You are on page 1of 19

Pengertian & Arti Definisi Ketahanan Nasional Bangsa dan

Negara indonesia
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan
serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari
dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

Contoh Bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) :

1. Ancaman di dalam negeri


Contohnya adalah pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat
indonesia.

2. Ancama dari luar negeri


Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme
serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar.

Ketahanan Nasional
1. Konsepsi Ketahanan Nasional

Konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan


dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
terpadu berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dan wawasan nusantara dengan kata lain konsepsi
ketahanan nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata,
rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai
nasional terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam..

Aspek Ekonomi

Ketahanan Ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan perekonomian bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun
tidak langsung untuk menjamin kelangsungan perekonomian bangsa dan negara berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945.

Aspek Sosial Budaya

Ketahanan sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamis budaya Indonesia yang berisi keuletan dan
ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak
langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya.

Aspek Pertahanan dan Keamanan

Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan pertahanan dan
keamanan bangsa Indonesia mengandung keuletan, ketangguhan, dan kemampuan dalam
mengembangkan, menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan hambatan yang datang dari luar
maupun dari dalam yang secara langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, integritas,
dan kelangsungan hidup bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia.

Aspek Politik

Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan politik bangsa Indonesia yang
berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung
maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan kehidupan politik bangsa dan negara Republik
Indonesia berdasar Pancasila dan UUD 1945.

Aspek Ideologi

Dapat diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan ideologi bangsa Indonesia. Ketahanan ini diartikan
mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung
maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.

2. Mewujudkan Keberhasilan Ketahanan Nasional

Aspek Ekonomi

Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi memerlukan pembinaan sebagai berikut:

• Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan yang
adil dan merata di seluruh wilayah Nusantara melalui eknomi kerakyatan

• Ekonomi kerakyatan harus menghindari sistem free fight liberalism, etatisme, dan monopoli ekonomi

• Pembangunan ekonomi merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan

• Pemerataan pembangunan dan pemanfaatan hasilnya dengan memperhatikan keseimbangan dan


keserasian pembangunan antarwilayah dan antar sektor.
Aspek Sosial Budaya

Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan sosial budaya warga negara Indonesia perlu:

• Kehidupan sosial budaya bangsa dan masyarkat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba
selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan
kebudayaan nasional.

Aspek Pertahanan dan Keamanan

Mewujudkan kekuatan Hankam

Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional setiap warga negara Indonesia perlu:

• Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang disertai keuletan dan
ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka
menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang datang dari luar maupun dari
dalam untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta pencapaian
tujuan nasional.

• Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.

Aspek Ilmu Pengetahuan

Untuk mecapai percepatan kemandirian dan kesejahteraan berbasis dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi ( Iptek )

• Dilakukan lewat penguatan empat pilar knowledge based economy ( KBE ), yaitu :

- Sistem pendidikan

- Sisten inovasi

- Infrastruktur masyarakat informasi

- Kerangka kelembagaan, peraturan perundangan, dan ekonomi

• Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan

• Mewujudkan tumbuhnya masyarakat yang berbudaya iptek

Aspek Ideologi

Upaya memperkuat Ketahanan Ideologi memerulkan memerlukan langkah pembinaan berikut:


• Pengamalan pancasila secara obyektif dan subyektif

• Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia

• Pendidikan moral Pancasila

• Sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsep Wawasan Nusantara bersumber dari Pancasila

Aspek Politik

Upaya mewujudkan ketahan pada aspek politik:

Politik Dalam Negeri

• Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum

• Mekanisme politik yang memungkinakan adanya perbedaan pendapat

• Terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan masyarakat

Politik Luar Negeri

• Hubungan luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama interansional di berbagai bidang

• Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka meningkatkan persahabatan
dan kerjasama antarnegara

• Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu dilaksanakan dengan pembenahan sistem
pendidikan, pelatihan dan penyuluhan

• Perjuangan bangsa Indonesia yangf menyakut kepentingan nasional

Lembaga Ketahanan Nasional


Lembaga Ketahanan Nasional, disingkat Lemhannas, adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian
dan pendidikan strategik ketahanan nasional.

Sejarah
Lembaga Pertahanan Nasional berdiri pada tanggal 20 Mei 1965 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1964, dan berada langsung di bawah Presiden. Pada tahun 1983,
lembaga ini berubah nama menjadi Lembaga Ketahanan Nasional, yang berada di bawah
Panglima ABRI. Pada tahun 1994 lembaga ini berada langsung di bawah Menteri Pertahanan dan
Keamanan. Sejak tahun 2001, Lemhannas merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang bertanggung jawab kepada Presiden.

Ketahanan Nasional dan Perlunya Pemuda Tampil


Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan
serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari
dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Bentuk-bentuk ancaman tersebut menurut
doktrin Hankamnas (catur dharma eka karma) adalah [1] ancaman di dalam negeri, misalnya
pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia. [2]
ancaman dari luar negeri, seperti infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme
dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negeri.
Melihat berbagai tantangan tersebut, seluruh elemen bangsa seperti pemerintah, masyarakat,
generasi tua, wanita, pemuda dan sebagainya, memiliki peranan vital di masing-masing
bidangnya. Namun, pemuda yang memiliki batasan produktif dalam berkarya, memiliki posisi
yang penting. Dalam konstruksi pemuda, posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding
sebagai obyek dan pada tingkat tertentu berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun
jati diri secara bertanggung jawab dan efektif. Artinya, kalaupun masih banyak pemuda yang
berposisi sebagai obyek pembangunan, maka harus terjadi perubahan paradigma, sehingga posisi
mereka sebagai obyek bisa berubah dengan pemberdayaan diri dan kesadaran berkarya.
Dengan demikian, pemuda tidak hanya memiliki tantangan terhadap dirinya sendiri, yaitu
melihat dirinya sebagai obyek pembangunan, tetapi tantangan luar yang menghampiri seluruh
bangsa. Kesadaran untuk menjadi subyek sangat perlu dihayati bahwa solusi pengangguran dan
berbagai problem pemuda lainnya, bisa diselesaikan oleh mereka sendiri. Kemampuan
menyelesaikan problem obyektif yang ada diharapkan mampu mengantarkan pemuda untuk
tampil menghadapi tantangan yang lebih luas lagi.

