Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Drs. Haryanto
NIP. 131404301
3
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 29 Juni 2005
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Penguji I
NIP. 131413233
4
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi atau tugas akhir ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
Semarang,
Erianawati
NIM. 1124000048
5
(HR. Baihaqi)
(HR. Baihaqi)
PERSEMBAHAN
Teman-teman kami
ABSTRAK
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi: “Tiap-tiap Warga Negara
berhak mendapat pengajaran.” Kata tiap-tiap menunjukkan bahwa semua warga
negara Indonesia termasuk anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus berhak
untuk memperoleh pendidikan, salah satunya adalah anak hiperaktif.
Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention Deficit Hiperactivity
Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) menggambarkan anak-
anak yang menderita ketidakmampuan untuk ‘stop, look, listen and think’
(Abikoff, 1987). Kelemahan tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan dalam
menggunakan strategi kognitif yang terorganisir sehingga sulit memusatkan dan
mempertahankan perhatian. Perilaku mereka tidak diatur melalui aturan yang
jelas.
Agar perkembangan anak hiperaktif bisa kembali seperti anak normal atau
setidaknya bisa berkurang hiperaktifitasnya dan dapat berkomunikasi/menjalin
hubungan baik dengan orang-orang disekitarnya maka anak hiperaktif perlu
mendapatkan pendidikan, pengasuhan dan penanganan secara khusus sejak dini,
salah satunya adalah dengan terapi.
Untuk itu peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain) sangat
diperlukan dalam upaya penyembuhan anak hiperaktif. Walaupun dibutuhkan
kesabaran, energi, memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit,
namun dengan dilakukannya terapi secara intensif akan membantu
penyembuhannya dan secara bertahap hiperaktifitasnya akan berkurang.
Di dalam pembelajaran anak hiperaktif di tempat Terapi Anak Al Tisma
Kudus tidak lepas dari penggunaan media, terutama media visual,, karena media
visual (gambar) merupakan alat bantu komunikasi yang mewujudkan tujuan
komunikasi dari anak, dan disamping itu anak lebih mudah belajar memahami
lewat gambar-gambar (visual-learners).
Terkait dengan pembelajaran anak hiperaktif penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran anak
hiperaktif dengan menggunakan media visual (gambar) di tempat Terapi Anak Al
Tisma Kudus.
7
(cukup keras, tegas dan bukan membentak) agar anak mudah memahami. Apabila
dalam pembelajaran, anak masih tahap pengenalan atau mengalami kesusahan,
maka berikan prompt (bantuan/arahan) pada anak dan setiap kali anak berhasil
melakukan sesuatu dengan benar maka berikan reinforce (hadiah/pujian/tepukan).
Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak. Dan apabila anak sudah
mulai menguasai materi pelajaran/merespon dengan benar, maka mengajar tanpa
prompt dan memberikan reinforce respons yang benar saja. Apabila anak sulit
untuk diajarkan maka cukup diberi iming-iming, seperti hadiah untuk menarik
minat mereka belajar.
Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran anak hiperaktif adalah
evaluasi proses yaitu evaluasi yang dilakukan seketika pada saat proses kegiatan
berlangsung dan evaluasi bulanan yang bertujuan untuk memberikan laporan
perkembangan atau permasalahan yang ditemukan atau dihadapi oleh
pembimbing di sekolah atau orang tua di rumah.. Berdasarkan evaluasi proses dari
hasil pembelajaran dengan menggunakan media visual (gambar) pada 6 anak
hiperaktif dapat disimpulkan bahwa pelajaran yang masih sering mengalami
kendala/hambatan adalah identifikasi benda, identifikasi bentuk dan identifikasi
kata kerja dimana kasusnya sama yaitu kurangnya ketelitian anak dalam membaca
gambar dan gangguan dalam pemahaman bahasa, tetapi dengan adanya media
visual (gambar) dan prompt (bantuan/arahan) dari terapis dapat membantu
mengurangi/menghilangkan gangguan pemahaman bahasa pada anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media visual (gambar)
memudahkan anak dalam memahami konsep dan membantu dalam generalisasi.
Disamping itu dapat meningkatkan kemampuan bahasa, kognitif, afektif dan
psikomotorik pada anak. Hal ini terbukti dengan 75 % anak hiperaktif berhasil
menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru pembimbing/terapis melalui
media visual (gambar) ini.
Saran dari penulis kepada pihak-pihak yang terkait diantaranya yaitu
kepala terapi, guru pembimbing/terapis, orang tua siswa, psikolog anak, psikiater
anak, dokter anak, dan Departemen Pendidikan Nasional hendaknya aktif dalam
meningkatkan kinerjanya serta mendukung program terapi ini sehingga dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi strata satu untuk
Negeri Semarang.
penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari peranan berbagai pihak, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, oleh karenanya pada kesempatan ini
6. Ibu Nur Halimah, Kepala Terapi Anak Bermasalah Al Tisma Kudus yang
telah memberikan ijin penelitian dan informasi yang berguna bagi penulis.
7. Para Guru Pembimbing Terapi Anak Bermasalah Al Tisma Kudus yang telah
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
9. Bapak dan Ibu-ku, terima kasih ku ucapkan atas do’a dan kasih sayang serta
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga
SWT. Amin
Semarang,
Penulis
11
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
B. Permasalahan ....................................................................6
Hiperaktif 80
3. Evaluasi .........................................................................87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
18
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
4.2. Data Siswa Terapi Anak Al Tisma Kudus Tahun 2001-2004 ......104
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1. Grafik perbandingan jumlah aktivitas “tak terarah”
DAFTAR BAGAN
Bagan Hal
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Permohonan Ijin Penelitian ..............................................................167
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi: “Tiap-tiap Warga Negara
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat (1) berbunyi: “Warga negara
yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar
nasional.” Selanjutnya ayat (2) berbunyi: “Ciri khas satuan pendidikan yang
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991, tentang Pendidikan Luar Biasa pasal 3
ayat (1) “Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental,
anak yang menderita ketidakmampuan untuk ‘stop, look, listen and think’
jelas.
bersifat multi faktorial dimulai dari faktor genetik, perkembangan otak saat
pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru dan orang-orang yang berpengaruh di
sekitarnya.
pertanyaan yang belum selesai ditanyakan dan tidak sabaran menunggu giliran.
24
dari ADHD) adalah kelainan perilaku yang bersifat neurologis tersering yang
terjadi pada masa kanak-kanak, dan merupakan suatu bentuk kelainan perilaku
dengan jumlah kejadian gangguan afektif yang bersifat kronis terbanyak pada
(minder), hal ini dapat berlanjut hingga masa remaja bahkan saat dewasa.
merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai pada kasus-kasus psikiatri
anak, yang ditandai dengan: kurangnya perhatian pada satu bentuk kegiatan
tertentu, tidak dapat duduk dengan tenang, bergerak tanpa arah dan tujuan, dan
tidak pernah menyelesaikan suatu pekerjaan dengan tuntas. Jika tidak tertangani
kelainan ini akan terjadi depresi, rendah diri dan beberapa masalah emosi yang
tidak terkendali.
dengan ADHD:
25
1. Diperkirakan diderita 4,1 persen anak usia 9 hingga 17 tahun selama periode 6
bulan.
anak normal.
anti sosial.
dasar dan menetap hingga remaja bahkan terkadang berlanjut hingga dewasa.
Agar perkembangan anak hiperaktif bisa kembali seperti anak normal atau
Selama ini pelayanan pendidikan untuk anak hiperaktif atau anak yang ber
anak hiperaktif yang IQ nya normal atau di atas normalpun tidak mendapat
Untuk itu peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain) sangat
kesabaran, energi, memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit,
Tengah termasuk di Kudus, tidak lepas dari penggunaan media, terutama media
visual,, karena media visual (gambar) merupakan alat bantu komunikasi yang
mewujudkan tujuan komunikasi dari anak, dan disamping itu anak lebih mudah
pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dapat dilihat daripada sesuatu yang
B. Permasalahan
C. Penegasan Istilah
1. Penggunaan
2. Media Visual
Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang
1989:569).
Media visual adalah semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar
mengajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata. Media ini dapat
berupa: media bentuk papan, media gambar dan media proyeksi (Daryanto,
1993:27). Tapi dalam hal ini hanya dikhususkan pada media gambar.
28
3. Pembelajaran
untuk belajar dan kemampuan ini akan terwujud apabila dibantu dan
4. Hiperaktif
hiperaktif.
hiperaktif.
D. Identifikasi Permasalahan
menurut Sudjana (1997:1) mencakup (a) tujuan pengajaran, (b) bahan pengajaran,
29
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni
metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Di dalam
yaitu pola berpikir anak masih terbatas pada benda-benda konkret yang dapat
dilihat dan diraba. Untuk dapat mencapai tujuan instruksional peranan guru dalam
menggunakan metode serta media jelas akan menolong siswa dalam belajar
1. Pentingnya peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa) dalam upaya
mereka nantinya.
yang harus diketahui oleh seorang guru terutama dalam membimbing anak
E. Pembatasan Permasalahan
(gambar) saja.
Kudus, sebagai populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
F. Rumusan Permasalahan
G. Tujuan Penelitian
H. Manfaat Penelitian
merancang media, memilih model penggunaan media visual yang cocok bagi
kebutuhan siswa.
4. Manfaat bagi orang tua: memberikan wawasan yang lebih luas tentang anak
I. Sistematika Skripsi
Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran.
BAB I. Pendahuluan
Analisis Data.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran
Batasan tentang teori belajar yang dikemukakan para ahli tergantung sudut
pandang yang dipakai masing-masing dalam memberi arti belajar karena itu
lingkungan. Perubahan tingkah laku itu terjadi secara sadar, bersifat kontinyu,
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya,
ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang sedang belajar.
170
as a result of experience”.
practice”.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu
meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau subjek belajar
diartikan sebagai tindakan atau usaha individu yang merupakan suatu proses
rangka mendapatkan perubahan tingkah laku baik yang berupa kognitif, afektif
dan bertujuan serta terdapat dua aspek yang sama yaitu adanya perubahan tingkah
laku dan pengalaman yang mempengaruhi beberapa faktor, baik yang disadari
maupun yang timbul sendiri akibat praktek, pengalaman, latihan dan bukan secara
kebetulan.
171
belajar. Perubahan itu tidak hanya pada pengetahuan saja akan tetapi dalam
kecepatan, penguasaan diri, sikap, kebiasaan, dan ketrampilan yang didapat dari
banyak berpusat pada guru. Artinya bila guru mengajar ia lebih mempersiapkan
belajar dll, tanpa memperhatikan bahwa siswa-siswanya dapat belajar atau tidak.
Oleh karena itu istilah mengajar yang dianggap berkonotasi “teacher centered”
diganti dengan istilah pembelajaran. Dengan ini guru diharapkan selalu ingat
bahwa tugasnya adalah membelajarkan siswa atau dengan kata lain membuat
membantu siswa atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Guru berfungsi sebagai fasilitator, yaitu orang yang
menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung agar siswa dapat
2. Ciri-ciri Pembelajaran
berikut:
belajar.
bagi siswa.
d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
f. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik
maupun psikologis.
3. Tujuan Pembelajaran
pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik
dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.
173
keadaannya dapat berubah-ubah, juga terdapat pada diri guru (motivasi dan
unsur ini kadang-kadang baik, dan pada suatu ketika dapat menurun atau hilang.
a. Faktor internal.
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
fisik atau jasmani individu yang bersangkutan, yaitu kondisi fisik yang
mental seseorang, yaitu kondisi mental yang mantap dan stabil dimana
kondisi ini tampak dalam bentuk sikap mental yang positif dalam
belajar. Selain berkaitan erat dengan sikap mental yang positif, faktor
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu
tertentu yang menyebabkan guru dan siswa menjadi aktif dan kreatif. Adapun
sistem.
seimbang.
e. Bahwa inti proses pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa secara optimal.
175
B. Media Pembelajaran
Media disebut juga alat-alat audio visual, artinya alat yang dapat dilihat
dan didengar yang dipakai dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk
membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan penggunaan alat-
alat ini guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap dan hidup serta
menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih
menggunakan media, paling tidak yang digunakannnya adalah media verbal yang
yang berupa gabungan dari bahan dan peralatan. Bahan di sini merupakan barang-
barang yang biasanya disebut perangkat lunak atau software yang di dalamnya
(Sadiman, 2002:19).
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6).
176
memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar.
disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Media pembelajaran juga dapat
e. Kualitas hasil pelajaran dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar
jelas.
g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif; beban guru untuk
dalam sistem pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk
menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut
hasil belajar.
j. Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika
motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam
pelajaran.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mengurangi verbalisme.
hidup.
kemampuan berbahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan
Obyek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan di ruang kelas
dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model;
Obyek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat
Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide
Obyek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat
Peristiwa alam seperti meletusnya gunung berapi atu proses yang dalam
binatang.
a. Tujuan
b. Ketepatgunaan
d. Biaya
e. Ketersediaan
Apakah media yang diperlukan tersedia atau tidak, apakah ada pengganti yang
f. Mutu teknis
Kualitas media harus dipertimbangkan, jika media sudah rusak atau kurang
pelajaran.
b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut
c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang
bisa menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang
media dan sumber sangat penting. Siswa tidak mungkin aktif menemukan sendiri
suatu kesimpulan, tanpa adanya bantuan media dan sumber belajar (guru dan
yang ada disekitarnya (guru dan oranng tua siswa) dapat mempermudah siswa
dalam memahami suatu pelajaran, yang nantinya akan bermanfaat bagi mereka
a. Media yang digunakan hendaknya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
d. Tidak ada alat bantu yang paling baik untuk semua tujuan, karena tergantung
sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber.
kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama.
C. Anak Hiperaktif
1. Pengertian Hiperaktif
Medical Series (1996) adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada
Hal ini sering kali dikeluhkan oleh orang tua dan guru, dan menjadi alasan
hiperaktif terjadi disorganisasi afektif, penurunan kontrol diri dan aktifitas yang
berlebihan secara nyata. Mereka biasanya bertindak 'nekat' dan impulsif, kurang
sopan, dan suka menyela pembicaraan serta mencampuri urusan orang lain.
miliknya, mudah marah, sulit bergaul dan sering tidak disukai teman sebayanya.
Tidak jarang mereka dengan kelainan ini disertai adanya gangguan pertumbuhan
dan perkembangan, tetapi tidak didapatkan kelainan otak yang spesifik. Pada
umumnya prestasi akademik mereka tergolong rendah dan minder. Mereka sering
aktifitas sehari-hari (24 jam) lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal
bahkan saat tidur sekalipun, gejala hiperaktif yang muncul sangat dipengaruhi
(tergantung) oleh situasi dan kondisi yang berlaku yang dihadapi. Pada anak ini
tidak bisa duduk dengan tenang, sering menggerak-gerakkan tangan dan kaki di
saat duduk meski tanpa tujuan tertentu. Tetapi dikatakan bahwa perilaku ini
Anak normal
3 5 7 9 11 13
Gambar 2.1. Grafik perbandingan jumlah aktivitas “tak terarah” anak hiperaktif
dan anak normal.
Anak-anak yang hiperaktif jumlah aktivitas “tak terarah” -nya lebih banyak
daripada jumlah aktivitas “tak terarah” anak-anak yang normal, akan tetapi tingkat
aktivitas semua anak semakin terkendali dengan meningkatnya usia.
tidak bisa konsentrasi pada satu hal dan kadang bersikap impulsif - melakukan
2. Ciri-ciri Hiperaktif
(Barkley, 1990 menyebut hal ini sebagai ‘the holy trinity of ADHD’):
b. Impulsivity/impulsivitas
sebelum berpikir, sering melakukan hal lain sebelum satu hal selesai, kesulitan
orang lain (misal menjawab pertanyaan sebelum selesai diajukan), gagal untuk
pengawasan.
c. Hyperactivity/ hiperaktivitas
suatu aktivitas secara berlebihan, baik aktivitas secara motoris maupun verbal.
Seperti: tidak bisa duduk tenang, tidak bisa tetap duduk, selalu bergerak
digerakkan oleh mesin atau selalu ‘on the go’, sering menggumamkan kata-
menuntut adanya perhatian. Sering, anak tersebut oleh orang lain akan dianggap
sebagai anak yang menyusahkan atau nakal. Di lain pihak, tanda-tanda gangguan
bisa sedikit atau tidak sama sekali, jika anak cukup banyak menerima penguatan
atau kontrol yang ketat, atau ketika anak di dalam situasi ‘face to face’.
188
antara lain:
a. Masalah intelek
menentukan mana yang penting dan mana yang harus diprioritaskan terlebih dulu
tahapan. Ia sulit menggabungkan satu hal dengan hal lainnya, kurang kendali diri,
tidak dapat berencana atau menduga apa akibat yang dilakukannya, susah bergaul,
sering tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan, khususnya ketika masuk
yang sulit diduga itu kadang membuat orang tua, guru atau teman-temannya
menanggapi citra yang diterima, misalnya: “m” dengan “w”, “d” dianggap “b”
atau “p” dianggap “q”, dan sebagainya sehingga mengalami kesulitan dalam
membaca.
189
b. Masalah biologis
Mereka suka sekali berlari-lari dan sulit untuk menyuruh mereka diam,
sekitarnya., suka berteriak dan ribut, semangatnya kuat. Anak hiperaktif juga peka
terhadap bahan kimia, obat, bulu, debu dan bahan kosmetik. Mereka juga sensitif
terhadap makanan tertentu, seperti: coklat, jagung, telor ayam, susu, kedelai,
daging, babi, gula dan gandum. Mereka sulit tidur dengan nyenyak dan mudah
dengan banyak gerak dan banyak tenaga, seperti berolah raga atau lompat tali.
mewarnai atau menggambar, mereka tidak dapat menggunakan alat tulis dengan
baik.
c. Masalah emosi
bila berbaris selalu berebutan, tidak sabar menunggu, bermain kasar, suka
merusak, tidak takut bahaya, dan sembrono sehingga besar kemungkinan bisa
diri. Juga emosi sering berubah-ubah sehingga tidak mudah diduga, kadang begitu
senang dan ceria, tetapi sebentar kemudian marah dan sedih. Seorang ahli
berpendapat bahwa yang sangat dibutuhkan mereka adalah melatih mereka untuk
d. Masalah moral
tidak memiliki kepekaan dalam hati nurani. Ia bisa mencuri uang orang tua atau
orang lain sehingga kesan orang banyak adalah anak ini bermasalah dan bermoral
rendah.
a. Penggunaan obat
perilakunya atau membuat dia dapat duduk tenang atau berkonsentrasi lama.
Penggiat sistem saraf pusat, seperti Ritalin, Dekedrine, atau Cylert, kerap
Apabila orang yang normal menggunakannya, obat itu akan memacu dan
yang hiperaktif. Sebaliknya, kalau obat penenang diberikan kepada anak yang
hiperaktif atau obat yang akan memperlambat atau menidurkan kita, biasanya obat
itu justru menambah tingkat aktivitasnya dan tidak dapat tidur semalam suntuk.
adalah obat penggiat (stimulan) sistem saraf pusat, yang mengaktifkan bagian-
191
bagian badan tertentu. Maka, obat itu menggiatkannya yang memberi kendali
pada anak. Pada umumnya, anak lebih mudah diurus dan menampakkan sedikit
menguntungkan anak karena memberi kontrol lebih banyak. Ia tidak dibuat tenang
mengganggu. Obat itu tidak hanya membantu anak duduk tenang dan mengurangi
kebingungannya.
Hal itu kerap kali terjadi pada anak hiperaktif di kelas. Penampilannya
buruk, sebab ia mudah terganggu atau tidak dapat memperhatikan guru cukup
lama dan oleh karena itu, ia tidak pernah menerima informasi. Akibatnya kalau ia
membuat anak lebih pandai atau dapat belajar lebih cepat melainkan
1) Obat itu akan “membuat dia tenang”. Ia kurang aktif dan lebih mampu
lebih baik, sebagian besar gejala hiperaktifnya berkurang dan umumnya akan
192
2) Tidak terjadi apa-apa. Anak tidak menampakkan perubahan apa pun. Kalau
terjadi, anak itu mungkin hiperaktif, tetapi tidak menerima cukup obat.
