Professional Documents
Culture Documents
Mujadi
Dalam pendidikan khususnya pendidikan dasar, baik yang ada di dalam negeri maupun yang ada
di luar negeri pembelajaran, Fisika (Ilmu Pengetahuan Alam, IPA) selalu mendapatkan hasil
yang mengecewakan. Pada tingkat sekolah dasar (SD), anak-anak telah memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang berhubungan dengan Fisika (IPA). Sebagai contoh, misalnya, melalui
pengalaman dan peristiwa fenomena sehari-hari seperti gaya, gerak, benda yang jatuh bebas,
listrik, energi, peristiwa-peristiwa alam yang kasat mata lainnya.
Berdasarkan hal tersebut beberapa peneliti pakar Fisika (IPA) menyelidiki miskonsepsi siswa SD
sebagai upaya untuk menemukan cara-cara memperbaikinya. Amin (1990) mengatakan bahwa
miskon-sepsi dapat terjadi karena ada gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman yang
tidak relevan. Faktor potensial lain yang menjadi sumber miskonsepsi adalah (1) anak cenderung
melihat suatu benda dari pandangan dirinya sendiri; (2) pengalaman anak di lingkungan terbatas
dari cenderung tidak mempunyai kesempatan melihat langsung demonstrasi atau situasi
percobaan; (3) anak cenderung memahami kejadian bagian per bagian dan cenderung tidak
mengaitkan satu bagian dengan lainnya; dan (4) bahasa yang digunakan sehari-hari banyak yang
mempunyai arti beda dengan yang digunakan dalam IPA. Beberapa kata sehari-hari yang
memiliki arti yang berbeda jika digunakan dalam IPA adalah gesekan, gaya, pembiasan dan lain-
lain.
Sementara itu, Iowi dan Uludotun (1987) meneliti sumber miskonsepsi di Negeria dan
menemukan tiga sumber miskonsepsi yaitu (1) buku pelajaran ditulis dalam bahasa Inggris (yang
merupakan bahasa kedua); (2) sebagian siswa berasal dari lingkungan yang tidak berpendidikan
dan tidak mengenal teknologi modern. Pengetahuan dan pengalaman ilmiah dan teknologi siswa
sangat terbatas, begitu pula pengalaman yang diperolehnya di sekolah atau laboratorium; dan (3)
miskonsepsi ada pula pada guru.
Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian tentang miskonsepsi Fisika pada siswa kelas 5 SD
di Pulau Jawa. Sampel SD ditentukan dengan stratified sampling (kualitas SD baik, sedang, dan
biasa). Pengelompokkan SD dilakukan berdasarkan informasi dari Suku Dinas Pendidikan
setempat. Lokasi dan jumlah sampel di tiap-tiap daerah di lihat pada Tabel 1.
Data untuk penelitian dikumpulkan melalui wawancara, pemberian tes, dan demontrasi (untuk
siswa) dan pemberian tes (untuk guru). Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi
mengenai pengalaman dan penggunaan alat-alat Fisika (IPA), tes diberikan untuk mendapatkan
pemahaman konsep Fisika (IPA), sementara demontrasi dilakukan untuk mengetahui
kemampuan siswa menggunakan alat-alat Fisika (IPA).
Tingkat SD
Total Sampel
Baik Sedang Biasa
N Total Total Total S Total
Daerah Nama SD
o Sampel Sampel Sampel D Sampel
Nama SD Nama SD
Gur Sisw Gur Gur
Siswa Siswa Siswa Guru
u a u u
1. Jawa 1.Blimbing III 16 8 1. Purwosari 16 7 1. Purwodadi 16 7 4 64 30
Timur 2. Sawojajar 16 8
2. Jawa 1. Wonosari I 16 7 1. Yogyakarta 15 7 2.Wonosari 15 7 4 61 28
Tengah 2.Yogyakarta I 15 II II
7
3. Jawa 1. Bogor I 15 7 1. Bogor II 15 7 3.Sukabumi 15 7 4 61 28
Barat II
2.Sukabumi I 16 7
Total 94 44 46 21 46 21 12 186 86
Hasil tes yang didapatkan dari responden (guru maupun siswa) direkam dalam bentuk tabulasi
jawaban dan alasan masing-masing nomor, terlebih dahulu dibuat rambu-rambu jawaban dan
alasan yang dianggap benar sehingga dapat membandingkan jawaban dan alasan yang diberikan
oleh responden. Setelah dilaksanakan tes pertama, siswa diberi arahan dan demontrasi, setelah
itu siswa diberi tes kedua. Guru diberi tes sekali tanpa wawancara dan demontrasi.
