Professional Documents
Culture Documents
12 - 1}
GEMPA BUMI
12 DAN TSUNAMI
Latar Belakang Tektonik Gempa Bumi yang menimbulkan
Tsunami di Kawasan Aceh – Nicobar – Andaman *)
Pokok Bahasan:
Pada Bab 12 ini kita akan membahas tentang latar belakang dan kejadian
gempa bumi yang menimbulkan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004.
Untuk melengkapi pengetahuan yang diperlukan, saudara/I bisa mendapatkan
sumber-sumber tambahan dari koran, majalah dan internet yang telah banyak
membahas tentang kejadian tersebut.
Pokok-pokok yang akan dijadikan bahasan dalam bab ini antara lain:
• Bagaimana gempa bumi bisa terjadi, bagaimana pula mekanismenya?
• Istilah-istilah yang berhubungan dengan gempa bumi.
• Apa saja dampak dari gempa bumi?
• Bagaimana mengukur gempa?
• Bagaimana dasar-dasar pengukuran Skala Mercalli, Skala Omori, Skala
Richter dan Skala Moment Magnitude?
• Berapa kesetaraan energi gempa dengan bahan peledak?
• Bagaimana persiapan kita dalam menghadapi kejadian gempa bumi?
• Apa yang dimaksud dengan tusnami, dan bagaimana terjadinya?
• Bagaimana latar belakang tektonik terjadinya gempa bumi yang
menimbulkan gelombang tusnami yang melanda Aceh baru-baru ini?
*) Bahan ini diambil dan ditambahkan seperlunya dari makalah yang berjudul sama
dalam Seminar yang diselenggarakan Fakultas Teknik - UNISBA
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 2}
12.1. Pendahuluan
Gempa bumi dahsyat yang terjadi di lepas pantai barat Aceh, pada tanggal 26
Desember 2004 pukul 6:58:50 WIB, berkekuatan 9,0 menurut Skala Richter.
Pusat gempa terletak pada 3,298° Lintang Urata dan 95,779° Bujur Timur kurang
lebih berjarak 160 km pada
kedalaman 30 kilometer. Gempa ini
merupakan gempa bumi terdahsyat
dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir ini yang menghantam Asia
Tenggara dan Asia Selatan
(Gambar 12.1).
Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 101.318 korban jiwa (Tabel 12.1).
Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda
Aceh di ujung Sumatra. Di Banda Aceh, sekitar 80% dari semua bangunan rusak
terkena tsunami. Secara keseluruhan, kebanyakan korban disebabkan oleh
tsunami yang menghantam pantai barat Aceh dan Sumatra Utara. Dampak dari
gempa ini meluas hingga ke sisi timur benua Afrika.
No Negara
1 Indonesia
Sumber: Wikipidia Ensiklopedia, Februari 2005
2 Sri Lanka
12.2. Mekanisme Terjadinya Gempa Bumi
Gempa Bumi adalah getaran yang terjadi di bumi akibat dari pelepasan energi di
kerak bumi secara tiba-tiba / seketika, yang dipancarkan dalam bentuk
3 India
gelombang seismik. Energi ini dilepaskan oleh karena gerakan cepat dari suatu
patahan / sesar di bagian kulit bumi.
4 Thailand
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 3}
Perumpamaan untuk ini adalah seperti jika kita berusaha mematahkan sepotong
ranting kering yang kecil, maka tanpa banyak tenaga kita akan dapat
mematahkan ranting tersebut. Akan berbeda jika ranting tersebut cukup besar.
Pada tahap awal ranting akan melengkung hingga mencapai batas
elastisitasnya. Jika batas elastisitas ini terlampaui, maka ranting akan mulai
retak dan patah. Patahan ini akan menimbulkan suatu sentakan. Meskipun kita
telah bersiap-siap terhadap saat terjadinya patahan, tidak urung kita akan
tersentak juga, karena tenaga yang kita berikan pada saat ranting melengkung,
tiba-tiba terlepas dengan sangat cepat. Kondisi yang sama terjadi pada proses
guncangan gempa bumi.
Karena gempa bumi umumnya terjadi di bawah permukaan, maka posisi gempa
harus dapat ditentukan dari suatu titik pengamatan di mana getaran gempa
tersebut dirasakan. Beberapa istilah yang digunakan dalam mendeskripsi posisi
gempa adalah sebagai berikut:
• Fokus atau hypocenter adalah pusat gempa, atau titik di kedalaman bumi
dimana asal getaran berawal. Gelombang seismik akan keluar dari titik fokus ini.