Sikap Pemuda terhadap Persoalan Bangsa


Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan
memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan bangsa, bahkan menuju
pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan semangat bangsa, sebagaimana yang
dimaksudkan Socrates sebagai discovery of the soul . Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat
dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial,
memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan
bukan lagi sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya
menegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.
Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya sensitivitas, karena bangsa ini
sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang serius, dan harus dituntaskan
secara simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan
perlu bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa ; pertama, komitmen untuk
meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan martabat bangsa Indonesia di
mata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa. Seluruh aktivitas pembangunan sejauh
mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya dengan menegakkan semangat
berdikari.
Kedua, harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi masyarakat sehingga
berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa.
Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa
tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara. Ketiga, penyelenggara negara dan
segenap elemen bangsa harus terjalin dalam satu kesatuan jiwa Kata kucinya adalah segera
terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata rakyat yang
memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan) pemimpin
yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi (inspiring) dan
mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif, memiliki semangat jihad, komunikatif
terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat solidaritas (solidarity maker) atau conflict
resolutor.
Dan untuk pemuda, mereka harus mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang
merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejala
ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.

Strategi Pemuda dalam Memperkuat Ketahanan Nasional


Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang berwawasan
kebangsaan, cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan berakhlak mulia adalah :
1. pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh, terpadu,
terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya wawasan generasi muda
dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan generasi muda bangsa-bangsa lain. Usaha
pengembangan ini merupakan pemerataan serta perluasan dari tahap sebelumnya dan merupakan
rangkaian yang berkelanjutan.
2. pemberdayaan generasi muda merupakan program pembangunan yang bersifat lintas bidang
dan lintas sektoral, harus dikoordinasikan sedini mungkin dari perumusan kebijaksanaan,
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasanserta melibatkan peran serta
masyarakat.
3. menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek dan pada
tingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara lebih aktif, produktif dalam
membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif.
Dalam pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang merupakan
proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa. Proses gradual ini secara
sosiologis meru¬pakan proses sosialisasi (penanaman) nilai dan norma masyarakat sesuai dengan
tahapan usianya. Proses ini dapat dikelompokkan sesuai usia; 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun
dan 21-35 tahun. Kelompok 6-18 tahun harus mulai melakukan interaksi sosial dalam rangka
memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa sehingga ketika
mereka mencapai usia kelompok berikutnya (usia 21-35 tahun), diharapkan mampu mencapai
tingkat kematangan pemikiran sekaligus mampu menerapkannya dalam lingkungannya.
Namun demikian, perlu sarana kondusif untuk mencapai puncak kematangan sebuah generasi.
Pemuda, dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai kemandirian. Pertama,
harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat mengaktualisasikan segenap
potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya. Dengan pernyataan ini maka berarti kita memiliki
pandangan yang positif dan optimis tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi
muda memiliki potensi, bakat, dan minat masing-masing. Kedua, pemberdayaan generasi muda
membutuhkan suatu strategi kebudayaan, bukan strategi kekuasaan. Dengan strategi kebudayaan
berarti kita harus menempatkan generasi muda bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagai
subyek. Para generasi muda harus diberikan otoritas untuk melakukan proses pembelajaran
sendiri agar mereka menjadi lebih berdaya dan diberdayakan. Ketiga, memberikan kesempatan
dan kebebasan kepada para generasi muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas dan
merdeka. Ini dimaksudkan agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kecenderungan untuk menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti kebiasaan
lama ternyata justru menumbuhkan semangat berkompetisi.

Kesimpulan dan Penutup


Pemuda memiliki potensi yang besar dalam menyelesaikan persoalan bangsa, terutama persoalan
yang menyangkut ketahanan nasional, meski tidak dimungkiri bahwa persoalan dalam diri
pemuda juga banyak. Yang terpenting adalah kesadaran pemuda untuk mampu merubah dirinya
dari obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan dan mampu tampil untuk mendukung
ketahanan nasional bangsa ini.
Persoalan bangsa memang tidak dapat segera diselesaikan, tetapi setidaknya, dengan
membangun kesadaran bagi pemuda, maka peroblem ketahanan nasional memiliki harapan untuk
makin diperkokoh.

