Professional Documents
Culture Documents
Rangkuman
Rangkuman
Keterkaitan sektor publik dengan sektor privat dapat digambarkan melalui siklus
aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian. Aliran yang terjadi dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yakni aliran pendapatan dan pengeluaran (income and
expenditure flows) serta aliran faktor-faktor produksi dan produksi (factor and
product flows).
Keuangan negara sebagai suatu bidang ilmu mempelajari fakta-fakta, prinsip-
prinsip, maupun teknik-teknik yang dilakukan pemerintah dalam memperoleh dan
membelanjakan dananya, maupun pengaruh dari apa yang dilakukan pemerintah
tersebut terhadap perekonomian.
Rangkuman
MODUL 2
Rangkuman
Seperti kita ketahui dewasa ini bahwa kegiatan pemerintah semakin lama semakin
meningkat, dan sebagai konsekuensinya diperlukan pembiayaan-pembiayaan atau
pengeluaran pemerintah yang tidak sedikit jumlahnya sesuai dengan semakin
luasnya kegiatan pemerintah. Agar supaya biaya bagi pengeluaran pemerintah
dapat dipenuhi, maka pemerintah memerlukan adanya penerimaan. Penerimaan
dapat diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri.
Ada beberapa sumber penerimaan publik khususnya di negara kita antara lain
adalah sebagai berikut:
Pemungutan pajak.
Pemungutan retribusi.
Pencetakan uang.
Pinjaman.
Penyelenggaraan undian.
Dari sekian banyak sumber penerimaan tersebut, pemerintah dapat menyusun dari
mana saja sumber penerimaan yang mungkin pemerintah mendapat dana untuk
membiayai pengeluaran.
Rangkuman
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan pajak dalam negeri berasal dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Atas Tanah dan atau Bangunan
(BPHTB).
Penerimaan perdagangan internasional
Penerimaan pajak internasional terdiri dari Bea masuk, dan pungutan ekspor.
Penerimaan sumber daya alam seperti dari sektor minyak dan gas, pertambangan
umum, kehutanan, dan perikanan;
Penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN seperti perbankan, jasa alat,
konstruksi, usaha pertambangan, industri strategis, energi, dam komunikasi;
Hibah.
Dari data di atas maka pemerintah dapat menyusun rencana Penerimaan Negara
dan Kebijakan yang ditempuh pada tahun berikutnya.
MODUL 3
Rangkuman
Pajak merupakan harapan terbesar bagi penerimaan negara kita dewasa ini tercatat
lebih 70% penerimaan dalam APBN berasal dari berbagai jenis pajak. Pungutan
pajak dapat kita jumpai hampir di setiap negara di dunia. Ada beberapa istilah
tersendiri atas pungutan yang di Indonesia dikenal dengan pajak, yaitu belasting,
tax, tariff, steuer, abgabe, gebuhr dan sebagainya, yang pasti melalui pajak, negara
mengharapkan adanya penerimaan.
Pengertian pajak banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, keuangan publik
maupun ahli hukum misalnya Rohmat Soemitro, M.J.H.Smeets, Andriani, C.F.
Bastable, Edwin Robert Anderson Seligman dan sebagainya. Dari pendapat
mereka dapat ditarik kesimpulan pengertian tentang pajak yaitu sebagai
pengalihan sumber-sumber daya yang wajib dilakukan oleh masyarakat kepada
sektor publik berdasarkan undang-undang atau peraturan sehingga dapat
dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi atau balas jasa yang langsung.
Yang perlu kita semua ketahui bahwa pemungutan pajak tidak dapat dilaksanakan
tanpa didasari oleh suatu aturan main yang jelas yang dinamakan dengan prinsip-
prinsip pemungutan pajak. Prinsip-prinsip pemungutan pajak yang terkenal
dikemukakan oleh Adam Smith yang dikenal dengan nama the four maxims atau
the four canons. Dengan adanya prinsip-prinsip pemungutan pajak yang
merupakan justifikasi atau pembenaran bagi dilakukannya pemungutan, maka
negara memiliki kewenangan untuk memungut pajak dari warganya.
Rangkuman
Pajak apabila dilakukan tinjauan dari sudut siapakah yang berwenang memungut
pajak, saat timbulnya pajak dan pembebanan serta administrasi perpajakan, maka
dari seluruh jenis pajak yang berlaku khususnya di Indonesia dibagi sebagai
berikut.
Rangkuman
Di negara kita dikenal beberapa macam pajak yang diharapkan dapat memberikan
sumbangan pada penerimaan negara Dari beberapa pajak tersebut antara lain
adalah
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).
Bea Meterai.
Pajak-pajak seperti tersebut di atas merupakan pajak negara/pusat dan pajak pusat
yang didaerahkan misalnya Pajak Bumi dan Bangunan yang merupakan pajak
pusat yang pelaksanaan pemungutannya diserahkan pada daerah.
MODUL 4
Rangkuman
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sering disebut sebagai Perusahaan Negara,
dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), juga sering disebut sebagai Perusahaan
Daerah. BUMN/BUMD merupakan usaha negara/daerah yang seluruh atau
sebagian modalnya dimiliki oleh negara/daerah. Pendirian BUMN di Indonesia,
merupakan implementasi dari Pasal 33 UUD 1945. BUMN/BUMD memiliki dua
fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Di samping itu,
BUMN/BUMD juga diharapkan sebagai fungsi budgeter, yakni diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang optimal terhadap keuangan negara/daerah. Akibat
dari multi fungsi tersebut, sering membuat manajemen BUMN/BUMD tidak dapat
menjalankan fungsinya secara maksimal. Tujuan didirikannya BUMN/BUMD,
menurut Davas (1990) antara lain:
Untuk melaksanakan ideologi tertentu, di mana seluruh sarana atau alat produksi
dianggap sebagai milik masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh swasta,
karena memerlukan modal yang relatif besar.
Bidang usaha BUMN/BUMD selama ini meliputi berbagai sektor usaha, seperti
pertambangan, perikanan, perindustrian, perdagangan, dan jasa.
Apapun bidang usaha yang dikelola oleh BUMN/BUMD, yang penting adalah
usaha tersebut harus dikelola secara baik dengan prinsip good corporate
governance (tata kelola yang baik), sehingga dapat mendapatkan keuntungan dari
usaha tersebut. Untuk mencapai hal tersebut, ada beberapa pertimbangkan yang
harus diperhatikan dalam memilih jenis usaha yang sesuai untuk dikelola oleh
perusahaan negara/daerah, yaitu:
Harus ada pemisahan antara kegiatan yang dilakukan oleh BUMN/BUMD dengan
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah pusat/daerah.
Produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh BUMN/BUMD harus produk yang
dapat dijual untuk kebutuhan masyarakat luas.
Rangkuman
Kinerja suatu perusahaan, biasanya hanya diukur dari segi finansial. Seperti
halnya BUMN di Indonesia, sesuai dengan ketentuan Departemen Keuangan
(Depkeu), kinerjanya diukur dengan menggunakan kriteria Rentabilitas,
Likuiditas, dan Solvabilitas (RLS). Rentabilitas untuk mengukur seberapa besar
kemampuan BUMN untuk menghasilkan keuntungan, likuiditas mengukur
kemampuan BUMN membayar kewajiban-kewajiban finansial (hutang) jangka
pendek (tidak lebih dari satu tahun), dan solvabilias untuk mengukur kemampuan
BUMN membayar seluruh kewajiban-kewajiban finansial (utang jangka pendek
dan jangka panjang) pada saat BUMN tersebut dilikuidasi. Data dasar yang
digunakan dalam pengukuran kinerja BUMN dengan kriteria RLS tersebut, adalah
neraca BUMN. Dari neraca BUMN, dapat dilihat jumlah aktiva, jumlah pasiva
dan modal sendiri. Analisis kinerja keuangan seperti di atas pada dasarnya
dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan menggunakan
berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili
realitas perusahaan dan potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Berdasarkan
hasil evaluasi kinerja di masa lampau, dapat digunakan untuk memprediksi kinerja
perusahaan di masa mendatang, sehingga hasil evaluasi tersebut dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan, termasuk
keputusan investasi.
Rangkuman
BUMN memiliki potensi dan peran yang sangat strategis untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
BUMN diharapkan ikut terlibat dalam upaya pemberantasan korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN).
Titik berat program profitisasi BUMN adalah konsolidasi intern BUMN, dengan:
peningkatan pendapatan;
pengurangan biaya.
Penjualan saham atau aset seluruhnya kepada swasta atau kepada publik melalui
pasar modal.
Mengurangi campur tangan pemerintah dan memberikan otonomi yang lebih luas
kepada manajemen BUMN.
MODUL 5
ADMINISTRASI PAJAK
Rangkuman
Rangkuman
Menurut Devas ada tiga tolok ukur untuk menilai administrasi pajak yaitu:
tax effort (upaya pajak) yang merupakan perbandingan antara hasil suatu sistem
pajak dengan kemampuan masyarakat untuk membayar pajak;
tax efectivity (hasil guna pajak) mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu
pajak dengan potensi hasil pajak itu sendiri. Di sini semua wajib pajak diharapkan
akan membayar pajak terutangnya masing-masing;
tax efeiciency (daya guna pajak) adalah untuk menilai kemampuan administrasi
perpajakan baik efisien eksternal maupun efisiensi internal.
Ukuran yang secara khusus mengukur kemampuan administrasi pajak pada suatu
negara adalah perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan total
penerimaan negara dalam APBN.
MODUL 6
ANALISIS PERPAJAKAN (TAX ANALYSIS)
Rangkuman
Rangkuman
Idealnya suatu jenis pajak yang baik adalah jenis pajak yang sifatnya netral.
Namun hal ini sangat sulit untuk diterapkan. Pengenaan pajak pada masyarakat
akan berakibat menurunnya daya beli masyarakat dan kemudian akan
mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya serta
mengurangi kesempatan masyarakat untuk menabung, sedangkan pemerintah
sangat membutuhkan dana yang berasal dari tabungan masyarakat ini oleh untuk
berinvestasi. Akibat lebih lanjut akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi di
masa yang akan datang. Untuk itu pemerintah harus mengarahkan masyarakat
untuk menabung dengan memberikan berbagai pengarahan. Dengan pengarahan,
tabungan dalam masyarakat dapat berfungsi untuk meningkatkan produksi
MODUL 7
Rangkuman
Rangkuman
Pengeluaran yang bersifat self liquidating, yakni pengeluaran yang kelak akan
dapat ditutup kembali.
MODUL 8
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Rangkuman
Sumber pembiayaan luar negeri (asing), dapat berupa bantuan luar negeri dan
investasi asing, atau yang dikenal dengan istilah Penanaman Modal Asing (PMA).
Bentuk bantuan luar negeri, dapat berupa program, bantuan proyek, hibah, dan
pinjaman.
Rangkuman
Pinjaman, dapat berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Pinjaman dalam
negeri berasal dari berbagai sumber, seperi dari bank dalam negeri, dari lembaga-
lembaga keuangan bukan bank, pinjaman dari masyarakat, dengan penerbitan
obligasi, serta dari sumber-sumber lainnya yang sah.
Pinjaman luar negeri umumnya berupa pinjaman pemerintah yang diterima dari
berbagai negara. Pinjaman tersebut dapat berupa pinjaman bilateral maupun
pinjaman multilateral. Dana pinjaman harus dikelola dengan benar. Pengelolaan
penggunaan pinjaman yang salah dapat mengakibatkan suatu negara peminjam
tidak dapat membayar kembali pinjamannya, atau jatuh dalam perangkap utang.
Akibat selanjutnya, pembangunan menjadi berhenti atau tidak berkesinambungan.
Obligasi pemerintah terdiri dari obligasi pemerintah pusat dan obligasi pemerintah
daerah. Obligasi pemerintah pusat dikenal dengan nama Surat Utang Negara
(SUN).
Obligasi daerah adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, kota, atau badan-badan usaha yang berada di bawah penguasaan
pemerintah daerah.
Struktur pasar modal di Indonesia terdiri dari lembaga penunjang pasar perdana
dan lembaga penunjang pasar sekunder.
Rangkuman
Dilihat dari wujud investasi, dapat dibedakan menjadi investasi fisik dan investasi
non-fisik.
Dilihat dari siapa yang melakukan, investasi dapat dibedakan menjadi investasi
yang dilakukan oleh pemerintah, dan investasi yang dilakukan oleh dunia usaha
(swasta).
Dilihat dari sumbernya, investasi dapat berasal dari dalam negeri (PMDN) dan
dari negara asing (PMA).
Pada dasarnya, apapun bentuk investasi, siapa pun yang melakukan, dan dari
mana pun investasi berasal, investasi masih sangat diperlukan untuk mengubah
potensi sumber daya, khususnya sumber daya alam, menjadi produk riil yang
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Ketersediaan sumber daya alam yang
melimpah, tidak akan mendatangkan manfaat yang optimal bila tidak ada investor
yang tertarik untuk mengolah sumber daya tersebut menjadi produk-produk yang
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakatnya