You are on page 1of 21

Tugas Laporan Kelompok

Teknologi Perlindungan Tanaman II


Untuk memenuhi syarat tugas ilmu gulma

Disusun Oleh:
James Matheus (150110080147)
Chyntiara Anjarsari (15011008151)
Adhy Cahya Nugraha (150110080148)
Surya Meidhy (150110080155)

Agroteknologi D
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
2009/2010
BAB I.
Pendahuluan

1. Konsep dan batasan gulma

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja
ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan
oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di
dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut (Ashton, 1991). Pendapat para ahli gulma
yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan
pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan
menimbulkan kerugian.

Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan
gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut.

1. Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman


budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam
tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.

2. Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan
menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut
dikenal dengan istilah allelopati.

3. Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan


kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat
berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan
memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.

4. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.

5. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya


dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman
budidaya.
1.2 Identifikasi Masalah

Mengingat pentingnya peranan pengendalian gulma dalam bidang pertanian,


adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini, yaitu :

• Apa itu Gulma dalam bidang pertanian ?

• Bagaimana cara pengidentifikasian gulma dalam bidang pertanian?

• Bagaimana sifat – sifat yang dimiliki gulma – gulma tersebut ?

• Bagaimana penggolongan gulma – gulma dalam bidang pertanian ?

• Bagaimana perkembangbiakan dari gulma tersebut ?

• Bagaimana cara pengendalian dari perkembangbiakan gulma tersebut ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

• Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Gulma;

• Sebagai informasi mengenai morfologi gulma serta perkembangbiakannya


kepada para pembaca, dan

• Untuk mengetahui bagaimana cara pengendalian dari gulma dalam bidang


pertanian baik secara biologis,mekanis, serta kimiawi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Cara-cara Identifikasi gulma


Mengidentifikasi gulma dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari
cara-cara dibawah ini :

1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di


herbarium (di Indonesia terdapat Herbarium Bogoriense yang terletak di Jalan
Ir. H. Juanda, Bogor).
2. Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4. Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
5. Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia.

Sampai saat ini tanda-tanda karakteristik yang dipakai dalam identifikasi gulma
adalah bentuk morfologinya. Alat yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi gulma
adalah loupe ( kaca pembesar ) dengan perbesaran 10x, dalam keadaan tertentu juga
dibutuhkan mikroskop 40x.

2.2 Sifat-sifat Gulma secara umum

Gulma merupakan tumbuhan yang mempunyai sifat dan ciri khas tertentu,

yang umumnya berbeda dengan tanaman pokok atau tanaman budidaya. Sifat-sifat

dari gulma tersebut antara lain:

1. Gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-beda,

mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi.

2. Gulma dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah kering sampai daerah

yang lembab bahkan tergenangpun masih dapat bertahan.

3. Kemampuan gulma untuk mengadakan regenerasi atau perkembangbiakan

memperbanyak diri besar sekali, khususnya pada gulma perennial. Gulma


perennial (gulma yang hidupnya menahun) dapat pula menyebar luas

dengan cara perkembangbiakan vegetatif disamping secara generatif.

Luasnya penyebaran gulma disebabkan oleh sifat daun yang dapat

bermodifikasi, yaitu tumbuh menjadi tumbuhan baru seperti pada daun Cocor bebek

(Calanchoe sp). Demikian juga dengan bagian-bagian tumbuhan gulma yang lain dapat

pula tumbuh menjadi individu gulma yang baru, seperti akar, batang, umbi dan lain

sebagainya. Inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan

(berkompetisi) dengan tanaman budidaya.

4. Gulma juga dapat menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, ini

pulalah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak.

Dalam berkompetisi dengan tanaman budidaya tumbuhan gulma juga ada yang

mengeluarkan bau dan rasa yang kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat pada

sekitar tempat tumbuhnya. Zat itu berbentuk senyawa kimia seperti cairan berupa

toksin (racun) yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tanaman lain

yang ada disekitar gulma tersebut, (kejadian tersebut dikenal juga dengan peristiwa

allelopati).

Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan atau kelompok

berdasarkan kepada: bentuk daun, daerah tempat hidup (habitat), daur atau siklus

hidup, sifat botani dan morfologi, dan cara perkembangbiakan.