Tabel 2. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 1 (Mengapa
suatu benda dapat terlihat berwarna merah? Jelaskan!)
Jawaban
Jawaban % Alasan % Jawaban % Alasan %
No Jawaban Guru Siswa
B S O B S O B S O B S O
1. Adanya 37, 32, Cahaya 17 17
pantulan 5 5 dipantulkan
cahaya oleh benda
dan
dimasukka
n ke dalam
mata kita
2. Benda 7 7 Karena ada 4,5 4,5
memiliki warna cahaya dan
cahaya benda
dominan merah warnanya
memang
merah
3. Molekul- 7 7 Karena ada 10,2 10,2
molekul zat cahaya dari
pewarna dapat sinar
ditarik oleh matahari
benda
4. Sebagian 4,6 4,6 Karena ada 3,4 3,4
cahaya cahaya
berwarna yang
merah sampai ke
mata kita
dan warna
benda
memang
merah
5. Tidak 11, 11, Pantulan 3,4 3,4
menjawab/tidak 6 6 cahaya
tahu matahari ke
mata
B = Benar; S = Salah; O = Tidak menjawab
Jawaban benar bahwa benda-benda berwarna dapat terlihat melalui proses pemantulan dari suatu
responden (guru) hanya menjawab dengan benar disertai alasan yang benar sebanyak 37,2%.
Sementara itu 63% jawaban maupun alasannya dari soal nomor 1 tidak memenuhi syarat dan
dinyatakan salah. Beberapa modus pola jawaban yang dinyatakan salah terbesar sebanyak 14
pola. Melihat besarnya modus pola jawaban dan alasan yang dinyatakan benar hanya sekitar
37,2%, maka pemahaman konsep tentang pantulan cahaya dari responden dapat dikatakan masih
sangat minim sekali.
Jawaban siswa untuk soal nomor 1 dengan pola jawaban benar mencapai 38,5% dan alasan benar
hanya 17%. Dalam hal ini, pemahaman siswa pada nomor 1 hanya mencapai 17%.
Tabel 3. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 2 (Pada malam
hari bulan kelihatan terang, apakah bulan memancarkan cahaya? Jelaskan!)
Untuk soal nomor 2 ini masih merupakan konsep pemantulan cahaya. Dari responden (guru)
yang ada 62,8% memberikan modus jawaban benar, dan alasan yang diberikan mencapai
kebenaran 62,8%. Dua responden 4,6% memberikan alasan kosong/tidak menjawab, sebagian
jawabannya benar. Sebelas (22%) responden (guru) memberikan jawaban 20,9% benar. Namun
responden tersebut memberikan alasan yang dianggap salah yaitu bulan memancarkan cahaya,
karena bulan hanya dapat pantulan dari sinar matahari, alasan dianggap benar bila bulan hanya
memantulkan sinar matahari.
Jawaban siswa untuk soal nomor 2 menunjukkan pola jawaban benar mencapai 44% dan alasan
benar mencapai 22,7%. Sedangkan pola jawaban dan alasan salah masing-masing 34% dan
44,3%.
Tabel 4. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 3a (Perhatikan
saat cahaya lampu senter dinyalakan, maka akan tampak cahaya putih pada layar. Jelaskan!)
Jawaban dan alasan yang diberikan oleh responden (guru) pada soal nomor 3a, 58,1% dianggap
salah, sedangkan 11,6% tidak menjawab dan tidak memberikan alasan. Soal nomor 3a tersebar
sebanyak 14 pola jawaban dan alasan, satu yang memenuhi jawaban dan alasan yang benar
sebanyak 11,6%. Pemahaman konsep tentang sifat-sifat cahaya yang dimiliki oleh responden
sangat rendah sekali yaitu 11,6% dan sisanya hampir 90% belum memahami konsep
(miskonsepsi).
Jawaban siswa untuk soal nomor 3a, menunjukkan bahwa jawaban benar mencapai 0% dan
alasan benar hanya mencapai 3,4%. Sedangkan jawaban salah dan alasan salah masing-masing
2,18% dan 18,4%. Jawaban tidak tahu pada soal nomor 3a ini mencapai 60,2%.
Tabel 5. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 3b (Jika antara
lampu senter dan layar diletakan plastik berwarna hijau, warna apa yang tampak pada layar?
Jelaskan!)
