Dokumen tersebut membahas konsep dan metodologi lalu lintas sehat yang mencakup pengetahuan lalu lintas, lalu lintas yang tidak aman, manusia sebagai pemakai jalan, kendaraan, dan lingkungan. Lalu lintas tidak aman merupakan masalah besar di Indonesia dengan tingginya angka kecelakaan. Semua orang terlibat dalam sistem lalu lintas dan berisiko menjadi korban kecelakaan.
Dokumen tersebut membahas konsep dan metodologi lalu lintas sehat yang mencakup pengetahuan lalu lintas, lalu lintas yang tidak aman, manusia sebagai pemakai jalan, kendaraan, dan lingkungan. Lalu lintas tidak aman merupakan masalah besar di Indonesia dengan tingginya angka kecelakaan. Semua orang terlibat dalam sistem lalu lintas dan berisiko menjadi korban kecelakaan.
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online from Scribd
Dokumen tersebut membahas konsep dan metodologi lalu lintas sehat yang mencakup pengetahuan lalu lintas, lalu lintas yang tidak aman, manusia sebagai pemakai jalan, kendaraan, dan lingkungan. Lalu lintas tidak aman merupakan masalah besar di Indonesia dengan tingginya angka kecelakaan. Semua orang terlibat dalam sistem lalu lintas dan berisiko menjadi korban kecelakaan.
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online from Scribd
KONSEP DAN METODOLOGI LALU-LINTAS SEHAT KONSEP DAN
METODOLOGI LALU-LINTAS SEHAT Oleh AKP DODI DARJANTO, SIK BAB 1
PENDAHULUAN Pembangunan nasional dalam era globalisasi yang sudah berjalan telah dapat memberikan manfaat dan kemajuan-kemajuan yang sangat besar serta dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Namun bersamaan dengan kemajuan itu timbul pula tantangan dan masalah baru yang harus dihadapi dan diselesaikan. Salah satu tantangan dan masalah tersebut adalah keselamatan lalu-lintas di jalan dalam mewujudkan lalu- lintas yang sehat. Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, dimana jumlah pemilikan kendaraan bermotor semakin meningkat pesat, oleh WHO digolongkan menjadi suatu negara pada posisi gelombang kesatu motorisasi, pembangunan transportasinya masih ditandai dengan memprioritaskan perkembangan ekonomi daripada penanggulangan masalah keselamatan lalu-lintas dan situasi lalu-lintas yang sehat. Sedangkan bagi negara-negara yang sudah mulai memasuki gelombang kedua motorisasi, ditandai dengan mulai adanya kepedulian pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan keselamatan lalu-lintas dan terwujudnya lalu-lintas yang sehat secara simultan dalam pelaksanaan pembangunan ekonominya. Dan Bagi negara-negara industri yang sudah maju, dimana pemilikan kendaraan bermotor sudah mencapai puncak kejenuhan (saturating motorization) maka pemerintah dan masyarakat bukan hanya peduli terhadap peningkatan keselamatan lalu-lintas saja, namun bahkan masalah penanggulangan kecelakaan lalu-lintas kompetitif dengan kepedulian terhadap peningkatan kesehatan lingkungan hidup, seperti yang dilakukan oleh salah satu negara maju yang lalu-lintasnya cukup maju di Eropa Barat (Belanda) membuat penahan anti polusi suara (noise hinder) pada jalan tol yang melewati daerah pemukiman, sehingga mengurangi polusi suara. Oleh karenanya sangat tepatlah kiranya bila Departemen Kesehatan Kabupaten Pati yang bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan merencanakan suatu Program Pendidikan Dasar tentang Lalu-Lintas yang nantinya akan dimasukan dalam kurikulum sekolah, mulai dari tingkat Taman kanak- kanak (kindergarden) sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi (University). Generasi muda di masa yang akan datang pada usia sedini mungkin diharapkan akan lebih mengerti, memahami, dan peduli terhadap keselamatan lalu-lintas (Traffic Safety). Sehingga angka kecelakaan lalu-lintas dapat dikurangi secara signifikan, serta keamanan, ketertiban, dan kelancaraan lalu-lintas di jalan dapat terwujud dan kondisi lalu-lintas yang sehat (Healthy traffic) dapat terlaksana sesuai yang diharapkan . Sehubungan dengan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk membuat suatu tulisan tentang “Konsep dan Metodologi Lalu-lintas Sehat”. Konsep dan Metodologi Lalu-lintas Sehat membahas tentang Pengetahuan Lalu-lintas (Traffic knowledge), Lalu-lintas yang tidak aman/sehat (Unsafe Traffic), Manusia sebagai pemakai jalan (Man as Traffic Participant), Kendaraan (The Vehicle), dan Lingkungan (The Environment). Bab II Pengetahuan Lalu-Lintas Lalu-Lintas dasar ini terdiri dari karakteristik dan latar belakang lalu-lintas. Pengetahuan lalu-Lintas dasar ini berkaitan dengan transportasi secara keseluruhan dan Sistem Lalu- Lintas. Pengetahuan Lalu-Lintas dasar dikelompokan dalam empat pokok bahasan yaitu: 1. Perencanaan Lalu-Lintas dan transportasi (Traffic and Transport Planning) 2. Tekhnik Lalu-Lintas (Traffic technique) 3. Peraturan dan Kontrol Lalu-Lintas (Trafic control and regulation) 4. Keselamatan Lalu-Lintas dan kemampuan untuk bertahan hidup (Traffic safety and Livability) A. Lalu-lintas dan Perencanaan Transportasi Perencanaan (design) dari infrastruktur lalu-lintas (konstruksi jalan, viaduct / penyeberangan jalan, dll) membutuhkan waktu. Infrastruktur harus tersedia pada saat dimana masyarakat pengguna jalan membutuhkannya. Pembuatan jalan harus