2.2.1. Penggolongan berdasarkan bentuk daun

Penggolongan berdasarkan bentuk daun ini berpatokan atas lebar atau

sempitnya daun. Gulma berdaun lebar yaitu apabila lebar dari helaian daunnya lebih

dari setengah ukuran panjangnya. Helaian daun tersebut dapat berbentuk oval, bulat,
segita, lonjong, membulat atau seperti bentuk ginjal. Pertulangan daun (nervatio) dari

golongan ini umumnya bentuk menyirip. Golongan gulma berdaun lebar ini umumnya

didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Dicotyledoneae.

Sedangkan gulma berdaun sempit yaitu apabila helaian daun atau laminanya

berbentuk memanjang dan ukuran lebarnya helaian daun kecil atau sempit. Helaian

daun dari golongan ini umumnya terdiri dari kelampok daun yang berbentuk pita,

linearis, jarum dan yang berbentuk panjang-panjang. Pertulangan daun dari golongan

ini umumnya berbentuk lurus-lurus atau linearis yang umumnya didominasi oleh

kelompok tumbuhan dari klas Monocotyledoneae.

Dengan demikian berdasarkan bentuk daun ini maka gulma dapat dibagi dua

yaitu gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit.

a. Gulma berdaun lebar

Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan umumnya:

- mempunyai lintasan C3

- nervatio (pertulangan daun) menyirip

- dari kelompok Dicotyledoneae

- bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal, dll.

Contoh:

- Amaranthus spinosus L.

- Ageratum conyzoides (bandotan)

- Portulaca oleracea

- Melastoma malabathricum

- Eupatorium odoratum

- Euphorbia hirta
- Centella asiatica

b. Gulma berdaun sempit

Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang;

- mempunyai lintasan C4

- nervatio (pertulangan daun) linearis atau garis-garis memanjang.

- dari kelompok monocotyledoneae

- bentuk daun memanjang seperti pita, jarum, garis dll

contoh:

- Leersea hexandra

- Sprobolus poiretii

- Cyperus rotundus

- Imperata cylindrica

2.2.2. Penggolongan gulma berdasarkan habitat

Berdasarkan habitat atau tempat hidup maka gulma dapat dikelompokkan

menjadi beberapa golongan yaitu:

1. Gulma darat (terristerial weed) yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup dan

tumbuhnya di darat, seperti: Imperata cylindrical, Melastoma malabathricum, dsb.

Pada gulma darat ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan lahan

atau arealnya seperti:

2. Gulma sawah tanaman palawija, contoh: - Portulaca oleracea

- Cyperus rotundus, dll


3. Gulma ladang, contoh: - Leersea hexandra

- Imperata cylindrical

4. Gulma kebun, contoh: - Ageratum conyzoides

- Stachytarpita sp

5. Gulma hutan, contoh: - Melastoma malabathricum

- Crotalaria sp

6. Gulma Padang rumput, contoh: - Sprobolus poiretii

- Andropogon sp

7. Gulma air yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup, tumbuh dan

berkembang biaknya terjadi di dalam air, di daerah perairan atau ditempat yang basah

dan tergenang, Contoh dari gulma ini adalah: Eichornia crassipes, Hydrilla verticilata,

Pistia stratiotes, Nymphaea sp.

2.2.3. Penggolongan berdasarkan daur hidup

Menurut Ashton (1991), berdasarkan daur hidup (siklus hidup), maka gulma

dapat dikelompokkan pada beberapa golongan yaitu.

1. Annual (semusim)

Adalah tumbuhan gulma yang mempunyai daur hidup hanya satu musim atau

satu

tahunan, mulai dari tumbuh, anakan, dewasa dan berkembang biak. Contoh gulma

semusim adalah: Ageratum conyzoides, Stachytarpita sp.

2. Biennial (dua musim)


Yaitu tumbuhan gulma yang mempunyai daur hidup mulai dari

tumbuh

,anakan,dewasa dan berkembang biak selama dua musim tetapi kurang dari dua tahun.

Contoh gulma ini adalah: Lactuca canadensis L.

