You are on page 1of 19

2.

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pajak


2.1.1 Definisi Pajak
Ada berbagai macam definisi pajak yang dikemukakan, salah satunya
menurut asas communis opinio doctorum sebaik-baiknya suatu definisi adalah bila
ia memuat semua ciri yang melekat pada pengertian yang akan dibuatkan
pembatasannya. Maka setidak-tidaknya, dari berbagai macam definisi yang
dikemukakan tersebut, karenanya, sudah mendekati kesempurnaan.
Definisi pajak menurut Dr.Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya
menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang
dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum.
Prof.Dr.Rochmat Soemitro menyatakan definisi pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin
dan ‘surplusnya’ digunakan untuk ‘public saving’ yang merupakan sumber utama
untuk membiayai ‘public invesment’.
Sedangkan menurut Prof.Dr.P.J.A Adriani definisi pajak adalah iuran
kepada negara, yang dapat dipaksakan, yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapat imbalan prestasi yang
langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Definisi lain mengenai pajak yang dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat
adalah sebagai berikut:

“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan

24

Universitas Kristen Petra


ke kas negara sebagai suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik
dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.”

Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan tentang ciri-ciri yang
melekat pada pengertian pajak:
1).Pajak dipungut oleh negara berdasarkan Undang-undang. Yang berhak
melakukan pemungutan pajak adalah negara, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Berdasar Undang-undang berarti walaupun negara mempunyai
hak memungut pajak, namun pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan dari
wakil-wakil rakyat dengan menyetujui Undang-undang. Berdasar pada Undang-
undang juga berarti pemungutan pajak dapat dipaksakan.
2).Tanpa imbalan atau kontra prestasi individu yang dilakukan pemerintah.
Berarti bahwa imbalan tersebut tidak diperuntukkan bagi masyarakat secara
individual dan tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak.
Imbalan dari negara kepada masyarakat secara individual. Penyelenggaraan
pemerintah secara umum merupakan kontra prestasi dari negara.
3).Diperuntukkan bagi pengeluaran rutin pemerintah, baik yang sifatnya rutin
maupun untuk pembangunan.
4).Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang.
5).Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter yaitu mengatur.

2.1.2 Fungsi Pajak


Pajak memiliki fungsi yang tidak terlepas dari tujuan pajak. Sementara
tujuan pajak tidak terlepas dari tujuan negara. Dengan demikian tujuan pajak itu
harus diselaraskan dengan tujuan negara yang menjadi landasan tujuan
pemerintah. Oleh karena itu tujuan dan fungsi pajak tidak mungkin terlepas dari

24

Universitas Kristen Petra


tujuan dan fungsi negara yang mendasarinya.
Dari pengertian dan ciri-ciri pajak diperoleh suatu kesan seolah
pemerintah atau negara memungut pajak semata-mata untuk mendapatkan uang
atau sumber-sumber dari swasta untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Padahal sebenarnya pemungutan pajak memiliki dua fungsi yaitu:
1).Fungsi Budgetair atau Fungsi Finansial
Yaitu fungsi pajak untuk memasukkan uang ke kas negara. Atau dengan kata lain
fungsi pajak sebagai sumber penerimaan negara dan digunakan untuk pengeluaran
negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Fungsi pajak
yang demikian sudah ada sejak permulaan adanya pajak.
2).Fungsi Non Budgetair atau Fungsi Regulerend
Muncul dalam sejarahnya di sekitar permulaan abad 19 yang hampir bersamaan
dengan pertumbuhan dan perkembangan negara hukum modern atau type de
modern rechtstaat, yang tujuannya adalah mengadakan realisasi kemakmuran
(welfare) masyarakat atau rakyat secara keseluruhan. Dalam konteks ini, pajak
dimaksudkan sebagai usaha pemerintah untuk turut campur tangan dalam hal
mengatur dan, bilamana perlu, mengubah susunan pendapatan dan kekayaan
sektor swasta.

