You are on page 1of 27

MAKALAH PENGANTAR EPIDEMIOLOGI

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

Disusun oleh :
Kelompok 8
• Dewi Sartika ( 10091001045 )
• Ahmad Rizani (100910046 )
• Elmayana ( 10091001047 )
• Desrina sitompul (10091001048 )
• Fori Herfina (10091001049 )
• Erli Yuni br Manalu ( 10091001050)

Dosen Pengasuh :
RIJO JANUAHAR SITORUS, S. K.M. , M. Kes.(Epid)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2009/2010
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit
serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Secara
umum, ada empat tujuan epidemiologi yaitu : Pertama, menjelaskan status
kesehatan masyarakat dengan cara menghitung kejadian penyakit, frekuensi relatif
berbagai masalah kesehatan di dalam kelompok serta kencenderungan-
kecenderungan tertentu. kedua, menjelaskan etiologi penyakit/ masalah kesehatan,
dengan menentukan berbagai faktor yang menyebabkan penyakit dan menemukan
mekanisme penyebarannya. Ketiga, memprediksi jumlah kasus-kasus penyakit
yang terjadi dan distribusi status kesehatan didalam populasi dengan cara
mencegah terjadinya kasus baru dan memberantas kasus yang telah ada ,
memperpanjang hidup atau memperbaiki status kesehatan si pengidap penyakit.

Sehubungan dengan keempat tujuan tersebut diatas , level pelaksanaan


studi epidemiologi, dibedakan atas dua kelompok yaitu level pemahaman dan
level intervensi. Beberapa ahli menggunaklan istilah dihehotomi berikut ,
oreantasi, explanatori atau scientific untuk level pemahaman dan orientasi ,
pragmatik atau aksi untuk level intervensi. level pemahaman bermula dari
pengamatan sampai penarikan keputusan (inference) yang menghimpun
pengetahuan tentang kejadian dan etiologi penyakit . Pada level intervensi ,
berbagai informasi empirik dikumpulkan untuk digunakan dalam membuat
berbagai keputuswan di bidang kesehatan masyarakat. kedua level tersebut dapat
dipahami melalui serangkaian hubungan hipotesis antara empat peristiwa yang
berhubungan dengan riwayat alami penyakit yaitu :
1. inisiasi proses etiologi dengan masuknya faktor penyebab
2. inisiasi proses patologik dengan tercapainya keadaan yang irreversible
3. terdeteksinya penyakit melaui tanda dan gejala klinik
4. akhir dari penyakit yang meliputi sembuh , remisi, perubahan tingkat
keganasan atau mati
Tujuan penelitian pada tingkat pemahaman adalah untuk membuat
deneralisasi yang signifikan tentang riwayat alami penyakit , yang dibedakan atas
3 sekuensi proses, yaitu induksi, promosi dan ekspresi yang masing-masing
ditandai oleh lamanya periode keempat peristiwa tersebut diatas . Mengingat
periode penyakit menjadi irreversible umumya tidak diketahui , maka pada
penelitian empiris biasanya promosi dan ekspresi dianggap sebagai satu proses
.Selain itu masuknya penyebab pertama kali biasanya terjadi pada saat bersamaan
dengan terjadinya proses patologis atau sebelum itu. maka untuk menandai
periode antara onset masuknya agen penyebab dan terdeteksinya penyakit, para
ahli epidemiologi menggunakan istilah latency . Pada penyakit infeksi parameter
empirik ini disebut masa inkubasi yang sepadan dengan latensi. Periode expresi
yang terentang antara saat terdeteksinya penyakit sampai dengan terdeminasi
penyakit secara khusus disebut juga sebagai periode durasi penyakit.
Ada kecenderungan untuk memandang keadaan sehat dan sakit sebagai
variabel digotomi , seperti cahaya lampu listrik yang hanya mempunyai dua
allternatif pilihan , menyala atau tidak . Banyak studi epidemiologi yang
memandang kesehatan sebagai dua alternatif pilihan sederhana yaitu sakit dan
sehat . Padahal, analogis kehadiran matahari yang hadir setiap hari akan lebih
tepat digunakan . Matahari terbit di ufuk timur dan secara bertahap muncul pada
pagi, siang , sore, untuk kemudian tenggelam di ufuk barat kerika menjelang
malam . penyakit pada dasarnya terjadi melalui proses yang berkembang melalui
suatu seri pentahapab yang terangkai dalam simpul-simpul perjalanan penyakit
yang sinambung.penyetaraan ini dinapikan ketika melihat kenyataan
perkembanganm penyakit sangat bervariasi,berbedadengan siklus perjalana
matahari yang rutin dan seragam,pada kasus tertentu penyakit berkembang sangat
perlahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun.sementara,pada kasus yang
lain penyakit berkembang sangat cepat hanya dalam bilangan hari dan pekan .ada
masanya penyakit berkembang sempurna melampaui garis imaginer horison
klinik,menampilkan gejala/tanda klinik,cacad atau bahkan sampai berakhir
dengan kematian,Ada masanya pula penyakit tampil sebagai kasus abortif yang
tidak sempurna,karena tak mampu menggapai garis horison klinik,dan akhirnya
sembuh sempurna sebelum sempat memperhatikan tanda dan gejala.
PEMBAHASAN