3. Perinnial (gulma musiman atau tahunan)

Adalah tumbuhan gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau lama

berkelanjutan bila kondisi memungkinkan. Contoh gulma ini adalah kebanyakan dari

klas monocotyledoneae seperti; Cyperus rotundus, Imperata cylindrical, dll

2.2.4. Penggolongan berdasarkan sifat morfologi

Menurut Tjitrosoedirdjo et. al (1984), berdasarkan sifat morfologi maka gulma dapat

dikelomp;okkan menjadi tiga golongan yaitu:

1. Golongan rumput-rumptan (grasses)

Yaitu semua tumbuhan gulma yang berasal dari keluarga Gramineae (Poaceae).

Gulma ini ukurannya bervariasi, tumbuh bisa tegak maupun menjalar , hidup semusim

atau tahunan. Ciri-ciri kelompok gulma yang tergolong kedalam keluarga rumput ini

adalah batangnya umumnya mempunyai ruas-ruas dan buku. Jarak masing-masing

ruas (internodus) bisa sama dan bisa pula berbeda dan bahkan ada yang cukup panjang,

yang tidak sebanding dengan buku (internodus), batangnya ini ada yang menyebut

dengan culm. Ciri lain dari kelompok ini adalah daunnya yang tidak mempunyai

tangkai daun (ptiolus) tapi hanya mempunya pelepah/ upih (vagina) dan helaian daun

(lamina).

Contoh dari gulma ini banyak sekali dan ditemukan pada berbagai tempat, baik

di areal tanaman budidaya maupun di daerah yang terbuka, misalnya; Eleusine indica,
Imperata cylindrical, Panicum repens, Paspalum conjugatum, Axonopus compressus,

Leersea hexandra.

2. Golongan Teki-tekian (sedges)

Yang termasuk kedalam kelompok gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae.

Ciri khas dari kelompok teki ini adalah batangnya yang berbentuk segitiga, dan pada

sebagian besar sistim perakarannya terdiri dari akar rimpang (rhizome) dan umbi

(tuber).

Contoh gulma ini adalah; Cyperus rotundus, Cyperus irinaria, dll.

3. Golongan gulma berdaun lebar (broad leaf weed)

Kelompok ini terdiri dari gulma yang berdaun lebar (luas) yang umumnya

terdiri dari klas Dicotyledoneae, pertulangan daun umunya menyirip, misalnya:

Ageratum conyzoides, Eupatorium odoratum, Melastoma malabathricum, Phylanthus

niruri, dll.

2.2.5. Penggolongan berdasarkan sifat botani

Menurut Triharso (1994), berdasarkan sifat-sifat botaninya maka gulma dapat

dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu:

1. Golongan gulma Dicotyledoneae (berkeping dua)

Yaitu semua tumbuhan gulma yang berasal dari klas Dikotiledon, seperti: Crotalaria

sp, Melastoma malabathricum, Phyllanthus niruri, Lantana camara, dll.

2. Golongan gulma Monocotyledoneae (berkeping satu)

Adalah semua tumbuhan gulma yang berasal dari klas Monokotil seperti: Imperata

cylindrical, Panicum repens, Dactyloptenium sp., Eragrostis amabilis, Cynodon

dactylon, cyperus rotundus, dll.


3. Golongan gulma Pteridophyta (pakis-pakisan)

Yaitu semua gulma yang berasal dari kelompok pakis-pakisan, contohnya :


Neprolepsis.

3.1 PERKEMBANGBIAKAN GULMA

Gulma merupakan tumbuhan yang sangat mudah tumbuh pada bermaca-macam


areal dan lokasi tanaman budidaya, hal itu yang menyebabkan gulma lebih unggul
bersaing dengan tanaman budidaya. Faktor tersebut didukung pula oleh cara
perkembangbiakan (reproduksi) gulma yang bermacam-macam seperti berikut.

1. Dengan biji
Sebagian besar gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah
biji yang sangat banyak seperti biji pada Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon,
Eragrostis amabilis.

Biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat
terbawa angin, air, hewan dan sebagainya dengan demikian penyebarannya juga lebih
luas. Adapula terdapat bulu-bulu (rambut halus) yang menempel pada biji, sehingga
biji ini mudah diterbangkan oleh angina, seperti pada biji Emilia sonchifolia, Vernonia
sp, dll.Disamping itu biji-biji gulma dapat bertahan lama di dalam tanah (masa
dormansi yang panjang) bila situasi lahan tanahnya tidak memungkinkan untuk
tumbuh, kemudian pada saatnya dapat tumbuh bila situasi sudah memungkinkan.