2.1.3 Penerimaan Pajak


Penerimaan negara melalui sektor pajak dibagi-bagi menurut golongan, sifat,
maupun menurut lembaga pemungut dari pajak tersebut. Setiap pembagian
penerimaan pajak ini mempunyai fungsi yang berlainan. Selain sekedar menjadi
alat untuk memudahkan pekerjaan dalam praktiknya, ada juga fungsi pembagian
pajak untuk tujuan ilmiah. Pembagian dalam penerimaan pajak itu antara lain
sebagai berikut:
1. Menurut golongannya:

24

Universitas Kristen Petra


Menurut golongannya penerimaan pajak dibagi menjadi penerimaan melalui pajak
langsung dan pajak tak langsung. Pajak langsung berarti pajak yang bebannya
harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak boleh
dibebankan kepada Wajib Pajak lainnya. Sedangkan pajak tak langsung berarti
pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau yang biasanya
disebut sebagai konsumen. Contoh pajak langsung adalah Pajak Penghasilan
(PPh) sedangkan contoh dari pajak tak langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), bea meterai, serta bea balik nama.
2. Menurut sifatnya:
Penerimaan pajak menurut sifatnya dibedakan menjadi pajak subyektif dan pajak
obyektif. Pajak subyektif berarti pajak yang memperhatikan keadaan pribadi
Wajib Pajak yang menjadi pemikul beban pajak tersebut. Pajak subyektif ini
contohnya adalah Pajak Penghasilan orang pribadi. Sedangkan pajak obyektif
berarti pajak yang melihat pertama-tama pada obyek dari pajak tersebut yang
menyebabkan timbulnya kewajiban pajak tersebut.
3. Menurut lembaga pemungutnya:
Menurut lembaga pemungutnya penerimaan pajak dibagi menjadi pajak negara
atau pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak dipungut oleh
pemerintah pusat melalui departemen keuangan. Pajak pusat ini yang pertama
meliputi pajak yang dipungut Dirjen Pajak antara lain PPh, PPN (untuk
penyerahan lokal), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bea meterai, dan bea lelang.
Yang juga termasuk pajak pusat adalah pajak yang dipungut Dirjen Bea Cukai.
Untuk pajak daerah, dipungut oleh daerah-daerah yang meliputi pajak tingkat
propinsi, pajak tingkat kabupaten atau kotamadya, serta macam-macam pajak
yang lainnya.

2.1.4 Wajib Pajak

24

Universitas Kristen Petra


2.1.4.1 Definisi Wajib Pajak
Sesuai dengan Undang-undang nomor 6 tahun 1983 sebagaimana yang
telah diubah dengan nomor 9 tahun 1994 dan Undang-undang nomor 16 tahun
2000 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (Undang-undang KUP)
Pasal 1 ayat (1) pengertian Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
tertentu. Dengan demikian, berarti Wajib Pajak dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.
Sedangkan pengertian “badan” sebagaimana diatur dalam Undang-undang
KUP adalah sebagai berikut:

“Sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara
atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan
lainnya termasuk reksadana.”

2.1.4.1 Kewajiban Wajib Pajak


Kewajiban perpajakan Wajib Pajak badan maupun perseorangan sesuai
dengan Undang-undang KUP antara lain adalah:
1. Wajib mendaftarkan diri kepada KPP terdekat untuk mendapatkan NPWP.
2. Wajib mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap dan jelas.
3. Wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang melalui kantor pos atau
bank persepsi yang ditunjuk.
Sehubungan dengan pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak untuk
melaporkan SPTnya, setiap pelaksanaan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang

24

Universitas Kristen Petra


berlaku akan dikenakan denda atau sanksi. Menurut Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 948/KMK.04/1994, batas waktu penyampaian SPT
Masa adalah sebagai berikut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1. Batas Akhir Penyampaian SPT Masa

Jenis SPT Masa Batas Penyampaian Terakhir


PPh Pasal 21 Tanggal 20 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak
berakhir.
PPh Pasal 22-Bendaharawan Empat belas (14) hari setelah akhir masa pajak.
PPh Pasal 22-Bea Cukai Tujuh (7) hari setelah pembayaran.
PPh Pasal 22-Badan tertentu Tanggal 20 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak
berakhir.
PPh Pasal 23/26 Tanggal 20 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak
berakhir.
PPh Pasal 25 Tanggal 20 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak
berakhir.
PPN/PPnBM-PKP Tanggal 20 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak
berakhir.
PPN/PPnBM-Bendaharawan Empat belas (14) hari setelah akhir masa pajak.
PPN/PPnBM-Bea Cukai Tujuh (7) hari setelah pembayaran.

