You are on page 1of 34

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN

“ KAYU “

OLEH :

FEBRI IRAWAN

05091002006

KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2010
I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk
berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan
bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga
dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.
Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada
dinding sel berbagai jaringan di batang. Ilmu perkayuan (dendrologi) mempelajari
berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat kimia, fisika, dan mekanika
kayu dalam berbagai kondisi penanganan. Mungkin pernah kita dengar kita
tentang Batu Akik yang terbuat dari fosil yang sebenarnya dimaksud adalah Fosil
Kayu. Didunia perbatuan, yang dimaksud Fosil Kayu adalah Kayu yang membatu
dimana semua bahan organiknya telah digantikan oleh mineral (biasanya sejenis
silikat, seperti quartz), dengan struktur kayu tetap terjaga. Proses fosil terjadi di
bawah tanah, ketika kayu terkubur di bawah lapisan sedimen. Air yang banyak
mengandung mineral masuk ke dalam sel-sel tanaman dan sementara lignin dan
selulosa membusuk, mereka digantikan oleh batu. Hal ini bisa terjadi setelah
bertahun-tahun terpendam bahkan setelah diteliti, terpendam selama Jutaan tahun.
Artinya kayu tersebut telah ada sebelum manusia hadir di bumi ini, dan mungkin
juga dengan jaman yang di sebut PRA SEJARAH.

Di dunia ini terdapat hutan fosil kayu terbesar di dunia yaitu di Lesvos
adalah hutan fosil kayu yang telah membatu. Hutan ini terletak di pulau Lesvos di
Yunani. Yang kedua terbesar adalah Taman Nasional Hutan Fosil Kayu di
Arizona. Hutan fosil kayu di Lesvos terbentuk dari fosil tumbuhan yang dapat
ditemukan di bagian barat pulau tersebut. Di Indonesia, banyak juga terdapat fosil
kayu seagai harta terpendam yang masih banyak belum di gali. Karakteristik unik,
keras, dingin, bercahaya,warna-warni dan berusia jutaan tahun. Itulah bebatuan
yang terlihat di Sukaraja, Sukabumi. Ada yang percaya batuan itu punya khasiat,
misalnya memberi wibawa, menarik rejeki dan menyembuhkan sakit gigi. Bisa
ditebus dengan harga mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 100 juta. Sebenarnya
Indonesia adalah surga bagi para pecinta batu. Beberapa belahan nusantara
tersebar lempengan lapisan tanah yang diyakini terpendam fosil kayu yang berusia
jutaan tahun. Salah satu contoh adlah bila anda ingin menikmati keindahannya,
rasanya Desa Sukaraja di Sukabumi ini layak dikunjungi. Di sepanjang jalan raya
Sukabumi-Cianjur, tepatnya di sekitar kilometer 5, terdapat beberapa art shop
yang mengasah sekaligus memasarkan batu-batu mulia. Umur Fosil-fosil kayu
sangat mempengaruhi warna karena adanya proses tekanan dan pergesekan
dengan kulit bumi selama bertahun-tahun. Menurut info, yang berwarna alam
seperti coklat, hitam, atau putih telah berumur sedikitnya 25 juta tahun.
Panjangnya ada yang mencapai 6 meter dengan diameter berlebar 1 meter.

