You are on page 1of 13

KORUPSI

Oleh :

M Alibasya

8a
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam
makalah ini kami membahas “korupsi”, suatu permasalahan yang dilakukan orang untuk
menyalahgunakan kewenangan oleh oknum. Informasi korupsi dialami bagi masyarakat
dapat diperoleh dengan menggunakan e-mail utuk mengakses suatu informasi melalui
internet, terlebih yang secara pribadi e-mailnya bergabung dengan mailing list group.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah korupsi security
yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan keamanan dalam
memanfaatkan teknologi informasi terutama yang menggunakan internet dan sekaligus
melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Jaringan
Keamanan informasi”
Dalam proses pendalaman materi security ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami
sampaikan :
 Dr. Ir. Budi Rahardjo, selaku dosen mata kuliah “Keamanan Jaringan informasi”
 Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
 Istri dan anakku yang ditinggalkan demi Negeriku

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Bandung, 16 Oktober 2003


Penyusun’

2
DAFTAR ISI

Pengertian Korupsi................................................................................................. 4

Kondisi yang mendukung adanya korupsi............................................................... 5

Dampak negatif

- demokrasi.............................................................................................................. 6

- ekonomi................................................................................................................. 6

- kesejahteraan umum negara................................................................................. 7

kasus korupsi di indonesia...................................................................................... 8

rangkuman artikel................................................................................................... 11

bentuk upaya anti korupsi......................................................................................

analisis / bentuk Pemecahan.................................................................................

Komentar pribadi....................................................................................................

3
KORUPSI

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna


busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang
dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan
kepada mereka.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:

 perbuatan melawan hukum;
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:

 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);


 penggelapan dalam jabatan;
 pemerasan dalam jabatan;
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan
korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau
berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal
seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak
terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat
solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan
kriminalitas/kejahatan.

4
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang
legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

Kondisi yang mendukung munculnya korupsi


 Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab
langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang
bukan demokratik.
 Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
 Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar
dari pendanaan politik yang normal.
 Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
 Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman
lama".
 Lemahnya ketertiban hukum.
 Lemahnya profesi hukum.
 Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
 Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
 Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
 Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau
"sumbangan kampanye".

5
Dampak negatif

Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam
dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik
(good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di
pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan
perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan
menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara
umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena
pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau
dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan
dan toleransi.

Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas


pelayanan pemerintahan.
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi
dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan
ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen
dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau

6
karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi
mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang
baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan
pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana
korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan
"lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari
persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan
yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan
mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana
sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah
kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi,
yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga
mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan
hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap
anggaran pemerintah.

Kesejahteraan umum negara


Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi
warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi
adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan
besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-
politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada
perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye
pemilu mereka.

7
KASUS KORUPSI DI INDONESIA
Aulia Pohan (lahir di Kota Palembang, Sumatera
Selatan, 11 September 1945; umur 65 tahun) adalah
mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia.

Karier

 1971 : pegawai Bank Indonesia di Urusan


Pengawasan dan Pembinaan Bank-bank
 1979 : staf Gubernur Bank Indonesia Urusan Ekonomi
dan Statistik dan sebagai Associate Representative di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tokyo.
 Jabatan terakhir adalah sebagai Kepala Urusan
Penelitian dan Pengembangan Intern. Ia juga aktif
sebagai pengajar di berbagai lembaga dan
Universitas.
 Pada tanggal 17 Mei 1999, ia diangkat menjadi Deputi Gubernur Bank Indonesia.