DAFTAR PUSTAKA
Anthony Giddens, Third Way and Its Critics, Illustrated Edition Postcard Book, Polity Press,
May 1 2000.
Edi Budiono, dkk (editor), Profil Pemuda Indonesia Tahun 2007, Kementerian Negara Pemuda
dan Olahraga Republik Indonesia Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik, Jakarta Desember
2007.
Erlangga Masdiana dkk, Peran Generasi Muda Dalam Ketahanan Nasional, Kementerian negara
Pemuda dan olahraga, April 2008.
Faisal H. Basri, Krisis Ekonomi di Tengah Gelombang Globalisasi : Implikasinya Bagi Kerja
sama Ekonomi di Asia Pasifik, Jakarta: Gramedia, 1999.
Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 084/Menpora/1999
Manai Sophiaan, Nasionalisme dan Sumpah Pemuda dalam 45 Tahun Sumpah Pemuda, Jakarta:
Museum Sumpah Pemuda, Cet.2, 2006.
Seskoad, Kewiraan, Bandung: Seskoad, 1997.
Sunario, Arti Sumpah Pemuda, Nasional dan Internasional dalam 45 Tahun Sumpah Pemuda,
Jakarta: Museum Sumpah Pemuda, Cet.2. 2006

Geopolitik dan Geostrategi Indonesia


Konsepsi Geopolitik

Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang menjadi
wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri
atau negara ; dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan umum warga negara suatu
bangsa (Sunarso, 2006: 195). Sebagai acuan bersama, geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan
negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat
tinggal suatu bangsa. Frederich Ratzel mengenalkan istilah ilmu bumi politik (political geography), Rudolf
Kjellen menyebut geographical politic dan disingkat geopolitik.

Unsur utama Geopolitik

• Konsepsi ruang diperkenalkan Karl Haushofer menyimpulkan bahwa ruang merupakan wadah
dinamika politik dan militer, teori ini disebut pula teori kombinasi ruang dan kekuatan

• Konsepsi frontier (batas imajiner dari dua negara)

• Konsepsi politik kekuatan yag terkait dengan kepentingan nasional

• Konsepsi keamanan negars dan bangsa sama dengan konsep ketahanan nasional

Geopolitik Indonesia

Geopolitik Indonesia tiada lain adalah Wawasan Nusantara

• Wawasan Nusantara tidak mengandung unsur-unsur ekspansionisme maupun kekerasan


• Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang
dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat
dan bermartabat serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan
nasional.

• Wawasan nusantara juga sering dimaknai sebagai cara pandang, cara memahami, cara menghayati,
cara bertindak, berfikir dan bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi proses
psikologis, sosiokultural dengan aspek-aspek ASTAGATRA

Konsepsi Geostrategi

• Suatu strategi memanfaatkan kondisi geografi Negara dalam menentukan kebijakan, tujuan, sarana
utk mencapai tuj-nas (pemanfaatan kondisi lingkungan dalam mewujudkan tujuan politik).

• Geostrategi Indonesia diartikan pula sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi
sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan dan UUD 1945.

• Ini diperlukan utk mewujudkan dan mempertahankan integrasi bangsa dalam masyarakst majemuk
dan heterogen berdasarkan Pemb dan UUD 1945.

• Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud Ketahanan Nasional.

Geostrategi Indonesia tiada lain adalah ketahan nasional

• Ketahanan Nasional mrpk kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi
segala ATHG baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsungg maupun tidak langsug
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar
tujuan nasional.

• Tannas diperlukan bukan hanya konsepsi politik saja melainkan sebagai kebutuhan dalam menunjang
keberhasilan tugas pokok pemerintah, seperti Law and order, Welfare and prosperity, Defence and
security, Juridical justice and social justice, freedom of the people.

Konsepsi dasar Ketahan Nasional

Model Astagatra merupakn perangkat hubungan bidang kehidupan manusia dan budaya yang
berlangsung diatas bumi degan memanfaatkan segala kekayaan alam. Terdiri 8 aspek kehidupan
nasional :

1). Tiga aspek (tri gatra) kehidupan alamiah, yaitu :

a). Gatra letak dan kedudukan geografi

b). Gatra keadaan dan kekayaan alam

c). Gatra keadaan dan kemampuan penduduk


2). Lima aspek (panca gatra) kehidupan social, yaitu :

a). Gatra ideologi

b). Gatra Politik

c). Gatra ekonomi

d). Gatra social budaya

e). Gatra pertahanan dan keamanan.

Terdapat hubungan korelatif dan interdependency diantara ke-8 gatra secara komprehensif dan
integral.

Hubungan Geopolitik Dan Geostrategi

Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam
salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktif.
sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada
perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dengan
mengacu pada kondisi geografi bercirikan maritim, maka diperlukan strategi besar (grand strategy)
maritim sejalan dengan doktrin pertahanan defensif aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah yang
harus dipertahankan adalah laut. Implementasi dari strategi maritim adalah mewujudkan kekuatan
maritim (maritime power) yang dapat menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai
ancaman. Selain itu hubungan geopolitik dan geostrategi terdapat dalam astra gatra

Komponen strategi astra gatra

TRI GATRA (tangible) bersifat kehidupan alamiah

• Letak geografi Negara

• Keadaan dan kekayaan alam (flora, fauna, dan mineral baik yang di atmosfer, muka maupun perut
bumi) dikelola denga dasar 3 asas: asas maksimal, lestari, dan daya saing.

• Keadaan dan kemampuan penduduk (jumlah, komposisi, dan distribusi)

Pancagatra

(itanggible) kehidupan sosial

• IDEOLOGI → Value system

• POLITIK → Penetapan alokasi nilai di sektor pemerintahan dan kehidupan pololitik masyarakat. sistem
politik harus mampu memenuhi lima fungsi utama :
a). Usaha mempertahankan pola, struktur, proses politik

b). Pengaturan & penyelesaian pertentangan / konflik

c). Penyesuaian dengan perubahan dalam masyarakat

d). Pencapaian tujuan

e). Usaha integrasi

• EKONOMI (SDA, Tenaga kerja, Modal, Teknologi)

• SOSBUD (Tradisi, Pendidikan, Kepemimpinan nas, Kepribadian nas)

• HANKAM meliputi faktor2:

a). Doktrin

b). Wawasan Nasional

c). Sistem pertahanan keamanan

d). Geografi

e). Manusia

f). Integrasi angkatan bersenjata dan rakyat

g). Material

h). Ilmu pengetahuan dan teknologi

i). Kepemimpinan

j). Pengaruh luar negeri


IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN NASIONAL DENGAN
MENINGKATKAN INOVASI BIDANG TEKNOLOGI DAPAT
MEMPERKOKOH TANNAS

Sebagaimana diketahui, Sismennas merupakan perpaduan dari tata nilai, struktur, fungsi dan
proses mencapai efisiensi dan efektivitas dalam menggunakan sumber dana dan sumber daya
nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Sebagai tata nilai Sismennas merupakan
usaha menyeluruh dengan mengintegrasikan karsa, sarana, dan upaya untuk memberdayakan,
mengubah, meningkatkan potensi menjadi kemampuan nasional yang berdaya saing dalam
mengatasi berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi.

Dengan sistem manajemen nasional yang baik diharapkan akan terjadi penguatan ketahanan
nasional yaitu kondisi dinamik bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam rangka mempertahankan
eksistensi bangsa dan negara terhadap semua tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang
dihadapinya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar dalam segala bentuk dan
manifestasinya. Beberapa indikator keberhasilan sismennas dalam tannas dapat tercermin pada:
kepemerintahan yang baik (Good Governance), keamanan nasional yang relatif mapan dan
adanya kepastian hukum dan kepastian masa depan bagi seluruh penduduk, tingkat kesejahteraan
rakyat yang memadai atau cukup tinggi, baik lahiriah maupun bathiniah, sumber daya manusia
(SDM) yang kompetitif. Kesemua itu akan memungkinkan seluruh rakyat semakin bergairah
untuk memberikan peran-serta aktifnya dalam pembangunan.

Disisi yang lain perubahan teknologi baik teknologi informasi dan komunikasi, teknologi
manajemen, dan teknologi pendukung lain telah menyebabkan terjadinya pergeseran dalam
sistem manajemen modern termasuk dalam manajemen nasional[1]. Dengan adanya teknologi
informasi dan komunikasi yang lebih baik akan menyebabkan kemudahan dalam pengelolaan
data dan informasi. Struktur organisasi yang pada era sebelumnya cenderung bersifat hirarkis
fungsional akan menjadi lebih datar (flat) dan lintas komunikasi matrik. Pendekatan baru dalam
manajemen kualitas akan berpengaruh pada konsep pengelolaan layanan masyarakat dimana
pusat layanan (costumer satisfaction oriented) ada pada masyarakat bukan lagi pada pemerintah.

Adanya pergeseran teknologi ini menyebabkan adanya gap antara sistem manajemen nasional
yang ada saat ini dengan sistem manajemen nasional yang lebih efisien dan efektif dalam
mencapai tujuan nasional. Tulisan ini mencoba mengungkap bagaimana sistem manajemen
nasional yang didukung oleh teknologi dapat meningkatkan ketahanan nasional dengan lebih
baik.

Tata Nilai Sismennas dan Teknologi

Ada tiga faktor dalam sismennas yang perlu diintegrasikan untuk dapat mencapai tujuan
nasional, yaitu karsa, sarana, dan upaya. Karsa adalah kehendak atau tujuan yang akan dicapai.
Kondisi ini akan menjadi arah agar aktivitas yang dilakukan tetap pada jalur pencapaian yang
diinginkan. Hal ini terkait dengan kemampuan di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan, guna mengatasi berbagai permasalahan nasional. Sarana
merupakan wadah dan pemberdayaan segenap potensi sumber daya dalam proses mencapai
tujuan. Sarana merupakan faktor dominan dan sangat diperlukan untuk pemilihan alternatif
terbaik dan mendukung pengambilan kebijakan. Upaya merupakan proses pengambilan
keputusan dari berbagai dimensi melalui tranformasi potensi menjadi kemampuan sesuai yang
telah ditentukan.

Karsa nasional atau tujuan nasional haruslah berwawasan jauh ke depan. Tujuan nasional ini
akan menjadi haluan negara yang diturunkan menjadi beberapa pentahapan pencapaian; baik
jangka menengah (national objective) maupun jangka pendek (national target). Dalam era
sekarang ini untuk mentransformasikan sarana menjadi karsa tidak lepas dalam upaya yang
dilakukan akan menggunakan teknologi. Teknologi merupakan alat bantu yang dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan.

Dari sudut pandang administrasi negara, yang dimaksud dengan tata nilai adalah perpaduan
antara administrasi, organisasi, dan manajemen. Administrasi identik dengan faktor karsa,
sebagai penentu arah, tujuan, atau sasaran dan norma-norma atau cara-cara pencapaiannya.
Organisasi identik dengan faktor sarana, sebagai pewadahan potensi sumber daya, sumber dana,
serta unsur-unsur pendukung dan penunjang lainnya. Manajemen identik dengan faktor upaya,
berintikan cara bertindak meliputi perumusan, pengendalian, pengawasan, dan penilaian dari
organisasi sesuai yang digariskan oleh administrasi. Tata hubungan faktor karsa, sarana, upaya
dalam implementasi berwujud menjadi perencanana, penganggaran, dan penyusunan program.

Perencanaan yang berkaitan dengan penentuan sasaran yang ingin dicapai sebagai faktor karsa;
Penganggaran yang berkaitan dengan pengerahan sumber daya dan sumber dana sebagai faktor
sarana; dan Penyusunan Program dan Kegiatan dengan menerapkan teknologi dan manajemen
yang baik adalah faktor upaya. Perpaduan antara faktor Karsa, Sarana, dan Upaya merupakan
tata nilai Sismennas dan menjadi pedoman agar memperoleh keberhasilan sesuai yang
diharapkan.

Struktur Sismennas dan Cascading Strategy

Sismennas sebagai pendekatan sistem (systemic approach) akan mencakup input, proses, output,
outcome, dan feedback. Input dalam Sismennas merupakan tatanan luar Sismennas (Outer
Setting) yang juga merupakan faktor lingkungan dari tatanan dalam, sebagai sumber aspirasi
kepentingan rakyat dan sumber kepemimpinan nasional. Untuk penyelenggaraan pengambilan
keputusan sesuai dengan kewenangan terkait[2] diperlukan proses input atau arus masuk yang
berasal dari kehidupan masyarakat dan kehidupan politik nasional[3]. Kedua faktor input ini
berintikan aspirasi dan kepentingan rakyat.

Proses dalam sismennas merupakan rangkaian kegiatan dalam pengolahan respon[4] terhadap
kondisi kehidupan masyarakat dan politik nasional untuk dapat disesuiakan dengan tujuan
nasional menggunakan sumber daya yang dimiliki. Hasil dari aktivitas ini merupakan keputusan-
keputusan strategis, taktis, maupun operasional yang pada dasarnya merupakan tanggapan
Pemerintah atas berbagai aspirasi dan kepentingan rakyat. Output dari sismennas terhimpun
dalam proses arus keluar untuk selanjutnya disalurkan kembali agar terjadi perubahan dalam tata
kehidupan masyarakat dan politik nasional. Berbagai kebijakan ini dituangkan dalam bentuk
hierarki perundangan dan peraturan, sesuai dengan sifat permasalahan, klasifikasi kebijakan,
maupun instansi atau pejabat yang mengeluarkan.

Feedback atau proses umpan balik, sebagai bagian dari siklus Sismennas, menghubungkan Arus
Keluar dengan Arus Masuk dan akan berproses kembali ke Tatanan Pengambilan Keputusan
Berkewenangan (TPKB). Dengan demikian maka secara prosedural Sismennas merupakan siklus
tak terputus dan berkesinambungan.

Leveling dalam proses pengelolaan sumber daya untuk mengubah input menjadi output yang
diinginkan, Sismennas berdasar cakupannya terbagi atas supra struktur, infra struktur, dan sub
struktur. Pendekatan ini merupakan cara untuk dapat mendefinisikan sistem sebagai unit analisis
dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan. Dalam Ketatanegaraan Indonesia
pengelompokan tatanan menjadi (1) Supra Struktur; (2) Infra Struktur, dan (3) Sub Struktur.
Strata Supra Struktur adalah unsur Negara bersama unsur Pemerintah yang dalam keseharian
merupakan Kelembagaan Tinggi Negara. Supra struktur lazim disebut unsur ”Birokrasi” atau
”Aparatur” yang mempunyai kewenangan dalam pengambilan keputusan tingkat atas dalam
bentuk kebijakan sesuai bidang dan kewenangan masing-masing. Strata Infra Struktur adalah
berbagai ”Komponen Bangsa” yang memiliki kemampuan politis menyalurkan kepentingan dan
aspirasi kehidupan masyarakat. Strata Sub Struktur adalah unsur masyarakat yang mengacu pola
kehidupan sosial budaya, membentuk lingkungan hidup bersama secara tertib dan teratur[5].

Aspek Sismennas yang Handal dengan Teknologi

Pada usaha mencapai tujuan nasional, sismennas memiliki posisi kunci. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut, dalam sismennas perlu dibuat ukuran-ukuran (indicators) untuk menilai kinerja
(performance) dan capaian kualitas harus ditetapkan terlebih dahulu. Indikator kinerja
(performance indicator) adalah data atau fakta empiris yang dapat berupa data kualitatif ataupun
kuantitatif, yang menandai capaian dari perkembangan daya saing bangsa sebagai outcome
sismennas. Penentuan indikator kinerja dalam model sismennas dapat digunakan untuk
menggambarkan efisiensi, produktivitas, dan efektivitas dan faktor-faktor yang dapat
menunjukkan ketahanan nasional seperti: akuntabilitas, kemampuan inovatif dalam konteks
menjaga keberlangsungan bangsa dan kualitas masyarakat yang telah diraihnya, dan suasana
politik bangsa. Dengan kata lain, kualitas ketahanan nasional dicerminkan dengan konvergensi
dari seluruh indikator kinerja tersebut.

Pemanfaatan inovasi teknologi untuk membangun sismennas diharapakan akan dapat


meningkatkan efisiensi, produktivitas, efektivitas, akuntabilitas, dan kemampuan inovasi bangsa.
Inovasi teknologi yang relevan dalam implementasi sismennas akan mampu meningkatkan
ketahanan nasional sebagai tujuan nasional.