Beratnya, untuk panjang 5 meter dan diameter setengah meter, beratnya


bisa mencapai 5 ton. Hal ini disebabkan struktur mineral yang sudah total
menggantikan struktur organik kayu tersebut. Nasib fosil kayu Amerika mungkin
lebih baik dibanding Indonesia. Di Amerika dipandang sebagai asset, sedangkan
di Indonesia nasib fosil kayu masih dipandang sebelah sudut mata. Sudah bisa
dimaklumi bahwa bagi pakar palaentologi atau peneliti tentunya barang ini
komoditas ilmu yang berharga. Namun bagi orang awam bisa macam-macam
interpretasinya. Mungkin ini yang menyebabkan lain fosil kayu di Indonesia tidak
begitu menjadi perhatian, lain lagi di Amerika yang disayang-sayang. Di Amerika
fosil kayu bisa dijumpai dalam suatu kawasan yang luas dan dalam jumlah
banyak. Tak terbayang tebaran fosil kayu dengan aneka warna, pastilah indah.
Boleh dikata bahwa itu adalah fosil hutan, bukan lagi sekadar batang kayu saja.
Begitu pulalah kawasan itu dinamakan Petrified Forest National Park di Arizona,
Amerika Serikat. Petrified wood atau fosil kayu termasuk barang langka.
Beberapa kawasan di Amerika Serikat dinyatakan tertutup untuk mencegah fosil
kayu dibawa untuk suvenir. Bahkan ketika dahulu kawasan bekas hutan purba itu
masih terbuka, menjadi surga bagi penggemar untuk mengambilnya.
Fosil Kayu di Indonesia barang langka ini hanya bertumpuk di penjual
batu hiasan taman. Dari batang besar dipecah menjadi bongkah kecil untuk
sekadar disusun jadi tembok hiasan di taman rumah perorangan. Harga pasaran
pun di Indonesia sangat miring, kira2 Rp 25.000/kg. Hutan jati merupakan hutan
yang tertua pengelolaannya di Jawa dan juga di Indonesia, dan salah satu jenis
hutan yang terbaik pengelolaannya. Jati jawa, asli atau introduksi? Para ahli
(altona, 1922; Charles, 1960) menduga bahwa jati di Jawa dibawa oleh orang-
orang Hindu dari India pada akhir zaman hindu (awal abad X1V, hingga awal
abad XVI). Akan tetapi beberapa ahli yang lain menyangkal, dan menyatakan
bahwa tidak ada alasan yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa jati bukan
tumbuhan asli Jawa (Whitten dkk., 1999). Hipotesa introduksi jati dari india ke
jawa sudah barang tentu sulit dihindari, mengingat sifat kayunya yang sejak
ratusan tahun sangat dikenal, sehingga sudah barang tentu manusia sangat
berperanan penting terutama dalam penyebarannya yang terbaru. Padahal menurut
Peluso (1991), ketika pedagang belanda mendarat di jawa pada pertengahan abad
XVII, mereka mendapati tegakan jati campuran atau bahkan tegakan jati hampir
murni yang terbentang beratus-ratus kilometer di bagian tengah pulau jawa. Bila
hipotesa introduksi jati dari india dibenarkan, maka introduksi tersebut telah
berlangsung pada zaman yang lebih kuno, paling tidak sekitar abad VI, yakni
ketika pertukaran kebudayaan antara India dan Indonesia berlangsung sangat kuat.
Namun tidak ada catatan sejarah yang menguatkan dugaan itu.

Dipihak lain hipotesa introduksi jati dari India ke Jawa juga menimbulkan
pertanyaan yang sulit dijawab terutama tentang diketemukannya populasi jati
alam di beberapa pulau terpencil di Indonesia seperti di Madura, Muna, dan
ketidakhadirannya di pulau pulau lain selain di jawa padahal pulau - pulau
tersebut (Sumatera misalnya) juga berperan penting dalam jalur migrasi manusia
antara India, Thailand, Kambodia, China, Jepang. Berdasar itu Gartner (1956)
meragukan hipotesa Altona, demikian pula Troup (1921) yang cenderung
mengganggap bahwa keberadaan jati di Jawa dan beberapa pulau di indonesia
adalah alami.Penelitian Kertadikara (1992) yang mempelajari keragaman genetika
beberapa populasi jati India, Jawa dan Thailand dengan menggunakan isoenzym
serta data morfologi, menunjukkan bahwa populasi jati dari India memiliki
struktur genetika sangat khas yang jauh berbeda dengan populasi jati Jawa dan
Thailand. Sementara struktur genetika populasi jati Thailand lebih dekat dengan
struktur genetika populasi jati Jawa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pertama populasi jati India telah sejak lama terisolasi secara geografi dari
populasi-populasijati lainnya. Kedua, bila hipotesa introduksi jati dari india ke
Jawa dibenarkan, seharusnya akan terlihat kedekatan struktur genetika antara
populasi Jawa dan India. Berdasar itu Kertadikara (1992)cenderung pada hipotesa
migrasi alami jati dari pusat penyebaran alaminya di daratan asia tenggara (yang
kemungkinan besar terletak di Myanmar), menggunakan pulau ke pulau yang
menghubungkan daratan asia dengan kepulauan indonesia pada zaman
pleistocene. Hubungan antra daratan asia dan kepulauan indonesia tersebut
dimungkinkan akibat penurunan permukaan air laut sekitar 100 hingga 120 m
lebih rendah dibanding permukaannnya sekarang. Sementara keberhasilan
instalasi jati di jawa dan beberapa pulau lainnya tergantung sepenuhnya pada
kebutuhan klimatik dan edafik, yang menyebabkan penyebaran alami jati bersifat
terputus-putus.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat


sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang
tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita
sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang
berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau
penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan
yang kita inginkan. Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta
macam penggunaannya.

Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu
tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat
tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan
yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal.

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-
beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain.

2. Tujuan

Untuk mengetahui jenis kayu dan spesifikasi kayu.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengenalan Sifat-Sifat Kayu

Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi.  Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.  Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu
tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat
tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan
yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal.

Kayu adalah suatu karbohidrat yg tersusun atas karbon, hidrogen &


oksigen. Karbon mrp elemen yg dominan. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon
yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda.  Bahkan dalam satu pohon, kayu
mempunyai sifat yang berbeda-beda.  Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang
berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis
kayu yaitu :

1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan


susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan
hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang
berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan
tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap
atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan
kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama
dalam keadaan kering.

1. Sifat Fisik Kayu


a. Berat dan Berat Jenis

Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat
ekstraktif didalamnya.  Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. 
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2
(kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani).  Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu
semakin berat dan semakin kuat pula.

b. Keawetan

Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak


kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan
adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak
kayu.  Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi
kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.

c. Warna

Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna
dalam kayu yang berbeda-beda.

d. Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu.  Berdasarkan teksturnya, kayu


digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu
bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh:
kempas, meranti dll).

e. Arah Serat

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.  Arah
serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta
terpilin dan serat diagonal (serat miring).
f. Kesan Raba

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu
(kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll).  Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-
beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.

g. Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. 
Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau
kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya
bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.

h. Nilai Dekoratif

Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan
pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu.  Pola gambar ini yang
membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.

i. Higroskopis

Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air.  Makin lembab
udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya.  Dalam kondisi kelembaban kayu sama
dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan
(EMC = Equilibrium Moisture Content).

Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :

j. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat


dengan elastisitas kayu.

Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang


suara.  Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak
dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).

k. Daya Hantar Panas


Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk
membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.

l. Daya Hantar Listrik

Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. 
Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu.  Pada kadar air 0 %, kayu
akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu
mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh  dikatakan
sama dengan daya hantar air.

2. Sifat Mekanik Kayu

1. Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang


berusaha menarik kayu.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :

a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan

b. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.

Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat. 
Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar
arah serat.

2. Keteguhan tekan / Kompresi

Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan


muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :

a. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan

b. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan
kompresi sejajar arah serat.
3. Keteguhan Geser

Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang


membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. 
Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :

a. Keteguhan geser sejajar arah serat

b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan

c. Keteguhan geser miring

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser
sejajar arah serat.

4. Keteguhan lengkung (lentur)

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang


berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup
selain beban pukulan.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :

a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang


mengenainya secara perlahan-lahan.

b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang


mengenainya secara mendadak.

5. Kekakuan

Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau


lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.

6. Keuletan

Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang


relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang
berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan
perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.

7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik
atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan
merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.

8. Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang


berusaha membelah kayu.  Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam
pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat
baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah
sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.

Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat
mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :

a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,


pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak
kayu.

b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.

B. Macam Penggunaan Kayu

Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-
sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan.  Jenis-jenis
kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain
dapat dikemukan sebagai berikut :

1. Bangunan (Konstruksi)

Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam
yang tinggi.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas,
keruing, lara, rasamala.
2. Veneer biasa

Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya
sedang.

Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.

3. Veneer mewah

Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif.

Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai,
weru, sonokembang.

4. Perkakas (mebel)

Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan,


mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.

Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang,
ramin.

5. Lantai (parket)

Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan
cukup kuat.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.

6. Bantalan Kereta Api

Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas,


ulin.

7. Alat Olah Raga

Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus,
serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet.

Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling,


teraling.
8. Alat Musik

Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya
resonansi baik.

Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.

9. Alat Gambar

Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.

Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.

10. Tong Kayu (Gentong)

Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.

Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.

11. Tiang Listrik dan Telepon

Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.

Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.

12. Patung dan Ukiran Kayu

Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan
berwarna gelap.

Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.

13. Korek Api

Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api),
elastis dan tidak mudah pecah (kotak).

Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang,
pinus.

14. Pensil

Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak
merah, berserat lurus.
Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.

15. Moulding
Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah
dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.

Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.

16. Perkapalan

m.Lunas

Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut.

Jenis kayu : ulin, kapur.

n. Gading

Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.

Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.

o. Senta

Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.

Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.

p. Kulit

Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.

Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah.

q. Bangunan dan dudukan mesin

Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran
mesin.

Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.

r. Pembungkus as baling-baling

Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam.


Jenis kayu : nangka, bungur, sawo.

s. Popor Senjata

Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil.

Jenis kayu : waru, salimuli, jati.

t. Arang (bahan bakar)

Persyaratan teknis :  BJ tinggi.

Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu
malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.

C. Metoda Pengenalan Jenis Kayu

Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan


dengan cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat
dilakukan dengan memeriksa sepotong kecil kayu.  Penentuan jenis kayu dalam
bentuk log, pada umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang
mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya
getah dan sebagainya.

Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian,


moulding, dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan
sifat-sifat kasar yang mudah dilihat.  Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) 
memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut
diamati  dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali
lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat
dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat
anatomi/strukturnya.  Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia,
dimana antar jenis kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih lazim dipakai
dalam penentuan je-nis kayu adalah dengan memeriksa sifat anatominya (sifat
struktur).
Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan
untuk mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat
makroskopis) dan sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis).  Secara obyektif,
sifat struktur atau mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau
makroskopis dalam mengenal atau menentukan suatu jenis kayu.  Namun untuk
mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini
dapat dipergunakan secara bersama-sama, karena sifat fisik akan mendukung sifat
struktur dalam menentukan jenis.

Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara
jelas melalui panca indera, baik dengan penglihatan,  pen-ciuman,  perabaan dan
sebagainya tanpa menggunakan alat bantu.   Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam
sifat kasar antara lain adalah :

a. warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,

b. tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang,

c. arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,

d. gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial

e. berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis

f. kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,

g. lingkaran tumbuh,

h. bau, dan sebagainya.

Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan


mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan  pembesaran 10
kali. Sifat struktur yang diamati adalah :

a. Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah


longitudinal.  Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori
terlihat sebagai lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil
maupun besar.  Pori dapat dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan,
isi, ukuran, jumlah dan bidang perforasi).
b. Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk
batu bata dengan arah longitudinal.  Dengan mempergunakan loupe, pada
bidang lintang,  parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna
yang lebih cerah dibanding dengan warna sel sekelilingnya.  Parenkim
dapat dibedakan berdasarkan atas hubungannya dengan pori, yaitu
parenkim paratrakeal (berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak
berhubungan dengan pori).

c. Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal.  Dengan


mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-
garis yang sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna
sekelilingnya.  Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan
keseragaman ukurannya.

d. Saluran interseluler  adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu


yang berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu
ada pada setiap jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu,
misalnya beberapa jenis kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara lain
meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing (Dipterocarpus
spp), mersawa (Anisoptera spp), dan sebagainya. Berdasarkan arahnya,
saluran interseluler dibedakan atas saluran interseluler aksial (arah
longitudinal) dan saluran interseluler radial (arah sejajar jari-jari). Pada
bidang lintang, dengan mempergunakan loupe, pada umumnya saluran
interseluler aksial terlihat sebagai lubang-lubang yang terletak diantara sel-
sel kayu dengan ukuran yang jauh lebih kecil.

e. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan
bentuknya seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap
jenis kayu, tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung
(Dyera spp.)

f. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang bertingkat-tingkat


dan biasanya terlihat pada bidang tangensial.  Tanda kerinyut juga tidak
selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu
seperti kempas (Koompasia malaccensis) dan sonokembang (Pterocarpus
indicus).

g. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara kayu,
yang terbentuk sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk
kulit. Gelam tersisip juga tidak selalu ada pada setiap jenis kayu.  Jenis-
jenis kayu yang sering memiliki gelam tersisip adalah karas (Aquilaria
spp), jati (Tectona grandis) dan api-api (Avicennia spp).

Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan
sifat struktur kayu daun jarum.  Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori
kayu seperti halnya kayu-kayu daun lebar.
Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus
dilakukan adalah memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya. 
Apabila dengan cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis kayunya, maka
terhadap kayu tersebut dilakukan pemeriksaan sifat strukturnya dengan
mempergunakan loupe.
Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu, kita dapat
mempergunakan kunci pengenalan jenis kayu. Kunci pengenalan jenis kayu pada
dasarnya merupakan suatu kumpulan keterangan tentang sifat-sifat kayu yang
telah dikenal, baik sifat struktur maupun sifat kasarnya.  Sifat-sifat tersebut
kemudian didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam bentuk
percabangan dua (sistem dikotom).
Pada sistem kartu,  dibuat kartu dengan ukuran tertentu (misalnya ukuran
kartu pos). Disekeliling kartu tersebut dicantunkan  keterangan sifat-sifat kayu,
dan pada bagian tengahnya tertera nama jenis kayu. Sebagai contoh, kayu yang
akan ditentukan jenisnya,  diperiksa sifat-sifatnya. Berdasarkan sifat-sifati
tersebut, sifat kayu yang tertulis pada kartu ditusuk dengan sebatang kawat dan
digoyang sampai ada kartu yang jatuh.  Apabila kartu yang jatuh lebih dari satu
kartu, dengan cara yang sama kartu-kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain
sesuai dengan hasil pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu.  Sebagai
hasilnya, nama jenis yang tertera pada kartu terakhir tersebut merupakan nama
jenis kayu yang diidentifikasi.
Dikotom berarti percabangan, pembagian atau pengelompokan dua-dua atas
dasar persamaan sifat-sifat kayu yang diamati.   Kayu yang akan ditentukan
jenisnya diperiksa sifat-sifatnya, dan kemudian dengan mempergunakan kunci
dikotom, dilakukan penelusuran sesuai dengan sifat yang diamati sampai
diperolehnya nama jenis kayu yang dimaksud.
Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu maupun dengan
sistem dikotom, keduanya mempunyai kelemahan.  Kesulitan tersebut adalah
apabila kayu yang akan ditentukan jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi. 
Walaupun sistem kartu ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan
jenis kayu, keduanya tidak akan dapat membantu mendapatkan nama jenis kayu
yang dimaksud.   Dengan demikian, semakin banyak koleksi kayu yang dimiliki
disertai dengan pengumpulan mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu
atau sistem dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan  suatu jenis kayu.
III. METODOLOGI

1. Tempat dan Waktu

Tempat dilakukannya praktikum kayu ini dilaksanakan di Laboratorium


Pasca Panen Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sriwijaya.

Hari : Selasa & Kamis

Tanggal : 14 Desember 2010 & 16 November 2010

Pukul : 08.30 WIB s.d. selesai

2. Alat dan Bahan

Alat

a. Timbangan analitik

b. Oven

Bahan

a. Aluminium foil
b. Kayu jati
c. Kayu laban
d. Kayu meranti
e. Kayu medang
f. Kayu tembesu
g. Kayu puli ( pulai )
3. Cara Kerja

1. Siapkan sampel kayu yang telah mempunyai ukuran tertentu.


2. Setelah itu lihat warna dan bau dari sampel kayu tersebut
3. Timbang massa awal sampel kayu tersebut dengan timbangan analitik.
4. Siapkan oven, jika oven sudah siap dan cukup panas, masukkan sampel
kayu ke dalam oven selama 48 jam untuk mengurangi kadar air yang
terkandung di dalam sampel kayu.
5. Jika pengeringan sudah 48 jam, hitung massa akhir sampel dengan
menggunakan timbangan analaitik
6. Kemudian hitung kadar air setiap sampel dengan menggunakan rumus
yaitu :
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Berak
Jenis Kayu Warna Berat Awal Warna Visual Bau
Akhir

Coklat
Jati 6,551 g Coklat Asam 5,805 g
kemerahan

Laban Putih susu 5,910 g Putih Wangi 3,767 g

Meranti Merah bata 4,273 g Kemerahan Wangi 3,800 g

Medang Coklat muda 5,562 g Coklat Wangi 4,959 g

Tembesu Coklat krem 6,230 g Coklat Wangi 5,552 g

Puli Putih susu 5,179 g Putih Asam 3,398 g

Maka, % kadar air :