A. PROSES PERKEMBANGAN PENYAKIT

Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan proses penyakit pada


individu sepanjang waktu tertentu, tanpa intervensi. Masing-masing penyakit
mempunyai perjalanan alaminya tersendiri jika tidak diganggu dengan intervensi
medis atau jika penyakit dibiarkan sampai melengkapi perjalannanya. Proses
suatu penyakit dimulai dari seseorang yang rentan terhadap penyakit dan diserang
oleh agen patogenik yang mampu menimbulkan penyakit.
Kejadian penyakit, tidak terkecuali penyakit akut (mendadak) mempunyai
masa perlangsungan tersendiri. Bagaimanapun mendadaknya, perlu waktu, yang
memang mungkin singkat, untuk tercetusnya suatu penyakit. Dalam mengetahui
keberadaan (diagnosis) penyakit, diperlukan perhatian dan perhitungan terhadap
faktor waktu perlangsungan penyakit. Untuk setiap penyakit, diinginkan untuk
melakukan diagnosis benar, tepat waktu ataupun secepatnya.
Untuk membuat diagnosis, salah satu hal yang perlu diketahui adalah
riwayat alamiah penyakit (natural history of disease). Riwayat alamiah suatu
penyakit adalah perkembangan penyakit itu campur tangan medis atau bentuk
intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara alamiah (Fletcher,
22).
Proses penyakit adalah proses penyakit bermula dengan pemajan suatu
faktor yang masuk atau akumulasi faktor yang mampu menyebabkan penyakit.
Perjalanan penyakit mulai dari keterpajanan seseorang yang rentan
terhadap patogen. Patogen akan memperbanyak dirinya dalam tubuh penjamu.
Setiap penyakit, setiap patogen dan setiap penjamu mempunyai perbedaaan dalam
hal respon pada penyakit, cara penyakit menyebar, dan pengaruh penyakit dalam
tubuh. Perkembangan penyakit dapat dihentikan di titik mana pun, baik oleh
kekuatan respon yang diberikan sistem imun alami tubuh.
Tubuh pertama kali merespon perubahan yang tidak terdeteksi dan tidak
dirasakan. Begitu patogen memperbanyak diri, penjamu mulai merasakan
perubahan yang ditandai dengan gejala seperti, demam, sakit kepala, kelemahan,
sakit otot dan perut tersa tidak nyaman. Didalam tubuh akan memberikan reaksi
yang sebenarnya ganjil bagi tubuh itu sendiri. Kemudian, tubuh akan merespons
dan penderita pada umumnya mulai sembuh atau membaik, atau sebaliknya
semakin sakit. Jika sakit memburuk, pada akhirnya penyakit akan menguasai
tubuh, dan penderita menjadi semakin lemah atau bahkan meninggal. Tanpa
intervensi pengobatan maka proses akhir dari suatu penyakit adalah sembuh,
cacat, meninggal.

