You are on page 1of 42

LAPORAN

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

“ Pengukuran Komponen Elektronika “

Oleh :
Risma Sihombing
05091002007

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA
2010
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari mengetahui komponen-komponen elektronika
adalah agar kita dapat membedakan jenis-jenis, bentuk dan kegunaan dari
setiap komponen-komponen elektronika.
Alat dan Bahan
a. Resistor
b. Kapasitor
c. Transistor
d. LED
e. Dioda

RESISTOR

1. Pengertian
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi atau membatasi arus listrik yang melewatinya dalam suatu rangkaian.
Sesuai dengan nama dan kegunaannya maka resistor mempunyai sifat
resistif (menghambat) yang umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum
Ohm dijelaskan bahwa resistansi akan berbanding terbalik dengan jumlah arus
yang melaluinya. Maka untuk menyatakan besarnya resistansi dari sebuah resistor
dinyatakan dalam satuan Ohm. Untuk menggambarkannya dalam suatu rangkaian
dilambangkan dengan huruf R, karena huruf ini merupakan standar internasional
yang sudah disepakati bersama untuk melambangkan sebuah komponen resistor
dalam sebuah rangkaian.
2. Fungsi dan kegunaan resistor dalam rangkaian
a. Sebagai pembagi arus
b. Sebagai pembagi tegangan
c. Sebagai penurun tegangan
d. Sebagai penghambat arus listrik, dan lain-lain.

Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan dayanya.


Berbagai macam resistor di buat dari bahan yang berbeda dengan sifat-sifat yang
berbeda. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada
suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor
bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas
sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan
semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Umumnya di pasar
tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki disipasi
daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat
berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya untuk
resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya, misalnya
100*5W. Resistor dalam teori dan prakteknya di tulis dengan perlambangan huruf
R. Dilihat dari ukuran fisik sebuah resistor yang satu dengan yang lainnya tidak
berarti sama besar nilai hambatannya. Nilai hambatan resistor di sebut resistansi.

Macam-Macam Resistor Sesuai Dengan Bahan Dan Konstruksinya.

Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor


dibedakan menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam.
Sedangkan resistor arang dan resistor oksida logam berdasarkan susunan yang
dikenal resistor komposisi dan resistor film. Namun demikian dalam perdagangan
resistor-resistor tersebut dibedakan menjadi resistor tetap (fixed resistor) dan
resistor variabel. Pengunaan untuk daya rendah yang paling utama adalah jenis
tahanan tetap yaitu tahanan campuran karbon yang dicetak. Ukuran relatif semua
tahanan tetap dan tidak tetap berubah terhadap rating daya (jumlah watt),
penambahan ukuran untuk meningkatkan rating daya agar dapat mempertahankan
arus dan rugi lesapan daya yang lebih besar.

Tahanan yang berubah-ubah, seperti yang tercantum dari namanya,


memiliki sebuah terminal tahanan yang dapat diubah harganya dengan memutar
dial, knob, ulir atau apa saja yang sesuai untuk suatu aplikasi. Mereka bisa
memiliki dua atau tiga terminal, akan tetapi kebanyakan memiliki tiga terminal.
Jika dua atau tiga terminal digunakan untuk mengendalikan besar tegangan, maka
biasanya di sebut potensiometer. Meskipun sebenarnya piranti tiga terminal
tersebut dapat digunakan sebagai rheostat atau potensiometer (tergantung pada
bagaimana dihubungkan), ia biasa disebut potensiometer bila daftar dalam
majalah perdagangan atau diminta untuk aplikasi khusus.

Kebanyakan potensiometer memiliki tiga terminal. Dial, knob, dan ulir


pada tengah kemasannya mengendalikan gerak sebuah kontak yang dapat
bergerak sepanjang elemen hambatan yang dihubungkan antara dua terminal luar.
Tahanan antara terminal luar selalu tetap pada harga penuh yang terdapat pada
potensiometer, tidak terpengaruhi pada posisi lengan geser. Dengan kata lain
tahanan antar terminal luar untuk potensiometer 1M? akan selalu 1M?, tidak ada
masalah bagaimana kita putar elemen kendali. Tahanan antara lengan geser dan
salah satu terminal luar dapat diubah-ubah dari harga minimum yaitu nol ohm
sampai harga maksimum yang sama dengan harga penuh potensiometer tersebut.
Jumlah tahanan antara lengan geser dan masing-masing terminal luar harus sama
dengan besar tahanan penuh potensiometer. Apabila tahanan antara lengan geser
dan salah satu kontak luar meningkat, maka tahanan antara lengan geser dan salah
satu terminal luar yang lain akan berkurang.

Macam-macam resistor tetap :

a. Metal Film Resistor

b. Metal Oxide Resistor

c. Carbon Film Resistor

d. Ceramic Encased Wirewound

e. Economy Wirewound

f. Zero Ohm Jumper Wire

g. S I P Resistor Network

Macam-macam resistor variabel :

a. Potensiometer

a.1. Linier
a.2. Logaritmis

b. Trimer-Potensiometer

c. Thermister :

.1. NTC ( Negative Temperature Coefisient

c.2. PTC ( Positive Temperature Coefisient )

d. DR

e. Vdr

Karakteristik Berbagai Macam Resistor

Karakteristik berbagai macam resistor dipengaruhi oleh bahan yang


digunakan. Resistansi resistor komposisi tidak stabil disebabkan pengaruh suhu,
jika suhu naik maka resistansi turun. Kurang sesuai apabila digunakan dalam
rangkaian elektronika tegangan tinggi dan arus besar. Resistansi sebuah resistor
komposisi berbeda antara kenyataan dari resistansi nominalnya. Jika perbedaan
nilai sampai 10 % tentu kurang baik pada rangkaian yang memerlukan ketepatan
tinggi. Resistor variabel resistansinya berubah-ubah sesuai dengan perubahan dari
pengaturannya. Resistor variabel dengan pengatur mekanik, pengaturan oleh
cahaya, pengaturan oleh temperature suhu atau pengaturan lainnya. Jika
perubahan nilai, resistansi potensiometer sebanding dengan kedudukan kontak
gesernya maka potensiometer semacam ini disebut potensiometer linier. Tetapi
jika perubahan nilai resistansinya tidak sebanding dengan kedudukan kontak
gesernya disebut potensio logaritmis.

Secara teori sebuah resistor dinyatakan memiliki resistansi murni akan


tetapi pada prakteknya sebuah resistor mempunyai sifat tambahan yaitu sifat
induktif dan kapasitif. Pada dasarnya bernilai rendah resistor cenderung
mempunyai sifat induktif dan resistor bernilai tinggi resistor tersebut mempunyai
sifat tambahan kapasitif. Suhu memiliki pengaruh yang cukup berarti terhadap
suatu hambatan. Didalam penghantar ada electron bebas yang jumlahnya sangat
besar sekali, dan sembarang energi panas yang dikenakan padanya akan memiliki
dampak yang sedikit pada jumlah total pembawa bebas. Kenyataannya energi
panas hanya akan meningkatkan intensitas gerakan acak dari partikel yang berada
dalam bahan yang membuatnya semakin sulit bagi aliran electron secara umum
pada sembarang satu arah yang ditentukan. Hasilnya adalah untuk penghantar
yang bagus, peningkatan suhu akan menghasilkan peningkatan harga tahanan.
Akibatnya, penghantar memiliki koefisien suhu positif.
Arus -> panas

HR = I2Rt [joule]

Q=mc(Ta-T)

Q=0.24 I2

R t [kalori]

Kode Warna Dan Huruf Pada Resistor

Tidak semua nilai resistansi sebuah resistor dicantumkan dengan lambang


bilangan melainkan dengan cincin kode warna. Banyaknya cincin kode warna
pada setiap resistor berjumlah 4 dan ada juga yang berjumlah 5. Resistansi yang
mempunyai 5 cincin terdiri dari cincin 1 , 2 dan 3 adalah cincin digit, cincin 4
sebagai pengali serta cincin 5 adalah toleransi. Resistansi yang mempunyai 4
cincin terdiri dari cincin 1 , 2 adalah sebagai digit, cincin 3 adalah cincin pengali
dan cincin 4 sebagai toleransi.

Kode Huruf

1) Huruf I menyatakan nilai resistor dan tanda koma desimal.


2) Jika huruf I adalah : R artinya x 1(kali satu) ohm
3) K artinya x 103 (kali 1000) ohm
4) M artinya x 106 (kali 1000000) ohm
5) 2) Huruf II menyatakan toleransi
6) Jika huruf II adalah : J artinya toleransi ± 5 %
7) K artinya toleransi ± 10 %
8) M artinya toleransi ± 20 %
Resistor Tetap

Resistor tetap adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap.
Resisto batas kemampuan daya misalnya : 1/6 w. 1/8 w. ¼ w, ½ w, 1 w, 5 w, dsb
yang berarti res dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan
kemampuan dayanya.

Resistor Tidak Tetap (variabel)

Resistor tidak tetap adalah resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-
ubah atau tidak tetap. Jenisnya yaitu hambatan geser, Trimpot dan Potensiometer.

a. Trimpot

Resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah dengan cara memutar


porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai hambatan dari
suatu trimpot dapatdilihat dari angka yang tercantum pada badan trimpot tersebut.
Simbol trimpot :

b. Potensiometer

Resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah dengan memutar poros yang
telah tersedia. Potensiometer pada dasarnya sama dengan trimpot secara
fungsional.

Rangkaian Resistor Seri atau Deret

Yang dimaksud dengan rangkaian seri atau deret ialah apabila beberapa
resistor dihubungkan secara berturut-turut, yaitu ujung-akhir dari resistor pertama
disambung dengan ujung-awal dari resistor kedua dan seterusnya. Jika ujung-awal
resistor pertama dan ujung-akhir resistor pertama dan ujung-akhir resistor terakhir
diberikan tegangan maka arus akan mengalir berturut-turut melalui semua resistor
yang besarnya sama.

Jika beberapa resistor, dihubungkan seri atau deret, kuat arus dalam semua
resistor itu besarnya sama, berdasarkan hokum ohm: Jika beberapa resistor
dihubungkan seri, maka tegangan jumlah sama dengan jumlah tegangan-tegangan
bagian.

KAPASITOR

KAPASITOR (KONDENSATOR)

Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan


dengan huruf “C” adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik
di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal
dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).
Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm2 yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut.

Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan
oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir
menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke
ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya
muatan-muatan positif dan negatif di awan.

Kapasitansi

Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk


dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1
coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat
bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan
tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan
rumus dapat ditulis :

Q=CV

Q = muatan elektron dalam C (coulombs)


C = nilai kapasitansi dalam F (farad)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan
mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal
dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumus dapat di tulis
sebagai berikut :

C = (8.85 x 10-12) (k A/t)

Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan.
Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farad adalah sangat besar
sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasaran memiliki satuan : µF, nF dan pF.

1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)

1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)

1 µF = 1.000 nF (nano Farad)

1 nF = 1.000 pF (piko Farad)

1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)

1 µF = 10-6 F
1 nF = 10-9 F
1 pF = 10-12 F
Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran
sebuah kapasitor. Misalnya 0.047µF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau contoh
lain 0.1nF sama dengan 100pF.

Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif
dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih


rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan
berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau
kancing baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).
Wujud dan Macam Kondensator

Berdasarkan kegunaannya kondensator di bagi menjadi :

1. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah)

2. Kondensator elektrolit (Electrolit Condenser = Elco)

3. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)

Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis


dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan
polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis kapasitansinya
sebesar 100µF25v yang artinya kapasitor/ kondensator tersebut memiliki nilai
kapasitansi 100 µF dengan tegangan kerja maksimal yang diperbolehkan sebesar
25 volt.
Kapasitor yang ukuran fisiknya kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua)
atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka, satuannya adalah pF (pico
farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka
kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan
kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali.
Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3
= 1.000, 4 = 10.000, 5 = 100.000 dan seterusnya.
Contoh :

Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan


warna seperti pada resistor.
Contoh :

Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada toleransinya.


Pada tabel 2.3 diperlihatkan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf
tertentu. Dengan tabel tersebut pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi
kapasitor yang biasanya tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika
tertulis 104 X7R, maka kapasitansinya adalah 100nF dengan toleransi +/-15%.
Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara
-55Co sampai +125Co .
Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa karakteristik kapasitor selain
kapasitansi juga tak kalah pentingnya yaitu tegangan kerja dan temperatur kerja.
Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor
masih dapat bekerja dengan baik. Misalnya kapasitor 10uF25V, maka tegangan
yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya kapasitor-
kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja pada
tegangan AC. Sedangkan temperatur kerja yaitu batasan temperatur dimana
kapasitor masih bisa bekerja dengan optimal. Misalnya jika pada kapasitor tertulis
X7R, maka kapasitor tersebut mempunyai suhu kerja yang direkomendasikan
antara -55Co sampai +125Co. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh
pabrik pembuat di dalam datasheet.

Rangkaian Kapasitor

Rangkaian kapasitor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total


semakin kecil. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara seri.

Pada rangkaian kapasitor yang dirangkai secara seri berlaku rumus :

Rangkaian kapasitor secara paralel akan mengakibatkan nilai kapasitansi


pengganti semakin besar. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara
paralel.

Pada rangkaian kapasitor paralel berlaku rumus :


Fungsi Kapasitor

Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian :

1. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain
(pada PS = Power Supply)

2. Sebagai filter dalam rangkaian PS

3. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antenna

4. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon

5. Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar

Tipe Kapasitor
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya.
Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic,
electrolytic dan electrochemical.
• Kapasitor Electrostatic

Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan


bahan dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan
yang popular serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil.
Tersedia dari besaran pF sampai beberapa µF, yang biasanya untuk aplikasi
rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan
dielektrik film adalah bahan-bahan material seperti polyester (polyethylene
terephthalate atau dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene, polyprophylene,
polycarbonate, metalized paper dan lainnya.
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang untuk
kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor kelompok ini
adalah non-polar.
• Kapasitor Electrolytic

Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang


bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang
termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan – di badannya.
Mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena proses
pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutub positif anoda
dan kutub negatif katoda.
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium,
magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat
dioksidasi sehingga membentuk lapisan metal-oksida (oxide film). Lapisan
oksidasi ini terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan
emas. Elektroda metal yang dicelup ke dalam larutan elektrolit (sodium borate)
lalu diberi tegangan positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan negatif
(katoda). Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan mengoksidasi permukaan
plat metal. Contohnya, jika digunakan Aluminium, maka akan terbentuk lapisan
Aluminium-oksida (Al2O3) pada permukaannya.

Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida


dan electrolyte (katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal-oksida
sebagai dielektrik. Dari rumus (2) diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik
dengan tebal dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis, sehingga dengan
demikian dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.
Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang banyak
digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah
adalah aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat
Aluminium ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh
kapasitor yang kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF, 470uF, 4700uF dan
lain-lain, yang sering juga disebut kapasitor elco.
Bahan electrolyte pada kapasitor tantalum ada yang cair tetapi ada juga
yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit
yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu manganese-
dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang
besar namun menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya
padat, maka waktu kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini
juga memiliki arus bocor yang sangat kecil Jadi dapat dipahami mengapa
kapasitor Tantalum menjadi relatif mahal.
• Kapasitor Electrochemical

Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk


kapasitor jenis ini adalah battery dan accu. Pada kenyataannya battery dan accu
adalah kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan
arus bocor (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih
dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan
ringan, misalnya untuk aplikasi mobil elektrik dan telepon selular.

Peranan Kapasitor dalam Penggunaan Energi Listrik

Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang
besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi
(R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya pemakaian energi listrik itu
disebabkan karena banyak dan beraneka ragam peralatan (beban) listrik yang
digunakan. Sedangkan beban listrik yang digunakan umumnya bersifat induktif
dan kapasitif. Di mana beban induktif (positif) membutuhkan daya reaktif seperti
trafo pada rectifier, motor induksi (AC) dan lampu TL, sedang beban kapasitif
(negatif) mengeluarkan daya reaktif. Daya reaktif itu merupakan daya tidak
berguna sehingga tidak dapat dirubah menjadi tenaga akan tetapi diperlukan untuk
proses transmisi energi listrik pada beban. Jadi yang menyebabkan pemborosan
energi listrik adalah banyaknya peralatan yang bersifat induktif. Berarti dalam
menggunakan energi listrik ternyata pelanggan tidak hanya dibebani oleh daya
aktif (kW) saja tetapi juga daya reaktif (kVAR). Penjumlahan kedua daya itu akan
menghasilkan daya nyata yang merupakan daya yang disuplai oleh PLN. Jika nilai
daya itu diperbesar yang biasanya dilakukan oleh pelanggan industri maka rugi-
rugi daya menjadi besar sedang daya aktif (kW) dan tegangan yang sampai ke
konsumen berkurang. Dengan demikian produksi pada industri itu akan menurun
hal ini tentunya tidak boleh terjadi untuk itu suplai daya dari PLN harus ditambah
berarti penambahan biaya. Karena daya itu P = V.I, maka dengan bertambah
besarnya daya berarti terjadi penurunan harga V dan naiknya harga I. Dengan
demikian daya aktif, daya reaktif dan daya nyata merupakan suatu kesatuan yang
kalau digambarkan seperti segi tiga siku-siku pada Gambar 1.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kW)


dengan daya nyata (kVA) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

cos r = pf = P (kW) / S (kVA) ........(1) P (kW) = S (kVA) . cos r................(2)

Seperti kita ketahui bahwa harga cos r adalah mulai dari 0 s/d 1. Berarti
kondisi terbaik yaitu pada saat harga P (kW) maksimum [ P (kW)=S (kVA) ] atau
harga cos r = 1 dan ini disebut juga dengan cos r yang terbaik. Namun dalam
kenyataannya harga cos r yang ditentukan oleh PLN sebagai pihak yang
mensuplai daya adalah sebesar 0,8. Jadi untuk harga cos r < 0,8 berarti pf
dikatakan jelek. Jika pf pelanggan jelek (rendah) maka kapasitas daya aktif (kW)
yang dapat digunakan pelanggan akan berkurang. Kapasitas itu akan terus
menurun seiring dengan semakin menurunnya pf sistem kelistrikan pelanggan.
Akibat menurunnya pf itu maka akan muncul beberapa persoalan sbb:

a. Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi-rugi.

b. Membesarnya penggunaan daya listrik kVAR.

c. Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan.

Secara teoritis sistem dengan pf yang rendah tentunya akan menyebabkan


arus yang dibutuhkan dari pensuplai menjadi besar. Hal ini akan menyebabkan
rugi-rugi daya (daya reaktif) dan jatuh tegangan menjadi besar. Dengan demikian
denda harus dibayar sebabpemakaian daya reaktif meningkat menjadi besar.
Denda atau biaya kelebihan daya reaktif dikenakan apabila jumlah pemakaian
kVARH yang tercata dalam sebulan lebih tinggi dari 0,62 jumlah kWH pada
bulan yang bersangkutan sehingga pf rata-rata kurang dari 0,85. Sedangkan
perhitungan kelebihan pemakaian kVARH dalam rupiah menggunakan rumus
sbb:

[ B - 0,62 ( A1 + A2 ) ] Hk

Dimana : B = pemakaian k VARH

A1 = pemakaian kWH WPB

A2 = pemakaian kWH LWBP

Hk = harga kelebihan pemakaian kVARH

Untuk memperbesar harga cos r (pf) yang rendah hal yang mudah
dilakukan adalah memperkecil sudut r sehingga menjadi r1 berarti r>r1. Sedang
untuk memperkecil sudut r itu hal yang mungkin dilakukan adalah memperkecil
komponen daya reaktif (kVAR). Berarti komponen daya reaktif yang ada bersifat
induktif harus dikurangi dan pengurangan itu bisa dilakukan dengan menambah
suatu sumber daya reaktif yaitu berupa kapasitor.

Proses pengurangan itu bisa terjadi karena kedua beban (induktor dan
kapasitor) arahnya berlawanan akibatnya daya reaktif menjadi kecil. Bila daya
reaktif menjadi kecil sementara daya aktif tetap maka harga pf menjadi besar
akibatnya daya nyata (kVA) menjadi kecil sehingga rekening listrik menjadi
berkurang. Sedangkan keuntungan lain dengan mengecilnya daya reaktif adalah :

 Mengurangi rugi-rugi daya pada sistem.


 Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.

Proses Kerja Kapasitor

Kapasitor yang akan digunakan untuk meperbesar pf dipasang paralel


dengan rangkaian beban. Bila rangkaian itu diberi tegangan maka elektron akan
mengalir masuk ke kapasitor. Pada saat kapasitor penuh dengan muatan elektron
maka tegangan akan berubah. Kemudian elektron akan ke luar dari kapasitor dan
mengalir ke dalam rangkaian yang memerlukannya dengan demikian pada saaat
itu kapasitor membangkitkan daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu
kembali normal (tetap) maka kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada
saat kapasitor mengeluarkan elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai
daya treaktif ke beban. Keran beban bersifat induktif (+) sedangkan daya reaktif
bersifat kapasitor (-) akibatnya daya reaktif yang berlaku menjadi kecil.

Rugi-rugi daya sebelum dipasang kapasitor :

Rugi daya aktif = I2 R Watt .............(5)

Rugi daya reaktif = I2 x VAR.........(6)

Rugi-rugi daya sesudah dipasang kapasitor :

Rugi daya aktif = (I2 - Ic2) R Watt ...(7)

Rugi daya reaktif = (I2 - Ic2) x VAR (8)

Pemasangan Kapasitor

Kapasitor yang akan digunakan untuk memperkecil atau memperbaiki pf


penempatannya ada dua cara :

1. Terpusat kapasitor ditempatkan pada:

a. Sisi primer dan sekunder transformator

b. Pada bus pusat pengontrol

2. Cara terbatas kapasitor ditempatkan

a. Feeder kecil

b. Pada rangkaian cabang

c. Langsung pada beban

Perawatan Kapasitor

Kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki pf supaya tahan lama


tentunya harus dirawat secara teratur. Dalam perawatan itu perhatian harus
dilakukan pada tempat yang lembab yang tidak terlindungi dari debu dan kotoran.
Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan bahwa kapasitor tidak terhubung lagi
dengan sumber. Kemudian karena kapasitor ini masih mengandung muatan berarti
masih ada arus/tegangan listrik maka kapasitor itu harus dihubung singkatkan
supaya muatannya hilang. Adapun jenis pemeriksaan yang harus dilakukan
meliputi :

 Pemeriksaan kebocoran
 Pemeriksaan kabel dan penyangga kapasitor
 Pemeriksaan isolator

Sistem Mikroprosesor

Selain komponen induktor pemborosan pemakaian listrik bisa juga terjadi


karena:

Tegangan tidak stabil

Ketidak stabilan tegangan bisa menyebabkan terjadinya pemborosan


energi listrik. Ketidakstabilan itu dapat diartikan tegangan pada suatu fase lebih
besar, lebih kecil atau berfluktuasi terhadap teganga standar. Sedangkan akibat
pembrosan energi listrik itu maka timbul panas sehingga bisa menyebabkan
pertama kerusakan isolator peralatan yang dipakai. Ke dua memperpendek daya
isolasi pada lilitan. Sementara itu dengan ketidakseimbangan sebesar 3% saja
dapat memperbesar suhu motor yang sedang beroperasi sebesar 18% dari keadaan
semula. Hal ini tentunya akan menimbulkan suara bising pada motor dengan
kecepatan tinggi.

Harmonik

Harmonik itu bisa menimbulkan panas, hal ini terjadi karena adanya
energi listrik yang berlebihan. Harmonik itu bisa muncul karena peralatan seperti
komputer, kontrol motor dll. Harmonik merupakan suatu keadaan timbulnya
tegangan yang periodenya berbeda dengan periode tegangan standar. Periode itu
bisa 180 Hz (harmonik ke-3), 300 Hz (harmonik ke-5) dan seterusnya. Harmonik
pada transformator lebih berbahaya, hal ini karena adanya sisrkulasi arus akibat
panas yang berlebih. Sehingga hal ini bisa mengurangi kemampuan peralatan
proteksi yang menggunakan power line carrier sebagai detektor kondisi normal.

Untuk mengoptimalkan pemakaian energi listrik bisa digunakan beban-


beban tiruan berupa LC yang dilengkapi dengan teknologi mikroprosesor.
Sehingga ketepatan dan keandalan dalam mendeteksi kualitas daya listrik bisa
diperoleh. Mikroprosesor itu berfungsi untuk mengolah komponen-komponen
yang menentukan kualitas tenaga listrik. Seperti keseimbangan beban antar fasa,
harmonik dan surja. Apabila terdapat ketidakseimbangan antara fasa satu dengan
fasa yang lainnya, maka mikroprosesor akan memerintahkan beban-beban LC
untuk membuka atau menutup agar arus disuplai ke fasa satu sehingga selisih arus
antara fasa satu dengan fasa yang lainnya tidak ada. Banyaknya L atau C yang
dibuka atau ditutup tergantung dari kondisi ketidakseimbangan beban yang
terdeteksi oleh mikroprosesor. Kondisi harmonik yang terdeteksi bisa dihilangkan
dengan menggunakan filter LC.

Keuntungan alat ini adalah :

 Mampu mereduksi daya sampai 30%.


 Meningkatkan pf antara 95-100%
 Dapat mengeliminasi terjadinya harmonik.

Dengan demikian pemakaian energi listrik bisa dihemat yaitu dengan cara
mengoptimalkan konsumsi energi masing-masing peralatan yang digunakan,
memperkecil gejala harmonik dan menstabilkan tegangan. Sehingga energi tersisa
bisa dimanfaatkan untuk sektor lain yang lebih membutuhkan. Sedang dampak
negatif dari pemborosan energi listrik itu pertama menciptakan
ketidakseimbangan beban fasa-fasa listrik yang pada gilirannya akan
mempengaruhi over heating pada motor dan penurunan life isolator. Ke dua bagi
PLN sebagai penyuplai energi listrik tentunya harus menyediakan energi listrik
yang lebih besar lagi.

TRANSISTOR

Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan


NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit
tentang arus bias yang memungkinkan elektron dan hole berdifusi antara kolektor
dan emitor menerjang lapisan base yang tipis itu. Sebagai rangkuman, prinsip kerja
transistor adalah arus bias base-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-
emiter. Bagian penting berikutnya adalah bagaimana caranya memberi arus bias
yang tepat sehingga transistor dapat bekerja optimal.

Arus bias

Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada transistor, yaitu
rangkaian CE (Common Emitter), CC (Common Collector) dan CB (Common
Base). Namun saat ini akan lebih detail dijelaskan bias transistor rangkaian CE.
Dengan menganalisa rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa parameter
penting dan berguna terutama untuk memilih transistor yang tepat untuk aplikasi
tertentu. Tentu untuk aplikasi pengolahan sinyal frekuensi audio semestinya tidak
menggunakan transistor power, misalnya.

Arus Emiter

Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk kesatu
titik akan sama jumlahnya dengan arus yang keluar. Jika teorema tersebut
diaplikasikan pada transistor, maka hukum itu menjelaskan hubungan :

IE = IC + IB ........(1)

Gambar-1 : arus emitor

Persamanaan (1) tersebut mengatakan arus emiter IE adalah jumlah dari arus
kolektor IC dengan arus base IB. Karena arus IB sangat kecil sekali atau disebutkan
IB << IC, maka dapat di nyatakan :

IE = IC ..........(2)

Alpha (α)

Pada tabel data transistor (databook) sering dijumpai spesikikasi α dc (alpha


dc) yang tidak lain adalah :

α dc = IC/IE ..............(3)

Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor.


Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter maka
idealnya besar α dc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada
memiliki α dc kurang lebih antara 0.95 sampai 0.99.

Beta (β)

Beta didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus
base.

β = IC/IB ............. (4)

Dengan kata lain, β adalah parameter yang menunjukkan kemampuan penguatan


arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera di databook
transistor dan sangat membantu para perancang rangkaian elektronika dalam
merencanakan rangkaiannya.

Misalnya jika suatu transistor diketahui besar β =250 dan diinginkan arus kolektor
sebesar 10 mA, maka berapakah arus bias base yang diperlukan. Tentu
jawabannya sangat mudah yaitu :

IB = IC/ β = 10mA/250 = 40 uA

Arus yang terjadi pada kolektor transistor yang memiliki β = 200 jika diberi arus
bias base sebesar 0.1mA adalah :

IC = β IB = 200 x 0.1mA = 20 mA

Dari rumusan ini lebih terlihat defenisi penguatan arus transistor, yaitu sekali lagi,
arus base yang kecil menjadi arus kolektor yang lebih besar.

Common Emitter (CE)

Rangkaian CE adalah rangkain yang paling sering digunakan untuk berbagai


aplikasi yang mengunakan transistor. Dinamakan rangkaian CE, sebab titik ground
atau titik tegangan 0 volt dihubungkan pada titik emiter.
Gambar-2 : rangkaian CE

Sekilas Tentang Notasi

Ada beberapa notasi yang sering digunakan untuk mununjukkan besar


tegangan pada suatu titik maupun antar titik. Notasi dengan 1 subscript adalah
untuk menunjukkan besar tegangan pada satu titik, misalnya VC = tegangan
kolektor, VB = tegangan base dan VE = tegangan emiter.

Ada juga notasi dengan 2 subscript yang dipakai untuk menunjukkan besar
tegangan antar 2 titik, yang disebut juga dengan tegangan jepit. Diantaranya adalah
:

VCE = tegangan jepit kolektor- emitor

VBE = tegangan jepit base - emitor

VCB = tegangan jepit kolektor - base

Notasi seperti VBB, VCC, VEE berturut-turut adalah besar sumber tegangan yang
masuk ke titik base, kolektor dan emitor.

Kurva Base

Hubungan antara IB dan VBE tentu saja akan berupa kurva dioda. Karena
memang telah diketahui bahwa junction base-emitor tidak lain adalah sebuah
dioda. Jika hukum Ohm diterapkan pada loop base diketahui adalah :

IB = (VBB - VBE) / RB ......... (5)

VBE adalah tegangan jepit dioda junction base-emitor. Arus hanya akan
mengalir jika tegangan antara base-emitor lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB
mulai aktif mengalir pada saat nilai VBE tertentu.
Gambar-3 : kurva IB -VBE

Besar VBE umumnya tercantum di dalam databook. Tetapi untuk penyerdehanaan


umumnya diketahui VBE = 0.7 volt untuk transistor silikon dan VBE = 0.3 volt
untuk transistor germanium. Nilai ideal VBE = 0 volt.

Sampai disini akan sangat mudah mengetahui arus IB dan arus IC dari
rangkaian berikut ini, jika diketahui besar  = 200. Katakanlah yang digunakan
adalah transistor yang dibuat dari bahan silikon.

Gambar-4 : rangkaian-01

IB = (VBB - VBE) / RB

= (2V - 0.7V) / 100 K

= 13 uA

Dengan β = 200, maka arus kolektor adalah :

IC = β IB = 200 x 13uA = 2.6 mA

Kurva Kolektor

Sekarang sudah diketahui konsep arus base dan arus kolektor. Satu hal lain
yang menarik adalah bagaimana hubungan antara arus base IB, arus kolektor IC dan
tegangan kolektor-emiter VCE. Dengan mengunakan rangkaian-01, tegangan VBB
dan VCC dapat diatur untuk memperoleh plot garis-garis kurva kolektor. Pada
gambar berikut telah diplot beberapa kurva kolektor arus IC terhadap VCE dimana
arus IB dibuat konstan.

Gambar-5 : kurva kolektor

Dari kurva ini terlihat ada beberapa region yang menunjukkan daerah kerja
transistor. Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian daerah
aktif dan seterusnya daerah breakdown.

Daerah Aktif

Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus
IC konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus
IC hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah
linear (linear region). Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus
diterapkan pada loop kolektor (rangkaian CE), maka dapat diperoleh hubungan :

VCE = VCC - ICRC .............. (6)

Dapat dihitung dissipasi daya transistor adalah :

PD = VCE.IC ............... (7)

Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah tegangan kolektor-
emitor dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi daya ini berupa panas yang
menyebabkan naiknya temperatur transistor. Umumnya untuk transistor power
sangat perlu untuk mengetahui spesifikasi PDmax. Spesifikasi ini menunjukkan
temperatur kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja
normal. Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka
transistor dapat rusak atau terbakar.

Daerah Saturasi

Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt
(transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-base yang mana tegangan
VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron.

Daerah Cut-Off

Jika kemudian tegangan VCC dinaikkan perlahan-lahan, sampai tegangan


VCE tertentu tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah
kerja transistor berada pada daerah cut-off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu
menjadi aktif (ON). Perubahan ini dipakai pada system digital yang hanya
mengenal angka biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh status
transistor OFF dan ON.

Gambar-6 : rangkaian driver LED

Misalkan pada rangkaian driver LED di atas, transistor yang digunakan adalah
transistor dengan β = 50. Penyalaan LED diatur oleh sebuah gerbang logika (logic
gate) dengan arus output high = 400 uA dan diketahui tegangan forward LED,
VLED = 2.4 volt. Lalu pertanyaannya adalah, berapakah seharusnya resistansi RL
yang dipakai.

IC = β IB = 50 x 400 uA = 20 mA

Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat transistor cut-off.
Tegangan VCE pada saat cut-off idealnya = 0, dan aproksimasi ini sudah cukup
untuk rangkaian ini.

RL = (VCC - VLED - VCE) / IC

= (5 - 2.4 - 0)V / 20 mA

= 2.6V / 20 mA

= 130 Ohm

Daerah Breakdown

Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40V, arus IC
menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada pada
daerah breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini,
karena akan dapat merusak transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor nilai
tegangan VCEmax yang diperbolehkan sebelum breakdown bervariasi. VCEmax
pada databook transistor selalu dicantumkan juga.

Datasheet transistor

Sebelumnya telah disinggung beberapa spesifikasi transistor, seperti


tegangan VCEmax dan PD max. Sering juga dicantumkan di datasheet keterangan
lain tentang arus ICmax VCBmax dan VEBmax. Ada juga PDmax pada TA = 25o dan
PDmax pada TC = 25o. Misalnya pada transistor 2N3904 dicantumkan data-data
seperti :

VCBmax = 60V

VCEOmax = 40V

VEBmax = 6 V

ICmax = 200 mAdc

PDmax = 625 mW TA = 25o

PDmax = 1.5W TC = 25o

TA adalah temperature ambient yaitu suhu kamar. Sedangkan TC adalah


temperature cashing transistor. Dengan demikian jika transistor dilengkapi dengan
heatshink, maka transistor tersebut dapat bekerja dengan kemampuan dissipasi
daya yang lebih besar.

DIODA

Dalam elektronika, dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda


termionik mungkin memiliki saluran ketiga sebagai pemanas). Dioda mempunyai
dua elektroda aktif dimana isyarat listrik dapat mengalir, dan kebanyakan dioda
digunakan karena karakteristik satu arah yang dimilikinya. Dioda varikap
(VARIable CAPacitor/kondensator variabel) digunakan sebagai kondensator
terkendali tegangan.

Sifat kesearahan yang dimiliki sebagian besar jenis dioda seringkali disebut
karakteristik menyearahkan. Fungsi paling umum dari dioda adalah untuk
memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah (disebut kondisi panjar
maju) dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya (disebut kondisi panjar
mundur). Karenanya, dioda dapat dianggap sebagai versi elektronik dari katup
pada transmisi cairan.

Dioda sebenarnya tidak menunjukkan kesearahan hidup-mati yang


sempurna (benar-benar menghantar saat panjar maju dan menyumbat pada panjar
mundur), tetapi mempunyai karakteristik listrik tegangan-arus taklinier kompleks
yang bergantung pada teknologi yang digunakan dan kondisi penggunaan.
Beberapa jenis dioda juga mempunyai fungsi yang tidak ditujukan untuk
penggunaan penyearahan. Awal mula dari dioda adalah peranti kristal Cat's
Whisker dan tabung hampa (juga disebut katup termionik). Saat ini dioda yang
paling umum dibuat dari bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium.

Dioda termionik
Simbol untuk dioda tabung hampa pemanasan taklangung, dari atas
kebawah adalah anoda, katoda dan filamen pemanas. Dioda termionik adalah
sebuah peranti katup termionik yang merupakan susunan elektroda-elektroda di
ruang hampa dalam sampul gelas. Dioda termionik pertama bentuknya sangat
mirip dengan bola lampu pijar.

Dalam dioda katup termionik, arus listrik yang melalui filamen pemanas
secara tidak langsung memanaskan katoda (Beberapa dioda menggunakan
pemanasan langsung, dimana filamen wolfram berlaku sebagai pemanas sekaligus
juga sebagai katoda), elektroda internal lainnya dilapisi dengan campuran barium
dan strontium oksida, yang merupakan oksida dari logam alkali tanah. Substansi
tersebut dipilih karena memiliki fungsi kerja yang kecil. Bahang yang dihasilkan
menimbulkan pancaran termionik elektron ke ruang hampa. Dalam operasi maju,
elektroda logam disebelah yang disebut anoda diberi muatan positif jadi secara
elektrostatik menarik elektron yang terpancar.

Walaupun begitu, elektron tidak dapat dipancarkan dengan mudah dari


permukaan anoda yang tidak terpanasi ketika polaritas tegangan dibalik.
Karenanya, aliran listrik terbalik apapun yang dihasilkan dapat diabaikan.

Dalam sebagian besar abad ke-20, dioda katup termionik digunakan dalam
penggunaan isyarat analog, dan sebagai penyearah pada pemacu daya. Saat ini,
dioda katup hanya digunakan pada penggunaan khusus seperti penguat gitar listrik,
penguat audio kualitas tinggi serta peralatan tegangan dan daya tinggi.

Dioda semikonduktor

Sebagian besar dioda saat ini berdasarkan pada teknologi pertemuan p-n
semikonduktor. Pada dioda p-n, arus mengalir dari sisi tipe-p (anoda) menuju sisi
tipe-n (katoda), tetapi tidak mengalir dalam arah sebaliknya. Tipe lain dari dioda
semikonduktor adalah dioda Schottky yang dibentuk dari pertemuan antara logam
dan semikonduktor (sawar Schottky) sebagai ganti pertemuan p-n konvensional.

Karakteristik arus–tegangan

Karakteristik arus–tegangan dari dioda, atau kurva I–V, berhubungan


dengan perpindahan dari pembawa melalui yang dinamakan lapisan penipisan atau
daerah pemiskinan yang terdapat pada pertemuan p-n diantara semikonduktor.
Ketika pertemuan p-n dibuat, elektron pita konduksi dari daerah N menyebar ke
daerah P dimana terdapat banyak lubang yang menyebabkan elektron bergabung
dan mengisi lubang yang ada, baik lubang dan elektron bebas yang ada lenyap,
meninggalkan donor bermuatan positif pada sisi-N dan akseptor bermuatan negatif
pada sisi-P. Daerah disekitar pertemuan p-n menjadi dimiskinkan dari pembawa
muatan dan karenanya berlaku sebagai isolator. Walaupun begitu, lebar dari
daerah pemiskinan tidak dapat tumbuh tanpa batas. Untuk setiap pasangan
elektron-lubang yang bergabung, ion pengotor bermuatan positif ditinggalkan pada
daerah terkotori-n dan ion pengotor bermuatan negatif ditinggalkan pada daerah
terkotori-p. Saat penggabungan berlangsung dan lebih banyak ion ditimbulkan,
sebuah medan listrik terbentuk didalam daerah pemiskinan yang memperlambat
penggabungan dan akhirnya menghentikannya. Medan listrik ini menghasilkan
tegangan tetap dalam pertemuan.

Jenis-jenis dioda semikonduktor

Dioda Dioda zener

LED Dioda foto

Dioda terobosan Dioda varaktor


Dioda Schottky SCR

Simbol berbagai jenis dioda

Kemasan dioda sejajar dengan simbolnya, pita menunjukkan sisi katoda

Beberapa jenis dioda

Ada beberapa jenis dari dioda pertemuan yang hanya menekankan


perbedaan pada aspek fisik baik ukuran geometrik, tingkat pengotoran, jenis
elektroda ataupun jenis pertemuan, atau benar-benar peranti berbeda seperti dioda
Gunn, dioda laser dan dioda MOSFET.

Dioda biasa
Beroperasi seperti penjelasan di atas. Biasanya dibuat dari silikon terkotori
atau yang lebih langka dari germanium. Sebelum pengembangan dioda penyearah
silikon modern, digunakan kuprous oksida (kuprox)dan selenium, pertemuan ini
memberikan efisiensi yang rendah dan penurunan tegangan maju yang lebih tinggi
(biasanya 1.4–1.7 V tiap pertemuan, dengan banyak lapisan pertemuan ditumpuk
untuk mempertinggi ketahanan terhadap tegangan terbalik), dan memerlukan
benaman bahang yang besar (kadang-kadang perpanjangan dari substrat logam
dari dioda), jauh lebih besar dari dioda silikon untuk rating arus yang sama.

Dioda bandangan

Dioda yang menghantar pada arah terbalik ketika tegangan panjar mundur
melebihi tegangan dadal dari pertemuan P-N. Secara listrik mirip dan sulit
dibedakan dengan dioda Zener, dan kadang-kadang salah disebut sebagai dioda
Zener, padahal dioda ini menghantar dengan mekanisme yang berbeda yaitu efek
bandangan. Efek ini terjadi ketika medan listrik terbalik yang membentangi
pertemuan p-n menyebabkan gelombang ionisasi pada pertemuan, menyebabkan
arus besar mengalir melewatinya, mengingatkan pada terjadinya bandangan yang
menjebol bendungan. Dioda bandangan didesain untuk dadal pada tegangan
terbalik tertentu tanpa menjadi rusak. Perbedaan antara dioda bandangan (yang
mempunyai tegangan dadal terbalik diatas 6.2 V) dan dioda Zener adalah panjang
kanal yang melebihi rerata jalur bebas dari elektron, jadi ada tumbukan antara
mereka. Perbedaan yang mudah dilihat adalah keduanya mempunyai koefisien
suhu yang berbeda, dioda bandangan berkoefisien positif, sedangkan Zener
berkoefisien negatif.

Dioda Cat's whisker

Ini adalah salah satu jenis dioda kontak titik. Dioda cat's whisker terdiri
dari kawat logam tipis dan tajam yang ditekankan pada kristal semikonduktor,
biasanya galena atau sepotong batu bara[5]. Kawatnya membentuk anoda dan
kristalnya membentuk katoda. Dioda Cat's whisker juga disebut dioda kristal dan
digunakan pada penerima radio kristal.

Dioda arus tetap


Ini sebenarnya adalah sebuah JFET dengan kaki gerbangnya disambungkan
langsung ke kaki sumber, dan berfungsi seperti pembatas arus dua saluran (analog
dengan Zener yang membatasi tegangan). Peranti ini mengizinkan arus untuk
mengalir hingga harga tertentu, dan lalu menahan arus untuk tidak bertambah lebih
lanjut.

Esaki atau dioda terobosan

Dioda ini mempunyai karakteristik resistansi negatif pada daerah


operasinya yang disebabkan oleh quantum tunneling, karenanya memungkinkan
penguatan isyarat dan sirkuit dwimantap sederhana. Dioda ini juga jenis yang
paling tahan terhadap radiasi radioaktif.

Dioda Gunn

Dioda ini mirip dengan dioda terowongan karena dibuat dari bahan seperti
GaAs atau InP yang mempunyai daerah resistansi negatif. Dengan panjar yang
semestinya, domain dipol terbentuk dan bergerak melalui dioda, memungkinkan
osilator gelombang mikro frekuensi tinggi dibuat.

Demodulasi radio

Penggunaan pertama dioda adalah demodulasi dari isyarat radio modulasi


amplitudo (AM). Dioda menyearahkan isyarat AM frekuensi radio, meninggalkan
isyarat audio. Isyarat audio diambil dengan menggunakan tapis elektronik
sederhana dan dikuatkan.

Pengubahan daya

Penyearah dibuat dari dioda, dimana dioda digunakan untuk mengubah


arus bolak-balik menjadi arus searah. Contoh yang paling banyak ditemui adalah
pada rangkaian adaptor. Pada adaptor, dioda digunakan untuk menyearahkan arus
bolak-balik menjadi arus searah. Sedangkan contoh yang lain adalah alternator
otomotif, dimana dioda mengubah AC menjadi DC dan memberikan performansi
yang lebih baik dari cincin komutator dari dinamo DC.
1. Dioda diberi tegangan nol

Ketika dioda diberi tegangan nol maka tidak ada medan listrik yang
menarik elektron dari katoda. Elektron yang mengalami pemanasan pada katoda
hanya mampu melompat sampai pada posisi yang tidak begitu jauh dari
katoda dan membentuk muatan ruang (Space Charge). Tidak mampunya
elektron melompat menuju katoda disebabkan karena energy yang diberikan pada
elektron melalui pemanasan oleh heater belum cukup untuk menggerakkan
elektron menjangkau plate.

2. Diode diberi tegangan negative

Ketika dioda diberi tegangan negatif maka potensial negatif yang ada
pada plate akan menolak elektron yang sudah membentuk muatan ruang
sehingga elektron tersebut tidak akan dapat menjangkau plate sebaliknya
akan terdorong kembali ke katoda, sehingga tidak akan ada arus yang
mengalir.

3. Diode diberi tegangan positif

Ketika dioda diberi tegangan positif maka potensial positif yang ada pada
plate akan menarik elektron yang baru saja terlepas dari katoda oleh karena emisi
thermionic, pada situasi inilah arus listrik baru akan terjadi. Seberapa besar
arus listrik yang akan mengalir tergantung daripada besarnya tegangan
positif yang dikenakan pada plate. Semakin besar tegangan plate akan
semakin besar pula arus listrik yang akan mengalir. Oleh karena sifat dioda
yang seperti ini yaitu hanya dapat mengalirkan arus listrik pada situasi
tegangan tertentu saja, maka dioda dapat digunakan sebagai penyearah arus
listrik (rectifier). Pada kenyataannya memang dioda banyak digunakan
sebagai penyearah tegangan AC menjadi tegangan DC.

LED (DIODA CAHAYA)

Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting


diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik
yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Gejala ini termasuk bentuk
elektroluminesensi. Warna yang dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor
yang dipakai, dan bisa juga ultraviolet dekat atau inframerah dekat.

Fungsi fisikal

Sebuah LED adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah


dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh,
atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang
disebut p-n junction. Pembawa-muatan - elektron dan lubang mengalir ke junction
dari elektroda dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia
jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk
photon.

Emisi cahaya

Panjang gelombang dari cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena itu
warnanya, tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang membentuk p-n
junction. Sebuah dioda normal, biasanya terbuat dari silikon atau germanium,
memancarkan cahaya tampak inframerah dekat, tetapi bahan yang digunakan
untuk sebuah LED memiliki selisih pita energi antara cahaya inframerah dekat,
tampak, dan ultraungu dekat.

LED dalam aplikasi sebagai alat penerangan lampu langit-langit

Polarisasi

Tak seperti lampu pijar dan neon, LED mempunyai kecenderungan


polarisasi. Chip LED mempunyai kutub positif dan negatif (p-n) dan hanya akan
menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED terbuat dari bahan
semikonduktor yang hanya akan mengizinkan arus listrik mengalir ke satu arah
dan tidak ke arah sebaliknya. Bila LED diberikan arus terbalik, hanya akan ada
sedikit arus yang melewati chip LED. Ini menyebabkan chip LED tidak akan
mengeluarkan emisi cahaya. Chip LED pada umumnya mempunyai tegangan
rusak yang relatif rendah. Bila diberikan tegangan beberapa volt ke arah terbalik,
biasanya sifat isolator searah LED akan jebol menyebabkan arus dapat mengalir ke
arah sebaliknya.

Tegangan maju

Karakteristik chip LED pada umumnya adalah sama dengan karakteristik


dioda yang hanya memerlukan tegangan tertentu untuk dapat beroperasi. Namun
bila diberikan tegangan yang terlalu besar, LED akan rusak walaupun tegangan
yang diberikan adalah tegangan maju. Tegangan yang diperlukan sebuah dioda
untuk dapat beroperasi adalah tegangan maju (Vf).

Sirkuit LED

Sirkuit LED dapat didesain dengan cara menyusun LED dalam posisi seri
maupun paralel. Bila disusun secara seri, maka yang perlu diperhatikan adalah
jumlah tegangan yang diperlukan seluruh LED dalam rangkaian tadi. Namun bila
LED diletakkan dalam keadaan paralel, maka yang perlu diperhatikan menjadi
jumlah arus yang diperlukan seluruh LED dalam rangkaian ini. Menyusun LED
dalam rangkaian seri akan lebih sulit karena tiap LED mempunyai tegangan maju
(Vf) yang berbeda. Perbedaan ini akan menyebabkan bila jumlah tegangan yang
diberikan oleh sumber daya listrik tidak cukup untuk membangkitkan chip LED,
maka beberapa LED akan tidak menyala. Sebaliknya, bila tegangan yang diberikan
terlalu besar akan berakibat kerusakan pada LED yang mempunyai tegangan maju
relatif rendah. Pada umumnya, LED yang ingin disusun secara seri harus
mempunyai tegangan maju yang sama atau paling tidak tak berbeda jauh supaya
rangkaian LED ini dapat bekerja secara baik.

Substrat LED

Pengembangan LED dimulai dengan alat inframerah dan merah dibuat


dengan gallium arsenide. Perkembagan dalam ilmu material telah memungkinkan
produksi alat dengan panjang gelombang yang lebih pendek, menghasilkan cahaya
dengan warna bervariasi. LED konvensional terbuat dari mineral inorganik yang
bervariasi, menghasilkan warna sebagai berikut:

• aluminium gallium arsenide (AlGaAs) - merah dan inframerah

• gallium aluminium phosphide - hijau

• gallium arsenide/phosphide (GaAsP) - merah, oranye-merah, oranye, dan


kuning

• gallium nitride (GaN) - hijau, hijau murni (atau hijau emerald), dan biru

• gallium phosphide (GaP) - merah, kuning, dan hijau

• zinc selenide (ZnSe) - biru

• indium gallium nitride (InGaN) - hijau kebiruan dan biru

• indium gallium aluminium phosphide - oranye-merah, oranye, kuning, dan


hijau

• silicon carbide (SiC) - biru

• diamond (C) - ultraviolet

• silicon (Si) - biru (dalam pengembangan)

• sapphire (Al2O3) - biru

LED biru dan putih

Sebuah GaN LED ultraviolet

LED biru pertama yang dapat mencapai keterangan komersial


menggunakan substrat galium nitrida yang ditemukan oleh Shuji Nakamura tahun
1993 sewaktu berkarir di Nichia Corporation di Jepang. LED ini kemudian populer
di penghujung tahun 90-an. LED biru ini dapat dikombinasikan ke LED merah dan
hijau yang telah ada sebelumnya untuk menciptakan cahaya putih. LED dengan
cahaya putih sekarang ini mayoritas dibuat dengan cara melapisi substrat galium
nitrida (GaN) dengan fosfor kuning. Karena warna kuning merangsang penerima
warna merah dan hijau di mata manusia, kombinasi antara warna kuning dari
fosfor dan warna biru dari substrat akan memberikan kesan warna putih bagi mata
manusia. LED putih juga dapat dibuat dengan cara melapisi fosfor biru, merah dan
hijau di substrat ultraviolet dekat yang lebih kurang sama dengan cara kerja lampu
fluoresen. Metode terbaru untuk menciptakan cahaya putih dari LED adalah
dengan tidak menggunakan fosfor sama sekali melainkan menggunakan substrat
seng selenida yang dapat memancarkan cahaya biru dari area aktif dan cahaya
kuning dari substrat itu sendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

1. Kegunaan mengukur resistensi adalah untuk mengetahui kondisi suatu


komponendalam keadaan rusak atau baik, serta untuk menentukan nilai
resistensinya.

2. Kapasitor terdiri dari dua kutub yaitu anoda dan katoda.

3. Dioda yang baik yaitu diode yang apabila diukur secara bolak balik
memiliki nilai yang berbeda.

4. Sumber referensi dalam transistor ialah pin Basis, dimana hasil pengukuran
antara pin Basis-Kolektor dan pin Basis-Emitor haruslah sama.

5. LED terdapat sejumlah zat kimia yang akan mengeluarkan cahaya jika
elektron-elektron melewatinya. Dengan mengganti zat kimia ini, kita dapat
mengganti panjang gelombang cahaya yang dipancarkan, seperti infrared,
hijau/biru/merah dan ultraviolet.

a. Saran

Sebaiknya sebelum menggunakan komponen-komponen elektronika yang


dibahas diatas kita harus memeriksa kebaikan dari alat tersebut agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com//komponen elektronika, diakses tanggal 18 Oktober 2010//


(Online).

www.wikipedia.com//elektronika dasar, diakses tanggal 18 Oktober 18 Oktober


2010//(Online).

Resnick, H. 1985. Elektronika Dasar. Erlangga : Jakarta.

You might also like