Pada saat ia menjabat sebagai Gubernur bank indonesia ia melakukan sebuah korupsi.
Lalu Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan bekas Deputi Gubernur BI Aulia
Pohan sebagai tersangka korupsi aliran dana Bank Indonesia. Besan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ini diduga terlibat korupsi yang merugikan negara Rp 100 miliar.
Selain Aulia Pohan, KPK juga menetapkan status tersangka terhadap Taslim Tajuddin,
Maman Sumantri, dan Bun Bunan Hutapea (ketiganya bekas Deputi Gubernur BI).
Penetapan tersangka didasarkan pada hasil penyidikan dan fakta sidang korupsi BI
yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. "KPK telah tetapkan Aulia Pohan,
Taslim Tajuddin, Maman Sumantri, dan Bun Bunan Hutapea sebagai tersangka," kata
Ketua KPK Antasari Azhar.
Menurut Antasari, pihaknya sudah mengirimkan surat pemanggilan terhadap para
tersangka untuk menjalani pemeriksaan pada 3 November. Besok KPK mulai
memeriksa sejumlah saksi yang terkait dengan 4 tersangka tersebut.
Antasari mengaku masih melakukan penelitian soal penetapan status Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan Anwar Nasution yang saat korupsi BI terjadi menjabat sebagai
anggota dewan gubernur. Menurut dia, KPK akan meminta pertanggungjawaban pihak
mana pun yang terlibat korupsi ini.
Hari ini Pengadilan Tipikor menghukum bekas Gubernur BI  Burhanuddin Abdullah 5
tahun penjara. Dia dinyatakan bersalah menyetujui pengucuran dana Yayasan
Pengembangan Perbankan Indonesia bersama-sama anggota dewan gubernur lainnya.
Berdasarkan fakta sidang, ide awal menyetujui penggunaan dana YPPI Rp 100 miliar
untuk kepentingan BI disampaikan Aulia Pohan. Persetujuan yang diambil dalam rapat
dewan gubernur (RDG) itu juga dihadiri para bekas anggota dewan gubernur lainnya.
(E1)

8
- Meski sudah divonis bersalah oleh pengadilan, bagi sejumlah orang, Aulia Pohan
bukanlah seorang koruptor. Padahal lembaga peradilan paling tinggi di negeri ini,
Mahkamah Agung, sudah memutuskan Aulia terlibat dalam kasus aliran dana BI.
Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul serta pakar
hukum tata negara Yusril Izha Mahendra adalah kelompok yang memandang Aulia
bukan koruptor.
Menurut Marzuki, Aulia hanya terkena pasal ikut serta. Aulia, dinilai Marzuki, hanya
mengambil kebijakan saja tanpa pernah menikmati duit tersebut.
Lain halnya dengan Ruhut. Menurutnya, Aulia adalah orang yang terjebak dalam
kebijakan. Ruhut pun meminta masyarakat agar menghormati Aulia karena besan orang
nomor satu di negeri ini. Yusril pun ikut-ikutan mendukung. Tersangka korupsi kasus
Sisminbakum ini mempertanyakan dana yayasan apa bisa disebut sebagai uang
negara.
Namun tiga pendapat itu semua bantah oleh pakar hukum pidana dari Universitas
Gadjah Mada, Eddy OS Hiariej. Dengan adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap
(incracht), Aulia jelas-jelas telah dinyatakan bersalah oleh hukum di negeri ini.

"Itu jelas koruptor, sudah ada vonisnya," kata Eddy saat dihubungi.

Aulia divonis oleh Pengadilan Tipikor 17 Juni 2009 silam dengan hukuman 4,5 tahun
Selang tiga bulan kemudian, hukuman Aulia dikurangi oleh Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta menjadi 4 tahun.  
Di tingkat terakhir, MA mengurangi hukuman Aulia Pohan dari 4 tahun menjadi 3 tahun
penjara. Aulia juga dikenai denda Rp 200 juta.
"Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara
bersama-sama," kata Kepala Biro Hukum dan Humas MA Nurhadi, membacakan
putusan majelis hakim.
Menurut Eddy, proses hukum telah dilalui Aulia. Hingga tingkat terakhir pun, Aulia juga
tidak melakukan perlawanan secara hukum lainnya.

"Dia sudah terbukti bersalah karena berkekuatan hukum tetap," tandasnya.