• Epicentrum adalah lokasi geografis di mana titik di permukaan bumi tepat
berada di atas fokus.
Fosi gempa (foci ~ bentuk jamak dari focus) dapat berada pada suatu kisaran
kedalaman, seperti gempa dangkal (0-70 km), gempa sedang (70-300 km),
gempa dalam (300-700 km). Gempa dangkal adalah yang paling umum. Jika
kita amati sebaran gempa di seluruh dunia dari tahun 1975 hingga sekarang,
maka gempa besar dan banyak menelan korban umumnya berupa gempa
dangkal.
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 4}
Gelombang seismik menyatakan energi yang dilepaskan dari fokus gempa bumi.
Dikenal dua jenis gelombang seismik, yaitu:
♦ Gelombang Permukaan (Surface waves) – berjalan di permukaan atau kulit
bumi. Dampak gelombang ini di permukaan tanah adalah seperti
menggelombangnya buih air laut.
♦ Gelombang Tubuh (Body waves) – gelombang yang berjalan melalui interior
bumi dari fokus gempa.
Kecepatan gelombang seismik akan rendah jika melewati material berai dan
tidak terkonsolidasi seperti pada pasir, kerikil atau batuan yang sebagian
meleleh dan akan semakin tinggi pada material yang padat (solid). Variasi
kecepatan gelombang seismik ini dengan demikian akan tergantung kepada
sifat-sifat fisik interior bumi.
Mb = log10(A/T) + Q
Tabel 12.2. Skala Richter, frekuensi dan dampak yang yang ditimbulkan
Skala
Deskripsi Dampak Gempa Frekuensi Kejadian
Richter
Mikro < 2.0 Gempa mikro, tidak terasa. Sekitar 8,000x / hari
Sangat minor 2.0-2.9 Umumnya tidak terasa, tetapi terekam. Sekitar 1,000x / hari
Kadang terasa, tetapi jarang menimbulkan Sekitar 49,000x /
Minor 3.0-3.9
kerusakan. tahun
Ditandai dengan getaran barang2 di dalam Sekitar 6,200x /
Ringan 4.0-4.9
ruangan, tidak menimbulkan kerusakan berarti. tahun
Menimnbulkan kerusakan berat pada bangunan
Sedang 5.0-5.9 konstruksi ringan untuk kawasan terbatas. Pada Sekitar 800x / tahun
konstruksi bangunan dijumpai sedikit kerusakan.
Mampu merusak bangunan pada area sekitar 150
Kuat 6.0-6.9 Sekitar 120x / tahun
km.
Mayor 7.0-7.9 Berdampak kerusakan serius pada area yang luas. 18x / tahun
Berdampak kerusakan sangat serius pada areal
Besar 8.0-8.9 1 per tahun
ratusan kilometer.
Sangat Besar 9.0 atau lebih Hampir tidak ada bangunan yang mampu bertahan 1x per 20 tahun
(diadaptasi dari U.S. Geological Survey)
Konstanta 9.1 diperoleh dari moment magnitude, yang secara kasar digunakan
dalam perkiraan dalam Skala Richter. Kelebihan skala Mw adalah tidak seperti
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 10}
skala magnitudo lokal, skala ini tidak dibatasi pada batas atasnya. Dengan
demikian, tidak ada nilai tersendiri bagi kejadian gempa yang memiliki magnitudo
sama. Berdasarkan hal ini, moment magnitude saat ini populer digunakan untuk
menghitung gempa yang sangat besar. USGS tidak menggunakan skala ini
untuk gempa yang memiliki magnitudo < 3.5.
dengan menggunakan asumsi 1 metrik ton TNT setara dengan 4 × 1015 Joule,
maka:
Sehingga dari rumus di atas, jika kita dapat menghitung skala magnitude hingga
satuan desimal, maka sekitar 32 kalinya adalah besar energi yang dibutuhkan.
Dengan demikian, gempa bumi pada skala magnitudo 6.0 adalah setara dengan
1.01 mega ton bahan peledak TNT.
