You are on page 1of 9

1.

Definisi

Gastroenteritis dalah radang pada lambung dan usus yang memberikan


gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan
suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan
jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk Faeses yang cair, dapat disertai dengan
darah atau lendir (Leane, S).

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana
frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram
(Syaiful Noer, 1996 ). Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk
menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/ atau munmtah akut.
Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus.

Gastroentiris akut adalah defekasi yang terjadi secara mendadak dan


berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat
(Mansyoer Arief, et al., 1999, hal. 470).

Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan


gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (muntah berak) (capital selekta.edisi
3.1999).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang
meningkat (Arif Mansjoer, 1999 : 501).

Gastroentritis adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa
darah dan /atau lendir dalam tinja (Suhariyono, 2003).

Diare adalah perubahan tiba-tiba dalam frekuensi dan kualitas defekasi


(Sandra M.Nettina, 2001, hal 123).

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih
dari 3 kali/hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram/hari) dan konsistensi
feses cair (Smeltzer dan Bare, 2001, hal 1093).
Diare adalah defekasi yang tidak normal, baik frekuensi maupun
konsiistensinya.frekuensi diare lebih dari 4X/hr (capita selekta,edisi 3.1999).

2. Epidemiologi
DISTRIBUSI
 Distribusi Berdasarkan Orang
Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yangterjadi
diseluruh dunia. Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama dengan
perempuan. Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak danlansi
dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah mengalami dehidrasi.
(Suharyono,dkk.2003 & Diskin, Arthur, MD.2006)
Gastroenteritis biasanya terjadi pada masyarakat yang berpendidikana
rendah dan berpendidikan rendah, hal ini dikaitkan dengan tingkat
pengetahuan dan perilaku terhadap kesehatan yang kurang. (Irwanto,
dkk.2002)

 Distribusi berdasarkan tempat


Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab kematian bayi
didaerah tropis. Dinegara yang sedang berkembanng kejadian gastroenteritis
lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan kumuh. (Suharyono,
dkk.2003 & Jellife 1994)

 Distribusi berdasarkan waktu


Dinegara-negara yang beriklim empat musim, diare yang disebabkan
oleh bakteri sering terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan
oleh virus terjadi pada musim dingin. Di Indonesia, diare yang disebabkan
oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun, dengan puncak kejadian pada
pertengahan musim kemarau (juli-agustus), sedangkan yang disebabkan oleh
bakteri puncaknya pada pertengahan musim hujan (januari-februari). (Sunoto,
1994)

FREKUENSI
Pada tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawatdi RSUD
Dr.soetomo dengan dehidrasi ringan sebanyak 227 orang (19,56%), dehidrasi
sedang sebnyak 668 orang (57,59%),dan dehidrasi berat sebanyak 116 orang
(10%).
Berdasarkan data WHO 2000-2003 diare merupkan penyebab kematian ke
tiga pada balita baik di dunia maupn di Asia Tenggara dengan propostional mortality
ratio (PMR ) masing-masing sebesar 17 % dan 18%. Hasil survey kesehatan rumah
tangga (SKRT) 2004 di indonesia menunjukan angka kematian akibat diare(cause
specific death rate) sebesar 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita(Age specific
date rate) sebesar 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41
kabupaten dari 16 provinsi melaporkan terjadi KLB diare dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 2,52% dari 10.980 kasus yang dilaporkan

Berdasarkan profil kesehatan sumatera utara, terjadi peningkatan kasus diare


di rumah sakit setiap tahunnya. Berdasarkan data pada tahun 2003 dan 2004
menunjukan angka kesakitan diare tahun 2003 sebesar 4.533 kasus dengan
proporsi pada balita 42% dan tahun 2004 angka kesakitan diare 5.636 dengan
proporsi pada balita 56,03%.

Profil kesehatan kota Medan 2005 menunjukan angka kesakitan diare


berdasarkan 39 puskesmas adalah 42.688 kasus dengan proporsi diare pada balita
49,18 % (20.966) kasus.

