Professional Documents
Culture Documents
Bahasan Pertama:
Larangan Memperdagangkan Barang Haram
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa asal dari jual beli adalah halal,
kecuali bila ada dalil yang mengharamkannya, berdasarkan firman
Allah, artinya:
"Dan Allah menghalalkan jual beli serta mengharamkan riba." (Al-
Baqarah: 275).
Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas y bahwa ada seorang lelaki
yang memberi hadiah kepada Nabi satu wadah minuman keras. Nabi a
bertanya kepadanya, "Tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah telah
mengharamkan minuman keras." Orang itu menjawab: "Tidak." Lalu
lelaki itu membisikkan sesuatu kepa-da temannya. Rasulullah a
bertanya lagi, "Apa yang engkau bisikkan kepadanya?" Lelaki itu
menjawab, "Aku menyuruhnya menjualnya saja." Beliau bersabda,
"Sesungguhnya yang telah diharamkan oleh Allah untuk diminum juga
diharamkan untuk dijual." Maka lelaki itupun membuka tutup wadah
minuman itu dan menumpahkan seluruh isinya.
Komoditi yang diharamkan itu asalnya tidaklah memiliki nilai jual alias
tidak berharga menurut syariat. Karena nilai jual itu ditentukan oleh
penghalalan syariat, bukan sekedar bisa diterima dan dinilai memiliki
harga jual oleh masyarakat.
Arti Memakai
Arti pakaian atau perhiasan dalam konteks ini adalah segala sesuatu
yang melekat di badan dan dikenakan, atau melekat di pakaian itu
sendiri sehingga terlihat.
Allah q berfirman:
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian
untuk menutupi 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang baik." (Al-A'raf: 26).
Allah juga berfirman:
"Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk
kamu, guna memelihara kamu dalam peperangan; Maka hendaklah
kamu bersyukur(kepada Allah)."(Al-Anbiya’: 80).
Pakaian adalah yang biasa dikenakan, baik itu baju atau baju besi.
Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan yang lainnya, dari Ali bin Abi Thalib
bahwa Rasulullah a pernah mengambil sehelai sutera dan
meletakkannya di tangan kanan, lalu mengambil emas dan
meletakkan di tangan kiri, kemudian beliau bersabda:
"Sesungguhnya dua barang ini diharamkan untuk kaum lelaki
umatku."
Demikian juga yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Asma binti Abi
Bakar bahwa Rasulullah pernah mengenakan jubah yang memiliki dua
lubang lengan yang dihiasi dengan sutera tipis.
Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya dan Abu Daud dari hadits
Abu Qatadah bahwa Nabi a pernah bersabda:
"Barangsiapa yang ingin mengalungi orang yang dikasihinya dengan
kalung dari api neraka, maka hendaknya ia mengalungi kekasihnya
dengan kalung dari emas. Barangsiapa yang ingin mengenakan gelang
dari api Neraka kepada orang yang dikasihinya, hendaknya ia
mengenakan kepadanya gelang dari emas. Dan barangsiapa yang
ingin mengenakan cincin dari api Neraka kepada orang yang dika-
sihinya, hendaknya ia mengenakan kepadanya cincin dari emas.
Namun hendaknya kalian mengenakan perak. Gunakanlah perak itu
untuk bermain-main."
Artinya, silakan kalian gunakan sekehendak hati kalian.
Yang dimaksudkan dengan kekasih dalam hadits itu adalah anak bayi,
bukan wanita atau istri. Karena anak kecillah yang biasanya
dipakaikan perhiasan, sementara orang dewasa menge-nakannya
sendiri.
Adapun hadits: "Silahkan buat dari perak, tetapi tidak boleh lebih
berat dari satu mitsqal." adalah hadits lemah yang tidak bisa dijadikan
hujjah, apalagi bila harus bertentangan dengan dalil-dalil umum
lainnya.
Pakaian Bercat Emas dan Perak
Arti Sepuh dan Cat Serta Perbedaan Antara Keduanya
Mayoritas ulama berpendapat bahwa sepuhan dengan cat itu sama
saja. Menyepuh sesuatu, artinya mencatnya dengan emas atau perak.
Pendapat kedua: Boleh, bila tidak berupa emas atau perak murni.
Karena sepuhan itu adalah hiasan sampingan yang terkon-sumsi
sehingga tidak dikatakan murni. Sesuatu yang terkonsumsi dianggap
tidak ada, kalaupun warnanya tetap ada tetapi tidak dijadikan ukuran.
Ini adalah madzhab Hanafiyah, Malikiyah dan juga pendapat yang
zhahir dari kalangan Syafi'iyah.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadits Jabir bahwa ia berkata, "Kami
biasa mengeluarkan kembali makanan meski sudah berada di mulut
anak-anak kecil, lalu kami buang ke selokan."