(Sumber: Achmad Tjahjono dan Muhammad Fakri Husein, 2000, hal.65)

Sedangkan batas waktu kewajiban perpajakan Wajib Pajak dalam hal

24

Universitas Kristen Petra


penyampaian SPT tahunannya dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2. Batas Akhir Penyampaian SPT Tahunan

Jenis Pajak Batas Waktu Penyampaian SPT


Tanggal 31 bulan ketiga setelah tahun
SPT PPh Tahunan pajak atau bagian tahun pajak.

Tanggal 31 bulan ketiga setelah tahun


SPT PPh Pasal 21 Tahunan pajak atau

(Sumber: Achmad Tjahjono dan Muhammad Fakri Husein, 2000, hal.65)

Wajib Pajak, sesuai ketentuan Undang-undang Pajak yang berlaku, akan


dikenai sanksi jika tidak menyampaikan atau terlambat menyampaikan SPTnya,
baik Masa maupun Tahunan. Sanksi yang akan diberikan adalah:
a.Jika SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang KUP No.16/2000
atau batas waktu perpanjangan SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4)
Undang-undang KUP No.16/2000, akan dikenakan sanksi administrasi berupa
denda untuk SPT Masa sebesar Rp.50.000 (lima puluh ribu rupiah), dan untuk
SPT Tahunan sebesar Rp.100.000 (seratus ribu rupiah). Pengenaan sanksi
administrasi berupa denda ini tidak dilakukan terhadap Wajib Pajak tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Misalnya Wajib Pajak non
efektif dan Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilan neto-nya di bawah jumlah
Penghasilan Tidak Kena Pajak.
b.Karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya

24

Universitas Kristen Petra


tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara; akan
diberikan sanksi berupa sanksi pidana kurungan paling lama satu tahun dan atau
denda paling tinggi dua kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar (Pasal 38 Undang-undang KUP).
c.Tidak menyampaikan atau menyampaikan dengan sengaja SPT tidak benar,
akan diberikan sanksi pidana penjara maksimal enam tahun dan denda paling
tinggi empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar berdasar
Pasal 39 ayat (1) huruf b dan c Undang-undang PPh No.16/2000.
Setelah Wajib Pajak melaporkan SPTnya, kewajiban yang juga harus
dipenuhi adalah membayar pajak yang terutang kepada kas negara, sesuai jumlah
yang tercantum dalam SPT tersebut. Pembayaran pajak terutang ini dilakukan
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Batas waktu penyetoran pajak
terutang ini diatur dalam Pasal 9 Undang-undang KUP dan Keputusan Menteri
Keuangan No.948/KMK/04/1994. Jenis pajak dan batas waktu penyetorannya
dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Jenis Pajak dan Batas Waktu Pembayarannya


Jenis Pajak Batas Waktu Pembayaran Pajak
PPh Pasal 21 Tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak
Berakhir
PPh Pasal 22-Bendaharawan Tanggal yang sama dengan pembayaran rekanan
PPh Pasal 22-Impor Devisa Sebelum penebusan barang
PPh Pasal 22-Impor Bea Cukai Sehari setelah pemungutan
PPh Pasal 22-Badan tertentu Tanggal 15 bulan berikutnya
PPh Pasal 23/26 Tanggal 10 bulan berikutnya
PPh Pasal 25 Tanggal 15 bulan berikutnya
PPN/PPnBM-PKP Tanggal 15 bulan berikutnya
PPN/PPnBM-Bendaharawan Tanggal 7 bulan berikutnya

24

Universitas Kristen Petra


PPN/PPnBM-Impor Sebelum penebusan barang
PPN/PPnBM-Bea Cukai Sehari setelah pemungutan