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 11}
Guncangan gempa bumi, pada suatu keadaan mungkin kita rasakan seperti saat
kita berada di dek kapal laut. Keadaan seperti ini mungkin terjadi selama satu
atau dua menit, mungkin lebih. Apa yang kita lakukan selama gempa dan sesaat
setelah gempa, mungkin merupakan suatu garis batas antara hidup dan mati,
dan masing-masing dapat berbeda antara kita, keluarga dan tetangga kita. Oleh
sebab itu langkah yang harus ditempuh agar kita dapat “survive” selama dan
sesaat setelah terjadinya gempa dapat digunakan sebagai panduan.
Beberapa langkah penting, selama dan setelah setalah terjadinya gempa bumi
perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar kerugian jiwa dapat
diminimalkan. Langkah-langkah tersebut antara lain:
hall dan berdirilah di sisi luar tembok. Berdirilah jauh-jauh dari barang-barang
mudah pecah, sperti keramik, jendela atau gelas.
• Jangan gunakan cempor, lilin atau lampu bakar lainnya untuk penerangan
termasuk korek api, selama dan setelah getaran. Jauhi semua api.
• Jika kita sedang di luar ruang ketika terjadi gempa, jauhi dinding atau
gedung. Carilah tempat lapang yang betul-betul terbuka.
• Jangan lari melalui atau dekat gedung. Bahaya paling besar akibat
runtuhan adalah jika kita berdiri dekat pintu keluar atau dekat di sekeliling
tembok.
• Jika kita sedang di dalam kendaraan yang sedang berjalan, berhenti dan
cepatlah pasang sabuk pengaman dan tetap di dalam kendaraan. Mobil adalah
sebuah seismometer yang baik, dan mudah tergoncang dengan getaran kecil
sekali pun; tetapi mobil juga sebagai tempat yang bagus untuk berlindung
selama terjadinya gempa hingga guncangan berhenti.
B. Setelah Getaran
• Periksa perlengkapan elektronik yang ada di rumag, tetapi jangan coba-
coba menghidupkan / menyalakan sesuatu. Guncangan gempa dapat
memecahkan pipa air, gas atau memutuskan sambungan listrik.
• Jika kita membaui gas, buka jendela, matikan keran gas terdekat, lantas
dengan hati-hati dan secepatnya keluar gedung. Laporkan kebocoran ini kepada
petugas. Jangan masuk kembali ke rumah sebelum jelas benar bahwa petugas
menyatakan aman.
• Jika saluran air pecah dan mucrat, tutup kran utamanya.
• Jika terjadi korsluiting listrik, matikan dari saklar utamanya.
• Jika kondisi memungkinkan, hidupkan radio atau televisi, untuk
mendapatkan informasi penting bagi langkah lanjutan.
• Jangan pergi jauh-jauh, meskipun hanya sekedar melihat-lihat.
• Jauhi gedung sebagian yang telah roboh, getaran lanjutan yang kecilpun
~ dan ini sering terjadi, akan merobohkan sisa bangunan tersebut.
Perlu diketahui kondisi (7) ini sering abaikan sehingga keadaan tersebut adalah
yang paling banyak menelan korban. Hal ini terjadi karena setelah guncangan
berlalu, kondisi dirasa telah aman dan orang berusaha memasuki rumah unutk
memeriksa keadaan. (Sumber: National Oceanic and Atmospheric
Administrasion; dalam Mallory & Cargo, 1979).
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 13}
12.9. Tsunami
Kata tsu-nami berasal dari bahasa Jepang, yang kira-kira berarti
“Gelombang besar di pelabuhan”; tsu = pelabuhan dan nami =
gelombang. Pada zaman dahulu, kata ini bagi masyarakat umum
mengandung arti “gelombang laut” dan bagi ilmuwan berarti gelombang
seismik laut.
Tsunami berbeda dengan gelombang laut biasa, yang dihasilkan oleh angin; di
mana ditandai dengan sifat gelombang air yang dangkal, perioda dan panjang
gelombang besar. Gelombang biasa
bersifat ritmik, bergulung-gulung saling
mengejar satu dengan lainnya. Gelombang
badai yang paling hebat di lautan
menghasilkan perioda 10 detik, dan
panjang gelombang mencapai 150 meter,
tetapi panjang gelombang Tsunami dapat
mencapai 100 km dengan periode
gelombang dapat mencapai 1 jam.