9
- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) enggan menanggapi mengenai pernyataan
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Marzuki Alie, bahwa Aulia Tantowi Pohan bukanlah seorang koruptor. 

"Bagi KPK, Aulia Pohan sudah melalui proses hukum dan KPK menuntut dia dengan
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi," kata Juru Bicara KPK, Johan
Budi SP, Selasa, 24 Agustus 2010.

Marzuki Alie menyatakan Aulia yang juga merupakan besan Presiden SBY tak layak
disebut koruptor. "Aulia bukan koruptor, tapi ia ikut kena pasal. Koruptor itu kan makan
uang negara, sementara dia cuma ikut membuat kebijakan," ujar Marzuki.

"Orang korupsi kan harusnya untuk kepentingan pribadi. Padahal Aulia tidak ambil
serupiah pun dari kasus yang menjeratnya," kata Marzuki lagi. Dia meminta semua
pihak untuk melihat kasus Aulia secara komprehensif, tidak hanya sepotong-sepotong.

Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Aulia Pohan menerima remisi pada
saat peringatan Ulang Tahun RI ke-65. Dia bersama dengan tiga terpidana korupsi
aliran dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) BI menerima
pengurangan hukuman selama tiga bulan.

Aulia Tantowi Pohan setelah menerima remisi tiga bulan langsung dapat menghirup
udara bebas mulai 18 Agustus 2010. Pembebasan bersyarat itu diterima terpidana
korupsi aliran dana BI itu setelah menjalani dua pertiga masa tahanan. Aulia Pohan
ditahan sejak 27 November 2008. Dan pada peringatan HUT RI, Aulia Pohan
memperoleh remisi selama tiga bulan.

Sebelumnya, Mahkamah Agung telah mengurangi hukuman Aulia Pohan dari empat
tahun menjadi tiga tahun penjara. Majelis kasasi beralasan Aulia terbukti bersalah
melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus itu. Mahkamah menilai Aulia terbukti
melanggar ketentuan dalam Pasal 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
mengatur mengenai penyalahgunaan kewenangan sehingga menyebabkan terjadinya
korupsi.

1
0
RANGKUMAN ARTIKEL

Aulia pohan sebagai besan presiden SBY yang menjabat sebagai Gubernur bank
Indonesia pada tanggal 17 mei 1999 diduga terlibat korupsi dengan merugikan negara
sebesar 100 miliar.

Aulia divonis oleh Pengadilan Tipikor 17 Juni 2009 silam dengan hukuman 4,5 tahun
Selang tiga bulan kemudian, hukuman Aulia dikurangi oleh Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta menjadi 4 tahun.  

Di tingkat terakhir, MA mengurangi hukuman Aulia Pohan dari 4 tahun menjadi 3 tahun
penjara. Aulia juga dikenai denda Rp 200 juta.

Aulia Tantowi Pohan setelah menerima remisi tiga bulan langsung dapat menghirup
udara bebas mulai 18 Agustus 2010. Pembebasan bersyarat itu diterima terpidana
korupsi aliran dana BI itu setelah menjalani dua pertiga masa tahanan. Aulia Pohan
ditahan sejak 27 November 2008. Dan pada peringatan HUT RI, Aulia Pohan
memperoleh remisi selama tiga bulan.

1
1
SUMBER

http://www.detiknews.com/read/2010/08/24/061730/1426329/10/sudah-divonis-bersalah-
aulia-pohan-jelas-koruptor

http://wap.vivanews.com/news/read/172941-kpk--aulia-pohan-dijerat-uu-korupsi

http://korupsi.vivanews.com/news/read/172293-aulia-pohan-bebas-bersyarat-sejak-18-
agustus

http://www.scribd.com/doc/6952990/Kumpulan-UndangUndang-Korupsi

http://www.vhrmedia.com/vhr-news/berita,Aulia-Pohan-Tersangka-Korupsi-BI--2721.html

1
2
1
3

You might also like