You are on page 1of 12

Pengaruh Temperatur Pemanasan Terhadap Kekerasan dan Ketebalan Lapisan pada Chromizing Baja

Karbon Rendah (Toto Rusianto dan Sigit Murdana)

Pengaruh Temperatur Pemanasan Terhadap Kekerasan dan Ketebalan


Lapisan pada Chromizing Baja Karbon Rendah

Toto Rusianto*) dan Sigit Murdana


*) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi “AKPRIND”
Jl. Kalisasak no 28, Balapan Kotak Pos 45
E-mail: ista@indo.net.id

Abstract
Chromizing one of many coats process of metal to improve physical and
mechanical properties of steel, especially corrosion resistant. Cromizing process
use muffle furnace, specimen was placed in ceramic cylinder that contains material
coating, they are Chrome Oxide (Cr2 O3) and substance activator Ammonium
Chloride NH4Cl, Then heated for few hours at high temperature. Atoms will diffuse
to base metal. Chromium atom does not only coat base metal but it will make
alloying process until deep. This coat is strong than coating by electrolytic
chromium plating. Research of chromizing process takes constant variables,
chrome oxide concentration 95 % and substance activator 5 % , mix of that
substance amount 40 grams for once process. As material base metal is low
carbon steel that dimension diameter 25,4 mm and thick 20 mm. Holding time for
heating 10 hours, cooling media water. Variables inconstant the temperature are
900, 950, 1000, 1050 and 1100 0C. Result of research the hardness before
chromizing process on base metal was 170 HV (Hardness Vickers) , after process
the lower hardness 225 HV at heating 9000C and higher 257 HV at heating 1100
0
C. The diffusion distance Cr atoms by measurement of hardness until 230 µm, on
hardness 172 HV (where the hardness down as base metal). The higher
temperature 1100 0C thickness of coat 83 µm more then lower temperature
9000C the coat 40 µm. Micro structure of base metal did not change still ferrite,
but the grain size grew more bigger.
Keywords: Chromizing, Coating, Low Carbon Steel

1. Pendahuluan
Baja karbon banyak digunakan dalam alat-alat industri dan alat-alat mekanis karena baja
karbon banyak diproduksi dan harganya memang relatif lebih murah dan juga memenuhi
syarat teknis tetapi kelemahan dari baja karbon adalah mudah terkorosi. Salah satu cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah proses pelapisan dengan cara mendifusikan atom-atom
logam pelapis ke dalam logam utama dan karena temperatur proses yang cukup tinggi maka
atom-atom logam pelapis yang berdifusi ke dalam logam utama membentuk larutan padat dan
senyawa logam lainya. Proses ini disebut dengan diffusion coating atau pelapisan difusi.
Proses pelapisan difusi ada bermacam-macam yaitu ; Nitriding (pelapisan dengan nitrida),
Carburising (pelapisan dengan karbon), Calorising (pelapisan dengan aluminium), Chromising
(pelapisan dengan khrom). Pada proses Nitriding dan Karburising biasanya digunakan untuk
mendapatkan lapisan permukaan yang keras.