2. Stolon
Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon yaitu
bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana batang
ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat keluar
serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru. Contoh gulma
ini adalah: Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon, dll.

2.Rhizome (akar rimpang)

Yaitu batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah,


bercabang-cabang, tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat muncul
tunas yang membentuk individu baru.
3. Tuber (umbi)
Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi
tersebut bisa membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik (mata)
yang pada saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan individu baru
dari gulma tersebut. Contoh gulma ini adalah dari keluarga Cyperaceae, seperti:
Cyperus rotundus, Cyperus irinaria, dst.

4. Bulbus (umbi lapis)


Bulbus juga termasuk umbi yang merupakan tempat menyimpan makanan
cadangan tetapi bentuknya berlapis-lapis. Gulma golongan ini dapat ditemukan pada
keluarga Allium, contoh: Allium veneale (bawang-bawang).

5. Dengan daun
Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya yang
telah dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi
atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru.
Contohnya: Calanchoe sp (cocor bebek), Ranunculus bulbasus.

6. Runner (Sulur)
Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat
panjang, membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes.

7. Spora.
Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora, dimana
spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh gulma ini
kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp,
dll.

4. Pengendalian Gulma

Prinsip pengendalian gulma

Peranan vektor dalam pengendalian gulma :

• Aktivitas manusia (penelitian di Australia 1995: 233 non-native noxious weeds


:
 90% species disebarkan oleh aktivitas manusia
 21% species disebarkan oleh manusia itu sendiri
• Faktor alam : angin, air, hewan liar (burung & hewan lainnya)

4.1. Metode Pengendalian Gulma
A. Preventif
B. Mekanis
C. Kultur Teknis
D. Biologis
E. Kimiawi

A. Preventif (Pencegahan)
Pengendalian gulma secara preventif dapat dilakukan melalui:

mencegah invasi gulma , mencegah menetapnya gulma, dan/atau mencegah


menyebarnya suatu species gulma ke suatu daerah yang sebelumnya tidak pernah
ditumbuhi gulma tersebut

Tindakan preventif:

• Menanam benih bebas dari biji gulma


• Menggunakan pupuk kandang yang bebas gulma
• Menggunakan alat panen yang bersih dan bebas gulma
• Memberantas gulma yang tumbuh dan menyebar di sekitar daera irigasi dan
areal tanam
Semua tindakan diatas akan lebih efektif bila diikuti oleh:

• Program pendidikan
• penelitian
• Regulasi dan/atau karantina

B. Mekanis
Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan pengolahan tanah
konvensional dan penyiangan dengan tangan. Pengolahan tanah konvensional
dilakukan dengan membajak, menyisir dan meratakan tanah, menggunakan tenaga
ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak
mengolah tanah. Sebagian petani bahkan tidak mengolah tanah sama sekali. Lahan
disiapkan dengan mematikan gulma menggunakan herbisida.

The availability of broad-spectrum and selective herbicides has resulted in farmers and
other land managers placing less emphasis on many non-chemical options.

1. Hand-weeding (pencabutan)
Paling efektif untuk gulma yg baru tumbuh, gulma yg masih muda, terutama gulma
semusim
Tdk efektif dlm mengendalikan gulma tahunan yg telah kuat tumbuhnya dimana organ
perbanyakan vegetatifnya yg terdapat di bawah permukaan tanah tdk akan terganggu
oleh pencabutan

Baik utk mengendalikan gulma di pekarangan atau di kebun yang tdk terlalu luas

2. Tillage (mengolah tanah)


Tdk satupun cara olah tanah yang sesuai untuk semua kondisi pertanian, sehingga
membutuhkan beberapa fleksibilitas

Cara ini dapat menimbun gulma dan biji-bijinya, memisahkan sistem perakaran,
menyebabkan gulma di atas permukaan tanah menjadi mengering dan/atau dapat
menstimulasi perkecambahan biji gulma agar selanjutnya dapat dikendalikan