B. TAHAP-TAHAP RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT


1. Fase prepatogenesis

- Periode suseptibilitas ( tingkat kerentanan )

Pada tahap ini,


• individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya
peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of
suseptibility),
• sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi
interaksi masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di
luar tubuh penjamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas,
siap menyerang penjamu.
• belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih
kuat namun, begitu penjamu nya lengah ataupun memang bibit penyakit
menjadi lebih ganas, ditambah kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan penjamu, maka keadaan segara dapat berubah. Pada tahap
suseptibel proses penyakit belum terjadi, tetapi faktor-faktor yang mendahuli
terjadinya penyakit sudah hadir, pada tahap in belum ditenukan adanya tanda-
tanda gejala penyakit. sebagai contoh dalam perjalanan penyakit jantung
koroner ( PJK ), sesorang yang berada dalam tingkat rentan belum pernah
mendapat PJK tetapi berbagai faktor seperti kebiasaan merokok, tekanan
darah tinggi, penyimpangan kadar kolesterol darah yang menyediakan dasar
bagi terjadinya PJK telah ada. Farktor-faktor yang mengisaratkan tentang
kehadiran penyakit ini disebut sebagai faktor risiko. Meskipun kehadiran
faktor ini tidak .
2. Fase prepatogenesis

− Periode inkubasi

Dimulai dari masuknya bibit penyakit hingga sampai sesaat sebelum timbulnya
gejala. Pada tahap ini mulai terjadi ketidak seimbangan antara agen penyakit,
manusia, lingkungan. Pada penyakit kronis periode inkubasi disebut periode
latensi. Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbemenjamin hadirnya
penyakit, tetapi kehadiran tersebut akan memperbesar kemungkinan terjadinya
penyakit.beda-beda, beberapa jam, hari, minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun

Berbagai Penyakit Menular dan Masa Inkubasinya

Jenis Penyakit Masa Inkubasi


• AIDS 2 bulan – 10 tahun
• Amoebiasis 2 – 4 minggu

• Anthrax 2 – 7 hari
12 – 36 jam
• Botulism
3 – 12 hari
• Chikungunya
1 – 5 hari
• Kholera
2 – 5 hari
• Dipteri
3 – 12 bulan
• Filariasis
15 – 50 hari
• Hepatitis A 7 – 26 minggu
• Hepatitis B 4 -18 hari
• Leptospirosis 10 – 14 hari
• Campak 5 – 30 hari
• Poliomyelitis 4 – 21 hari
• Tetanus
− Periode subklinis

Perubahan patologik yang tidak muncul beserta pemajan, berakhir dengan waktu
maulai timbulnya gejala. Selama periode ini penjamu belum menyadari tentang
proses penyakit ( perubahan patologik ) yang sedang berlangsung. Intensitas
perubahan belum cukup besar dirasakan untuk menjadi gejala penyakit. Karena
penjamu tidak sadar tentang kehadiran penyakit, maka tidak ada upaya penjamu
untuk mencari pengobatan. Pada periode ini dapat dideteksi perubahan patologik
melalui pemeriksaan laboratorium, radiografik dan metode skrining. Umumnya
pengobatan pada tahap subklinis ini akan menghasilkan peluang kesembuhan
yang lebih besar ketimbang pengobatan yang diberikan pada tahap klinis. Pada
periode subklinis penyakit belum terdeteksi namun mampu menularkan penyakit,
contohnya HIV/AIDS. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi Kesehatan
Masyarakat dan Klinisi, dimana terdapat orang yang terinfeksi yang tidak
mempunyai gejala ( asimptomatik ) atau tidak terdiagnosis dan dapat menularkan
penyakit bagi orang lain.

− Periode klinis

Ditandai dengan waktu mulai ( onset ) timbulnya gejala penyakit. Selama periode
ini penderita mulai menyadari tentang kelainan fungsi dan struktur yang
dihasiklan oleh proses penyakit yang dialaminya. Kelainan tersebut dipandang
sebagai kumpulan gejala penyakit. Meskipun penderita merasakan adanya
keluhan subjektif, mereka tidak selalu mengaggap itu adalah gejala penyakit.
Periode klinis dari yang ringan samapai tahap yang berat ( tahap dini sampai
tahap lanjut ).

• Tahap dini
mulai munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan, sudah mulai menjadi
masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic changes),
walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical diseases).
Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat
ditegakkan secara dini. Penderita masih bisa melakukan aktifitasnya.

• Tahap lanjut
merupakan tahap dimana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada
tahap ini peyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas,
sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat
lanjut yang kurang baik.