mempertimbangkan kondisi lalu-lintas di masa yang akan datang. Pemahaman yang baik terhadap lalu-lintas yang dibutuhkan adalah sangat vital dalam membangun infrastruktur jalan yang disesuaikan dengan kebutuhan lalu-lintas. Maksudnya bahwa pengetahuan dan pemahaman dalam pergerakan perilaku pemakai jalan mutlak diperlukan. Kami mendapatkan pengetahuan ini melalui penelitian lalu-lintas dan transportasi (traffic and transport research). B. Tekhnik Lalu- Lintas (Traffic technique) Teknik lalu-lintas berkaitan dengan infrastruktur jalan (komposisi dari jalan-jalan, jembatan penyeberangan, pulau jalan, dll). Pilihan antara menciptakan ruang gerak lalu-lintas, atau membentuk daerah pemukiman memainkan peranan yang penting. Dilain pihak pemikiran yang serius diberikan untuk karakter teknik mengemudi dari berbagai jenis kendaran yang berbeda, dan karakter dari pengemudi itu sendiri. Beberapa hal yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur jalan adalah, kecepatan rencana (design speed, kepadatan lalu-lintas (traffic density), dan kapasitas jalan (road capacity). C. Peraturan dan Kontrol Lalu-Lintas (Trafic control and regulation) Pada awalnya, teknik dari peraturan lalu-lintas dikonsentrasikan kurang lebihnya pada memperlancar arus lalu-lintas, dan keamanan. Perkembangan selanjutnya, sistem peraturan lalu-lintas (traffic rules systems) telah diterapkan penggunannya untuk meningkatkan kualitas dari sistem transportasi (transport sytem). Penerapannya sebagai contoh seperti yang telah dilakukan di negara Belanda dan sebagaian besar negara eropa barat, dengan cara mengalokasikan prioritas bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda pada tempat yang layak dan aman, hal ini meningkatkan lalu-lintas publik dari yang biasanya. Contoh lain yang umum, adalah penggunaan dari lampu lalu-lintas (traffic light). Selain pemasangan lampu-lintas, sistem informasi lalu-lintas (Traffic information systems) harus disediakan (seperti papan matriks yang menginformasikan kemacetan lalu-lintas maupun batas kecepatan (speed-limits). D. Keselamatan Lalu-Lintas dan kemampuan untuk bertahan hidup (Traffic safety and Livability) Kecelakaan lalu-lintas dapat disebabkan oleh kesalahan manusia, kendaraan bermotor yang tidak berfungsi dengan baik, kekurangan sesuatu yang diperlukan oleh jalan, dan faktor lingkungan. Inti dari keselamatan lalu-lintas yang paling penting adalah bagaimana kecelakaan dapat dihindari, dan bagaimana kecelakaan yang serius dapat dibatasi. Pada dasarnya bahwa seorang manusia, kendaraan bermotor, dan lingkungan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam suatu kecelakaan, begitupula halnya pada kecelakaan yang serius. Untuk dapat berbuat sesuatu tentang penyebab dari kecelakaan, ketiga faktor harus diperhitungkan, begitupula pengaruhnya terhadap satu sama lainnya. E. Hal-hal lain yang berkaitan 1. Teknik Kendaraan bermotor (vehicle technique) Keselamatan lalu-lintas banyak berkaitan dengan teknik kendaraan bermotor. Karakteristik dari kendaraan bermotor adalah mempengaruhi langsung terhadap kebutuhan design kendaraan yang harus dikerjakan. 2. Teknik elektronik dan elektronika. Perkembangan elektronika yang pesat telah mempengaruhi aplikasi untuk pengetahuan lalu-lintas. Sebagai contoh, dengan adanya model komputer yang kompleks atau dengan teknik peraturan lalu-lintas. 3. Pengetahuan lalu-lintas sosial (social traffic knowledge) Aplikasi dari pengetahuan sosial dari masalah-masalah lalu-lintas, adalah hal yang baru. Hubungan antara manusia dan mesin, objektif dan subyektif lalu-lintas yang tidak aman, penyidikan kecelakaan lalu- lintas, pengaruh dari perilaku berlalu-lintas, lalu-lintas dan perilaku sosial dan perilaku (aman) lalu-lintas, akan dibicarakan dalam naskah ini. 4. Kontrol lingkungan (Environmental Control) Pengaruh dari lalu-lintas kepada lingkungan telah semakin dikenal dalam beberapa tahun terakhir. Di Belanda Penghalang polusi suara (noise hinder), polusi udara, dll telah semakin menjadi perhatian khusus. Bab III Lalu-Lintas Tidak Aman (Unsafe Traffic) Setiap orang di Indonesia terlibat dalam lalu-lintas. Ketika akan pergi bekerja, sekolah, belanja atau mengunjungi keluarga, dll, kita semua harus melakukan perjalanan dari satu titik ke titik lainnya. Pada waktu yang lampau kita kita melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, tetapi perkembangan teknologi telah menciptakan banyak kemungkinan untuk melakukan perjalanan lebih cepat dan lebih mudah, sehingga kita dapat melakukan perjalanan lebih jauh dan semakin jauh. Kita berbelanja dikota yang lain, mengunjungi sanak saudara dibagian lain dari negara kita, dan pergi keluar negeri pada saat berlibur. Karena jalan sudah berkembang sedemikian rupa sehingga kita dapat melakukan perjalanan dengan lebijh cepat. Pada waktu yang lampau jarak yang kita tempuh dalam waktu satu hari dengan berjalan kaki, saat ini dapat dilakukan hanya dalam waktu satu jam dengan menggunakan kendaraan bermotor. Kecepatan dan kemudahan dalam melakukan perjalanan tidak hanya membawa keuntungan. Di Indonesia kecelakaan lalu-lintas yang terjadi 89 kali setiap harinya dengan menelan korban mati rata-rata 30 orang sehari, dan mempunyai konsekuensi mati 