• Biasanya digunakan cangkul atau bajak


• Masih bertahan sbg alat pengendali gulma sampai saat ini di hampir seluruh
tempat di dunia
• Sangat efektif untuk gulma semusim yang baru tumbuh
• Gulma akan segera mati bila semua bagian gulma bisa dibenamkan
• Tdk efektif membenamkan gulma tahunan yg punya alat perbanyakan yg
terbenam di dalam tanah (teki dan alang-alang)
3. Mowing (Pembabatan)

Terbatas penggunaannya, terutama dilakukan untuk mengurangi produksi biji gulma


dan untuk membatasi pertumbuhan gulma tertentu pada pekarangan, lapangan golf,
dan sepanjang tepi jalan.

4. Mulching (Pemulsaan)

Mulsa dapat mengurangi perkecambahan biji-biji gulma dan mengurangi terbentuknya


“seed-bank”, melalui

a) Menyekat/membatasi tanah dari variasi t° harian agar dapat mengurangi


perkecambahan banyak species gulma
b) Mencegah cahaya mencapai biji gulma di permukaan tanah, sehingga
mencegahperkecambahan bij gulma yg butuh cahaya dlm
perkecambahan. Selanjutnya, bila biji-biji tsb dapatberkecambah tdk
akan mampu tumbuh karena tdk dapat menembus mulsa plastik atau
mulsa lai yg tebal; dan
c) Terlepasnya senyawa fitotoksik dar dekomposisi mulsa organik seperti
jerami padi, kulit-kulit kayu dan potongan-potongan kayu yg tdk
terdekomposisi sempurna. Hal ini dpt juga mempengaruhi tanaman
terutama tanaman yang masih kecil
Untuk pertanian berskala luas, residu tanaman dpt berfungsi sebagai mulsa. Kondisi ini
dpt menjadi penyangga terhadap fluktuasi t°, mengurangi laju evaporasi air dari
permukaan tanah, dan dapat menimbulkan efek allelopati.
Beberapa hambatankendala:

 Tdk cukup membatasi pertumbuhan gulma dibawah ambang batas


ekonomi butuh herbisida
 Residu tanaman dpt membatasi efisiensi aplikasi herbisida, terutama
bila penutupan tdk cukup
 Residu tsb dapat membatasi efektivitas pengendalian gulma melalui
cara pengolahan tanah
5. Penggenangan

• Irrigation dpt digunakan untuk memanipulasi biji gulma dengan cara


menstimulasi perkecambahannya, dan kemudian melaksanakan pengendalian
yg tepat sebelum tanam (pre-planting).
• Dpt mengatasi masalah gulma daratan, terutama Echinochloa cruss-galli.
• Tetapi, akan muncul gulma air yang lain seperti Cyperus diformis; Sagittaria
montevidensis
• Akan efektif bila:
 Semua bagian gulma betul-betul terendam
 Dibatasi oleh jenis tanah (harus kedap air)
 Tersedianya air dlm jumlah cukup

• Esensinya: mencegah pengambilan O2 oleh akar dari tanah karena tanah jadi
anaerob
6. Pembakaran

• Telah lama dilakukan untuk mengendalkan gulma pada daerah non-pertanian


seperti sepanjang jalan, sepanjang rel kereta api, dan sepanjang aliran irigasi.

7. Perlakuan Panas

• Potting mixtures (media tanam komersial), pada industri hortikultura, sering


diperlakukan panas untuk mengendalikan patogen, tetapi sekaligus juga dapat
mengendalikan gulma. Perlakuan uap panas dapat membunuh biji-biji gulma
pada t° diatas 70°C sekurang-kurangnya 30 menit.
• Api juga dapat menyebabkan biji gulma jadi steril bergantung pada tingginya
suhu

C.Kultur teknis

Memodifikasi keadaan habitat agar cocok untuk tanaman dan tidak cocok untuk gulma
a. Kultivar tanaman : dipilih habitus besar
b. Jarak tanam : optimum atau lebih rapat
c. Pengaturan air :
- digenangi/flooding (gulma darat)
- dikeringkan/drying (gulma air di
perairan/sawah)

