal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
lebih tinggi, mustinya kelompok usaha besar (korporasi atau wholesale) juga
mendapatkan perhatian, boleh jadi untuk jangka pendek ini BI berpandangan,
untuk jangka pendek relaksasi kebijakan ini ditujukan kepada kelompok UKM
terlebih dahulu, baru kemudian kalau hasilnya terbukti efektif dapat mencapai
keempat tujuan di atas, bisa diperluas untuk debitur wholesale.
Memang tidak semua bank bakal menikmati ‘keuntungan’ dari kelonggaran
kebijakan dalam PBI ini. Pasalnya, BI masih memberikan pagar-pagar
regulatif sebagai pengamannya. Contohnya, relaksasi untuk kredit Rp 500
juta – Rp 20 miliar hanya berlaku bagi bank-bank yang memiliki predikat
sistem pengendalian risiko untuk risiko kredit sangat memadai (strong), rasio
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) paling kurang sama dengan
ketentuan yang berlaku (8%) dan memiliki peringkat komposit tingkat
kesehatan bank minimal 3.
Sedangkan relaksasi untuk kredit Rp 500 juta – Rp 10 miliar hanya berlaku
bagi bank yang memiliki predikat sistem pengendalian risiko untuk risiko
kredit dapat diandalkan (acceptable), rasio KPMM paling kurang sama dengan
ketentuan yang berlaku, dan memiliki peringkat komposit tingkat kesehatan
bank minimal 3.
Dengan demikian jelas bahwa sebenarnya BI masih memberikan ‘pekerjaan
rumah’ bagi bank-bank untuk dapat menggunakan PBI baru ini karena
mereka dituntut dapat menjaga dan meningkatkan kualitas manajemen
122 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
risiko kreditnya minimal mencapai level strong dan/atau acceptable sekaligus
menjaga rasio KPMM tetap berada dalam ketentuan yang berlaku. BI juga
ingin mendorong bank-bank meningkatkan kualitas sistem pengelolaan risiko
kredit dan menjaga peringkat komposit tingkat kesehatan bank minimal 3.
BI juga masih memberikan kelonggaran terkait dengan implementasi uniform
classification system (UCS) atas pemberian aktiva produktif. Intinya, bank
wajib menetapkan UCS kepada jenis debitur berikut ini. Pertama, satu debitur
atau satu proyek yang sama senilai lebih dari Rp 10 miliar. Kedua, satu debitur
atau satu proyek yang sama dengan jumlah nilai Rp 500 juta – Rp 10 miliar,
untuk debitur yang merupakan 50 debitur terbesar bank. Ketiga, debitur yang
memperoleh fasilitas kredit berdasarkan perjanjian pembiayaan bersama.
Lalu, bagaimana dengan debitur yang memiliki kredit di atas Rp 10 miliar
atau yang di luar 50 debitur besar? Apakah mereka tidak dikenakan prinsip
UCS? Jawabannya merujuk kepada PBI ini, yang menyatakan bahwa bank
dapat tidak menerapkan UCS apabila, pertama, debitur memiliki proyek yang
berbeda.
Kedua, terdapat pemisahan yang tegas antara arus kas dari masing-
masing proyek. Karena tidak dijelaskan apakah ada batasan kredit, jenis dan
penggunaannya, maka kebebasan bank untuk dapat tidak menerapkan UCS
ini berlaku untuk semua jenis kredit dan tidak ada limit kredit.
Dengan demikian implikasi dari PBI No. 9/6/PBI 2007 ini adalah mendorong
bank untuk segera melakukan identifikasi debitur UKM yang terkena atau
tidak terkena langsung dampak PBI ini. Bank juga dituntut untuk meneliti
apakah ada debitur yang terbebas atau tidak dari penerapan prinsip UCS.
Dari dua kegiatan bank tadi, dapat diperkirakan akan memberikan dampak
langsung kepada bank berupa, pertama, peningkatan kredit, baik karena bank
terdorong untuk ekspansif (supply side) maupun peningkatan permintaan
kredit (demand side). Kedua, peningkatan LDR. Ketiga, penurunan rasio kredit
bermasalah (NPL). Keempat, peningkatan kinerja bisnis bank.
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 123
a. Penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.
b. Sebagai jaring pengaman sosial (Social Safet y Net), khususnya dalam
penyediaan lapangan kerja bagi calon-calon pekerja maupun pekerja
yang terkena PHK.
c. Mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kepada perekonomian rakyat.
d. Memperkuat fundamental ekonomi.