(Sumber: KMK No.948/KMK/04/1994, diolah)

2.1.5 Kepatuhan Wajib Pajak


Kepatuhan menurut arti katanya berarti sifat patuh; keadaan taat. Berasal
dari kata dasar patuh yang berarti suka menurut perintah; taat kepada perintah atau
aturan; berdisiplin.
Kepatuhan dalam hal perpajakan berarti keadaan Wajib Pajak yang
melaksanakan hak, dan khususnya kewajibannya, secara disiplin, sesuai peraturan
perundang-undangan serta tata cara perpajakan yang berlaku. Kriteria Wajib Pajak
dikatakan patuh, yakni tepat waktu dalam membayar pajak, tidak mempunyai
tunggakan pajak, dan pengisian SPT mendekati kebenaran, atau tidak melenceng
jauh daripada semestinya. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dicerminkan dengan
membandingkan jumlah SPT yang diterbitkan dan dikirim ke Wajib Pajak,
terhadap SPT yang dilunasi atau dibayar oleh Wajib Pajak.
Pemberian sanksi akan dikenakan kepada pelanggar ketentuan perpajakan
dimaksudkan untuk mencegah tingkah laku yang tidak dikehendaki sehingga akan
tercipta kepatuhan yang lebih baik dari Wajib Pajak.

2.1.6 Penyuluhan Perpajakan


2.1.6.1 Pengertian, Falsafah dan Tujuan Penyuluhan
Penyuluhan pada mulanya adalah suatu metode pengajaran untuk orang-
orang yang tidak mampu mengikuti pelajaran di dalam kampus Universitas
Cambridge. Metode pengajaran dengan berkeliling dari kota ke kota ini dipelopori
oleh Richard Moulton, seorang staf pengajar dari Universitas Cambridge. Jadi

24

Universitas Kristen Petra


pada mulanya penyuluhan merupakan salah satu metode pengajaran sebagai
perluasan fasilitas universitas.
Metode pengajaran penyuluhan ini menggambarkan empat elemen umum
dalam program penyuluhan modern yaitu pengetahuan yang akan diajarkan,
adanya orang yang akan dilayani, pusat organisasi penyuluhan, serta adanya
penyuluh.
Dengan semakin meluasnya penggunaan penyuluhan, terutama di negara-
negara berkembang, menjadikan penyuluhan bukan hanya bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, tetapi juga menjadi salah satu cara untuk membangun
manusia sebagai sasaran utama dari pembangunan secara umum. Pembangunan
secara fisik dan ekonomi tidak akan banyak berarti jika tidak disertai dengan
pembangunan manusianya, karena hasil pembangunan ekonomi maupun fisik
merupakan hasil dari pembangunan manusia itu sendiri. Berdasarkan hal ini, maka
falsafah dari penyuluhan dilandasi oleh tiga hal berikut ini:
1. Penyuluhan merupakan suatu proses pendidikan
Setiap orang yang diberikan kesempatan yang sama dalam suasana bebas dan
diberi dorongan serta pendidikan yang memadai akan dapat bersaing dengan
tingkat kemajuan yang baik. Pendidikan itu sendiri adalah suatu proses untuk
membawa perubahan yang sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan oleh
seseorang ataupun masyarakat. Perubahan tingkah laku yang diharapkan itu
meliputi perubahan tentang apa yang diketahui, perubahan tentang apa yang
dipikir yaitu sikap, perubahan apa yang dapat dilakukan yaitu keterampilan, serta
perubahan tentang apa yang sebenarnya dapat dilakukan yaitu motivasi. Keempat
hal inilah yang menjadi faktor penting untuk membangun diri manusia. Sehingga
apa yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan dipandang sebagai suatu proses
pendidikan yang akan membawa perubahan sesuai dengan tingkah laku yang
diharapkan.