87
Jurnal Teknologi Industri, Vol. VI, No. 2, April 2002: 87 - 98

Proses chromizing selain meningkatkan mampu keras juga untuk meningkatkan


ketahanan terhadap serangan korosi suatu logam dan meningkatkan ketahanan aus logam. Baja
karbon yang dilapisi khrom akan tahan korosi sebab lapisan kromium bereaksi dengan oksigen
membentuk selaput tipis kromium oksida yang sangat stabil dan akan melindungi logam yang
berada di dalamnya sehingga terhadap serangan korosi berikutnya. Pada proses chromizing
hasil yang optimum banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain temperatur
pemanasan dan lama pemanasan.
1.1. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan permasalahan yang telah disebutkan diatas maka dalam penelitian
ini diusahakan untuk dapat menghasilkan lapisan-lapisan kromium pada permukaan baja yang
baik. Variabel yang akan diteliti adalah pengaruh temperatur pemanasan chromizing yang
mempengaruhi tebal lapisan kromium.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses chromizing secara
benar sehingga penelitian ini bisa menjadi lebih untuk dikembangkan di sektor industri yang
memproduksi komponen-komponen yang membutuhkan permukaan keras dan tahan korosi.
Mengamati pengaruh temperatur pemanasan terhadap ketebalan lapisan kromium pada baja.
1.3. Batasan Masalah
a. Pada penelitian chromizing baja variabel yang dibuat konstan adalah :
Konsentrasi kromium 95%, konsentrasi aktivator NH4Cl 5%., jumlah campuran
bahan-bahan yang diisikan kedalam silinder (wadah) untuk sekali proses sebanyak 40
gram. Jenis material logam dasar ( base metal )dan ukuran benda uji : baja karbon
rendah dengan ukuran diameter 25,4 mm dan tebal 20 mm. Lama pemanasan 10
jam., dengan media pendingin air.
b. Sedangkan variabel yang tidak konstan adalah :
Temperatur pemanasan dibuat bervariasi 900, 950, 1000, 1050 dan 1100ºC
2. Chromizing
Pengertian secara umum chromizing adalah pelapisan logam kromium kepermukaan
permukaan benda utama. Pelapisan logam kromium dapat dilakukan dengan cara plating atau
biasa dikenal dengan elektroplatting dan dengan difusi. Pelapisan dengan difusi akan lebih
kuat dibanding dengan cara elektroplatting. Pelapisan yang dilakukan dengan elektroplatting
hanya akan terjadi ikatan adhesi, antar permukaan logam dasar dan logam pelapisnya,
sehingga kekuatan lapisan tidak terlalu kuat. Sedang pelapisan dengan proses chromising akan
terjadi proses difusi atom kromium ke logam dasar. Sehingga lapisan permukaan akan sangat
kuat dan terjadi proses alloying ( perpaduan dua buah antara ogam dasar dan logam yang
melapisi). Proses pack chromising pada prinsipnya sama dengan proses pack carburizing.
Pada proses ini bahan baja yang akan dilapis dibungkus dalam bubuk yang mengandung
Kromium (Cr 2O3) dan bahan garam halida seperti NH4CL, NH4Br dan NH 4I. Penambahan
amonium klorida dimaksudkan untuk membentuk gas aktif (Actifator) yang membantu
mempercepat proses difusi atom-atom Cr ke dalam baja.
2.1. Teori Difusi dalam Atom
Difusi adalah proses berpindahnya atom-atom yang terdapat dalam suatu material.
Proses ini dapat terjadi dalam keadaaan gas, cair da n padat sehingga dapat terjadi pada baja
dan sistem logam lainnya Proses difusi dalam logam umumnya atom -atom yang berdifusi

88
Pengaruh Temperatur Pemanasan Terhadap Kekerasan dan Ketebalan Lapisan pada Chromizing Baja
Karbon Rendah (Toto Rusianto dan Sigit Murdana)

berbentuk sebagai atom tunggal bukan dalam bentuk molekul. Hal ini disebabkan mobilitas
jauh lebih tinggi dari malekul.
Penyebab difusi dalam atom secara sederhana adalah bahwa atom-atom dalam benda
padat selalu melompat dari satu posisi dalam suatu struktur kristal ke posisi terdekatnya.
Selama proses ini berlangsung, akan selalu diperlukan adanya gradien konsentrasi antara
lokasi yang satu dengan yang lainnya dan juga temperatur. Mekanisme tranport massa
berlangsung dari berkonsentrasi tinggi ke berkonsentrasi rendah. Pergerakan ini akan sangat
bergantung pada energi penggerak yang dimiliki oleh atom-atom dan awal proses . Sedang
temperatur akan mempercepat proses perpindahan atom-atom tersebut.
2.1.1. Mekanisme Difusi
Mekanisme difusi diklasifisikan dengan cara perpindahan dan posisi yang ditempati oleh
atom-atom yang berdifusi dapat dibagi menjadi tiga mekanisme difusi :
1. Mekanisme Kekosongan
2. Mekanisme Interstisi
3. Mekanisme Tukar Tempat / subtitusi