3) Mungkin anak nampak mengantuk atau kecapaian, dan mungkin jatuh tertidur
waktu melihat TV. Kalau ini terjadi, barangkali ia hiperaktif tetapi meminum
4) Anak mungkin menjadi lebih aktif. Kalau ini terjadi, anak itu tidak hiperaktif
Hendaknya orang tua jangan menambah atau mengurangi dosis obat anak
tanpa konsultasi dengan dokter. Maka jika terjadi reaksi 2,3 dan 4, hubungilah
dokter. Biasanya kita dapat melihat satu diantara akibat-akibat di atas dalam 1
sampai 7 hari sesudah anak mulai minum obat. Banyak dokter mulai dengan dosis
obat terendah. Lalu diperiksa dampaknya dan jika tak ada akibat positif, dosis
obat itu ditambah. Selama mengobati anak, sangat penting untuk tetap
kesulitan sekolah dan terutama diberikan selama jam-jam sekolah (yakni sebelum
makan pagi dan makan siang), maka perlu mendapatkan laporan dari gurunya.
b. Pengaturan makanan
dengan alergi makanan. Akhir-akhir ini, banyak dilakukan studi tentang diet atau
gizi makanan atas perilaku hiperaktivitas. Kedua pakar teori dalam bidang ini
Diet Feingold
Menurut Diet Feingold, ada dua kelompok makanan yang harus dihindari
apel, aberikos, nektarin, jeruk manis, persik, murbei hitam, murbei, ceri,
atau aroma sintetis (buatan). Diat ini tidak berkaitan dengan pengawet makanan,
beberapa anak. Tetapi semua makanan yang mengandung warna atau aroma
yakni harus dicoba selama 3 atau 4 hari, jika tidak ada reaksi yang tidak
sayuran yang tidak menimbulkan reaksi kurang baik pada anak dapat dimasukkan
dalam diet. Jika anak tidak memperlihatkan aktivitas yang meningkat atau
kalau timbul reaksi yang kurang baik, makanan itu harus dihentikan.
194
Dr. Feingold memberi beberapa petunjuk bagi orang tua yang anaknya
3) Tidak ada batasan terhadap banyak makanan yang manis buatan sendiri.
4) Semua etiket makanan harus dibaca dengan cermat. Kalau meragukan, lebih
minggu.
Dr. Lendon Smith berpendapat bahwa setiap orang harus mengikuti pola
makanan umum sebagai bagian program sepanjang hidup. Pola makanan ini
disebut diet pencegahan. Disamping diet umum ini, ia memberikan saran khusus
dan gula coklat, jagung, gula tebu, sirup, air tebu, madu, es krim yang
2) Makanan alami harus disantap 4 atau 6 kali sehari, dalam jumlah kecil. Di
antaranya sebagai berikut: sayuran segar (mentah), telur, keju putih, kacang-
kacangan, ikan, daging ayam, sayur mayur (seperti kacang panjang, buncis,
3) Mulailah setiap hari dengan vitamin dan mineral (diandaikan anak kekurangan
bahan-bahan tersebut).
c. Hindarkan pemanjaan.
masalah biologis. Orang tua harus bertahan dengan peraturan yang telah diberikan
dan menuntut anak agar menaatinya. Tunjukkan dengan mantap dan wibawa
bahwa orang tua ingin ditaati oleh anak-anaknya. Sikap bertahan ini bukan berarti
kejam, keras, diktator atau berhati baja, tetapi sebaliknya untuk membina dan
Usahakan untuk menciptakan suasana yang tenang di tempat anak itu biasa
tinggalnya sangat bising, sebaiknya pindah rumah agar anak itu dapat bertumbuh
Acara teve yang menampilkan adegan kekerasan, lagu yang ribut dan sinar
emosional. Cegahlah anak untuk meniru adegan-adegan yang tidak baik. Oleh
sebab itu, pilihlah acara teve yang beradegan lembut dan baik.
Anak ini kurang dapat mengendalikan diri dan apabila sikap agresifnya
dapat disalurkan dalam aktivitas yang tepat, maka itu akan mengurangi keonaran.
Meski anak hiperaktif sering tidak mampu menguasai diri dan perilakunya,
orang tua atau guru tidak seharusnya bersikap acuh dan menyerah. Setiap perilaku
yang tidak dapat diterima harus dicegah, kemudian tentukan suatu standar yang
sesuai dengan kebenaran. Perlu ada kesabaran untuk mengajarkan hal ini,
walaupun harus dilakukan berulang-ulang. Bila orang tua tidak putus asa, anak
kecerdasan dan sosialnya. Terapi perilaku, terapi konsentrasi, terapi wicara, obat-
obatan bahkan keluarganya pun perlu mendapat terapi untuk meneruskan terapi di
yang tidak sedikit, namun biasanya kalau terapi dilakukan secara intensif maka
a. Terapi Anak
beberapa kerugian akan tetap timbul dengan pendekatan medis ini. Dengan
dengan intervensi terapi alternatif yang berusaha untuk memberikan taktik dan
(strategi pemecahan masalah sosial). Selain itu juga perlu disadari bahwa terapi
yang efektif adalah terapi yang melibatkan semua pihak, orang tua, guru, dokter
dan psikologi.
Medikasi Psikostimulan
baik. Dengan pengobatan, sebagian besar anak-anak dan remaja ADHD (60-90%,
Whalen & Henker, 1980) menunjukkan perbaikan yang penting dalam hal gejala-
menghilangkan perilaku yang mengganggu dalam kelas, hal ini tidak berarti
ini: riset menunjukkan bahwa ketrampilan belajar dan sosial yang rendah serta
prestasi akademis yang buruk, tetap ada pada masa remaja dan awal masa dewasa.
behavioral rehearsal).
Berdasarkan pendekatan ini pada teori Vygotsky dan Luria (1962) yang
menekankan pentingnya pengaruh bahasa dan pikiran pada tingkah laku. Luria
1) Tahap pertama: tingkah laku anak dokontrol oleh bahasa orang lain, terutama
orang tua.
3) Tahap ketiga: pada usia sekitar 5-6 tahun, anak memperoleh kontrol diri
(covert self-instructions).
adalah untuk memotivasi anak untuk menjembatani secara verbal, pemikiran dan
mengurangi respon impulsif, karena anak diminta untuk berhenti secara periodik
Lima tahap belajar melalui proses modeling bisa dibedakan dalam situasi
belajar ini:
1) Model orang dewasa melakukan suatu tugas dengan instruksi verbal yang
2) Anak melakukan tugas yang sama dengan instruksi yang keras dari model
3) Anak melakukan tugas dengan instruksi sendiri yang keras (external self-
instruction)
external self-instruction)
anak. Melalui 5 tahap modeling ini, anak belajar untuk menunda perilaku: ‘stop-
Masalah Sosial.
meningkatkan kontrol diri dan respon sosial dalam menyelesaikan suatu masalah.
kelompok kecil (3 sampai 8 orang) atau secara individual. Tujuan dari terapi ini
200
perilaku yang efektif untuk menghadapi masalah tersebut. Setelah itu terapis
menanyakan pada anggota kelompok satu demi satu, bagaimana respon mereka
oleh orang tua) dan parents management skills. Orang tua dilatih untuk
penguat yang positif, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor
perilaku anaknya.
belakang dan perkembangan aspek-aspek ADHD pada guru. Hal ini dengan tujuan
agar guru tidak bersikap menolak anak didiknya yang menderita ADHD.
pertanyaan/tugas.
201
mengulangi perintah dan tugasnya. Sementara bagi anak yang tidak dapat
D. Media Visual
digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata.
penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan
memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat
memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar
menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan
siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya
proses informasi.
yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan
pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dapat dilihat daripada sesuatu yang
khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi efektif, fungsi kognitif, dan
fungsi kompensatoris.
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar.
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu
siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks
indera penglihatan, kita memakai mata kita untuk memperoleh informasi, isyarat,
tanda atau hal yang menarik perhatian kita, kenyataan ini mempunyai arti yang
203
diproyeksikan harus dapat dibaca, untuk itu harus jelas dan terang. Visual tidak
boleh meragukan, artinya obyek-obyek yang masih asing atau belum dikenal
ukuran dan bentuknya, harus terlihat perbandingannya dengan obyek lain yang
sudah dikenal. Media visual tidak boleh terlalu ramai dan kacau supaya informasi
Media visual haruslah sesuai dengan kenyataan dan dapat diterima, kalau
mungkin gerakan gambar, grafis atau slide yang asli untuk membuat master copy
(duplikat asli yang pertama kali), gunakan yang asli (master) untuk membuat
karton, bagan, dan diagram. Gambar realistis harus digunakan secara hati-hati
karena gambar yang amat rinci seringkali mengganggu perhatian siswa untuk
mengorganisasikan informasi.
204
d. Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.
agak kompleks
efektif apabila jumlah obyek dalam visual yang akan ditafsirkan dengan benar
dijaga agar terbatas, dan semua obyek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan
k. Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah
informasi.
memberi nama orang, tempat atau obyek, menghubungkan kejadian atau aksi
dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya, dan menyatakan apa
yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan atau katakan.
membedakan komponen-komponen.
205
sketsa/gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau
kenyataan dari sesuatu obyek atau sesuatu. Sementara itu, grafik merupakan
Bahan-bahan grafis, gambar dan lain-lain yang ada disekitar kita, seperti
akan ditampilkan. Tataan dapat dimengerti, dibaca, dan dapat menarik perhatian
Kesederhanaan
suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap
dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi yang
Keterpaduan
elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-
206
elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga
visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat
Penekanan
konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur
Keseimbangan
Bentuk
Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan
perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian
Garis
Tekstur
Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau
halus. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya
warna.
Warna
dengan hati-hati untuk memperoleh dampak yang baik. Warna digunakan untuk
Disamping itu, warna dapat mempertinggi tingkat realisme obyek atau situasi
respons emosional tertentu. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika
menggunakan warna, yaitu (1) pemilihan warna khusus (merah, biru, kuning, dan
sebagainya), (2) nilai warna (tingkat ketebalan dan ketipisan warna itu
dibandingkan dengan unsur lain dalam visual tersebut), dan (3) intensitas atau
Ada berbagai bentuk media visual (gambar) yang dapat membantu proses
belajar mengajar terutama anak hiperaktif yaitu media gambar yang meliputi
gambar chart, gambar chart berseri (flipchart), foto, alat permainan visual edukatif
dan berbagai media visual gambar lainnya. Tujuan utama penampilan berbagai
jenis media visual (gambar) ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang
a. Gambar Chart
Chart adalah sebuah lembaran kertas yang berisi informasi dalam bentuk
gambar dan tulisan, angka, tabel, diagram, grafik dan sebagainya yang berguna
untuk memperjelas materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di depan siswa.
sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan dengan cara yang lebih
1) Chart tunggal
adalah satu kesatuan informasi yang dituangkan dalam beberapa tahapan atau
dibuat berseri .
chart dengan tangan langsung karena ini bisa menghalangi gambar yang
ditampilkan, tetapi gunakan alat penunjuk yang berupa: batang bambu kecil
panjang, atau pulpen yang tangkainya bisa diperpanjang seperti antene radio.
ukuran yang besar, memperbesar ukuran yang kecil, mempercepat proses yang
2) Perlu perawatan yang baik karena kertas mudah rusak (kena air, rengat,
dilihat oleh siswa, sehingga sebelum lembar pertama telah jelas baru boleh dibuka
lembar berikutnya.
siswa terarah pada penjelasan gambar chart yang dijelaskan oleh guru tersebut.
c. Foto
gambar juga, hanya perbedaannya gambar ini didapatkan dengan peralatan yang
dinamakan kamera foto sehingga obyek yang digambar sesuai dengan apa yang
ada. Foto merupakan media visual yang efektif karena lebih nyata, kongkret,
alamiah, realistis, akurat, dimensi/skala benar dan akurat. Foto dapat membatasi
ruang, waktu dan ukuran. Obyek yang tidak mungkin dibawa ke kelas, berukuran
sudah tidak mungkin diulangi bisa digantikan dengan media foto ini.
lukisan, kartun, ilustrasi, foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat
digunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, pada setiap
Gambar fotografi itu pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan
membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku
teks.
211
dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian foto bisa
tentang isi pelajaran. Diskusi tentang jenis-jenis spesies tertentu dari binatang
akan berjalan efektif apabila disertai dengan foto-foto berbagai jenis binatang
jenis gaya bangunan (arsitek) Islam, atau perbedaan gaya arsitek dari berbagai
artistik, kejelasan dan ukuran yang memadai, validitas, dan menarik. Foto benar-
benar melukiskan konsep atau pesan isi pelajaran yang ingin disampaikan
usia siswa, sederhana atau tidak rumit sehingga siswa tidak salah menafsirkan
Foto yang digunakan sebagai media pegajaran harus artistik dalam arti
efektif, dan teknik pengambilan dann pemrosesan yang baik. Selanjutnya, foto
harus cukup besar dan jelas untuk kelompok siswa yang dihadapi. Foto harus jelas
212
karena dengan ketajaman dan kontras yang baik yang dapat memberikan
ditampilkannya.
sesungguhnya, bukanlah foto sesuatu obyek atau peristiwa yang dibuat-buat atau
didramatisasi: foto seorang petani di desa kita yang sedang menuai padi dengan
seorang petani dari desa kita yang memanen padi di sawah dengan “mesin traktor
penggiling padi.” Disamping itu, foto-foto untuk tujuan pengajaran harus dapat
yang akrab dengan kehidupan siswa seperti binatang, boneka dan mainan, kereta
api, dan lain-lain. Namun demikian, tidak berarti foto mengenai obyek yang
kurang akrab dengan siswa tidak boleh disajikan. Mungkin foto tentang sesuatu
obyek yang asing bagi siswa dapat menarik perhatian siswa karena baru pertama
kalinya berkumpul dan siswa ingin mengetahui lebih jauh tentang obyek itu.
dan cara memperolehnya pun mudah sekali tanpa perlu mengeluarkan biaya.
grafis lainnya.
213
3) Gambar fotografi bisa dipergunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang
kepada tahapan yang lebih kongkret yaitu lambang visual (visual symbols).
1) Beberapa gambarnya sudah cukup memadai akan tetapi tidak cukup besar
beberapa seri gambar untuk objek yang sama atau adegan yang diambil
seri yang disusun secara berurutan dapat memberikan kesan gerak dapat saja
mengajar.
1) Gambar fotografi itu adalah dua dimensi, dari sudut pandang pembelajaran hal
itu menjadi amat penting terutama untuk mata pelajaran yang rumit.
214
2) Gambar datar adalah medium yang “diam” oleh sebab itu dalam hal ini
4) Gambar datar menekankan gagasan pokok dan impresi, bahwa untuk menilai
dan memilih gambar datar yang baik harus menampilkan satu gagasan utama.
Dengan satu pusat perhatian maka seluruh adegan akan mendukung kepada
6) Gambar datar dapat melayani berbagai mata pelajaran, segala macam objek
dapat dipotret dari yang kongkret sampai kepada gagasan yang abstrak.
persyaratan bagi tujuan pengajaran. Dalam hal ini guru hendak menetapkan
terbaik untuk tujuan khusus pengajaran. Dari sudut pandang ini ada dua macam
pertimbangan, pertama dari sudut pendidikan dan kedua dari sudut seni.
Pertama gambar fotografi itu harus cukup memadai, artinya untuk tujuan
pengajaran yaitu harus menampilkan gagasan, bagian informasi atau satu konsep
jelas yang mendukung tujuan serta kebutuhan pengajaran. Di samping itu gambar
fotografi hendaknya realistik dan hidup, pewarnaan yang bagus, dan harus cukup
besar sehingga rinciannya bisa diamati untuk dipelajari. Dalam pada itu, untuk
usia siswa. Sedikit unsur terdapat di dalam gambar adalah cocok bagi anak-anak
usia muda. Demikian pula pola gambarnya harus sederhana dan gagasannya tidak
kompleks.
memenuhi faktor-faktor:
garis, pemakaian cahaya, bayangan serta pewarnaan. Jadi pusat perhatian dari
suatu gambar adalah gagasan, misi, pesan yang ingin dikomunikasikan bukan
bersifat fisik. Keefektifan suatu gambar ditentukan oleh sejauh mana baiknya
merupakan ciri kedua dari kualitas artistik suatu gambar. Gambar berwarna
harus dipilih betul menurut kenyataan, dan alamiah misalnya merah, biru,
216
3) Teknik pemotretan yang unggul bernilai lebih dari komposisi dan pewarnaan.
Ketiga, gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan
jelas. Gambar yang tajam dan kontras mempunyai kelebihan, karena ketepatan
dan rinciannya menggambarkan kenyataan secara lebih baik. Yang tidak kurang
Bilamana ukuran gambar terlalu kecil maka akan sulit diamati, pemahaman dan
daya tarik terhadap gambar merosot dan perhatian siswa kepada gambar pun
hilang.
suasana dramatis atau mencekam, adegan yang ideal, lebih pantas dipajang
studi tertentu yang menampilkan pesan yang benar menurut ilmu, merupakan
gambar fotografi sebagai media visual pada setiap kegiatan pengajaran, antara
lain:
217
dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti
keterpaduan.
banyak gambar tetapi tidak efektif. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif,
memikat mereka, akan tetapi tidak menghasilkan kesan atau impresi visual
yang jelas.
itu justru sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau
Tengah dan Jawa Timur, siswa akan menjelaskan mengapa bentuknya tidak
sama, apa yang membedakan ciri-ciri satu sama lain. Melalui gambar itulah
keterbacaan visual dalam hal ini sangat diperlukan bagi siswa dalam
baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan
gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi hasil belajar
siswa. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan,
3) Segi keamanan sangat diperhatikan baik dari bentuk maupun penggunaan cat
5) Sifatnya konstruktif.
Terdiri dari semua alat permainan yang dibuat dengan berbagai macam
digunakan untuk mencipta bangunan. Alat ini dapat berbentuk balok-balok dalam
berbagai macam ukuran. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu,
219
khusus seperti hiperaktif dan autisme. Karena kegiatan ini bermanfaat untuk
bermain dengan A.P.E. ini maka kosa kata yang didapat juga tak ternilai. Tidak
jarang anak mampu menguasai bahasa yang canggih karena kemampuan ingatan
pendengarannya bagus sehingga kita tidak perlu terlalu takut untuk menggunakan
Peralatan ini terbuat dari berbagai macam bahan. Misalnya kertas, plastik,
kayu dan sebagainya. Pada usia prasekolah anak perlu menguasai berbagai konsep
seperti warna, ukuran, bentuk, arah, besaran dan lain-lain. Dengan rentang
perhatian yang terbatas dan masih sulit diatur atau masih sulit belajar dengan
“serius”, anak usia prasekolah terutama anak hiperaktif akan lebih mudah belajar
kegiatan bermain), karena anak akan merasa senang dan tanpa ia sadari ternyata ia
sudah banyak belajar. Misalnya dalam memperkenalkan warna dan ukuran bisa
warna dan ukuran. Alat permainan edukatif yang mengandung unsur konsep
220
bentuk tidak perlu mendapat penekanan berlebih. Dengan bermain dan secara
dengan alat ini akan membuat anak makin memiliki konsep dan mengenal nama
bentuk tersebut dengan spontan. Misalnya, bila terlalu sulit bagi anak untuk
mengingat nama segi empat dapat diganti dengan istilah kotak atau tahu. Kata
1) Lotto-lotto berwarna
2) Alat permainan menara gelang ganda bentuk bulat, segi empat, segi tiga dan
segi enam. Dengan alat permainan ini anak-anak akan mengenal konsep
3) Puzzle (mainan bongkar pasang). Yang paling sederhana adalah papan bentuk
(lingkaran, segi empat, segi tiga, bintang, oval dan sebagainya). Model puzzle
4) Tangga bentuk silinder dan kubus. Dengan memainkan alat permainan ini
anak belajar tentang bentuk, warna, jumlah, posisi benda (di atas, di bawah,
dan di samping).
6) Papan-papan hitung
9) Kartu berpasangan, sejenis atau sama, dapat meningkatkan kosa kata serta
10) Berbagai macam miniatur binatang, orang (tokoh) yang bermanfaat untuk
11) Alat permainan yang bersifat konstruksi, misalnya balok meja, alat permainan
tersebut, anak dapat menyusun suatu bentuk tertentu, dapat dengan contoh
puas, mendapat pujian dari orang lain yang akan meningkatkan keinginan
12) Materi yang berorientasi pada kegiatan yang bersifat akademik. Yaitu materi
yang membawa anak untuk kesiapan akademik bagi anak. Materi tersebut
meliputi: kertas dan pensil, pola bentuk untuk dijiplak (sebagai persiapan
dan sebagainya.
222
Aktivitas Bahasa
Terbuat dari foto berbagai obyek dan di bawah foto ditulis huruf awalnya.
Kegiatan: suruh anak untuk menunjuk beberapa benda dan menyebutkan huruf
awal serta bunyinya dengan demikian anak akan dapat mengenal abjad,
2) Foto-foto berpasangan.
Cara membuatnya potret berbagai benda yang dikenal si kecil dan cetak dua
tebal, gunting dan tutup setiap guntingan foto dengan plastik bening sehingga
dengan cara mengocok tumpukan foto itu, atau meletakkannya dengan posisi
terbalik di atas meja dan membuka secara bergantian dua kartu sekaligus.
Tujuannya adalah mencari pasangan setiap foto itu. Permainan ini membantu
3) Huruf-huruf Amplas
Cara membuatnya siapkan beberapa lembar amplas, lalu potong. Susunlah tiap
huruf tersebut di atas karton tebal. Huruf-huruf ini akan terasa menonjol bila
menggunakan jari untuk menelusuri bentuk huruf secara benar. Kita bisa
223
nama huruf tersebut. Kita juga bisa membuat huruf besar dan huruf kecil dari
huruf besar dan huruf kecil bersama-sama. Kegiatan ini bisa membantu si
4) Dinding Kata
Dinding kata ini dapat dibuat di berbagai tempat. Bagian depan kulkas
Cara membuat buku teka-teki yaitu dimana satu halaman berisi petunjuk dan
bantulah si kecil menentukan obyeknya, dan beri tiga atau empat petunjuk.
Misalnya: saya buah, saya berwarna kuning, saya rasanya asam. Kegiatan ini
6) Tabel Tugas
mengatur tugas anak dapat dibuat tabel penuh warna agar lebih menarik. Tabel
tugas bisa dibuat dengan menggunakan amplop bertuliskan nama anak dan
kartu bergambarkan tugas mereka. Untuk anak yang lebih kecil, gambar
224
merupakan suatu pesan. Jadi pastikan setiap tugas ditampilkan dengan gambar
yang sesuai. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan anak pada tulisan dan
7) Menyortir Gambar-gambar
dan yang tidak ia sukai dari majalah dan menempelkannya untuk dijadikan
8) Jam Gambar
dan gambarlah sebuah anak panah di karton, setelah itu tempelkan sepotong
posisinya seperti jarum jam. Lubangi anak panah tadi sehingga terbentuk
sudah diikatkan ke sebatang lidi kecil ke lubang itu hingga ujung benangnya
menembus ke belakang. Lalu, di ujung benang tadi, ikatkan lagi lidi kecil
sehingga anak panah dan lingkaran saling menempel, dan anak panah bisa
yang bunyi konsonan awalnya sama dengan gambar yang tertunjuk oleh anak
panah.
Cara membuatnya adalah guntinglah garis lurus yang panjang dan pendek
serta setengah lingkaranyang besar dan kecil dari karton, dan berikan beberapa
guntingan kertas itu kepada si kecil sekaligus. Mulailah dengan satu garis
lurus yang panjang dan pendek serta satu buah bentuk setengah lingkaran
berukuran kecil. Tanyakan pada anak, huruf apa saja yang bisa dibuat dari
potongan tersebut. (jawabannya huruf besar “R” serta huruf besar dan kecil
dari “p”). Kegiatan ini bisa membantunya memahami bahwa semua huruf
Aktivitas Matematika
1) Deretan angka
secara berurutan pada selembar kertas berwarna. Usahakan agar kertas tidak
terlalu panjang agar anak bisa menyelesaikannya dengan baik. Hal ini
2) Kwartet angka.
macam benda, mintalah anak untuk menghitung jumlah benda yang sesuai
dengan angka yang tertera pada masing-masing kartu. Lalu pasangkan benda
tersebut dengan angkanya. Kartu tersebut bisa dibuat dalam ukuran yang
226
cukup besar sehingga seluruh benda itu bisa diletakkan semuanya di atas
kartu.
3) Tusuk Gigi
Anak-anak yang masih kecil biasanya berpikir bahwa angka selalu statis. Jadi
menurut mereka angka 5 atau 7 tidak dapat ditampilkan dengan cara lain dan
angka tetap sama meski diatur dengan cara berbeda, maka ajaklah anak untuk
melakukan kegiatan dengan tusuk gigi. Siapkan beberapa tusuk gigi. Lalu,
pada empat lembar kertas yang berbeda, mintalah anak untuk menyusun
empat angka dengan empat cara yang berbeda. Misalnya, empat tusuk gigi
bisa disusun menjadi sebuah rumah, atau menjadi persegi panjang, dibariskan
berjajar atau membentuk satu garis lurus. Jelaskanlah padanya bahwa jumlah
tusuk gigi pada setiap susunan tersebut tetaplah empat. Hitunglah jumlah
tusuk gigi itu bersama-sama saat ia menyusun (dan menempelkan) tusuk gigi
4) Jam tiruan
Buatlah jam tiruan dari kertas kardus, kemudian tanyakan jam berapa kepada
5) Menjiplak uang logam. Perkenalkanlah semua uang jenis logam. Setelah itu,
letakkan uang logam di bawah kertas putih dan bantulah ia menjiplak dengan
menggunakan krayon. Buatlah jiplakan dari kedua sisi uang logam. Aktivitas
1) Balok bangunan
Fungsi/kegunaan:
yang lainnya.
2) Kotak merjan
Fungsi/kegunaan:
3) Kotak baca
Fungsi/kegunaan:
b) Belajar menyusun kalimat, kata, suku kata, yang dilakukan oleh anak
sendiri.
228
Spesifikasi alat:
beli buku”
Fungsi/kegunaan:
Spesifikasi alat:
d) Jumlah
Fungsi/kegunaan:
6) Boneka
Fungsi/kegunaan:
7) Papan geometris
Fungsi/kegunaan:
Spesifikasi alat:
geometris
8) Pohon hitung
Fungsi/kegunaan:
a) Memperkenalkan konsep bilangan
Spesifikasi alat:
Unsur-unsur pada pohon hitung adalah pohon, alas pohon, dan isi pohon yang
terdiri dari bentuk bunga, buah nanas, buah kecil, daun dan sebagainya.
230
Fungsi/kegunaan:
Fungsi/kegunaan:
penampang
Fungsi/kegunaan:
Spesifikasi alat:
papan/setrika-setrikaan
Fungsi/kegunaan:
Spesifikasi alat:
a) Unsur alat terdiri dari papan tempat keping bergambar dan isi berupa 12
keping bergambar
Fungsi/kegunaan:
b) Finger painting
Spesifikasi alat:
Fungsi/kegunaan:
Spesifikasi alat:
a) Unsur terdiri dari tangkai dan bulu-bulu kuas
15) Plastisin
Fungsi/kegunaan:
Spesifikasi alat:
16) Gambang
Fungsi/kegunaan:
Spesifikasi alat:
belajar mengajar terutama belajar membaca asosiasi antara arti dan kata, yaitu:
1) Peralatan yang terbuat dari sehelai karton, dimana pada bagian kiri memuat
gambar dari berbagai benda dan pada bagian kanan memuat nama dari benda
itu. Dan dua buah panah yang terbuat dari karton yang dapat digerakkan ke
atas dan ke bawah melalui pita/tali. Tugas anak adalah menggerakkan panah-
panah itu sehingga panah kanan menunjukkan nama (kata) dari benda yang
sambungan tertentu antara kartu gambar dan kartu kata. Tugas anak adalah
3) Satu set kwartet yang terdiri atas 5 atau 6 atau 7 helai kartu. Tiap kartu terdiri
dari dua bagian, dimana bagian kiri memuat kata dan bagian kanan memuat
gambar atau dua bagian memuat suku kata. Tugas anak adalah menyusun
4) Alat ini terdiri dari 8 sampai 12 helai kartu yang masing-masing berbentuk
ikan, dimana bagian muka dari kartu memuat gambar dan bagian belakang
kartu memuat nama (kata) dari gambar itu. Cara menggunakannya: ikan
dikail) tiap kali anak menangkap seekor ikan, nama dibacanya jika salah ikan
dikembalikan dalam kolam, jika benar ikan boleh ditahan. Agar ikan dapat
1) Alat yang terbuat dari dua helai kartu (satu set mainan kwartet) dimana kartu
yang satu memuat nama (kata) dan kartu yang satunya lagi memuat gambar.
Tugas anak mencari kata yang sesuai dengan gambar atau sebaliknya.
234
Tujuannya:
2) Satu set mainan kwartet, dimana tiap kartu dipotong menjadi dua bagian.
Tugas anak adalah menyusun kata. Bagi anak yang lambat, kata disusunnya
gambar. Ia menyusun kata atas strukturnya. Bagi anak demikian gambar hanya
berfungsi sebagai alat pengontrol. Set ini adalah merupakan self corrective
3) Peralatan yang membantu proses mengenal lambang dan bunyi, yaitu kartu
yang memuat huruf/lambang. Dimana titik yang agak besar pada bagian atas
dari kartu menunjukkan bagian atas dari huruf. Panah menunjukkan dimana
Cara menggunakannya:
iman-taman, dsb
235
Dalam hal ini tidak perlu mengetahui bagaimana menulis kata yang
disebutnya mungkin anak menyebut kata baru yang belum diajarkan, maka
dalam sebuah kata. Justru disinilah terletak kemajuan anak. Kalau anak
melihat huruf “n” lalu menyebut nama mobil maka ia berarti belum tahu
4) Sebuah dadu yang dibuat dari karton tebal, agar kuat dan awet, dibungkus
dengan kain dril. Cara menggunakannya dadu dijatuhkan ke lantai, kalau jatuh
dengan huruf “s” ke atas, anak menyebut bunyi huruf itu/kata yang
mulai/berakhir dengan “s”. Hendaknya instruksi pada anak itu jelas agar tidak
membingungkan anak.
5) Flash card yaitu kartu yang memuat kata dan yang ditunjukkan kepada anak
untuk dilihat selama sekejap mata saja. Dengan tujuan agar anak membaca
6) Alat ini terdiri dari sehelai karton dibagi dua bagian, dipinggir kiri dan kanan
7) “Lemari huruf” yaitu merupakan alat untuk menyusun kata, dibuat dari kotak
korek api dijadikan satu lemari (direkatkan) dan tiap kotak merupakan sebuah
laci. Lemari ini diberikan sebuah dasar, dibuat dari karton. Dipakai 30 buah
kotak agar ada tempat bagi huruf-huruf seperti j, e, ai, au dll. Agar mudah
menarik laci untuk mengambil huruf yang diperlukan, tiap laci diberi manyi.
236
Pada laci yang berisi huruf “a” ditempelkan huruf “a”. tugas anak menyusun
kata dengan huruf dalam laci itu. Dengan alat ini mereka dapat menguji
kekuatan sendiri yaitu dapat dipakai oleh 1-2 orang, jika dua orang dapat
masing.
Hal-hal yang terjadi pada anak tiap kali ia menyusun sebuah kata:
Kalau anak telah dapat mengerjakan hal ini dengan lancar, ini berarti bahwa
8) Papan Kantong
Diperlukan papan triplek/karton tebal dan kartu kata dengan panjang triplek
9) Teknik strip story, yaitu berupa kartu-kartu kata dibuat dengan karton yang
untaian kalimat
237
Hiperaktif
1. Pengembangan Kurikulum
perkembangan dan tingkat pencapaian programpun juga tidak sama antara satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu kurikulum dapat dipilih, dimodifikasi dan
Pelayanan pendidikan bagi anak hiperaktif akan lebih baik apabila dimulai
pada:
d. Sosialisasi
(berhitung).
2. Pelaksanaan Pembelajaran
lovaas one on one (pembelajaran satu guru satu murid) yang didasari oleh model
dalam merubah perilaku. Sehingga perilaku yang baik dapat terus dilakukan,
sedangkan perilaku buruk dihilangkan (melalui time out, hukuman, atau dengan
kata “tidak”). Dalam teknisnya program loovas (Discrete Trial Training/DTT dari
b. Respon anak
c. Konsekwensi
tersebut. Untuk itu sangat penting dalam membelajarkan anak hiperaktif dengan
gambar bentuk, gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja.
gambar, meliputi:
1) Identifikasi Benda
b. Media yang digunakan adalah foto dari berbagai benda, dan kartu gambar
c. Proses/Prosedur pembelajaran:
benar saja.
2) Mencocokkan (Matching)
c. Proses/Prosedur pembelajaran:
benda yang cocok/sesuai dengan salah satu benda di hadapan anak dan
benda yang diberikan di atas atau di depan benda yang cocok/sesuai, dan
3) Identifikasi warna
c. Proses/Prosedur pembelajaran:
4) Identifikasi Bentuk
c. Proses/Prosedur pembelajaran:
5) Identifikasi huruf
c. Proses/Prosedur pembelajaran:
6) Identifikasi angka
c. Proses/Prosedur pembelajaran:
243
a. Materi yang diajarkan adalah identifikasi kata kerja, melabel kata kerja
c. Proses/Prosedur pembelajaran:
benar saja.
3. Evaluasi
a) Evaluasi proses
atau pembelajaran yang sedang berlangsung seketika itu juga. Hal ini dilakukan
pembimbing dengan cara memberi reward atau demonstrasi secara verbal dan
245
konkrit. Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana program yang dicapai
b) Evaluasi Bulanan
perkembangan anak antara guru dan orang tua anak hiperaktif guna mendapatkan
pemecahan masalah macam apa yang tepat dan cocok untuk anak hiperaktif yang
menjadi contoh kasus. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dan orang tua dengan
Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi program yang dimaksud sebagai
pendidikan dan pengajaran telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka
dari kemampuan akhir yang dikuasai anak, sebaliknya apabila program belum
dapat terkuasai oleh anak maka diadakan pengulangan program (remedial) atau
BAB III
METODE PENELITIAN
kreativitas, tingkah laku dan tindakan para pelaku dalam peristiwa belajar dan
penelitian deskriptif ini: pengumpulan data, penyusunan data dan analisis data
yang diperoleh.
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Landasan ini digunakan untuk
menjaring data informan, yaitu para guru dan peneliti dianggap mengetahui
visual (gambar).
secara utuh dari informan dan perilaku yang dapat diamati sebagian dari suatu
keutuhan, dan pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan dengan
Kudus.
(gambar) digunakan dua sumber yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya
terhadap pihak yang memerlukan data meliputi para guru Terapi Anak Al Tisma
sekunder yaitu data yang cara mendapatkannya tidak secara langsung melalui
sumbernya, diperoleh dari (1) Kepala Terapi Anak, berkenaan dengan informasi
248
tentang berbagai kegiatan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar dan (2)
anak hiperaktif di Kota Kudus. Termasuk kategori hiperaktif disini adalah Speech
Delayed dan Hiperaktif (SD & H), Autis dan Hiperaktif (A & H) dan Normal
Hiperaktif dan Kurang Konsentrasi (NH & KK). Speech Delayed dan Hiperaktif
yaitu anak dengan gangguan terlambat bicara dan kelainan perilaku, Autis dan
pada dunianya sendiri) dan kelainan perilaku, sedangkan Normal Hiperaktif dan
Kurang Konsentrasi yaitu anak yang mengalami gangguan perilaku tetapi ringan
lapangan. Dengan mempertimbangkan hal ini, terutama dengan melihat dari segi
kualitas tempat terapi dan aksesibilitas, telah dapat dipilih sebuah kasus di tempat
terapi sebagai latar penelitian ini yaitu Terapi Anak Al Tisma Kudus.
digunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan hal-
hal fisik yang sesuai dengan masalah penelitian, yang meliputi bangunan fisik
sekolah, alat-alat pembelajaran yakni media visual (gambar) dan proses belajar
mengajar.
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan
(gambar). Dengan demikian proses wawancara akan terarah dan tidak akan
menyimpang jauh dari sasaran maupun tujuan yang telah direncanakan. Agar
dalam pelaksanaan wawancara berjalan dengan lancar dan sistematis, maka dibuat
Indonesia) dan melibatkan emosi pada kebebasan dalam sifat kekeluargaan. Hal
ini dilakukan untuk menjaring data-data secara lebih jelas dan mendalam untuk
adalah untuk memperoleh data yang sangat dibutuhkan dalam proses penelitian,
Hasil catatan dan rekaman dari wawancara tersebut nantinya akan menjadi
data yang diperlukan dalam penelitian yang berguna untuk pengecekan verifikasi
atau fenomena yang diselidiki dengan menggunakan mata sebagai alat tanpa ada
pengamatan peran serta atau partisipasi, sehingga peneliti relatif lebih bebas
telah direncanakan.
ini dibantu dengan kamera foto untuk memperkuat argumentasi dengan gambar
Berkaitan dengan penelitian ini, maka ada beberapa aspek yang akan
diamati meliputi tiga hal, yaitu setting latar, pelaku dan aktivitas dalam situasi
pembelajaran. Latar yang diamati meliputi situasi umum fisik yang relevan.
Pelaku yang dimaksud disini adalah guru dan murid. Sedangkan aktivitas yang
data dalam penelitian ini. Studi dokumentasi dilakukan dengan menelusuri catatan
yang ada di daerah penelitian baik yang dimiliki sekolah maupun pihak-pihak
administrasi, dengan menelusuri data arsip atau dokumen yang berada di kantor
Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau
dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data di
mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil
wawancara di lapangan. Berikut ini tahapan analisis data yaitu sebagai berikut:
a Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai
b Reduksi data
Yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan focus penelitian. Data
yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk uraian terinci yang akan terus
bertambah sejalan bertambahnya waktu penelitian, oleh sebab itu laporan tersebut
perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal yang
penting, dan dicari tema atau polanya. Disamping itu laporan sebagai bahan
mentah juga perlu disingkatkan direduksi, dan disusun lebih sistematis sehingga
penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang
utama bagi analisis kualitatif yang valid. Untuk menampilkan data-data tersebut
agar lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam
penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam visual, misalnya gambar,
grafik, chart network, diagram, matrik, dan sebagainya (Milles dan Hoberman,
2000:17)
tidaknya hasil laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan
dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya, yaitu
Sejak semula peneliti berusaha mencari makna dari data yang diperoleh.
Untuk itu peneliti berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-
bawah ini.
PENGUMPULAN DATA
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
ATAU VERIFIKASI
disebut di tahap pengumpulan data. Karena data yang dikumpulkan banyak maka
diadakan reduksi data. Setelah direduksi kemudian diadakan sajian data, selain itu
pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan
checking).
Dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang telah
dikumpulkan dari informan utama yaitu Kepala Terapi Anak Al Tisma Kudus,
mengecek kebenaran data yang diberikan baik dari informan utama maupun
informan penunjang.
kegiatan ketika proses belajar berlangsung. Selain itu peneliti juga mengadakan
mengajar.
2) Triangulasi
pemeriksaan dengan teknik mencari informasi dari sumber lain.. Menurut Patton
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini
dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data informasi hasil observasi
membandingkan data hasil dari informan utama (primer) dengan informasi yang
sehingga informasi yang diberikan oleh informan utama pada penelitian dapat
3) Pengecekan Anggota
terhadap derajat kepercaan tentang data-data yang diberikan oleh informan utama.
Lembaga Terapi Anak Al Tisma Kudus, sebagai latar dalam penelitian ini.
Dari kegiatan ini, peneliti telah memperoleh kelengkapan data dan akurasi
BAB IV
merupakan salah satu tempat terapi untuk anak berkebutuhan khusus, seperti
microcepalus (anak yang lahir dengan ukuran lingkar kepala kurang dari standart
kurang stimulasi.
kendaraan umum.
Adapun personal dari Terapi Anak Al Tisma Kudus. yaitu terdiri dari 7
terapis termasuk didalamnya Kepala Terapi yang juga merangkap sebagai terapis.
one – satu guru satu murid) di bawah kendali dan supervisi Kepala Terapi.
Tisma Kudus ini, terutama dalam memberikan solusi untuk menangani anak-anak
Psikolog anak
Psikiater anak
d. Keadaan Guru, Siswa, Sarana dan Prasarana Terapi Anak Al Tisma Kudus.
1) Keadaan Guru
Terapi Anak Al Tisma Kudus dipimpin oleh 1 Kepala Terapi yang juga
Anak Al Tisma Kudus yang bergelar ahli madya hanya 1 orang dan lainnya
2) Keadaan Siswa
Pada tahun 2001– 2004 jumlah siswa secara keseluruhan yang diterapi di
masih diterapi sampai saat ini kurang lebih ada 15 siswa, dan siswa lainnya yang
dirasa sudah sembuh cukup diterapi di rumah dengan masih tetap berkonsultasi
Terapi dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat dan dalam
Sejak berdiri hingga saat sekarang ini, Terapi Anak Al Tisma Kudus sudah
bisa terbilang sukses, terbukti dengan banyaknya siswa dengan berbagai jenis
banyaknya orang tua yang ingin anaknya diterapi disini, akan tetapi dengan
terbatasnya guru/terapis mengakibatkan banyak anak yang ditolak. Hal ini tentu
tidak terlepas dari pembinaan yang diberikan baik oleh kepala terapi maupun para
Tabel 4.2. Data Siswa Terapi Anak Al Tisma Kudus Tahun 2001-2004
Dari data tersebut yang termasuk dalam kategori hiperaktif dan sebagai
seperti puzzle, balok kayu dlsb, maupun media pembelajaran seperti papan tulis,
dan berbagai media visual (gambar), seperti gambar angka, gambar huruf, gambar
dlsb yang kebanyakan media itu dibuat sendiri dengan sangat sederhana, dimana
media ini sangat berguna sekali untuk menarik perhatian siswa dalam belajar dan
membantu siswa memahami materi pelajaran, disamping itu juga untuk membantu
kita dalam berkomunikasi dengan siswa. Akan tetapi karena terbatasnya tempat
dan gangguan lainnya, maka dengan sistem pembelajaran yang digunakan yaitu
lovaas one on one (satu guru satu murid) mengharuskan setiap siswa belajar di
gambar/benda yang dipajang yang bisa menarik perhatian siswa. Disamping itu
meja yang digunakan untuk belajar dirancang khusus agar siswa tidak leluasa
bergerak dan tetap konsentrasi pada pelajaran. Begitu juga dengan kursi guru
dibuat sejajar dengan siswa dengan tujuan agar perhatian siswa tidak mudah
Ada satu alat yang sangat penting untuk menenangkan anak yang
hiperaktifnya tergolong berat yang bernama Bean Back. Alat ini terdiri dari dua
matras dimana penggunaanya anak di jepit antara dua matras tersebut dan ditindih
oleh seorang guru. Memang kelihatan kejam tapi itulah salah satu cara yang
efektif untuk menenangkan mereka dan mengenalkan pada mereka bahwa alat ini
Al Tisma Kudus.
wawancara dan dokumentasi, maka dalam sub bagian ini akan disajikan
informasi, data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah ini
dan dokumentasi, berikut ini disajikan deskripsi penemuan data mengenai tahap
sebanyak enam orang yang terdiri dari berbagai unsur yang terkait dalam
Informan Penelitian I
sumber daya manusia bagi guru/terapis di tempat Terapi Anak Al Tisma Kudus.
(Ibu Nh. 6)
tersebut. Untuk itu sangat penting dalam membelajarkan anak hiperaktif dengan
266
untuk anak hiperaktif harus memiliki kepekaan, ketelatenan, kreatif dan konsisten
pada umumnya mengalami kesulitan untuk memahami dan mengerti orang lain.
Maka guru pembimbing diharuskan untuk mampu memahami dan mengerti anak
hiperaktif.
Beberapa pra syarat yang harus dilakukan dan dipersiapkan oleh seorang
penempatan atau tata ruang belajar dan penataan struktur ruang, ventilasi
reseptif.
267
5. Pembimbing harus menyadari dan memahami tujuan apa yang akan dicapai
aksesoris yang berlebihan, harus tegas dan sabar dalam menghadapi siswa.
a) Terstruktur
yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut
dari instruksi “Ambil bola merah”. Maka materi pertama yang harus dikenalkan
kepada anak adalah konsep pengertian kata “ambil”, “bola” dan “merah”. Setelah
268
anak mengenal dan menguasai arti kata tersebut langkah selanjutnya adalah
b) Terpola
dikondisikan atau dibiasakan dengan pola yang teratur, baik di sekolah maupun di
c) Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan yang
d) Konsisten
mencakup tetap dalam berbagai hal, ruang, dan waktu. Konsisten bagi guru
muncul dalam ruang dan waktu yang berbeda. Orang tua pun dituntut konsisten
269
perlakuan terhadap anak sesuai dengan program pendidikan yang telah disusun
bersama antara pembimbing dan orang tua sebagai wujud dari generalisasi
e) Kontinyu
pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti untuk kegiatan
konkrit bagi anak hiperaktif. Karena pola pikir anak hiperaktif pada umumnya
adalah pola pikir konkrit, sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga harus
konkrit. Dan kebetulan anak yang diterapi di tempat Terapi Anak Al Tisma Kudus
Alat peraga: pengenalan warna, bentuk, huruf dan angka, benda-benda sekitar,
Mainan edukatif
evaluasi proses yang dilakukan dengan cara seketika pada saat proses kegiatan
pada saat itu juga, dengan memberi reward (hadiah/pujian)untuk respons yang
benar. Dimana evaluasi ini dicatat dalam lembar penilaian yang setiap harinya
dibawa anak pulang untuk panduan belajar dirumah, dan untuk mengetahui
sampai sejauh mana program yang dicapai anak. Disamping itu juga mengadakan
tetapi melalui tata cara pengajaran untuk anak bermasalah (kelas kecil dengan
jumlah guru besar atau satu guru satu murid, dengan alat visual/gambar/kartu,
instruksi yang jelas, padat dan konsisten, dsb) dengan tujuan untuk membantu
anak dalam mempersiapkan transisi ke sekolah reguler dan belajar secara intensif
271
Walaupun anak sudah patuh dan dapat berkonsentrasi pada saat terapi,
tetapi di sekolah umum anak masih memerlukan waktu penyesuaian untuk dapat
mengikuti tatacara pengajaran yang berbeda dengan pada saat terapi. Anak biasa
ditangani dengan guru khusus sendirian, dan dikelas anak harus berbagi dengan
teman-temannya dengan bahasa guru yang berbeda dengan terapisnya dan bersifat
guru dengan cepat. Untuk itu dalam sekolah anak harus didampingi guru
5. Menjadi media informasi antara guru dan orang tua dalam membantu anak
bertugas membantu anak dalam segala hal. Guru pembimbing khusus adalah
seseorang yang dapat membantu guru kelas dalam mendampingi anak yang
272
lancar tanpa gangguan. Guru kelas tetap mempunyai wewenang penuh akan
1. Berat-ringannya kelainan/gejala
5. Kecerdasan/IQ
7. Terapi yang tepat dan terpadu meliputi guru, kurikulum, metode, sarana
dengan menggunakan media visual (gambar) dapat dilihat pada Ibu Nh yang juga
gangguan autis (hanya tertarik pada dunianya sendiri) dan hiperaktif, dalam
kosong) dan didudukkan di meja kursi khusus tujuannya agar anak ini agar tidak
terlalu banyak gerak (hiperaktif) dan tetap kontak mata dengan terapis, disamping
itu agar anak tidak terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan agar dia tahu bahwa
dihadapannya itu ada orang yang sedang memperhatikannya. Setelah anak bisa
diam agak lama baru Ibu Nh mulai pelajaran dengan menunjukkan gambar satu
273
persatu dihadapan anak tanpa distraksi/gambar lain dimulai dari materi yang
kemampuan anak, karena anak ini cukup cerdas dan cepat tanggap maka semua
memberikan materi harus cepat dan cekatan karena kalau lama sedikit konsentrasi
anak akan buyar dan dia mulai banyak gerak lagi. Untuk itulah Ibu Nh selalu
Informan Penelitian II
Melihat tingkah laku anak berkebutuhan khusus sekilas kita tidak bisa
membedakan tergolong tipe apa yang diderita mereka, karena kebanyakan tingkah
mereka itu sama yaitu tergolong anak yang hiperaktif, yang membedakan
hanyalah apakah dia itu tergolong hiperaktif ringan atau hiperaktif berat.
anak berkebutuhan khusus sama tapi dalam penanganan mereka (untuk membuat
mereka tenang dan konsentrasi pada pelajaran) berbeda-beda tergantung dari tipe
apa yang diderita anak itu (Ibu Pr, Ibu Ed dan Ibu Yl)
Ibu Pr sebagai pembimbing anak yang tergolong hiperaktif yaitu Alvin dan
gangguan autis dan hiperaktif Ibu Pr menekankan agar selalu kontak mata dengan
Alvin agar ia tidak mempunyai kesempatan untuk asyik dengan dunianya sendiri
berbicara dan mau menirukan apa yang Ibu Pr ucapkan, sehingga anak itu
mengerti/maksud dari perintah Ibu Pr, tentunya ini harus dengan prompt.
gangguan autis dan hiperaktif dengan cara menatap mata si anak dan memegangi
kedua tangannya agar tidak bergerak kesana kemari sampai anak itu benar-benar
bisa tenang.
delayed (terlambat bicara) dan hiperaktif dan Martika yang mempunyai gangguan
normal hiperaktif (hiperaktif ringan) dan kurang konsentrasi dirasakan tidak jauh
bahasanya agar dia lebih memahami maksud dari ucapan/perintah kita. Sedangkan
Martika lebih mengkonsentrasikan anak itu pada tugas yang diberikan, karena
275
anak itu seringkali mengabaikan tugas yang diberikan dan tidak jarang dalam
cukup pintar.
anak hiperaktif (Ibu Pr). Selanjutnya yang paling penting dalam membelajarkan
anak hiperaktif adalah mempersiapkan konsentrasi anak (Ibu Ed) dan tidak
memberi waktu luang bagi anak untuk asyik dengan diri sendiri (Ibu Yl).
Menurut (Ibu Ed dan Ibu Yl) cara membelajarkan anak hiperaktif di kelas
yaitu:
lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam. Hal ini penting sekali untuk
Setelah bisa duduk lebih lama, baru dimulai pembelajarannya sesuai dengan
kurikulum yang sudah ada, tetapi tidak semudah itu karena ditengah-tengah
Apabila anak sulit untuk diajarkan berilah dia iming-iming, seperti hadiah
• Menatap mata si anak dengan tanpa bicara berbelit-belit karena itu akan
• Berbicara harus singkat, tegas, jelas, dan bermakna dan apabila ada yang tidak
dimengerti oleh anak kita gunakan gambar (visual) yang kita ibaratkan apa
yang kita ucapkan untuk membantu kita dalam berkomunikasi (Ibu Pr dan Ibu
Ed)
pengajaran terutama media visual (gambar), karena media visual (gambar) ini
didalam rumah, diluar rumah, mengenal berbagai gambar yang kita lihat dalam
transportasi dan berbagai hal yang belum mereka ketahui. (Ibu Pr)
benda atau hal lain dalam membimbing anak untuk melakukan sesuatu. (Ibu Yl)
persatu di depan anak tanpa distraksi/gambar lain, lalu kita tingkatkan tahap demi
277
tahap jumlah-jumlah apa yang kita berikan ( dimulai dari gambar yang sederhana
sampai gambar yang rumit sesuai dengan kurikulum yang ada). (Ibu Ed)
• Untuk membimbing anak dalam memahami suatu benda atau hal yang baru
(Ibu Yl)
dalam belajar, apalagi jika gambar-gambar itu berwarna, anak akan lebih
tertarik untuk melihat dan memperhatikan apa yang kita sampaikan. (Ibu Pr)
Menurut (Ibu Pr) kesulitan pertama kali dalam memperkenalkan anak pada
suatu media visual (gambar) adalah apabila dalam penanganannya anak pertama
kali. Anak selalu dalam kondisi yang tidak tenang, sulit memperhatikan, untuk itu
tetapi harus satu terlebih dahulu, kemudian ditambah lagi sesuai dengan kondisi
dan perkembangan anak itu tadi. Sedangkan menurut (Ibu Ed) kesulitannya adalah
apabila kita memperkenalkan pada gambar yang terlihat asing bagi mereka,
dengan tingkahnya yang tidak bisa diam dan konsentrasinya yang mudah pudar,
Dan menurut (Ibu Yl) kesulitannya yaitu pada awal-awalnya anak mulai
278
ditangani. Tidak hanya memperkenalkan pada suatu media tapi untuk mulai
pembelajarannya saja itu sulit, sehingga waktu dua jam itu hanya digunakan untuk
menenangkan anak.
ini dirasakan sudah cukup berhasil. Terbukti sekarang Alvin sudah bisa
dikendalikan emosinya dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik walaupun dia
masih bingung membedakan antara jantan dan betina tetapi dengan prompt
akhirnya dia mengerti juga, dan dia masih suka mengoceh sendiri yang tidak jelas
arah tujuannya. Dan Galih kosa kata bicaranya sudah mulai meningkat, walaupun
dalam mengartikan gambar dengan dua kata ia masih agak sulit (Ibu Pr)
sudah bisa berkonsentrasi dan dapat diajak komunikasi. Dan dalam pelajaran tidak
ada kendala, dia bisa mengikuti dengan baik, walaupun awalnya ia agak kesulitan
membedakan bentuk lingkaran dan oval. (Ibu Ed). Dan Anis terbukti kalau sudah
bisa bicara walaupun cedal dan dalam membaca hurufnya ada yang dihilangkan
seperti biru menjadi bi u, putih menjadi uti, kotak menjadi otak tetapi dia cukup
pintar terbukti kalau nilai-nilainya itu baik. Dan untuk Martika walaupun dia
kurang konsentrasi dalam belajar dan penangkapannya itu kurang tetapi dengan
Seorang anak diketahui hiperaktif biasanya ketika anak itu mulai tumbuh
perilakunya, kontak matanya, jam kurang tidur dan yang paling penting adalah
Saat diketahui itulah sebaiknya anak dibawa ke dokter anak, dari situlah
kembali apa yang diajarkan di tempat terapi, walaupun anak cenderung lebih tidak
konsentrasi, manja karena diajari oleh orang tuanya sendiri, tetapi kita harus tetap
konsisten untuk mengajarinya pada jam yang sudah ditentukan (Ibu Nr) dan
apabila masih sulit untuk diatasi salah satunya jalan adalah dengan memberikan
obat penenang dari dokter yang tentunya penggunaannya sesuai dengan resep
dokter.(Ibu Ut). Dengan demikian kita akan tahu perkembangan anak tiap harinya,
Selain itu orang tua juga harus memperhatikan makanan yang dimakan
anaknya yang hiperaktif sesuai dengan anjuran dokter dan guru ditempat terapi.
Karena kebanyakan makanan yang dijual terbuat dari bahan yang dilarang untuk
makanan maka selaku orang tua adalah memberi pengertian bahwa makanan itu
tidak boleh agar cepat sembuh (Ibu Nr). Dan untuk menunjang kelancaran
alangkah baiknya jika satu keluarga juga ikut diet (Ibu Ut).
B. ANALISIS DATA
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dari
foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya (Moleong, 1998:
103). Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah
akan dikategorikan. Berkaitan dengan proses analisis data tersebut maka pada
bagian ini akan disajikan urutan proses analisis data dari mulai penyusunan
penelitian yaitu (Nh, Pr, Ed, Yl, Nr dan Ut), hasil observasi dan hasil dokumentasi
Sedangkan analisis data mengenai tiap-tiap satuan dari sumber data akan disajikan
dalam laporan.
data. Kategorisasi ini didasarkan pada tujuan dan kemiripan isi dengan
Dimana hal tersebut juga dikuatkan oleh Kepala Terapi yang menjelaskan sebagai
berikut:
distraksi. Dimana hal tersebut juga dikemukakan oleh Kepala Terapi yang
(lovaas one on one) dimana pembelajarannya setiap satu guru memegang satu
murid atau dua guru memegang satu murid dan ini berlaku bagi anak yang masih
sangat sulit untuk dikendalikan (hiperaktif berat) dan bersifat sementara sampai
tingkat kehiperaktifitasan anak sedikit berkurang. Dimana guru yang satu (terapis)
duduk berhadapan dengan anak memberikan materi pelajaran dan guru yang
Kudus ini adalah perpaduan dari metode yang ada, dimana penerapannya
disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pengajaran yang
secara konkrit bagi anak hiperaktif, seperti yang dikemukakan oleh para
adalah Ibu Yl yang menjelaskan bahwa penggunaan media visual (gambar) sangat
diperlukan untuk membimbing anak dalam memahami suatu benda atau hal yang
baru. Sedangkan Ibu Pr menjelaskan bahwa media visual itu sangat diperlukan
karena disamping anak ini hiperaktif ia juga kehilangan konsentrasi, dan biasanya
juga diimbangi dengan gangguan pemahaman bahasa yang teramat dalam, apa
yang tidak diketahui oleh anak hiperaktif divisualkan lewat gambar-gambar, dan
dengan gambar-gambar yang berwarna, anak akan jadi lebih tertarik untuk
284
melihat dan memperhatikan apa yang disampaikan, disamping itu cara yang
menggunakan media visual (gambar). Hal senada juga dikemukakan oleh Ibu Ed
benda atau hal lain dalam membimbing anak untuk melakukan sesuatu, tak
itu mencakup:
Media yang digunakan adalah foto dari berbagai benda, dan kartu gambar.
2. Mencocokkan (Matching)
Media yang digunakan adalah benda-benda dan gambar yang identik, kartu
Menurut Kepala Terapi Anak yang juga terjun langsung dalam mengajar
Setelah anak bisa diam agak lama baru memulai pelajaran dengan
menunjukkan gambar satu persatu dihadapan anak tanpa distraksi/gambar
lain dimulai dari materi yang mudah ke yang sulit (disesuaikan dengan
kurikulum) dan disesuaikan dengan kemampuan anak dan dalam
memberikan materi harus cepat dan cekatan karena kalau lama sedikit
konsentrasi anak akan buyar dan dia mulai banyak gerak lagi.
anak sulit untuk dikendalikan maka guru biasanya akan memegangi kedua
tangan atau pipi (sekitar kepala) anak itu, bila perlu kaki anak dijepit di antara
dan menatap anak itu dan mengatakan “… (nama anak) lihat” dan mengatakan
“Tidak…”. Tindakan dan kata-kata inilah yang selalu diucapkan guru untuk
membuat anak itu merasa bangga karena merasa diperhatikan dan merasa bahwa
Terapi Anak Al Tisma Kudus, antara lain adalah Ibu Pr yang menjelaskan sebagai
berikut:
adalah:
lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam. Hal ini penting sekali untuk
Setelah bisa duduk lebih lama, baru dimulai pembelajarannya sesuai dengan
kurikulum yang sudah ada, dari gambar yang sederhana sampai gambar yang
rumit.
Apabila anak sulit untuk diajarkan berilah dia iming-iming, seperti hadiah
Hal senada juga diperkuat oleh Ibu Yl yang menjelaskan bahwa cara
duduk dan memusatkan perhatian mereka dengan menatap mata anak dan
memegang kedua tangannya, setelah anak diam beberapa lama baru kita mulai
perintah/instruksi pada anak adalah dengan disampaikan secara singkat, jelas dan
konsisten dan dengan suara netral (cukup keras, tegas dan bukan membentak)
satu kata (kata kuncinya saja) dan bukan kalimat yang panjang, karena anak
suara radio gelombang pendek (suara hilang timbul) sehingga anak hanya
materi pelajaran melabel (menyebutkan) guru memberi perintah “Ini apa?” atau
“Apa ini?” dan apabila materi pelajaran mencocokkan (matching) guru memberi
Jelas maksudnya guru dalam memberikan perintah sesuai dengan apa yang
sederhana : instruksi “Tepuk tangan” berarti tangan guru/terapis diam sama sekali.
kata yang diucapkan harus persis sama untuk instruksi selanjutnya. Misalnya
karena ini akan membingungkan anak. Untuk itu dalam membelajarkan anak
hiperaktif harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hemat kata
mereka. Dengan cara menatap mata anak dan memegangi kedua tangannya
dengan lembut, kemudian diajak untuk duduk diam. Hal ini penting sekali
Setelah keadaan tenang dan bisa duduk lebih lama, guru mulai pelajaran
dengan mengambil satu gambar dan meletakkan di atas meja di depan anak,
diajarkan.
jelas dan konsisten dan dengan suara netral (cukup keras, tegas dan bukan
percaya diri anak. Dan apabila anak sudah mulai menguasai materi
Apabila anak sulit untuk diajarkan maka berilah dia iming-iming, seperti
dengan menggunakan catatan lapangan, ada berbagai macam cara yang digunakan
1. Guru meletakkan sebuah benda dihadapan anak dan berbagai macam gambar
itu..
anak lalu anak disuruh memilih gambar yang sesuai dengan gambar yang
dipegang guru.
berlainan warna, tetapi diluar jangkauan anak. Jika anak meminta benda tersebut,
maka guru akan menanyakan terlebih dahulu apa warna benda tersebut sebelum
memberikannya.
ada di sekitar/diruang kelas kemudian anak diajarkan pada hal-hal yang lebih
spesifik dan anak diperintahkan meniru guru (misalnya minum dari gelas, makan
dengan menggunakan sendok dan garpu, menggosok gigi, melepas sepatu, dlsb).
291
Dari hasil observasi dan wawancara dengan Kepala Terapi, evaluasi yang
dengan cara meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang pada saat itu
juga, dengan memberi reward (hadiah/pujian) untuk respons yang benar. Evaluasi
ini dicatat dalam lembar penilaian, dimana lembar penilaian ini setiap harinya
dibawa anak pulang untuk panduan belajar dirumah, dan untuk mengetahui
sampai sejauh mana program yang dicapai anak, dengan ketentuan penilaian yaitu
jika anak menguasai materi pelajaran atau memberikan respons benar maka anak
menerima pelajaran maka anak mendapatkan nilai P yang berarti belum bisa atau
nilai P+ yang berarti sudah mulai/sesekali bisa, untuk itulah anak harus
pembimbing di sekolah atau orang tua di rumah. Evaluasi bulanan ini dilakukan
dengan cara mendiskusikan masalah dan perkembangan anak antara guru dan
orang tua anak hiperaktif guna mendapatkan pemecahan masalah macam apa yang
tepat dan cocok untuk anak hiperaktif yang menjadi contoh kasus. Hal ini dapat
292
dilakukan oleh guru dan orang tua dengan mengadakan diskusi bersama (case
conference)
yang hanya dikhususkan pada mata pelajaran dengan menggunakan media visual
Khusnul Ma’ali
1. Identifikasi Benda
diajarkan yaitu gambar binatang, gambar buah-buahan, gambar sayuran dan alat
2. Mencocokkan (Matching)
buahan dan matching sayuran, anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
baik bahkan ia melaksanakannya dengan waktu yang cepat ini terbukti karena
selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya mendapatkan nilai A dan A+.
3. Identifikasi warna
materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan
4. Identifikasi Bentuk
wajik, lingkaran dan trapesium) anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya
mendapatkan nilai A, akan tetapi ia agak sulit membedakan antara lingkaran dan
oval sehingga harus diulang beberapa kali baru ia memahami , ini terbukti bahwa
bisa menjawab dan pertemuan selanjutnya anak mendapatkan nilai P++ dimana
5. Identifikasi huruf
huruf besar anak dinyatakan telah menguasai materi dengan baik ini terbukti
6. Identifikasi angka
saat ditanya bahkan ia cepat hafal walaupun ditanya sampai beberapa kali
pertemuan dan angkanya diacak ini terbukti bahwa 3 kali pertemuan pertama dan
menguasai materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan
Galih
1. Identifikasi Benda
identifikasi gambar binatang anak dinyatakan telah menguasai materi dengan baik
ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya mendapatkan
nilai A akan tetapi ada beberapa gambar binatang yang sulit dipahaminya
diantaranya adalah ayam betina karena anak belum mengerti dan belum bisa
membedakan mana ayam jantan dan mana ayam betina yang ia tahu adalah hanya
dinyatakan telah menguasai materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali
identifikasi buah-buahan ada yang mudah dikuasai dan ada yang masih sulit
dikuasai/dimengerti dan ini membutuhkan prompt terbukti pada buah tomat anak
2. Mencocokkan (Matching)
buahan dan matching sayuran anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
295
baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya
mendapatkan nilai A.
3. Identifikasi warna
materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan
4. Identifikasi Bentuk
wajik, lingkaran dan trapesium) anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya
mendapatkan nilai A
5. Identifikasi huruf
huruf besar anak dinyatakan telah menguasai materi dengan baik ini terbukti
6. Identifikasi angka
anak tidak mengalami kendala saat ditanya bahkan ia cepat hafal walaupun
ditanya sampai beberapa kali pertemuan dan angkanya diacak ini terbukti bahwa 3
kali pertemuan pertama dan seterusnya mendapatkan nilai A sehingga anak dapat
dinyatakan telah menguasai materi dengan baik, akan tetapi setelah menginjak
mendapatkan nilai P++ dimana anak sudah bisa tetapi dengan prompt
telah menguasai.
memasak, membaca, lari dlsb anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya
dengan dua kata atau lebih anak masih mengalami kesulitan seperti main bola,
selanjutnya anak mendapatkan nilai P++ dimana anak sudah bisa tetapi dengan
prompt setengah/sebagian/ringan.
Ferdinan Troy
1. Identifikasi Benda
saat ditanya bahkan ia langsung bisa menjawab tanpa diberi prompt oleh karena
2. Mencocokkan (Matching)
hal yang paling mudah anak tidak mengalami masalah saat disuruh mengerjakan
3. Identifikasi warna
materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan
4. Identifikasi Bentuk
wajik, lingkaran dan trapesium) anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya
mendapatkan nilai A
5. Identifikasi huruf
huruf besar anak dinyatakan telah menguasai materi dengan baik ini terbukti
6. Identifikasi angka
kendala saat ditanya bahkan ia cepat hafal walaupun ditanya sampai beberapa kali
pertemuan dan angkanya diacak ini terbukti bahwa 3 kali pertemuan pertama dan
materi dengan baik, dan materinyapun ditingkatkan mulai dari penjumlahan dan
menguasai materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan
Alvin
1. Identifikasi Benda
dinyatakan telah menguasai materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali
pertemuan pertama dan seterusnya mendapatkan nilai A, akan tetapi sama halnya
yang dialami Galih ada beberapa gambar binatang yang sulit dipahaminya
diantaranya adalah ayam betina karena anak belum mengerti dan belum bisa
membedakan mana ayam jantan dan mana ayam betina yang ia tahu adalah hanya
bisa/menguasai.
2. Mencocokkan (Matching)
buahan dan matching sayuran anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya
mendapatkan nilai A.
299
3. Identifikasi warna
materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan
4. Identifikasi Bentuk
wajik, lingkaran dan trapesium) anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya
mendapatkan nilai A
5. Identifikasi huruf
huruf besar anak dinyatakan telah menguasai materi dengan baik ini terbukti
6. Identifikasi angka
kendala saat ditanya bahkan ia cepat hafal walaupun ditanya sampai beberapa kali
pertemuan dan angkanya diacak ini terbukti bahwa 3 kali pertemuan pertama dan
materi dengan baik, akan tetapi ia mengalami kesulitan saat disuruh menulis
angka.
menguasai materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan
300
Anis
1. Identifikasi Benda
diajarkan yaitu gambar binatang, gambar sayuran, gambar buah-buahan dan alat
transportasi hanya gambar sayuran yang masih sulit dikuasai/dimengerti oleh anak
dan ini membutuhkan prompt terbukti pada buah tomat anak mendapatkan nilai
2. Mencocokkan (Matching)
menguasai materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan
3. Identifikasi warna
materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan
4. Identifikasi Bentuk
wajik, lingkaran dan trapesium) anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya
mendapatkan nilai A
301
5. Identifikasi huruf
huruf besar anak dinyatakan telah menguasai materi dengan baik ini terbukti
6. Identifikasi angka
kendala saat ditanya walaupun angkanya diacak ini terbukti bahwa 3 kali
dinyatakan telah menguasai materi dengan baik, akan tetapi untuk angka 5 anak
mengalami kendala ia cepat menguasai materi yang diberikan hanya saja karena
menyampaikannya saja yang salah dan selalu ada saja huruf yang dihilangkan,
seperti biru menjadi bi u, putih menjadi uti, kotak menjadi otak dlsb.
302
Martika
1. Identifikasi Benda
diajarkan terutama gambar binatang selalu ada saja nama yang terbalik seperti
itik, angsa, bebek untuk itu tidak jarang disertai dengan prompt hingga ia benar-
2. Mencocokkan (Matching)
buahan dan matching sayuran anak dinyatakan telah menguasai materi dengan
baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan seterusnya
mendapatkan nilai A.
3. Identifikasi warna
materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan pertama dan
4. Identifikasi Bentuk
wajik, lingkaran dan trapesium) anak masih sulit membedakan antara lingkaran
dan oval ini terbukti dengan nilai yang didapat P+, P++ dan A dimana anak
sesekali bisa dan harus diberi prompt hingga akhirnya tanpa prompt.
303
5. Identifikasi huruf
huruf besar anak dinyatakan telah menguasai materi dengan baik ini terbukti
6. Identifikasi angka
menguasai materi dengan baik ini terbukti bahwa 3 kali pertemuan pertama dan
menguasai materi dengan baik ini terbukti karena selama 3 kali pertemuan
anak hiperaktif salah satu cara yang terbaik adalah dengan dibawa ke tempat
visual (gambar) karena dengan gangguan konsentrasi dalam belajar dan tingkat
menarik minat anak dalam belajar. Dan dengan gangguan pemahaman dalam
tujuan komunikasi dari anak, disamping itu anak lebih mudah belajar memahami
perkem bangan kemampuan anak, dan tidak mampuannya, usia anak, serta
memperhatikan sumber daya/lingkungan yang ada. Hal ini diperkuat oleh teori
itu mengatur program yang akan memenuhi kebutuhan anak. (Bryn, 1989:73)
tempat terapi anak mengacu pada kurikulum dari Pelatihan Tatalaksana Perilaku
Indonesia. (lamp) Hal ini diperkuat oleh teori Sobur (1986:125) bahwa hanya
“terapi terarah” yang dapat membantu anak keluar dari masalah hiperaktif. Fungsi
otaknya yang terganggu harus dilatih dengan terapi kesibukan. Pada umumnya
bebas distraksi yaitu ruangan yang tidak terlalu banyak rangsangan (poster, alat-
alat belajar, penempatan atau tata ruang belajar dan penataan struktur ruang,
(lovaas one on one) dimana pembelajarannya setiap satu guru memegang satu
murid atau dua guru memegang satu murid dan ini berlaku bagi anak yang masih
sangat sulit untuk dikendalikan (hiperaktif berat) dan bersifat sementara sampai
tingkat hiperaktifitas anak sedikit berkurang. Dilakukan dengan cara guru yang
satu (terapis) duduk berhadapan dengan anak memberikan materi pelajaran dan
guru yang satunya lagi (asisten terapis) duduk dibelakang anak/memangku anak
dan memegangi anak sambil mengarahkan. Hal ini diperkuat oleh teori Taylor
perilakunya yaitu dengan sistem pengajaran satu guru satu murid. Hal ini juga
kebanyakan gerak ini. Misalnya, tata ruang yang diusahakan jangan terlalu ramai
konsentrasi. Makin lama jangka waktu latihan ini makin meningkat. Misal, setiap
kali dimulai dengan tiga menit, lalu ditambah menjadi empat menit dst. Ada cara
lain untuk mengatasi anak-anak semacam ini, yaitu menempatkan anak dalam
dan sebagainya). Ruangan seperti itu tidak memungkinkan anak untuk pegang ini
pegang itu. Anak didudukkan dipojok dan diusahakan untuk menarik perhatiannya
kepada suatu kesibukan. Pada hari-hari pertama mungkin hanya berhasil selama
sepuluh menit. Itu sudah bagus. Bila latihan ini dilakukan secara intensif, lama
ada, dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi
dari pengajaran yang diberikan kepada anak. Metode ini memberikan gambaran
konkrit tentang “sesuatu”, sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan
gambar itu anak lebih mudah belajar memahami. Dan dengan gangguan
pemahaman bahasa yang teramat dalam, apa yang tidak diketahui oleh anak
hiperaktif divisualkan lewat gambar. Hal ini diperkuat dengan teori Sobur
gambar bisa meningkatkan kapasitas belajar dalam hal lain yang tak berkaitan
dengan seni, seperti pengetahuan alam dan matematika (Sobur, 1986:259). Hal ini
juga diperkuat oleh Pakasi dalam bukunya Belajar Membaca dan Menulis I In dan
Media yang digunakan adalah foto dari berbagai benda, dan kartu gambar.
dengan tujuan:
2. Mencocokkan (Matching)
Media yang digunakan adalah benda-benda dan gambar yang identik, kartu
menenangkan mereka. Dengan cara menatap mata anak dan memegangi kedua
tangannya dengan lembut, kemudian diajak untuk duduk diam. Hal ini penting
sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Hal ini
diperkuat oleh teori Sobur (1986:69) bahwa cara menolong anak agar dapat
belajar dengan baik adalah dengan mengajak anak untuk bisa berkonsentrasi.
konsentrasi si anak. Seorang pendidik pernah berkata “Play while you play, work
while you work, and study while you study.” Artinya, “Waktu bermain
sepenuhnya pada sesuatu tanpa merasa terganggu oleh suasana sekitar untuk
beberapa saat, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut mampu berkonsentrasi.
(75). Hal ini juga diperkuat oleh teori Pearce (1990:74) bahwa latihan konsentrasi
dapat membantu dengan meminta anak hiperaktif untuk berkonsentrasi pada suatu
bertahap selama beberapa minggu dan selalu mengakhiri setiap sesi konsentarsi
Setelah keadaan anak tenang, dan bisa duduk lebih lama, baru guru mulai
pelajaran dengan mengambil satu gambar dan meletakkan di atas meja di depan
anak, kemudian guru memberi perintah/instruksi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
singkat, jelas dan konsisten dan dengan suara netral (cukup keras, tegas dan bukan
satu kata (kata kuncinya saja) dan bukan kalimat yang panjang, karena anak
suara radio gelombang pendek (suara hilang timbul) sehingga anak hanya
materi pelajaran melabel (menyebutkan) guru memberi perintah “Ini apa?” atau
“Apa ini?” dan apabila materi pelajaran mencocokkan (matching) guru memberi
Jelas maksudnya guru dalam memberikan perintah sesuai dengan apa yang
sederhana : instruksi “Tepuk tangan” berarti tangan guru/terapis diam sama sekali.
kata yang diucapkan harus persis sama untuk instruksi selanjutnya. Misalnya
karena ini akan membingungkan anak. Untuk itu dalam membelajarkan anak
hiperaktif harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hemat kata
dan hemat gerakan. Teori yang mendukung adalah konsistensi dianggap sebagai
dasar mengatasi anak hiperaktif. Dengan cara yang konsisten kemungkinan akan
1991:40)
Ada berbagai macam cara yang digunakan guru dalam mengajar mata
4. Guru meletakkan sebuah benda dihadapan anak dan berbagai macam gambar
itu..
anak lalu anak disuruh memilih gambar yang sesuai dengan gambar yang
dipegang guru.
berlainan warna, tetapi diluar jangkauan anak. Jika anak meminta benda tersebut,
maka guru akan menanyakan terlebih dahulu apa warna benda tersebut sebelum
memberikannya.
ada di sekitar/diruang kelas kemudian anak diajarkan pada hal-hal yang lebih
spesifik dan anak diperintahkan meniru guru (misalnya minum dari gelas, makan
dengan menggunakan sendok dan garpu, menggosok gigi, melepas sepatu, dlsb).
anak untuk menunjuk atau melabel atau mencocokkan gambar atau menirukan
aktivitas seperti dalam gambar tersebut sesuai dengan materi yang diajarkan pada
312
saat itu dan setiap kali anak melakukan/merespons dengan benar tak jarang guru
menyebabkan tingkah laku individu lain yang kita hadapi (anak didik peserta
didik) akan terpatri. Alat pendidikan itu adalah upaya/siasat yang sengaja dibuat
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Alat itu antara lain: pujian, ganjaran, hadiah,
hukuman, teladan dan contoh. Hadiah/ganjaran diberikan pada orang yang telah
melakukan suatu kebaikan. Hal ini juga diperkuat oleh teori Fontenelle (1991:90)
bahwa hadiah atau ganjaran sangat berguna dalam mengatasi beberapa kesulitan
dengan benar guru biasanya mengajar tanpa prompt dan hanya memberikan
reinforce respons yang benar saja. Hal inilah yang menjadi salah satu cara untuk
menghilangkan kebiasaan anak dari sifat manja, karena anak terbiasa dengan
melakukan sesuatu) dan kebiasaan itu harus dihilangkan dengan cara mengganti
hadiah yang berupa benda riil itu dengan pujian/tepukan. Hal ini diperkuat dengan
teori Pearce (1990:28) bahwa ganjaran memiliki banyak bentuk yang berbeda,
diantaranya:
Perhatian
Pujian
Hadiah khusus
setiap pujian yang diberikan. Hal yang terbaik dalam memberikan hadiah
khusus adalah menggunakan satu/dua hal secara teratur sebagai ganjaran dan
dan berharga.
pendidik/orang tua harus jeli dalam memilih alat-alat pendidikan yang sesuai
dengan harapan, suasana sekitar, kondisi anak dan akibat sampingan yang
mungkin timbul.
kadang ia suka mengoceh sendiri tak jelas arah tujuannya dan menoleh/bergerak
kesana kemari walaupun sudah dihalangi meja, hal inilah yang menguji kesabaran
guru dalam membimbing anak hiperaktif, biasanya guru akan memegangi kedua
tangan atau pipi (sekitar kepala) anak itu, bila perlu kaki anak dijepit di antara
dan menatap anak itu dan mengatakan “… (nama anak) lihat” dan mengatakan
“Tidak…” tindakan dan kata-kata inilah yang selalu diucapkan guru untuk
membuat anak itu merasa bangga karena merasa diperhatikan dan merasa bahwa
314
tetap sulit untuk diajak dian dan diajar maka guru akan memberi anak itu iming-
iming, seperti hadiah untuk menarik minat mereka untuk belajar. Hal ini diperkuat
dengan teori Pearce (1990:7) bahwa dengan mengatakan “tidak” dapat secara
berapa banyak kebutuhan yang dapat dipenuhi, dan anak akan secara bertahap
pula mengetahui batasan dari apa yang dapat diterima dan apa yang tidak dapat
diterima. Inilah yang dimaksud dengan disiplin. Ada banyak cara untuk
mengatakan tidak:
Menggoyangkan jari
Dan apabila anak sudah mulai mengerti dengan maksud kita dan berusaha
memperbaiki tindakannya yang salah, cukup kita katakan “ya”, dimana hal ini
diperkuat oleh teori Pearce (1990:8) adalah mungkin untuk mengatakan “ya” dan
memberikan pujian setiap kali seorang anak melakukan sesuatu yang baik dan
perkembangan anak.
penetapan ada tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada diri
dengan cara meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang pada saat itu
juga, dengan memberi reward (hadiah/pujian) untuk respons yang benar. Evaluasi
ini dicatat dalam lembar penilaian, dengan tujuan untuk mengetahui sampai
pembimbing di sekolah atau orang tua di rumah. Evaluasi bulanan ini dilakukan
dengan cara mendiskusikan masalah dan perkembangan anak antara guru dan
orang tua anak hiperaktif guna mendapatkan pemecahan masalah macam apa yang
visual (gambar) pada 6 anak hiperaktif di tempat Terapi Anak Al Tisma Kudus
1) Identifikasi Benda
Hanya gambar binatang dan gambar sayuran saja yang masih membingungkan
anak hal ini dikarenakan adanya kesamaan dalam gambar dan anak masih
belum bisa membedakannya seperti ayam jantan dan ayam betina, yang ia
tahu adalah hanya ayam saja sehingga anak harus dibantu (prompt
bentuk dan warnanya hampir sama dengan gambar lain misal: jeruk sehingga
2) Mencocokkan (Matching)
pelajaran ini termasuk yang paling mudah hanya saja anak dituntut untuk lebih
3) Identifikasi warna
kendala/hambatan.
317
4) Identifikasi Bentuk
lingkaran dan trapesium) anak sering dibingungkan antara lingkaran dan oval
5) Identifikasi huruf
besar anak menguasai materi dengan baik, Hal ini diperkuat oleh Pakasi dalam
metode eja, huruf diperkenalkan kepada anak dengan namanya dalam abjad,
bukan dengan bunyinya. Misal huruf “b” disebut atau dilafalkan sebagai “be”,
huruf “e” sebagai “e”, huruf “s” sebagai “es”, dan seterusnya. Setelah
kata dan dirangkai lagi menjadi kata. Pengajaran menulis diberikan bersama-
penulisannya, yaitu suka terbalik-balik dan tidak rapi. Hal ini diperkuat
menulis. Bagi anak ini, menulis itu pekerjaan yang sukar, maka semua
aktivitas tangan dan pensil itu sulit. Tulisan tangannya biasanya jelek. Ia sukar
318
mula-mula rapi, tetapi makin lama makin jelek. Dan kerap kali ia
membalikkan huruf dan angka, padahal perilaku ini wajar bagi semua anak.
6) Identifikasi angka
Dari pembelajaran identifikasi angka 1-10, anak tidak mengalami kendala saat
pertemuan dan angkanya diacak, akan tetapi ada angka dimana anak
bisa atau anak sudah bisa tetapi dengan prompt setengah/sebagian/ringan yaitu
angka 5 dan 8.
Dalam pembelajaran identifikasi kata kerja dengan satu kata seperti memasak,
dalam pembelajaran identifikasi kata kerja dengan dua kata atau lebih anak
masih mengalami kesulitan seperti main bola, meniup harmonika dlsb. Dan
tidak jarang dia mengucapkan kata dengan menghilangkan satu huruf entah itu
kata biru menjadi bi u, putih menjadi uti, kotak menjadi otak dlsb.
319
BAB V
A. Simpulan
Autisme Indonesia.
sistem individual (lovaas one on one) dan dengan metode yang memberikan
respons yang benar, kemudian prompt dan reinforce itu dikurangi sedikit demi
afektif dan psikomotorik pada anak. Hal ini terbukti dengan 75 % anak
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan 2000. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Lask, Bryn. 1989. Memahami dan Mengatasi Masalah Anak Anda. Jakarta:
Gramedia.
Nur’aeni. 1997. Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah. Jakarta: Rineka Cipta.
Pakasi, Soepartinah. 1981. Belajar Membaca dan Menulis I In dan A An. Jakarta:
Bhratara Karya Aksara.
Setiawani, Mary Go. 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam
Hidup.
Soemardji & Sutaryadi. 1994. Evaluasi Hasil Belajar dan Pengajaran Remedial.
UNS Surakarta.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 1997. Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru.
Sumber : Keluarga, Org, Kids Healt. 1999. Kiat Membantu Anak Hiperaktif.
http//www.google.com
Tan dan Chan, Edward T. 2004. Agar Anak Tangkas Mengatasi Hidup. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Tim Redaksi Puspa Swara. 2001. Mengatasi Problem Psikologi Balita. Jakarta:
Puspa Swara.
Weaver, Mary. 2003. Kegiatan Untuk Anak Dini Usia. Jakarta: Primamedia
Pustaka.
Wes & Sheryl Haystead, Sunday School Smart Pages. 1992. Helping Children
with Special Needs : The Hiperactive Child. http//www.google.com. Hal
65, Gospel Light, Ventura.
PEDOMAN WAWANCARA
PENGGUNAAN MEDIA VISUAL (GAMBAR) DALAM
PEMBELAJARAN ANAK HIPERAKTIF
DI TEMPAT TERAPI ANAK AL TISMA KUDUS
pengaturan makanan dan pemberian obat pada anak hiperaktif yang tentunya dengan
persetujuan dokter?
16. Bagaimanakah cara merancang pembelajaran anak hiperaktif ?
17. Apakah prinsip-prinsip yang digunakan dalam pendidikan dan pengajaran anak
hiperaktif?
18. Sarana pembelajaran apa saja yang disediakan disini khusus digunakan dalam
membelajarkan anak hiperaktif?
19. Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan
adanya evaluasi (penilaian). Bagaimana cara mengevaluasi pendidikan dan pengajaran
anak hiperaktif?
20. Jika anak itu sudah dikatakan cukup sembuh (tingkat aktifitasnya berkurang) apakah
pihak sekolah menyarankan agar anak itu juga disekolahkan disekolah reguler/formal
(TK, SD, SMP, SMA) sesuai dengan umur anak dan tingkat kemampuan anak, selain di
tempat terapi anak itu sendiri? Lalu bagaimana cara mensiasatinya agar anak itu juga bisa
menerima pelajaran di sekolah umum, apalagi mereka juga memerlukan perhatian yang
ekstra?
21. Disamping sebagai kepala terapi anda juga ikut mengajar/sebagai terapis, dan dari data
yang saya terima anda mengajar Ferdinan Troy yang mempunyai gangguan Autis dan
Hiperaktif. Bagaimana cara anda menanganinya dan mengajarkannya terutama dengan
menggunakan media visual (gambar), lalu bagaimana hasilnya?
22. Apa yang menjadi faktor penentu keberhasilan pendidikan dan pengajaran bagi anak
hiperaktif, menurut anda?
23. Apakah selama ini ada hambatan/kendala dalam mengelola tempat terapi anak ini baik itu
dari administrasinya, gedung/perlengkapannya, para guru/terapis dan siswanya?
24. Apakah pesan anda pada para orang tua yang mempunyai anak hiperaktif/ anak
berkebutuhan khusus lainnya?
17. Apakah dalam membelajarkan anak hiperaktif anda juga mengajak kerja sama orang tua
mereka untuk melanjutkan pembelajaran di rumah?
18. Selama anda mengajar disini apakah ada hambatan dalam mengajarkan anak hiperaktif?
Dan bagaimana cara memecahkan masalah itu?
19. Apakah anda dalam mengajarkan anak hiperaktif sudah dirasakan cukup berhasil dalam
membimbing mereka? Bagaimana perkembangannya sekarang?
20. Apakah pesan anda terhadap orang tua anak hiperaktif/berkebutuhan khusus lainnya
dalam membimbing/membelajarkan anak mereka di rumah?
15. Apakah ada perubahan sikap dari anak anda selama diterapi dan bagaimana hasilnya?
16. Apakah anda juga memperhatikan makanan yang dimakan anak anda sesuai dengan
anjuran dokter dan guru ditempat terapi bahwa ada makanan yang harus
dihindarkan/dijauhkan dari anak hiperaktif?
17. Kita tahu bahwa kebanyakan makanan yang dijual terbuat dari bahan yang dilarang untuk
dimakan anak hiperaktif, lalu bagaimana anda menyikapinya dan bagaimana jika anak
anda merengek minta dibelikan makanan itu?
18. Dengan adanya makanan yang dilarang untuk anak hiperaktif apakah di dalam keluarga
anda juga diterapkan hal yang serupa agar tidak “ngiming-ngimingi” anak anda yang
hiperaktif?
19. Adakah kendala/hambatan-hambatan pada diri anak anda dalam bersosialisasi (bergaul)
baik itu dengan orang dewasa atau teman sebayanya, terutama dengan anggota keluarga
yang lainnya?
20. Apakah pesan anda pada para orang tua lainnya yang mempunyai anak hiperaktif?
HASIL WAWANCARA
PENGGUNAAN MEDIA VISUAL (GAMBAR) DALAM
PEMBELAJARAN ANAK HIPERAKTIF
DI TEMPAT TERAPI ANAK AL TISMA KUDUS
T. Apakah ada pihak-pihak terkait yang diajak bekerja sama dalam menyelenggarakan terapi
anak ini?
J. Ada, pihak-pihak terkait yang juga sangat menunjang dalam penyelenggaraan terapi anak
ini, diantaranya: Psikolog anak, Psikiater anak, Dokter, dokter disini meliputi dokter spesialis
yang menangani gangguan perkembangan anak, dokter spesialis syaraf, dokter spesialis
metabolitas, Departemen Pendidikan Nasional, dan tenaga ahli yang lain seperti: ahli gizi,
dlsb. Dimana setiap satu-dua bulan sekali Badan Psikiater dan Psikologi Anak selalu
mengadakan seminar tentang anak-anak berkebutuhan khusus, disitu kita mengemukakan
masalah yang kita hadapi selama ditempat terapi untuk menemukan solusinya, dengan begitu
pengetahuan kita akan bertambah tentang anak-anak yang berkebutuhan khusus dan cara
menanganinya.
T. Ada berapa ruang kelas yang digunakan untuk mengajar? Apakah ruangan ini juga didesain
khusus untuk membelajarkan anak hiperaktif agar anak lebih konsentrasi dalam belajar?
J. Ada 5 kelas. Di desain sih nggak,asal bisa digunakan untuk membelajarkan mereka dan lebih
mengkonsentrasikan mereka pada pelajaran. Karena dalam membelajarkan anak hiperaktif itu
harus di ruangan yang kosong tanpa ada hiasan dinding yang bisa mengganggu konsentrasi
mereka pada pelajaran.
T. Tolong beri penjelasan tentang jadwal terapi disini?
J. Terapi disini dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat dan dalam satu hari
dibagi dalam 4 session yaitu:
Session I dilaksanakan pada pukul 08.00 – 10.00 WIB
Session II dilaksanakan pada pukul 10.00 – 12.00 WIB
Session III dilaksanakan pada pukul 13.00 – 15.00 WIB
Session IV dilaksanakan pada pukul 15.00 – 17.00 WIB
Jadi setiap membelajarkan anak itu dilaksanakan selama ± 2 jam.
T. Apakah tugas anda sebagai Kepala Terapi Anak?
J. Karena saya yang mendirikan terapi anak ini sekaligus sebagai kepala dan terapis disini,
otomatis semua tugas menjadi tanggung jawab saya, baik itu sebagai administrator, fasilitator,
maupun koordinator serta peningkatan sumber daya manusia bagi guru/terapis, disamping itu
saya juga harus bertanggung jawab terhadap perkembangan terapi ini, dan kesembuhan anak-
anaknya (siswa-siswi) walaupun dalam hal ini juga menjadi tanggung jawab guru
pembimbing/terapis.
T. Ada berapa jumlah guru yang membantu anda mengajar disini?
J. Guru yang mengajar disini ada 6, dan kebetulan mereka perempuan semua.
T. Bagaimana cara mencari guru untuk mengajar anak berkebutuhan khusus, seperti yang kita
ketahui bahwa tidak mudah seseorang itu membimbing anak yang mempunyai kebutuhan
330
khusus apalagi anak itu tergolong hiperaktif, apakah dalam hal ini diperlukan kiat-kiat khusus
seperti diadakan pelatihan dalam membimbing anak sebelum mengajar di kelas?
J. Mengingat terapi anak ini berada di kota kecil dengan biaya yang tidak banyak, saya tidak
mengharuskan seseorang yang membantu saya untuk mengajar disini orang yang mempunyai
gelar sarjana, tetapi saya ingin membantu mereka yang benar-benar membutuhkan pekerjaan,
cukup dengan diberi pengarahan sedikit dan buku panduan tentang membelajarkan anak yang
berkebutuhan khusus mereka akan cepat tanggap dan mengerti apa yang harus mereka
kerjakan, maka dari itu kebanyakan mereka adalah lulusan SMA. Sedangkan untuk pelatihan,
pertama saya suruh mereka untuk membantu terapis lainnya mengajar, sambil melihat dan
memahami cara mengajar anak yang benar, karena cara mengajar ini tidak seperti cara
mengajar di Taman Kanak-kanak yang siswanya adalah anak-anak normal akan tetapi yang
dihadapi nanti adalah anak yang sulit diatur dan mempunyai berbagai macam masalah.
Setelah mereka memahami cara mengajar yang benar baru saya beri wewenang untuk
mengajar sendiri dan berhasil tidaknya dalam pengajaran itu tergantung dari dirinya sebagai
terapis/guru pembimbing.
T. Ada berapa jumlah siswa yang diterapi disini?
J. Sejak saya mendirikan terapi ini sampai sekarang jumlah siswa yang diterapi disini kurang
lebih ada 24 anak, sedangkan yang masih diterapi sampai saat ini kurang lebih ada 15 anak,
dan siswa lainnya yang dirasa sudah sembuh cukup diterapi di rumah dengan masih tetap
berkonsultasi dengan pihak terapi.
T. Berapa rata-rata umur mereka dan kebanyakan anak nomor berapa yang diterapi disini?
J. Umur mereka rata-rata 5 sampai 10 tahun. Dan kebanyakan dari mereka adalah anak pertama
(sulung), dan ada juga lho anak yang sepupunya juga diterapi disini tetapi masalahnya
berbeda yang satunya IQ rendah sedangkan sepupunya mengidap autis dan hiperaktif. Selain
itu disini ada juga anak kembar tetapi kembarannya itu normal, dan ada juga yang kakak adik
diterapi disini dan kedua-duanya itu mempunyai masalah autisme.
T. Melihat cerita anda tadi, ada bermacam-macam tipe anak berkebutuhan khusus, tipe apa saja
yang diterapi disini dan bagaimana anda mengetahui kalau anak itu tergolong tipe itu?
J. Tipe anak yang diterapi disini banyak, ada yang hiperaktif, autis, ADD, speech delayed
(terlambat bicara), disphasia (anak yang mengalami gangguan pemahaman bahasa yang
teramat dalam), IQ rendah, microcepalus (anak yang lahir dengan ukuran lingkar kepala
kurang dari standart kelahiran), down sindrome, gangguan konsentrasi, retardasi mental
(idiot), dan kurang stimulasi. Dan untuk mengetahui tergolong tipe apa anak itu, biasanya
kami melihat dari tingkah lakunya selang beberapa hari setelah anak diterapi disini, atau kalau
nggak biasanya dari psikiater atau psikolog kami sudah diberitahu kalau anak itu tergolong
tipe ini.
331
T. Sebelumnya saya mau tanya, karena penelitian saya adalah pembelajaran khusus untuk anak
hiperaktif, sedangkan di tempat terapi anak ini ada bermacam-macam anak berkebutuhan
khusus, apakah sama penanganan dan sistem pembelajaran anak hiperaktif dengan anak
berkebutuhan khusus lainnya?
J. Penanganan dan sistem pembelajarannya itu sama, akan tetapi karena pertama kali anak
dibawa di tempat terapi ini dengan permasalahan yang berbeda-beda, mungkin cara
penanganan pertama itu saja yang berbeda, Misalnya anak hiperaktif berat dengan hiperaktif
ringan, anak hiperaktif berat lebih sulit penanganannya dibandingkan dengan anak hiperaktif
ringan dan biasanya kami menangani anak yang hiperaktif berat dengan bantuan alat “been
back” yang tujuannya agar hiperaktifnya itu berkurang, sedangkan anak yang tergolong
hiperaktif ringan cukup dengan diarahkan saja tanpa menggunakan alat “been back”. Pernah
ada anak yang bernama Anis dia tergolong speech delayed (terlambat bicara), selama enam
tahun tidak mau berbicara dan bagaimana cara kita membuat anak itu mau bicara dan
melenturkan lidah yang kaku itu, dan alhamdulillah setelah melalui terapi dia mau berbicara
walaupun bicaranya cedal akibat lama tidak bicara.
T. Pendekatan dan metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran anak hiperaktif?
J. Disini kami dalam membelajarkan anak hiperaktif mengggunakan pendekatan individual
(lovaas one on one - pembelajaran satu guru satu murid). Sedangkan metode yang kami
gunakan adalah metode yang memberikan gambaran konkrit tentang “sesuatu”, sehingga anak
dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang “sesuatu” tersebut. Untuk itu
sangat penting dalam membelajarkan anak hiperaktif dengan menggunakan media visual
(gambar-gambar), karena dengan gambar-gambar itu anak lebih mudah belajar memahami.
T. Adakah kriteria khusus (syarat-syarat) dalam membimbing anak hiperaktif?
J. Dalam upaya membelajarkan anak hiperaktif tidak mudah. Guru pembimbing sebagai model
untuk anak hiperaktif harus memiliki kepekaan, ketelatenan, kreatif dan konsisten di dalam
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena anak hiperaktif pada umumnya
mengalami kesulitan untuk memahami dan mengerti orang lain. Maka guru pembimbing
diharuskan untuk mampu memahami dan mengerti anak hiperaktif.
Ada beberapa pra syarat yang harus dilakukan dan dipersiapkan oleh seorang guru
pembimbing anak hiperaktif sebelum mengerjakan/melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yakni:
6. Menciptakan situasi yang kondusif untuk pembelajaran yang meliputi:
c) Emosi yang stabil dari anak hiperaktif.
d) Ruangan yang tidak terlalu banyak rangsangan.
7. Mengupayakan adanya kontak mata yang sejajar antara guru-siswa
8. Kemampuan untuk meningkatkan ketahanan konsentrasi anak.
332
Namun, bagi anak dengan kemampuan kognitif yang telah berkembang; dapat dilatih
dengan kondisi dilingkungannya, supaya anak dapat menerima perubahan dari rutinitas
yang berlaku (menjadi lebih fleksibel).
h) Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan yang ingin dicapai
dan memudahkan dalam melakukan evalusi. Sebab dalam program materi pendidikan
harus dilakukan secara bertahap dan berdasarkan pada kemampuan anak.
i) Konsisten
Artinya: apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap sesuatu
stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat memberikan respon positif
(reward/penguatan), demikian pula apabila anak berperilaku negatif (reinforcement). Hal
tersebut juga dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang berbeda secara tetap dan tepat,
dalam arti respon yang diberikan harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.
j) Kontinyu
Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara prinsip dasar pengajaran, program
pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam pelaksanaan pendidikan tidak hanya
di sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti untuk kegiatan di rumah dan lingkungan
sekitar anak. Kesimpulannya, terapi perilaku dan pendidikan bagi anak hiperaktif harus
dilaksanakan secara berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh dan terpadu).
T. Sarana pembelajaran apa saja yang sangat diperlukan dalam membelajarkan anak hiperaktif?
J. Sarana belajar itu sangat diperlukan dalam pembelajaran anak hiperaktif, karena akan
membantu kelancaran proses pembelajaran dan membantu pembentukan konsep pengertian
secara konkrit bagi anak hiperaktif. Karena pola pikir anak hiperaktif pada umumnya adalah
pola pikir konkrit, sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga harus konkrit. Dan kebetulan
anak yang diterapi disini adalah kebanyakan anak usia prasekolah maka sarana belajarnyapun
dsesuaikan dengan usia pendidikan anak yaitu berupa: alat peraga: pengenalan warna, bentuk,
huruf dan angka, benda-benda sekitar, buah, binatang, kendaraan, alat bantu komunikasi:
berupa gambar-gambar yang mewujudkan tujuan komunikasi dari anak, alat bantu
pengembangan motorik halus: cara memegang pensil, menggunting, mewarna, dsb, alat bantu
pengembangan motorik kasar: bola, tali, dlsb, dan ditambah berbagai macam mainan edukatif
T. Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan adanya
evaluasi (penilaian). Bagaimana cara mengevaluasi pendidikan dan pengajaran anak
hiperaktif?
J. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran anak hiperaktif disini adalah: evaluasi proses
yang dilakukan dengan cara seketika pada saat proses kegiatan berlangsung dengan cara
meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang pada saat itu juga, dengan memberi
334
reward (hadiah/pujian)untuk respons yang benar. Dimana evaluasi ini dicatat dalam lembar
penilaian yang setiap harinya dibawa anak pulang untuk panduan belajar dirumah, dan untuk
mengetahui sampai sejauh mana program yang dicapai anak. Disamping itu kami juga
mengadakan evaluasi bulanan yang bertujuan untuk memberikan laporan perkembangan atau
permasalahan yang ditemukan atau dihadapi oleh pembimbing di sekolah atau orang tua di
rumah.
T. Jika anak itu sudah dikatakan cukup sembuh (tingkat aktifitasnya berkurang) apakah pihak
sekolah menyarankan agar anak itu juga disekolahkan disekolah reguler/formal (TK, SD,
SMP, SMA) sesuai dengan umur anak dan tingkat kemampuan anak, selain di tempat terapi
anak itu sendiri? Lalu bagaimana cara mensiasatinya agar anak itu juga bisa menerima
pelajaran di sekolah umum, apalagi mereka juga memerlukan perhatian yang ekstra?
J. Benar. Setelah anak diterapi secara terpadu dan terstruktur, anak dipersiapkan dan
diperkenalkan pada pengajaran dengan kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara
pengajaran untuk anak bermasalah (kelas kecil dengan jumlah guru besar atau satu guru satu
murid, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten, dsb) dengan
tujuan untuk membantu anak dalam mempersiapkan transisi ke sekolah reguler dan belajar
secara intensif pelajaran yang tertinggal di kelas reguler, sehingga dapat mengejar ketinggalan
dari teman-teman sekelasnya. Walaupun anak sudah patuh dan dapat berkonsentrasi pada saat
terapi, tetapi di sekolah umum anak masih memerlukan waktu penyesuaian untuk dapat
mengikuti tatacara pengajaran yang berbeda dengan pada saat terapi. Anak biasa ditangani
dengan guru khusus sendirian, dan dikelas anak harus berbagi dengan teman-temannya
dengan bahasa guru yang berbeda dengan terapisnya dan bersifat klasikal. Ia perlu belajar
mengenal dan mengikuti peraturan disekolahnya, berinteraksi/bersosialisasi dengan teman
sebayanya dan harus mengerti instruksi guru dengan cepat. Untuk itu dalam sekolah anak
harus didampingi guru pembimbing/terapis sampai benar-benar ia bisa mandiri dan mengikuti
pelajaran di sekolah dengan baik.
T. Disamping sebagai kepala terapi anda juga ikut mengajar/sebagai terapis, dan dari data yang
saya terima anda mengajar Ferdinan Troy yang mempunyai gangguan Autis dan Hiperaktif.
Bagaimana cara anda menanganinya dan mengajarkannya terutama dengan menggunakan
media visual (gambar), lalu bagaimana hasilnya?
J. Pertama kali Troy (begitu nama panggilan Ferdinan Troy) dibawa kesini saya melihat bahwa
kasus anak ini sama dengan kasus yang dialami anak saya dulu, karena dia mempunyai
gangguan autis yang hanya tertarik pada dunianya sendiri dan hiperaktif, saya mencoba untuk
menenangkan anak ini agar tidak terlalu banyak gerak (hiperaktif) dengan saya tempatkan
diruangan khusus dan saya dudukkan di meja kursi khusus tujuannya agar anak ini tetap
kontak mata dengan saya dan tidak asyik dengan dunianya sendiri dan agar dia tahu bahwa
335
dihadapannya itu ada orang yang sedang memperhatikannya, setiap dia menoleh dan mulai
bergerak saya usahakan agar menatap saya , dan saya berusaha tenang dan tidak tertawa setiap
anak ini mengoceh, karena ocehannya ini suka ngelantur kemana-mana tanpa jelas. Setelah
anak ini bisa diam agak lama baru saya mulai pelajaran dengan saya tunjukkan gambar-
gambar, dan ternyata anak ini cukup cerdas dan cepat tanggap pada materi yang saya berikan
sehingga tidak ada kendala dalam membelajarkannya,tetapi ya itu kita sebagai terapis harus
cepat dan cekatan dalam memberikan materi karena kalau lama sedikit konsentrasi anak akan
buyar dan dia mulai banyak gerak lagi. Untuk itulah kita harus siap dengan media visual
(gambar) disamping kita dan mainan edukatif. Dan hasilnya bisa mbak Eri lihat sendiri di
lembar penilaian. Alhamdulillah sekarang dia bisa mengikuti pelajaran di sekolahnya
walaupun saya masih mendapinginya di sekolah.
T. Apa yang menjadi faktor penentu keberhasilan pendidikan dan pengajaran bagi anak
hiperaktif, menurut anda?
J. Menurut saya yang menjadi penentu keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan
pengajaran anak hiperaktif, diantaranya: berat-ringannya kelainan/gejala, usia pada saat
diagnosis, tingkat kemampuan berbicara dan berbahasa, tingkat kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki anak, kecerdasan/IQ, kesehatan dan kestabilan emosi anak, yang terakhir adalah
terapi yang tepat dan terpadu meliputi guru, kurikulum, metode, sarana pendidikan,
lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).
T. Apakah selama ini ada hambatan/kendala dalam mengelola terapi anak ini
baik itu dari administrasinya, gedung/perlengkapannya, para guru/terapis dan
siswanya?
J. Saya kira masih banyak sekali hambatan-hambatan dalam mengelola sekolah ini, antara lain:
terbatasnya ruang dalam belajar, kurangnya tenaga pengajar, kurangnya sarana dan prasarana
dalam belajar, dll padahal masih banyak orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya untuk
diterapi disini dan terpaksa saya tolak.
T. Apakah pesan anda pada para orang tua yang mempunyai anak hiperaktif/anak berkebutuhan
khusus lainnya?
J. Pesan saya kepada para orang tua yang mempunyai anak bermasalah segeralah bawa ke
dokter spesialis anak dari situ mungkin dokter akan menyarankan ke psikiater/psikolog anak
dan cari informasi tentang terapi khusus untuk menangani anak yang berkebutuhan khusus,
tetapi jangan lupa orang tua juga harus ikut andil dalam penyembuhan anaknya dirumah,
karena guru hanya membantu di tempat terapi dan tanpa kerjasama antara orang tua siswa dan
guru tidak mungkin sukses dalam penyembuhan itu.
Ibu Purwati
T. Sudah berapa anak/siswa yang anda tangani (pegang/ajar) selama ini? Tipe apa saja itu?
Siapakah anak yang tergolong hiperaktif?
J. Kira-kira jumlahnya ada 7 anak yaitu Autis klasik, autis, hiperaktif dan gangguan konsentrasi.
Yang tergolong hiperaktif itu ada dua anak yaitu Alvin dan Galih. Kalau Alvin mempunyai
gangguan autis dan hiperaktif, sedangkan Galih speech delayed (terlambat bicara) dan
hiperaktif.
T. Adakah perbedaan dalam menangani anak-anak itu (anak hiperaktif)? Bagaimana cara
menanganinya terutama saat pembelajaran ?
J. Ada. Karena Alvin mempunyai gangguan autis dan hiperaktif saya menekankan agar selalu
kontak mata dengan Alvin agar ia tidak mempunyai kesempatan untuk asyik dengan dunianya
sendiri (misalnya melamun atau sibuk dengan dirinya sendiri sehingga ia tidak menganggap
ada orang dihadapannya). Sedangkan untuk Galih karena dia mempunyai gangguan speech
delayed (terlambat bicara) dan hiperaktif saya menekankan pada bicara, bagaimana caranya
agar anak itu mau berbicara dan mau menirukan apa yang saya ucapan, sehingga ia
mengerti/maksud dari perintah saya tentunya ini harus dengan prompt.
T. Apa yang anda persiapkan terlebih dahulu sebelum mengajarkan anak hiperaktif?
J. Kami mempersiapkan program yang diberikan secara sistematis, alat peraga dan cara/konsep
membelajarkan anak hiperaktif.
T. Bagaimanakah cara membelajarkan anak hiperaktif di kelas (langkah-langkah membelajarkan
anak hiperaktif) agar mereka menurut pada anda?
J. Disampaikan secara tegas, lugas dan setiap kali respon
yang diberikan oleh anak harus kita kasih reinforcer bisa
berupa imbalan/hadiah, applaus, tepuk tangan dan
acungan jempol.
T. Bahasa (bicara dengan anak hiperaktif) merupakan kendala utama dalam membelajarkan anak
hiperaktif, bagaimana cara anda mengatasinya agar proses belajar mengajar ini berjalan
dengan lancar?
J. Bicara dengan anak hiperaktif tidak boleh dengan bertele-tele harus singkat, tegas dan
bermakna, apabila ada bahasa yang tidak dimengerti oleh anak kita buatkan bentuk visualnya
yaitu gambar-gambar yang kita ibaratkan apa yang kita ucapkan.
T. Apakah dalam membelajarkan anak hiperaktif harus dengan menggunakan alat bantu
pengajaran (media pembelajaran)? Media apa saja yang digunakan? Apakah media itu juga
dirancang (dibuat) sendiri?
337
J. Ya, media itu berupa kertas, gambar-gambar dikomputer yang dicetak, papan tulis dan bisa
dibuat dengan tangan. Media itu ada yanng sedikit dibeli dan banyak yang dibuat sendiri.
T. Selain media apakah juga menggunakan mainan dalam membelajarkan anak hiperaktif?
J. Ya, mainan juga digunakan untuk membelajarkan anak hiperaktif, karena mainan itu bukan
mainan biasa tetapi mainan edukatif yang tujuannya memang digunakan untuk belajar.
T. Mencakup apa saja pembelajaran dengan menggunakan media visual (gambar) tersebut? Dan
dalam mata pelajaran apa saja menggunakan media visual (gambar) tersebut? Lalu bagaimana
cara membelajarkannya di kelas?
J. Gambar-gambar itu mencakup bidang: gambar-gambar yang ada dilingkungan
itu yaitu didalam rumah, diluar rumah, mengenal berbagai gambar yang kita
lihat dalam kehidupan sehari-hari yaitu gambar sayur-sayuran, buah-buahan,
binatang, alat transportasi dan berbagai hal yang belum mereka ketahui.
Dan hampir semua mata pelajaran menggunakan media visual, apakah itu bahasa
Indonesia ataupun matematika.
Cara membelajarkannya dikelas: gambar-gambar yang sudah kita dapatkan kita
potong-potong dalam bentuk kecil-kecil kemudian kita
sampaikan satu persatu di depan anak tanpa
distraksi/gambar lain, lalu kita tingkatkan tahap demi
tahap jumlah-jumlah apa yang kita berikan.
T. Mengapa media visual (gambar) itu sangat diperlukan/diutamakan dalam pembelajaran anak
hiperaktif, faktor apa saja yang mendukung penggunaan media visual (gambar) itu?
J. Media visual itu sangat diperlukan karena disamping anak ini hiperaktif ia juga kehilangan
konsentrasi, dan biasanya juga diimbangi dengan gangguan pemahaman bahasa yang teramat
dalam, nah apa yang tidak diketahui oleh anak hiperaktif kita visualkan lewat gambar-gambar
itu tadi, terus dengan gambar-gambar yang berwarna, anak akan jadi lebih tertarik untuk
melihat dan memperhatikan apa yang kita sampaikan.
T. Apakah kesulitan anda pertama kali dalam memperkenalkan anak pada suatu media visual
(gambar)?
J. Biasanya untuk pertama kalinya anak yang mengalami hiperaktifitas dalam penanganannya
anak pertama kali. Anak selalu dalam kondisi yang tidak tenang, sulit memperhatikan, lha
pada saat mau mengeluarkan alat peraga dan gambar itu tadi tidak diperkenankan
mengeluarkan banyak, tetapi harus satu terlebih dahulu, kemudian ditambah lagi sesuai
dengan kondisi dan perkembangan anak itu tadi.
338
ada yang melakukan sama seperti anak itu tadi, sehingga kalau dilihat dari amatan awam anak
itu memang kelihatan berbeda, bukannya mereka disisihkan tetapi mereka memang tersisih,
salah sendiri karena melakukan kegiatan yang tidak sama dengan anak lain, mereka juga tidak
bisa melakukan interaksi dia juga kadang asyik dengan dirinya sendiri.
Selaku guru pembimbing/terapis kita berikan program sosialisasi dengan tahapan-tahapan
dengan tidak secara langsung dengan jumlah teman yang banyak diatas 5 orang tetapi
dibawah 5 mungkin bahkan bisa dimulai dari jumlah 2 orang dalam ruang lingkup yang
sempitbukan diarea luar rumah yang lebih luas, karena kondisi tingkat kehiperaktifitasannya
itu yang belum bisa ditempatkan diluar ruang sempit.
T. Apakah dalam membelajarkan anak hiperaktif anda juga mengajak kerja sama orang tua
mereka untuk melanjutkan pembelajaran di rumah?
J. Ya di tempat terapi ini sangat membutuhkan kerja sama orang tua wali, karena disini
modalnya adalah sistem orang tua aktif, jika tidak aktif apa yang dihasilkan, apa yang
diharapkan tidak sesuai dengan harapan semua, mereka selaku orang tua dan kami selaku
terapis.
T. Selama anda mengajar disini apakah ada hambatan dalam mengajarkan anak hiperaktif? Dan
bagaimana cara memecahkan masalah itu?
J. Ada, hambatan kami dalam membelajarkan anak hiperaktif adalah jika anak itu memang
dalam proses penanganan dan baru beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang baru kita
berikan.
Caranya kita mulai perkenalkan secara satu persatu dengan media visual (gambar-gambar)
dan tentunya harus diikuti dengan aktifnya orang tua di rumah.
T. Apakah anda dalam mengajarkan anak hiperaktif terutama Alvin dan Galih sudah dirasakan
cukup berhasil dalam membimbing mereka? Bagaimana perkembangannya sekarang?
J. Ya saya rasa sudah cukup berhasil. Buktinya sekarang Alvin sudah bisa dikendalikan
emosinya dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik walaupun dia masih bingung
membedakan antara jantan dan betina tetapi dengan prompt akhirnya dia mengerti juga, dan
dia masih suka mengoceh sendiri yang tidak jelas arah tujuannya. Dan Galih kosa kata
bicaranya sudah mulai meningkat, walaupun dalam mengartikan gambar dengan dua kata ia
masih agak sulit.
T. Apakah pesan anda terhadap orang tua anak hiperaktif/berkebutuhan khusus lainnya dalam
membimbing/membelajarkan anak mereka di rumah?
J. Pesan saya kepada orang tua anak hiperaktif/berkebutuhan khusus lainnya jangan lupa untuk
selalu mengawasi mereka dimanapun anak itu berada, selalu memberikan yang terbaik dan
jangan lupa jika ada yang merasa putranya mengalami gangguan perkembangan cepat dibawa
ke ahlinya.
340
T. Bahasa (bicara dengan anak hiperaktif) merupakan kendala utama dalam membelajarkan anak
hiperaktif, bagaimana cara anda mengatasinya agar proses belajar mengajar ini berjalan
dengan lancar?
J. Dengan menatap mata si anak dengan tanpa bicara berbelit-belit karena itu akan menyulitkan
anak untuk memahami perkataan kita.
T. Apakah dalam membelajarkan anak hiperaktif harus dengan menggunakan alat bantu
pengajaran (media pembelajaran)? Media apa saja yang digunakan? Apakah media itu juga
dirancang (dibuat) sendiri?
J. Ya, karena itu sangat penting untuk menarik perhatian mereka dalam belajar. Salah satunya
yang paling penting disini adalah menggunakan media gambar. Kebanyakan gambar-gambar
itu dibuat sendiri entah itu kita ambil dari majalah-majalah/buku atau kita ambil dari komputer
yang kemudian dilaminating agar tidak cepat rusak/kotor.
T. Selain media apakah juga menggunakan mainan dalam membelajarkan anak hiperaktif?
J. Tentu saja ya, terutama mainan edukatif seperti puzzle, balok kayu, dlsb, karena ini penting
untuk mengasah kecerdasan mereka, kita jadi tahu sampai sejauh mana mereka kemampuan
mereka untuk menyelesaiannya.
T. Mencakup apa saja pembelajaran dengan menggunakan media visual (gambar) tersebut? Dan
dalam mata pelajaran apa saja menggunakan media visual (gambar) tersebut? Lalu bagaimana
cara membelajarkannya di kelas?
J. Pembelajaran dengan menggunakan media visual
mencakup berhitung (mengenal angka), membaca
(mengenal huruf), mengenal nama-nama benda disekitar
kita dan aktifitas orang. Dan saya rasa semua mata
pelajaran menggunakan media visual itu. Cara
membelajarkannya sesuai dengan kurikulum kita
ajarkan/perkenalkan dari gambar yang sederhana sampai
gambar yang rumit, mungkin adik nanti bisa lihat cara
membelajarkan anak hiperaktif dikelas dan kalau untuk
lebih jelasnya lagi bisa melihat di buku Pelatihan
Tatalaksana Perilaku (Metode Lovaas) dan COMPIC
disitu lengkap sudah ada kurikulumnya dan cara
pembelajarannya.
T. Mengapa media visual (gambar) itu sangat diperlukan/diutamakan dalam pembelajaran anak
hiperaktif, faktor apa saja yang mendukung penggunaan media visual (gambar) itu?
342
J. Karena anak hiperaktif juga mempunyai gangguan pemahaman dalam bahasa kemungkinan
dengan menggunakan media visual akan mempermudah /membantu kita dalam
berkomunikasi/berinteraksi. Lalu dengan gangguan konsentrasi dalam belajar dan tingkat
keaktifannya itu memungkinkan penggunaan media visual itu akan lebih menarik minat
mereka dalam belajar.
T. Apakah kesulitan anda pertama kali dalam memperkenalkan anak pada suatu media visual
(gambar)?
J. Kesulitannya adalah apabila kita memperkenalkan pada gambar yang terlihat asing bagi
mereka, dengan tingkahnya yang tidak bisa diam dan konsentrasinya yang mudah pudar, kita
harus berusaha mengulangi sampai benar-benar anak itu tahu/memahami.
T. Apakah ada faktor penghambat/kendala dalam membelajarkan anak hiperaktif dengan
menggunakan media visual (gambar)? Bagaimana cara mengatasinya?
J. Tidak ada
T. Seperti yang anda jelaskan tadi bahwa apabila anak itu sulit untuk diajak belajar, salah satu
jalan harus disertai dengan pemberian hadiah untuk menarik minat mereka dalam belajar.
Apakah dengan pemberian hadiah itu tidak berakibat buruk bagi mereka nantinya, karena
kalau sudah terbiasa mereka pasti akan menagih janjinya dan tidak mau belajar sebelum minta
sesuatu, lalu bagaimana cara menghilangkan pemberian hadiah itu dan apakah ada cara lain
agar mereka mau belajar tanpa pemberian hadiah?
J. Benar, untuk itu sedikit demi sedikit kita harus menghilanginya/menggantinya karena
reiforcer itu kan tidak harus berupa benda riil tetapi bisa berupa pujian, tepuk tangan dll.
T. Apakah anda juga menggunakan obat penenang sebelum mengajarkan pada mereka, yang
tentunya sesuai dengan anjuran dokter?
J. Tidak pasti, tergantung dari kondisi anak apakah anak itu mudah ditangani atau tidak.
T. Apakah obat itu tidak mengganggu mereka dalam konsentrasi belajar (misalnya bisa
mengakibatkan anak itu mengantuk atau malah malas belajar)?
J. Tidak ya, karena itu obat penenang (konsentrasi)
T. Bagaimana jika obat itu tidak mempunyai pengaruh sedikitpun dalam menenangkan anak
hiperaktif, karena tingkat aktivitasnya yang tinggi?
J. Sesuai dengan petunjuk dokter, mungkin orang tua diminta konsultasi dengan dokter.
T. Berkaitan dengan kehidupan sosialnya apakah anda juga mengamati bagaimana cara anak
hiperaktif itu bergaul dengan temannya sesama hiperaktif atau anak lain yang normal, apakah
ada banyak hambatan/kendala dalam mereka bergaul? Dan anda sebagai guru pembimbing
apa yang anda ajarkan berkaitan dengan sosialisasi anak hiperaktif agar anak itu bisa bergaul
seperti anak-anak lainnya dan tidak dijauhi oleh teman-temannya?
343
J. Ya, terutama kendalanya dalam berkomunikasi, tetapi itu tidak penting, bagi anak kecil
asalkan bisa diajak bermain mereka akan enjoy aja. Dan kami disini sebagai terapis
memberikan program sosialisasi dimulai dari ruang lingkup yang kecil.
T. Apakah dalam membelajarkan anak hiperaktif anda juga mengajak kerja sama orang tua
mereka untuk melanjutkan pembelajaran di rumah?
J. Tentu saja, hal itu sangat penting untuk mengetahui perkembangan si anak.
T. Selama anda mengajar disini apakah ada hambatan dalam mengajarkan anak hiperaktif? Dan
bagaimana cara memecahkan masalah itu?
J. Pasti ada, salah satunya apabila anak itu sulit untuk berkonsentrasi. Perhatian anak dalam
belajar kadang belum dapat bertahan untuk waktu yang lama dan masih berpindah pada
obyek/kegiatan lain yang lebih menarik bagi anak. Hal inilah yang dapat mengakibatkan
waktu pembelajaran terbuang dengan sia-sia, karena hanya cukup untuk menenangkan anak
saja.
Dan biasanya yang kami lakukan adalah:
Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara bertahap
Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi
Istirahat sebentar kemudian dilanjutkan kembali, dimaksudkan untuk mengurangi
kejenuhan pada anak.
T. Apakah anda dalam mengajarkan anak hiperaktif (Khusnul Ma’Ali) sudah dirasakan cukup
berhasil dalam membimbing mereka? Bagaimana perkembangannya sekarang?
J. Saya rasa bisa dibilang cukup berhasil. Terbukti dengan hiperaktifitasnya mulai berkurang,
sudah bisa berkonsentrasi dan dapat diajak komunikasi. Dan dalam pelajaran tidak ada
kendala, dia bisa mengikuti dengan baik, walaupun awalnya ia agak kesulitan membedakan
bentuk lingkaran dan oval.
T. Apakah pesan anda terhadap orang tua anak hiperaktif/berkebutuhan khusus lainnya dalam
membimbing/membelajarkan anak mereka di rumah?
J. Diharapkan apa yang dipelajari di tempat terapi diulang lagi dirumah.
Ibu Yuliana Wijayanti
T. Sudah berapa anak/siswa yang anda tangani (pegang/ajar) selama ini? Tipe apa saja itu?
Siapakah anak yang tergolong hiperaktif?
J. Disini saya mengajar dua orang siswa dan semuanya hiperaktif, yaitu Anis dan Martika.
Kalau Anis mempunyai gangguan speech delayed (terlambat bicara) dan hiperaktif sedangkan
Martika mempunyai gangguan normal hiperaktif (hiperaktif ringan) dan kurang konsentrasi.
T. Adakah perbedaan dalam menangani anak-anak itu? Bagaimana cara menanganinya terutama
saat pembelajaran?
344
J. Ada, tapi keduanya mudah diatur koq. Hanya saja kalau Anis, dalam menyampaikan kita lebih
mempertajam bahasa kita agar dia lebih memahami maksud dari ucapan/perintah kita.
Sedangkan untuk Martika kita lebih mengkonsentrasikan anak itu pada tugas yang kita
berikan, karena memang anak itu seringkali mengabaikan tugas yang kita berikan dan tidak
jarang dalam kita menyampaikan perintah harus diulang-ulang.
T. Apa yang anda persiapkan terlebih dahulu sebelum mengajarkan anak hiperaktif?
J. Yang pertama kita siapkan adalah media pembelajarannya dulu, materi pembelajarannya,
siswanya dalam berkonsentrasi, baru kita mulai kegiatan belajar mengajar dan tidak memberi
waktu luang bagi anak untuk asyik dengan diri sendiri
T. Bagaimanakah cara membelajarkan anak hiperaktif di kelas (langkah-langkah membelajarkan
anak hiperaktif) agar mereka menurut pada anda?
J. Yang dilakukan adalah menyuruh anak untuk duduk dan memusatkan perhatian mereka dengan
menatap mata anak dan memegang kedua tangannya, setelah anak diam beberapa lama baru
kita mulai pembelajarannya.
T. Bahasa (bicara dengan anak hiperaktif) merupakan kendala utama dalam membelajarkan anak
hiperaktif, bagaimana cara anda mengatasinya agar proses belajar mengajar ini berjalan
dengan lancar?
J. Bicara dengan anak hiperaktif harus tegas dan jelas, apabila ada yang tidak dimengerti oleh
anak kita gunakan gambar untuk membantu kita dalam berkomunikasi/berinteraksi.
T. Apakah dalam membelajarkan anak hiperaktif harus dengan menggunakan alat bantu
pengajaran (media pembelajaran)? Media apa saja yang digunakan? Apakah media itu juga
dirancang (dibuat) sendiri?
J. Ya, kebanyakan media itu adalah media visual gambar yang dibuat sendiri.
T. Selain media apakah juga menggunakan mainan dalam membelajarkan anak hiperaktif?
J. Ya, tentunya mainan edukatif
T. Mencakup apa saja pembelajaran dengan menggunakan media visual (gambar) tersebut? Dan
dalam mata pelajaran apa saja menggunakan media visual (gambar) tersebut? Lalu bagaimana
cara membelajarkannya di kelas?
J. Hampir semua dalam membelajarkan anak hiperaktif
dengan menggunakan media visual (gambar) terutama
dalam mengenalkan suatu benda atau hal lain dalam
membimbing anak untuk melakukan sesuatu. Cara
pembelajarannya dengan bertahap dimulai dari yang
mudah/sederhana sampai ke yang rumit sesuai dengan
kurikulum yang sudah ada.
345
T. Mengapa media visual (gambar) itu sangat diperlukan/diutamakan dalam pembelajaran anak
hiperaktif, faktor apa saja yang mendukung penggunaan media visual (gambar) itu?
J. Untuk membimbing anak dalam memahami sesuatu baik itu dalam memahami suatu benda
atau ucapan.
T. Apakah kesulitan anda pertama kali dalam memperkenalkan anak pada suatu media visual
(gambar)?
J. Kesulitannya yaitu pada awal-awalnya anak mulai ditangani. Tidak hanya memperkenalkan
pada suatu media tapi untuk mulai pembelajarannya saja itu sulit, sehingga waktu dua jam itu
hanya digunakan untuk menenangkan anak.
T. Apakah ada faktor penghambat/kendala dalam membelajarkan anak hiperaktif dengan
menggunakan media visual (gambar)? Bagaimana cara mengatasinya?
J. Tidak ada, justru cara yang paling mudah dalam menyampaikan materi pelajaran adalah
menggunakan media visual (gambar) bahkan media ini sangat membantu kita dalam
berkomunikasi pada anak.
T. Seperti yang anda jelaskan tadi bahwa apabila anak itu sulit untuk diajak belajar, salah satu
jalan harus disertai dengan pemberian hadiah untuk menarik minat mereka dalam belajar.
Apakah dengan pemberian hadiah itu tidak berakibat buruk bagi mereka nantinya, karena
kalau sudah terbiasa mereka pasti akan menagih janjinya dan tidak mau belajar sebelum minta
sesuatu, lalu bagaimana cara menghilangkan pemberian hadiah itu dan apakah ada cara lain
agar mereka mau belajar tanpa pemberian hadiah?
J. Tidak, karena hadiah itu tidak hanya berupa benda, tetapi bisa diganti dengan pujian, tepuk
tangan, ciuman.
T. Apakah anda juga menggunakan obat penenang sebelum mengajarkan pada mereka, yang
tentunya sesuai dengan anjuran dokter?
J. Tergantung dari kondisi anak, apakah anak itu mudah untuk diatasi ataukah sulit untuk
diatasi/ditenangkan untuk konsentrasi.
T. Apakah obat itu tidak mengganggu mereka dalam konsentrasi belajar (misalnya bisa
mengakibatkan anak itu mengantuk atau malah malas belajar)?
Tidak, justru obat tersebut sangat membantu mereka dalam berkonsentrasi
T. Bagaimana jika obat itu tidak mempunyai pengaruh sedikitpun dalam menenangkan anak
hiperaktif, karena tingkat aktivitasnya yang tinggi?
Kita akan menghubungi dokter untuk diminta meningkatkan dosisnya.
Berkaitan dengan kehidupan sosialnya apakah anda juga mengamati bagaimana
cara anak hiperaktif itu bergaul dengan temannya sesama hiperaktif atau anak
lain yang normal, apakah ada banyak hambatan/kendala dalam mereka
346
bergaul? Dan anda sebagai guru pembimbing apa yang anda ajarkan berkaitan
dengan sosialisasi anak hiperaktif agar anak itu bisa bergaul seperti anak-anak
lainnya dan tidak dijauhi oleh teman-temannya?
J. Ya, terutama kendalanya dalam berkomunikasi dan dalam ia bersikap, mungkin ia cenderung
asik dengan dunianya sendiri/permainannya sendiri. Disini kami mencoba untuk mengajarkan
sosialisasi pada anak dimulai dengan kelompok kecil anatara 2-3 orang disitu kita mengamati
tingkah anak sambil mungkin diadakan suatu permainan.
Apakah dalam membelajarkan anak hiperaktif anda juga mengajak kerja sama
J. Ya itu pasti orang tua harus aktif dalam membelajarkan anaknya dirumah, untuk itu lembar
penilaian selalu dibawa pulang tujuannya agar orang tua mengulang apa yang diajarkan
diterapi, sehingga orang tua dan kita sebagai terapis bisa mengetahui perkembangan si anak
baik dirumah maupun ditempat terapi.
T. Selama anda mengajar disini apakah ada hambatan dalam mengajarkan anak hiperaktif? Dan
bagaimana cara memecahkan masalah itu?
J. Ada, terutama dalam mengendalikan anak untuk belajar, banyak sekali
masalah yang ditimbulkan si anak, baik itu masalah perilaku maupun emosi
anak yang tidak stabil
Cara mengatasinya:
Memberikan reinforcement.
Tidak memberi waktu luang bagi anak untuk asyik dengan diri sendiri
Menyiapkan kegiatan yang menarik dan positif
Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak menyakiti diri.
Sedangkan apabila emosi anak dalam keadaan tidak stabil, misalnya: menangis, berteriak,
tertawa tanpa sebab yang jelas, memberontak, mengamuk, destruktif, tantrum dsb.
Maka cara mengatasinya:
Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya
Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap tenang
Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat dilanjutkan.
T. Apakah anda dalam mengajarkan anak hiperaktif sudah dirasakan cukup berhasil dalam
membimbing mereka? Bagaimana perkembangannya sekarang?
J. Alhamdulillah cukup berhasil. Terbukti kalau Anis sudah bisa bicara walaupun cedal dan
dalam membaca hurufnya ada yang dihilangkan seperti biru menjadi bi u, putih menjadi uti,
kotak menjadi otak tetapi dia cukup pintar terbukti kalau nilai-nilainya itu baik. Dan untuk
347
Martika walaupun dia kurang konsentrasi dalam belajar dan penangkapannya itu kurang tetapi
dengan ketelatenan dan pembelajaran yang berulang-ulang hasilnyapun cukup memuaskan.
T. Apakah pesan anda terhadap orang tua anak hiperaktif/berkebutuhan khusus lainnya dalam
membimbing/membelajarkan anak mereka di rumah?
J. Pesan saya kepada orang tua yang mempunyai anak hiperaktif/berkebutuhan khusus lainnya
usahakan untuk membimbing anaknya di rumah dengan tegas dan disiplin.
J. Ya, sekeluarga alangkah baiknya memang mendukung dan keluarga kami juga mendukung,
karena memang ada satu anak yang bermasalah dari keluarga kami sehingga keluarga yang
lainpun harus tahu bahwa ada saudaranya yang tidak boleh makan makanan itu, jadi harus
menghormatinya, jadi kalau ingin makan makanan yang dibeli di luar makanannya harus
ngumpet.
T. Adakah kendala/hambatan-hambatan pada diri anak anda dalam bersosialisasi (bergaul) baik
itu dengan orang dewasa atau teman sebayanya, terutama dengan anggota keluarga yang
lainnya?
J. Hambatan-hambatan itu ada pada awal sebelum penanganan tetapi setelah terjadi penanganan
anak kami sudah mulai berinteraksi, sudah sembuh, sudah pulih dan bergaul dengan siapa
saja.
T. Apakah pesan anda pada para orang tua lainnya yang mempunyai anak hiperaktif?
J. Pesan saya pada orang tua yang mempunyai anak hiperaktif tolong bahwa tiap anak
mempunyai hak yang sama, hak pendidikan yang sama dengan anak yang tidak mempunyai
gangguan perkembanngan, tolong masukkanlah ke tempat-tempat terapi karena disitulah
tempatnya dan penanganan yang tepat agar anak anda menjadi manusia yang berguna,
menjadi seorang anak yang anda inginkan dan anak itu inginkan.
Ibu Utami
T. Sejak kapan anda mengetahui anak anda hiperaktif?
J. Kurang lebih berumur 2 tahun.
T. Apa yang meyakinkan anda bahwa anak anda tergolong hiperaktif?
J. Karena anak itu banyak gerak dan sulit diatur.
VI. T. Anak nomor berapa yang hiperaktif itu?
J. Anak no.2
T. Apakah dia mempunyai saudara? Berapa jumlahnya?
J. Ya, ada 2 orang.
T. Apakah anda membedakan anak anda yang hiperaktif dengan saudara-saudaranya yang lain?
J. Tidak, tapi mungkin anak saya yang hiperaktif ini lebih diperhatikan lagi.
T. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam berkomunikasi terutama dalam mengucapkan
kata-kata (berbicara), mulai kapan anak anda yang hiperaktif itu berbicara dan
mengikuti/menirukan siapa?
J. Ya, dia berbicara sejak dia mulai mengoceh tapi bicaranya itu tidak jelas sampai akhirnya
saya bawa ke tempat terapi ini.
T. Sebelum anak anda dibawa ke tempat terapi apa yang sudah anda lakukan dalam menangani
anak anda? Apakah cara ini berhasil?
J. Sebelumnya saya bawa kedokter kemudian oleh dokter disuruh dibawa ke tempat terapi.
350
J. Selama ini saya mengajarkan pada anak-anak saya untuk tidak membiasakan jajan diluar
rumah, apalagi setelah mengetahui anak saya ada yang bermasalah, saya mencoba untuk
membuat makanan sendiri sesuai dengan anjuran dokter. Jadi tidak anak saya yang
bermasalah saja yang diet tetapi semua anggota keluarga ikut diet. Setelah dipikir-pikir itu
baik juga untuk semuanya.
T. Dengan adanya makanan yang dilarang untuk anak hiperaktif apakah di dalam keluarga anda
juga diterapkan hal yang serupa agar tidak “ngiming-ngimingi” anak anda yang hiperaktif?
J. Ya, apabila disitu ada yang ingin makan saya suruh menghindar, tidak di depan anak saya
yang hiperaktif.
T. Adakah kendala/hambatan-hambatan pada diri anak anda dalam bersosialisasi (bergaul) baik
itu dengan orang dewasa atau teman sebayanya, terutama dengan anggota keluarga yang
lainnya?
J. Kalau dengan teman sebaya sih enggak, karena anak kecil itu kan nggak tahu apa-apa asal
bisa diajak bermain mereka senang saja, tetapi kalau dengan orang dewasa kendalanya dalam
berkomunikasi, untuk itu peran anggota keluarga juga sangat penting dalam mengajarkan dia
berkomunikasi.
T. Apakah pesan anda pada para orang tua lainnya yang mempunyai anak hiperaktif?
J. Saya sarankan kepada orang tua yang mempunyai anak bermasalah seperti saya ini untuk
dibawa ke dokter anak atau ke psikiater anak, mungkin dari situ akan merujuk ke tempat
terapi. Dan dalam proses terapi jangan lupa anak juga diterapi dirumah untuk itu sebagai
orang tua kita harus sabar dalam menghadapi anak.
HASIL DOKUMENTASI
PEMBELAJARAN ANAK HIPERAKTIF
352
Belajar membaca
MACAM-MACAM
MEDIA VISUAL (GAMBAR)
355
Gambar aktivitas orang secara bertahap Gambar aktivitas orang secara bertahap
357
“Been Back”
Alat untuk mengurangi hiperaktifitas pada anak
PEDOMAN KURIKULUM
Kemampuan Mengikuti Kemampuan Imitasi (Meniru)
Tugas/Pelajaran 1. Imitasi gerakan motorik kasar
1. Duduk mandiri di kursi 2. Imitasi tindakan (aksi) terhadap benda
2. Kontak mata saat dipanggil “Galih” 3. Imitasi gerakan motorik halus
3. Kontak mata ketika diberi perintah 4. Imitasi gerakan motorik mulut
“Lihat [(ke) sini]”
4. Berespons terhadap arahan “Tangan ke Kemampuan Bahasa Reseptif
bawah” 1. Mengikuti perintah sederhana (satu-
tahap)
358
Kemampuan Pre-Akademik
1. Mencocokkan
2. Benda-benda yang identik
3. Gambar-gambar yang identik
359
LEMBAR PENILAIAN
Kategori : ……………………………………………………………………..
Instruksi : ……………………………………………………………………..
Respon Benar : ……………………………………………………………………..
Catatan :
1. Masing-masing terapis menggunakan ball point dengan warna tinta yang berbeda. Sehingga
mudah terlihat berapa kali seorang terapi telah melakukan suatu aktivitas, dan mudah
dievaluasi sudah berapa kali seorang (dan keseluruhan) terapis telah mendapatkan nilai A
(achieved). Juga mudah dievaluasi terapis (atau waktu-waktu tertentu) yang mana yang selalu
mendapat P atau A.
2. Suatu aktivitas dinyatakan telah dikuasai anak bila memenuhi kriteria 3 x 3 A. Yaitu 3 terapis
pada 3 session (kesempatan/waktu belajar) yang berbeda-beda secara berurutan memperoleh
nilai A (yaitu berturut-turut 3 instruksi pertama mendapat 3 respons yang benar semua).
Bila suatu aktivitas telah mendapatkan 3 x 3 A, aktivitas tersebut dimasukkan
ke dalam program dan lembar penilaian.
3. Bila dalam 3 instruksi pertama berturut-turut, 1/lebih respons salah, dinilai P. Dapat juga
digunakan kode misalnya APP, AAP (bila AAA cukup ditulis dengan A saja), atau P+, P++,
atau A-, A- -, dan lain-lain (sesuai kesepakatan seluruh terapis dan orang tua, tetapi harus
konsisten).
Hal ini dapat dikerjakan dengan tujuan untuk membedakan apakah anak
memang benar-benar belum bisa atau sudah mulai /sesekali bisa atau bisa
dengan prompt setengah/sebagian/ringan.
4. Bila dalam 1 session seorang terapis melakukan suatu aktivitas lebih dari satu siklus, untuk
pencatatannya tanggal ditulis hanya sekali dan bagian tanggal berikutnya dicoret supaya
mudah terlihat dan mudah dievaluasi.
360
Yang dimaksud satu siklus yaitu pada instruksi #1 dan #2 anak tidak berespons atau berespons
salah, kemudian dengan instruksi #3 + prompot, kemudian imbalan.