Efisiensi dalam sismennas adalah kesesuaian antara masukan (termasuk sumberdaya) dengan
proses yang dilaksanakan. Tingkatan efisiensi dapat diperlihatkan dengan bagaimana peran dan
kinerja manajemen sumberdaya (TPKB) dalam pelaksanaan proses tersebut. Tingkat efisiensi
dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara sumberdaya yang telah dimanfaatkan dengan
sumberdaya yang dapat/harus digunakan dalam melaksanakan proses tersebut. Semakin kecil
hasil perbandingan tersebut, maka semakin kecil tingkat efisiensinya. Produktivitas adalah
kesesuaian antara proses dengan keluaran yang dihasilkan. Tingkat produktivitas umumnya
diperlihatkan dengan perbandingan jumlah keluaran yang dihasilkan dari suatu proses dengan
memanfaatkan sumberdaya dengan standar tertentu. Namun perlu diperhatikan, bahwa
perubahan proses dapat mempengaruhi tingkat produktivitas.

Efektivitas adalah kesesuaian antara tujuan atau sasaran dengan keluaran yang dihasilkan.
Tingkat efektivitas dapat diperlihatkan dengan membandingkan tujuan dengan hasil dari proses
(termasuk dampak yang dihasilkan). Akuntabilitas adalah tingkat pertanggungjawaban yang
menyangkut bagaimana sumberdaya yang diterima oleh pemerintah di semua level baik supra,
infra maupun sub struktur dimanfaatkan dalam upaya dan kegiatan untuk mencapai tujuan
nasional yang telah ditetapkan. Pertanggungjawaban menyangkut tingkat efisiensi, kesesuaian
dengan norma dan peraturan yg berlaku umum, dsb. Kemampuan inovatif adalah tingkat
fleksibilitas bangsa untuk bereaksi terhadap perubahan sosial dalam masyarakat (TKM dan
TPN). Didalam merencanakan dan implementasi aktivitas fungsionalnya, setiap level struktur
harus selalu memperhatikan dan mengacu pada perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.
Setiap perubahan yang terjadi di masyarakat akan berdampak pada TLP dan TAN. Apabila suatu
bangsa tidak mempunyai kemampuan inovasi atau tidak mampu mengakomodasi maupun
mengantisipasi perubahan yang terjadi, maka bangsa tersebut akan memiliki ketahanan nasional
yang rendah.

Teknologi dalam Pengambilan Keputusan Strategis Sismennas

Sebagaimana diketahui dalam sismennas keluarannya adalah kebijakan-kebijakan dalam


pengelolaan sumber daya untuk peningkatan ketahanan nasional tentu perlu didukung oleh
informasi yang terbaik dan lengkap. Peran teknologi yang handal menjadi sangat penting.
Inovasi teknologi dalam sismennas dilakukan untuk mengintegrasikan pulau-pulau informasi
yang tersebar baik antar level supra, infra, dan sub struktur maupun antar elemen dalam
sismennas. Ada beberapa ciri yang perlu dikembangkan dalam pengambilan kebijakan nasional
yang memanfaatkan teknologi, yaitu keterlibatan semua pihak, komprehensif, keakuratan data,
dan kedalaman analisis. Inovasi teknologi digunakan untuk memperbaiki hal-hal tersebut.

Seperti halnya dalam manajemen modern, sismennas juga menekankan pentingnya keterlibatan
semua unsur/pihak yang ada dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Keterlibatan
tersebut sangat penting, karena harapan dan keinginan masyarakat sebagai yang dilayani negara
seharusnya dapat merupakan representasi harapan dan keinginan tujuan nasional. Tingkat
Komprehensif dari suatu proses analisis pengambilan kebijakan nasional dengan memperhatikan
astagatra akan dapat diperoleh benefit terbaik bagi ketahanan nasional. Data yang digunakan
untuk pengambilan kebijakan nasional harus akurat, konsisten antara data satu dengan lainnya,
dan sesuai dengan aspek atau isu nasional yang merupakan sasaran nasional. Data yang
digunakan untuk penyusunan kebijakan nasional harus dengan jelas disebutkan sumbernya,
keterkaitannya dengan isu atau aspek yang dibahas, asumsi dasar penggunaan data tersebut, dan
metodologi pengumpulan data. Kualitas dari analisis pengambilan kebijakan nasional secara
parsial sudah dapat dilihat pada ketiga atribut diatas. Sebagai bukti lain bahwa telah dilakukan
analisis yang mendalam dalam berbagai aspek dan isu yang penting adalah adanya gambaran
keterkaitan yang jelas (“benang merah”) antara (1) permasalahan strategis nasional yang berhasil
di identifikasi dengan data pendukung analisis, (2) permasalahan yang berhasil di identifikasi
dengan program atau aktivitas yang diusulkan guna meningkatkan ketahanan nasional, (3)
kekuatan yang dimiliki dan peluang bangsa baik secara nasional maupun regional yang dapat
dimanfaatkan dengan program atau aktivitas yang diusulkan.

Pendekatan Teknologis dan Langkah Implementasi TPKB sebagai kunci Sismennas

Sebagian besar organisasi termasuk negara pada umumnya hanya mengandalkan manajemen
puncak (supra struktur) untuk menyusun perencanaan strategik sebagai implementasi sismennad,
sementara manajemen menengah (infra struktur) sampai manajemen rendah (sub struktur) hanya
melakukan implementasi rencana jangka panjang dan pendek. Sistem manajemen nasional
seperti ini hanya pas untuk lingkungan yang stabil yang di dalamnya prediksi masih dapat
diandalkan untuk memperkirakan masa depan bangsa. Dalam pengembangan aktivitas yang
tertuang dalam rencana strategis jangka panjang, menengah, dan pendek, negara harus
melibatkan seluruh elemen bangsa di semua level dalam perencanaan strategiknya untuk
mengubah mode operasi organisasi dari plan and control menjadi sense and respond. Dengan
mekanisme baru ini, diharapkan akan dapat terlihat dan terukur seluruh kinerja daya saing
bangsa sebagai dasar ketahanan nasional dalam berbagai level (Effendi, 2009; Kartasasmita,
2009)).