6,551 g−5,805 g
Kayu jati = X 100 % = 12,85%
5,805 g

5,910 g−3,767 g
Kayu laban = X 100 % = 56,88%
3,767 g

4,273 g−3,800 g
Kayu meranti = X 100 % = 12,44%
3,800 g

5,562 g−4,959 g
Kayu medang = X 100 % = 12,15%
4,959 g

6,230 g−5,552 g
Kayu tembesu = X 100 % = 12,21%
5,552 g
5,179 g−3,398 g
Kayu puli = X 100 % = 52,41%
3,398 g

2. Pembahasan

Penjelasan dari beberapa sifat fisik dan kegunaan kayu yang dijadikan sampel,
yaitu :

1. Kayu Jati

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang
lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di
musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini
berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara
bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.

Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu
27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling
baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri
dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30
– 60 cm saat dewasa.

Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya


kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit
sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya
diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi
bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya
lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi
lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil
atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi
alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu
yang cepat dan jumlah yang banyak.

Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa
penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis sp.,
Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang
disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh
Uncinula tectonae. Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat
95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994. Infeksi tersebut terjadi pada bibit
yang berumur 2 – 8 bulan. Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya necrosis
berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap
menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan
ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami
kekeringan. Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp.
akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa
dilakukan.

2.Kayu Laban

Spesies : Vitex pinnata L.

Nama Inggris : vitex

Nama Indonesia : laban

Nama Lokal : laban (Jawa), laban ketileng (Jawa), laban sungu (Jawa) , hegas
(Sunda), ki arak (Sunda) , lakhan(Madura) , gulimpapa (Makasar) , halapapa
(Dayak), halapapa (Kalimantan Timur) , haleban (Lampung), haniban (Sumatera
Selatan) , laban tanduk (Minangkabau), alaban (Sumatera Barat) , maneh (Aceh)

Deskripsi :
Tumbuhan berupa pohon, tingginya mencapai ± 25 m, diameter batang 35 - 45
cm, pohon ini mempunyai banyak cabang yang tidak lurus/bengkok serta tidak
teratur. Kayunya cukup keras, padat, seratnya lurus, warnanya berselang-seling
coklat kuning dan coklat pudar tua. Duduk daun berhadapan, umumnya 3 - 5
daun. Bentuk daun bundar telur sampai lonjong/elip dan meruncing ke ujung dan
pangkal daun. Perbungaan terdapat di ujung batang atau di ketiak daun, warna
bunga biru tetapi sebelah dalam agak keunguan. Buah termasuk buah batu, bentuk
bulat dan sedikit air.

Distribusi/Penyebaran :
Terdapat hampir di seluruh Indonesia, Jawa, Madura, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Bangka.

Habitat :
Tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian ± 800 m dpl. Pada hutan
sekunder, hutan jati.

Perbanyakan :
Belum pernah dibudidayakan karena pohon laban pertumbuhannya lambat.
Sampai saat ini kayu laban merupakan hasil hutan sekunder.

Manfaat tumbuhan :

Warna hijau muda diperoleh dari kain dicelup dahulu dalam larutan tom/tarum,
kain menjadi berwarna biru, setelah agak kering kain dicelupkan kembali pada
larutan kayu laban dan daun dandang gula. Kayu laban mempunyai warna yang
indah sehingga banyak dipakai untuk pembuatan perkakas rumah tangga.

3.Kayu Meranti

Meranti merah adalah nama sejenis kayu pertukangan yang populer dalam
perdagangan. Berbagai jenis kayu meranti dihasilkan oleh marga Shorea dari suku
Dipterocarpaceae. Sekitar 70 spesies dari marga ini menghasilkan kayu meranti
merah.
Meranti merah tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang.
Berat jenisnya berkisar antara 0,3 – 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya
berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau
bahkan merah tua kecoklatan. Berdasarkan BJnya, kayu ini dibedakan lebih lanjut
atas meranti merah muda yang lebih ringan dan meranti merah tua yang lebih
berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara kedua kelompok ini, sementara
jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang menghasilkan kedua macam kayu itu

Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti merah dapat digolongkan dalam


kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini
tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk
penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah. Namun kayu
meranti merah cukup mudah diawetkan dengan menggunakan campuran minyak
diesel dengan kreosot

Meranti merah merupakan salah satu kayu komersial terpenting di Asia


Tenggara. Kayu ini juga yang paling umum dipakai untuk pelbagai keperluan di
kawasan Malesia. Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu
untuk dinding, loteng, sekat ruangan, bahan mebel dan perabot rumahtangga,
mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu meranti merah-tua yang lebih berat biasa
digunakan untuk konstruksi sedang sampai berat, balok, kasau, kusen pintu-pintu
dan jendela, papan lantai, geladak jembatan, serta untuk membuat perahu. Meranti
merah baik pula untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan
venir untuk kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu,
bahan pembuatan kertas. Di samping menghasilkan kayu, hampir semua meranti
merah menghasilkan damar, yakni sejenis resin yang keluar dari batang atau
pepagan yang dilukai. Damar keluar dalam bentuk cairan kental berwarna kelabu,
yang pada akhirnya akan mengeras dalam warna kekuningan, kemerahan atau
kecoklatan, atau lebih gelap lagi. Beberapa jenis meranti merah menghasilkan
buah yang mengandung lemak serupa kacang, yang dikenal sebagai tengkawang.
Pada musim-musim tertentu setiap beberapa tahun sekali, buah-buah tengkawang
ini dihasilkan dalam jumlah yang berlimpah-ruah; musim mana dikenal sebagai
musim raya buah-buahan di hutan hujan tropika. Di musim raya seperti itu,
masyarakat Dayak di pedalaman Pulau Kalimantan sibuk memanen tengkawang
yang berharga tinggi.

4.Kayu Medang

Nama Daerah : Umum: huru, madang, modang. A. umbelliflora: medang air,


medang ligir, medang pantai, medang lalan, mayer, retap, ulan, lalan telor (Klm).
C.parthenoxylon : kayu gadis, kayu lada, madang loso, medang lesa, medang
sahang (Smt); kipedes, kisereh, selasihan (Jw); marawali, merang, parari, pelarah,
peluwari (Klm); palio (Slw).

Daerah penyebaran : Indonesia

Habitus : Tinggi pohon dapat mencapai 35 m, panjang batang bebas cabang 10 -


25 m, diameter sampai 90 cm. Batang pada umumnya berdiri tegak, berbentuk
silindris, kulit luar berwarna kelabu, kelabu-coklat, coklat-merah sampai merah
tua, kadang-kadang beralur dangkal atau mengelupas kecil-kecil. Pada L. firma
dan L. odorifera banir dapat mencapai tinggi 2 m, sedang C. parthenoxylon tidak
berbanir.

Ciri umum :

Warna : Kayu teras berwarna bervariasi dari kuning sarnpai hijau zaitun, coklat-
merah muda, rnerahcoklat, coklat-kuning, coklat tua, bahkan sampai coklat
kehitam-hitaman tergantung kepada jenis botanisnya. Kayu gubal pada umumnya
berwarna
putih atau kuning muda dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras, tebal
2 - 9 cm.

Tekstur : Tekstur kayu agak halus atau agak kasar dan merata.

Arah serat : Arah serat lurus, agak bergelombang atau berpadu.


Kesan raba: Permukaan kayu agak licin sampai licin, tidak jarang terasa berlemak.

Kilap : Permukaan kayu mengkilap nyata dan indah.

Bau : Hampir semua kayu medang berbau aromatis bila masih segar, terutama
pada L. odorifera dan Cinnamomum spp. Bau aromatis ini lambat laun
menghilang, tetapi pada beberapa jenis dapat tahan beberapa tahun atau muncul
kembali jika dibuat sayatan baru.

Noda ernpulur : Noda empulur merupakan ciri khas untuk kayu medang .

Informasi lainnya :

Pengerjaan : Kayu medang pada umumnya mudah dikerjakan, kecuali beberapa


jenis yang mengandung silika.

Kegunaan : Jenis kayu medang yang kurang awet biasa dipakai untuk membuat
papan dan kano, sedangkan jenis yang lebih awet dapat dipakai untuk tiang, balok
dan rusuk. Kayu C. parthenoxylon lazim dipakai untuk membuat lesung. Kayu
medang mempunyai banyak jenis yang cocok untuk barang kerajinan.