Gambar 12.5 . Tipikal gelombang laut biasa (kiri) dan gelombang laut akibat tsunami
(kanan)
Akibat dari panjang gelombang yang besar pada gelombang tsunami ini, sifat
gelombangnya akan menjadi gelombang air dangkal bila rasio antara kedalaman
air dengan panjang gelombang menjadi kecil. Kecepatan gerak gelombang air
dangkal sama dengan akar kuadrat dari gaya gravitasi kali kedalaman airnya.
Dengan gambaran tersebut, maka jika pada Samudra Pasifik kedalaman airnya
4000 meter, maka kecepatan gelombang airnya mencapai 200 m/det atau lebih
dari 700 km/jam. Karena energi gelombang ini berkurang sesuai dengan
kedalaman airnya, maka tsunami tidak hanya merambat dengan kecepatan
tinggi, tetapi juga berjalan jauh hingga berjarak “trans-oceanic” dengan
kehilangan energi yang sangat terbatas.
Tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi pada laut dalam, dan menjadi lambat
pada laut dangkal; tetapi fluks energi yang tergantung kepada kecepatan dan
tinggi gelombang, relatif konstan. Konsekuensinya meskipun kecepatan
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 14}
Penjelasan untuk ini dapat ditemukan pada tektonik lempeng, suatu revolusi
konsep pemikiran d bidang ilmu kebumian. Teori Tektonik Lempeng merupakan
gabungan dari beberapa ide dasar tentang pengapungan benua (diajukan oleh
Alfred Wagener, 1912) dan pemekaran lantai samudra, oleh Harry Hess dari
Universitas Princeton.
Lempeng tektonik adalah gambaran dari kulit bumi (lithosfer, Gambar 12. ) yang
kaku keras (rigid) dan terpecah menjadi sebuah mosaik pada bagian samudra
dan benua yang masing-masing dapat bergeser, karena bertumpu pada massa
yang plastis cair (astenosfer) bagian paling atas dari mantel. Lempeng-lempeng
ini bergerak relatif konstan, dan jika
ini terjadi maka garis pinggiran
sepanjang pertemuan lempeng
akan memberikan dampak geologi
yang sangat luas seperti
pertumbuhan rangkaian
pegunungan, gempa bumi, gunung
api dan lain-lain.
Gambar 12. 7.
Mekanisme
pergerakan
lempeng.
Pertemuan antar
lempeng adalah
pusat - pusat
kegiatan tektonik,
seperti gempa
bumi, tumbuhnya
gunungapi dan
lain-lain. Pada
bagian di mana
terjadi pertemuan
antara kerak
samudra dengan
kerak benua
dengan gerakan saling mendekat, karena berat jenis lempeng samudra > berat
jenis lempeng benua, maka terjadi tumbukan antar lempeng, hasilnya adalah
kerak samudra akan disusupkan ke bawah lempeng benua. Penyusupan ini
menimbulkan tekanan dan temperatur tinggi, mengakibatkan melelehnya lapisan
kerak menjadi magma
kembali. Magma inilah yang
akan membentuk rangkaian
gunungapi (Gambar 12.8 ).
Salah satu penyebab tsunami adalah terjadinya gempa bumi di bawah laut.
Gempa yang besar sekalipun, seperti gempa 8.5 SR yang terjadi di Alaska, tidak
menimbulkan tsunami karena terjadi di darat.
Secara umum, tsunami disebabkan oleh gelombang laut akibat gangguan di atau
dekat lautan. Gangguan tersebut dapat berupa gempa bumi, letusan gunungapi
bawah laut, longsoran atau detonasi alat nuklir dekat laut. Meskipun demikian,
kebanyakan tsunami ditimbulkan oleh gempa bumi dangkal dengan magnitudo
besar dengan titik episentrum dekat atau di lautan.
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 16}
Pergerakan vertikal kulit bumi sepanjang bagian yang terkoyak, yang diakibatkan
oleh gempa bumi menyebabkan timbulnya gelombang tsunami yang mampu
menjalar ke bagian lain dari samudra dengan kecepatan sangat besar dan
jangkauan area yang sangat luas. Tahapan terbentuknya gelombang tersebut
adalah sebagai berikut (Gambar 12.9):
(
a) (b)
(c ) (d)
Gambar 12.9 . Tahap-tahap terbentuknya tsunami akibat tumbukan lempeng
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 17}
Daerah yang paling sering terjadi gempa – tsunami adalah kawasan di seputaran
pantai Samudra Pasifik, juga di Samudra Hindia. Meskipun jumlah lempeng di
kulit bumi ini jumlahnya sangat banyak, tetapi hingga saat ini diketahui ada
sebanyak 12 lempeng yang secara aktif menimbulkan gempa di seluruh belahan
bumi. Di seputaran Samudra India, tercatat 7 kali terjadi tsunami selama periode 200
tahun terakhir (Tabel 12.4)
Tabel 12.4. Peristiwa tsunami di Samudra Hindia periode 200 tahun terakhir.
Sejak dari tahun 1900, gempa yang setara atau lebih besar (Magnitudo >9.0)
dari gempa Aceh ini tercatat antara lain:
Harus diakui bahwa gempa bumi dan tsunami yang terjadi di lepas pantai barat
Sumatra adalah suatu gempa yanga paling besar dampaknya sepanjang sejarah
modern manusia. Hasil pencatatan yang dilakukan oleh USGS – Services
Earthquake Network, pada tanggal 26 Desember 2004 tersebut juga diikuti
gempa susulan yang secara berturut-turut (Tabel 12.5). Kejadian gempa bumi
pada hari yang sama di kawasan ini, yang berskala magnitudo > 3.5 terhitung
sebanyak 81 kali.
Tabel 12.5. Gempa bumi magnitudo > 6 pada tanggal 26 Desember 2004 di kawasan
Sumatra – Nicobar – Andaman
DATE-(UTC)-TIM
No yyyy/mm/dd
hh:mm:ss
1 2004/12/26 00:58
2 2004/12/26 04:21
3 2004/12/26 Gambar
Distribusi
12.10.
gempa
bumi di lepas pantai
09:20
barat Sumatra bagian
4 2005/01/01 Utara
06:25
5 2005/01/02 15:35
6 2004/12/26 11:05
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 19}
Bagaimana semua itu bisa terjadi? Indonesia merupakan salah satu negara yang
mengalami tingkat aktifitas gempabumi tertinggi di dunia, yang ditandai dengan
ditemukannya jajaran gunungapi aktif. Kawasan Indonesia, diapit oleh sejumlah
lempeng yang masing-masing bergerak relatif menekan setiap kepulauannya
(Gambar 12.11). Fenomena ini sangat khas dari struktur jajaran kepulauan
dengan karakteristik fisiografik, seperti palung samudra dalam, sabuk
geoantiklin, jajaran gunung berapi dan cekungan tepian benua. Zona tumbukan
(penunjaman) pada umumnya membentuk sudut tegak lurus terhadap sumbu
palung. Tetapi di barat Sumatra agak berbeda, pertemuan antar lempeng
membentuk sudut miring, akibat dari
gerakan puntir dari sumbu
penunjaman. Dan hal ini dapat
dilihat dari adanya Patahan
Semangko, yakni patahan mendatar
di tengah Pulau Sumatra yang
terlihat sejajar dengan rangkaian
gunungapi.
Pada zona tumbukan di tenggara Sumatra, Palung Jawa (Java Trench) memiliki
arah jurus kurang lebih N37°W. Kerak Samudra India – Australia, bergerak ke
ke arah N23°E relatif ke arah Asia Tenggara dengan sudut terpuntir (oblique)
60o. Tanda panah merah (Gambar 12.12), menyatakan arah gerakan lempeng
India-Australia terhadap Lempeng Eurasia. Arah umum gerakan sebenarnya
adalah relatif utara, yang menghasilkan lempengan-lempengan lebih kecil dan
terletak di antara batas-batas lempeng utama India-Australia dan Eurasia.
Gempa yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi pada salah satu
lempeng kecil di antara Lempeng Mikro dan Lempeng India.
Yunus Ashari, Ir, MT. { Hal. 12 - 20}
Patahan dan batas lempeng pada peta ini diperlihatkan oleh dua garis merah
sejajar. Pahan yang terletak di dalam “detail map”, telah dilakukan penelitian oleh
Pubeller, dkk. (2003) dan diverifikasi keberadaannya. Lebar Lempeng Mikro
Burma adalah antara 200 – 400 km, di mana pada bagian baratnya dibatasi oleh
sistem patahan naik dan tersingkap di Palung Sunda (Sunda Trench),
sedangkan di bagian timur zona ini dibatasi oleh patahan mendatar dan patahan
normal yang memotong Kepulauan Andaman dan Nicobar. Sebaran Lempeng
Mikro Burma itu sendiri berawal dari zona deformasi di selatan Burma, palung
Kepulauan Andaman dan Nicobar hingga ke bagian Utara Sumatra.
Secara garis besar, Lempeng India dan Australia bergerak ke arah Utara-
Timurlaut relatif menumbuk Lempeng Eurasia dengan kecepatan sekitar 60
mm/tahun. Kecepatan ini diketahui pada tempat relatif di mana gempabumi
tanggal tersebut terjadi. Gerakan ini menimbulkan konvergensi oblique
(memuntir) pada Palung Jawa – Sunda, yang merupakan bagian kecil dari
sistem patahan naik, yang terjadi antara Lempeng India dengan Lempeng Mikro
Burma. Kegiatan ini diikuti pergeseran-pergeseran lainnya yang membentuk
sudut yang besar dan arah yang berbeda dari orientasi palung. Meskipun
demikian, patahan mendatar yang ada di batas timur Lempeng Mikro Burma dan
arah pergeserannya pun relatif searah dengan palung.
Informasi yang berhubungan dengan gempa bumi bawah laut yang terjadi di
Sumatra – Nicobar – Andaman pada 26 Desember 2004, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
• Gempa dengan kekekuatan 9.0 pada jam 06:58.50 UTC (atau 06.58.50
WIB) pada episentrum, terletak pada bujur 3,298° utara dan lintang 95,779°
timur, kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh pada kedalaman 30 kilometer.
Gempa ini memicu terjadinya gempa susulan, pada magnitudo > 3,5
setidaknya 81 kali di wilayah Sumatra – Nicobar – Andaman. Sedangkan
gempa besar, magnitudo > 6 terjadi sebanyak 21 kali.
• Gempa bumi tidak dapat diprediksikan secara ilmiah, tetapi ketika gempa
bumi terdeteksi pada suatu daerah, kemungkinan dapat dibutuhkan waktu
sekitar 3 jam untuk memberitahukan potensi tsunami. Hal ini diketahui
berdasarkan sistem peringatan dini yang telah terpasang di sepanjang lingkar
Samudra Pasifik, sementara di Samudra India tidak ada sistem ini.
• Banyaknya korban harta dan manusia pada gempa tanggal 26 Desember
2004, adalah akibat dari;
• Tidak adanya sistem yang mendukung untuk peringatan dini
• Penduduk yang mendiami tepi pantai kawasan ini cukup padat
• Belum adanya institusi yang melakukan sosialisi bencana gempa
dan/atau tsunami untuk segera menuju tempat yang lebih tinggi, jika
merasakan adanya getaran gempa.
• Sebenarnya tsunami sangat jarang terjadi di Samudra India, karena
umumnya gempa yang terjadi di kawasan ini lebih kecil daripada di Pasifik.
Pada satu abad terakhir, di kawasan Samudra India tercatat hanya 7 kali
tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi meliputi kawasan sekitar
Indonesia, Pakistan, dan sekali di Teluk Benggala. Meskipun demikian
tsunami besar pernah, yakni pada saat terjadinya letusan Gunung Krakatau
pada tahun 1883. Gelombang tsunami yang ditimbulkan, dirasakan hingga Sri
Lanka di mana air laut naik hingga 1 m.
• Kejadian gempa - tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, adalah
konsekuensi logis dari posisi kepulauan Indonesia yang terletak di antara
jalur tektonik aktif yang mengelilinginya.
• Karena sifat bencana gempa bumi – tsunami sulit diprediksi dan tidak
dapat dihindari, maka upaya yang harus dilakukan untuk memperkecil
dampak adalah:
• Perlunya dibentuk institusi yang bertugas untuk mengelola bencana
gempa bumi – tsunami, dan mempersiapkan masyarakat dalam
menghadapi bencana, dan bertindak sebagai “early warning”.
• Perlu dilakukannya sosialisasi bahaya gempa-tsunami secara
terencana, berkala dan berkesinambungan.
• Perlunya perencanaan penggunaan lahan tepi pantai serta
perencanaan konstruksi rumah dan bangunan tahan gempa.