TPKB mencakup seluruh perangkat negara yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab
dalam pengambilan keputusan untuk membuat berbagai kebijakan nasional, yang menyangkut
segala aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan mengarah kepada cita-cita
nasional. Kebijakan Nasional yang dirumuskan beorientasi kepada kepentingan masyarakat
dengan tolok ukur : (1) Secara politis, penyelenggaraannya dapat diterima masyarakat; (2)
Secara manajerial, pengerahan dan pemanfaatan sumber daya dapat efektif dan efisien untuk
mendapatkan hasil optimal yang memiliki nilai guna, daya guna, hasil guna; dan (3) Secara
administratif, penyelenggaraan berjalan dengan tertib.

Sebagai suatu sistem, Sismennas dalam mengemban fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan
penyelenggaraan pembangunan (Wrihatnolo, 2006). Sebagaimana dalam manajemen strategis,
Sismennas akan melalui siklus: Perumusan Kebijakan (Policy Formulation); Pelaksanaan
Kebijakan (Policy Implemention); dan Penilaian Kinerja hasil-hasil pelaksanaan kebijakan
(Policy Evaluation).

Kebijakan Nasional yang dihasilkan berkait dengan fungsi penyelenggaraan pembangunan,


adalah Kebijakan Pembangunan yang mentransformasikan kepentingan dan aspirasi masyarakat
dalam bentuk program dan kegiatan, maupun kebijakan pembangunan lainnya yang harus
diimplementasikan oleh TLP atau Pemerintah dan segenap jajarannyan, baik vertikal maupun
horisontal. Melalui pemahaman di atas, TPKB mengemban fungsi-fungsi yang berkait dengan
Kebijakan Umum (Pembuatan Aturan, Penerapan Aturan, Penghakiman Aturan) dan yang
berkait dengan Kebijakan Pembangunan (Perencanaan, Pengendalian, Penilaian).

Untuk menjalankan sismennas berbasis teknologi modern ada beberapa langkah yang dapat
digunakan agar tujuan nasional dapat diraih.
1. Langkah pertama adalah penilaian tujuan mendasar bangsa (Pancasia dan UUD 1945),
tantangan, kemampuan, dan nilai. Tahap ini juga mencakup persiapan untuk perencanaan
manajemen perubahan dalam manajemen nasional yang fokus pada komunikasi untuk
mengidentifikasi pesan-pesan kunci, media yang digunakan, waktu, dan pemberi pesan ideologi
bangsa.  Manajemen perubahan dengan mengelola komunikasi akan memberikan pengaruh
kuat pada penyampaian tujuan nasional ke berbagai pihak (Waits, 2007; Yudhoyono, 2010).
2. Langkah Kedua adalah menentukan hasil-hasil strategis, tema strategis, dan perspektif yang
digunakan dalam pengelolaan sumber daya nasional. Semua komponen bangsa harus
memahami hal ini.
3. Langkah Ketiga adalah menjabarkan elemen-elemen strategis dari langkah satu dan dua menjadi
sasaran strategis yang akan menjadi batu bata penyusunan strategi dan menentukan intensitas
strategis nasional. Sasaran adalah hal pertama yang diinisiasi dan dikategorisasikan dalam
beberapa level tema. Sebagai sebuah hubungan sebab akiba (cause-effect linkages). Formulasi
ini akan terlihat sebagai peta strategi (Strategy Maps) yang digabungkan dengan berbagai
indikator kinerja (Nuh, 2010; Putera, 2010).
4. Langkah Keempat adalah pengembangan ukuran kinerja untuk tiap-tiap sasaran strategis baik
pada input, proses, output ataupun level supra, infra, dan sub struktur. Ukuran yang mendorong
dan menghambat tercapainya sasaran perlu diidentifikasi, target ditetapkan, dan data dasar
(baseline) dan benchmarking perlu ditentukan.
5. Langkah Kelima adalah pengembangan inisiatif strategis untuk mendukung sasaran strategis.
Untuk membangun akuntabilitas manajemen organisasi, rasa kepemilikan atas ukuran-ukuran
kinerja dan inisiatif strategis perlu diperjelas untuk semua elemen bangsa.
6. Langkah Keenam adalah memulai implementasi proses dengan menerapkan manajemen kinerja
(menggunakan software) untuk memperoleh informasi yang akurat dan benar dari semua orang
dalam organisasi pada waktu yang tepat.  Keakuratan informasi ini akan memperbaiki keputusan
yang akan diambil dalam menjalankan strategi.
7. Langkah Ketujuh adalah menjabarkan scorecard nasional (supra struktur) menjadi scorecard
level propinsi (infra struktur) dan daerah (sub struktur). Proses cascading ini merupakan kunci
untuk memastikan bahwa semua proses bisnis yang dijalankan telah saling bersinergi. Ukuran
kinerja yang digunakan dapat memastikan bahwa semua elemen sismennas tumbuh untuk
berperan serta dalam pertumbuhan daya saing bangsa untuk ketahanan nasional.
8. Langkah Kedelapan adalah evaluasi ketika scorecard selesai dijalankan dalam satu periode
waktu. Selama proses evaluasi ini, pemerintah berusaha untuk menjawab pertanyaan seperti
apakah strategi nasional berjalan? Apakah sismennas mengukur kinerja dengan benar, apakah
lingkungan telah berubah? Apakah sumber daya nasional terencanakan dan berjalan baik?