5. Kayu Tembesu
Kayu tembesu merupakan kayu yang kuat dan tahan lama dalam
keawetannya selain kayu jati. Umumnya digunakan untuk pembuatan tiang listrik
dan telepon. Umumnya berwarna kuning emas tua atau coklat jingga. Merupakan
batang tegak dan tidak berbanir. Termasuk kedalam kayu kelas awet 1.

6.Kayu Puli ( Pulai )

(Alstonia scholaris [L.] R. Br.)

Nama Lokal : Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura). kayu gabus,; pulai
(Sumatera).hanjalutung (Kalimantan).kaliti, reareangou,; bariangow, rariangow,
wariangow, mariangan, deadeangow,; kita (Minahasa), rite (Ambon), tewer
(Banda), Aliag (Irian),; hange (Ternate). devil's tree, ditta bark tree (Inggris).;
Chatian, saitan-ka-jhad, saptaparna (India, Pakistan).; Co tin pat, phayasattaban
(Thailand).

Pulai yang termasuk suku kamboja-kambojaan, tersebar di seluruh Nusantara. Di


Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan,
ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl. Pulai kadang ditanam di
pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman berbentuk
pohon, tinggi 20 - 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu,
percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih.
Daun tunggal, tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 - 15
mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang,
permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip,
panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm, warna hijau. Perbungaan majemuk tersusun
dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi
berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah
berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 - 50 cm, menggantung.
Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada
ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang.

Kadar air dari beberapa sampel kayu yang digunakan ada yang memiliki
kadar air sedikit dan juga ada yang memiliki kadar air yang banyak. Sebagai
contoh pada kayu medang yang memiliki persentase 12.15% yang menyebabkan
kayu medang mudah lapuk dan tidak awet.

Serta ada kayu yang memiliki kelas yang dibawah kayu laban yaitu kayu
puli yang memiliki kadar air 52,41% memiliki spesifikasi yang sering digunakan
pada tiang listrik. Kayu ini memiliki kadar air tinggi namun memiliki kekuatan
dan serat yang keras sehingga kayu ini lebih tahan lama dan kuat dari kayu akasia
yang tentu struktur dalamnya lebih berongga dan serat kayu yang dimiliki kayu
akasia lebih halus.
V. KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan yaitu;

1. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-
beda.
2. Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi.
3. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan
dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa
(karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).

4. Terdapat banyak sifat-sifat fisik kayu diantaranya keawetan, warna, bau,


tekstur serat kayu, tekstur permukaan kayu, dan kekerasan kayu serta
ketahanan kayu ketika dipotong.
5. Kayu memiliki kadar air yang berbeda-beda dan dapat mempengarui sifat fisik
kayu itu sendiri.
6. Sampel kayu yang memiliki kadar air tertinggi adalah kayu laban dan kayu puli
dengan nilai masing-masing 56,88% dan 52,41%
7. Kegiatan penentuan jenis kayu (identifikasi jenis kayu) merupakan salah satu
bagian dari rangkaian kegiatan pengujian dalam arti luas yaitu menentukan
jenis kayu, mengukur dimensi kayu untuk mendapatkan volume serta
menetapkan mutu.  
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Jati ( diakses 18 Desember 2010 ).

http://id.wikipedia.org/wiki/Meranti_merah ( diakses 18 Desember 2010 ).

http//www.googlesearch/polimer kayu, (diakses 17 Desember 2010 ).

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=154 (diakses 17 Desember


2010 ).

http://www.proseanet.org/prohati4/printer.php?photoid=295 (diakses18 Desember


2010 ).

Locher, Friedrich W. (2006). Cement: Principles of production and use.


Duesseldorf, Germany: Verlag Bau + Technik GmbH. ISBN 3-7640-
0420-7.
Mindess, S.; Young, J.F. (1981). Concrete. Englewood, NJ, USA: Prentice-Hall.
ISBN 0-1316-7106-5.
Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met. E. - Prof. DR. Shinroku Saito.1985. Pengetahuan
Bahan Teknik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
LAMPIRAN GAMBAR

1. Alat dan bahan dan pengeringan kayu

2. Penimbangan kayu dengan berat awal dan berat akhir

You might also like