24

Universitas Kristen Petra


2. Penyuluhan merupakan proses demokrasi
Penyuluhan dilakukan tidak dengan paksaan. Penyuluh hanya memberikan
dorongan untuk melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan penyuluhan.
Dorongan ini akan membantu meletakkan dasar yang kokoh bagi suatu
demokrasi.
3. Penyuluhan merupakan proses yang terus-menerus (kontinu)
Penyuluhan dimulai dari kondisi awal dari yang disuluh dan secara bertahap
dilakukan untuk mencapai kondisi yang ingin dicapai.
Dengan adanya penyuluhan, yang diharapkan dapat terjadi adalah
perubahan dari diri manusia dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.
Untuk mencapai tujuan ini dari dalam diri yang disuluh harus terdapat kemauan
melakukan tindakan nyata yang sistematis dan bertahap, yang untuk
melakukannya diperlukan perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari
yang disuluh secara terus-menerus.
Sasaran dari penyuluhan adalah penyebaran informasi yang bermanfaat
dan prakis bagi masyarakat tertentu. Dengan demikian penyuluhan merupakan
jembatan penghubung antara sumber pengetahuan dan masyarakat yang disuluh.
Hal ini juga berarti bahwa antara sumber pengetahuan (penyuluh) dengan praktisi
(masyarakat yang disuluh) harus ada komunikasi dua arah melalui jembatan yang
menghubungkan yaitu pelayanan penyuluhan.

2.1.6.2 Definisi Penyuluhan Perpajakan


Penyuluhan atau counseling, salah satu teknik yang sangat penting
diantara teknik-teknik bimbingan lainnya, didefinisikan sebagai proses menolong
orang supaya dapat mengatasi persoalan-persoalannya dan menambah
penyesuaian dirinya melalui wawancara (interview) serta sifat-sifat hubungan
yang lain antara orang dengan orang, misalnya dengan membuat orang yang

24

Universitas Kristen Petra


ditolong tadi dapat merasa bebas dan senang (on his ease). Sedangkan penyuluh
atau konseler adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk memberikan
penyuluhan atau socialization. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
penyuluhan, dengan kata dasar suluh; berarti pengintaian, penyelidikan, atau
penerangan.
Penyuluhan perpajakan yang dilakukan oleh KP4 adalah merupakan suatu
sistem penyampaian informasi dan bimbingan perpajakan berkesinambungan
yang adalah ujung tombak dalam pelaksanaan Self Assesment System agar
masyarakat tergugah dan sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2.1.6.3 Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan


Tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak untuk melaksanakan sebagian
tugas utama Departemen Keuangan di bidang penerimaan negara yang berasal
dari pajak, ditunjang dengan dibentuknya organisasi yang mapan dan handal,
dalam hal pembagian wewenang dan tugas untuk mencapai tujuannya.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang semakin pesat maka
dalam organisasi Direktorat Pajak dibentuk KPP yang dibawahi oleh masing-
masing Kantor Wilayah, sebagai sarana untuk berhubungan secara langsung
dengan masyarakat Wajib Pajak. KPP sebagai unsur pelaksana Direktorat Jenderal
Pajak, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan
perpajakan dalam daerah wewenangnya masing-masing.
Guna mendukung suksesnya tugas KPP, dan melihat bahwa penyuluhan
merupakan salah satu fungsi Direktorat Jenderal Pajak sebagai fiskus untuk
memberikan bimbingan, pembinaan, pelayanan dan pengawasan kepada
masyarakat Wajib Pajak; maka dibentuk KP4 yang bertugas sebagai pelaksana
penyuluhan perpajakan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala KPP. KP4 mempunyai tugas antara lain melakukan urusan

24

Universitas Kristen Petra


penyuluhan, pelayanan konsultasi perpajakan kepada masyarakat, pengamatan
potensi perpajakan wilayah, pembuatan monografi pajak, dan membantu KPP
serta KPPBB dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
KPP membawahi kelompok Tenaga Fungsional Penyuluhan Perpajakan,
berdasarkan beban kerja. Adapun tipe dan jumlah KPP adalah:
1). Kantor Penyuluhan Pajak tipe A, sebanyak 109 kantor
2). Kantor Penyuluhan Pajak tipe B, sebanyak 213 kantor
Selain dibentuknya KPP tersebut di atas, juga telah didirikan Kantor
Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan yang diklasifikasikan sebagai berikut:
1). Kantor Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan tipe A, sebanyak 89 kantor
2). Kantor Penyuluhan Pajak Bumi dan Bangunan tipe B, sebanyak 115 kantor

2.1.6.4 Aspek Sosial Budaya Masyarakat dalam Penyuluhan


Kegiatan penyuluhan selalu terkait dengan masyarakat yang disuluh.
Mayarakat inilah yang juga menentukan berhasil tidaknya penyuluhan yang
dilakukan. Untuk itulah diperlukan pemahaman tentang bagaimana sruktur
masyarakat yang menjadi objek dalam penyuluhan.
Lain ladang lain belalang. Adalah suatu kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap masyarakat di wilayah yang berbeda pasti memiliki
budaya dan kebiasaan yang berbeda. Salah satu kelemahan besar pelayanan
penyuluhan adalah kurangnya perhatian terhadap aspek sosial dan budaya. Dalam
proses penyuluhan yang selalu menjadi titik berat adalah petugas penyuluhan
yang up to date dan kompeten melakukan tugasnya. Padahal penyuluhan yang
berhasil juga ditentukan dari bagaimana penerimaan masyarakat terhadap apa
yang disuluhkan. Selain itu, masyarakat yang disuluh harus dapat mengerti dan
mampu melaksanakan apa yang telah disuluhkan. Berarti bahwa bukan hanya
pengertian dan kemampuan dari segi fisik dan finansial tetapi juga dari segi sosial

24

Universitas Kristen Petra


dan budaya.
Salah satu cara untuk mencoba mengatasi hal ini, instansi penyuluhan
dapat melakukan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat objek penyuluhan,
baik berupa pendekatan fisik maupun pendekatan lainnya. Dari pendekatan-
pendekatan ini diharapkan akan didapatkan pemahaman tentang bagaimana
struktur sosial dan budaya masyarakat objek penyuluhan, yang akan
mempermudah proses penyuluhan sehingga materi penyuluhan maupun petugas
penyuluhan akan diterima lebih baik oleh masyarakat objek penyuluhan.
Penyuluhan juga harus melibatkan masyarakat untuk dapat membina proses
partisipasi dari komunikasi yang dilakukan sehingga dapat diperoleh feedforward
yang baik dari masyarakat.

2.1.6.5 Pelaksanaan Penyuluhan Perpajakan


Agar penyuluhan perpajakan yang dilakukan mencapai sasaran yang
diharapkan, maka pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan berdasarkan
standar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Standardisasi penyuluhan
perpajakan ini membagi tahapan penyuluhan perpajakan menjadi:
1).Tahap pertama adalah tahap analisa rencana penyuluhan yang disajikan berupa
panduan data awal keadaan Wajib Pajak, kepatuhan serta penerimaan pajak
sebelum dilakukannya penyuluhan perpajakan oleh KP4.
2).Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan
harus dilaksanakan berdasarkan analisa rencana penyuluhan yang telah disusun
oleh masing-masing KPP. Metode penyuluhan yang dilaksanakan adalah
berdasarkan cara penyampaian, apakah itu metode penyuluhan secara langsung
ataupun penyuluhan secara tidak langsung.
3).Tahap yang terakhir adalah tahap evaluasi. Evaluasi yang dilakukan terhadap
penyuluhan perpajakan pada umumnya dilakukan terhadap pelaksanaan

24

Universitas Kristen Petra


penyuluhan saja, seperti evaluasi terhadap materi yang disampaikan atau
performance petugas yang memberikan penyuluhan. Pada saat ini evaluasi yang
dilakukan hanya berdasarkan pada data kuantitatif saja, yaitu berupa rasio
perbandingan antara rencana volume penyuluhan dengan realisasi volume
penyuluhan.