0,21. Angka tingkat keselamatan ini apabiloa dibandingkan dengan negara maju adalah sangat memprihatinkan. Misalnya di Swedia walaupun tingkat resiko terjadi kecelakaan sama dengan di Indonesia yaitu 6 dari 1000 kendaraan bermotor, namun konsekuensi mati hanya 0,03. Bahaya dari lalu-lintas adalah sangat besar, dan kita semua terlibat didalamnya. Kita dapat terlibat dalam lalu-lintas dalam berbagai cara. Pemakai jalan adalah tidak hanya orang yang melakukan perjalanan ke tempat lain. Tetapi juga pekerja jalan (Dinas Pekerjaan Umum), orang yang terkena akibat dari terjadinya kecelakaan lalu-lintas dijalan, orang yang melakukan penyelamatan kecelakaan lalu-lintas (ambulance, pemadam kebakaran, polisi lalu-lintas), dan orang yang melakukan pekerjaan merawat jalan. Mereka semua terlibat dalam lalu-lintas yang tidak aman dan mengambil resiko untuk menjadi salah satu dari kecelakaan lalu-lintas yang terjadi dijalan. (Data Kecelakaan lalu-lintas selama lima tahun Direktorat Lantas Mabes Polri) A. Penyebab dari kecelakaan lalu-lintas. Banyak kecelakaan lalu-lintas disebabkan oleh pelanggaran batas maksimum kecepatan kendaraan bermotor. Hal ini dapat dimengerti mengapa sebagian besar peraturan perundang-undangan tentang lalu-lintas dan angkutan jalan dibuat untuk mengurangi atau membatasi kecepatan kendaraan bermotor. Tidak hanya kecepatan kendaraan bermotor yang melebihi ketentuan, tetapi juga perubahan faktor lingkungan juga dapat menyebabkan pengemudi menjadi bingung. Sebagai contoh kabut yang tiba-tiba muncul, dan jalan licin. Jika kendaraan tidak dilengkapi dengan penerangan yang cukup baik, atau ban kendaraan bermotor yang gundul akan menyebabkan terjadinya resiko kecelakaan semakin besar. Jika seorang pengemudi terlalu banyak minum alkohol, kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan semakin besar. Beruntung apabila pengemudi dalam keadaan seperti diatas tidak berhadapan dengan situasi jalan yang mana dia tidak dapat mengerti, seperti `Man at Work` atau ada pekerjaan perbaikan jalan, yang mana tanda-tanda atau rambu-rambu yang digunakan salah atau bahkan tidak ada. Kecelakaan lalu-lintas adalah sebagai hasil dari kesalahan manusia (human error), kendaraan bermotor yang tidak laik jalan, atau kesalahan pada jalan atau lingkungan sekitarnya. Hal-hal penyebab kecelakaan tersebut terjadi karena tidak disengaja. Jika seseorang tidak mengemudi terlalu cepat, sistem pengereman dapat bekerja dengan baik, permukaan jalan tidak licin, dan rambu-rambu serta marka jalan dapat terlihat dengan jelas, kecelakaan tidak akan terjadi. Faktor manusia selalu sebagai salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Fakta bahwa manusia adalah penyebab utama dari kecelakaan terlihat dalam tiga elemen utama penyebab kecelakaan lalu-lintas. Perkiraannya diperlihatkan dalam prosentase dibawah ini: Faktor manusia : 75 – 90% Faktor kendaraan : 3 – 10% Faktor lingkungan : 30% Prosentase ini adalah perkiraan kasar. Karena kecelakaan terjadi secara tidak sengaja, prosentasinya dapat naik lebih dari 100%. Akan sangat menyenangkan apabila pengemudi tidak melebihi batas kecepatan, bannya tidak gundul, dan permukaan jalan tidak licin. Bab IV Manusia Sebagai Pemakai Jalan Perilaku masyarakat pengguna jalan sangat tergantung pada banyak faktor. Apakah pengemudi mampu atau tidak, dana apakah dia mempunyai pengalaman mengemudi yang cukup atau tidak?, bagaimana kesehatannya, dan apakah pengemudinya telah minum alkohol? Bagaimana tingkat emosinya (mood)? Kita dapat meneruskan untuk bertanya hal-hal tersebut pada diri kita sendiri kapan saja. Di dalam pekerjaan kita tidak dapat memasukan semuanya kedalam pertimbangan kita. Tetapi ada beberapa poin yang dapat digunakan pada semua pemakai jalan. Yaitu yang berhubungan dengan apa yang dapat dilihat oleh seseorang, beberapa informasi yang dapat ditangkap dan kecepatan tertentu dimana kita masih dapat bereaksi pada setiap informasi dijalan yang ditangkap. Pengemudi yang gagal untuk kerja kita sendiri. melihat tanda-tanda lalu- lintas (rambu-rambu dan marka jalan), atau tidak mempunyai cukup waktu untuk bereaksi terhadapnya, akan tidak dapat berhenti tepat pada waktunya. Situasi ancaman kehidupan dapat terjadi melalui ini. Di dalam pekerjaan, kita harus mempertimbangkan batasan-batasan yang ada. Tidak hanya dalam kaitannya dengan keselamatan lalu-lintas tetapi juga dalam keselamatan. A. Keselamatan Lalu-Lintas dan Fungsi Mata 1. Mata Manusia Dari kelima panca indera yang kita miliki, pengeliatan adalah yang paling penting. Dalam keadaan yang gelap gulita kita tidak dapat melihat apa-apa. Penerangan selalu dibutuhkan, walaupun hanya sedikit, untuk dapat melihat apapun. Kita dapat melihat apabila cahaya memasuki disekeliling kita, atau memantul kepada pengamatnya. Cahaya jatuh pada sesuatu dimana benda itu memantulkan cahayanya dan ditangkap oleh mata. Cahaya masuk kedalam retina lalu disalurkan ke otak. Kita dapat melihat secara tajam pada retina bagian tengah. Sel cahaya yang sensitif dibentuk seperti skittle kecil. Dan itu akan bekerja baik pada saat siang hari dan fungsinya yang paling penting adalah untuk melihat warna-warna, dan untuk melihat secara jelas. Sel-sel diujung retina kurang sensitif untuk yang detail dan tidak sensitif terhadap warna. Dan sel itu membentuk seperti batangan. Sel itu bekerja pada cahaya yang kurang terang, dan mendeteksi bentuk- bentuk. Setelah 10 atau 15 menit dalam kegelapan, sel ini menggantikan skittle kecil dengan baik. Retina mempunyai bagian yang tidak sensitif. Daerah ini dinamakan `blind spot` atau titik buta. Pada titik ini otot mata meninggalkan mata. Titik buta ini tidak menimbulkan masalah karena apa yang kurang dari mata yang satu dapat dipenuhi oleh mata yang satunya. 2. Sudut pandang mata (field of vision) Dari semua indera perasa, pengamatan adalah yang paling penting. Pengamatan tidak sama dengan melihat. Walaupun kita melihat sesuatu tetapi hal tersebut tidak membuat kesan pada kita, karena kita belum mengamatinya. Untuk dapat bereaksi secara cepat, kita memerlukan kemungkinan untuk dapat mengamati dengan baik. Dengan melakukan pengamatan berarti kita dapat menyerap informasi penting dari berbagai informasi yang ada. Melihat secara tajam hanya mungkin dalam ruang yang kecil. Sudut pandang yang tajam hanya kira-kira 3 derajat. Jika kita ingin melihat sesuatu secara tajam, kita harus melihat benda itu secara langsung. Sudut pandang secara langsung seorang manusia terbatas. Melalui pergerakan mata, daerah ini dapat menjadi besar. Pada daerah ini pengeliatan dapat menjadi lebih waspada. Daerah pengeliatan yang waspada ini dapat diperluas tidak hanya dengan mata, tetapi juga dengan menggerakan kepala. (Pengeliatan yang tajam) Pengemudi melakukan orientasi dengan sendirinya terhadap pada bagian jalan sebelumnya, pada daerah tersebut dimana ia dapat secara waspada melakukan pengamatan. Batas daerah dimana dia dapat melakukan pengamatan secara waspada disebut sudut pandang. Ada hubungan antara kecepatan dan sudut pandang. Besar daripada sudut pandang secara horizontal adalah kurang lebih 70% pada kecepatan 60 km/jam. Jika kecepatannya dipercepat maka daerah pengamatan waspada ini semakin kecil. Pada kecepatan 100 km/jam besar dari sudut pandang akan berkurang kurang lebih 30 %. Untuk mewujudkan lalu-lintas yang aman diharapkan bahwa daerah observasi informasi harus pada daerah sudut pandang dari pengemudi. Pada penggunaan alkohol, sudut pandangnya bertambah kecil. Daerah diluar daerah ini bukan daerah pengamatan yang waspada. Pengemudi tidak akan bereaksi, atau dalam kata lain akan terlambat untuk bereaksi. Hal ini juga berlaku bagi pengguna alkohol dalam jumlah sedikit. Tanda-tanda lalu-lintas penunjuk arah, pagar pembatas, sinyal penunjuk arah, dan petunjuk arah lainnya harus diperhitungkan. Tanda-tanda lalu-lintas harsu mengarahkan pengemudi sehingga dapat mengamatinya dengan baik. Tanda-tanda lalu-lintas ditandai dengan bentuk dan warnanya. Jika tanda-tanda itu dapat ditandai dengan baik, pengemudi akan dapat lebih waspada. Pengemudi akan melihat tanda-tanda tersebut dan dapat mengamatinya secara jelas. 3. Polder Blindness (kebutaan karena salah memperkirakan) Kata polder blindness digunakan untuk menyatakan suatu keadaan cocok dan tidak cocok. Hal ini berhubungan dengan sebuah persimpangan didaerah terbuka. Walaupun pandangan jelas, kecelakaan serius dapat terjadi di persimpangan ini. Setelah mengemudi dalam jarak yang cukup jauh dan monoton, konsentrasi akan melemah, kecepatan dan jarak dari kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan akan diperkirakan secara salah, yang mana semuanya karena kesalahan dari tidak cukupnya pandangan dari belakang. Penelitian menunjukan bahwa kecepatan dan jarak pada umumnya akan salah diprediksi ketika kedua kendaraan berjalan dengan kecepatan yang sama. Jika anda berjalan dengan kecepatan yang lebih rendah dari kendaraan yang lain, perkiraannya bukan merupakan masalah yang besar. 4. Gangguan pandangan dari arah belakang Warna tertentu yang mendominasi pada pandangan dari arah belakang, dan banyaknya garis vertikal, dapat menggangggu pengamatan. Sebagai contoh pada beberapa persimpangan, tanda-tanda peringatan, penyeberangan jalan (zebra cross), dapat `hilang ` antara objek vertikal lainnya seperti pohon, antena, dll. B. Fungsi Penting Mata 1. Pandangan yang tajam Satu dari yang paling penting dari fungsi pengeliatan adalah ketajaman pengeliatan. Pada saat tes mengemudi, penguji akan menguji tes mata. Jika kandidat dapat dengan benar membaca papan huruf pada jarak 25 m, pengeliatan tajamnya cukup. Tes mata ini walau bagaimanapun juga dapat mengetahui fungsi mata yang sebenarnya dari kandidat pemohon Surat Ijin Mengemudi. Akan lebih baik untuk mengecek apakah fungsi mata sudah cukup atau belum sebelum mengikuti ujian mengemudi. Pemeriksaan fungsi mata pada umumnya tidak menyebabkan cidera. Khususnya kedalaman fokus, kemampuan untuk memperkirakan kecepatan kendaraan, akan semakin lemah ketika seseorang bertambah tua. Penggunaan kaca mata juga akan menyebabkan ketidaknyamanan. Berkurangnya ketajaman pengeliatan akan bertambah secara bertahap, hal ini yang membuat orang berhati-hati. Rabun mata jarak pendek adalah kekurangan yang biasa. Artinya koreksi untuk itu diperlukan untuk dapat melihat pada jarak yang pendek. Rabun mata jarak jauh juga merupakan hal yang biasa dan masalahnya adalah pada saat melihat suatu objek pada jarak dekat. Rabun jarak jauh dan jarak pendek dapat diperbaiki dengan menggunakan kacamata. 2. Lebar dari sudut pandang Total lebar sudut pandang maksimum 180º dan minimum 145º. Dan akan menjadi masalah yang kritis apabila dibawah 145º, untuk itu pengemudi harus lebih waspada. Kekurangan tersebut kadangkala tidak dapat diperbaiki. Untuk menyesuaikannya adakalanya pengemudi harus menggerakkan kepala dan matanya. Sebagai akibat dari kenyataan penurunan dari sel mata (kehilangan fungsi normalnya) pada orang tua, penyempitan dari sudut pandang ini biasanya terlihat pada orang yang telah berumur antara 55-60 tahun. Penggunaan alkohol, untuk pengobatan dan minum-minuman keras juga dapat mempersempit sudut pandang. Hal ini dikenal dengan istilah `tunnel effect` (efek terowongan). Hal tersebut juga terjadi pada saat menambah kecepatan, stress, dan kelelahan. 3. Keseimbangan otot mata Pada posisi mata yang normal, pada tiap mata setara. Kedua mata akan secara tajam menyesuaikan pada setiap objek dalam satu kali pandangan. Kekurangan yang ekstrim dikenal dengan mata yang bersilangan (juling). Kekurangan yang tidak terlalu parah tidak dapat segera dikenali sebagai kekurangan, karena pada umumnya disebabkan oleh pergerakan mata yang cepat, yang mengakibatkan kepala pusing. Dalam beberapa kasus, kacamata dapat memperbaiki kekurangan ini. Hal ini pada kenyataanya tidak dapat memperbaiki ketajaman pandangan, tetapi hanya posisi dari mata. 4. Ketajaman pengeliatan Sesuatu yang tidak mungkin untuk dapat melihat dengan tajam atau memperkirakan jarak hanya menggunakan sebelah mata. Namun demikian pada tempat tertentu, surat ijin mengemudi diberikan pada orang yang hanya bermata satu. Biasanya orang tersebut mencari patokan tertentu, karena mereka menyesuaikan dengan kekurangan mereka. Sebagai contoh: seorang pengendara sepeda jaraknya sepuluh rumah didepan saya, artinya dia berada 60-70m didepan saya. Disamping itu pengguna jalan yang tidak mampu melihat secara tajam harus benar-benar ekstra hati-hati. Khususnya dalam hal memperkirakan jarak, mendahului kendaraan dapat dilakukan secara aman. Para pengguna jalan tersebut akan mengalami banyak kesulitan pada saat mengemudi dalam gelap karena banyak titik patokan yang tidak terlihat, atau kurang terlihat. 5. Kemampuan adaptasi pada saat terang / gelap Ketidakmampuan dalam beradaptasi pada saat terang atau gelap umumnya dikenal sebagai nightblindness (kebutaan karena gelap). Pengemudi yang betul-betul mengalami kebutaan pada saat gelap ini dapat menyebabkan masalah yang serius. Daerah yang luas dari sudut pandangnya terbatas. Pada saat gelap mereka hampir tidak dapat melihat apa-apa pada lingkaran dari sudut pandangnya. Mereka mendeteksi bayangan didepan mereka dan dijalan, tetapi mereka tidak melihat apa yang terjadi disamping jalan. Pengendara sepeda, atau pejalan kaki yang jaraknya berdekatan tidak dapat terlihat. Atau contoh lain sebuah kendaraan yang datang dari arah samping kiri juga tidak dapat dideteksi. Lingkaran luar dari retina berfungsi sangat buruk. Lingkaran dari retina harus dapat berfungsi dengan baik, sehingga dapat melihat di kegelapan. Apa yang sering disebut dengan kebutaan dalam gelap (nightblindness) pada kenyataannya adalah kekurangan dari kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap gelap/terang. Maksudnya bahwa sesorang yang; meninggalkan ruangan yang terang dan masuk ruangan yang gelap, akan sangat susah untuk menyesuaikan untuk lingkungan yang sangat terang. Mereka menyesuaikan terlalu lambat. Hal tersebut juga terjadi pada pengendara yang berpaspasan dengan lampu kendaraan dari arah yang berlawanan. Hal tersebut menyebabkan situasi yang sangat berbahaya, ketika pengendara tidak dapat melihat apapun selama beberapa lusin meter pertama setelah berpaspasan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan. C. Pengolahan Informasi (processing the information) Banyak informasi yang dihadapi oleh pengemudi dijalan. Tidak hanya harus perhatian terhadap lalu-lintas, tetapi juga terhadap lingkungan sekitarnya. Rambu-rambu apa saja yang ada dijalan? Garis-garis marka apa saja yang ada dijalan? Selain itu pengemudi juga harus siap untuk mengerem, mengganti gigi perseneling, menggunakan lampu indikator dan banyak hal yang lain. Semuanya itu harus dilakukan secara otomatis. Jika pengemudi berada diwilayah yang dia kenal, pengemudi akan kurang hati-hati dan perhatian terhadap tanda-tanda lalu-lintas karena semuanya sudah dikenal olehnya. Hal ini akan menyebabkan bahaya ketika sesuatu dari lingkungan yang dikenalinya itu berubah. Tiba-tiba muncul tanda-tanda yang berbeda yang dibangun. Jalan telah menjadi sempit atau ada batas maksimum kecepatan. Mendadak pengemudi harus tanggap itu semua. Akan menjadi masalah apabila beberapa rambu lalu-lintas ada pada tempat yang sama. Sesaat setelah pengemudi mengamati sesuatu, pengemudi harus memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu untuk bertindak terhadap apa yang diamatinya. Jika pengemudi memutuskan untuk bertindak, maka pengemudi harus melakukannya. Proses pengamatan, memutuskan, melaksanakan, akan berulang-ulang secara otomatis. Hal ini dikenal dengan istilah siklus