You are on page 1of 7

A.

DEFINISI SENI LUKIS

Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis
adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi
untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan,
dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa
bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.

B. SEJARAH SENI LUKIS

 Zaman prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah
memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat
gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah
lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang,
kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua
adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan
atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang
masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk
berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau
kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua
dimensi, dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek
alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu
serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap
objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar
dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang
menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai
satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih
banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir
membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur
sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan
semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi
semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah
kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.
[sunting]
 Seni lukis zaman klasik
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di
alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni
lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.
 Seni lukis zaman pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami
penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan
manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali
untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang
penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk
yang "benar" dari benda).
 Seni lukis zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuwan dan budayawan
(termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang.
Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan
seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.
Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak
lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh
Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.

C. SEJARAH SENI LUKIS DI INDONESIA


Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia.
Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis
Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.
Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari
melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar
melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi
pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang
sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang
sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme
menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia
dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang
menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan
kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih
sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme
membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan
politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai
pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad
XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-
porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan
munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur
di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif
semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan
berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat,
tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.

D. MACAM – MACAM ALIRAN SENI LUKIS

*Abstrakisme :

Setelah mengalami masa kejayaan di era 90-an, seni lukis abstrak seperti mati suri. Banyak
perupa lukis abstrak yang dulu punya nama, tiba-tiba menghilang. Pasar lukis dikuasai seniman realis
dan lukis abstrak terpinggirkan. Dalam upaya membangkitkan kembali gairah seni lukis abstrak, 7 perupa
abstrak menggelar pameran “Soulscape” di Taman Budaya Yogyakarta.
Pameran yang berlangsung 23 Februari - 4 Maret tersebut memamerkan sekitar 27 karya lukis
abstrak dilengkapi dengan kegiatan bedah buku, talkshow dan pemutaran film abstrak. Para perupa yang
menggelar pameran antara lain : AT Sitompul, Dedy Sufriadi, Netok Sawiji, Nunung WS, Sulebar
Sukarman dan Yusron Mudhakir. Mereka berharap pameran ini dapat memberi definisi baru dalam seni
lukis abstrak Indonesia.
Menurut Sulebar Sukarman, pameran kali ini sengaja diberi nama “Soulscape” (pandangan jiwa),
karena merupakan dokumentasi perjalanan jiwa dari para perupa sebagai respon atas perjalanan hidup
serta pendalaman dan perenungan yang selama ini dilakukannya. Oleh karena itu, hasil karya juga
sangat tergantung dari jejak jiwa yang telah dilalui masing-masing perupa. Namun, dari keseluruhan
karya ada satu kesamaan nuansa karya bahwa semua karya yang ditampilkan merupakan karya puncak
dari gejolak batin mereka. "Dalam arti puncak perenungan, bukan berarti puncak karir. Sebab, seniman
itu tak ada selesainya dalam melakukan pendalaman ide dan perenungan,” ujar Sukarman.
Sedangkan seniman AT Sitompul mengatakan bahwa pameran abstrak kali ini merupakan upaya
dari para perupa untuk memberikan wacana baru di jagad bursa seni rupa. Sebab, pihaknya yakin, jika
aliran ini tahun 90-an lalu pernah mencapai masa keemasannya maka pada saatnya nanti juga akan
kembali pada masa keemasan itu. "Karya seni itu ibarat mode dan berputar seperti sebuah siklus. Jika
para seniman ini komitmen untuk tetap berkarya sesuai dengan bidangnya masing-masing saya yakin
akan sampai juga masa keemasannya seperti yang pernah dialami sebelumnya," ujar Sitompul.
Sementara itu, Kurator seni lukis abstrak dari Jerman, Anton Larens, mengungkapkan bahwa
munculnya pameran abstrak itu, menunjukkan bahwa seni lukis abstrak di Indonesia terutama di Jawa
masih ada. Oleh karena itu, pihaknya yakin, pameran ini akan diikuti oleh seniman abstrak lainnya.
"Pameran ini akan menginspirasi seniman lain untuk melakukannya. Selama ini karya lukis ini sedang
tidak 'ngepop' di bursa seni. Namun, justru karya dengan aliran abstrak yang beberapa tahun lalu
mampu meraih harga lelang tertinggi di bursa seni lukis dunia. Fakta ini menjadi semacam kontoversial,
karena di satu sisi banyak yang memahami bahwa karya lukis abstrak merupakan karya seniman gila.
Yang bilang begitu tentu saja yang tak paham dengan karya lukis abstrak. Mereka kan hanya melihat
wujud yang nampak, dan bukan merasakan dengan hati. Padahal, karya abstrak itu harus dinilai dan
dilihat dengan kedalaman hati. Hanya mereka yang punya kepekaan dan sensitifitas tinggi saja yang
mampu menimbang karya abstrak," ujar Larens.

*Naturalisme

Naturalisme Yaitu suatu bentuk karya seni lukis (seni rupa) dimana seniman berusaha
melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature atau alam nyatan, artinya disesuaikan dengan
tangkapan mata kita. Supaya lukisan yang dibuat benar – benar mirip atau persis dengan nyata, maka
susunan, perbandingan, perspektif, tekstur, pewarnaan serta gelap terang dikerjakan seteliti mungkin,
setepat –setepanya. di dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan
seting alam. Hal ini merupakan pendalaman labih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai
reaksi atas kemapanan romantisme.
Salah satu perupa naturalisme di Amerika adalah William Bliss Baker, yang lukisan
pemandangannya dianggap lukisan realis terbaik dari gerakan ini. Salahs atu bagian penting dari gerakan
naturalis adalah pandangan Darwinisme mengenai hidup dan kerusakan yang telah ditimbulkan manusia
terhadap alam.

*Surrealisme
Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana
tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya
bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa
menyembunyikan hal yang buruk sekalipun. Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu
kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya
dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang
sekarang lebih dikenal dengan nama India.
Realisme sebagai gerakan kebudayaan
Realisme menjadi terkenal sebagai gerakan kebudayaan di Perancis sebagai reaksi terhadap
paham Romantisme yang telah mapan di pertengahan abad 19. Gerakan ini biasanya berhubungan erat
dengan perjuangan sosial, reformasi politik, dan demokrasi.
Realisme kemudian mendominasi dunia seni rupa dan sastra di Perancis, Inggris, dan Amerika
Serikat di sekitar tahun 1840 hingga 1880. Penganut sastra realisme dari Perancis meliputi nama Honoré
de Balzac dan Stendhal. Sementara seniman realis yang terkenal adalah Gustave Courbet dan Jean
François Millet.
Realisme dalam seni rupa
Perupa realis selalu berusaha menampilkan kehidupan sehari-hari dari karakter, suasana,
dilema, dan objek, untuk mencapai tujuan Verisimilitude (sangat hidup). Perupa realis cenderung
mengabaikan drama-drama teatrikal, subjek-subjek yang tampil dalam ruang yang terlalu luas, dan
bentuk-bentuk klasik lainnya yang telah lebih dahulu populer saat itu.
Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha
mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto di zaman
renaisans, Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena karyanya telah dengan
lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik daripada yang telah diusahakan sejak
zaman Gothic.
Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya
RembrandtBarbizon School memusatkan pengamatan lebih dekat kepada alam, yag kemudian membuka
jalan bagi berkembangnya impresionisme. Di Inggris, kelompok Pre-Raphaelite Brotherhood menolak
idealisme pengikut Raphael yang kemudian membawa kepada pendekatan yang lebih intens terhadap
realisme. yang dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah
kelompok di Perancis yang dikenal dengan nama

*Kubisme
kubisme adalah sebuah gerakan modern seni rupa pada awal abad ke-20 yang dipelopori oleh
Picasso dan Braque. Prinsip-prinsip dasar yang umum pada kubisme yaitu menggambarkan bentuk objek
dengan cara memotong, distorsi, overlap, penyederhanaan, transparansi, deformasi, menyusun dan
aneka tampak. Gerakan ini dimulai pada media lukisan dan patung melalui pendekatannya masing-
masing
pada kubisme, bentuk –bentuk karyanya menggunakan bentuk –bentuk geometri (segitiga,
segiempat, kerucut, kubus, lingkaran dan sebagainya) seniman kubisme sering menggunakan teknik
kolase, misalnya menempelkan potongan kertas surat kabar, gambar –gambar poster dan lain- lain.

Kubisme sebagai pencetus gaya nonimitative muncul setelah Picasso dan Braque menggali
sekaligus terpengaruh bentuk kesenian primitif, seperti patung suku bangsa Liberia, ukiran timbul
(basrelief) bangsa Mesir, dan topeng-topeng suku Afrika. Juga pengaruh lukisan Paul Cezanne, terutama
karya still life dan pemandangan, yang mengenalkan bentuk geometri baru dengan mematahkan
perspektif zaman Renaisans. Ini membekas pada keduanya sehingga meneteskan aliran baru.
Istilah "Kubis" itu sendiri, tercetus berkat pengamatan beberapa kritikus. Louis Vauxelles (kritikus
Prancis) setelah melihat sebuah karya Braque di Salon des Independants, berkomenmtar bahwa karya
Braque sebagai reduces everything to little cubes (menempatkan segala sesuatunya pada bentuk kubus-
kubus kecil. Gil Blas menyebutkan lukisan Braque sebagai bizzarries cubiques (kubus ajaib). Sementara
itu, Henri Matisse menyebutnya sebagai susunan petits cubes (kubus kecil). Maka untuk selanjutnya
dipakai istilah Kubisme untuk memberi ciri dari aliran seperti karya-karya tersebut.
Perkembangan awal
Dalam tahap perkembangan awal, Kubisme mengalami fase Analitis yang dilanjutkan pada fase
Sintetis. Pada 1908-1909 Kubisme segera mengarah lebih kompleks dalam corak yang kemudian lebih
sistematis berkisar antara tahun 1910-1912. Fase awal ini sering diberi istilah Kubisme Analitis karena
objek lukisan harus dianalisis. Semua elemen lukisan harus dipecah-pecah terdiri atas faset-fasetnya
atau dalam bentuk kubus.
Objek lukisan kadang-kadang setengah tampak digambar dari depan persis, sedangkan
setengahnya lagi dilihat dari belakang atau samping. Wajah manusia atau kepala binatang yang diekspos
sedemikian rupa, sepintas terlihat dari samping dengan mata yang seharusnya tampak dari depan.
Pada fase Kubisme Analitis ini, para perupa sebenarnya telah membuat pernyataan dimensi
keempat dalam lukisan, yaitu ruang dan waktu karena pola perspektif lama telah ditinggalkan.
Bila pada pereiode analitis Braque maupun Picasso masih terbelenggu dalam kreativitas yang
terbatas, berbeda pada fase Kubisme Sintetis. Kaum Kubis tidak lagi terpaku pada tiga warna pokok
dalam goresan-goresannya. Tema karya-karya mereka pun lebih variatif. Dengan keberanian
meninggalkan sudut pandang yang menjadi ciri khasnya untuk beranjak ke tingkat inovatif berikutnya.
Perkembangan karya kaum Kubis selanjutnya adalah dengan perhatian mereka terhadap
realitas. Dengan memasukkan guntingan-guntingan kata atau kalimat yang diambil dari suratpaper colle.
kabar kemudian direkatkan pada kanvas sehingga membentuk satu komposisi geometris. Eksperimen
tempelan seperti ini lazim disebut teknik kolase atau

*Romantisme

Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini
berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam
adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.

Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada
pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini
adalah Raden Saleh.

*Plural painting

Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam meditasi atau pengembaraan intuisi
untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari naluri kehidupan ke dalam bahasa visual.
Bahasa visual yang digunakan berpijak pada konsep PLURAL PAINTING. Artinya, untuk menampilkan
idiom-idiom agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah tertangkap oleh intuisi
mempergunakan idiom-idiom yang bersifat: multi-etnis, multi-teknik, atau multi-style.

*Seni lukis daun

Adalah aliran seni lukis kontemporer, dimana lukisan tersebut menggunakan daun tumbuh-tumbuhan,
yang diberi warna atau tanpa pewarna. Seni lukis ini memanfaatkan sampah daun tumbuh-tumbuhan,
dimana daun memiliki warna khas dan tidak busuk jika ditangani dengan benar. senidaun.wordpress.com

You might also like