You are on page 1of 4

Osilator satu op-amp pembangkit gelombang

sinus
Wien-bridge oscillator

Pembangkit gelombang sinus merupakan instrumen utama yang perlu ada dalam tiap bengkel
disain elektronika. Misalnya diperlukan untuk pengujian rangkaian audio HiFi yang memerlukan
sinyal sinusoidal sebagai input. Pada tulisan ini akan dibahas fenomena osilator, bagaimana cara
sinyal ini dibangkitkan dan realisasi rangkaiannya. Ada banyak tipe-tipe osilator yang dikenal
sesuai dengan nama penemunya antara lain Amstrong, Colpitts, Hartley dan lain sebagainya.
Namun pada tulisan kali ini akan di kemukan osilator Wien-bridge yang dapat direalisasikan
dengan satu op-amp dan beberapa komponen pasif.

Bagaimana terjadi osilasi

Fenomena osilasi tercipta karena ada ketidak-stabilan pada sistem penguat dengan umpanbalik.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut, yaitu sistem penguat A dengan umpan balik
B. Biasanya sistem umpanbalik dibuat untuk mencapai suatu keadaan stabil pada keluarannya
dengan mengatur porsi penguatan umpanbalik dengan nilai tertentu. Namun ada suatu keadaan
dimana sistem menjadi tidak stabil. Secara matematis sistem ini dimodelkan dengan rumus 1.

gambar-1 : sistem penguat dengan umpanbalik

rumus-1 : model sistem penguat

Pada rumus 1, sistem menjadi tidak stabil jika 1+AB = 0 atau AB= -1. Sehingga Vout/Vin pada
rumus tersebut nilainya menjadi infinite. Keadaan ini dikenal dengan sebutan kriteria
Barkhausen. AB = -1 dapat juga ditulis dengan :

  AB = 1 (- 180o)

Inilah syarat terjadinya osilasi, jika dan hanya jika penguatan sistem keseluruhan = 1 dan phasa
sinyal tergeser (phase shift) sebesar 180o. Seperti yang sudah diketahui pada rangkain filter
pasif, satu tingkat (single pole) rangkaian RL atau RC dapat menggeser phasa sinyal sebesar 90 o.
Setidak-tidaknya diperlukan rangkaian penggeser phase 2 tingkat agar phasa sinyal tergeser
180o. Sebenarnya rangkaian LC adalah pengeser phase 2 tingkat, namun untuk aplikasi frekuensi
rendah (< 1 MHz) akan diperlukan nilai induktansi L yang relatif besar dengan ukuran fisik yang
besar juga. Sehingga pada kali dihindari pemakaian induktor L tetapi menggunakan rangkaian
penggeser phasa RC 2 tingkat.
gambar-2 : rangkaian penggeser phasa RC 2 tingkat

Inilah rangkaian RC yang akan digunakan sebagai rangkaian umpanbalik pada sistem pembangkit
gelombang sinus yang hendak dibuat.

Rangkaian osilator Wien-bridge dengan satu op-amp

Osilator dinamakan demikian karena penemunya Max Wien lahir tahun 1866 di Kaliningrad Rusia
dan tinggal di Jerman adalah orang pertama yang mencetuskan ide penggeser phasa 2 tingkat.
Secara utuh bentuk rangkaian tersebut ada pada gambar-3 berikut. Rangkain ini merupakan
analogi dari sistem umpanbalik seperti model gambar-1. Tentu anda sekarang dapat
menunjukkan dimana penguat A dan yang mana umpanbalik dengan penguatan B. 

gambar-3 : rangkaian wien-bridge oscillator

Dari teori diketahui penguatan A adalah penguatan op-amp yang dibentuk oleh rangkaian resistor
Rf dan Rg yang dirangkai ke input negatif op-amp. Rumus penguatannya adalah :

rumus-2 : penguatan op-amp


Pada rangkain gambar-3 diketahui Rf = 2Rg, sehingga dengan demikian besar pengguat A = 3.
Dengan hasil ini, untuk memenuhi syarat terjadinya osilasi dimana AB = 1 maka B penguatannya
harus 1/3. Karena keterbatasan ruang, pembaca dapat menganalisa sendiri rangkaian penggeser
phasa pada gambar-2 dengan pesyaratan osilasi yaitu Vout/Vin = 1/3. Pembaca akan
menemukan bahwa rangkaian penggeser phasa tersebut akan mencapai nilai maksimum pada
satu frekuensi tertentu. Nilai maksimun ini akan tercapai jika C = R dan diketahui  = 2f.
Selanjutnya jika diuraikan dapat diketahui besar frekuensi ini adalah :

rumus-3 : frekuensi resonansi

Ini yang dikenal dengan sebutab frekuensi resonansi (resonant frequency). Dengan demikian
osilator wien yang dibuat akan menghasilkan gelombang sinus dengan frekuensi resonansi
tersebut.

Dimana Jembatannya

Mengapa rangkaian ini diberi embel-embel jembatan (bridge) ? Dimana jembatannya ?


Pertanyaan ini mungkin sedikit mengganggu pikiran anda yang tidak melihat ada jembatan pada
rangkaian gambar-3. Bagaimana kalau gambar-3 di buat kembali menjadi gambar-4 berikut ini.

gambar-4 : jembatan Wien

Tentu sekarang anda sudah dapat melihat ada jembatannya bukan. Ya, rangkaian yang
berbentuk seperti dioda bridge itulah jembatannya, jembatan Wien.

Distorsi frekuensi resonansi

Dengan menggunakan rumus-3, rangkaian gambar-3 (atau gambar-4) akan menghasilkan


gelombang sinusoidal dengan frekuensi 1.59 kHz. Tetapi kalau anda berkesempatan mencoba
rangkaian ini dan mengukur hasilnya dengan osiloskop atau frekuesi counter, ternyata frekuensi
resonansinya adalah 1.65 kHz. Hal ini memang diketahui karena adanya distorsi pada rangkaian
penggeser phasa yang non-linier. Untuk mengkompensasi distorsi tersebut, dapat digunakan
rangkaian umpanbalik nonlinear. Misalnya dengan mengganti resistor Rg dengan lampu dc 6volt
1 watt, tentu besar resistor Rf juga harus disesuaikan agar tetap nilainya lebih kurang 2Rg. Besar
arus yang melewati lampu tidak akan menyalakannya, tetapi cukup untuk memanaskan
filamennya. Besar resistansi lampu akan berubah-ubah karena pasan sesuai dengan besar arus
yang melewatinya. Ini yang membuat penguatan op-amp mejadi tidak liner. Pada rangkaian
pembangkit sinyal sinus jembatan Wien yang lebih profesional biasanya kompensasi ini dibuat
dengan menambahkan rangkaian AGC (automatic gain controller).

referensi
Albert Paul Malvino, Electronic Principle - McGraw-Hill 6th edition 1999
Ron Mancini, Design of op amp sine wave oscillators - Texas Instrument 2000

--end-- 

You might also like