Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok 8
• Dewi Sartika ( 10091001045 )
• Ahmad Rizani (100910046 )
• Elmayana ( 10091001047 )
• Desrina sitompul (10091001048 )
• Fori Herfina (10091001049 )
• Erli Yuni br Manalu ( 10091001050)
Dosen Pengasuh :
RIJO JANUAHAR SITORUS, S. K.M. , M. Kes.(Epid)
Latar Belakang
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit
serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Secara
umum, ada empat tujuan epidemiologi yaitu : Pertama, menjelaskan status
kesehatan masyarakat dengan cara menghitung kejadian penyakit, frekuensi relatif
berbagai masalah kesehatan di dalam kelompok serta kencenderungan-
kecenderungan tertentu. kedua, menjelaskan etiologi penyakit/ masalah kesehatan,
dengan menentukan berbagai faktor yang menyebabkan penyakit dan menemukan
mekanisme penyebarannya. Ketiga, memprediksi jumlah kasus-kasus penyakit
yang terjadi dan distribusi status kesehatan didalam populasi dengan cara
mencegah terjadinya kasus baru dan memberantas kasus yang telah ada ,
memperpanjang hidup atau memperbaiki status kesehatan si pengidap penyakit.
− Periode inkubasi
Dimulai dari masuknya bibit penyakit hingga sampai sesaat sebelum timbulnya
gejala. Pada tahap ini mulai terjadi ketidak seimbangan antara agen penyakit,
manusia, lingkungan. Pada penyakit kronis periode inkubasi disebut periode
latensi. Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbemenjamin hadirnya
penyakit, tetapi kehadiran tersebut akan memperbesar kemungkinan terjadinya
penyakit.beda-beda, beberapa jam, hari, minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun
• Anthrax 2 – 7 hari
12 – 36 jam
• Botulism
3 – 12 hari
• Chikungunya
1 – 5 hari
• Kholera
2 – 5 hari
• Dipteri
3 – 12 bulan
• Filariasis
15 – 50 hari
• Hepatitis A 7 – 26 minggu
• Hepatitis B 4 -18 hari
• Leptospirosis 10 – 14 hari
• Campak 5 – 30 hari
• Poliomyelitis 4 – 21 hari
• Tetanus
− Periode subklinis
Perubahan patologik yang tidak muncul beserta pemajan, berakhir dengan waktu
maulai timbulnya gejala. Selama periode ini penjamu belum menyadari tentang
proses penyakit ( perubahan patologik ) yang sedang berlangsung. Intensitas
perubahan belum cukup besar dirasakan untuk menjadi gejala penyakit. Karena
penjamu tidak sadar tentang kehadiran penyakit, maka tidak ada upaya penjamu
untuk mencari pengobatan. Pada periode ini dapat dideteksi perubahan patologik
melalui pemeriksaan laboratorium, radiografik dan metode skrining. Umumnya
pengobatan pada tahap subklinis ini akan menghasilkan peluang kesembuhan
yang lebih besar ketimbang pengobatan yang diberikan pada tahap klinis. Pada
periode subklinis penyakit belum terdeteksi namun mampu menularkan penyakit,
contohnya HIV/AIDS. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi Kesehatan
Masyarakat dan Klinisi, dimana terdapat orang yang terinfeksi yang tidak
mempunyai gejala ( asimptomatik ) atau tidak terdiagnosis dan dapat menularkan
penyakit bagi orang lain.
− Periode klinis
Ditandai dengan waktu mulai ( onset ) timbulnya gejala penyakit. Selama periode
ini penderita mulai menyadari tentang kelainan fungsi dan struktur yang
dihasiklan oleh proses penyakit yang dialaminya. Kelainan tersebut dipandang
sebagai kumpulan gejala penyakit. Meskipun penderita merasakan adanya
keluhan subjektif, mereka tidak selalu mengaggap itu adalah gejala penyakit.
Periode klinis dari yang ringan samapai tahap yang berat ( tahap dini sampai
tahap lanjut ).
• Tahap dini
mulai munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan, sudah mulai menjadi
masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic changes),
walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical diseases).
Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat
ditegakkan secara dini. Penderita masih bisa melakukan aktifitasnya.
• Tahap lanjut
merupakan tahap dimana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada
tahap ini peyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas,
sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat
lanjut yang kurang baik.
• Tahap akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan
kondisi/keadaan, yaitu:
1. Sembuh sempurna,
yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.