Gambar 1. Mekanisme difusi yang mungkin terjadi di dalam logam,


(a) kekosongan, (b ) interstisi, (c) tukar tempat

2.1.2. Difusi Dari Padat ke Padat


Dalam reaksi difusi dari bahan padat ke bahan padat kemungkinan reaksi yang terjadi
ada tiga macam yaitu;
Reaksi pertukaran ; A + BX 2 (gas) AX2 (gas) + B (1)
Reaksi reduksi ; BX 2 + H2 2HX + B (2)
Penguraian panas ; BX 2 X2 + B (3)
Reaksi pertukaran menyatakan secara tidak langsung untuk masing-masing atom B yang
diendapkan, maka perubahan dimensi dan berat pada logam A cukup kecil. Bila Atom A dan
B mempunyai berat atom hampir seperti pada kasus besi dan Cr, reaksi pertukaran akan
mengakibatkan perubahan dimensi dan berat yang relatif kecil karena selaput hasil difusi yang
terbentuk sangat tipis. Reaksi reduksi dan penguraian panas akan menghasilkan pertambahan
berat (sama dengan zat yang dilarutkan.) dan mengabaikan penambahan dimensi yang akan
tergantung pada rata-rata komposisi lapisan difusi.
Reaksi bila Cl dipakai zat pembawa.
(1). Pergeseran tempat atom logam M dengan atom-atom logam pelapis
MgCl2 + M Mg + MCl2 (4)

89
Jurnal Teknologi Industri, Vol. VI, No. 2, April 2002: 87 - 98

(2). Reaksi katalis klorit pada permukaan logam pelapis dalam lingkungan yang
mengandung hidrogen.
MCl2 + H 2 M + 2HCl (5)
(3). Penguraian termal gas Cl pada permukaan logam.
MCl2 M + Cl2 (6)
Adalah proses perpindahan massa yang umumnya sebagai atom tunggal di dalam logam.
Dalam proses difusi membutuhkan energi untuk pindah tempat disebut energi aktivasi. Energi
ini didapat dengan menaikkan temperatur, sehingga atom mempunyai energi yang cukup untuk
mendobrak ikatan dan melompat ke posisi yang baru. Pada proses pendifusian suhu
dipertahankan dalam jangka waktu tertentu agar ada perubahan konsentrasi diantara
permukaan dan mendapatkan kedalaman penembusan yang dikehendaki.(Lawrence H Van
Vlack, 1984)

2.2. Difusifitas
Bila atom mengisi kekosongan, maka terjadi lubang atau kekosongan baru. Kekosongan
baru ini dapat diisi oleh atom lain yang berasal dari tetangga mana saja. Sebagai hasil akhir
dapat dikatakan bahwa atom melakukan “gerak acak” dalam kristal. Mekanisme gerak acak
dapat diterapkan pada atom karbon yang bergerak diantara atom besi dari sisipan yang satu
keposisi sisipan berikutnya.Kemampuan chromizing adalah kemampuan baja menyerap
kromium. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi chromizing komposisi baja karbon,
waktu chromizing, aktivitas kromium, temperatur dan strukturmikro.
a. Komposisi baja karbon
Karbon mempunyai daya ikat yang besar dengan kromium untuk membentuk
karbida. Sebaliknya pada baja karbon rendah ketebalan lapisan kromium akan
semakain tipis. Diagram keseimbangan untuk besi – karbon – kromium sangat
komplek karena kromium membentuk karbida. Salah satu karbidanya adalah Cr 3C
yang mirip Fe3C, tetapi dengan adanya besi dapat menghasilkan Fe 2CrC atau
Cr 2FeC dan ditulis (Fe,Cr) 3C. Karbida lain yang lebih komplek yaitu (Fe,Cr)7C3
yang sangat besar pengaruhnya membatasi daya larut kromium dalam Fe austenit.
b. Kedalaman Difusi
Pengaruh kedalaman difusi atom-atom tertentu dirumuskan seperti :
X = 2 Dt (7)
Dari rumus ini ditunjukkan bahwa untuk pemanasan pada suhu konstan , maka
semakin lama waktu proses chromizing akan semakin tebal lapisannya.
c. Aktivitas Kromium
Aktivitas kromium adalah salah satu faktor utama yang memerlukan pengontrolan
selama chromizing. Sedangkan sesuai dengan hukum difusi yang berlaku, derajad
penetrasi logam ditentukan oleh temperatur dan kadar kromium yang bertambah
pada lapisan luar baja. Dalam pack chromising, aktivitas kromium dapat dikontrol
oleh zat aktivator yaitu kadar NH4Cl yang dipertahankan pada sekitar 2-5 %. Dari
reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama proses chromizing dapat diketahui bahwa
bila kadar NH4CL berkurang akan mengurangi aktivitas chromium karena gas HCl
yang mengikat Cr menjadi CrCl2 akan berkurang pula. Suatu aktivitas kromium
yang tinggi dapat dicapai dengan menaikkan temperatur, sehingga penguraian
NH4Cl akan tinggi. Pemanasan dengan volume konstan pada ruangan tertutup akan