2.1.6.6 Metode Penyuluhan Perpajakan


Berdasarkan cara penyampaiannya, metode penyuluhan perpajakan dibagi
menjadi dua yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung,
berarti penyuluhan perpajakan dilakukan dengan berhadapan atau bertatap muka,
maupun tanpa tatap muka dimana antara penyuluh dan yang disuluh terjadi suatu
komunikasi interaktif pada waktu yang bersamaan. Bentuk penyuluhan
perpajakan secara langsung ini misalnya penyuluhan dalam bentuk ceramah,
diskusi, seminar, wawancara, tanya jawab, ataupun siaran interaktif di media
elektronik. Metode penyuluhan perpajakan secara langsung dilaksanakan apabila
berdasarkan analisis rencana penyuluhan, sektor yang harus disuluh termasuk
pada skala prioritas pertama atau minimal prioritas kedua pada analisis rencana
penyuluhan masing-masing KPP.
Adapun metode penyuluhan perpajakan tidak langsung dilaksanakan
dengan menggunakan media, dimana antara penyuluh antara yang disuluh tidak
terjadi komunikasi interaktif.

2.1.6.7 Materi Penyuluhan Perpajakan


Materi dalam penyuluhan perpajakan adalah berupa ketentuan perundang-
undangan perpajakan termasuk pengertian dan pemahaman dasar perpajakan.
Misalnya pengertian tentang pajak, mengapa harus membayar pajak, serta
pemanfaatan pajak dalam pembiayaan negara. Penyampaian materi-materi ini

24

Universitas Kristen Petra


diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak,
serta melaksanakan kewajiban perpajakannya. Jika akan diberikan secara
langsung, maka materi penyuluhan perpajakan disusun dalam bentuk tulisan atau
makalah yang nantinya akan disampaikan kepada peserta penyuluhan dan
dipersiapkan pula dalam bentuk transparansi. Dan apabila materi penyuluhan
perpajakan akan diberikan secara tidak langsung, maka materi yang akan
disampaikan disesuaikan dengan media yang dipilih.

2.1.6.8 Tujuan Penyuluhan Perpajakan


Tujuan penyuluhan perpajakan secara khusus adalah mendorong kesediaan
dan kepatuhan Wajib Pajak untuk membayar pajak. Melalui penyuluhan
perpajakan diharapkan pula pengetahuan dan kesadaran masyarakat Wajib Pajak
untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban perpajakannya semakin
meningkat. Dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya, diharapkan jumlah Wajib Pajak
yang terdaftar di suatu KPP juga semakin meningkat. Masyarakat yang dulunya
enggan untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak menjadi sadar dan mau
mendaftarkan dirinya. Demikian halnya dengan Wajib Pajak yang telah tercatat
sebagai Wajib Pajak semakin sadar untuk meningkatkan kepatuhannya dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu


Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan adalah Evaluasi terhadap Media Alternatif yang Tepat dalam Rangka
Sosialisasi Peraturan Perpajakan oleh saudara Dedy Triyono. Penelitian ini
mendeskripsikan tentang bagaimana persepsi masyarakat tentang pajak 10% yang
dikenakan atas pembelian makanan dan minuman di restoran fast food. Ternyata

24

Universitas Kristen Petra


sebagian besar dari responden penelitian tersebut berpikiran bahwa pajak tersebut
adalah PPN, padahal sebenarnya pajak yang dibayar masyarakat tersebut adalah
Pajak Pembangunan atau lebih dikenal sebagai PP1. Yang sebagai
kesimpulannya, menurut penelitian tersebut pemerintah belum mengopimalkan
usaha-usaha dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Pemerintah secara tidak langsung juga belum mencapai sasarannya dalam
melakukan sosialisasi peraturan perpajakan kepada masyarakat.
Penelitian tersebut juga mencoba mencari media sosialisasi apa yang
paling tepat menurut masyarakat untuk sosialisai peraturan perpajakan. Dan hasil
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dari pendapat para responden
menyarankan media televisi yang lebih baik digunakan dalam rangka sosialisasi
peraturan perpajakan. Padahal selama ini mereka mengetahui peraturan
perpajakan dari media surat kabar.
Penelitian tersebut memiliki kaitan dengan penelitian ini yaitu persamaan
tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh proses sosialisasi peraturan
perpajakan terhadap pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kewajiban
dan hak perpajakannya.

