You are on page 1of 19

MODUL 1

KONSEP KEUANGAN PUBLIK

Kegiatan Belajar 1: Tugas-tugas Negara/Peran Pemerintah

Rangkuman

Ada 3 sistem perekonomian, yaitu: (a) sistem perekonomian kapitalis atau


liberalis murni, (b) sistem perekonomian sosialis dan (c) sistem perekonomian
campuran. Sistem perekonomian kapitalis atau liberalis murni sering
mengakibatkan adanya benturan kepentingan antar individu yang akhirnya
melahirkan kegagalan pasar (market Failure). Sedangkan pada sistem
perekonomian sosialis, negara atau pemerintah menjalankan peran yang dominan
dalam kehidupan ekonomi. Sedangkan pada sistem perekonomian campuran,
kegiatan ekonomi diatur secara seimbang dengan memberikan kebebasan kepada
individu untuk melaksanakan kegiatan ekonomi sampai dengan batas-batas
tertentu sesuai dengan peraturan pemerintah atas dasar kehendak masyarakat luas.

Peran pemerintah dalam perekonomian modem dibedakan menjadi 3, yaitu: (a)


peran alokasi, berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat melalui kebijakan yang bersifat mengatur (regulatory policies), (b)
peran distribusi, berkaitan dengan upaya agar pendapatan maupun kekayaan
terdistribusi secara merata, dan (c) peran stabilisasi yang diperlukan untuk
mengatasi berbagai gejolak yang terjadi dalam perekonomian melalui berbagai
kebijakan pemerintah (fiskal, moneter, ekonomi lainnya).

Kegiatan Belajar 2: Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Publik

Rangkuman

Kegiatan pemerintah dalam bidang keuangan berbeda dengan kegiatan sektor


swasta. Kegiatan pemerintah atau sektor publik lebih banyak ditentukan atau
diputuskan melalui keputusan-keputusan politis yang didasarkan pada preferensi
pemilih. Sedangkan kegiatan sektor swasta lebih banyak dipengaruhi oleh
mekanisme pasar yang lebih mempertimbangkan kepentingan individu untuk
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

Keterkaitan sektor publik dengan sektor privat dapat digambarkan melalui siklus
aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian. Aliran yang terjadi dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yakni aliran pendapatan dan pengeluaran (income and
expenditure flows) serta aliran faktor-faktor produksi dan produksi (factor and
product flows).
Keuangan negara sebagai suatu bidang ilmu mempelajari fakta-fakta, prinsip-
prinsip, maupun teknik-teknik yang dilakukan pemerintah dalam memperoleh dan
membelanjakan dananya, maupun pengaruh dari apa yang dilakukan pemerintah
tersebut terhadap perekonomian.

Ruang lingkup keuangan publik adalah (Arsjad. Et.al, 1992:6): Pengeluaran


negara (public expenditure); sumber-sumber penerimaan negara di mana pajak
merupakan sumber penerimaan negara yang terpenting (government revenue and
taxes); pinjaman negara dan pelunasannya (government borrowing and
indebtedness); administrasi fiskal atau teknik fiskal (fiscal administration or
technique) yang membahas hukum dan tata usaha keuangan negara; perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (intergovernment fiscal
relationship); kebijakan fiskal fiscal policy) yang mempelajari peranan dan
pengaruh keuangan negara terhadap pendapatan nasional, distribusi pendapatan
nasional, kesempatan kerja, harga-harga, serta efisiensi alokasi sumber daya.

Kegiatan Belajar 3: Keuangan Publik di Negara Berkembang

Rangkuman

Persoalan utama keuangan publik di negara berkembang tersebut adalah


bagaimana merancang kebijaksanaan atau politik fiskal dan moneter yang efektif
untuk mendorong pembentukan modal, peningkatan investasi, peningkatan
kesempatan kerja, peningkatan pendapatan per kapita, pengendalian inflasi, serta
pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu pemerintah negara berkembang
perlu melaksanakan kebijaksanaan atau politik fiskal yang efektif. Kebijaksanaan
fiskal adalah kebijakan mengenai anggaran atau penerimaan dan pengeluaran
negara.

MODUL 2

PENERIMAAN PUBLIK (PUBLIC REVENUE)

Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Sumber-sumber Penerimaan Publik

Rangkuman

Seperti kita ketahui dewasa ini bahwa kegiatan pemerintah semakin lama semakin
meningkat, dan sebagai konsekuensinya diperlukan pembiayaan-pembiayaan atau
pengeluaran pemerintah yang tidak sedikit jumlahnya sesuai dengan semakin
luasnya kegiatan pemerintah. Agar supaya biaya bagi pengeluaran pemerintah
dapat dipenuhi, maka pemerintah memerlukan adanya penerimaan. Penerimaan
dapat diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri.

Ada beberapa sumber penerimaan publik khususnya di negara kita antara lain
adalah sebagai berikut:

Pemungutan pajak.

Pemungutan retribusi.

Bagian keuntungan dari badan usaha milik pemerintah dan daerah.

Denda dan sita.

Pencetakan uang.

Pinjaman.

Hibah, sumbangan, dan hadiah.

Penyelenggaraan undian.

Dari sekian banyak sumber penerimaan tersebut, pemerintah dapat menyusun dari
mana saja sumber penerimaan yang mungkin pemerintah mendapat dana untuk
membiayai pengeluaran.

Kegiatan Belajar 2: Gambaran Penerimaan Publik di Indonesia

Rangkuman

Pada kondisi dewasa ini, pemerintah Indonesia mulai konsentrasi pada


penerimaan dalam negeri yang bersumber pada

Penerimaan Perpajakan

Penerimaan pajak dalam Negeri

Penerimaan pajak dalam negeri berasal dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Atas Tanah dan atau Bangunan
(BPHTB).
Penerimaan perdagangan internasional

Penerimaan pajak internasional terdiri dari Bea masuk, dan pungutan ekspor.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Penerimaan sumber daya alam seperti dari sektor minyak dan gas, pertambangan
umum, kehutanan, dan perikanan;

Penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN seperti perbankan, jasa alat,
konstruksi, usaha pertambangan, industri strategis, energi, dam komunikasi;

Penerimaan negara bukan pajak lainnya;

Hibah.

Dari data di atas maka pemerintah dapat menyusun rencana Penerimaan Negara
dan Kebijakan yang ditempuh pada tahun berikutnya.

MODUL 3

PAJAK SEBAGAI SUMBER PENERIMAAN PUBLIK

Kegiatan Belajar 1: Pengertian, Prinsip dan Sistem Perpajakan

Rangkuman

Pajak merupakan harapan terbesar bagi penerimaan negara kita dewasa ini tercatat
lebih 70% penerimaan dalam APBN berasal dari berbagai jenis pajak. Pungutan
pajak dapat kita jumpai hampir di setiap negara di dunia. Ada beberapa istilah
tersendiri atas pungutan yang di Indonesia dikenal dengan pajak, yaitu belasting,
tax, tariff, steuer, abgabe, gebuhr dan sebagainya, yang pasti melalui pajak, negara
mengharapkan adanya penerimaan.

Pengertian pajak banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, keuangan publik
maupun ahli hukum misalnya Rohmat Soemitro, M.J.H.Smeets, Andriani, C.F.
Bastable, Edwin Robert Anderson Seligman dan sebagainya. Dari pendapat
mereka dapat ditarik kesimpulan pengertian tentang pajak yaitu sebagai
pengalihan sumber-sumber daya yang wajib dilakukan oleh masyarakat kepada
sektor publik berdasarkan undang-undang atau peraturan sehingga dapat
dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi atau balas jasa yang langsung.

Yang perlu kita semua ketahui bahwa pemungutan pajak tidak dapat dilaksanakan
tanpa didasari oleh suatu aturan main yang jelas yang dinamakan dengan prinsip-
prinsip pemungutan pajak. Prinsip-prinsip pemungutan pajak yang terkenal
dikemukakan oleh Adam Smith yang dikenal dengan nama the four maxims atau
the four canons. Dengan adanya prinsip-prinsip pemungutan pajak yang
merupakan justifikasi atau pembenaran bagi dilakukannya pemungutan, maka
negara memiliki kewenangan untuk memungut pajak dari warganya.

Kegiatan Belajar 2: Penggolongan Pajak

Rangkuman

Pajak apabila dilakukan tinjauan dari sudut siapakah yang berwenang memungut
pajak, saat timbulnya pajak dan pembebanan serta administrasi perpajakan, maka
dari seluruh jenis pajak yang berlaku khususnya di Indonesia dibagi sebagai
berikut.

Pajak Negara dan Pajak Daerah.

Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung.

Pajak Subjektif dan Pajak Objektif.

Kegiatan Belajar 3: Jenis-jenis Pajak

Rangkuman

Di negara kita dikenal beberapa macam pajak yang diharapkan dapat memberikan
sumbangan pada penerimaan negara Dari beberapa pajak tersebut antara lain
adalah

Pajak Penghasilan (PPh).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan

Bea Meterai.

Pajak-pajak seperti tersebut di atas merupakan pajak negara/pusat dan pajak pusat
yang didaerahkan misalnya Pajak Bumi dan Bangunan yang merupakan pajak
pusat yang pelaksanaan pemungutannya diserahkan pada daerah.
MODUL 4

BADAN USAHA MILIK NEGARA/DAERAH

Kegiatan Belajar 1: Fungsi, Tujuan dan Jenis-jenis BUMN/BUMD

Rangkuman

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sering disebut sebagai Perusahaan Negara,
dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), juga sering disebut sebagai Perusahaan
Daerah. BUMN/BUMD merupakan usaha negara/daerah yang seluruh atau
sebagian modalnya dimiliki oleh negara/daerah. Pendirian BUMN di Indonesia,
merupakan implementasi dari Pasal 33 UUD 1945. BUMN/BUMD memiliki dua
fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Di samping itu,
BUMN/BUMD juga diharapkan sebagai fungsi budgeter, yakni diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang optimal terhadap keuangan negara/daerah. Akibat
dari multi fungsi tersebut, sering membuat manajemen BUMN/BUMD tidak dapat
menjalankan fungsinya secara maksimal. Tujuan didirikannya BUMN/BUMD,
menurut Davas (1990) antara lain:

Untuk melaksanakan ideologi tertentu, di mana seluruh sarana atau alat produksi
dianggap sebagai milik masyarakat.

Untuk melindungi masyarakat selaku konsumen terhadap adanya monopoli


alamiah.

Untuk mengambil alih perusahaan asing.

Untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh swasta,
karena memerlukan modal yang relatif besar.

Untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat mendorong laju


pembangunan.

Untuk menambah penerimaan bagi negara/daerah.

Jenis-jenis BUMN/BUMD digolongkan menjadi tiga, yaitu:

Perusahaan Jawatan (Perjan).

Perusahaan Umum (Perum).


Perusahaan Perseroan (Persero).

Bidang usaha BUMN/BUMD selama ini meliputi berbagai sektor usaha, seperti
pertambangan, perikanan, perindustrian, perdagangan, dan jasa.

Apapun bidang usaha yang dikelola oleh BUMN/BUMD, yang penting adalah
usaha tersebut harus dikelola secara baik dengan prinsip good corporate
governance (tata kelola yang baik), sehingga dapat mendapatkan keuntungan dari
usaha tersebut. Untuk mencapai hal tersebut, ada beberapa pertimbangkan yang
harus diperhatikan dalam memilih jenis usaha yang sesuai untuk dikelola oleh
perusahaan negara/daerah, yaitu:

Harus ada pemisahan antara kegiatan yang dilakukan oleh BUMN/BUMD dengan
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah pusat/daerah.

Produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh BUMN/BUMD harus produk yang
dapat dijual untuk kebutuhan masyarakat luas.

Adanya kemungkinan untuk menutup biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi


barang/jasa tersebut. Dengan kata lain usaha-usaha tersebut harus dapat
membiayai sendiri (self financing )

Kegiatan Belajar 2: Kinerja BUMN/BUMD

Rangkuman

Kinerja suatu perusahaan, biasanya hanya diukur dari segi finansial. Seperti
halnya BUMN di Indonesia, sesuai dengan ketentuan Departemen Keuangan
(Depkeu), kinerjanya diukur dengan menggunakan kriteria Rentabilitas,
Likuiditas, dan Solvabilitas (RLS). Rentabilitas untuk mengukur seberapa besar
kemampuan BUMN untuk menghasilkan keuntungan, likuiditas mengukur
kemampuan BUMN membayar kewajiban-kewajiban finansial (hutang) jangka
pendek (tidak lebih dari satu tahun), dan solvabilias untuk mengukur kemampuan
BUMN membayar seluruh kewajiban-kewajiban finansial (utang jangka pendek
dan jangka panjang) pada saat BUMN tersebut dilikuidasi. Data dasar yang
digunakan dalam pengukuran kinerja BUMN dengan kriteria RLS tersebut, adalah
neraca BUMN. Dari neraca BUMN, dapat dilihat jumlah aktiva, jumlah pasiva
dan modal sendiri. Analisis kinerja keuangan seperti di atas pada dasarnya
dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan menggunakan
berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili
realitas perusahaan dan potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Berdasarkan
hasil evaluasi kinerja di masa lampau, dapat digunakan untuk memprediksi kinerja
perusahaan di masa mendatang, sehingga hasil evaluasi tersebut dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan, termasuk
keputusan investasi.

Ukuran kinerja BUMN/BUMD yang dilakukan berdasarkan kriteria RLS tersebut,


sudah lama menjadi pedoman untuk menyatakan apakah BUMN/BUMD itu
sangat sehat, kurang sehat, atau tidak sehat.

Berkaitan dengan jalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan,


pengukuran kinerja BUMN/BUMD yang hanya berdasarkan pada segi keuangan,
masih dirasakan kurang lengkap. Perkembangan terakhir Menteri Keuangan
mencantumkan ukuran nonkeuangan seperti segi operasional dan administrasi,
namun ukuran nonfinansial tersebut belum memberikan gambaran yang
menyeluruh mengenai kinerja BUMN/BUMD. Untuk melihat kinerja
BUMN/BUMD secara menyeluruh, seharusnya juga melihat aspek eksternal yang
dominan, seperti tingkat kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, employee
retention, low cost, dan cost leadership. Jika aspek-aspek tersebut diabaikan dalam
mengukur kinerja BUMN/BUMD, maka perusahaan tersebut tidak mampu
mempertahankan keunggulannya dalam persaingan global.

Balance Scorecard (BS) merupakan suatu alternatif sebagai alat pengukuran


kinerja perusahaan, termasuk BUMN/BUMD. Pengukuran kinerja dengan
menggunakan BS, bukan hanya pengukuran finansial dan nonfinansial saja,
melainkan hasil dari suatu proses atas bawah (top-down) yang berdasarkan pada
penjabaran visi dan misi suatu perusahaan. Pengukuran ini meliputi empat aspek
yang saling berkaitan, yaitu aspek finansial (Return on Capital Employed), aspek
costumer (costumer loyalty dan on time delivery), aspek internal proses (process
quality dan process cycle time), dan aspek learning and growth (employee skill).

Kegiatan Belajar 3: Restrukturisasi dan Privatisasi Perusahaan Negara/Daerah

Rangkuman

Rendahnya kinerja BUMN/BUMD merupakan fenomena yang sering terjadi di


berbagai negara, termasuk di Indonesia. Keberadaan BUMN/BUMD yang
diharapkan dapat berkontribusi terhadap penerimaan negara/daerah, justru sering
menjadi beban keuangan negara/daerah. Hal seperi inilah yang mendorong
pemerintah, sebagai pemegang otoritas melakukan upaya untuk membenahi
kebijakan-kebijakan untuk mengatur keberadaan BUMN/BUMD. Kebijakan
tersebut meliputi revitalisasi, restrukrisasi, profitisasi dan privatisasi perusahaan
negara/daerah.
Revitalisasi perusahaan negara merupakan upaya pemerintah dalam rangka
mengoptimalkan kinerja BUMN. Berkaitan dengan hal tersebut, pada pembukaan
Summit BUMN tahun 2005, Presiden RI memberikan pengarahan sebagai berikut.

Agar Kementrian BUMN beserta jajarannya menjalankan secara konsisten visi


Kabinet Bersatu tentang kebijakan BUMN di dalam mewujudkan revitalisasi
sektor-sektor ekonomi.

BUMN memiliki potensi dan peran yang sangat strategis untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.

BUMN harus mampu meningkatkan daya saingnya.

BUMN diharapkan ikut terlibat dalam upaya pemberantasan korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN).

Mekanisme pemilihan jajaran pimpinan BUMN.

Sebagai tindak lanjut arahan Presiden RI tersebut, Kementrian BUMN menyusun


Master Plan Revitalisasi BUMN tahun 2005 - 2009. Secara filosofi, setidaknya
terdapat tiga hal yang mendasari master plan revitalisasi BUMN, yaitu:

Melakukan revitalisasi sektor ekonomi yang sementara kapasitas terpasang masih


sangat besar.

Meneruskan master plan tahun 1999, dengan penyesuaian-penyesuaian terhadap


dinamika yang berkembang.

Merevitalisasi BUMN yang kapasitasnya telah tersedia, namun kinerjanya belum


optimal.

Restrukrisasi adalah salah satu kebijakan reformasi dalam rangka memperbaiki


kinerja dan efisiensi perusahaan negara, yang dapat meningkatkan kemampuan
bersaing secara global. Kemampuan ini akan meningkatkan laba dan nilai
perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kontribusi terhadap anggaran
negara. Sasaran yang akan dicapai melalui program restrukrisasi BUMN ini ada
dua sasaran, yaitu:

Sasaran nasional, terdiri dari:

Menjamin terjadinya perbaikan yang berkesinambungan dalam pertumbuhan,


efisiensi, dan keuntungan BUMN.
Memperbaiki keuangan negara.

Sasaran Keuangan, terdiri dari:

sasaran keuangan bagi perseroan;

sasaran keuangan bagi pemerintah.

Profitisasi adalah upaya meningkatkan efisiensi perusahaan, sehingga mencapai


profitabilitas dan nilai perusahaan yang optimum. Sasaran yang akan dicapai
mencakup dua hal, yaitu:

Menjamin peningkatan produktivitas dan efisiensi BUMN.

Menjamin peningkatan kinerja dan keuntungan BUMN untuk menunjang kegiatan


investasi, menumbuhkan kegiatan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat,
dan meningkatkan mutu layanan kepada masyarakat.

Titik berat program profitisasi BUMN adalah konsolidasi intern BUMN, dengan:

menentukan fokus ulang kegiatan usahanya;

peningkatan pendapatan;

pengurangan biaya.

Gagasan melakukan privatisasi BUMN/BUMD terkait dengan gagasan untuk


melakukan efisiensi dalam pembangunan ekonomi negara. Efisiensi pengelolaan
ekonomi hanya dapat dicapai apabila terdapat kondisi struktur ekonomi, politik,
sosial dan budaya yang kondusif dan mendukung ke arah efisiensi tersebut.
Efisiensi dapat berupa allocative efficiency dan productive efficiency.

Privatisasi perusahaan negara merupakan kebijakan pengalihan sebagian atau


keseluruhan kepemilikan aset dan kontrol perusahaan negara ke pihak lain
(perorangan, instansi swasta, atau lembaga pemerintah). Pelimpahan melalui
kepemilikan dapat dilakukan dengan:

Penjualan saham atau aset seluruhnya kepada swasta atau kepada publik melalui
pasar modal.

Penjualan sebagian saham kepada publik domestik maupun internasional,


karyawan, dan joint venture.

Sedangkan pelimpahan melalui kendali manajemen dapat dilakukan melalui:


Sebagian dengan cara memisahkan kepemilikan dengan manajemen, joint venture,
dan penggantian manajemen.

Seluruhnya dengan cara subcontracting.

Mengurangi campur tangan pemerintah dan memberikan otonomi yang lebih luas
kepada manajemen BUMN.

Masing-masing strategi dan pola privatisasi akan mempunyai dampak yang


berbeda terhadap perekonomian negara. Pada pasar yang tingkat kompetisinya
tinggi dan tingkat penyesuaian regulasinya responsif, maka dampak privatisasi
terhadap ekonomi akan cenderung positif. Privatisasi akan mengurangi beban
anggaran negara dan mengurangi distorsi ekonomi yang disebabkan terlalu
banyak campur tangan pemerintah. Sebaliknya, pada pasar yang tidak kompetitif
atau cenderung monopoli, privatisasi cenderung kurang menguntungkan, karena
campur tangan pemerintah justru sangat bermanfaat dengan ditunjang oleh
perangkat kebijakan yang dapat mendorong manajemen BUMN beroperasi dalam
second best optimum solution.

Prinsip-prinsip privatisasi dan kriteria perusahaan yang dapat diprivatisasi telah


diatur dalam UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN.

MODUL 5

ADMINISTRASI PAJAK

Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Tahapan Administrasi Pajak

Rangkuman

Pajak merupakan penerimaan terbesar bagi negara, untuk memperlancar


penerimaan dari sektor ini maka pemerintah harus terlebih dahulu membenahi
administrasi perpajakan.

Adapun tahapan-tahapan dalam administrasi perpajakan adalah:

mengidentifikasi subjek dan/atau objek pajak;

melakukan penilaian (assessment) dan penetapan nilai pajak terutang;

melakukan penagihan atau penerimaan setoran pajak;

melakukan pembukuan penerimaan pajak;


menegakan hukum atau aturan perpajakan.

Administrasi perpajakan juga berkaitan erat dengan sistem pemungutan pajak


yang digunakan. Di Indonesia dikenal tiga macam sistem pemungutan pajak yaitu:
official assessment system, self assessment system, dan withholding system. Di
samping tahapan-tahapan dalam administrasi perpajakan, perlu juga diperhatikan
mengenai penetapan tarif pajak. Penetapan tarif ini diusulkan oleh pemerintah
yang kemudian harus disetujui oleh masyarakat dan ditetapkan dalam undang-
undang. Ada dua macam tarif yaitu advaloren tariff dan fixed tariff. Setelah
penetapan tarif maka langkah berikutnya pemerintah dapat menetapkan target
penerimaan dari suatu jenis pajak.

Kegiatan Belajar 2: Ukuran-ukuran Kinerja Administrasi Pajak

Rangkuman

Untuk mendapatkan suatu penerimaan pajak yang maksimal diperlukan penerapan


administrasi pajak yang baik. Dari penerapan administrasi pajak oleh instansi
yang berwenang ini, kita akan mendapatkan output kinerja administrasi pajak.
Ada beberapa pendekatan yang dipergunakan seperti yang dikemukakan oleh
Cave, Kogan, Smith, Musgrave and Musgrave, Nick Devas dan lain-lain.

Menurut Devas ada tiga tolok ukur untuk menilai administrasi pajak yaitu:

tax effort (upaya pajak) yang merupakan perbandingan antara hasil suatu sistem
pajak dengan kemampuan masyarakat untuk membayar pajak;

tax efectivity (hasil guna pajak) mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu
pajak dengan potensi hasil pajak itu sendiri. Di sini semua wajib pajak diharapkan
akan membayar pajak terutangnya masing-masing;

tax efeiciency (daya guna pajak) adalah untuk menilai kemampuan administrasi
perpajakan baik efisien eksternal maupun efisiensi internal.

Ukuran yang secara khusus mengukur kemampuan administrasi pajak pada suatu
negara adalah perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan total
penerimaan negara dalam APBN.

MODUL 6
ANALISIS PERPAJAKAN (TAX ANALYSIS)

Kegiatan Belajar 1: Prinsip-prinsip Analisis Perpajakan

Rangkuman

Pajak sebagai sumber penerimaan negara dalam pelaksanaannya perlu


memperhitungkan pengaruh yang dapat ditimbulkan. Pengaruh ini tidak saja
terhadap tingkat kesejahteraan individual, pada penerapannya seperti pada Pajak
Penghasilan, juga dapat dilihat pada pola konsumsi pada Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Barang Mewah, karenanya dalam pengenaannya fungsi
pengaturan perlu dimasukkan dalam penetapan pajak.

Pajak pada hakikatnya dapat digeser ke muka atau ke belakang. Penggeseran


pengenaan pajak tergantung kepada sifat persaingan dan sifat barang, serta
keadaan penawaran dan permintaan barang. Penggeseran pengenaan pajak dapat
dilakukan kepada seseorang dengan jalan ke depan atau kebelakang melalui
proses shifting.

Kegiatan Belajar 2: Pengaruh Pajak Terhadap Perekonomian

Rangkuman

Idealnya suatu jenis pajak yang baik adalah jenis pajak yang sifatnya netral.
Namun hal ini sangat sulit untuk diterapkan. Pengenaan pajak pada masyarakat
akan berakibat menurunnya daya beli masyarakat dan kemudian akan
mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya serta
mengurangi kesempatan masyarakat untuk menabung, sedangkan pemerintah
sangat membutuhkan dana yang berasal dari tabungan masyarakat ini oleh untuk
berinvestasi. Akibat lebih lanjut akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi di
masa yang akan datang. Untuk itu pemerintah harus mengarahkan masyarakat
untuk menabung dengan memberikan berbagai pengarahan. Dengan pengarahan,
tabungan dalam masyarakat dapat berfungsi untuk meningkatkan produksi

Pengenaan pajak dapat mengurangi kemampuan berproduksi dan investasi, tetapi


sebaliknya dapat mendorong kegiatan berproduksi dan berinvestasi.

MODUL 7

PENGELUARAN PUBLIK (PUBLIC EXPENDITURE)


Kegiatan Belajar 1: Pengertian Pengeluaran Publik

Rangkuman

Di dalam sistem keuangan, termasuk dalam keuangan publik, selalu


membicarakan tentang sumber pemasukan dana dan pengeluaran atau penggunaan
dana. Modul 7 ini membicarakan dari sisi pengeluaran publik (Public Expenditur).
Pengeluaran publik ini merupakan pengeluaran untuk kegiatan pemerintah dalam
rangka melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat sebelumnya. Oleh
karena itu, pengeluaran publik selalu akan berbanding lurus terhadap aktivitas
atau kegiatan pemerintah. Artinya bahwa semakin banyak aktivitas yang
dilakukan oleh pemerintah, pengeluaran akan semakin besar pula.

Hampir setiap negara, baik di negara maju maupun negara berkembang,


pengeluaran publik selalu mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Mengapa
hal ini terjadi? Banyak para ahli melakukan penelitian, dan mereka menghasilkan
kesimpulan yang berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena variabel, tolok ukur,
basis pembanding, maupun teknik analisis yang digunakan berbeda-beda. Oleh
karena itu, kesimpulan yang dihasilkan oleh peneliti tersebut, masih menyisakan
berbagai pertanyaan yang jawabannya membutuhkan kajian lebih lanjut.

Fenomena terjadinya pertumbuhan pengeluaran publik juga terjadi di Indonesia.


Semenjak diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah, pengeluaran publik
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini terjadi karena adanya
pemekaran daerah. Sebelum dilaksanakannya UU Otonomi Daerah, jumlah
provinsi di Indonesia sebanyak 27 provinsi, saat ini telah berkembang menjadi 33
provinsi, dan masih akan bertambah lagi di masa mendatang. Demikian juga
daerah kabupaten/kota, yang tadinya sekitar 400 kabupaten/kota, saat ini telah
berkembang sekitar 500 kabupaten/kota. Dengan pemekaran ini konsekuensinya
adalah terjadinya pertumbuhan pengeluaran publik. Pertanyaan yang timbul
kemudian, mengapa pemerintah cenderung tumbuh atau semakin besar? Bertitik
tolak dari perspektif bahwa salah satu peran pemerintah adalah memberikan
layanan publik, Savas (2000) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pemerintah, yaitu peningkatan
kebutuhan terhadap layanan pemerintah dari masyarakat, peningkatan penyediaan
layanan pemerintah dari para pemberi layanan, dan meningkatnya
ketidakefisienan pemerintah dalam memberikan layanan.

Di dalam teori pengeluaran publik, secara sederhana Mangkoesoebroto (1993)


membedakan dua teori, yaitu:

Teori Makro Pengeluaran Publik.


Beberapa ahli yang mengemukakan teori ini, seperti Rostow dan Musgrave,
Wagner, Peacock dan Wiseman.

Teori Mikro Pengeluaran Publik.

Teori mikro Pengeluaran Publik, dikemukakan oleh Mangkeosoebroto (1993).

Kegiatan Belajar 2: Jenis-jenis Pengeluaran Publik dan Beberapa Pengeluaran


Publik Terpenting

Rangkuman

Pengeluaran publik, sering disebut juga belanja pemerintah, merupakan


pengeluaran atau belanja untuk membiayai aktivitas pemerintah dalam melakukan
kebijakan-kebijakannya. Belanja pemerintah dapat berubah, jika kebijakan-
kebijakannya berubah. Artinya bahwa belanja pemerintah sangat tergantung
kepada tujuan dari suatu negara, yang tercermin dari kebijakan-kebijakannya.

Secara sederhana, pengeluaran pemerintah dibedakan menjadi dua golongan, yaitu


exhaustive expenditure dan transfer of payment (Suparmoko). Lebih lanjut, secara
rinci Suparmoko membedakan beberapa jenis pengeluaran, yaitu

Pengeluaran yang bersifat self liquidating, yakni pengeluaran yang kelak akan
dapat ditutup kembali.

Pengeluaran yang bersifat produktif, yaitu pengeluaran yang dapat memberikan


keuntungan ekonomis kepada masyarakat.

Pengeluaran untuk menambah kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat secara


langsung, adalah pengeluaran yang bersifat nonekonomis.

Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif, yaitu pengeluaran yang


merupakan konsekuensi dari undang-undang negara, sehingga merupakan
kewajiban bagi pemerintah untuk melakukannya.

Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa mendatang, yaitu pengeluaran


untuk jaminan sosial bagi anak-anak yatim piatu, korban bencana alam, anak
terlantar dan sebagainya.

Di dalam APBN, dibedakan antara pengeluaran Pemerintah Pusat dan


pengeluaran untuk daerah. Pengeluaran Pemerintah Pusat menurut organisasi,
disesuaikan dengan susunan kabinet yang dibentuk. Pada APBN tahun 2005,
pengeluaran Pemerintah Pusat yang besar dialokasikan pada sepuluh
kementrian/lembaga, yaitu Departemen Pertahanan, Departemen Pendidikan
Nasional, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Kepolisian Negara,
Departemen Kesehatan, Departemen Agama, Departemen Perhubungan,
Departemen Keuangan, Departemen Luar Negeri, dan Departemen Pertanian.

Sedangkan belanja untuk daerah, diarahkan untuk meningkatkan efisiensi sumber


daya nasional, memperhatikan aspirasi daerah, memperbaiki struktur fiskal,
mobilisasi pendapatan, meningkatkan akuntabilitas, transparansi anggaran,
meningkatkan partisipasi masyarakat, memperkuat koreksi kesenjangan fiskal
antar daerah, memperkecil kesenjangan layanan publik antar daerah, konsolidasi
kebijakan fiskal untuk mendukung kebijakan makro ekonomi, dan
mengoptimalkan potensi daerah, yang tercermin dalam Pendapatan Asli Daerah
(PAD).

MODUL 8

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Sumber-sumber Pembiayaan Pembangunan

Rangkuman

Pembiayaan merupakan salah satu sumber daya terpenting dalam pelaksanaan


pembangunan. Pembangunan pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan
pada saat ini, tetapi manfaatnya dapat dirasakan di masa mendatang.

Pembangunan dapat berupa pembangunan fisik dan pembangunan non-fisik.


Pembangunan fisik di sini dimaksudkan pembangunan sarana dan prasaran untuk
meningkatkan layanan publik (masyarakat), seperti Puskesmas, gedung sekolah,
lokasi pertokoan, industri dan sebagainya. Sedangkan pembangunan non-fisik,
yaitu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Pembangunan
nonfisik, biasanya diwujudkan dengan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan
kegiatan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan sumber daya manusia. Di samping itu, ada yang menambahkan
konsep tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup. Artinya bahwa
pembangunan tidak hanya meliputi pembangunan fisik dan pembangunan non-
fisik saja, tetapi perlu memperhatikan kelestarian lingkungan. Secara ideal,
pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
adil, sehingga mereka dapat hidup secara layak.

Untuk dapat melakukan aktivitas pembangunan, pemerintah memerlukan biaya.


Rencana pembiayaan ini seluruhnya tertuang di dalam anggaran negara, yang
dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tingkat
pusat, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota.

Sumber-sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam negeri dan luar


negeri. Sumber pembiayaan dalam negeri antara lain berasal dari: 1) tabungan
dalam negeri, baik tabungan dari pemerintah maupun tabungan dari swasta. 2)
Hasil ekspor. Saat ini hasil ekspor berasal dari komoditas non-migas, seperti hasil
pertanian, pertambangan dan manufaktur. 3) Investasi dalam negeri, yang dikenal
dengan istilah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Sumber pembiayaan luar negeri (asing), dapat berupa bantuan luar negeri dan
investasi asing, atau yang dikenal dengan istilah Penanaman Modal Asing (PMA).
Bentuk bantuan luar negeri, dapat berupa program, bantuan proyek, hibah, dan
pinjaman.

Kegiatan Belajar 2: Pinjaman dan Obligasi

Rangkuman

Pinjaman/utang/kredit adalah suatu istilah yang menyatakan bahwa seseorang atau


badan akan membayar kembali dikemudikan hari atas uang atau barang yang
diterima dari pihak lain. Dengan demikian pinjaman dapat menjadi salah satu
sumber untuk membiayai investasi. Namun demikian, pinjaman mempunyai
konsekuensi bagi peminjam, yaitu membayar kembali pada waktu yang telah
disepakati kedua belah pihak, ditambah bunga pinjamannya. Bunga pinjaman
dalam hal ini dapat dianggap sebagai balas jasa.

Pinjaman, dapat berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Pinjaman dalam
negeri berasal dari berbagai sumber, seperi dari bank dalam negeri, dari lembaga-
lembaga keuangan bukan bank, pinjaman dari masyarakat, dengan penerbitan
obligasi, serta dari sumber-sumber lainnya yang sah.

Pinjaman luar negeri umumnya berupa pinjaman pemerintah yang diterima dari
berbagai negara. Pinjaman tersebut dapat berupa pinjaman bilateral maupun
pinjaman multilateral. Dana pinjaman harus dikelola dengan benar. Pengelolaan
penggunaan pinjaman yang salah dapat mengakibatkan suatu negara peminjam
tidak dapat membayar kembali pinjamannya, atau jatuh dalam perangkap utang.
Akibat selanjutnya, pembangunan menjadi berhenti atau tidak berkesinambungan.

Sumber dana pinjaman pemerintah lainnya adalah penerbitan obligasi (bond),


yaitu surat tanda bukti bahwa pemerintah meminjam sejumlah uang kepada
masyarakat (pemegang obligasi) dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Setelah jatuh tempo, pemerintah harus mengembalikan utang tersebut dengan
membeli surat obligasi kepada pemegangnya, sebesar harga yang telah ditentukan
dengan tingkat bunga (rate) yang telah ditentukan pula.

Obligasi pemerintah terdiri dari obligasi pemerintah pusat dan obligasi pemerintah
daerah. Obligasi pemerintah pusat dikenal dengan nama Surat Utang Negara
(SUN).

Ketentuan mengenai SUN, diatur dalam Undang-undang No 24 tahun 2002


tentang Surat Utang Negara.

Obligasi daerah adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, kota, atau badan-badan usaha yang berada di bawah penguasaan
pemerintah daerah.

Kebijakan yang berkaitan dengan penerbitan obligasi adalah kebijakan mengenai


pasar modal, karena obligasi merupakan salah satu surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal.

Struktur pasar modal di Indonesia terdiri dari lembaga penunjang pasar perdana
dan lembaga penunjang pasar sekunder.

Pada penerbitan obligasi terdapat berbagai unsur yang terkait, di antaranya:


penanam modal (investor), penerbit obligasi (issuer), penjamin pelaksana emisi
(underwriter), penanggung jawab (guarantor), wali amanat (trustee), lembaga
penilai (appraisal), pembina (supervisior/overseer), dan lembaga pemeringkat
(rating agency).

Kegiatan Belajar 3: Investasi

Rangkuman

Pengembangan investasi di Indonesia pada dasarnya merupakan implementasi


dari kebijakan nasional untuk mengelola potensi sumber daya nasional, yang pada
akhirnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Secara nasional,
terdapat dua undang-undang yang mengatur tentang kebijakan pokok investasi.
Pertama adalah UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA)
yang telah disempurnakan dengan UU No. 11 tahun 1970. Kedua, UU No. 6 tahun
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang telah
disempurnakan dengan UU No. 12 tahun 1970. Saat ini sedang dibahas
Rancangan Undang-undang tentang Investasi yang akan menggantikan kedua
undang-undang tersebut. Berdasarkan kedua undang-undang tersebut, investasi
ditangani oleh berbagai lembaga, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
Di tingkat pusat, terdapat lembaga yang khusus menangani bidang investasi, yaitu
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Sedangkan di daerah terdapat
lembaga yang bernama Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD).
Keberadaan BKPM merupakan salah satu upaya untuk menciptakan layanan
investasi satu atap (one stop sevice), yang tujuannya untuk mempercepat proses
perizinan investasi, dan menghindari ekonomi biaya tinggi. Sejalan dengan
otonomi daerah, maka sebagian kewenangan dalam hal investasi, saat ini
dialihkan kepada daerah. Investasi, jika dilihat dari penggolongan yang dilakukan
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu

Dilihat dari wujud investasi, dapat dibedakan menjadi investasi fisik dan investasi
non-fisik.

Dilihat dari siapa yang melakukan, investasi dapat dibedakan menjadi investasi
yang dilakukan oleh pemerintah, dan investasi yang dilakukan oleh dunia usaha
(swasta).

Dilihat dari sumbernya, investasi dapat berasal dari dalam negeri (PMDN) dan
dari negara asing (PMA).

Pada dasarnya, apapun bentuk investasi, siapa pun yang melakukan, dan dari
mana pun investasi berasal, investasi masih sangat diperlukan untuk mengubah
potensi sumber daya, khususnya sumber daya alam, menjadi produk riil yang
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Ketersediaan sumber daya alam yang
melimpah, tidak akan mendatangkan manfaat yang optimal bila tidak ada investor
yang tertarik untuk mengolah sumber daya tersebut menjadi produk-produk yang
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakatnya

You might also like