pengamatan (observation cycle). Jika ada informasi baru muncul, pengemudi harus memproses terlebih dahulu sebelum dia dapat bertindak untuk mengatasi informasi tersebut. Pengolahan Informasi (processing the information) 1. Waktu Reaksi (reaction time) Waktu reaksi adalah waktu pada saat kita mengamati (observation), dan melakukan reaksi dari hasil pengamatan tersebut. Seseorang yang dapat bereaksi dengan cepat, rata-rata mempunyai waktu reaksi 1 detik. Waktu reaksi dapat bermacam-macam, dan juga tergantung dari situasinya; Apakah seorang pengemudi dapat berkonsentrasi pada saat mengemudi, atau konsentrasi pengemudinya beralih karena sedang mengganti radio atau tape? Apakah pengemudi mempunyai sedikit atau banyak pengalaman mengemudinya? Apakah pengemudi mengemudi mengendarai mobilnya sendiri atau kendaraan pinjaman? Apakah pengemudi memahami atau tidak peraturan lalu-lintas. Situasi diatas dapat menambah waktu reaksi menjadi beberapa detik. Apabila waktu yang ditempuh misalnya 1 detik, kendaraan yang dikendarai akan menempuh jarak beberapa meter. Pada kecepatan 90 km/jam, naka dalam 1 detik akan menempuh jarak 25m. Jarak pengereman (the braking distance) yang dibutuhkan belum termasuk dalam jarak tersebut, hal itu merupakan jarak yang diperlukan sampai kendaraan tersebut berhenti. Oleh sebab itu adalah sangat penting untuk memastikan kecepatan pada saat mengemudi harus disesuaikan dengan lingkungannya. Dengan kecepatan yang lebih pelan, seorang pengemudi mempunyai banyak kesempatan untuk lebih berhati-hati akan apa yang terjadi di sekelilingnya. Tidak hanya pengamatan dari pengemudi saja, tetapi juga jarak dari kendaraan yang diperlukan agar kendaraan dapat berhenti untuk menghindari atau mencegah terjadinya kecelakaan dapat diperhitungkan dengan tepat. 2. Antisipasi (anticipation) Dengan antisipasi yang baik seorang pengemudi dapat mempersingkat waktu reaksinya. Antisipasi terhadap situasi maksudnya dapat mengetahui lebih dahulu kejadian yang akan terjadi, dan memperkirakan tindakan apa yang dapat dilakukan. Kadang-kadang dengan hati-hati, seorang pengemudi sudah lebih dahulu mengambil tindakan. Seorang pengemudi yang hati-hati, melihat seorang pengendara sepeda yang terlihat dibelakang pundaknya, langsung mengurangi kecepatan, dan persiapan untuk mengurangi kecepatan. Dia menyadari bahwa pengendara sepeda mungkin akan belok. Dengan terlebih dahulu mengetahui situasi (anticipation) dia mengurangi waktu reaksinya. D. Jarak Henti (Stopping distance) Jumlah jarak henti dari sebuah kendaraan tidak hanya ditentukan oleh jarak yang ditempuh saat melakukan pengereman / jarak pengereman (braking distance). Jarak henti sangat dipengaruhi oleh waktu yang diperlukan untuk bereaksi / waktu reaksi (reaction time). Jumlah jarak yang dibutuhkan agar sebuah kendaraan dapat berhenti dinamakan jarak henti (stopping distance). Jarak Henti (stopping distance) = Jarak reaksi(reaction distance) + Jarak Pengereman (Braking distance) 1. Jarak Reaksi (reaction distance) Jarak reaksi tergantung dari kecepatan kendaran dan waktu reaksi (time reaction) dari pengemudinya. Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seorang pengemudi untuk memperkirakan kapan dia harus berhenti, bereaksi terhadap situasi tertentu, memutuskan apakah perlu melakukan pengereman atau tidak, dan untuk bereaksi dengan melakukan pengereman (kaki ke pedal rem dan menekannya). Biasanya waktu yang dibutuhkan adalah satu detik. Artinya kendaraan tersebut aan menempuh pada kecepatan yang sama dalam satu detik. Penelitian menunjukan bahwa hanya 2% dari pengemudi yang dapat bereaksi dalam waktu satu detik. Dan hanya dalam situasi tertentu saja. 2. Jarak pengereman (braking distance) Kita melakukan perjalanan dengan berbagai macam cara. Kita melihat berbagai jenis kendaraan di jalan. Kita melakukan perjalanan dengan jalan kaki, sepeda, moped, sepeda motor, atau dengan mobil atau dengan bus. Setiap kendaraan mempunyai banyak jenisnya. Selain sepeda motor biasa, ada motor sepeda, motor besar, dan motor bebek. Semuanya adalah sepeda motor namun semuanya berbeda. Kemampuan pengereman dari semua kendaraan berbeda-beda. Tidak hanya tergantung dari jenis kendaraan, tetapi tergantung pula dari keadaan sistem rem dan bannya. Jumlah dan tipe beban yang diangkut juga sangat mempengaruhi. Situasi pada saat pengereman juga sangat mempengaruhi. Pengereman di permukaan basah, atau jalan berbatu-batu yang licin akan lebih berbahaya daripada pada permukaan jalan yang kering, atau diatas jalan aspal. Kecepatan kendaraan dan kemampuan melakukan pengereman menentukan panjangnya jarak pengereman. 