You are on page 1of 8

Aktivitas Blasting

oleh :

Chrystian Afiko Irlando Sianturi

08/270421/PA/12294

• Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan teoritik dan terapan yang mempelajari
karakteristik, perilaku dan respons massa batuan akibat perubahan keseimbangan medan
gaya di sekitarnya, baik karena aktivitas manusia maupun alamiah.
• Konsep yang ada untuk mempelajari mekanika batuan adalah

1.Sifat sifat dan mekanik serta karakteristik massa batuan.

2. Berbagai teknik analisis tegangan dan regangan batuan

3. Prinsip prisnsip yang menyatakan respons massa batuan terhada[p beban

4. Metodologi yang logis untuk penerapan teori teori dan teknik teknik mekanika untuk
solusi problem fisik nyata di bidang rekayasa batuan.

 Dan Asumsi-asumsi dasar yang ada pada ilmu mekanika batuan adalah
Heterogen :
- Mineralogis : Jenis miniral pembentuk batuan berbeda-beda
- Butiran padatan : Ukuran dan bentuknya berbeda-beda
- Void : ukuran,bentuk dan penyebarannya berbeda-beda
Anisotrop :
- Mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang berbeda
Diskontinu :
- Massa batuan selalu mengandung unsur struktur geologi yang mengakibatkannya tidak
kontinu seperti karena kekar,sesar,retakan,fissure,bidang perlapisan.Struktur geologi ini
cenderung “memperlemah” kondisi massa bantuan.
 Ruang lingkup ilmu mekanika batuan pada aplikasi dunia nyata dan berbagai fungsinya :
 Rekayasa pertambangan : penentuan metode penggalian (rock cutting),pemboran
dan peledakan batuan,stabilitas lereng batuan,stabilitas timbunan
overburden,stabilitas terowongan dan lombong (stoping)
 Indrustri minyak bumi : pemboran (oil drilling),rock fracturing.
 Rekayasa sipil : pondasi jembatan dan gedung bertingkat,undergroung
powerhouse,undergroung stroage,tunnel dangkal dan dalam,longsoran lereng
batu,pelabuhan,airport,bendung,dsd.
 Lingkungan hidup : rock fracturing kaitannya dengan migrasi polutan akibat
limbah industri .

AKTIVITAS BLASTING

 Latar belakang

Dalam bidang pertambangan tentu tidak lepas yang namanya blasting,karena dengan blasting
tersebut semua material keras dapat dihancurkan hingga berukuran kecil dan memudahkan untuk
diangkut.Sebelum dilakukan blasting terlebih dahulu areal tersebut harus dibarikade/diblokir
minimal 300m untuk alat berat dan 500m untuk manusia.jadi sebelum dilakukan peledakan
semua prosedur harus diperhatikan dan harus memperhatikan setiap kondisi.

Pengertian Blasting

Peledakan (blasting ; explosion) merupakan Kegiatan pemecahan suatu material (batuan)


keras dengan menggunakan bahan peledak atau Proses terjadinya ledakan. Beberapa istilah
umum dalam peledakan :

1. Peledakan bias (refraction shooting) merupakan Peledakan di dalam lubang atau sumur
dangkal untuk menimbulkan getaran guna penyelidikan geofisika cara seismik
bias.
2. Peledakan bongkah (block holing) merupakan Peledakan sekunder untuk pengecilan ukuran
bongkah batuan dengan cara membuat lobang tembak berdiatemeter kecil dan diisi
sedikit bahan peledak
3. Peledakan di udara (air shooting) merupakan Cara menimbulkan energi seismik di permukaan
bumi dengan meledakkan bahan peledak di udara
4. Peledakan lepas gilir (off-shift blasting) merupakan Peledakan yang dilakukan di luar jam gilir
kerja
5. Peledakan lubang dalam (deep hole blasting) merupakan Cara peledakan jenjang kuari atau
tambang terbuka dengan menggunakan lubang tembak yang dalam disesuaikan dengan
tinggi jenjang
6. Peledakan parit (ditch blasting) merupakan Proses peledakan dalam pembuatan parit

7. Peledakan teredam (cushion blasting)merupakan Cara peledakan dengan membuat rongga


udara antara bahan peledak dan sumbat ledak atau membuat lubang tembak yang lebih
besar dari diameter dodol sehingga menghasilkan getaran yang relatif lembut
Pengenalan Bahan Peledak

1. Bahan peledak

Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan sebagai
suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, atau campurannya yang
apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi
kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas
disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000° C. Adapun
tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai lebih dari 100.000 atm
setara dengan 101.500 kg/cm² atau 9.850 MPa (» 10.000 MPa). Sedangkan energi per satuan
waktu yang ditimbulkan sekitar 25.000 MW atau 5.950.000 kcal/s. Perlu difahami bahwa energi
yang sedemikian besar itu bukan merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam
bahan peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang sangat cepat,
yaitu berkisar antara 2500 – 7500 meter per second (m/s). Oleh sebab itu kekuatan energi
tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat laun berkurang seiring dengan
perkembangan keruntuhan batuan.

2. Reaksi dan produk peledakan

Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena tergantung
pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang mempengaruhi kualitas bahan
kimia pembentuk bahan peledak tersebut. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi
bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran, dilanjutkan dengan
deflragrasi dan terakhir detonasi. Proses dekomposisi bahan peledak diuraikan sebagai berikut:

a) Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga keberlangsungannya oleh
panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan produknya berupa pelepasan gas-
gas. Reaksi pembakaran memerlukan unsur oksigen (O2) baik yang terdapat di alam bebas
maupun dari ikatan molekuler bahan atau material yang terbakar. Untuk menghentikan
kebakaran cukup dengan mengisolasi material yang terbakar dari oksigen. Contoh reaksi
minyak disel (diesel oil) yang terbakar sebagai berikut:
CH3(CH2)10CH3 + 18½ O2 ® 12 CO2 + 13 H2O

b) Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi
didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Deflagrasi merupakan fenomena reaksi
permukaan yang reaksinya meningkat menjadi ledakan dan menimbulkan gelombang
kejut shock wave) dengan kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300 – 1000 m/s atau
lebih rendah dari kecep suara (subsonic). Contohnya pada reaksi peledakan low
explosive (black powder)sebagai bagai berikut:

+ Potassium nitrat + charcoal + sulfur


20NaNO3 + 30C + 10S ——> 6Na2CO3 + Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 + 10CO + 10N2
+ Sodium nitrat + charcoal + sulfur
20KNO3 + 30C + 10S ——> 6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2

c) Ledakan, menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume
lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak. Dari
definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi kimia, tapi
kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang menimbulkan
efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh ledakan antara lain
balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena panas terus menerus bisa
meledak, dan lain-lain.

d) Detonasi adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga
menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun ekspansi
gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut menyebarkan
tekanan panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekan kejut (shock
compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk membebaskan energi hingga
berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Kecepatan rambat reaksi pada proses detonasi ini
berkisar antara 3000 – 7500 m/s. Contoh kecepatan reaksi ANFO sekitar 4500 m/s. Sementara
itu shock compression wave mempunyai daya dorong sangat tinggi dan mampu merobek retakan
yang sudah ada sebelumnya menjadi retakan yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat
menimbulkan symphatetic detonation, oleh sebab itu peranannya sangat penting di dalam
menentukan jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh proses detonasi terjadi pada jenis
bahan peledakan antara lain:

+ TNT : C7H5N3O6 ——> 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C


+ ANFO : 3 NH4NO3 + CH2 ——> CO2 + 7 H2O + 3 N2
+ NG : C3H5N3O9 ——> 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2
+ NG + AN : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3 ——> 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2

Dengan mengenal reaksi kimia pada peledakan diharapkan peserta akan lebih hati-hati dalam
menangani bahan peledak kimia dan mengetahui nama-nama gas hasil peledakan dan bahayanya.

1). Permukaan yang bebas membuat batu itu bergerak bebas karena menciptakan ruang
kosong yang baru. arah gerakan batu cenderung geser ke permukaan yang bebas tersebut. Oleh
karena itu, jika hanya ada satu permukaan yang bebas , jadi batu cenderung terbang ke atas
atau disebut flying rock.
2). Beban adalah jarak antara permukaan yang bebas dengan lubang tembakan. Kalau free face
terlalu ditutup dengan lubang bor, maka akan terjadi flying rock, karena energi yang terlalu
besar. Kalau free face terlalu jauh dari lubang bor, sehingga hasil peledakan tidak cukup baik.

3). Stemming adalah kolom dalam lubang yang diisi oleh zat non-ledakan (batu atau memotong
dari lubang). Ukuran stemming kolom menentukan hasil peledakan. Jika kolom yang berasal
terlalu pendek, maka energi vertikal dan energi ledakan yang akan terjadi terlalu besar,
sehingga akan menciptakan flying rock dan ditandai dengan kubah cekung di peledakan
material.

4) Pada metode peledakan, Rasio kekakuan yang diusulkan tidak melebihi dari 1, 25.
Rasio Kekakuan adalah perbandingan antara ukuran "(bench) jenjang" dengan ukuran
beban. Artinya ukuran dari "jenjang" harus ¼ kali lebih besar dari ukuran beban
dalam rangka untuk membuat hasil peledakan yang baik.

5) Pada instalasi delay, kita harus menghawatirkan tentang presisi. Jika kita memiliki
beban lama kemudian diinstal delay cepat, maka akan terjadi beban berat untuk
proses selanjutnya peledakan, karena peledakan pertama belum selesai kemudian
dilanjutkan dengan peledakan berikutnya, karena belum membentuk free faces .

Blasting Teori
 
Proses pemecahan batu pada peledakan Dari titik inisiasi (Titik pembakaran),
explosive material break shot hole wall, ini terjadi karena tekanan besar di seluruh
area peledakan dan tegangan tekanannya menyebar ke segala arah dengan
kecepatan yang sama dan kecepatan gelombang sonik, saat ini tekanan tegangan
melewati free face dan kembali seperti awal, sehingga membuat kekuatan tegangan
sangat besar ketika tegangan melebihi kekuatan batuan dan batu akan pecah. Ketika
terjadi patahan karena batu pecah, gas ekspansi dari bahan peledakan menarik
batuan tsb ke segala arah.
Kualitas lubang bor dapat dilihat dari:
- Urutan lubang bor
- Arah deviasi dan sudut bor
- Kedalaman dan kemurnian bor

Ada 2 pola pemboran;


- Rectangular pola
- Pola Bergilir
Pola pemboran square, pola peledakan V
Bila “Burden” terlalu tebal maka tidak terjadi deformasi batuan yang sempurna dan pada
keadaan ini energi bahan peledak akan terbuang berupa getaran (ground vibration). Sebaliknya,
bila “Burden” terlalu tipis maka sebagian besar energi bahan peledak akan terbuang sebagai
suara (Noise) dan air blast. Untuk itu harus dicari / ditentukan jarak burden sedemikian rupa
sehingga energi bahan peledak terpakai untuk menghancurkan (men “deformasi”) batuan.
Semua kriteria bahaya ledakan untuk bangunan dan struktur bawah permukaan tanah
tersebut berada rata-rata di puncak kecepatan partikel untuk tekanan dinamik pada ledakan
tersebut . Dan secara umum juga tekanan gas dapat membantu dalam proses fragmentasi
batuan .Salah satu penyebab bahaya ledakan lainnya adalah Rekahan yang terinduksi oleh
pelepasan beban .ex : analogi menjatuhkan plat baja berat ke tumpukan rubber mats .(dimana
rubber mats ditekan sampai momentum dari baja yang jatuh tsb habis ) Pada kasus
terowongan/galian bawah tanah yang besar memiliki masalah yang agak berbeda .(tergantung
pada integritas batu yang mengelilingi penggalian ) . Permukaan yang bebas membuat batu itu
bergerak bebas karena menciptakan ruang kosong yang baru. arah gerakan batu cenderung geser ke
permukaan yang bebas tersebut. Oleh karena itu, jika hanya ada satu free face, jadi batu cenderung
terbang ke atas atau disebut flying rock. Beban adalah jarak antara permukaan yang bebas dengan
lubang tembakan. Kalau free face terlalu ditutup dengan lubang bor, maka akan terjadi flying
rock, karena energi yang terlalu besar. Kalau free face terlalu jauh dari lubang bor, sehingga
hasil peledakan tidak cukup baik. Stemming adalah kolom dalam lubang yang diisi oleh zat non-
ledakan (batu atau memotong dari lubang). Ukuran stemming kolom menentukan hasil
peledakan. Jika kolom yang berasal terlalu pendek, maka energi vertikal dan energi ledakan
yang akan terjadi terlalu besar, sehingga akan menciptakan flying rock dan ditandai dengan
kubah cekung di peledakan material.(Meningkatkan confining pressure dari akumulasi
gas) .Pada metode peledakan, Rasio kekakuan yang diusulkan tidak melebihi dari 1, 25. Rasio
Kekakuan adalah perbandingan antara ukuran "(bench) jenjang" dengan ukuran beban. Artinya
ukuran dari "jenjang" harus ¼ kali lebih besar dari ukuran beban dalam rangka untuk membuat
hasil peledakan yang baik. Pada instalasi delay, kita harus menghawatirkan tentang presisi. Jika
kita memiliki beban lama kemudian diinstal delay cepat, maka akan terjadi beban berat untuk
proses selanjutnya peledakan, karena peledakan pertama belum selesai kemudian dilanjutkan
dengan peledakan berikutnya, karena belum membentuk free faces .

Proses pemecahan batu pada peledakan dari titik inisiasi (Titik pembakaran), explosive material
break shot hole wall, ini terjadi karena tekanan besar di seluruh area peledakan dan tegangan
tekanannya menyebar ke segala arah dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan gelombang sonik,
saat ini tekanan tegangan melewati free face dan kembali seperti awal, sehingga membuat kekuatan
tegangan sangat besar ketika tegangan melebihi kekuatan batuan dan batuan akan pecah. Ketika terjadi
patahan karena batu pecah, gas ekspansi dari bahan peledakan menarik batuan tsb ke segala arah.

> DAMAGE CONTROL

faktor terutama adala pengendalian kerusakan mesin pada system penggalian . Pada lokasi
tambang metal bawah tanah biasanya terjadi kenaikan yang kurang significant dikarenakan kurangnya
gangguan pada struktur batuan dan stabilitas penggalian. Bahkan ketika tegangan di sekitar batu naik
cukup tinggi untuk mendorong rekahan disekitar dinding, kerusakan yang terjadi biasanya terbatas
dikedalaman kurang dari setengah meter , dan mengancam kenaikan stabilitas keseluruhan .

Full-face dan jenis mesin tunneling roadheader menjadi lebih umum, terutama untuk tunneling
teknik sipil. Mesin ini telah dikembangkan ke titik di mana tarif awal dan biaya keseluruhan biasanya
sebanding atau lebih baik dari biaya bor yang terbaik dan metode ledakan penggalian. Kurangnya
gangguan batu dan penurunan jumlah dukungan yang dibutuhkan adalah keuntungan utama dalam
penggunaan mesin tunneling.

Teknik pada mesin Penggalian yang dijelaskan di atas tidak berlaku secara luas dalam
situasi penambangan bawah tanah, dan pertimbangan itu harus diberikan kepada apa yang dapat
dilakukan tentang cara mengontrol kerusakan di situasi bor normal dan pada operasi ledakan.
Biasanya kesalahpahaman yang umum terjadi adalah bahwa langkah hanya diminta untuk
mengontrol kerusakan peledakan adalah untuk mengawali teknik peledakan pra-pecah/halus.
Metode-metode peledakan yang melibatkan ledakan simultan dari deretan dekat spasi, lubang
ringan dibebankan, dirancang untuk menciptakan permukaan yang bersih dari pemisahan batuan.
Jika benar dilakukan, ledakan ini dapat menghasilkan sangat bersih dengan minimal overbreak
dan gangguan. Namun, pengendalian kerusakan peledakan dimulai jauh sebelum pengenalan pra-
membelah atau peledakan mooth.

Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, ledakan yang dirancang kurang baik dapat
menimbulkan retakan beberapa meter di belakang baris terakhir dari blastholes. Jelas, jika
kerusakan tersebut telah timbul pada batu, itu terlalu sulit untuk mencoba memperbaiki situasi
dengan menggunakan peledakan smooth dimana untuk memangkas beberapa meter terakhir dari
penggalian. Di sisi lain, jika seluruh ledakan telah dirancang dan dilaksanakan dengan benar,
peledakan sooth dapat sangat bermanfaat dalam pemangkasan menghadapi penggalian akhir.

Gambar 16.1 mengilustrasikan perbandingan antara hasil yang dicapai oleh sebuah ledakan yang
normal dan permukaan yang terbentuk oleh presplit yang berlangsung di dalam gneiss jointed.
Jelaslah bahwa, meskipun struktur geologi yang cukup besar terlihat di permukaan, permukaan
yang bersih baik telah dicapai oleh pre-split. Hal ini juga tidak sulit untuk membayangkan
bahwa wajah pra-split lebih stabil daripada bagian yang telah hancur tanpa perhatian khusus
terhadap kondisi dinding akhir.

• Kerusakan yang disebabkan baik pada terowongan dan penggalian permukaan


dikarenakan oleh poor blasting ini.

• Hal ini menghasilkan kerusakan pada penurunan yang stabilitas , pada peralihannya,
ternyata menambah biaya proyek untuk kebutuhan yang lebih besar volume penggalian
atau support rock meningkat .

• Alat dan metode yang tersedia memang untuk meminimalkan kerusakan ini, tetapi ini
tidak diterapkan sangat luas, baik dalam industri pertambangan atau teknik sipil karena
kurangnya kesadaran tentang manfaat yang bisa diperoleh, dan takut akan biaya yang
terlibat dalam menerapkan metode peledakan terkendali.

You might also like