90
Pengaruh Temperatur Pemanasan Terhadap Kekerasan dan Ketebalan Lapisan pada Chromizing Baja
Karbon Rendah (Toto Rusianto dan Sigit Murdana)

meningkatkan tekanan dalam ruang yang diakibatkan aktivitas kromium akan


meningkat pula.
d. Koefisien Difusi
Temperatur chromizing mempunyai efek kedalaman chromizing. Temperatur
chromizing yang lebih rendah menurunkan kemampuan difusi kromium. . Koefisien
Difusi dirumuskan seperti persamaan :
D = Do × exp (-Q /RT) (8)
Dengan demikian naiknya temperatur akan meningkatkan koefisien difusi. Akibat
naiknya temperatur menyebabkan kedalaman lapisan kromium bertambah, sesuai
persamaan (7). Dimana kedalaman difusi akan ditentukan oleh koefisien difusi dan
lamanya proses difusi.
e. Temperatur
Temperatur proses akan memberikan pengaruh terhadap koefisien difusi. Dengan
meningkatnya temperatur pemanasan akan mingkatkan pula koefisien difusi
sehingga akan memberikan efek kedalaman difusi dari atom-atom Cr. Ketebalan
lapisan maupun dalamnya atom yang berdifusi akan sangat ditentukan oleh
temperatur, oleh karena itu pengaruh temperatur digunakan sebagai variabel dalam
penelitian ini.Temperatur khromising yang lebih rendah menurunkan kedalaman
khromising, karena temperatur mempengaruhi kecepatan difusi.

3. Proses Penelitian Chromizing


3.1. Diagram alir penelitian
Jalannya penelitian agar dapat terarah dibuat diagram alir penelitian seperti gambar 2.

Logam Dasar Pengujian Awal Persiapan material


uji Komposisi Kimia Pemotongan
uji Kekerasan Vickers Pengamplasan
Struktur Mikro Pencucian

Proses Pelapisan Difusi


Pengujian Akhir Pack Difusion Coating
uji Kekerasan Vickers Powder: Cr2O3 & NH4Cl
pengukuran tebal Lapisan Waktu pemanasan 10 jam
Struktur Mikro Variabel Temperatur pemanasan
= 900, 950, 1000, 1050, 1100oC

Data dan Pembahasan Kesimpulan

Gambar 2. Diagram alir penelitian

3.2. Persiapan Media Chromizing


Untuk menentukan ukuran sampel dan tabung baja harus memperhitungkan kebutuhan
bahan-bahan media chromizing yang diperlukan. Hal ini penting karena perlu
mempertimbangkan mahalnya bubuk kromium oksida (Cr 2O3) sebagai sumber pelapis dan

91
Jurnal Teknologi Industri, Vol. VI, No. 2, April 2002: 87 - 98

Amonium klorida (NH4Cl) sebagai aktivator pelapis disamping itu juga agar cara penelitian
dapat efisien, efektif dan ekonomis.

• Perhitungan media chromizing adalah sebagai berikut :


Cr 2O3 : NH4Cl = 38 gram : 2 gram
• Material dasar (base metal) ; Baja karbon rendah St37 dengan komposisi kimia
sebagai berikut:

Tabel 1. Prosentase Komposisi Material Dasar (Base Metal) St 37


Fe = 99,31 C = 0,118 Mn = 0,375 P = 0,017 S = 0,015
Si = 0,055 Cu < 0,004 Ni = 0,026 Cr = 0,021 Mo < 0.004
V < 0,001 Al < 0.002 W = 0,046 Co = 0,007 Nb = 0.006

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


4.1. Tahapan Pembentukan Logam Pelapis
Reaksi yang terjadi dalam campuran kromium dan amonium klorida selama proses
difusi adalah sebagai berikut :
Reaksi Penguraian NH4Cl
NH4Cl (s) NH3(g) + HCl(g) (9)
Reaksi pembentukan garam kromium
6HCl+2Cr (pack) 2CrCl3 + 3H2(g) (10)
CrCl3 + 2Cr (pack) 3CrCl3 (11)
Reaksi peresapan kromium pada pemukaan baja. Reaksi yang terjadi berupa reaksi pertukaran
tempat (subtitusi difusion ) yang menyebabkan terjadinya pelepasan atom-atom kromium
dengan reaksi sebagai berikut :
• ( displacemen reactio )
2CrCl3 + 3 Fe 2CrFe (alloy) + FeCl2 (12)
• ( displacemen reaction)
3FeCl2(g) + 5Cr (pack) 3CrFe(alloy) + 2CrCl3(g) (13)
• (disproporsional reaction)
3CrCl (g) + 2Fe (substrat) CrCl3 (g) + 2CrFe (alloy) (14)
• (discomposision reaction)
2CrCl (g) + 2Fe(substrat) 2CrFe(alloy) + Cl 2 (g) (15)
• (Reduction reaction)
2CrCl (g) + H2 (g) (substrat) 2CrFe(alloy) +2HCl(g) (16)
Proses reaksi tersebut terjadi dalam bejana tertutup dan berlangsung terus seiring dengan
waktu pemanasan, konsentrasi kromium. Bila unsur kromium ditambahkan pada baja karbon,
maka atom karbon dan atom besi berkoordinasi dengan atom kromium sehingga kadar karbon
eutektoid dan temperatur eutektoid berubah. kromium menaikkan temperatur eutektoid karena
kromium berbentuk BCC (body centered cubic), sehingga merupakan penstabil ferit dalam
baja. Kromium dalam baja akan larut dalam bentuk Tukar Tempat ( subtitusion ), selain itu
juga akan membentuk karbida krom. Cr yang berdisfusi adalah pada persamaan (6) dan (7)
yaitu CrFe sebagai logam paduan.

92
Pengaruh Temperatur Pemanasan Terhadap Kekerasan dan Ketebalan Lapisan pada Chromizing Baja
Karbon Rendah (Toto Rusianto dan Sigit Murdana)

4.2. Pengujian Kekerasan


Pengujian kekerasan menggunakan Mikro Hardness Tester. Pengujian kekerasan pada
permukaan lapisan (coating) hasil pengujian kekerasan lihat pada gambar 3, pada permukaan
lapisan terlihat bahwa setelah proses chromizing kekerasan tertinggi yaitu pada pemanasan
1100 oC sebesar 257 HV dibanding sebelum chromizing yaitu pada base metal sebesar 170
Pengaruh temperatur terhadap kekerasan permukaan lapisan akan meningkat dengan
naiknya temperatur. Kenaikan tersebut dikarenakan temperatur yang tinggi akan meningkatkan
koefisien difusi dari atom-atom. Dengan meningkatnya kemampuan difusi suatu atom maka
akan semakin banyak atom-atom Cr yang berdifusi. Cr yang berdifusi masuk menyebabkan
logam menjadi sebuah logam paduan pada permukaan. Adanya unsur paduan dilakukan
dengan proses difusi dengan sendirinya akan meningkatkan kekerasan logam. Karena
peningkatan kekerasan suatu logam dapat dilakukan dengan penambahan unsur paduan.
Adanya atom-atom asing menyebabkan terjadinya distorsi pada daerah dimana atom-atom
tersebut berada. Distorsi dengan sendirinya akan meningkatkan kekerasan logam.

255 257
260 248
250
234
Kekerasan ( HV )

240
225
230

220

210

200
900 950 1000 1050 1100
Temperatur ( C )

Gambar 3. Pengaruh Tempertur pemanasan terhadap Kekerasan Permukaan Lapisan

Pengujian pada kondisi permukaan lapisan hingga ke material dasar. Hasil pe ngujian
kekerasan yang dilakukan pada lapisan (coating) sampai ke material dasar (base metal) dengan
interval jarak ; 0,03 mm ; 0,06 mm ; 0,09 mm ; 0,12 mm ; 0,18 mm dan 0,24 mm seperti
terlihat pada tabel 2.
Dari hasil pengujian kekerasan terhadap kedalaman proses difusi atom-atom adalah
pada bagian yang paling tepi mempunyai kekerasan yang lebih tinggi, selanjutnya pada
pengujian di titik yang lebih dalam kekerasannya menurun, terlihat pada Gambar grafik 4. Ini
terjadi karena pada daerah yang dekat dengan permukaan konsentrasi kromiumnya lebih besar
dibandingkan dengan bagian dalam, dimana konsentrasinya turun. Dengan turunnya
konsentrasi atom-atom Cr maka dengan sendirinya akan menurunkan kekerasan. Indikasi
pengaruh perubahan kekerasan ini dapat dijadikan pedoman berapa jauh atom-atom Cr dapat
berdifusi ke dalam base metalnya.

93
Jurnal Teknologi Industri, Vol. VI, No. 2, April 2002: 87 - 98

Tabel 2. Distribusi kekerasan lapisan (coating)

Jarak Kekerasan Setelah Chromising (HV)

Pengukuran Sebelum T = 900 C T = 950 C T = 1000 C T = 1050 C T = 1100 C

(mm) Chromising t = 10 jam t = 10 jam t = 10 jam t = 10 jam t = 10 jam

0.03 168.60 193.30 243.80 229.40 243.80 222.40

0.06 172.20 175.20 234.10 224.90 220.60 218.40

0.09 166.40 165.70 176.00 211.20 202.40 212.20

0.12 187.80 160.90 163.36 188.10 188.10 184.70

0.18 179.10 154.40 160.90 163.36 188.10 181.50

0.23 177.50 152.50 162.30 167.80 177.50 172.20

300.00

250.00
Kekerasan HV

200.00

150.00

100.00
0.03 0.06 0.09 0.12 0.18 0.23
Jarak Pengukuran (mm)

Bahan awal Temp = 900 C temp = 950 C


Temp = 1000 C Temp = 1050 Temp = 1100

Gambar 4. Distribusi kekerasan terhadap jarak pengukuran dari permukaan lapisan hingga
benda uji (base metal) bagian dalam

Dari struktur mikro yang ada dapat dilihat bahwa pada temperatur yang lebih tinggi
tebal lapisan yang terbentuk lebih tebal. Hal disebabkan karena pada temperatur yang lebih
tinggi akan mempunyai kecepatan difusi yang lebih cepat. Berdasar ketentuan bahwa
persamaan (8). Dengan meningkatnya temperatur akan meningkatkan koefisien difusi.
Dari rumus diatas jika temperatur pemanasan dinaikkan, dengan koefisien difusi, panas
jenis dan konstanta gas yang konstan maka harga difusifitas (D) mengalami peningkatan.
Dengan naiknya difusisitas, sedangkan waktu pemanasannya konstan perubahan tebal lapisan
akan ditentukan dari peningkatan difusisitas. Semakin besar difusisitas maka kedalam difusi
menjadi lebih besar, hal ini dapat dilihat dari persamaan (7).

94
Pengaruh Temperatur Pemanasan Terhadap Kekerasan dan Ketebalan Lapisan pada Chromizing Baja
Karbon Rendah (Toto Rusianto dan Sigit Murdana)

4.3. Pengukuran Ketebalan Lapisan


Hasil pengukuran ketebalan lapisan pada lapisan yang terbentuk pada permukaan
dangan variabel temperatur pemanasan.

Tabel 3. Ketebalan lapisan (coating)


Sampel No. Temperatur chromising (°C) Ketebalan lapisan (mm)
1 900 0,04
2 950 0,051
3 1000 0,063
4 1050 0,07
5 1100 0,083

0.09
tebal Lapisan ( mm )

0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
900 950 1000 1050 1100
Temperatur ( T )

Gambar 5. Grafik Pengaruh Temperatur Terhadap Tebal Lapisan yang Terbentuk

Pada proses chromizing didapat bahwa dengan semakin tinggi temperatur pemanasan
akan mengakibatkan tebal lapisan (coating) meningkat. Hal ini disebabkan karena dengan
temperatur yang lebih tinggi memberikan penambahan reaksi yang lebih besar terhadap
energi aktifasi fraksi atom , sehingga desosiasi NH4Cl akan semakin tinggi. Pemanasan
dengan volume konstan pada ruangan tertutup akan meningkatkan tekanan dalam ruangan
meningkat sehingga aktivitas kromium meningkat pula. Dengan meningkatnya aktifasi unsur-
unsur maka dekomposisi pembentukan logam Cr pada lapisan menjadi bertambah besar . Hal
ini terlihat pada pemanasan 1100 oC, tebal lapisan tertinggi yaitu 0,083 mm (83 µm)
Peningkatan ketebalan dapat dilihat pada Gambar 5.

4.4. Pengujian Metalografi


Pengujian metalografi dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi akibat proses
chromizing sehingga dapat melihat struktur lapisan (coating) yang terbentuk serta perubahan
struktur yang ada. Dengan mengamati struktur pada setelah proses khromisng material
dasarnya tidak mengalami perubahan struktur, terdiri ferit berwarna terang dan perlit yang
berwarna bintik hitam. Pada struktur mikro terjadi perubahan besar butir, dikarenakan adanya
pemanasan akan menyebabkan butir-butir menjadi lebih besar. Hal ini dikenal dengan
pertumbuhan butir pada temperatur tinggi. Lapisan kromium yang terbentuk kurang

95
Jurnal Teknologi Industri, Vol. VI, No. 2, April 2002: 87 - 98

mengkilap dan terbentuk banyak rongga seperti terlihat jelas pada struktur mikro pemanasan
temperatur 950 °C. Setelah memperhatikan beberapa hal selama proses chromizing berjalan,
dapat dianalisa hal ini dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya.
a. Bahwa untuk menguraikan senyawa Oksid diperlukan lingkungan nitrogen atau
hidrogen. Kebutuhan hidrogen yang diharapkan dari terurainya NH 4Cl dan udara yang
ada dalam pack ( 70 % H2) tidak mencukupi. Sehingga kemungkinan yang terjadi
oksid yang sudah terurai akan mengikat kembali dengan Cr dan sebagian gas Cr yang
sudah bereaksi dengan gas Cl yang sudah terbentuk. Sebagian oksida akan membentuk
oksida yang terjebak diantara ikatan Cr dan Cl sehingga ikut menempel pada
permukaan bersama dengan krom. Hal ini mengakibatkan permukaan buram dan
kekerasan yang terbentuk tidak terlalu tinggi
b. Kemungkinan lain yang mungkin adalah terjadinya pengumpalan pada Cr 2O3 .Karena
pada waktu pengambilan material yang chromizing terlihat media krom masih terlihat
mengumpal. Kemungkinan reaksi chromizing terjadi pada awal proses sebelum terjadi
pengumpalan selanjutnya justru terjadi oksidasi sehingga lapisan krom bercampur
dengan terak. Sehingga peningkatan kekerasannya kecil dan lapisannya buram.

