Professional Documents
Culture Documents
1
2
3
BAB III
IMAN KEPADA ALLAH
a. Ar-Rahmān
Allah SWT bernama Ar-Rahmān (Yang Maha Pemurah), karena Dia melimpahkan
rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, tanpa pandang bulu.
b. Ar-Rahim
Sifat Ar-Rahim Allah SWT selalu dilimpahkan kepada seluruh hamba-Nya yang
beriman secara tetap atau bersifat kekal.
c. Al-Quddus
Allah SWT bernama Al-Quddus (Mahasuci) karena Allah SWT itu Mahatunggal, suci
bersih dari sekutu, tidak beranak dan tidak deperanakandan tidak ada yang setara dengan-Nya
d. As-Salam
Sifat ini terdapat pada nama Allah SWT “As-Salam” (Mahasejahtera). Kesejahteraan
Allah SWT itu Maha Sempurna, tidak ada kekurangannya,cacat dan celanya.
e. Al-Mu’min
Allah SWT barnama Al-Mu’min (Yang Maha Memberikankeamanan atau Yang Maha
Terpercaya).
f. Al-‘Adlu
Al-‘Adlu, yang artinya Maha Adil , tidak ada zat selain Allah yang memiliki keadilan sama
dengan Allah SWT, apalagi melebihi-Nya.
g. Al-Gaffār
4
5
Allah SWT bernama Al-Gaffār sebab Allah SWT Yang Maha Pengampun, yang
memiliki kebebasan penuh untuk memberikan ampunan dosa kepada hamba yang
dikehendaki-Nya.
h. Al-Hak i m
Allah SWT bernama Al-Hak i m sebab Allah SWT itu Mahabijaksana, tidak ada zat
selain Allah SWT yang memiliki kebijaksanaan sama dengan-Nya, apalagi melebihi-Nya.
i. Al-Malik
Allah SWT bernama Al-malik yang artinya Maha Merajai. Tidak ada raja yang memiliki
kedudukan dan kekuasaan yang sama dengan Allah SWT, apalagi melebihi-Nya.
j. Al-Hasíb
Allah SWT bernama Al-Hasíb artinya Maha Menjamin, yakni memberikan jaminan
kecukupan kepada seluruh hamba-Nya. Al-Hasíb juga bisa berarti Maha Memperhitungkan.
Segala amal manusia ketika di dunia, akan dihisab di alam akhirat oleh Allah SWT dengan
seteliti-telitinya dan seadil-adilnya.
5. Menjadi Orang yang Terpercaya dan Dapat Memberi Rasa Aman Kepada Sesama
6. Beperilaku Adil
8. Berperilaku Bijaksana
a. Syukur
Menurut pengertian bahasa, kata syukur berasal dari bahasa Arab yang artinya terima
kasih. Menurut istilah syukur ialah berterima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang
tulus atas nikmat dan karunia-Nya, melalui ucapan sikap dan perbuatan.
b. Sabar
Setiap muslim/muslimah yang berperasangka baik kepada Allah SWT, apabila dikenai
suatu musibah seperti sakit, bencana alam dan gagal dalam suatu usaha, tentu akan bersabar
karena ia menyadari bahwa musibah-musibah itu merupakan ujian dari Allah SWT
a. Percaya Diri
Seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga ia berani
mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan suatu tindakan.
b. Gigih
Sikap dan perilaku gigih hendaknya diterapkan dalam hal berikut:
1. Menuntut ilmu
2. Bekerja Mencari Rezeki yang Halal
3. Berinisiatif
1. Saling Menghormati
6
7
8
9
Para ulama Islam berpendapat bahwa hadis menempati kedudukan pada tingkat kedua sebagai
sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an.
c. Fungsi
Fungsi atau peranan Hadis (Sunah) di samping Al-Qur’anul Karim adalah:
a. Mempertegas atau memperkuat hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an
b. Menjelaskan, menafsirkan, dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang masih umum dan
samar
c. Mewujudkan suatu Hukum atau ajaran tidak tercantum dalam Al-Qur’an.
2. Kedudukan
Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an dan Hadis.
Dalilnya adalah Al-Qur’an dan hadis.
3. Fungsi
Fungsi ijtihad ialah untuk menetapkan hukum sesuatu yang tidak ditemukan dalil
hukumnya secara pasti di dalam AlQur’an dan hadis.
Bentuk-bentuk ijtihad antara lain:
10
Ijma’, adalah kebulatan pendapat semua ahli ijtihad pada suatu masa atas suatu
masalah yang berkaitan dengan syariat.
Qiyas, yaitu menetapkan hukum atas suatu perbuatan yang belum ada ketentuannya,
berdasarkan sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya dengan memperhatikan
kesamaan antara kedua hal itu.
Istihab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan yang telah ditetapkan
karena adanya suatu dalil, sampai ada dalil lain yang mengubah kedudukan hukum
tersebut.
Mashlahah Mursalah, yaitu kemaslahatan atau kebaikan yang tidak disinggung-
singgung syara’ untuk mengerjakan atau meninggalkannya.
‘Urf, yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang baik
dalam kata-kata atau perbuatan.
An-Nadb, yaitu tuntutan dari syariat untuk melaksanakan suatu perbuatan, yang apabila
dikerjakan pelakunya akan mendapat pahala tetapi apabila ditinggalkan tidak mendapat
siksa. Perbuatan sunah dibagi mnejadi dua, yaitu:
1) Sunnah ‘ain yaitu perbuatan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh setiap individu.
2) Sunnah kifayah, yaitu perbuatan yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh seorang atau
beberapa orang dari golongan atau masyarakat.
11
Al-Karahah ialah sesuatu yang dituntut syar’i kpada mukalaf untuk meninggalkan
dalam bentuk tuntutan yang tidak pasti. Bentuk hukum dari al-karahah disebut
makruh.
At-Tahrim, yaitu tuntutan syar’i untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan dengan
tuntutan yang pasti. Apabila dikerjakan dianggap berdosa, tetapi apabila ditinggalkan
pelakunya akan mendapat pahala.
Al-Ibahah, yaitu firman Allah SWT yangmengandung pilihan untuk melakukan suatu
perbuatan atau meninggalkannya. Bentuk hukum dari al-ibahah ialah mubah, yaitu
perbuatan yang boleh dikerjakan dan boleh pula ditinggalkan.
Bentuk hukum wad’i adalah merupakan ketentuan-ketentuan Allah SWT yang mengatur
tentang sebab, syarat, māni’ (penghalang), batal (fasid), azimah dan rukhsah dalam hukum
Islam.
a. Sebab
Menurut istilah syara’ adalah suatu keadaan atau peristiwa yang dijadikan sebagai
sebab adanya hukum, dan tidak adanya keadaan atau peristiwa itu, menyebabkan
tidak adanya hukum.
b. Syarat
Syarat ialah sesuatu yang dijadikan syari’ (hukum Islam), sebagai pelengkap
terhadap perintah syari’, tidak sah pelaksanaan suatu perintah syari’, kecuali dengan
adanya hukum tersebut.
c. Māni’ (penghalang)
Māni adalah suatu keadaan atau peristiwa yang ditetapkan syar’i menjadi
penghalang bagi adanya hukum atau membatalkan hukum
d. Azimah dan Ruksah
Azimah ialah peraturan Allah SWT yang asli dan tersurat pada nas (Al-Qur’an dan
Hadis) dan berlaku umum.Rukhsah ialah ketentuan yang disyariatkan oleh Allah
SWT sebagai keringanan yang diberikan kepada muklaf dalam keadaan-keadaan
khusus
12
13