• Flooding :
- gulma darat : - ada tanaman (padi gogo
rancah)
- tidak ada tanaman : teki,
lalang
- gulma yang tidak mempunyai jaringan
aerenchym mati.
• Drying :
- gulma di sawah, di perairan
- gulma air yang tenggelam lapisan
kutikula yang melindungi sel tipis, bila
kontak udara mati.

d. Pemupukan/kapur :
- dekat rumpun tanaman
e. Multiple cropping:
- inter cropping :
* mixed cropping
* row inter cropping
* strip cropping
* relay cropping
* alley cropping
- sequential cropping :
mono cropping, double cropping, dst.
- crop rotation
Dengan perlakuan-perlakuan seperti pada a s.d. e tanaman akan tumbuh mendahului
gulma danakibatnya gulma tertekan mati.

D. Pengendalian hayati (biologi)


Penghambatan/pengrusakan gulma dengan tumbuhan/jasad pengganggu/makhluk
hidup.
A. Penghambat gulma : cover crops
a. menjalar (creeping)
b. perdu
c. pohon
B. Perusak/pemangsa gulma
Mamalia, ikan, moluska, tungau, serangga,
nematoda.

A. Penghambat gulma : cover crops


a. Menjalar (creeping) biasanya berupa LCC
* disebut juga smother crops (pelengkap)
* disebut juga kompetitive crops (pesaing)
Contoh LCC (legume cover crops) :
Calopogonium mucunoides (Cm), Centrosema pubescens (Cp),
Pueria janica (Pj), Calpogonium caeruleum (Cc), Psophocarpus
palustris (Pp).
Ditujukan untuk menekan gulma rumputan menahun pada saat tanaman pokok masih
muda karena keadaan lahan masih terbuka.
* Pemakaian LCC pada karet :
Cm : Cp : Pj = 4 : 4 : 1 sebanyak 18 kg/ha biji.
* Pada kelapa sawit :
Cm : Cp : Pj = 8 : 12 : 1 atau
Pp : Cp : Pj = 8 : 12 : 1 sebanyak 21 kg/ha

Sifat- sifat :
Cm : tidak tahan naungan berat
Cp : tahan naungan berat
Pj : tahan naungan ringan

b. Perdu
Tephrosia candida :
tanah miskin dan tahan pangkas.
Tephrosia vogelii :
- tak tahan pangkas
- peka Heterodera sp. (nematoda)
- peka Corticium salmonicolor
- inang Helopeltis
Calliandra thyrsus – bunga merah
Calliandra tetragona :
- bunga putih
- tanah miskin, terbuka/terlindungi
- tahan pangkas
Flemingia congeata
- tahan naungan
- peka Regidoporus lignosus
c. Pohon
Leucaena glauca, L. leucocephala, Albizzia falcata.

B. Perusak/pemangsa gulma
Sifat : monofag, oligofag (terbatas)
Dactylopius opuntia memangsa Opuntia dilennii (O. elatior).
Puccinia chondrillina memangsa Chondrila juncea
Polifag : sapi, domba, babi, rusa, kijang.

Pemangsa digolongkan:
1. Mamalia : lembu, kerbau, kijang, dsb.
2. Ikan : Ctenepharyngodon idella
- Eichhornia crassipes
- Salvinia molesta
Tilapia mossambica
- Hydrilla verticillata
- Monochoria vaginalis
3. Moluska : Mariza corniculata
- Amaranthus spinosus
- Alternanthera sessilis
Achatina fulica
- Portulaca oleracea
- Amaranthus grasilis
4. Tungau : Orthogalumna tenebrantis
- Eichornia crassipes

5. Serangga (Arthropoda)
Valanga nigricornis (belalang) - polifag
Amale insulata - Eupatorium odoratum
Arthoria insignis – Lantana camara
Orseoliella javanica – Imperata cylindrica
Bactra trunculata – Cyperus rotundus
Neochetina eichhorniae (belalang hijau)
- enceng gondok
Psara basalis – Alternanthera philoxeroides
Nymphula responsalis – Salvinia molesta
Haltica sp. – Ludwigia adscendens
- L. hyssopifolia
6. Nematoda
Rodopholus similis – Panicum maximum

E. Herbisida

Herbisida memiliki efektivitas yang beragam. Berdasarkan cara kerjanya, herbisida


kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena herbisida, dan herbisida sistemik
mematikan setelah diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma. Menurut
jenis gulma yang dimatikan ada herbisida selektif yang mematikan gulma tertentu atau
spektrum sempit, dan herbisida nonselektif yang mematikan banyak jenis gulma atau
spektrum lebar.