Jawaban
Jawaban Jawaban % Alasan % Jawaban % Alasan %
No Siswa
Guru
B S O B S O B S O B S O
1. Hijau, dan 20,1 20,1 Hijau 59, 59,1
layar karena 1
menerima lampu
sinar hijau senter
kemudian ditutupi
dipantulkan oleh plastik
warna hijau
2. Warna 16,3 16,3 Hijau, 10, 10,2
merah karena 2
karena terpengaruh
pantulan warna hijau
warna hijau kaca
3. Hijau, 16,3 16,3 Hijau, 5,7 5,7
cahaya karena
lampu kacanya
menembus hijau
warna hijau
4. Hijau, 11,6 11,6 Hijau, 4,5 4,5
plastik karena
meneruska cahaya
n warna menembus
hijau dan benang
yang lain bening
diserap
5. Warna 7 7
hitam
karena
terhalang
warna
hijau/gelap
Jawaban benar pada soal nomor 3b mencapai 65,1% dan alasan kurang lengkap mencapai 32,5%
sisanya dianggap jawaban dan alasan responden salah. Alasan kurang lengkap yang diberikan
oleh responden (guru) diantaranya adalah:
1. Warna hijau diteruskan oleh plastik dan yang lain diserap.
Jawaban dan alasan pada soal nomor 3b ini menandakan adanya pemahaman konsep yang
kurang sehingga kurang dapat memberikan alasan yang benar. Jawaban siswa untuk soal nomor
3b menunjukkan bahwa jawaban benar mencapai 79,5%, dan alasan benar 0%. Sementara itu
alasan salah mencapai 79,5%.
Tabel 6. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 4 (Pada
gambar di atas, bunyi mana yang terdengar lebih cepat? Jelaskan!)
Jawaban
Jawaban Jawaban % Alasan % Jawaban % Alasan %
No Siswa
Guru
B S O B S O B S O B S O
1. Besi lebih 18, 18, Besi 20,4 18,2 2,2
padat 6 6 merupakan
dibandingkan zat padat
udara
2. Besi, udara 9,3 9,3 Udara, 23, 23,9
terdapat karena 9
lapisan- lebih
lapisan yang leluasa
renggang dan
tidak sama
3. Besi, karena 11, 11, Udara, 19, 19,3
besi lebih 6 6 tidak tahu 3
cepat
merambatkan
bunyi
4. Udara, 9,3 9,3 Udara, 12, 12,5
partikel lebih cepat 5
udara lebih dari besi
rendah
5. Besi, 7,3 7,3
merupakan
zat perantara
Jawaban benar pada soal nomor 4 mencapai 46,5% sedangkan alasan benar hanya 18,6%. Ada
9,3% yang memberikan alasan meragukan yaitu dengan mengemukakan adanya lapisan-lapisan
udara yang seharusnya partikel/molekul-molekul udara.
Dari pola jawaban dan alasan yang tersebut 14 responden memberikan jawaban benar 55,8% dan
alasan benar sebanyak 18,6%. Perbandingan antara jawaban dan alasan yang tidak seimbang ini
menandakan kurangnya pemahaman konsep dari responden (guru).
Jawaban siswa untuk soal nomor 4 menunjukkan hawa jawaban benar mencapai 20,4%, dan
alasan benar mencapai 18,2%. Pola jawaban salah dan alasan salah masing-masing 55,7%.
Jawaban
Jawaban Jawaban % Alasan % Jawaban % Alasan %
No Siswa
Guru
B S O B S O B S O B S O
1. Magnet 11,6 11,6 Selatan, 20,4 20,4
utara tidak
karena tahu
gaya
magnet
lebih
besar
2. Sama 11, 11, Utara, 36,4 36,4
kuat 6 6 tidak
yahu
3. Utara, 11,6 11,6 Sama 13, 13,6
molekul- kuat 6
molekul
lebih
teratur
4. Bagian 11,6 11,6 Utara, 7,9 7,9
paling daya
ujung mempat
kutub lebih
kuat
5. Magnet 9,3 9,3 Sama 5,7 5,7
utara kuat,
kekuatan
besar
adalah
kutub
Untuk Soal Nomor 5 (Diantara kutub magnet Utara (U) dan kutub magnet Selatan (S), bagian
kutub manakah yang memiliki kemampuan lebih besar untuk menarik suatu benda? Mengapa
demikian?)
Jawaban benar pada soal nomor 5 mencapai 46,5% mencapai 11,6% dari 16,2%. Sedangkan
alasan benar tidak ada. Dalam hal ini jawaban dan alasan yang diberikan oleh respondn (guru)
mencapai prosentase 72,1% dan 67,4% salah, dan yang selebihnya tidak menjawab.
Jawaban siswa untuk soal nomor 5 menunjukkan bahwa jawaban benar dan alasan benar masing-
masing mencapai 19,3% dan 0%. Jawaban salah dan alasan salah masing-masing mencapai
64,7% dan 27,2%. Sedangkan alasan tidak tahu mencapai 10,8%.
Kemampuan siswa melakukan demontrasi untuk percobaan cahaya sangat baik. Hal ini
dimungkinkan karena seringnya pengetahuan yang didapat dari peristiwa sehari-hari. Sedangkan
untuk cepat rambat bunyi dan kekuatan kutub magnet terlihat sangat kecil. Hal ini dimungkinkan
karena pengetahuan tentang bunyi didominasi oleh kondisi kebiasaan yang ada di
lingkungannya. Sedangkan untuk magnet dikarenakan pengetahuan teknologi yang sangat
terbatas.
Pengalaman siswa baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap benda-benda di
lingkungannya yang erat kaitannya dengan pelajaran Fisika (IPA) di sekolah banyak dipengaruhi
oleh konsepsi siswa itu sendiri. Sebagai contoh perambatan bunyi di udara menurut pendapat
siswa lebih cepat dibandingkan dengan perambatan bunyi melalui benda padat, misalnya besi.
Konsepsi siswa terbentuk sejalan dengan pengalaman sehari-hari di mana semua aktivitas indera
pendengaran selalu dilakukan melaui udara, sedangkan bentuk-bentuk lain seperti mendengarkan
bunyi melalui benda-benda sama sekali belum dialaminya. Dalam hal ini fakta dan pengalaman
langsung siswa untuk melakukan percobaan atau demontrasi sangat diperlukan.
Mengapa benda dapat terlihat berwarna merah? Terlihatnya benda-benda berwarna merah oleh
siswa sudah merupakan hal yang biasa, karena pengalaman dan pengetahuan yang didapat
sehari-hari hampir semua siswa tidak pernah terlepas dari penglihatan benda-benda yang
berwarna baik pada siang maupun malam hari. Namun untuk menyentuh permasalahan tentang
mengapa benda itu terlihat berwarna merah, hijau, kuning, biru dan warna-warna lainnya belum
terpikirkan oleh siswa. Dengan adanya cahaya, benda-benda berwarna tersebut dapat menyentuh
pikiran siswa bahwa ada hubungan dan keterkaitannya antara peristiwa pemantulan dengan
terlihatnya warna-warna benda.
Pelajaran Fisika (IPA) memang banyak menggunakan kata-kata asing yang sering dikemukakan
oleh pakar-pakar Fisika (IPA), misalnya dalam mata pelajaran Fisika (IPA) di SD, kata-kata
tersebut antara lain.
Banyak sekali kata-kata asing yang digunakan sehari-hari dalam pelajaran Fisika (IPA) yang
sulit dimengerti oleh siswa. Oleh sebab itu untuk mengatasinya semua kata asing dalam buku
pelajaran Fisika harus ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya fokus
(focus), refleksi (reflection), yang menyulitkan bagi siswa SD.
Sebaiknya kata-kata asing diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dimengerti
oleh siswa. Demikian juga keterangan dari guru akan memberikan penguatan konsep pada siswa.
Lingkungan juga dapat mempengaruhi konsep siswa. Jika siswa atau guru berasa dalam
lingkungan masyarakat yang mempunyai pendidikan rendah, maka siswa atau anak tersebut akan
terhambat untuk mengenal teknologi modern. Lingkungan masyarakat yang mempunyai
pendidikan yang cukup baik (tinggi) akan lebih memudahkan pengenalan dan penguasaan
teknologi yang ada. Kondisi siswa akan menjadi lebih diperparah jika selama di sekolah
pelajaran Fisika (IPA) kegiatan laboratorium yang dibimbing langsung oleh guru tidak atau
sedikit sekali dilakukan. Sebab lingkungan dan sekolah sangat berperan dalam memberikan
informasi yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Miskonsepsi yang ada pada guru akan mempunyai dampak memperkuat konsepsi awal yang
salah dari siswa. Konsep yang salah yang dimiliki oleh siswa akan diyakini kebenarannya oleh
penguatan dari guru yang salah. Misalnya konsep tentang pemantulan cahaya dari sampel
jawaban guru didapatkan bahwa 37,2% dari bahan ajar dikuasai dengan baik, sedangkan siswa
hanya mencapai 17%. Guru sebagai narasumber khususnya pelajaran Fisika (IPA) harus
memberikan dan menjelaskan konsep yang benar pada siswa, sehingga teori siswa yang salah
dan telah tertanam dalam pikirannya tidak berkembang.
PENUTUP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat miskonsepsi siswa SD terhadap pelajaran Fisika
(IPA) cukup tinggi. Pengalaman siswa SD tentang fenomena alam yang telah membentuk
instuisi dan teori siswa sangat mendominasi proses pembelajaran Fisika (IPA) yang belum tentu
benar namun sulit untuk diperbaiki.
Sedangkan miskonsepsi yang terdapat pada guru maupun siswa dari tiga konsep yang ada cukup
tinggi dengan perincian:
1. Guru menjawab soal dengan benar rata-rata mencapai 49,2% dan hanya memberikan alasan
jawaban dengan benar sebesar 22,5%.
2. Siswa menjawab soal dengan benar rata-rata mencapai 38,4% dan hanya memberikan alasan
jawaban dengan benar sebesar 12,3%.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini perlu dipikirkan dan ditindaklanjuti oleh guru dan
pakar dalam pendidikan di SD, khususnya para pakar Fisika dengan harapan dapat ditemukan
cara-cara untuk mengatasi adanya miskonsepsi guru dan siswa di SD.
DAFTAR PUSTAKA
Andrerson, B; & Karrquist, C. (1981). Light and its properties. EKNA Report 8, Molural,
Sweden: Departement of Educational Research, University of Gothenberg.
Diknas. (1979). Konsep IPA terpilih di Sekolah Dasar: Kesalahan yang sering dijumpai dan
saran penyelesaiannya. Jakarta: Dikdasmen Seqip.
Gilbert, J.K. & Watt, D.U. (1983). Concepts, misconceptions and alternative conceptions.
Changing Perspectivesm Science Education 10. 61-98.
Van den Berg, E. (1989). Salah konsep dan pengolahan data dalam otak manusia. Krisis 3(3). 52-
62.
Van den Berg, E. (1991) Miskonsepsi fisika dan remidiasi. Salatiga, Indonesia: Universitas
Kristen Satya Wacana.
Tugas I
1. Pada bagian pendahuluan penulis sudah baik dalam menjelaskan maskud artikel ini. Sudah
sesuai dengan penjelasan judul artikel ini. Akan tetapi penguraian materi tentang judul artikel
ini masih kurang lengkap atau terlalu singkat. Hubungan antar kalimat pada bagian
pendahuluan sudah sinkron dan pembaca sudah bias memahami penjelasan dari artikel ini.
Metode yang akan digunakan dalam pengambilan sampel dan data pada peneltian ini juga
sudah tercantum pada bagian pendahuluan artikel ini.
2. Pada hasil dan pembahasan, penulis telah menjabarkan hasil penelitian dengan baik sehingga
hasil dari penelitian telah sesuai dengan permasalahan yang ada pada artikel ini yaitu
menunjukkan tingkat miskonsepsi siswa SD dalam pelajaran fisika (IPA). Di samping itu
analisis data penelitian juga telah tercantum pada artikel ini sehingga terlihat jelas proses
untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini. Pada bagian hasil dan pembahansan penulis juga
telah menjabarkan bagaimana pengaruh pengalaman siswa SD dalam terjadinya miskonsepsi
fisika. Sehingga penjabaran hasil penelitian sudah sangat baik karna telah menjawab
permasalahan pada artikel ini. Penulisan hasil baik dalam penggunaan kata-kata atau dalam
penggambaran table masih belum begitu baik atau penyusunan kata belum begitu baik.
3. Bagian kesimpulan dalam artikel ini belum lengkap karena penulis hanya menyimpulkan
bagaimana tingkat konsepsi siswa dan guru dalam pelajaran fisika (IPA) dan tidak
menuliskan kesimpulan tentang artikel ini yaitu pengaruh pengalaman anak dalam terjadinya
miskonsepsi fisika. Sehingga pembaca masih belum jelas mengetahui bagaiman sebenarnya
pengaruh pengalaman anak dalam terkjadinya miskonsepsi fisika.
4. Teknik penulisan daftar pustaka sudah baik dan benar karena telah mengikuti cara penulisan
daftar pustaka yang baik dan benar.
