You are on page 1of 8

Hutang

Pengertian hutang
Menurut FASB dalam Kieso dan Weygand (Akuntansi Intermediate, 1995), kewajiban
adalah
Kemungkinan pengorbanan masa depan dari manfaat ekonomi yang timbul dari
kewajiban sekarang dari kesatuan tertentu untuk mentransfer aktiva atau jasa produktif
ke kesatuan lain di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu. Oleh
karena itu, suatu kewajiban memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Merupakan kewajiban sekarang yang diikuti dengan penyelesaian melalui
kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa.
2. Harus mempunyai kewajiban yang tidak dapat dihindarkan.
3. Transaksi atau kejadian lain yang menimbulkan kewajiban itu harus telah terjadi.
Kieso, san Weygand. 1995. Akuntansi Intermediate. United States of America : John
Wiley and Sons Inc

Munawir (2004 : 18), hutang didefinisikan sebagai :


Semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di
mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditur.
Munawir, Slamet. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Ke empat. Yogyakarta : Liberty.
Kuswadi (2005:29), kewajiban adalah
Utang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat
ekonomi.
Kuswadi. 2005. Cara Mudah Memahami Angka-angka dan Manajemen Keuangan bagi
Orang Awam. Jakarte : PT. Elex Media Komputindo

Jenis-jenis hutang
1. Hutang jangka pendek (hutang lancar)
HUtang jangka pendek atau hutang lancar didefinisikan sebagai kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan
dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakna
aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Munawir:2004). HUtang jangka
pendek atau hutang lancar antara lain berupa :
a. Hutang dagang, merupakan hutang ynag timbul karena adanya pembelian
barang dagangan secara kredit.
b. Hutang wesel, merupakan hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang
diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah
tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang.
c. Hutang pajak, merupakan pajak untuk perusahaan yang bersangkutan
maupun Pajak Pendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara.
d. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, merupakan sebagian
(seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek
karena harus segera dilakukan pembayarannya.
e. Penghasilan yang diterima di muka, merupakan penerimaan uang atas
penjualan barang atau jasa yang belum direalisir.
2. Hutang jangka menengah
Hutang jangka menengah adalah kewajiban yang jangka waktunya antara satu
sampai dengan lima tahun (Husnan dan Pudjiastuti, 2006 : 359). Hutang jangka
menengah meliputi :
a. Sewa guna (leasing), merupakan suatu cara untuk dapat menggunakan
suatu aktiva tanpa harus membeli aktiva tersebut.
b. Term loans, merupakan suatu kewajiban yang lunas pada saat aktiva yang
dibiayai dengan hutang tersebut tidak lagi diperlukan dan pelunasan hutang
tersebut dapat disesuaikan dengan ketersediaan arus kas. Jangka waktu
term loans antara satu sampai 5 tahun yang dapat dilunasi secara berkala,
menggunakan agunan tertentu, dan biasanya juga disertai dengan restrictive
covenant (persyaratan tertentu yang diberikan sebagai tambahan atas
agunan) untuk memperkecil kemungkinan debitur tidak mampu membayar
kewajiban finansialnya.
3. HUtang jangka panjang
HUtang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu
pembayaran (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak
tanggal neraca). Hutanga jangka panjang meliputi (Husnan dan Pudjiastuti,
2006:373) :
a. Kredit investasi yang disediakan oleh perbankan masih banyak dimanfaatkan
oleh kalangan pengusaha dengan suku bunga kredit investasi di Indonesia
yang lebih rendah dibandingkan suku bunga kredit bagi modal kerja. Akan
tetapi, apabila terdapat klausul yang menyatakan bahwa debitur tidak dapat
melunasi kredit investasi yang diambil dalam waktu yang disepakati maka
hal ini akan membuat tingkat bunga kredit investasi menjadi tidak selalu
lebih kecil dari suku bunga kredit bagi modal kerja.
b. Hutang Hipotik
Hutang hipotik merupakan bentuk hutang jangka panjang dengan agunan
aktiva yang tidak bergerak (tanah, bangunan).
c. Hutang obligasi
Hutang obligasi merupakan surat tanda hutang dan umumnya tidak dijamin
dengan aktiva tertentu. Oleh karena itu, jika perusahaan bangkrut, maka
pemegang obligasi akan diperlakukan sebagai kreditur umum sehingga hal
ini akan menyebabkan beberapa perusahaan memilih untuk menerbitkan
obligasi dengan suku bunga mengambang (floating rate).

Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan, diterjemahkan


oleh Herman Wibowo. Edisi Ke Delapan. Buku Ke dua. Jakarta : Erlangga.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasra-dasar Manajemen Keuangan,
diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto. Edisi Ke Sepuluh. Buku Kedua. Jakarta : Salemba
Empat.
Husnam Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi
Kelima. Yogyakarta : YKPN.
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasra Pembelanjaan Perusahaan. Edisi empat.
Yogyakarta : BPFE.
Marcus, Myers, dan Brealey. 2007. Fundamentals of Corporate Finance. Fifth Edition.
New York : Mc Graw Hill.
Kelemahan dan keuntungan penggunaan hutang
Brigham dan Houston (2006:4) mengemukakan bahwa penggunaan hutang memiliki
keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan sebagai berikut :
1. Keuntungan penggunaan hutang
a. Biaya bunga yang dibayarkan perusahaan dapat mengurangi penghasilan
kena pajak sehingga dapat menurunkan biaya efektif atas hutang yang
digunakan perusahaan tersebut.
b. Pemegang hutang (debtholder) mendapat pengembalian yang tetap atas
biaya bunga yang relatif tetap sehingga kelebihan keuntungan merupakan
klaim pemilik perusahaan.
2. Kelemahan penggunaan hutang
a. Semakin tinggi rasio hutang yang dimiliki perusahaan maka akan semakin
tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan atas penggunaan hutang
tersebut.
b. Bila bisnis perusahaan dalam kondisi yang tidak baik, pendapatan
operasinya rendah, dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga maka akan
menyebabkan pemegang saham harus menutup kekurangan itu dan pada
kondisi ekstrim perusahaan dapat terancam kebangkrutan.
c. Bila perusahaan menggunakan hutang terlallu banyak, maka dapat
meningkatkan kemungkinan terhambatnya pertumbuhan perusahaan.
Kondisi ini dapat mendorong pemegang saham berpikir dua kali untuk tetap
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Penggunaan hutang
masih dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan apabila
penggunaannya sampai pada titik tertentu di mana biaya yang dikeluarkan
atas penggunaan hutang tersebut masih lebih kecil daripada manfaat yang
diperoleh melalui penggunaan hutang tersebut.

Keputusan Pendanaan
Pengertian keputusan pendanaan
Keputusan pendanaan didefinisikan sebagai berikut. (Husnan dan Pudjiastuti,
2006:251) :
Keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan
perusahaan.
Dalam keputusan tersebut akan ditentukan seberapa banyak perusahaan akan
menggunakan hutang atau modal sendiri dan bagaimana tipe hutang atau modal sendiri
yang akna digunakan perusahaan dalam pembiayaan operasional maupun pemanfaatan
kesempatan investasi yang akan dilakukan perusahaan. Tipe hutang yang akan
digunakan berkaitan dengan apakah perusahaan akan menggunakan hutang dalam
bentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Sedangkan tipe modal
sendiri yanf akan dipilih perusahaan berkaitan dengan apakah modal sendiri perusahaan
akan diperoleh melalui laba ditahan atau emisi saham baru.
Setiawan (2006) mendefinisikan keputusan pendanaan sebagai berikut :
Keputusan mengenai seberapa besar tingkat penggunaan hutang dibandingkan dengan
ekuitas dalam membiayai investasi perusahan untuk menentukan tingkat struktur modal
yang optimal, yakni tingkat bauran hutang dan ekuitas yang dapat memaksimumkan
nilai perusahaan.
Sedangkan kebijakan pendanaan menurut Hartono (2004) adalah
Kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan masalah perimbangan antara hutang
dengan modal sendiri.

Hartono. 2004. “Pengaruh Profitabilitas, Kesempatan investasi, dan defisit arus kas
terhadap kebijakan pendanaan perusahaan (studi kasus pada perusahaan manufaktur
yang tercatat di BEJ)” Perspektif (Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan
Akuntansi) Vol.9 No.2, Desember : 171-180

Setiawan, Rahmat. 2006. “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam


perspektif Pecking Order Theory : Studi Kasus pada industri makanan dan minuman di
BEJ”. Majalah Ekonomi Th. XVI No. 3. Desember : 318-334

Pemilihan sumber pendanaan


Menurut Riyanto (1997:135) terdapat kerangka teori yang mendasari pemilihan sumber
pendanaan oleh perusahaan, yakni :
1. Struktur pendanaan dengan teori statis adalah pendanaan berdasarkan struktur
modal optimal yakni pertimbangan antara hutang dengan modal sendiri yang
menyeimbangkan manfaat penghematan pajak atas penggunaan hutang
terhadap biaya kebangkrutan.
2. Struktur pendanaan dengan pecking order theory adalah pendanaan yang
didasarkan pada urutan pendanaan dengan risiko terkecil. Ukuran pendanaan
yang dikemukakan Donalson pada tahun 1961 mengikuti kriteria seperti berikut
(Marcus, Myers, dan Brealey, 2007: 402) :
a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal.
b. Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen terhadap peluang
investasi.
c. Kebijakan dividen bersifat sticky (kebijakan yang sulit) sehingga dampak
fluktuasi probabilitas, dan peluang investasi pada aliran kas internal bisa
lebih besar atau lebih kecil dari pengeluaran investasi.
d. Bila sumber pendanaan eksternal dibutuhkan maka perusahaan akan
cenderung memilih pendanaan melalui penggunaan hutang karena
dipandang lebih aman daripada penerbitan ekuitas baru yang merupakan
pilihan terakhir dari pecking oreder theory sebagai sumber pendanaan
untuk memenuhi kebutuhannya.

Hasil penelitian Pandey (2001) mengemukakan bahwa pertumbuhan perusasahaan


berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penelitian Daskalakis dan Psillaki (2003)
menunjukkan growth berpengaruh positif terhadap debt ratio.
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan cepat cenderung
menggunakan hutang yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat
pertumbuhannya rendah (Weston dan Brigham, 1994:175)
Bintari retnaningtyas 2009

Goergen, Marc, Arif Khurshed dan Ram Mudambi.


“The Long-run Performance of UK IPOs : Can It Be Predicted?” Journal of
Managerial Finance, Vol 33 No 6, pp.401-419, 2007.
Ukuran perusahaan
Perusahaan besar mengalami kinerja jangka panjang yang lebih baik daripada
perusahaan kecil (Goergen, Khurshed, Mudambi, 2007, dan Levis, 1993). Semakin besar
ukuran perusahaan atau aset perusahaan, semakin baik kinerja jangka panjangnya.
Ukuran perusahaan adalah (Setiawan, 2006)
Cerminan besar kecilnya perusahaan.
Ukuran perusahaan yang semakin besar akan mendorong pada kebutuhan dana yang
relatif semakin besar pula dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Apabila kebutuhan
perusahaan tidak dapat lagi dipenuhi melalui laba ditahan yang dimiliki maka
perusahaan-perusahaan besar akan cenderung mencari tambahan sumber dana
eksternal melalui penggunaan hutang. Riyanto (1997:230) menyebutkan bahwa
perusahaan yang lebih besar akan memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan
perusahaan kecil karena kemudahan perusahaan besar dalam mengakses pihak luar. Hal
tersebut dikarenakan perusahaan besar mempunyai lower cost of borrowing
dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga akan memberikan kemudahan bagi
perusahaan besar untuk perolehan hutang melalui aksesnya ke pasar modal.

Umur perusahaan
Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan (Dinah
Juma’atin, 2006). Semakin lama umur perusahaan maka semakin banyak informasi yang
telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Investor secara khusus akan
lebih percaya terhadap perusahaan yang sudah terkenal dan berdiri lebih lama jika
dibandingkan dengan perusahaan yang relatif baru.

Profitabilitas
Definisi profitabilitas menurut Sartono (2001:122) adalah :
Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva, maupun modal sendiri.
Berdasarkan pecking order theory disebutkan bahwa hutang secara khusus akan naik
pada saat kesempatan investasi melebihi laba ditahan dan turun pada saat kesempatan
investasi kurang dari laba ditahan (Marcus, Myers, Brealy, 2007 : 414). Jika profitabilitas
dan pengeluaran investasi tetap maka perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan
menggunakan hutang yang relatif rendah, sedangkan pada investasi yang memberikan
keuntungan maka penggunaan hutang oleh perusahaan akan cenderung meningkat
(Brigham dan Houston, 2001:40). Dengan kata lain, perusahaan dengan kondisi
keuangan yang baik akan cenderung menggunakan hutang relatif lebih rendah meskipun
mempunyai kesempatan untuk meminjam yang lebih banyak. Hal ini memberikan
dukungan terhadap pecking order theory bahwa penggunaan sumber dana perusahaan
didasarkan pada preferensi logis dari investor yang cenderung menggunakan sumber
dana internal terlebih dahulu dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal karena
sumber dana internal memiliki tingkat risiko yang lebih kecil dibandingkan sumber dana
eksternal.

You might also like