• Tahap akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan
kondisi/keadaan, yaitu:
1. Sembuh sempurna,
yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.
2. Sembuh dengan cacat,
yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak
pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
3. Karier,
dimana tubuh penjamu pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada
dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4. Penyakit tetap berlangsung secara kronik
perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam
arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan
yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya penjamu
tetap berada dalam keadaan sakit
5. Meninggal dunia
terhentinya perjalanan penyakitnya disini, bukan karena sembuh, tetapi karena
penjamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap
tindakan kedokteran dan keperawatan
RIWAYAT PENYAKIT BERDASARKAN

(CATATAN MEDIS)

Pengobatan hanya dapat dipertanggungjawabkan dan mempunyai arti


apabila diagnosis pasti; atau paling tidak diagnosis banding dari penyakit sudah
diketahui sebelumnya. Diagnosis terdiri atas 4 bagian, yaitu :
a. Pemeriksaan riwayat perjalanan penyakit (anamnesis);
b. Pemeriksaan jasmani;
c. Pemeriksaan laboratorium sederhana, yang kadang-kadang diatambah
dengan pemeriksaan kimia darah rutin;
d. Pemeriksaan yang mempergunakan metode khusus.
Dengan anamnesis yang baik, banyak diagnosis yang benar/tepat. Dengan
melakukakn anamnesis saja, lebih dari 60% diagnosis kasus Penyakit Dalam
dapat dilakukan secara tepat. Dengan pemeriksaan jasmani, diagnosis dapat
ditentukan sebanyak 20%. Semua pengamatan yang diperoleh dari keempat
pemeriksaan tersebut harus ditulis dalam catatan medis(status).

Riwayat Perjalanan Penyakit atau Catatan Medis

Riwayat perjalanan penyakit adalah sumber yang paling penting untuk


menjadi dasar diagnosis dan pengobatan yang baik. Tindakan medis yang
dilakukan di rumah sakit maupun tempat praktek pribadi tanpa adanya catatan
medis tidaklah dapat dipertanggungjawabkan.
Bagian yang utama dari catatan medis ialah anamnesis (wawancara) dan
pemeriksaan jasmani atau pemeriksaan fisik. Ringkasan dari hal-hal yang
ditentukan, dugaan serta penalaran mengenai diagnosis, rencana pemeriksaan
lanjutan dan terapi, juga termasuk dalam catatan medis; tetapi baru dilaksanakan
pada tahap berikutnya dalam rangka menambah pengalaman

C. Agen Penyakit (Penyebab infeksi)

Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan factor
mekanis.kadang-kadang,untuk penyakit tertentu,penyebabnya tidak diketahui
seperti penyakit ulkus peptiku,coronaryheart diseases,dan lain-lain.Agen penyakit
dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
1. Agen fisik : virus,bakteri,fungi,riketsia,protozoa,dan metazoan.

2. Agen nutrien :protein,lemak,karbohidrat,vitamin,mineral,dan air.

3. Agen fisik :panas,radiasi,dingin,kelembaban,tekanan.

4. Agen Chemis :dapat bersifat endogenous seperti asidosis,diabetes


(hiperglikimia),uremia,,dan eksogenous seperti zat
kimia,allergen,gas,debu,dan lain-lain.

5. Agen Mekanis gessekan,benturan,pukulan yang dapat menimbulkan


kerusakan jaringan tubuh.

Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting dalam epidemiologi yang


merupakan penyebab pennyakit adalah sebagai berikut:
a. Golongan virus ,misalnya influenza,trachoma,cacar,dan sebagainnya.

b. Golongan riketsia,misalnya tifus.

c. Golongan bakteri,misalnya disentri.

d. Golongan protozoa,misalnya malaria,filarial,schistosoma,dan sebagainya.

e. Golongan jamur yakni bermacam-macampanu,kurap,dan sebagainya.

f. Golongan cacing ,yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris


(cacing gelang),cacing kremi,cacing pita,cacing tambang,dan sebagainya.
Agar agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive),maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
• Berkembang baik.

• Bergerak atau berpindah dari induk semaang.

• Mencapai induk semang baru.

• Menginfeksi induk semang baru tersebut.

Kemampuan agent penyakit ni untuk tetap hidup pada lingkungan manusia


adalah suatu factor penting dalam epidemiologi infeksi.setiap bibit penyakit
(penyebab penyakitt) mempunyai habitat sendiri-sendiri,sehingga ia dapat tetap
hidup.dari sini timbul istilah reservoir,yang diartikan sebagai berikut:
• Habitat,tempat bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang

• Survival ,tempat bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada


habitat,sehingga ia dapat tetap hidup.

Reservooir tersebut dapat berupa manusia,binatang atau benda-benda:

Rantai infeksi
 Agen meninggalkan reservoir melalui pintu keluar (portal of exit)

 Agen ditransmisikan dengan model tertentu agar dapat masuk ke pejamu


melalui pintu masuk (portal of entry) sehingga menginfeksi pejamu yang
rentan.

 Reservoir portal keluar mode transmisi portal masuk pejamu


yang rntan (suseptibel).

Reservoir
Habitat tempat agen infeksius biasa hidup dan memperbanyak diri
Macam reservoir
 Manusia

 Hewan

 Lingkungan

 Benda mati

 Reservoir di dalam manusia

Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia antara lain :


• Campak (mesles)

• Cacar air (small pox)

• tifus (typhoid)

• miningitis

• gonoirhoea

• sifilis

manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
carrier
carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya.tanpa
menunjukkan adanya gejala penyakit,tetapi orang tersebut dapat
menularkanpenyakitnyakepada orang lain.Convalent carriers adalah orang masih
mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari sebuah penyakit.
Carriers adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit
polio,tifus,meningococcal meningitis dan amebiasis.hal ini disebabkan oleh:
• jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang
sakitnya).

• Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka
menderita/kena penyakit.
• Carries tidak menurunkan kesehatannya karena nasih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari.

• Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relatif
lama.

Tipe reservoir pada manusia


• Orang dengan penyakit asimptomatik

• Carrier (karier)

o Karier asimptomatik

o Karier inkubasi

o Karier konvalesen

 Reservoir pada binatang

Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya adalah


penyakit zoonosis.zoonosis alah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat
menular pada manusia.penularan penyakit-penyakit pada binatang ini melalui
berbagai cara,yaitu:
1. Orang makan daging binatang yang menderita penyakit misalnya,cacing
pita.

2. Melalui gigitan binatang sebagai vektornya,misalnya pes melalui pinjal


tikus,malaria,filariasis,demam berdarah melalui gigitan nyamuk.

3. Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang,misalnya rabies.

Tipe reservoir pada binatang


• Sapi brucellosis

• Domba atau kambing anthrax


• Tikus plaq

• Cacing trichinosis

• Kelelawar,rakun,anjing,manusia rabies

• Mammalia lain

 Reservoir pada lingkungan

• Tanaman

• Tanah

• Air

Contoh : Agen tunggal penyebab histoplasmosis,hidup dan multiplikasi dalam


tanah.Bacillus legionnaire muncul pada kolam air,termasuk yang dihasilkan
oleh menara pendingin dan kondensor penguapan.

 Benda-benda mati sebagai reservoir

Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada


dasarnya adalah suprofit hidup dalam tanah.Pada umumnya bibit penyakit ini
berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya.oleh karena itu,bila
terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi di mana ia dapat
hidup,maka ia berkembang biak dan siap infektif.
Contoh : Clostradium tetani penyebab tetanus,cotulinum penyebab keracunan
makanan.dan sebagainya.

Portal exit (portal ke luar)


Jalan agen meninggalkan pejamu sumber,biasanya berhubungan dengan
agen yang terlokalisasi.
• Sistem respirasi tubercule bacilli,influenza

• Urin schistosoma

• Feses vibrio cholera

• Lesi kulit sarcoptes scabiei,enterovirus 70

• Sikresi konjunktiva agen hemoragik konjunktivitis

• Agen melalui darah lewat plasenta rubella,toksoplasmosis,sifilis.

• Jalur kulit (perkutaneus ) luka sayat dan terkena jarum (hepatitis


B),isapan darah antropoda (malaria).

Mode transmisi
• Langsung (direk)

• Tidak langsung (indirek)

Transmisi langsung
Transfer agen segera dari reservoir ke pejamu yang rentan dengan cara
 Kontak langsung (kontak direk)

Contoh : mononucleosis infeksius,gonore,cacingan(karena cacing tambang).

 Penyebaran droplet

Semprotan relatif besar,seperti bersin,batuk,bicara.

Transmisi tidak langsung


 Airbone

 Vechicleborne
 Vectorborne

• Mekanis

• Biologis

Airbone
Transmisi melalui udara
• Partikel yang berada di udara : debu dan droplet nuclei(residu droplet yang
dikeringkan)

• Missal : penyakit tuberkulosis ,histoplasmosis.

Vechicleborne
Transmisi secara tidak langsung oleh suatu agen yang masuk dalam
makanan,air,produk biologic (darah),fomites (objek yang tidak bergerak).
Vektorborne
Transmisi mekanis
• Agen tidak mengalami perubahan fisiologik

Transmisi biologik
• Agen mengalami perubahan dalam tubuh vector.

Portal entri (portal ke dalam)


Sama dengan portal eksit
• Kulit cacing tanah

• Sistem respirasi influenza

• Enterik “fecal-oral”(makanan,air,peralatan masak)

• Membrana mukosa (sifilis,trachoma)

• Darah hepatitis B

Pejamu yang suseptibel (rentan)


Suseptibel bergantung pada
• Faktor genetik

• Imunitas yang di dapat

• Kemampuan bertahan terhadap infeksi atau membatasi patogenenisitas

• Membrane mukosa

Susepsibilitas juga bergantung pada:


• Malnutrisi

• Alkoholisme

• Penyakit atau tetapi yang melemahkan respon imun non fisik

D. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT

Kamus mendefinisikan pencegahan sebagai tindakan menjauhi kejadian .


langkah-langkah klinisi mempunyai tujuan mencegah kejadian dari 6D,
death(kematian), disease(penyakit), disability(ketidakmampuan), discomfort
(ketidaknyamanan), dissatisfaction(kekecewaan) dan destitution.
Tergantung dari saat langkah-langkah klinis dibuat, tiga macam
pencegahan biasanya amat memungkinkan pencegahan primer menjauhkan
kejadian sakit dengan cara menghilangkan faktor risiko.Imunisasi untuk penyakit2
menular merupakan contoh pencegahan macam itu, sebagai misal membantu
orang agar berhenti merokok .
Pencegahan sekunder adalah menemukan penyakit secara awal, saat masih
tanpa gejala (asymptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit; usapan pap smear dan uji 2 yang lain untuk menetapkan
keganasan kanker adalah beberapa contohnya.
Pencegahan tersier merupakan aktifitas klinik yang mencegah perusakan
lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit nya berhenti .sebagai contoh
adalah batas penggunaan obat betaa-bloker untuk menurunkan risiko kematian
pada pasien yang sembuh dari infark miokard.

1. Pencegahan Penyakit
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni
Pencegahan tingkat pertama ( primay prevention ) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan tingkat ketiga ( tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi.
 Pencegahan tingkat pertama
Pencegahan tingkat pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap pprepatogenesis.
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan serta faktor penjamu.
Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin
dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk
menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit, penyemprotan dalam
menurunkan dan memutus sumber penularan.
Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk
pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis serta
peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar
individu dan kehidupan sosial masyarakat.
Meningkatkan daya tahan pejamu yang meliputi perbaikan status gizi,
status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta
berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis,
persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan dan
peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi setra olahraga
kesehatan.
 Pencegahan tingkat kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita
atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa
tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit
atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta mencegah terjadinya komplikasi.
Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha
surveilans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok
tertentu, penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam
masyarakat, serta pengobatan dan perawatan yang efektif. Pemberian
chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses
prepatogenesis penyakit tertentu.
 Pencegahan tingkat ketiga
Sasaran pencegahan tingkat ketiga ini adalah penderita penyakit tertentu
dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen,
mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat
penyakit tersebut. Pada tingkat ini dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi
adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosialseoptimal mungkin
yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi metal/sikologis serta rehabilitasi
sosial.

2. Penanggulangan Penyakit
Penanggulangan penyakit menular adalah upaya untuk menekan
peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak
merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut. Upaya penanggulangan
penyakit menular dapat dikelompokkan pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran
utamanya yang meliputi sasaran langsung melawan sumber penularan atau
reservoir, sasaran ditujukan pada cara penularan penyakit, dan sasaran yang
ditujukan terhadap pejamu dengan menurunkan kepekaan pejamu.
 Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Bila sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan (dometik) maka
upaya untuk mengatasi penularan dilakukan dengan memusnahkan binatang yang
terinfeksi serta melindungi binatang lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan
pemeriksaan berkala). Tetapi bilasumber penyakit dijumpai pada binatang liar
maka keadaannya akan lebih sulit. Penanganan penyakit rabies akan lebih mudah
pada daerah perkotaan dengan hampir seluruh anjing yang ada merupakan anjing
peliharaan. Sedangkan penanganan penyakit ini di daerah pedesaan dilakukan
dengan kombinasi cara lain, dengan kerjasama instansi lain yang terkait.
Bila sumber penularan adalah manusia, maka cara penanggulangan
penyakit dapat dilakukan dengan isolasi dan karantina, pengobatan dalam
berbagai bentuk atau menghilangan fokus infeksi yang ada pada sumber (bedah
saluran empedu atau cholecystectomy) pada carrier typhoid menahun. Karantina
adalah pembatasan gerak seseorang atau sekelompok orang sehat atau binatang
yang dicurigai menderita atau akan menderita penyakit menular tertentu. Bentuk
karantina biasanya dengan menempatkan orang atau binatang tersebut pada lokasi
tertentu dengan pengawasan yang ketat selama satu masa tunas tertinggi.
 Sasaran ditujukan pada cara penularan
Cara penularan penyakit meliputi kontak langsung, melalui udara,
melalui makanan serta melalui vektor perantara. Upaya pencegahan penularan
melalui kontak langsung biasanya dititikberatkan pada penyuluhan kesehatan
yang dilaksanakan bersama-sama dengan usaha menghilangkan sumber
penularan. Upaya mencegah penularan penyakit melalui udara dilakukan dengan
desinfektasi udara dengan bahan kimia atau dengan sinar ultraviolet, perbaikan
sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan. Adapun upaya perbaikan
lingkungan dalam upaya mencegah penyakit yang ditularkan melalui makanan
dan minuman dikembangkan dengan memberantas bahan-bahan yang mengalami
kontaminasi, pasteurisasi susu, sera pengawasan terhadap semua pengobatan
bahan makanan dan minuman. Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang
ditularkan oleh vektor terutama serangga dilakukan melalui pemberantasan
serangga serta binatang lainnya. Sedangkan penularan penyakit malaria dan
filariasis dilakukan dengan kerja sama instansi dalam setiap program
pembangunan terutama pembangunan yang dapat menimbulkan perubahan
rekosistem setempat.
 Sasaran ditujukan pada pejamu potensial
Faktor yang berpengaruh pada pejamu potensial adalah tingkat kekebalan
serta tingkat kerentanan/kepekaan yang dipengaruhi oleh status gizi, keadaan
umum serta faktor genetika.

 Penapisan dan pencaharian kasus (screening and case finding)

“Penapisan” didefinisikan sebagai :