Tugas II
a. Saya memilih artikel ini karena artikel ini sangat menarik dan sangat penting. Artikel ini
membicarkan tentang miskonsepsi siswa SD terhadap mata pelajaran fisika (IPA). Dalam
artikel ini dibahas tentang bentuk-bentuk miskonsepsi siswa SD terhadap pelajaran fisika
(IPA), penyebab terjadinya miskponsepsi dan pengaruh pengalaman anak dalam terjadinya
miskonsepsi fisika. Nah, hal ini sangat perlu diketahui oleh guru-guru fisika (IPA) dan calon
guru karena bisa menjadi pembelajaran sehingga pada saat pembelajaran guru maupun calon
guru mengetahui bagaimana bentuk miskonsepsi fisika dan apa penyebabnya. Selain itu,
artikel ini berisikan tentang miskonsepsi siswa terhadap pelajaran fisika dimana sampelnya
adalah siswa SD. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang duduk di bangku sekolah dasar pun
sudah memiliki pemahaman-pemahaman awal tentang fisika yang belum dipelajari di
sekolah yang didapat dari pengalaman-pengalamn siswa tersebut. Yang kebanyakan
pemahaman awal tersebut menjadi miskonsepsi karena bertentangan dengan konsep atau
pemahaman yang sebenarnya. Dan yang lebih menariknya lagi adalah sampel dari penelitian
pada artikel ini tidak hanya siswa SD tetapi juga guru mata pelajaran juga ikut diteliti. Artikel
ini juga menggambarkan bagaimana penguasaan guru fisika terhadap konsep fisika yang
sebenarnya. Hal-hal inilah yang membuat artikel ini sangat menarik.
b. Artikel ini sangat penting karena melalui artikel ini siswa, guru, dan calon guru bisa
mengetahui gambaran-gambaran miskonsepsi siswa dan pengaruh pengalaman anak dalam
terjadinya miskonsepsi fisika. Yang mana ini akan menjadi perbaikan guru dalam
menyampaikan materi fisika (IPA) dengan baik dan mengetahui permasalahan-permasalahan
siswa yang sulit dalam memahami konsep yang sebenarnya karena siswa selalu ingin
mempertahankan pemahaman awal mereka yang menjadi miskonsepsi. Hasil yang
didapatkan dalam penelitian ini perlu dipikirkan dan ditindaklanjuti oleh guru dan pakar
dalam pendidikan di SD, khususnya para pakar Fisika dengan harapan dapat ditemukan cara-
cara untuk mengatasi adanya miskonsepsi guru dan siswa di SD.
c. Pokok pikiran
Dalam pendidikan khususnya pendidikan dasar, baik yang ada di dalam negeri maupun
yang ada di luar negeri pembelajaran fisika (IPA) selalu mendapatkan hasil yang
mengecewakan
Perbedaan pemahaman siswa yang terbentuk dari pengalamannya dengan pemahaman
yang sebenarnya yang disampaikan guru menyebabkan siswa tetap bertahan dengan
pendapatnya sendiri sehingga menimbulkan miskonsepsi
d. Soal-soal
Soal Pilihan Berganda
1. Miskonsepsi dapat terjadi karena ada gagasan atau ide yang didasarkan pada
pengalaman yang tidak relevan. Pernyataan ini merupakan pendapat dari….
a. Amin
b. Aristoteles
c. Iowi
d. Uludotun
Jawaban : A
2. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian pada artikel ini adalah…
a. Accidental Sampling
b. Quota Sampling
c. Stratified Sampling
d. Cluster Random Sampling
Jawaban : C
3. Teknik pengambilan data pada penelitian dalam artikel ini dilakukan dengan cara…
a. Quitioner
b. Wawancara, pemberian tes, demonstrasi
c. Pre-test, treatment, post-test
d. Pemberian tes, wawancara
Jawaban : B
Soal Essay
Sebutkanlah hal-hal yang menjadi sumber miskonsepsi di Nigeria menurut Iowi dan
Uludotun!
Jawaban
1. buku pelajaran ditulis dalam bahasa Inggris (yang merupakan bahasa kedua);
2. sebagian siswa berasal dari lingkungan yang tidak berpendidikan dan tidak mengenal
teknologi modern. Pengetahuan dan pengalaman ilmiah dan teknologi siswa sangat
terbatas, begitu pula pengalaman yang diperolehnya di sekolah atau laboratorium;
3. miskonsepsi ada pula pada guru.