3. Patofisiologi
4. Faktor Resiko
 Pejamu
Beberapa faktor risiko pada penjamu yang dapat meningkatkan
kerentanan penjamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis antara lain:
a. Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibody yang
dapat melindungi terhadap kuman gastroenteritis.
b. Malnutrisi dan BBLR (berat badan bayi rendah). Beratnya penyakit,
lamanya resiko kematian karena gastroenteritis meningkat pada bayi yang
mengalami gangguan gizi dan BBLR.
c. Imunodefisiensi.
d. Campak, GE yang sedang terjadi dan berakibat pada bayi atau anak2
yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini akibat
penurunan kekebalan tubuh penderita.
 Faktor makanan
a. Makanan beracun.
b. Makanan tercemar, dll.
 Efek samping penggunaan obat
 Lingkungan
Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. ingkungan
memilki pengaruh besar terhadap terjadinya gastroenteritis. Dua faktor yang
dominan terhadap terjadinya gastroenteritis adalah sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat. Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia
yang menjadi penyebab gastroenteritis antara lain:
a. Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat
kesehatan.
b. Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat.
c. Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.
d. Hygiene perorangan dan sanitasi yang buruk.
e. Belum ditanganinya hygiene dan sanitasi industry secara intensif.
f. Kurangnya pengawasan dan pencegahan terhadap pembuangan limbah.
5. Manifestasi Klinis
 Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,.
 Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
 Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam .
 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
 Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
 Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
 Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam (Kusmaul).
 Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi:
1. Dehidrasi Ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5% - <5%)
 Keadaan umum baik dan sadar.
 Mata normal dan air mata tidak ada.
 Mulut dan lidah basah.
 Tidak merasa haus dan bias minum.
 Turgor normal (cubitan kulit cepat kembali).
2. Dehidrasi Sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5% - 10%)
 Kencing sedikit, nafsu makan berkurang.
 Gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun.
 Mata dan ubun2 cekung.
 Mulut dan lidah kering.
 Nadi lebih cepat dari normal.
 Turgor kurang ( cubitan kulit lambat kembali ).
3. Dehidrasi Berat (bila terjadi penurunan berat badan >10%)
 Tidak kencing dan tidak ada nafsu makan.
 Sangat lemah hingga kesadaran menurun.
 Mata dan ubun-ubun sangat cekung.
 Bibir dan lidah sangat kering.
 Nadi sangat cepat.
 Turgor jelek (cubitan kulit sangat lambat sekali).

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. laboratorium.

1. Pemeriksaan tinja

 Pemeriksaan dasar feses mencakup inspeksi spesimen untuk jumlah,


konsistensi, dan warnanya.
 Pemeriksaan Ph tinja
Bila terdapat intoleransi gula, pH cairan tinja hampir selalu 6 dan
biasanya dibawah 5,5.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup
dengan standar suhu 370 C, bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

4. Pemeriksaan darah lengkap mencakup kadar Hb, Ht, Eritrosit, Leukosit,


Trombosit, Albumin, BUN

b. Pemeriksaan elektrolit

Normal Gastroentritis
Na 136-148 124-180
K 4,5-5,5 1,8-6,5
Ca 4,9-5,8 4,0-6,1
Mg 1,5-1,8 0,8-3,0
Cl 98-105 65-135
Po4 4,5-6,0 3,9-6,1

c. Intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara


kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
Prosedur :
Isi usus halus penderita bagian atas dari penderita diare diperoleh
dengan intubasi pernasal diberikan dalam duodenum atau melalui
aspirasi dengan kapsul biopsi usus. Penderita terlebih dahulu
dipuasakan sekitar 4 jam. Untuk menenangkan obat sedatif ( luminal,
diazepam, atau kloralhidrat). Intubasi dilakukan dengan menggunakan
pipa karet merah radio-opak steril yang dimasukkan dalam usus halus
melalui hidung. Cairan dihisap secara seri dari duodenum dengan
semprit 20 ml yang dipasang pada ujung pipa sebelah luar pada waktu
ujung pipa sebelah dalam telah berada dibagian distal duodenum.
Cairan (0,2 ml) yang diperoleh segera dimasukkan dalam 2 ml medium
transpor dan dikultur dalam waktu 1 jam setelah dihimpun atau
disimpan pada suhu -200 sambil menunggu untuk ditanam ( dikultur ).

7. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana penderita gastroentritis adalah

a. Mencegah terjadinya dehidrasi


Dengan memberikan makanan ,minum air,sub untuk menggantikan cairan yg
keluar
b. Mengobati dehidrasi
Pengobatan cepat dan tepat adalah pemberian oralit bila terjadi dehidrasi
berat,penderita harus segera diberi cairan intravena ringer laktat sebelum
dilanjutkan keterapi oral
c. Memberikan makanan
Meneruskan ASI ,memberikan nutrisi yang cukup selama diare terutama anak
dengan kurang gizi ,karena pecahnya mukosa usus tergantung dari nutrisi.

Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi

a. Gastroentritis dengan dehidrasi ringan


Memberikan oralit dan makan cair seperti air tajin,kuah sayur,sub. Kebutuhan
cairan dan elektrolit pada dehidrasi ringan sebayak 180 ml/kg
b. Gastroentritis dengan dehidrasi sedang
Perawatan dan pengobatan sebaiknya didampingi oleh petugas kesehatan
Memberikan oralit sesuai dengan dosis yang dianjurkan
Kebutuhan cairan dan elektrolit untuk dehirdrasi sedang 220 ml/kg
c. Gastroentritis dengan dehidrasi berat
Pada keadaan ini penderita harus segera diinfus karena mengalamibnyak
kekurangan cairan dan kesadarannya sudah menurun .kebutuhan cairan dan
elektrolitnya sebesar 260 ml/kg.
Daftar Pustaka

1. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.


2. Corwin, E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
3. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

You might also like