mengindetifikasikan penyakit yang tidak diketahui atau kelainan dengan
melakukan test, pemeriksaan, atau prosedur lain yang dapat dilaksanakan secara
cepat. Penapisan memisahkan secara jelas subjek yang mempunyai penyakit dari
yang mungkin tidak mempunyai penyakit. Uji penapisan tidak diarahkan untuk
menegakkan diagnostik. Subyek dengan hasil pemeriksaan positif atau dicurigai
positif harus dirujuk ke dokter untuk diagnostik dan pengobatan.
Jika uji penapisan diterapkan pada populasi yang tanpa seleksi dan dengan
jumlah besar, maka proses tersebut dinamakan Penapisan massal, pengukuran
tekanan darah pada pengunjung pusat swalayan merupakan contoh dari penapisan
massal. Klinisi, sebaliknya, mereka menggunakan uji penapisan dalam konteks
yang lain. Perhatian mereka tentang penyakit yang tidak diketahui hanya
diperuntukkan bagi pasien mereka dan tidak banyak perhatian pada suatu
populasi. “Pencaharian Kasus” (case finding) terjadi bila dokter memeriksa untuk
menentukan penyakit dengan menggunakan uji penapisan diantara pasien-pasien
yang datang berkonsultasi untuk gejala-gejala yang tidak berhubungan.
Perbedaan antara penapisan massal dan pencaharian kasus yang kecil,
tetapi amat penting. Di pusat swalayan mereka yang memeriksa pasien tidak
mempunyai tanggung jawab pribadi untuk melakukan tindak lanjut dengan
pengobatan yang benar. Namun, subyek akan dirujuk ke dokternya untuk
mendapatkan tata laksana lebih lanjut. Banyak penelitian telah membuktikan
adanya tindak lanjut yang tidak sempurna diantara mereka yang ditemukan
abnormal dalam penapisan massal. Di lain pihak, dalam suatu pencaharian kasus,
dokter mempunyai tanggung jawab yang jelas untuk melakukan tindak lanjut pada
hasil yang abnormal. Jika dokter tidak bermaksud melanjutkan pemeriksaan pada
hasil abnormal dan memberi pengobatan yang dibutuhkan, maka uji tersebut
sebenarnya kurang sempurna secara keseluruhannya.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan proses penyakit pada individu
sepanjang waktu tertentu tanpa intervensi.
 Tahapan riwayat alamiah penyakit
Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Tahap Prepatogenesis,
b. Tahap Patogenesis,
Yang dapat berlanjut menjadi beberapa kemungkinan berupa :
• Sembuh sempurna
• Sembuh cacat
• Karier
• Kronik
• Meniggal dunia
 Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan factor mekanis
Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
1) Agen fisik : virus,bakteri,fungi,riketsia,protozoa,dan metazoan.

2) Agen nutrien :protein,lemak,karbohidrat,vitamin,mineral,dan air.

3) Agen fisik :panas,radiasi,dingin,kelembaban,tekanan.

4) Agen Chemis :dapat bersifat endogenous seperti asidosis,diabetes


(hiperglikimia),uremia,,dan eksogenous seperti zat kimia,allergen,gas,debu,dan
lain-lain.

5) Agen Mekanis gessekan,benturan,pukulan yang dapat menimbulkan


kerusakan jaringan tubuh.

 Tingkat pencegahan penyakit:


o Pencegahan tingkat pertama ( Primary Prevention ):
−Promosi kesehatan
−Perlindungan khusus
o Pencegahan tingkat kedua ( Secondary Prevention ):
Diagnosis dini dan pengobatan segera
Pembatasan ketidakmampuan
o Tingkat Pencegahan Tersier ( Tertiary Prevention )
−Rehabilitasi

B. SARAN
Setelah mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit, kita dapat mengetahui
akhir dari suatu penyakit. Pada beberapa kasus penyakit orang yang sudah
terinfeksi yang tidak mempunyai gejala penyakit ( asimptomatik ) tetapi dapat
menularkan penyakit tersebut, hal ini merupakan suatu tantangan bagi para klinisi
dan ahli kesehatan masyarakat untuk bisa mendeteksi orang-orang yang sudah
terinfeksi tersebut sehingga penyakit tersebut dapatdisembuhkan dan mencegah
penyakit berlanjut . Selain itu upaya pencegahan penyakit perlu ditingkatkan
melalui promosi kesehatan, penyuluhan kesehatan dan tak kalah pentingnya yaitu
upaya perlindungan kesehatan agar tidak sakit melalui peningkatan sistem
antibodi tubuh yang salah satu caranya dapat dilakukan dengan imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, azrul. 2004. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Binarupa Aksara.


Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka
Cipta.
Chandra, Budiman. 1996. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta:
EGC
Frenkel, M. Dkk. 1996. Riwayat Penyakit & Pemeriksaan Jasmani. Jakarta:
Rineka Cipta
Kodim, Nasrin. Dkk. 2010. Himpunan Bahan Kuliah Penyakit Tidak Menular.
Jakarta: UI
Mubarak, Wahid & Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyaraka Teori &
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Nasri Noor, Noor. 1996. Dasar epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmojo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Suzanne w, Fletcher. 1991. Sari Epidemiologi Klinik. 1991. Yogjakarta: Gajah
Mada University Press
Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar
Wilyanto, Iwan. 2005. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: Veteriner.

http : Blog dyankunthi@yahoo.co.id diakses pada 10 mei 2010

You might also like