2.3 Kerangka Berpikir


Penyuluhan secara umum merupakan suatu proses pendidikan yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan. Proses pendidikan yang dimaksud
disini adalah suatu proses untuk membawa perubahan yang sesuai dengan tingkah
laku yang diharapkan oleh seseorang atau institusi tertentu. Perubahan ini antara
lain meliputi perubahan tentang apa yang diketahui, perubahan tentang apa yang
dipikir, perubahan tentang apa yang dapat dilakukan (keterampilan), perubahan
tentang apa yang sebenarnya dapat dilakukan (motivasi). Perubahan-perubahan ini

24

Universitas Kristen Petra


adalah bagian dari membangun diri manusia.
Pelaksanaan self assessment system dalam perpajakan menitikberatkan
pada peran aktif dari masyarakat untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
dan agar pelaksanaan kewajiban tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan
benar, maka aparat pajak diharapkan dapat memberikan bimbingan, pembinaan,
pelayanan dan pengawasan kepada Wajib Pajak. Disinilah peran penyuluhan
perpajakan sebagai proses pendidikan bagi masyarakat Wajib Pajak, selain juga
sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan self assessment system, dibutuhkan agar
terjadi perubahan dalam masyarakat antara lain agar masyarakat tergugah dan
sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga menjadi semakin
patuh, peningkatan jumlah Wajib Pajak sebagai usaha ekstensifikasi pajak, serta
agar penerimaan dari sektor pajak semakin meningkat.
Penyuluhan perpajakan yang bertujuan untuk memaksimalkan penerimaan
sektor pajak bagi kas negara, sesuai dengan target peningkatan penerimaan negara
dari sektor pajak yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Selain peningkatan target penerimaan pajak, perubahan yang juga
diinginkan oleh Dirjen Pajak adalah peningkatan jumlah Wajib. Selain itu,
program intensifikasi pajak untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak juga
tidak lepas dari peran serta penyuluhan perpajakan.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat ditarik suatu pemikiran bahwa
penyuluhan perpajakan berperan atau berpengaruh terhadap peningkatan jumlah
Wajib Pajak, peningkatan kepatuhan Wajib Pajak serta peningkatan penerimaan
dari sektor pajak. Sehingga berangkat dari pemikiran ini juga dapat disimpulkan
perlu adanya penelitian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penyuluhan
perpajakan terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak, peningkatan kepatuhan
Wajib Pajak serta penerimaan pajak.

24

Universitas Kristen Petra


2.4 Hipotesis
Usaha Direktorat Jenderal Pajak untuk mencapai target penerimaan sektor
pajak, tidak terlepas dari diadakannya penyuluhan perpajakan. Tujuan penyuluhan
perpajakan untuk meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak secara akumulatif akan
dapat membantu tercapainya usaha tersebut. Sebelum dicapainya target tersebut,
perlu diketahui apakah penyuluhan perpajakan yang telah dilakukan Dirjen Pajak
memberikan pengaruh terhadap jumlah Wajib Pajak, kepatuhan Wajib Pajak serta
jumlah penerimaan pajak.
Berdasarkan rumusan masalah, dasar teori dan kajian penelitian terdahulu,
penelitian ini akan menganalisa ada tidaknya pengaruh penyuluhan perpajakan
terhadap jumlah Wajib Pajak, kepatuhan Wajib Pajak serta penerimaan pajak,
dengan membandingkan rata-rata data sebelum penyuluhan perpajakan dengan
data sesudah penyuluhan perpajakan. Oleh karena itu hipotesa yang dapat diduga
untuk penelitian ini adalah:
HO(null) Tidak terdapat perbedaan jumlah Wajib Pajak, tingkat kepatuhan
Wajib Pajak dan penerimaan pajak sebelum dilakukan penyuluhan
perpajakan dan setelah dilakukan penyuluhan perpajakan.
HA(alternatif) Terdapat perbedaan jumlah Wajib Pajak, tingkat kepatuhan Wajib
Pajak dan penerimaan pajak sebelum dan setelah dilakukannya
penyuluhan perpajakan.

24

Universitas Kristen Petra

You might also like