3. Contoh Jarak Henti Seorang pengemudi mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan 50km/jam, dan menempuh jarak 33m ketika ia mengerem dengan sekeras-kerasnya. Jika dia mengemudi dengan kecepatan 30km/jam, dia akan berhenti kira-kira 15m pada situasi dan keadaan yang sama. Hal tersebut sangat akurat karena adanya perbedaan jarak berhenti, sebuah kecelakaan dapat dicegah atau setidak-tidaknya dapat mengurangi dampak dari kecelakaan lalu-lintasnya. Hubungan: Kecepatan – Jarak berhenti Jarak Reaksi Jarak Pengereman Jarak Berhenti Dengan melihat diagram diatas dapat terlihat jelas seberapa besar perbedaan jarak berhenti dalam kecepatan yang berbeda. Pengaruh dari kecepatan pada jarak reaksi, jarak pengereman, dan jarak berhenti, perlu diperhatikan. Kita sering melihat bahwa dengan berbagai jenis situasi dan kondisi, waktu reaksi dapat lebih lama 1 detik. Dalam diagram waktu reaksi (3 detik) dan kemampuan pengereman sama. Didalam diagram menunjukan pada saat kendaraan berjalan pada kecepatan 30km/jam sampai berhenti, mobil yang berjalan pada kecepatan 50 km/jam masih belum dapat mengurangi kecepatannya. Jarak yang ditempuh pada dua situasi dengan waktu reaksi 3 detik, menunjukan perbedaan dan pengaruh pada jarak henti. Kecepatan juga merupakan bagian penting dalam jarak henti Ketika kecepatan ditambah dua kali lipat, jarak henti menjadi empat kali lipatnya. Hal ini yang menyebabkan mengapa jarak henti pada kecepatan 50 km/jam adalah 19 m, sedangkan pada kecepatan 30 km/jam hanya 7 m. Bab V Kendaraan A. Keselamatan Kendaraan (Vehicle Safety) 1. Keselamatan yang Aktif (Active Safety) Keselamatan yang aktif adalah segala sesuatu yang dilakukan orang agar mobilnya dapat terhindar dari kecelakaan. Beberapa contoh usaha dalam mencegah kecelakaan lalu-lintas adalah; kualitas mengemudi yang baik, keseimbangan kendaraan yang baik, sistem rem yang befungsi dengan baik, pandangan dari dalam kendaraan yang baik, dll. Kendaraan bahkan dapat membetulkan kebiasaan pengemudi yang salah dengan sistem yang dapat memperbaiki stir sendiri, dan sistem ABS (Anti-Lock Brake System) atau sistem yang dapat mencegah terkuncinya rem. Jumlah Kecelakaan yang disebabkan karena kehilangan kontrol pada stir selama melakukan pengereman sangat tinggi. Luka yang parah tergantung dari prosentasi dari kecepatan kendaraan yang dapat direm. Jika roda berhenti berputar, dan menjadi terkunci, mobil akan kehilangan kendalinya. Penggunaan sistem pengereman ABS (Anti-Lock brake system) akan membantu mencegah terkuncinya satu atau lebih roda selama pengereman. Kendaraan dapat terkontrol dengan baik. Dan kontrol dari kendaraan tidak akan berpengaruh ketika melakukan pengereman. 2. Keselamatan yang Pasif (Pasif Safety) Keselamatan yang pasif dari sebuah kendaraan berhubungan dengan segala tindakan yang dilakukan untuk mengurangi resiko luka-luka yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu-lintas. Ada perbedaan antara keselamatan penumpang dan keselamatan untuk pengguna jalan yang lain. Hal selanjutnya yang perlu diperhitungkan adalah luka-luka yang dapat mengenai pejalan kaki dan pengendara sepeda jika mereka tertabrak kendaraan bermotor. Keselamatan penumpang berhubungan dengan luka-luka yang dapat diderita pengemudi dan penumpang yang berada didalam mobil. Sebagai contoh; sangkar baja pelindung mobil (steel protective cage), dashboard yang dilapisi bahan untuk mengurangi bahaya luka akibat benturan, sabuk pengaman (safety belt), kantong udara (airbag), pengencang sabuk pengaman (belt sretcher), dll. Seseorang tidak akan dapat terlindungi, apabila terjadi kecelakaan dari arah depan, pengemudi akan terlempar dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan kendaraan yang ditumpanginya. 3. Sabuk Pengaman (Safety Belt) Sabuk pengaman adalah pengamanan dari kecelakaan yang paling simpel dan paling aman. Kemungkinan untuk tidak mendapat cidera dalam suatu kecelakaan sangat besar jika penumpang tidak mengenai benda-benda keras didalam mobil pada saat kecelakaan. Apabila pengemudi dan penumpang tetap pada kursinya dengan menggunakan sabuk pengaman, kemungkinan untuk mendapat cidera akan sangat kecil. 4. Prinsip Kantung Udara (The airbag principle) Sebuah kantung udara (air bag) adalah bantalan dari udara yang terletak didalam yang dilapisi dengan sintetik tipi, dan terletak didalam setir. Pada tabrakan depan, sebuah sensor mengukur apakah tenaga akibat tabrakan melewati batas tertentu. Jika sudah melewati batas tertentu maka kantung udara akan mengembang secara mendadak dan membentuk bantalan udara antara setir dan pengemudi, hal tersebut akan mengurangi bahaya dari cidera. Fungsi kantung udara pada saat kecelakaan 5. Penguat Sabuk Pengaman (Seat-belt stretcher) Sama halnya dengan kantung udara (air bag), penguat sabuk pengaman akan diaktifkan ketika sebuah sensor elektrik mengirimkan sinyal yang tidak biasanya ketika terjadi kecelakaan. Sebuah tabung dengan propeler menyebabkan sabuk menggulung dalam 12 detik dan mengencang dengan kuatnya ke badan pengemudi. 6. Manfaat dari alat bantu keselamatan Kegunaan dari alat bantu keselamatan diatas tergantung dari perilaku pengemudinya. Teknik mengemudi yang baik dapat memberikan pengaruh positif untuk keselamatan yang aktif. Hal ini sangat berpengaruh, karena karakteristik kendaraan yang baik, akan memaksa pengemudi untuk selalu memperhatikan batasan-batasan dalam mengemudi. Walapun mobilnya dilengkapi dengan konstruksi pelindung, dampaknya akan kecil apabila sabuk pengamannya tidak berfungsi. Memilih kendaraan yang aman, hanya sebutan apabila seseorang tidak menggunakan sabuk pengaman. Bab VI Lingkungan A. Lingkungan sekitar sebagai sumber informasi Didalam sebuah kendaraan, faktor lingkungan sangat banyak informasi yang dapat digunakan untuk penguna jalan. Pengamatan (pengeliatan, sentuhan, pendengaran), dapat membuat seseorang mampu mengemudikan kendaraan sesuai dengan yang diinginkannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang banyak tentang seluruh keadaan jalan dan lingkungannya secara terus menerus berdasarkan perilaku mengemudi yang diinginkan. Dalam menentukan batas kecepatan pada ruas jalan tertentu, tidak hanya antisipasi dalam mengemudi tetapi juga untuk berhenti, mendahului kendaraan lain, dan pandangan harus diperimbangkan. Ada beberapa daerah dimana adaptasi terhadap keadaan jalan terjadi, atau mungkin diperlukan, seperti dipersimpangan, penyempitan jalan, atau pandangan yang terbatas. Yang mana hal tersebut akan menyebabkan situasi yang tidak aman, dan keadaan lalu- lintas yang tidak diinginkan. 1. Pengeliatan Pengguna jalan secara terus menerus mengantisipasi jalan yang ada didepannya, sementara gambaran sekilas dari lalu-lintas dibelakangnya. ‘Gambar-gambar’ dari jalan yang terus menerus mengikuti satu sama lain memberikan informasi kepada pengemudi mengenai arah mana yang harus diikuti. Semua didukung oleh marka garis, setrip, yang satu sama lain berkesinambungan.Kadang-kadang alat bantu keselamatan yang lain, dengan fungsi lain seperti lampu, rel petunjuk arah dapat membantu.Perhatian harus diberikan sedemikian rupa, sehingga tidak memberikan informasi yang salah. Harus diperhitungkan bahwa informasi yang didapat dijalan dapat hilang dalam cuaca yang buruk dan gelap. 2. Perabaan Kekerasan (kemulusan) dari jalan mempunyai pengaruh dalam pergerakan kendaraan. Hal tersebut memberikan informasi mengenai keadaan jalan, dan keberadaan jalan. Tidak hanya berpengaruh pada perilaku mengemudi saja, tetapi juga dalam hal menentukan kecepatan kendaraan. Tikungan dijalan mempengaruhi kecepatan dari kendaraan dan pembangunan lalu-lintas. Pada saat membelok tikungan dijalan mempengaruhi performance dari mengemudi, stabilitas, dan kemungkinan untuk slip, khususnya pada kendaraan dengan titik tengah gravitasi yang tinggi 3. Pendengaran Suara, terdengar secara langsung maupun tidak langsung oleh pengguna jalan dari dalam kendaraannya, dapat memberikan informasi mengenai kendaraan, pengguna jalan yang lain, keadaan permukaan jalan, dan berfungsi sebagai informasi mengenai kecepatan kendaraan. Kecelakaan lalu-lintas sebagian besar disebabkan oleh kesalahan manusia. Hal tersebut bisa juga disebabkan oleh kendaraan. Satu bagian dari kecelakaan lalu-lintas mempunyai penyebab yang lain. Kecelakaan lalu-lintas adalah disebabkan oleh lingkungan yang tidak baik, kabut, jalan yang licin, tanda lalu-lintas yang kurang terlihat atau bahkan tidak ada merupakan penyebabnya. B. Pemelihara jalan dan informasi Pemelihara jalan dalam hal ini dinas perhubungan dan pariwista, diskimpras, dan instansi terkait lainnya mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa jalan dalam keadaan terawat dengan baik. Sehingga sebagai pengguna jalan kita dapat memastikan bahwa kita tidak menghadapi keadaaan diluar dugaan kita. Pengguna jalan tidak melewati jalan berlubang dan bergelombang. Jika terjadi perubahan terhadap infrastruktur jalan maka harus ada informasi yang jelas. Pengguna jalan yang sering menggunakan satu ruas jalan tertentu, akan mengenal dengan baik situasi jalannya. Mereka akan mengetahui dimana terletak rambu-rambu lalu-lintas, batas maksimum kecepatan. Karena bagi pengguna jalan tersebut rute tersebut sudah familiar, sehingga konsentrasi terhadap lingkungan infrastruktur jalannnya akan berkurang, dan dapat berkonsentrasi lebih baik pada saat mengemudi. Kadang-kadang perlu untuk waspada pada tanda-tandalalu-lintas yang baru, situasi ini dapat secara permanen maupun berkala, seperti rambu peringatan ada orang yang sedang memperbaiki jalan. Dengan memastikan perubahan ini dengan baik maka resiko kecelakaan lalu-lintas dapat dikurangi. Untuk melakukan ini maka adalah vital dan penting untuk memastikan bahwa peraturan dan tata tertib lalu-lintas diikuti. DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : DODI DARJANTO, S. Ik Tempat / Tanggal Lahir : Aceh Timur / 06 Desember 1974 Agama : Islam Pangkat / NRP : Ajun Komisaris Polisi / 74120631 Jabatan : Kasat Lantas Polres Brebes Tempat Tinggal : Jl S Parman 43 Brebes Pendidikan Umum : 1. SD 1980-1986 di Palembang. 2. SMP 1987- 1989 di Bandung. 3. SMA 1990-1993 di Bandung. Pendidikan Polri : 1. AKPOL 1993- 1996 di Semarang. 2. PTIK 2004 di Jakarta. Pendidikan Kejuruan : 1. KIBI AKPOL TH.1997, di Jakarta 2. DAS PA LANTAS TH. 1997, di Serpong 3. DIKJUR LAN PA VIP ESCORT TH.1998, di Serpong 4. SUS ADVANCE SEBASA POLRI TH.1998, di Jakarta 5. SUS BAHASA BELANDA TH. 1999, di Jakarta 6. PA APELDOORN GROUP XI TH. 2000, di Belanda Riwayat Jabatan : 1. PAMA POLDA SUMSEL 1997- 1997 2. PAMAPTA POLRES MURA 1997-1997 3. KAPOLSEK MA KELINGI 1998- 1999 4. PAMA DIT LANTAS POLRI (SELEKSI PA APELDOORN) 1999-2000 5. GURU MUDA I PUSDIK LANTAS LEMDIKLAT POLRI 2000-2001 6. GURU MUDA I PUSDIK LANTAS DEDIKLAT POLRI 2001-2002 7. PAMA PTIK 2002-2004 8. PAMA POLDA JATENG 2004 9. KASAT LANTAS POLRES PATI 2004-2005 10.KASAT LANTAS POLRES BREBES 2005 11.KASAT LANTAS POLRES SUKOHARJO 2007 KONSEP DAN METODOLOGI LALU-LINTAS SEHAT Oleh : DODI DARJANTO, SIK 2005