2. Sembuh dengan cacat,
yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak
pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
3. Karier,
dimana tubuh penjamu pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada
dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4. Penyakit tetap berlangsung secara kronik
perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam
arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan
yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya penjamu
tetap berada dalam keadaan sakit
5. Meninggal dunia
terhentinya perjalanan penyakitnya disini, bukan karena sembuh, tetapi karena
penjamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap
tindakan kedokteran dan keperawatan
RIWAYAT PENYAKIT BERDASARKAN
(CATATAN MEDIS)
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan factor
mekanis.kadang-kadang,untuk penyakit tertentu,penyebabnya tidak diketahui
seperti penyakit ulkus peptiku,coronaryheart diseases,dan lain-lain.Agen penyakit
dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
1. Agen fisik : virus,bakteri,fungi,riketsia,protozoa,dan metazoan.
Rantai infeksi
Agen meninggalkan reservoir melalui pintu keluar (portal of exit)
Reservoir
Habitat tempat agen infeksius biasa hidup dan memperbanyak diri
Macam reservoir
Manusia
Hewan
Lingkungan
Benda mati
• tifus (typhoid)
• miningitis
• gonoirhoea
• sifilis
manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
carrier
carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya.tanpa
menunjukkan adanya gejala penyakit,tetapi orang tersebut dapat
menularkanpenyakitnyakepada orang lain.Convalent carriers adalah orang masih
mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari sebuah penyakit.
Carriers adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit
polio,tifus,meningococcal meningitis dan amebiasis.hal ini disebabkan oleh:
• jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang
sakitnya).
• Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka
menderita/kena penyakit.
• Carries tidak menurunkan kesehatannya karena nasih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari.
• Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relatif
lama.
• Carrier (karier)
o Karier asimptomatik
o Karier inkubasi
o Karier konvalesen
• Cacing trichinosis
• Kelelawar,rakun,anjing,manusia rabies
• Mammalia lain
• Tanaman
• Tanah
• Air
• Urin schistosoma
Mode transmisi
• Langsung (direk)
Transmisi langsung
Transfer agen segera dari reservoir ke pejamu yang rentan dengan cara
Kontak langsung (kontak direk)
Penyebaran droplet
Vechicleborne
Vectorborne
• Mekanis
• Biologis
Airbone
Transmisi melalui udara
• Partikel yang berada di udara : debu dan droplet nuclei(residu droplet yang
dikeringkan)
Vechicleborne
Transmisi secara tidak langsung oleh suatu agen yang masuk dalam
makanan,air,produk biologic (darah),fomites (objek yang tidak bergerak).
Vektorborne
Transmisi mekanis
• Agen tidak mengalami perubahan fisiologik
Transmisi biologik
• Agen mengalami perubahan dalam tubuh vector.
• Darah hepatitis B
• Membrane mukosa
• Alkoholisme
1. Pencegahan Penyakit
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni
Pencegahan tingkat pertama ( primay prevention ) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan tingkat ketiga ( tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi.
Pencegahan tingkat pertama
Pencegahan tingkat pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap pprepatogenesis.
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan serta faktor penjamu.
Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin
dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk
menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit, penyemprotan dalam
menurunkan dan memutus sumber penularan.
Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk
pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis serta
peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar
individu dan kehidupan sosial masyarakat.
Meningkatkan daya tahan pejamu yang meliputi perbaikan status gizi,
status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta
berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis,
persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan dan
peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi setra olahraga
kesehatan.
Pencegahan tingkat kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita
atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa
tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit
atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta mencegah terjadinya komplikasi.
Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha
surveilans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok
tertentu, penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam
masyarakat, serta pengobatan dan perawatan yang efektif. Pemberian
chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses
prepatogenesis penyakit tertentu.
Pencegahan tingkat ketiga
Sasaran pencegahan tingkat ketiga ini adalah penderita penyakit tertentu
dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen,
mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat
penyakit tersebut. Pada tingkat ini dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi
adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosialseoptimal mungkin
yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi metal/sikologis serta rehabilitasi
sosial.
2. Penanggulangan Penyakit
Penanggulangan penyakit menular adalah upaya untuk menekan
peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak
merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut. Upaya penanggulangan
penyakit menular dapat dikelompokkan pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran
utamanya yang meliputi sasaran langsung melawan sumber penularan atau
reservoir, sasaran ditujukan pada cara penularan penyakit, dan sasaran yang
ditujukan terhadap pejamu dengan menurunkan kepekaan pejamu.
Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Bila sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan (dometik) maka
upaya untuk mengatasi penularan dilakukan dengan memusnahkan binatang yang
terinfeksi serta melindungi binatang lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan
pemeriksaan berkala). Tetapi bilasumber penyakit dijumpai pada binatang liar
maka keadaannya akan lebih sulit. Penanganan penyakit rabies akan lebih mudah
pada daerah perkotaan dengan hampir seluruh anjing yang ada merupakan anjing
peliharaan. Sedangkan penanganan penyakit ini di daerah pedesaan dilakukan
dengan kombinasi cara lain, dengan kerjasama instansi lain yang terkait.
Bila sumber penularan adalah manusia, maka cara penanggulangan
penyakit dapat dilakukan dengan isolasi dan karantina, pengobatan dalam
berbagai bentuk atau menghilangan fokus infeksi yang ada pada sumber (bedah
saluran empedu atau cholecystectomy) pada carrier typhoid menahun. Karantina
adalah pembatasan gerak seseorang atau sekelompok orang sehat atau binatang
yang dicurigai menderita atau akan menderita penyakit menular tertentu. Bentuk
karantina biasanya dengan menempatkan orang atau binatang tersebut pada lokasi
tertentu dengan pengawasan yang ketat selama satu masa tunas tertinggi.
Sasaran ditujukan pada cara penularan
Cara penularan penyakit meliputi kontak langsung, melalui udara,
melalui makanan serta melalui vektor perantara. Upaya pencegahan penularan
melalui kontak langsung biasanya dititikberatkan pada penyuluhan kesehatan
yang dilaksanakan bersama-sama dengan usaha menghilangkan sumber
penularan. Upaya mencegah penularan penyakit melalui udara dilakukan dengan
desinfektasi udara dengan bahan kimia atau dengan sinar ultraviolet, perbaikan
sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan. Adapun upaya perbaikan
lingkungan dalam upaya mencegah penyakit yang ditularkan melalui makanan
dan minuman dikembangkan dengan memberantas bahan-bahan yang mengalami
kontaminasi, pasteurisasi susu, sera pengawasan terhadap semua pengobatan
bahan makanan dan minuman. Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang
ditularkan oleh vektor terutama serangga dilakukan melalui pemberantasan
serangga serta binatang lainnya. Sedangkan penularan penyakit malaria dan
filariasis dilakukan dengan kerja sama instansi dalam setiap program
pembangunan terutama pembangunan yang dapat menimbulkan perubahan
rekosistem setempat.
Sasaran ditujukan pada pejamu potensial
Faktor yang berpengaruh pada pejamu potensial adalah tingkat kekebalan
serta tingkat kerentanan/kepekaan yang dipengaruhi oleh status gizi, keadaan
umum serta faktor genetika.
A. KESIMPULAN
Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan proses penyakit pada individu
sepanjang waktu tertentu tanpa intervensi.
Tahapan riwayat alamiah penyakit
Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Tahap Prepatogenesis,
b. Tahap Patogenesis,
Yang dapat berlanjut menjadi beberapa kemungkinan berupa :
• Sembuh sempurna
• Sembuh cacat
• Karier
• Kronik
• Meniggal dunia
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan factor mekanis
Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
1) Agen fisik : virus,bakteri,fungi,riketsia,protozoa,dan metazoan.
B. SARAN
Setelah mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit, kita dapat mengetahui
akhir dari suatu penyakit. Pada beberapa kasus penyakit orang yang sudah
terinfeksi yang tidak mempunyai gejala penyakit ( asimptomatik ) tetapi dapat
menularkan penyakit tersebut, hal ini merupakan suatu tantangan bagi para klinisi
dan ahli kesehatan masyarakat untuk bisa mendeteksi orang-orang yang sudah
terinfeksi tersebut sehingga penyakit tersebut dapatdisembuhkan dan mencegah
penyakit berlanjut . Selain itu upaya pencegahan penyakit perlu ditingkatkan
melalui promosi kesehatan, penyuluhan kesehatan dan tak kalah pentingnya yaitu
upaya perlindungan kesehatan agar tidak sakit melalui peningkatan sistem
antibodi tubuh yang salah satu caranya dapat dilakukan dengan imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA