You are on page 1of 4

Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi Dekadensi Moral

Articles | Mimbar Jumat


Written by Edy Rachmad on Friday, 16 July 2010 06:03

Pendidikan merupakan salah satu alat untuk dapat membimbing seseorang


menjadi orang yang baik terutama pendidikan agama. Dengan pendidikan agama
akan membentuk karakter akhlakul karimah bagi siswa sehingga mereka mampu
memfilter mana pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik.

Khususnya terhadap para siswa Sekolah Dasar (SD) pendidikan agama sangat
penting sebagai benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak baik. Terlebih saat ini,
realitas menunjukkan bahwa anak-anak usia dini sudah banyak terlibat dengan
prilaku tidak baik, seperti tawuran, prilaku amoral/asusila, narkoba, pornografi dan
pornoaksi dan lain-lain. Berdasarkan hasil survey Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) Yayasan kita dan Buah hati menunjukkan bahwa 67 % siswa SD pernah
mengakses pornografi melalui media komik dan internet.

Survey yang dilakukan meliputi 2.818 siswa SD kelas 4-6 di Indonesia sejak
Januari 2008 s/d Februari 2010. Akibat lebih jauh dari minimnya pendidikan
agama sejak SD, maka prilaku menyimpang di usia SMP semakin meningkat.
Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis data bahwa 62,7 % remaja
putri SMP di Indonesia sudah tidak perawan.

Hasil lain, ternyata 93,7 % siswa SMP dan SMA pernah berciuman, 21,2 %
remaja SMP mengaku pernah aborsi dan 97% remaja SMP dan SMA pernah
melihat film porno. Kenyataan ini seyogyanya menyadarkan kita untuk membekali
anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) khususnya dengan dasar ilmu agama yang
layak. Salah satu lembaga pendidikan yang sangat kompeten memberikan bekal
pengetahuan agama bagi anak-anak usia SD adalah Madrasah Diniyah Awaliyah
(MDA). Selama ini, mayoritas orangtua yang memiliki anak usia SD memandang
sebelah mata bahkan tidak perduli dengan MDA karena dianggap tidak punya
jaminan masa depan. Padahal, MDA adalah lembaga pendidikan agama Islam
yang menanamkan prinsip-prinsip dasar ajaran agama Islam.

Peran Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan agama yang diberikan bukan hanya menjadikan


manusia yang pintar dan trampil, akan tetapi jauh daripada itu adalah untuk
menjadikan manusia yang memiliki moral dan akhlakul karimah. Dengan moral
dan akhlakul karimah yang dimilikinya akan mampu mengarahkan minatnya
untuk terus belajar mencari ilmu.

Para ahli pendidik Islam telah sefakat bahwa maksud dari pendidikan dan
pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik tetapi maksudnya adalah
mendidik akhlak dan jiwa mereka, dengan kesopanan yang tinggi, rasa fadilah
(keutamaan), mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang seluruhnya ikhlas
dan jujur.

Pada akhirnya tujuan pendidikan Islam itu tidak terlepas dari tujuan nasional yang
menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, seimbang kehidupan duniawi dan
ukhrawi. Dalam al-Qur’an sudah terang dikatakan bahwa manusia itu diciptakan
untuk mengabdi kepada Allah Swt. Hal ini terdapat dalam Al-qur’an Surat Adz-
zariyat : 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka
menyembah-Ku”.

Pendidikan agama yang menyajikan kerangka moral sehingga seseorang dapat


dapat membandingkan tingkah lakunya. Pendidikan agama yang terarah dapat
menstabilkan dan menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di
dunia ini. Pendidikan agama menawarkan perlindungan dan rasa aman,
khususnya bagi para siswa dalam menghadapi lingkungannya.

Agama merupakan salah satu faktor pengendalian terhadap tingkah laku anak-
anak didik hari ini. Hal ini dapat dimengerti karena agama mewarnai kehidupan
masyarakat setiap hari.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa pembinaan dan bimbingan melalui pendidikan
agama sangat besar pengaruhnya bagi para siswa sebagai alat pengontrol dari
segala bentuk sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, artinya
nilai-nilai agama yang diperolehnya menjadi bagian dari pribadinya yang dapat
mengatur segala tindak tanduknya secara otomatis.

Kaitannya dengan meminimalisir dekadensi moral sangat besar sekali.


Pendidikan agama mengarahkan kepada setiap siswa untuk komitmen terhadap
ajaran agamanya. Tidak terbuai dengan lingkungan yang tidak baik. Tidak
berprilaku buruk dalam setiap aktivitasnya. Pendek kata, dengan pendidikan
agama prilaku siswa dapat diarahkan.

Masyarakat harus segera disadarkan bahwa ancaman global khususnya


kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi kalau tidak dibarengi dengan
benteng ilmu agama akan berakibat fatal terhadap lajunya prilaku dekadensi
moral. Rendahnya kemampuan memfilter mana yang baik dan mana yang tidak
baik inilah yang akan memunculkan berbagai tindakan penyimpangan anak-anak
didik.

Contoh, rasa ingin tahu anak didik akan membuatnya mencari informasi melalui
media komunikasi (internet). Manakala jiwanya gersang dari agama maka akan
membuat anak didik justru melihat hal-hal yang berbau pornografi/aksi. Di saat itu
pikirannya teransang dan dikuasai nafsu syahwat yang akan mendorongnya
untuk mencoba-coba apa yang disaksikannya. Akhirnya, tindakan amoral/asusila
pun terjadi dan sering dilakukan oleh anak-anak yang masih berumur dini.
Bila ditarik titik permasalahan yang signifikan terhadap munculnya dekadensi
moral anak-anak hari ini adalah tidak maksimalnya pendidikan agama diajarkan
kepada para siswa khususnya sejak usia di Sekolah Dasar (SD). Muatan
pelajaran agama di Sekolah Dasar (SD) sangat minim untuk menjadi bekal
mereka menghadapi kacau dan semrawutnya hiruk pikuk dunia ini.

Apalagi tenaga pengajar agama hanya mampu mengajar namun sedikit


semangat dalam mendidik. Dalam artian, pemberian pendidikan agama hanya
berbentuk kajian teoritis namun tidak diupayakan dalam bentuk praktis. Apa yang
dilakukan para siswa di luar sekolah ini tidak menjadi perhatian para pendidik
agama.

Dengan demikian, upaya praktis dalam mewujudkan nilai-nilai moral yang islami
lewat pendidikan agama harus senantiasa diupayakan agar penanaman
pendidikan agama betul-betul maksimal.

Sehingga para siswa mampu untuk mengantisipasi pengaruh buruk dari


lingkungan yang ada di sekitar mereka. Saat ini, kita sangat prihatin melihat
dekadensi moral yang melanda usia anak-anak. Suatu hal yang tidak bisa
ditawar-tawar bahwa pembekalan ilmu agama sejak dini harus dilakukan
semaksimal mungkin. Catatan khusus bagi anak-anak usia Sekolah Dasar (SD)
yang merupakan dasar perpijakan menuju tangga yang lebih tinggi harus punya
ilmu agama yang sangat memadai. Realitas hari ini, anak-anak usia SD sangat
minim ilmu agamanya. Jadi, anak-anak SD harus dibekali ilmu agama lebih
banyak. Salah satu yang bisa dijadikan solusi adalah revitalisasi Madrasah
Diniyah Awaliyah (MDA) bagi anak-anak usia Sekolah Dasar (SD).

Pemerintah seharusnya sangat aktif melihat kondisi Madrasah tempat


menanamkan dasar ilmu-ilmu agama ini. Selama ini, terkesan pemerintah
memandang sebelah mata yang berakibat masyarakat juga menganggap sepele
terhadap Madrasah. Seandainya pemerintah punya kebijakan bahwa anak-anak
SD wajib mengikuti pendidikan agama di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA)
tentu kondisinya akan berbeda. Apalagi kebijakan itu dilanjutkan dengan bahwa
alumni Sekolah Dasar (SD) yang hendak memasuki Sekolah Menengah Pertama
(SMP) wajib menyertakan sertifikat kelulusan dari MDA akan lebib berbeda lagi
kondisinya.

Intinya, pembekalan sejak dini ilmu agama terhadap anak-anak sangat signifikan.
Pendidikan agama mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam meminimalisir
dekadensi moral anak-anak hari ini. Besarnya tarikan pengaruh yang tidak baik
dari lingkungan harus diimbangi dengan besarnya pendidikan agama kepada
para peserta didik. Bila dampak pergaulan yang tidak baik tidak dicegah sedini
mungkin maka akibatnya akan semakin bobroklah kualitas moral dan kualitas
kelilmuan anak-anak ke depan. Wallahu a’lamu. (Diah Widya Ningrum, S.Pd.I :
Penulis adalah Guru Madrasah Aliyah Al-Jam’iyatul Washliyah Perbaungan-
Serdang Bedagai dan Aktivis Perempuan Perduli Pendidikan Islam )

You might also like