Professional Documents
Culture Documents
c
Kata nikah berasal dari bahasa arab yang didalam bahasa Indonesia sering
diterjemahkan dengan perkawinan. Nikah menurut istilah syariat Islam adalah akad yang
menghalalkan pergaulan antara laki ± laki dan perempuan yang tidak ada hubungan Mahram
sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan kewjiban antara kedua insan.
Hubungan antara seorang laki ± laki dan perempuan adalah merupakan tuntunan yang
telah diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menghalalkan hubungan ini maka disyariatkanlah
akad nikah. Pergaulan antara laki ± laki dn perempuan yang diatur dengan pernikahan ini akan
membawa keharmonisan, keberkahan dan kesejahteraan baik bagi laki ± laki maupun
perempuan, bagi keturunan diantara keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada
disekeliling kedua insan tersebut.
Berbeda dengan pergaulan antara laki ± laki dan perempuan yang tidak dibina dengan
sarana pernikahan akan membawa malapetaka baik bagi kedua insan itu, keturunannya dan
masyarakat disekelilingnya. Pergaulan yang diikat dengan tali pernikahan akan membawa
mereka menjadi satu dalam urusan kehidupan sehingga antara keduanya itu dapat menjadi
hubungan saling tolong menolong, dapat menciptkan kebaikan bagi keduanya dan menjaga
kejahatan yang mungkin akan menimpa kedua belah pihak itu. Dengan pernikahan seseorang
juga akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.
³ Maka kawinilah wanita ± wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan brlaku adil maka (kawinilah) seorang saja .´ (An ± Nisa : 3).
Ayat ini memerintahkan kepada orang laki ± laki yang sudah mampu untuk melaksanakan
nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil didalam memberikan kepada istri
berupa pakaian, tempat, giliran dan lain ± lain yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan
bahwa islam memperbolehkan poligami dengan syarat ± syarat tertentu.
u
Pada dasarnya Islam sangat menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk
menikah. Namun karena adanya beberapa kondisi yang bermacam ± macam, maka hukum
nikah ini dapat dibagi menjadi lima macam.
a. unnah, bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai biaya sehingga
dapat memberikan nafkah kepada istrinya dan keperluan ± keperluan lain yang mesti
dipenuhi.
b. Wajib, bagi orang yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia
akan terjerumus dalam perzinaan.
³Hai golongan pemuda, barang siapa diantara kamu yang cukup biaya maka
hendaklah menikah. Karena sesumgguhnya nikah itu enghalangi pandangan
(terhadap yang dilarang oleh agama.) dan memlihara kehormatan. Dan barang siapa
yang tidak sanggup, maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu adalah perisai
baginya.´ (HR Bukhari Muslim).
c. Makruh, bagi orang yang tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan Karena tidak
mampu memberikan belanja kepada istrinya atau kemungkinan lain lemah syahwat.
³Hendaklah menahan diri orang ± orang yang tidak memperoleh (biaya) untuk nikah,
hingga Allah mencukupkan dengan sebagian karunia-Nya.´ (An Nur / 24:33)
d. Haram, bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti istrinya atau
menyia ± nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi orang yang tidak mampu
memberi belanja kepada istrinya, sedang nafsunya tidak mendesak.
e. Mubah, bagi orang ± orang yang tidak terdesak oleh hal ± hal yang mengharuskan
segera nikah atau yang mengharamkannya.
ukun nikah ada lima macam, yaitu :
1) Beragama Islam
3) Tidak dipaksa
1) Beragama Islam
3) Tidak dipaksa,
1) Beragama Islam
2) Baligh (dewasa)
3) Berakal Sehat
7) Laki ± laki
1) Islam
2) Baligh (dewasa)
3) Berakal Sehat
7) Laki ± laki
Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi tidak sah. Sabda Nabi SAW. :
³Tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil.´
(Riwayat Ahmad.)
@
Yang dimaksud dengan ijab ialah perkataan dari pihak wali perempuan seperti kata
wali : ³saya nikahkan engkau dengan anak saya bernama «««´. Yang dimaksud
dengan Qabul ialah : jawaban laki ± laki dalam menerima ucapan dari perempuan.
Contoh ucapan mempelai lak- laki : ³Saya terima nikahnya««««´.
1. Dengan kata nikah atau tazwij atau terjemahannya; dengan demikian ijab dan
qabul ini tidak sah jika menggunakan kata yang lain.
3. Bertururut ± turut, atinya antara ijab dan qabul itu tidak terselang waktu yang
lama.
c
u cc !"
Salah satu kodrat manusia adalah penyaluran kodrat biologis. Dorongan biologis
dalam rangka kelangsugan hidup manusia berwujud nafsu seksual yang harus
mendapat penyaluran sebagaimana mestinya. Penyaluran nafsu seksual yang tidak
semestinya akan menimbulkan berbagai perbuatan maksiat, seperti perzinaan yang
dapat megakibatkan dosa dan beberapa penyakit yang mencelakakan. Dengan
melakukan perkawinan akan terbuaka jalan untuk menyalurkan kebutuhan biologis
secara benar dan terhindar dari perbuatan ± pebuatan maksiad.
c!!#$!
!!
yang satu, kemudian dijadika baginya istri, dan dari keduanya itu berkembang biak
menjadi manusia yang banyak, terdiri dari laki ± laki dan perempuan.
Memang manusia bisa berkembang biak tanpa melalui pernikahan, tetapi akibatnya
akan tidak jelas asal usulnya / jalur silsilah keturunannya. Dengan demikian, jelas
bahwa perkawinan dapat melestarikan keturunan dan menunjang nilai ± nilai
kemanusiaan.
%
&'
$ !
a. Suami waib membayar mahar sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian tadi.
c. Suami wajib menggauli istri dengan penuh kasih sayang. Allah SWT berfirman :
³Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah AW telah bersabda : ³Orang mukmin
yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya dan orang yang
paling baik diantara kamu sekalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.´ (HR
Ahmad dan At Turmudzi).
³kaum laki ± laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah
WT melebihkan sebagian mereka ( laki ± laki) atas sebagian yang lainnya
(Wanita), dan karena mereka (laki ± laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka«.´ (An NIsa : 34)
u
$ "
c. Mempergunakan nafkah yang diberi suami oleh suami dengan sebaik ± baiknya
sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan dan rasa terima kasi kepada suami
Sumber : http://ardiundova.wordpress.com/2008/02/28/perkawinan-munakahat/
p
! !
"
# $
%&
' (
) (
* "
#
&+
,
!
! -.
/
"
#
)
$ 0 *
&
'
+ 1 '
*
2
'
3 - !
.
4
)
â
â
â
p )
".
# - 4
5 6 .
6
/
0
p
, p
'7
*
p
'
8
p
( 49 &$)p )
.
.
' ( 49 &$
p
p
)
$ p
&
+
2
.
)
$ /
& /
'
/
' (
1 p(
+
4 p
4
4
)
â
â
â â!" â#$
p )
".
# - 4
2
0
.:
0
3
*
% &
*
8 p
( $;)+&p )
*
*
( )+&
<
'
4
p
4
)
'(â )â *+ ",-
./
â#
â!" â
p )
"! p
- 4
.
$
.
p
)
! p ( ! ,
&
&&$
!
( . 2 &+
( . 2 + ( 49+= &$
p
( . 2 2 &3
6
' 6
& 4.
p
2
)
p
1
0 1
â!" 234 ,
p )
6
* - 4 p
p!
p
(
"
8
> ?#
(
?
)"
8
?# 4
)
4
56 47898â9
â !99: +);3< , 7= 0 ,> '?@" @
â A&
p )
!
*
- 4 2
.
4
, , Bâ 1C â*â#4 98)98â9
â !99: +)âD" E Fââ 3, 3, âD" E Fâ" â 3, @ G0
p )
0
- 4
,
4
56 41C â*@4 4 : +)98) 0 1 < H2B I" <924 â!" 23 J@ "
p )
6
- 4 p
!
,
p
)
!
!
p
p
p
-
)
!
!
@
p
+
+
)
.
; )
$
& p
+
2
3
< p
; p
( . &+
)
$
&
+ p
2
3 ( . &+
4
A
)
$
& ( . 2 &&&+
B
p
)
$
'
'
8 p
( . )+2 p )
p
'
( . )+2
, 8 p
( 6
)<p )
-
( 6
C)<
!
!
. )
(â ,â -
(â ,â -
#BK
03" (â ,â -
BK
â!" #$
p )
"@
# - 4
&
6
6
*
'
p
' p( . +2p )
p
p
( . )+2