Output Implementasi Sismennas

Implementasi Sismennas dengan dukungan teknologi yang baik akan menghasilkan kebijakan
yang meningkatkan kualitas pada Tata Kehidupan Masyarakat (TPM) dan Tata Politik Nasional
(TPN). TPM dan TPN pada konsep Sismennas merupakan awal dan akhir dari siklus
peningkatan ketahanan nasional.

Pada strata Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) peran masyarakat adalah sebagai penerima dan
penilai atas hasil-hasil penyelenggaraan pemerintahan oleh TLP yang landaskan pada catur
embanan nasional dan implementasi pembangunan nasional yang landaskan dari penetapan
haluan negara oleh TAN. Keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan
program-program pembangunan nasional akan mewujudkan Tertib Sosial (Tibsos) yang dinamis
dan akan menyadarkan masyarakat akan hak dan kewajibannya terhadap negara dan bangsa.
Dengan terpenuhinya hak-hak masyarakat yaitu kebutuhan dasar yang hakiki sesuai teruang pada
embanan nasional, yaitu: kesejahteraan, kesehatan, pendidikan maka tata kehidupan masyarakat
di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, akan semakin
tumbuh dan berkembang dan sebagai timbal baliknya akan membangkitkan kesadaran
masyarakat terhadap kewajibannya yang pada akhirnya akan memperkokoh Ketahanan Nasional
(Tannas).

Pada strata TPN dalam menjabarkan kebijakan umum menjadi berbagai peraturan, pedoman, dan
prosedur dengan sasaran untuk memantapkan stabilitas politik yang dinamis, makin tumbuhnya
pemahaman terhadap tata nilai kehidupan konstitusional, demokratis dan tegaknya hukum.
Landasan dan sumber untuk pembuatan, penerapan, dan penghakiman aturan adalah doktrin
Wawasan Nusantara (Wasantara) dan pranata politik negara yang diarahkan guna membangun
semangat dan kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa. Berbagai komponen bangsa, unsur
kekuatan masyarakat, kekuatan partai politik sebagai elemen-elemen kekuatan bangsa yang
beraneka ragam (plularisme) harus menyatukan visi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk bergerak bersama mencapai tujuan nasional.

Pemasyarakatan politik termasuk pendidikan politik perlu diatur, ditata, dan dikelola secara
berlanjut dan berkesinambungan yang diarahkan pada tertanamnya kesadaran warga negara
untuk setia kepada negara dan berdisiplin dalam rangka pembentukan karakter, identitas, dan
integritas bangsa Indonesia.

Tannas sebagai Outcome Kinerja Sismennas

Dari hasil pengujian aturan dan penilaian pelaksanaan berbagai kebijakan dan rencana akan
diketahui tingkat keberhasilan pembangunan dapat dianggap sebagai keberhasilan Sismennas,
yang dengan akan meningkatnya Tannas, yaitu suatu kondisi dinamik bangsa, berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam
rangka mempertahankan eksistensi bangsa dan negara terhadap semua tantangan, ancaman,
hambatan, dan gangguan yang dihadapinya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar dalam
segala bentuk dan manifestasinya (Suryohadiprojo, 2010; FRI, 2007; Sunardi, 2004).

Indikator-indikator penting dari Tannas sebagai outcome implementasi Sismennas yang baik
adalah:

1)      Adanya kepemerintahan yang baik (Good Governance), dalam pengertian pemerintah yang
menjalankan pemerintahan secara demokratis, transparan, aspiratif, partisipatif berdasarkan
hukum, yang selalu memelihara ketertiban-keterti-ban dan pertanggung-jawaban (accountable)
serta menjunjung tinggi keadilan sosial.

2)      Adanya keamanan nasional yang relatif mapan dan adanya kepastian hukum dan kepastian
masa depan bagi seluruh penduduk. Indikator keamanan nasional pada umumnya diukur oleh
tingkat stabilitas nasional yang mencakup stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan, yang pada umumnya merupakan produk atau keluaran dari interaksi
negara dengan negara-negara lain (internasional dan regional) dan negara dengan masyarakatnya
(nasional).

3)      Adanya tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai atau cukup tinggi, baik lahiriah
maupun bathiniah. Masyarakat sejahtera harus kaya materi sekaligus kaya moral spiritual. Yang
tidak boleh terjadi adalah kaya materi namun miskin moral, yang mengundang kecurigaan dan
kecemburuan sosial.

4)      Adanya sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif. Untuk memperkuat kepastian masa
depan bangsa terutama dalam memasuki era persaingan antar bangsa human development index
(HDI) menjadi faktor yang sangat penting. HDI harus diarahkan untuk menghasilkan manusia
dengan tingkat daya saing yang tinggi; manusia yang cerdas, ulet, dan tangguh seperti yang
ditentukan oleh kriteria Ketahanan Nasional.

Terwujudnya berbagai indikator seperti diuraikan di atas, akan memungkinkan seluruh rakyat
semakin bergairah untuk memberikan peran-serta aktifnya dalam pembangunan. Hal tersebut
menjadi umpan balik dan daya dorong untuk melaksanakan proses pembangunan selanjutnya,
sehingga memperlancar perwujudan Catur Embanan Nasional yang dibebankan kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

You might also like