Yang juga perlu dicermati, bukti bahwa sektor UKM lebih tahan terhadap
guncangan krisis dan mampu memberi kontribusi terhadap perekonomian
nasional karena sektor tersebut memiliki karakteristik yang unik, yaitu:
a. Dapat dikembangkan di hampir semua sektor usaha di seluruh wilayah
Indonesia.
b. Pemerataan kesempatan kerja.
c. Umumnya sangat fleksibel, karena skala usaha, spesifikasi dan teknologinya
relatif kecil dan sederhana sehingga fleksibel (mudah menyesuaikan)
terhadap setiap perubahan.
d. Produk-produk yang dihasilkan sebagian besar merupakan kebutuhan
primer masyarakat.
e. Lebih sesuai dan lebih dekat dengan kehidupan tingkat bawah (grassroot
economy), sehingga upaya mengentaskan masyarakat dari keterbelakangan
pendapatan akan lebih efektif melalui pengembangan sektor UKM.
Oleh karena itu, urgensi pemberdayaan UKM dilandasi oleh pemikiran sebagai
berikut:
a. Besarnya potensi pengusaha kecil dan menengah yang belum dapat
tersentuh oleh praktik perbankan formal.
b. Pengalaman riil selama krisis menunjukkan segmen UKM relatif lebih
tahan menghadapi krisis dibandingkan sektor yang skala besar.
Dari sisi lembaga pembiayaan, termasuk perbankan, juga terdapat urgensi
pembiayaan ke sektor UKM sebagai berikut:
a. Meningkatkan aktivitas pengusaha kecil dan menengah dalam pembiayaan
pengembangan usaha melalui modal kerja dan investasi.
b. Mengurangi dan menyebarkan risiko kredit (spreading of risks).
c. Membantu program pemerintah dalam penguatan Jaring Pengaman
Sosial (Social Safety Net) dan ketahanan sosial.
124 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman
Sebagai catatan, bagaimanapun, perekonomian Indonesia tidak bisa
dibangun hanya semata-mata mengandalkan sektor konsumsi dan usaha
kecil saja. Usaha-usaha besar berskala korporasi pun harus terus didorong,
karena memiliki multiplier effects yang lebih luas (dampak sosial, ekonomi,
politik), meski dengan tetap memperhatikan aspek kehati-hatian dalam
pelaksanaannya.
Oleh karena itu, efektivitas Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/6/PBI/2007
ini akan lebih besar lagi apabila juga diberlakukan untuk kelompok debitur
wholesale. Dengan demikian, semua pihak boleh berharap target pertumbuhan
kredit sebesar 18-20% tahun 2007 ini akan dapat dipenuhi untuk mendorong
pencapaian pertumbuhan ekonomi 6,3%. Kalangan perbankan tentu berharap
BI mau mendengar suara mereka sehingga kelak PBI ini dapat diperluas untuk
debitur kategori wholesale.
Catatan penutup
Peran perbankan dalam mendukung sektor riil telah terlihat nyata dengan
semakin meningkatnya kredit yang diberikan kepada kalangan dunia usaha.
Bahkan kini keberpihakan kepada segmen UKM terus meningkat seiring
meningkatnya porsi pembiayaan ke sektor tersebut.
Kendati PBI tersebut masih menyisakan beberapa pertanyaan, namun sekali
lagi semua pihak patut menghargai upaya BI memberi kontribusi bagi
kebangkitan ekonomi nasional melalui relaksasi kebijakan ini.
Memang, untuk meningkatkan efektivitasnya, PBI ini masih membutuhkan
kelengkapan lain dari sisi pemerintah seperti kebijakan fiskal yang pro
pertumbuhan, undang-undang ketenagakerjaan yang pro bisnis, penertiban
penegakan hukum melalui kepemimpinan yang kuat, gerakan debirokratisasi,
dan penyelesaian perda-perda bermasalah.
Ke depan baik sektor perbankan maupun sektor riil harus lebih intensif
meningkatkan kerjasama saling penuh pengertian dalam menangkap
setiap peluang bisnis yang ada sejalan dengan tekad pemerintah untuk
terus membangun, khususnya pembangunan bidang ekonomi (sarana dan
prasarana fisik).
Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman 125
126 Usaha Kecil dan Menengah di Jerman : Hasil Kunjungan Anggota DPR-RI ke Jerman