(a). base metal (b) Temperatur 900 oC

(c) Temperatur 950 oC (d) Temperatur 1000 oC

96
Pengaruh Temperatur Pemanasan Terhadap Kekerasan dan Ketebalan Lapisan pada Chromizing Baja
Karbon Rendah (Toto Rusianto dan Sigit Murdana)

(e) Temperatur 1050 oC (f) Temperatur 1100 oC

Gambar 6. Foto Struktur mikro dan lapisan hasil proses chromizing dengan variasi
temperatur perbesaran 200 x

5. Kesimpulan dan Saran


5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan antara lain :
1. Harga kekerasan rata-rata permukaan juga meningkat, sebelum proses chromizing
kekerasan rata -rata permukaan adalah 170 HV, setelah chromizing kekerasan rata-rata
terendah diperoleh pada pemanasan dengan temperatur 900°C sebesar 225 HV dan
kererasan yang paling tinggi dihasilkan pada pemanasan dengan temperatur 1100°C
sebesar 257 HV.
2. Kedalaman difusi atom-atom Cr berdasarkan pengukuran kekerasan dapat mencapai
230 µm.(dimana kekerasan mulai menurun menyamai logam induknya).
3. Semakin tinggi temperatur pemanasan dengan waktu yang konstan maka tebal lapisan
kromium yang terbentuk lebih tebal, untuk temperatur pemanasan 9000C terbentuk
lapisan setebal 40 µm dan temperatur pemanasan 11000C terbentuk lapisan setebal 83
µm.
4. Struktur mikro bahan setelah proses relatif tetap tidak mengalami perubahan, yaitu
tetap ferit. Tatapi mengalami perubahan besar butir yaitu semakin besar.

5.2. Saran
Penelitian proses chromizing perlu dikembangkan lebih lanjut cara cara chromizing
yang lebih efisien dengan dengan menggunakan bahan media kromium yang lain serta bahan
penyedia gas hidrogen atau nitrogen dan juga perlu diperhatikan juga terjadinya pengumpalan
bahan chromizing sehingga dapat dihasilkan lapisan yang merata dan peningkatan
kekerasannya tinggi. Perlu dilakukan pengujian ketahanan terhadap korosi, hal ini didasari
bahwa sifat lapisan kromium adalah selain meningkatkan kekerasan juga mempunyai sifat
tahan terhadap korosi.

97
Jurnal Teknologi Industri, Vol. VI, No. 2, April 2002: 87 - 98

Daftar Pustaka
__________, ASM HAND BOOK, 1992,Vol 3 Mettallograpy and Microstructure, ASM
International
__________, ASM HAND BOOK, 1992,Vol 3, Phase and Struktur Alloy, ASM International
__________, ASM HAND BOOK, 1992,Vol 5, Surface Engginering, ASM International
Avner
Sidney H, 2th edition,1974, Introduction to Physical Metallurgy, Mc Graw-hill Book
Company
Karl, Erik Thelning, 1984, Steel and Its Heat treatment, 2nd ed, Butteworth & Company,
London
Kennet R. T. , John Chamberlain, 1991, Korosi Untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasawan,
Gramedia PT, Jakarta
Krauss G, 1990, Steels Heat Treatment and Processing Principles, ASM International
Lawrence. H. Va. Vlack–Sriati Djaprie , 1983, Ilmu dan Teknologi Bahan, Erlangga PT,
Edisi Keempat
R E Smallman, 1991, Metalurgi Fisik Modern, Gramedia PT, Edisi Empat Jakarta
Rollasan, E. C, 1985, Metallurgy for Engineers, fourth edition, English Language Book
Society,
Surdia, Tata., Shinroko Saito, 1991, Pengetahuan Bahan Teknik, cetakan ke 3, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta

98

You might also like