Dua tipe herbisida menurut aplikasinya

Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh


(preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide).
Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar (atau
segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang
berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih
memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak
mengganggu tumbuhan pokoknya.

Cara kerja herbisida

Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa


penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa
yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki
struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi
sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-
bahan kimia yang diperlukan tumbuhan.

Contoh:

• glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena


berkompetisi dengan fosfoenol piruvat
• fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat
dari enzim glutamin sintase.

Rekayasa genetika dan herbisida

Sejumlah produsen herbisida mendanai pembuatan tanaman transgenik yang tahan


terhadap herbisida. Dengan demikian penggunaan herbisida dapat diperluas pada
tanaman produksi tersebut. Usaha ini dapat menekan biaya produksi dalam pertanian
berskala besar dengan mekanisasi.

Contoh tanaman tahan herbisida yang telah dikembangkan adalah raps (kanola),
jagung, kapas, padi, kentang, kedelai, dan bit gula.

Kritik atas pemakaian herbisida

Pemakaian herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan kimia yang berbahaya
bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar herbisida masa kini tidak
berbahaya bagi manusia dan hewan, herbisida yang tersebar (karena terbawa angin
atau terhanyut air) berpotensi mengganggu pertumbuhan tumbuhan lainnya. Karena
itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah
atau air.

Kritik lainnya ditujukan pada pemakaian tanaman transgenik tahan herbisida tertentu.
Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan komersial (meningkatkan
penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu, teknologi ini dianggap tidak
bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian dengan padat karya) atau berlahan
sempit.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan data – data yang ada di atas, kami dapat mengambil beberapa
kesimpulan bahwa:

• Bahwa Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang


tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia. Hal ini dapatberarti
tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung atau tidak langsung atau
kadang-kadang juga belum diketahui kerugian/kegunaannya. Oleh karena
batasan untuk gulma ini sebetulnya sangat luas sehingga dapat mencakup
semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Jenis gulma yang tumbuh
biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang
baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan dalah gulma semusim;
sedang pada perkebunan yang telah lama ditanami, gulma yang banyak terdapat
adalah dari jenis tahunan.

• Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi
yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum
pengendalian gulma dilakukan:

• jenis gulma dominan


• tumbuhan budidaya utama
• alternatif pengendalian yang tersedia
• dampak ekonomi dan ekologi

Kalangan pertanian sepakat dalam mengadopsi strategi pengendalian gulma


terpadu untuk mengontrol pertumbuhan gulma.
DAFTAR PUSTAKA

Steenis, Van C.G.G.J. 1978. Flora untuk Sekolah di Indonesia.P.T. Pradnya Paramita:
Jakarta Pusat
Tjitrosoedirdjo, Soekisman. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. P.T. Gramedia :
Jakarta
Womersley, J. S. 1981. Plant Collecting and Herbarium Development. FAO: Rome

www. Wikipedia.com

Bangun, P., D.Pasaribu, E. Partasasmita. 1986. Minimum tillage on mungbean in


alang-alang. Proc. Symp. Weed sci. p 263-273.

Sudiman, A., O.R.Madkar., M.Sundaru., Sumeno. 1989. Penel. Pertan. 9 (4) : 176 –
181.

Gupta, P.C., dan J.C. O’toole. 1986. Upland rice, a global perspective. The IRRI, Los
Baños.

Bangun, P. 1992. Pengendalian gulma pada tanaman pangan dan pengembangannya


di masa depan. Balitbio, Bogor.
Sundaru, M. M. Syam., J. Bakar. 1976. Beberapa jenis gulma pada padi sawah. Bull.
Tek. LP3 Bogor.
Balitbangtan Deptan 1991. Hasil utama penelitian sistem usahatani lahan pasang
surut dan rawa 198-1990. Proyek SWAMPS-II.

You might also like